bab ii landasan teori a. penelitian sejenis yang relevanrepository.ump.ac.id/3448/3/bab ii_enti...

14
BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan Penelitian atau analisis mengenai karya sastra telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Berikut ini dikaji hasil penelitian terdahulu yang relevan atau yang berkisar pada objek penelitian yang sejenis dengan penelitian ini. Peneliti mengambil penelitian yang relevan sebagai acuan diadakannya penelitian ini, yakni penelitian dari Tukirno. Penelitian itu berjudul “Kajian Nilai-nilai Religius dalam kumpulan cerpen Lukisan Kaligrafi karya A. Mustofa Bisri”. Penelitian tersebut dilakukan tahun 2006 pada Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Tujuannya untuk mengetahui tentang nilai-nilai religius yang terkandung dalam cerpen tersebut. Berdasarkan hasil analisis terhadap delapan cerpen dalam kumpulan cerpen Lukisan Kaligrafi karya A. Mustofa Bisri dapat diperoleh gambaran bahwa nilai-nilai religius yang terdapat dalam kumpulan cerpen Lukisan Kaligrafi adalah nilai-nilai religius Islam. Adapun nilai-nilai tersebut adalah takwa, ikhlas, khauf dan raja, tawakal, syukur, dan taubat. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, terdapat perbedaan dengan penelitian yang peneliti lakukan. Perbedaannya terdapat pada objek penelitian dan pendekatan yang digunakan. Penelitian Tukirno objeknya adalah nilai-nilai religius yang terdapat dalam kumpulan cerpen Lukisan Kaligrafi karya A. Mustofa Bisri. Pada penelitian ini objeknya adalah kritik sosial keagamaan dalam kumpulan cerpen Lukisan Kaligrafi Kritik Sosial Keagamaan..., Lailatunnisa, FKIP UMP, 2013

Upload: duongthuy

Post on 09-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/3448/3/Bab II_Enti Priyatin.pdf · Berdasarkan hasil analisis terhadap delapan cerpen dalam kumpulan cerpen

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian Sejenis yang Relevan

Penelitian atau analisis mengenai karya sastra telah banyak dilakukan oleh

peneliti sebelumnya. Berikut ini dikaji hasil penelitian terdahulu yang relevan atau

yang berkisar pada objek penelitian yang sejenis dengan penelitian ini. Peneliti

mengambil penelitian yang relevan sebagai acuan diadakannya penelitian ini, yakni

penelitian dari Tukirno.

Penelitian itu berjudul “Kajian Nilai-nilai Religius dalam kumpulan cerpen

Lukisan Kaligrafi karya A. Mustofa Bisri”. Penelitian tersebut dilakukan tahun 2006

pada Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Tujuannya

untuk mengetahui tentang nilai-nilai religius yang terkandung dalam cerpen tersebut.

Berdasarkan hasil analisis terhadap delapan cerpen dalam kumpulan cerpen Lukisan

Kaligrafi karya A. Mustofa Bisri dapat diperoleh gambaran bahwa nilai-nilai religius

yang terdapat dalam kumpulan cerpen Lukisan Kaligrafi adalah nilai-nilai religius

Islam. Adapun nilai-nilai tersebut adalah takwa, ikhlas, khauf dan raja, tawakal,

syukur, dan taubat.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, terdapat perbedaan dengan penelitian

yang peneliti lakukan. Perbedaannya terdapat pada objek penelitian dan pendekatan

yang digunakan. Penelitian Tukirno objeknya adalah nilai-nilai religius yang terdapat

dalam kumpulan cerpen Lukisan Kaligrafi karya A. Mustofa Bisri. Pada penelitian ini

objeknya adalah kritik sosial keagamaan dalam kumpulan cerpen Lukisan Kaligrafi

Kritik Sosial Keagamaan..., Lailatunnisa, FKIP UMP, 2013

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/3448/3/Bab II_Enti Priyatin.pdf · Berdasarkan hasil analisis terhadap delapan cerpen dalam kumpulan cerpen

karya A. Mustofa Bisri. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian Tukirno adalah

pendekatan moral, sedangkan penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra.

Dengan adanya perbedaan-perbedaan tersebut, maka telah membuktikan bahwa

penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya.

Peneliti menyimpulkan penelitian ini perlu diadakan karena dalam penelitian

sebelumnya belum ada yang meneliti. Di samping itu, peneliti juga mencoba

menghubungkannya dengan kehidupan nyata. Jadi, penelitian dengan judul “Kritik

Sosial Keagamaan dalam Kumpulan Cerpen Lukisan Kaligrafi Karya A. Mustofa

Bisri”, layak diteliti karena belum ada yang meneliti dan penelitian ini murni hasil

penelitian sendiri.

B. Sosiologi Agama dalam Karya Sastra

Menurut Abercrombie (dalam Kurniawan, 2012: 4) sosiologi mempunyai dua

akar kata: socius (dari bahasa latin) yang berarti “teman” dan logos (dari bahasa

Yunani) yang berarti ”ilmu tentang”. Secara harfiah sosiologi berarti “ilmu tentang

pertemanan”. Dalam sudut pandang ini, sosiologi bisa didefinisikan sebagai “studi

tentang dasar-dasar keanggotaan sosial (masyarakat)”. Secara lebih teknis sosiologi

adalah analisis mengenai struktur hubungan sosial yang terbentuk melalui interaksi

sosial. Sosiologi adalah telaah yang objektif dan ilmiah tentang manusia dalam

masyarakat, telaah tentang lembaga dan proses sosial. Sosiologi mencoba mencari

tahu bagaimana masyarakat dimungkinkan, bagaimana ia berlangsung dan bagaimana

tetap ada (Damono, 2002: 8).

Ritzer (dalam Faruk, 2010 : 2-3) menganggap sosiologi sebagai suatu ilmu

pengetahuan yang multiparadigma. Tiga paradigma dasar dalam sosiologi, yaitu

Kritik Sosial Keagamaan..., Lailatunnisa, FKIP UMP, 2013

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/3448/3/Bab II_Enti Priyatin.pdf · Berdasarkan hasil analisis terhadap delapan cerpen dalam kumpulan cerpen

paradigma fakta sosial, paradigma definisi sosial, dan paradigma perilaku sosial.

Analisis sosiologi adalah analisis terhadap ideologi, kelas sosial, dan pandangan dunia

yang terepresentasikan dalam karya sastra (Kurniawan, 2012: 7). Dari pendapat

tersebut dapat disimpulkan bahwa sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang

multiparadigma, mempelajari hubungan sosial manusia dalam masyarakat terhadap

ideologi, kelas sosial dan pandangan dunia manusia terhadap kehidupan

bermasyarakat.

Menurut Faruk (2010: 17), manusia yang dipelajari oleh sosiologi bukanlah

manusia sebagai makhluk biologis yang dibangun dan diproses oleh kekuatan-

kekuatan mekanisme-mekanisme fisik kimiawi, tetapi mempelajari manusia sebagai

individu yang terkait dengan individu lain, manusia yang hidup dalam lingkungan dan

berbeda diantara manusia-manusia lain, manusia sebagai kolektivitas, baik yang

disebut dengan komunitas maupun sosietas. Manusia dalam kehidupan bermasyarakat

memiliki keterkaitan dengan keagamaan. Agama adalah sistem yang menyatu

mengenai berbagai kepercayaan dan peribadatan yang berkaitan dengan benda-benda

sakral (Scharf, 1995: 30).

Dalam kehidupan beragama manusia merupakan faktor penting sebagai subjek

untuk melakukan praktik-praktik agama. Menurut O’dea (1992: 1) dalam masyarakat

yang sudah mapan, agama merupakan salah satu struktur institusional penting yang

melengkapi keseluruhan sistem sosial. Ishomuddin (2002: 29) mengatakan bahwa

agama adalah suatu ciri kehidupan sosial manusia yang universal dalam arti bahwa

semua masyarakat mempunyai cara-cara berpikir dengan pola-pola perilaku yang

memenuhi syarat untuk disebut agama (religious).

Kritik Sosial Keagamaan..., Lailatunnisa, FKIP UMP, 2013

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/3448/3/Bab II_Enti Priyatin.pdf · Berdasarkan hasil analisis terhadap delapan cerpen dalam kumpulan cerpen

Dengan demikian, agama adalah suatu ciri kehidupan masyarakat yaitu tentang

kepercayaan terhadap sesuatu hal yang di dalamnya terdapat aturan-aturan mengenai

dibolehkan atau dilarangannya suatu perbuatan yang harus dijalani oleh seseorang,

berupa praktik-praktik atau tata cara berpikir dengan pola perilaku yang memenuhi

syarat.

Agama adalah risalah yang disampaikan Tuhan kepada nabi sebagai petunjuk

bagi manusia dan hukum-hukum sempurna untuk dipergunakan manusia dalam

menyelenggarakan tata cara hidup yang nyata serta mengatur hubungan dan

tanggungjawab kepada Allah, kepada masyarakat, serta alam sekitar (Ahmadi dan

Noor Salimi, 2004: 4). Dalam kehidupan bermasyarakat agama merupakan ajaran

yang disampaikan oleh seorang pemuka agama, pembelajaran yang diajarkan

mengenai hubungan antara manusia dengan manusia sebagai makhluk sosial dan

kehidupan sosial masyarakat itu sendiri. Ajaran mengenai hubungan manusia dengan

Tuhan sebagai sang pencipta alam semesta ini.

Dari pernyataan tersebut sosiologi agama merupakan hubungan sosial antara

manusia dengan manusia (hablum minannas) dan hubungan manusia dengan

Tuhannya (hablum minallah), sehingga terciptanya kepercayaan terhadap suatu hal

yang pada dasarnya mengenai tata cara dalam beragama. Menurut O’dea (1992: 217)

sosiologi agama adalah studi hubungan yang signifikan dan kadang-kadang subtil

antaragama dengan struktur sosial, dan antara agama dengan proses sosial. Sosiologi

agama tidak mengkhususkan dirinya pada kebenaran atau keyakinan supra empiris

dimana agama bertumpu. Ia hanya berhubungan dengan efeknya dalam pengalaman

historis manusia dan dalam perkembangan masyarakat (O’dea, 1992: 224). Dengan

demikian, sosiologi agama merupakan sarana untuk mempelajari peran masyarakat

Kritik Sosial Keagamaan..., Lailatunnisa, FKIP UMP, 2013

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/3448/3/Bab II_Enti Priyatin.pdf · Berdasarkan hasil analisis terhadap delapan cerpen dalam kumpulan cerpen

dalam kehidupan beragama yang di dalamnya mempelajari praktik, latar, sejarah, dan

perkembangan dalam kehidupan beragama.

Hubungan agama dengan masyarakat menyajikan sebuah dilema fundamental

yang bisa dikedepankan dalam tiga aspek. Pertama dan yang terpenting, agama

melibatkan manusia pada situasi akhir di titik mana lahir kesadaran akan hal tertinggi.

Kedua, agama menyangkut hal-hal yang suci karena itu agama berkenaan dengan

pemahaman dan tanggapan khusus yang membutuhkan keluhuran pandangan atas

objeknya. Ketiga agama dilandaskan pada keyakinan karena itu objeknya adalah

supraempiris dan ajarannya tidak mungkin diperagakan atau dibuktikan secara empiris

(O’dea, 1992: 217-218). Menurut Qodir (2011: 246) dalam hubungan agama dengan

masyarakat, hal yang tidak kalah pentingnya adalah negara juga memposisikan agama

dan keyakinan sebagai hak dasar yang paling fundamental, sebagai sebuah kebebasan

tanpa paksaan, yang dibutuhkan adalah saling menghargai, menghormati dan

memahami.

Dengan demikian, agama dengan masyarakat sangat erat kaitannya. Keduanya

saling berkaitan antara satu sama lain karena di dalam agama terdapat aturan-aturan

dan yang akan menjalaninya adalah masyarakat untuk memperoleh kesejahteraan

dalam kehidupan, adanya keyakinan yang melandasi agama itu sendiri. Bahkan negara

memposisikan agama sebagai unsur penting untuk mewujudkan negara yang

berkeadilan.

C. Kritik Sosial Keagamaan dalam Karya Sastra

Kata kritik berasal dari bahasa Yunani kuna krites untuk menyebut hakim.

Kata benda krites itu berasal dari kata kerja krinein ysng berarti menghakimi. Kata

Kritik Sosial Keagamaan..., Lailatunnisa, FKIP UMP, 2013

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/3448/3/Bab II_Enti Priyatin.pdf · Berdasarkan hasil analisis terhadap delapan cerpen dalam kumpulan cerpen

krinein merupakan pangkal dari kata benda kriterion yang berarti dasar penghakiman.

Kemudian timbul kata kritikos yang diartikan sebagai hakim karya sastra. Pengertian

demikian itu sudah ada pada abad IV sebelum masehi. Selanjutnya kata kritik

mengalami perkembangan, baik bentuk maupun arti (Suyitno, 2009: 1).

Kritik yang terdapat dalam karya sastra biasanya berupa kritik sosial, yang

biasanya diungkapkan pengarang karena melihat fenomena yang terjadi pada

lingkungan hidup sekitar pengarang. Bahkan Pradopo (2002: 16) menyatakan kritik

sastra tidak dapat dilepaskan dari perkembangan kemasyarakatan, dalam arti gagasan-

gagasan masyarakat pun turut berbicara dalam persoalan sastra pada khususnya,

kebudayaan pada umumnya. Permasalahan sosial yang dihadapi oleh manusia, di

dalamnya menceritakan tentang permasalahan sosial yang ditunjukkan kepada

pemerintah atau kalangan atas negeri ini. Seorang pengarang biasanya berada di kelas

ekonomi bawah yang mengkritisi kehidupan sosial di kalangan atas, tetapi sekarang

pengarang tidak hanya menyelipkan kritik sosial dalam menciptakan karyanya.

Dalam bidang penciptaan karya sastra, tidak jarang pengarang menyelipkan

pesan-pesan sosial keagamaan yang hendak disampaikan oleh pembaca. Menurut

Hidayat dalam Qodir (2011: 28) agama sebagai kritik sebenarnya menghadirkan

agama dengan suara nurani kerakyatan dan rakyat jelata, sehingga agama-agama

dengan pesan profetik terus berjalan dan bisa dianut oleh siapa saja. Di dalamnya

dapat berupa kritik sosial keagaman yang dihadirkan oleh pengarang untuk

menyampaikan pesan kepada pembaca. Kritik sosial keagaman yang diungkapkan

Kritik Sosial Keagamaan..., Lailatunnisa, FKIP UMP, 2013

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/3448/3/Bab II_Enti Priyatin.pdf · Berdasarkan hasil analisis terhadap delapan cerpen dalam kumpulan cerpen

pengarang menjadi penting peranannya, ketika seseorang pengarang dalam

menciptakan karyanya memiliki tujuan atau misi yang akan disampaikan pembaca

secara tidak langsung.

Qodir (2011: 17) menyatakan bahwa agama hadir sebagai salah satu penantang

paling kuat dan terdepan atas fenomena yang banyak merugikan kaum mustadafin dan

kere, sehingga agama benar-benar tampak dimensi revolusionernya atau dalam bahasa

yang tidak provokatif dan dibenci orang bisa hadir sebagai kritik atau kecurangan-

kecurangan sosial yang muncul di tengah kita. Dalam globalisme, agama diharapkan

menjadi sebuah sarana untuk mengkritisi kehidupan masyarakat yang semakin hari

kesadaran beragamanya berkurang. Mereka hanya Islam KTP yang mengaku Islam

apabila ditanya tentang status agamanya. Melihat kejadian kehidupan beragama

seperti sekarang ini pengarang bersamaan dengan karya sastranya ia dengan tidak

sengaja akan menyampaikan kritik melalui karya sastra yang diciptakannya. Kritik

sosial keagamaan merupakan sarana yang digunakan pengarang sebagai dakwah untuk

memberikan informasi mengenai cara beragama, pernikahan, bersahabat dan

berkeluarga yang baik dalam agama Islam.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan kritik sosial

keagamaan dalam karya sastra merupakan upaya yang dilakukan seorang pengarang

dengan memberikan tanggapan-tanggapan yang ia lihat pada masyarakat kemudian

dituangkan ke dalam tulisan berupa karya sastra.

Menurut Ishomuddin (2002: 31) agama mengandung empat unsur penting

yaitu:

Kritik Sosial Keagamaan..., Lailatunnisa, FKIP UMP, 2013

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/3448/3/Bab II_Enti Priyatin.pdf · Berdasarkan hasil analisis terhadap delapan cerpen dalam kumpulan cerpen

(a) pengakuan bahwa ada kekuatan gaib yang menguasai atau mempengaruhi kehidupan manusia, (b) keyakinan bahwa keselamatan hidup manusia tergantung pada adanya hubungan baik antara manusia dengan kekuatan gaib itu, (c) sikap emosional pada hati manusia terhadap kekuatan gaib itu, seperti sikap takut, hormat, cinta, penuh harap, pasrah, dan lain-lain, dan (d) tingkah laku tertentu yang dapat diamati, seperti shalat (sembahyang), doa, puasa, suka menolong, tidak korupsi, dan lain-lain, sebagai buah dari tiga unsur pertama. Dengan demikian, semua agama memiliki ajaran yang berbeda-beda sesuai

dengan keyakinan yang dimiliki oleh masing-masing individu dalam kehidupan

bermasyarakat.

Pedoman dalam kehidupan dapat dimiliki oleh pribadi beragama dan

nonagama. Oleh karena itu, penulis perlu menggarisbawahi bahwa penelitian ini

berkaitan dengan kritik sosial keagamaan yaitu agama Islam. Keberagaman dalam

Islam tidak hanya diwujudkan dengan ibadah dan ritual agama saja, tetapi dengan

aktivitas manusia yang menganutnya.

Kritik sosial keagamaan ini menurut Basyir (2002: 65-72) dikelompokkan

dalam empat hal yaitu aspek akidah (keyakinan), ibadah (praktik agama, ritual

formal), akhlak (pengamalan dari akidah dan syariah), dan muamalat

(kemasyarakatan). Adapun penjelasan dari akidah, ibadah, akhlak, dan muamalat

tersebut adalah sebagai berikut.

1. Akidah

Bidang akidah berpokok pada ajaran tentang keyakinan kepada Allah,

keyakinan kepada malaikat, keyakinan kepada kitab Allah, keyakinan kepada rasul

Allah, keyakinan kepada hari akhir (kiamat) dan kepada takdir Allah. Ajaran tentang

Kritik Sosial Keagamaan..., Lailatunnisa, FKIP UMP, 2013

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/3448/3/Bab II_Enti Priyatin.pdf · Berdasarkan hasil analisis terhadap delapan cerpen dalam kumpulan cerpen

akidah Islam terutama bersumber pada Al-Quran dan sunah Rasul yang para

perwiranya cukup meyakinkan bahwa ajaran tersebut benar-benar datang dari Nabi.

Dalam bidang akidah, akal tidak diberi kesempatan untuk menambah hal yang

telah termaktub dalam Al-Quran dan sunah Rasul sebab bila dalam bidang ini akal

diberi kesempatan menambah hal yang baru, pasti akan terjadi penyelewengan dari

yang telah digariskan Al-Quran dan sunah Rasul (Basyir, 2002: 65-72).

2. Ibadah

Yang dimaksud dengan ibadah di sini bukan pengertian ibadah sebagai

pengabdian menyeluruh dalam kehidupan manusia kepada Allah, tetapi ibadah yang

khusus merupakan upacara pengabdian yang bersifat ritual yang telah diperintahkan

dan diatur cara pelaksanaan dalam Al-Quran atau sunnah Rasul, seperti salat, puasa,

zakat, haji, dan sebagainya (rukun Islam).

Dalam bidang ibadah yang bersifat ritual ini, dicukupkan dalam hal yang

dicantumkan di dalam Al-Quran dan sunah Rasul saja. Akal tidak diberi kesempatan

untuk menambah, mengurangi, atau mengubah ketentuan yang telah dinyatakan di

dalam Al-Quran dan sunah Rasul, kecuali dalam ibadah yang aspek sosialnya amat

menonjol (Basyir, 2002: 65-72).

3. Akhlak

Bidang akhlak merupakan aspek ajaran Islam yang sangat penting. Masalah

akhlak mempunyai peranan dalam perjalanan hidup manusia sebab akhlak memberi

Kritik Sosial Keagamaan..., Lailatunnisa, FKIP UMP, 2013

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/3448/3/Bab II_Enti Priyatin.pdf · Berdasarkan hasil analisis terhadap delapan cerpen dalam kumpulan cerpen

norma baik dan buruk, dan untuk menentukan apakah sesuatu itu baik atau buruk tidak

selalu tercapai persesuaian antara seseorang dengan orang lain, antara satu kelompok

dengan kelompok lain.

Dalam akhlak Islam, norma baik dan buruk telah ditentukan dalam Al-Quran

dan sunah Rasul. Islam tidak memberi wewenang kepada manusia untuk menentukan

sendiri norma akhlak yang asasi sebab norma akhlak harus objektif, sedangkan

objektivitas tidak selalu terjamin dapat dilaksanakan oleh manusia (Basyir, 2002: 65-

72).

4. Muamalat (Kemasyarakatan)

Bidang muamalat mencakup pengaturan pergaulan hidup manusia di atas

bumi. Misalnya bagaimana pengaturan tentang benda, tentang perjanjian, tentang

ketatanegaraan, dan sebagainya.

Bidang muamalat ini pada umumnya Al-Quran memberikan pedoman secara

garis besar, sunah Rasul memberikan penjelasannya, baik berupa pedoman umum

ataupun khusus yang diperlukan pada masa itu. Untuk selanjutnya, menghadapi

perkembangan kehidupan umat manusia, yang tidak pernah berhenti itu, Islam

memberikan kesempatan kepada manusia mengenai ketentuan terkandung dalam Al-

Quran dan sunah Rasul (Basyir, 2002: 65-72).

D. Relasi Sastra dengan Masyarakat

Menurut Teeuw kata “sastra” dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa

Sansekerta: akar katanya adalah ”sas-”, dalam kata kerja turunan yang berarti

“mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk atau intruksi”. Pada akhiran “-tra”,

biasanya menunjukan pada “alat atau sarana”. Oleh karena itu sastra dapat berarti

Kritik Sosial Keagamaan..., Lailatunnisa, FKIP UMP, 2013

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/3448/3/Bab II_Enti Priyatin.pdf · Berdasarkan hasil analisis terhadap delapan cerpen dalam kumpulan cerpen

“alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau pengajaran”, misalnya,

silpasastra yang berarti “buku arsitektur” atau kamasastra yang berarti “buku petunjuk

mengenai seni bercinta”. Awalan “su-“dalam bahasa Sansekerta berarti”alat untuk

mengerjakan yang indah” (Kurniawan, 2012: 2). Dengan demikian, dapat disimpulkan

bahwa sastra merupakan ilmu yang mempelajari tentang keindahan.

Menurut Faruk (2010: 46) karya sastra sebenarnya dapat dibawa ke dalam

keterkaitan yang kuat dengan dunia sosial tertentu yang nyata yaitu lingkungan sosial

tempat dan waktu bahasa yang digunakan oleh karya sastra itu hidup dan berlaku.

Dalam pengertian Simmel dalam Faruk (2010: 54) sastra tentu saja dapat ditempatkan

sebagai salah satu bentuk interaksi sosial yang mikro yang sekaligus

merepresentasikan struktur sosial yang makro. Damono (2002: 9) menyatakan bahwa

sastra berurusan dengan manusia dalam masyarakat. Usaha manusia untuk

menyesuaikan diri dan usahanya untuk mengubah masyarakat itu. Dari pendapat

tersebut dapat disimpulkan bahwa sebuah karya sastra dapat dihubungkan dengan

kehidupan sosial manusia. Bahwasanya, karya sastra menceritakan kehidupan manusia

yang sebenarnya dan dituangkan dalam imajinatif pengarang, kemudian

dikembangkan menjadi sebuah karya sastra yang dapat dinikmati oleh pembaca.

Sebagaimana diungkapkan oleh Ratna (2011: 332) hal yang harus

dipertimbangkan mengapa sastra memiliki kaitan erat dengan masyarakat dan dengan

demikian harus diteliti dalam kaitannya dengan masyarakat, sebagai berikut.

1. Karya sastra ditulis oleh pengarang, diceritakan oleh tukang cerita, disalin oleh penyalin, sedangkan ketiga subjek tersebut adalah anggota masyarakat.

Kritik Sosial Keagamaan..., Lailatunnisa, FKIP UMP, 2013

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/3448/3/Bab II_Enti Priyatin.pdf · Berdasarkan hasil analisis terhadap delapan cerpen dalam kumpulan cerpen

2. Karya sastra hidup dalam masyarakat, menyerap aspek-aspek kehidupan yang terjadi dalam masyarakat, yang pada gilirannya juga difungsikan oleh masyarakat.

3. Medium karya sastra, baik lisan maupun tulisan dipinjam melalui kompetensi masyarakat, yang dengan sendirinya telah mengandung masalah-masalah kemasyarakatan.

4. Berbeda dengan ilmu pengetahuan, agama, adat-istiadat, dan tradisi yang lain, dalam karya sastra terkandung estetika, etika, bahkan juga logika. Masyarakat jelas akan sangat berkepentingan terhadap ketiga aspek tersebut.

5. Sama dengan masyarakat, karya sastra adalah hakikat intersubjektivitas, masyarakat menemukan citra dirinya dalam suatu karya.

Pradopo (2002: 23) menyatakan bahwa sosiologi sastra ini erat hubungannya

dengan kritik mimetik, yaitu karya sastra itu merupakan cermin atau tiruan

masyarakat.

Ian Watt dalam Kurniawan (2012: 11) menyebutkan tiga paradigma dalam

sosiologi sastra yaitu:

(a) konteks sosial pengarang yang berhubungan dengan analisis posisi pengarang dalam suatu masyarakat dan kaitannnya dengan pembaca, (b) sastra sebagai cermin masyarakat berkaitan dengan sampai sejauh mana sastra dapat dianggap mencerminkan keadaan masyarakat. (c) fungsi sosial sastra ini berkaitan dengan sampai sejauh mana nilai sastra berkaitan dengan nilai sosial dan sampai sejauh mana nilai saatra dipengaruhi oleh nilai sosial. Hubungan karya sastra dengan masyarakat, baik sebagai negasi dan inovasi,

maupun afirmasi, jelas merupakan hubungan yang hakiki (Ratna, 2011: 334).

Menurut Abrams dalam Pradopo (2002: 22) istilah sosiologi sastra dikenakan pada

tulisan-tulisan para kritikus dalam ahli sejarah sastra yang perhatian utamanya

ditunjukkan pada cara-cara seorang pengarang dipengaruhi oleh status kelasnya,

ideologi masyarakat, keadaan-keadaan ekonomi yang berhubungan dengan

Kritik Sosial Keagamaan..., Lailatunnisa, FKIP UMP, 2013

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/3448/3/Bab II_Enti Priyatin.pdf · Berdasarkan hasil analisis terhadap delapan cerpen dalam kumpulan cerpen

pekerjaannya, dan jenis pembaca yang dituju. Dengan demikian, karya sastra sangat

erat hubungannya dengan manusia karena karya sastra diciptakan oleh pengarang,

diceritakan oleh tukang cerita dan dibaca oleh manusia, yakni semuanya merupakan

anggota masyarakat. Di dalam karya sastra isinya mengenai kehidupan manusia itu

sendiri, dan terdapat pesan-pesan yang dapat dipelajari untuk menjalani kehidupan

bermasyarakat.

Damono (2002: 1) menegaskan bahwa sastra diciptakan oleh sastrawan untuk

dinikmati, dihayati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu

sendiri adalah anggota masyarakat. Ia terikat oleh status sosial tertentu. Sastra adalah

lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium, bahasa itu sendiri

merupakan ciptaan sosial.

Suyitno (2009: 5) menyatakan masyarakat sastra yang dimaksudkan adalah

semua orang yang terlibat di dalam hal kesusastraan, yaitu orang-orang yang terlibat

di dalam pengembangan kesusastraan, memanfaatkan kesusastraan, dan menikmati

kesusastraan. Jadi masyarakat sastra ialah orang-orang yang berhubungan dengan tiga

bidang tersebut yakni :

1. Para ahli sastra yang bergerak di dalam ilmu sastra.

2. Para pencipta sastra, yaitu para sastrawan

3. Para penikmat sastra, yaitu para pembaca yang menikmati serta menghayati karya

sastra.

Kritik Sosial Keagamaan..., Lailatunnisa, FKIP UMP, 2013

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/3448/3/Bab II_Enti Priyatin.pdf · Berdasarkan hasil analisis terhadap delapan cerpen dalam kumpulan cerpen

Dengan demikian, sastra mencakup kehidupan masyarakat, dan peristiwa-

peristiwa yang terjadi dikehidupan nyata. Permasalahan yang diangkat dalam sebuah

karya sastra isinya mengenai kehidupan masyarakat dan pencipta karya sastra

merupakan manusia sebagai bagian dari masyarakat yaitu seorang pengarang.

Kritik Sosial Keagamaan..., Lailatunnisa, FKIP UMP, 2013