bab ii landasan teori a. mc kenzie exercise
TRANSCRIPT
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Mc Kenzie Exercise
1. Definisi Mc Kenzie Exersize
Dalam Jurnal Ergonomi Indonesia (2019) dijelaskan bahwa Mc Kenzie Exercise
merupakan suatu teknik latihan dengan menggunakan gerakan badan terutama ke
belakang atau yang disebut ekstensi pada lumbal dan shoulder secara bersamaan.
Robin Mc Kenzie menciptakan latihan yang biasanya digunakan untuk penguatan dan
peregangan otot-otot ekstensor dan otot-otot fleksor sendi lumbosacralis hingga dapat
menurunkan nyeri. Tujuan mc kenzie exercise adalah untuk menurunkan nyeri dan juga
disabilitas fungsi serta dapat juga untuk mengembalikan Range Of Motion (ROM)
Lumbal sehingga mendapatkan kembali mobilitan maksimal dari punggung bawah atau
gerak yang seharusnya belum mampu dilakukan oleh penderita low back pain
myogenic(Kuppusami,2013).
2. Mekanisme Mc Kenzie Exercise Untuk Menurunkan Nyeri LBP
Mc kenzie exercise akan meningkatkan Aktifity Fungtional Mobility Lumbal.
Karena mc kenzie exercise dapat nenurunkan nyeri low back pain yang memberikan
efekelastis dan juga kontraktilitas otot. Dapat juga menghilangkan kekakuan pada
sendi oleh kapsul legamenter tightness, dengan efek relaksasi yang didapatkan dari
mc kenzie exercise, selain untuk menurunkan nyeri dapat juga untuk memperbaiki
postur dalam ekstensi spine dengan berulang-ulang akan memperbaiki posisi nucleus
11
yang sedikit bergeser akibat penekanan pada discus sehingga mampu menurunkan
nyeri pada low back pain (LBP).
3. Indikasi dan Kontraidikasi Mc Kenzie Exercise
a. Indikasi Mc Kenzie Exercise
Berdasarkan tujuan dari mc kenzie exercise yaitu dapat menurunkan intensitas
nyeri yang terdapat di area lumbal maka dapat disimpulkan bahwa treatment ini di
indikasikan untuk berbagai permasalahan di area lumbal seperti kekakuan otot,
keterbatasan sendi, Hernia Nucleus Pulposus (Ridwan,2011).
b. Kontra Indikasi Mc Kenzie Exercise
Manfaat dari pemberian treatment mc kenzie exercise yaitu dapat menurunkan
intensitas nyeri pada area lumbal akan tetapi tidak semua jenis nyeri dapat diatasi
dengan treatment ini tergantung penyebab dari nyeri tersebut dikarenakan beberapa
pertimbangan apabila diberikan treatment ini maka dapat memperparah kondisi
atau meningkatkan intensitas nyeri bahkan bisa menyebabkan terjadinya
komplikasi dari problem sebelumnya contohnya pada spondylolistesis, rematik
sistemik, ruptur ligament, osteoporosis, osteomalasia (Ridwan, 2011).
4. Teknik Mc Kenzie Exercise
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Zuhri (2016) dikatakan bahwa
mc kenzie exercise dapat menurunkan intensitas nyeri pada kasus low back pain
myogenic dan juga telah dijelaskan dalam jurnalnya bahwa latihan ini lebih eferktif
untuk mngurangi nyeri pada keluhan low back pain myogenic pada program back
school. Pada penelitian ini peneliti ingin mengangkat 4 teknik yang dianggap paling
efektif untuk menurunkan intensitas nyeri pada kasus low back pain myogenic.
12
a. Prone-lying
Teknik pertama yaitu Prone –lying dengan posisi tengkurap dan mata dalam
keadaan terpejam dalam waktu 3-5 menit lalu atur nafas sampai tubuh terasa
rileks.
Gambar 2.1 Prone- lying(Wahyuni, 2016)
b. Elbow press
Teknik yang kedua yaitu posisi tengkurap dengan setengah badan terangkat
fleksi elbow 90 derajat, dilakukakn dengan mengkontraksikan otot lumbal secara
perlahan lalu ditahan selama 10 detik.
Gambar 2.2 Elbow press(Wahyuni, 2016)
13
c. Press –up
Teknik yang ke 3 yaitu dilakukan dengan posisi tengkurap sedangkan badan
bagian atas terangkat posisi ekstensi elbow. Dilakukan secara perlahan sambil
mengkontraksikan bagian otot punggung bawah dan juga otot biceps lalu ditahan
hingga 10 detik.
Gambar 2.3Press-Up (Wahyuni, 2016)
d. Double Knee To Chest
Pada teknik ke empat yaitu dilakukan dengan posisi terlentang lalu
menekukkan kedua lutut secara bersamaan selanjutnya tarik kedua lutut secara
bersamaan hingga menyentuh dada dengan posisi kepala tetap menyentuh lantai
tanpa ada terangkat sedikitpun. ditahan selama 10 detik.
Gambar 2.4Double Knee to chest(Wahyuni, 2016)
14
5. Dosis Mc Kenzie Exercise
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yani (2018) pemberian latihan mc
kenzie exercise berhasil bisa mengurangi intensitas nyeri pada low back pain myogenic
dengan frekuensi latihan yaitu tiga kali dalam satu minggu yang dilakukan selama tiga
minggu. Oleh karena itu peneliti ingin mencoba dengan memberikan intervensi
sebanyak 3 kali pertemuan dalam satu minggu dan akan diakukan selama empat minggu
dengan pemberian 4 teknik mc kenzie exercise dan pada saat melakukan setiap gerakan
ditahan selama 10 detik.
B. Infra Red (IR)
1. Definisi Infra Red (IR)
Infra red (IR) merupakan terapi superficial heating yang mempunyai panjang
gelombang 750-400.000 A. Ada 2 jenis generator yaitu luminous dan non luminous
(Laswati dkk,2015). Sedangkan menurut Darmata, (2015) infra red merupakan
pancaran gelombang eletromagnetik yang mempunyai panjang gelombang 7.700 –
4 juta A dengan penetrasi (0,005 mm) sampai superficial epidermis sedangkan daya
penetrasi pendek yaitu sampai jaringan subkutan yang mempengaruhi secara
langsung terhadap pembuluh darah kapiler, limfe, serta ujung-ujung syaraf. infra
red tersebut merupakan terapi yang dapat atau biasa diberikan sebelum pemberian
manual terapi yang menghasilkan efek panas pada jaringan dan juga memberikan
efek vasodilatasi pada pembuluh darah, sehingga memperlancar nutrisi masuk ke
jaringan serta pengeluaran sisa metabolisme yang menumpuk pada jaringan
(Purnawati, 2018).
15
Infra red juga bisa disebut modalitas fisioterapi yang sering digunakan untuk
penanganan nyeri punggung bawah yang meningkatkan aliran darah dan melemaskan
jaringan sehingga mengurangi nyeri dan memaksimalkan aktivitas fungsional juga
memberi efek rileks pada ujung syaraf sensorik(Ansari, 2014).
(Gambar 2.5 Infra red (Purnawati 2017)
2. Mekanisme Infra Red (IR)
Efek hangat yang dihasilkan oleh pancaran sinar infra red dapat
meningkatkan vasodilatasi jaringan superficial sehingga akan memperlancar
metabolisme yang menyebabkan penurunan terhadap ketegangan otot dan juga
mempengaruhi syaraf sensoris dengan pemanasan jaringan membentuk efek
sedatif dan meningkatkan suplai darah, serta releksasi otot (Widianingrum, 2016)
3. Indikasi dan Kontraindikasi Infra Red (IR)
a) Indikasi terapi Infra Red (IR)
Dilihat dari efek yang didapatkan dari infra red yaitu dapat menurunkan
tingkat ketegangan otot dan melancarkan peredaran darah serta dapat
menurunkan intensitas nyeri maka dapat disimpulkan bahwa treatment ini
diperuntukkan bagi orang yang mengalami nyeri otot dan jaringan lunak
16
sekitarnya, kekakuan sendi, spasme otot, peradangan kronik (Priambodo,
2009).
b) Kontraindikasi terapi Infra Red (IR)
Pemberian terapi infra red banyak dimanfaatkan untuk mengatasi
keluhan berbagai macam kesehatan namun tidak semua masalah kesehatan
dapat di selesaikan dengan treatment ini contohnya pada luka terbuka tidak
diperbolehkan untuk menggunakan terapi infra red dan juga pada individu
yang mengalami gangguan sensibilitas kulit tidak disarankan untuk
menggunakan treatment ini karena dapat menyebabkan masalah baru serta Juga
pada penyakit tumor ganas atau kanker dan juga selain itu penggunaan pada
area mata tidak disarankan (Priambodo, 2009).
4. Teknik pemberian terap Infra Red (IR)
Setelah mengetahui beberapa kontra indikasi dari pemnberian treatment infra
red maka dapat dijadikan pertimbangan pada saat akan memberikan intervensi pada
pasien. selain itu terapis harus memastikan area yang akan diberikan intervensi yaitu
dibagian otot lumbal dalam keadaan kering dan disarankan pasien mengenakan baju
yang longgar pada saat akan melaksanakan terapi. Selain persiapan pasien terapis
harus mempersiapkan alat untuk diarahkan tegak lurus pada bagian pungung pasien
yang hendak dilakukan terapi dengan jarak 30 cm selama 10 menit setiap pertemuan
(Widya, 2015).
C. Anatomi dan fisiologi tulang belakang
1. Anatomi vertebra
17
Secara medis tulang belakang dikenal sebagai collumna vertebralis. Rangkaian
tulang belakang adalah sebuah struktur lentur yang dibentuk dari sejumlah tulang yang
disebut vertebra atau ruas tulang belakang. Disetiap dua ruas tulang belakang terdapat
bantalan tulang rawan. Panjang rangkaian tulang belakang bagi orang dewasa
mencapai 57 sampai 67 cm. Seluruhnya terdapat 33 ruas tulang, 24 buah diantaranya
adalah tulang terpisah dan 9 ruas sisanya dikemudian hari menyatu menjadi 5 buah
sacrum dan 4 buah coccygeus (Pearce, 2009).
Tulang vertebra tersebut merupakan struktur komplek yang secara garis besar
dibagi menjadi 2 bagian yaitu, Bagian anterior tersusun atas korpus vertebra, discus
intervertebralis , dan ditopang oleh ligamentum longitudinale anterior dan posterior.
Sedang bagian posterior tersusun atas pedikel, lamina, kanalis vertebralis, serta
prosesus transversus dan spinosus yang menjadi tempat otot penyokong dan
pelindung columna vertebrae. Bagian posterior vertebra antara satu dengan yang lain
dihubungkan dengan apophyseal joint (faset). Stabilitas vertebra tergantung pada
integritas korpus vertebra dan diskus intervertebralis dan dua jenis jarinngan
penyokong yaitu ligamentum (pasif) dan otot (aktif) (Pearce, 2009).
Fungsi dari columna vertebralis atau rangkaian tulang belakang ialah bekerja
sebagai pendukung badan dan penyangga dengan perantara melewati tulang rawan
cakram intervertebralis yang lengkungannya memberi fleksibilitas dan juga
memungkinkan membengkok tanpa patah. Cakramnya juga berguna untuk meredam
goncangan yang terjadi apabilna melakukan gerakan seperti meloncat dan lari
sehingga tulang belakang terlindungi dari goncangan tersebut. Dan Terdapat beberapa
18
komponen pada vertebra dengan bentuk dan fungsi yang berbeda-beda serta dinamai
sesuai dengan penempatan masing-masing, antara lain;
Gambar 2.6 Collumna vertebralis(Albert (2009)
a. Vertebra servikal
Vertebra servical terdiri dari 7 tulang atau ruas tulang leher (C1-C7), ruas
tulang leher merupakan tulang yang paling kecil. Ruas tulang leher pada umumnya
mempunyai ciri bentuk yang kecil dan persegi panjang lebih panjang kesamping
daripada ke arah depan ataupun ke arah belakang dan lengkungan yang besar yaitu
prosesus spinosus (taju duri ujungnya dua atau bivida). Sedangkan prosesus
transvesrus atau taju sayap belubang-lubang di sebabkan banyak foramina untuk
lewatnya arteri vetebralis (Pearce, 2009).
b. Vertebra torakalis
Vertebra torakalis terdiri dari 12 tulang (T1-T12) atau dengan kata lain
ruas tulang punggung dengan bentuk lebih besar dari servikal, ciri khasnya adalah
berbentuk lebar dan lonjong dengan facet atau lekukan kecil disetiap sisi untuk
19
menyambung iga, bagian ini juga dikenal sebagai tulang punggung dorsal (Pearce,
2009).
c. Vertebra lumbalis
Vertebra lumbalis terdiri dari 5 ruas tuang (L1-L5) atau di sebut juga ruas
tulang pinggang. Ruas tulang pinggang merupakan komponen yang memiliki
ukuran paling besar taju durinya lebar dan berbentuk seperti kapak kecil sedangkan
taju sayapnya panjang. Ruas kelima membentuk sendi dan sacrum pada sendi
lumbo sacral (Pearce, 2009).
d. Vertebra sakralis
Vertebra sakralis terdiri dari 5 ruas tulang (S1-S5) atau disebut juga tulang
kelangkang. Tulang kelangkang berbentuk segi tiga dan terletak di bagian bawah
collumna vetebralis Terjepit diantara kedua tulang inominata. Dasar dari sakrum
terletak dibagian atas dan bersendi dengan vertebra lumbalis kelima dan
membentuk sendi intervertebral yang khas. Akan tetapi anterior dari basis sakrum
membentuk promontorium sakralis. Kanalis sakralis berada dibawah kanalis
vertebra. Dinding kanalis sakralis berlubang-lubang karena dilewati oleh saraf
sakral. Taju duri dapat dilihat dari pandangan posterior dan sakrum (Pearce, 2009).
e. Vertebra koksigeus
Vertebra koksigeus terdapat 3 hingga 5 tulang yang saling bergabung
dengan tanpa ada celah .beberapa hewan memiliki tulang coccyx atau tulang ekor
yang banyak, maka dari itu disebut tulang punggung kaudal.
2. Artikulasi
20
Permukaan atas dan permukaan bawah korpus dilapisi oleh kartilago hialin
dan dibedakan oleh discus intervertebralis dan fibroblastilaginosa. Tiap discus
mempunyai anulus fibrosus di perifer dan nukleus pulposus yang lebih lunak di tengah
yang terletak lebih dekat ke bagian belakang daripada bagian depan discus. Nukleus
pulposus kaya akan glicosaminoglikam sehingga mampu memiliki kandungan air
yang tinggi akan tetapi kandungan air akan berkurang dengan bertambahnya usia.
Berakibat nucleus bisa mengalami pergeseran kebelakang menekan medulla spinalis
atau ke atas masuk ke korpus vertebralis.
Persendian pada korpus vertebralis dirancang untuk menahan berat badan dan
memberikan kekuatan. Permukaan yang berartikulasi pada vertebra yang berdekatan
dihubungkan oleh diskus IV dan ligament. Adapun Diskus IV menjadi perlengketan
kuat di antara korpus vertebra. Yang akan menyatu menjadi kolumna semirigid
continoue dan membentuk separuh inferior batas anterior foramen IV.discus
merupakan kekuatan kolumna vertebralis. Selain memungkinkan akan ada gerakan
diantara vertebra yang berdekatan, deformabilitas lenturnya dapat memungkinkan
diskus berperan sebagai penyerap benturan (Moore dkk, 2013).
3. Ligamentum
Vertebra lumbal supaya bisa stabil harus dibantu oleh ligamen ligamen yang
berada di lumbal. Berikut adalah sistem ligamen yang ada pada vertebra lumbal ;
a. Ligamen utama dari vertebra lumbal (lumbar spine) adalah ligamen longitudinal
lanterior. Ligamen tersebur berfungsi untuk stabilisator pasif pada saat gerakan
ekstensi lumbal dan merupakan ligamen yang tebal dan kuat.
21
b. Ligamen longitudinal posterior adalah ligament yang berperan sebagai stabilisator
pasif saat gerakan fleksi lumbal. Ligamen ini mengandung serabut saraf afferent
nyeri sehingga dapat bersifat sensitif dan banyak memiliki sirkulasi darah.
c. Ligamen flavum merupakan ligamen yang mengandung serabut elastin lebih banyak
daripada serabut kolagen apabila saat dibandingkan dengan ligamen lainnya di
vertebra. Ligamen flavum mempunyai fungsi dalam mengontrol gerakan fleksi
lumbal.
d. Ligamen supraspinosus dan interspinosus merupakan ligamen yang berperan dalam
gerakan fleksi lumbal. Ligamen intertransversal ini merupakan ligamen yang
berfungsi sebagai kontrol gerakan lateral fleksi pada daerah lumbal kearah
kontralateral (Anshar dkk, 2011).
4. Otot-otot vertebra lumbal
a. Erektor spine
Merupakan suatu kelompok otot yang luas dan terletak dalam facia
lumbodorsal, serta muncul dari suatu aponeurosis pada sacrum,crista illiaca dan
procesus spinosus thoraco lumbal. Kelompok otot ini terbagi atas beberapa otot
yaitu:
1) M. Longissimmus,
2) M. Iliocostalis,
3) M. Spinalis.
Kelompok otot ini adalah suatu penggerak utama pada gerakan ekstensi lumbal dan
sebagai stabilisator vertebra lumbal pada saat tubuh dalam keadaan tegak. Kerja
otot dibantu oleh M. transverso spinalis dan paravertebral muscle (deep muscle)yaitu
22
seperti M. intraspinalis dan M. intrasversaris, M. trasversusabdominal, M. lumbal
multifidus, M. diafragma, M. pelvic floor (Anshar dkk, 2011).
b. Abdominal
Merupakan kelompok otot ekstrinsik yang membentuk dan memperkuat
dinding abdominal. Terdapat 4 otot abdominal yang penting dalam fungsi spine,
yaitu M. rectus abdominis, M. obliqus external, M. obliqus internal dan M.
transversalis abdominis (global muscle). Kelompok otot ini termasuk otot fleksor
trunk yang sangat kuat dan berperan untuk mendatarkan kurva lumbal. Selain itu
M. obliqus internal dan external berperan pada rotasi trunk (Anshar dkk, 2011).
c. Deep lateral muscle
Merupakan suatu kelompok otot intrinstik pada bagian lateral lumbal yang
terdiri dari Musculus Quadratus Lumborum dan Musculus Psoas, kelompok otot
ini berperan sebagai gerakan lateral fleksi dan rotasi lumbal (Anshar dkk, 2011).
d. Persarafan vertebre
Adapun Sendi-sendi di antara korpora vertebra dipersarafi oleh ramus
meningeus kecil setiap nervus spinalis. Sendi-sendi di antara prosesus artikularis
dipersarafi bagi cabang-cabang dari ramus posterior nervus spinalis.
23
Gambar 2.7 Persarafan Vertebra (Snell,2009)
5. Patofisiologi Punggung Bawah
Pada tulang belakang atau yang biasa disebut dengan sebutan tulang punggung
yaitu tersusun dari serangkaian tulang-tulang kecil atau vertebra yang tertata dengan
satu sama lain yang posisi memanjang mulai dari dasar tengkorak hingga panggul
kemudian disetiap celah antara vertebra terdapat bantalan seperti gel yang berfungsi
sebagai mengurangi guncangan seraya mencegah tulang saling bergesekan satu sama
lain. tulang punggung berperan sebagai penyokong tubuh serta melindungi saraf tulang
belakang yang bekerja untuk menerima dan menghantarkan pesan antara otak dan
tubuh. Sehingga memungkinkan fungsi organ yang sehat dan mengendalikan
gerakan. Sedangkan cidera pada tulang belakang yaitu berasal dari trauma seperti
kompensasi yang berlebih ataupun otot bekerja statis serta bisa diakibatkan karena
jatuh sehingga mengalami cidera pada tulang punggung yang kemudian menyebabkan
nyeri pada tulang (Septian, 2013).
24
6. Biomekanika Punggung Bawah
Pada susunan anatomis tulang belakang ada beberapa yang berfungsi dalam
progres biomekanika antara lain discus intervertebrali. Pada discus intervertebralis
terdapat di antara dua ruas vertebra yang saling berkaitan yaitu diawali dari C2-C3
yaitu dengan jumlah 23 discus intervertebralis. Pergerakan pada lumbal vertebra yaitu
fleksi, ekstensi, rotasi dan lateral fleksi yang bisa dilakukan oleh siapapun. Disebabkan
pada diskus intervertebralis lumbal mempunyai karakteristik persendian synarthrosis
dengan nukleus pulposus yang mendorong vertebra pada saat melaksanakan gerakan
fleksi, ekstensi, rotasi dan lateral fleksi (Raka, 2015).
a. Fleksi lumbal
Gerakan tersebut menempati bidang sagital dengan axis gerakan frontal.
Sudut yang normal gerakan fleksi lumbal sekitar 60°. Gerakan ini dilakukan oleh
otot fleksor yaitu otot rectus abdominis dibantu oleh otot-otot esktensor spinal
(Kapanji, 2010).
b. Ekstensi lumbal
Gerakan tersebut menempati bidang sagital dengan axis frontal, sudut
ekstensi lumbal sekitar 35°. Gerakan ini dilakukanoleh otot spinalis dorsi, otot
longisimus dorsi dan iliococstalis lumborum (Kapanji, 2010).
c. Rotasi lumbal
Terjadi di bidang horizontal dengan axis melalui processus spinosus
dengan sudut normal yang dibentuk 45° dengan otot pergerakan utama M.
iliocostalis lumborum untuk rotasi ipsi leteral dan kontra lateral, apabila otot
25
berkontraksi terjadi rotasi ke arah berlawanan oleh M.obliques eksternal
abdominis. Gerakan ini dibatasi oleh rotasi samping yang berlawanan dan ligamen
interspinosus(Kapanji, 2010).
d. Lateral fleksi lumbal
Gerakan pada bidang frontal dan sudut normal yang dibuat sekitar 30°
dengan otot pergerakan m. abliquesinternus abomiminis, m. rektus abdominis. Pada
posisi normal, sebaiknya semua komponen struktur stabilitator terjadi harmonisasi
gerak, yaitu antara otot dan ligamen. Bagian lumbal mempunyai kebebesan yang
besar sehingga kemungkinan akan terjadinya cidera yang besar walaupun memang
tulang-tulang vertebra dan ligamen didaerah punggung lebih kokoh. Posisi berdiri
sudut normal lumbosacral untuk laki-laki 30° dan wanita 34°.Semakin besar sudut
lumbosacral, semakin besar pula kurva lordosis, begitu juga sebaliknya (Kapanji,
2010).
D. Konsep Low Back Pain myogenic
1. Definisi Low Back Pain myogenic
Menurut Pramita (2014) Low Back Pain adalah nyeri yang terjadi disekitar
punggung bagian bawah tepatnya dibawah Costae 12. Biasanya disebabkan karena
gangguan atau trauma pada bagian otot atau tendon tanpa harus disertai dengan adanya
neorologis. Low Back Pain terdapat masalah Musculoskeletal yang dapat menyebabkan
berbagai masalah seperti masalah psikologis dan mobilisasi yang tidak benar. Nyeri
akibat Low Back Pain biasanya berasal dari masalah yang terdapat pada Tulang,
Vertebra, Otot, Tendon dan ligamen (Rakel,2011).
26
Low Back Pain myogenic adalah masalah kesehatan yang sering ditemukan di
negara maju dan berkembang (Asghar, 2012). Nyeri punggung bawah merupakan istilah
untuk nyeri yang dirasakan di area anatomi dengan berbagai variasi lama terjadinya
nyeri. Nyeri yang dirasakan berupa nyerri lokal. Biasanya terasa diantara sudut iga
terbawah hingga lipat bokong yaitu di daerah lumbal atau lumbosacral. Low back pain
myogenic (LBP) dapat terjadi pada siapapun baik berdasarkan jenis kelamin, usia, ras ,
status sosial, status pendidikan ataupun profesi.
2. Mekanisme Low Back Pain myogenic
Low Back Pain myogenic salah satunya yang merupakan gangguan
Musculoskeletal disebabkan karena berbagai faktor dan dapat dirasakan oleh siapapun
yang melakukan pekerjaan beban berat, atau duduk dengan posisi yang salah dalam
waktu yang cukup lama (Statis) sehingga akan menyebabkan inflamasi pada tendon
ataupun spasme pada otot tanpa adanya gangguan neurologis yang ditandai dengan
adanya nyeri menjalar namun terdapat keluhan nyeri lokal pada individu (Trie
dkk,2014).
3. Klasifikasi Low Back Pain myogenic (LBP)
Dijelaskan dalam penelitian yang dilakukan oleh Rakha (2015) bahwa terlihat
posisi anatomi pada nyeri punggung terdapat 3 perbedaan antara lain : neck pain (nyeri
pada regio cervical), upper back pain (nyeri pada regio thoracal), dan juga low back
pain (nyeri pada regio lumbo sacral). Berdasarkan etiologinya Low Back Pain bisa
diklasifikasikan menjadi viscerogenik, vaskulogenik, spondilogenik dan psikogenik.
Sedangkan untuk low back pain sendiri terbagi menjadi 2 jenis, yaitu:
27
a. Low Back Pain kronis , yaitu terdapat ambaang nyeri yang bertahan > 12 minggu
b. Low Back Pain acute/sub acute ambang nyeri bertamwbah selama < 12 minggu
4. Pemeriksaan Spesifik Low Back Pain Myogenic
a. Palpasi Test
Palpasi test dilaksanakan pada area yang terdapat low back pain. Struktur
yang dapat dilakukan palpasi yaitu area tulang belakang bagian bawah yang
terdapat keluhan low back pain. Pada saat melakukan palpasi terapi dapat
menambahkan tekanan untuk melihat apakah terdapat nyeri tekan pada area
punggung L4 – L5 (Alvin, 2016).
Gambar
2.8 Palpasi Test(Suarsyaf, 2012)
b. Test Laseque
Pasien diminta agar tidur posisi terlentang lalu salah satu kaki diminta
untuk diangkat lurus dan tungkai satunya tetap lurus tanpa terangkat sedikitpun.
Lalu positif Hernia Nucleus Pulposus apabila didapatkan respon nyeri pada saat
tungkai dinaikkan belum sampai 70 derajat. Karena terdaapat rangsangan pada
nervus ischiadicus (Suarsyaf, 2012).
28
Gambar 2.9 Test Laseque (Afrizal, 2014)
c. Tes Bragad
Pasien diminta untuk tidur posisi terlentang lalu salah satu kaki diminta
untuk diangkat lurus sedangkan tungkai satunya tetap lurus tanpa terangkat
sedikitpun sama seperti test lasequenamun bedanya pada tes bragad kaki pasien
diminta untuk dorso fleksi sehingga apabila terdapat nyeri menjalar dari pantat
hingga kaki maka positif terdapat iritasi pada saraf (Suarsyaf, 2012)
Gambar 2.10 Bragad test(Suarsyaf,2012)
d. Tes valsava
Pada tes ini pasien diminta duduk releks lalu di minta menutup mulut dan
juga hidung lalu meniup sekuat-kuatnya apabila didapat hasil pasien mengeluhkan
nyeri menjalar pada sepanjang pantat hingga ujung kaki maka positif Hernia
Nucleus Pulposus (HNP) (Suarsyaf, 2012)
29
Gambar 2.11 Valsava test(Joses Terabuna Alvela, 2011)
5. Faktor Penyebab Low Back Pain Myogenic
a. Usia
Seiring bertambahnya usia menyebabkan perubahan pada tulang atau yang
biasa disebut degeneratif. Kondisi ini biasanya dialami pada saat usia 30 tahun. Mulai
dari usia tersebut biasanya mulai akan terjadi penurunan fungsi bahkan kerusakan
jaringan serta kadar cairan dalam tubuh juga dapat mengalami penurunan sehingga
menyebabkan penurunan stabilitas pada tulang dan juga muscle (Andini, 2015).
b. Masa Kerja
Masa kerja juga berpengaruh terhadap timbulnya nyeri pada low back pain karena
pada saat aktivitas kerja otot akan cenderung berkrontraksi terus menerus dalam kurun
waktu yang cukup lama dan juga pada posisi yang tidak ergonomis (Arini,2015)
c. Posisi Kerja Pada Petani
Minimnya tingkat kesadaran ataupun pengetahuan seseorang terhadap posisi
ergonomis sehingga mengakibatkan otot akan lebih cepat mengalami kelelahan
karena otot tersebut dipaksa bekerja lebih keras dan berkontraksi berkelanjutan dalam
30
waktu yang lama sehingga bisa dapat menyebabkan spasme otot dan menimbulkan
rasa nyeri (Ardini, 2015). Posisi kerja duduk dengan membungkuk dirasa lebih ringan
oleh individu sehingga posisi tersebut sangat disukai oleh banyak orang hingga
dijadikan kebiasaan seperti pada petani padi dengan kebiasaan kerja membungkuk dan
duduk dengan bungkuk sehingga dapat menyebabkan tekanan pada bantalan saraf
lebih besar seperti yang disebutkan oleh kantana (2010), posisi membungkuk
menyebabkan otot lebih tegang sehingga memberikan beban pada tulang belakang
lebih besar dan meningkatkan resiko perubahan pada postural yang dapat
menyebabkan keluhan low back pain (Silviyani V dkk, 2013)
d. Lingkungan
1. Kebisingan
Dari lingkungan kerja kebisingan dapat mempengaruhi kinerja kerja.
Kebisingan tidak secara langsung dapat memicu terjadinya low back pain myogenic
namun sebab lingkungan kerja yang kurang nyaman akibat kebisingan sehingga
membuat pekerja stress. (Nurrahman, 2016).
2. Getaran
Getaran ini bisa dapat menimbulkan keluhan Low Back Pain saat seseorang
menghabiskan waktu dikendaraan atau lingkungan kerja yang memiliki bahaya
getaran. Getaran merupakan faktor beresiko yang signifikan untuk menyebabkan
terjadinya Low Back Pain, selain itu getaran juga dapat menyebabkan peredaran
darah tidak lancar dan kontraksi otot meningkat, penimbunan asam laktak dan
akhirnya timbul rasa nyeri (Nurrahman, 2016).
31
e. Jenis Kelamin
Dalam penelitian yang diteliti oleh Andini, (2015) menunjukkan penyebab
nyeri punggung yaitu lebih banyak pada wanita dibandingkan dengan pria yang
berdasarkan prevalensi. Dikarenakan fisiologisnya fungsi otot pria lebih besar
daripada wanita (Andini, 2015)
f. Indeks Massa Tubuh(IMT)
Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah suatu kalkulasi angka dari berat dan tinggi
badan seseorang. Nilai IMT diperoleh dari berat badan kilogram kemudian dibagi
dengan kuadrat dari tinggi dalam meter (KG/M2). Sedangkan panduan terbaru dari
WHO tahun 2000 mengatakan bahwa indeks masa tubuh untuk orang Asia dewasa
menjadi Underweight (IMT <18,5), Normal range (IMT 18,5 – 22,9) dan overweight
(IMT ≥ 23,0) Overweight dipecah menjadi 3 yaitu at risk (IMT 23,0 – 24,9), Obese 1
(IMT 25-29,9) Dan obese 2 (IMT≥ 30,0) (Andini,2015). Bagian titik pada tulang
vertebra yang pengaruh beresiko dari efek obesitas ialah vertebra lumbal
(Purnamasari, 2010).
g. Duduk dalam waktu yang lama
Menurut Luthfianto (2011), dalam penelitiannya menjelaskan bahwa posisi
duduk yang statis untuk jangka waktu lama lebih cepat menimbulkan gangguan atas
sistem muskuloskeletal. Karena suatu pekerjaan yang dilakukan seseorang dengan
duduk menerima beban lebih berat 6 – 7 kali dibandingkan dengan pekerjaan yang
dilakukan dengan berdiri.
32
E. Diagnosa Banding Low Back Pain Myogenic
Selain beberapa etiologi diatas low back pain myogenic juga dapat disebabkan oleh
beberapa faktor seperti Hernia Nucleus Pulposus(HNP), Lumbal Spinal Stenosis,
Spondylolisthesis, Spondylosis. Beberapa penyakit tersebut merupakan pembanding
timbulnya nyeri punggung bawah myogenic untuk membedakan jenis nyeri yang akan
ditimbulkan oleh beberapa penyakit tersebut makan akan dijelaskan dibawah ini :
a. Hernia Nucleus Pulposus (HNP)
Hernia Nucleus Pulposus merupakan gangguan yang melibatkan rupture annulus
fibrosus sehingga nucleus pulposus menonjol dan menekan kearah kanalis spinalis
biasanya disebabkan karena adanya trauma langsung ataupun tidak langsung pada
bagian diskus intervertebralis sehingga menyebalbkan kompresi dan fragmentasi nucleus
pulposusdan menyebabkan annulus pecah. Nucleus pulposus yang tertekan akan
mencari jalan keluar dari annulus yang pecah sehingga menekan ligamentum
longitudinal hal ini dapat menyebabkan penyempitan antara corpus vertebra sehingga
dapat mengiritasi akar saraf yang melewati foramen intervertebralis hal ini dapat
menyebabkan nyeri yang hebat dan menjalar sampai tungkai. Untuk dapat
mendiagnosa HNP dapat dilakukan dengan menggunakan tes laseque, tes bragad
serta tes valsava (Nova N dkk,2016).
b. Lumbal Spinal Stenosis
Lumbal Spinal Stenosis adalah suatu kondisi dimana terdapat penyempitan
terhadap kanalis spinalis atau foramen intervertebralis di area lumbal sehingga
menyebabkan penurunan aliran cairan atau gas yang disertai dengan adanya penekanan
saraf. Penyakit ini merupakan penyakit degenerative pada usia lanjut dengan ciri
33
penebalan pada ligamentum vlavum. Pada kasus ini biasanya pada saat dilakukan
pemeriksaan fisik maka didapatkan hasil negative tes laseque serta tidak meningkatkan
nyeri pada saat dilakukan tes valsava sehingga dibutuhkan pemeriksaan penunjang
yaitu X-Ray dan MRI (Putu Indah dkk, 2009).
c. Spondylolisthesis
Spondylolisthesis merupakan kelainan karena terjadi pergeseran corpus vertebra
yang disebabkan karena trauma karena kelemahan pada istmus pars interarticularis
vertebra yang bersifat genetik atau juga kelainan konginetal. Kelainan ini sering terjadi
pada regio lumbo sacral karena beban yang paling banyak pada tulang punggung yaitu
pada L4-L5 dan L5-S1 (Rachmawati,2012).
d. Spondylosis
Spondylosis merupakan kelainan degenratif yang disebabkan karena menipisnya
discus dan menyempitnya foramen intervertebralis sehingga terjadi penyempitan jarak
antar vertebra dan terjadilah osteofit serta penyempitan pada kanalis spinalis dan
foramen intervertebralis juga iritasi persendian posterior sehingga menimbulkan low
back pain. Umumnya terjadi pada segment L4-L5 dan L5-S1. Adapun beberapa faktor
yang juga bertanggung jawab pada kasus spondylosis yaitu duduk dalam waktu yang
cukup lama dan usia, obesitas serta terbiasa dengan postur yang salah (Gita P,2015).
F. Konsep Numerical Rating Scale
Penilaian perhitungan skala numerik (Numerical Rating Scale, NRS). Sering
digunakan untuk menjelaskan tanpa menggunakan kata. Pada bagian ini pasien
memperkirakan nyeri yang sedang dialami dengan menggunakan angka untuk
menggambarkan seberapa nyeri yang sedang di alami menggunakan skala 0 – 10. Yaitu
34
perhitungan skala yang efektif disaat pengkajian awal nyeri sebelum dan sesudah intervensi
(Andarmayo,2013). Konsep Numerical Rating Scale (NRS) dapat dipahami dengan mudah
oleh responden untuk menentukan skala awal nyeri yang sedang dirasakan. Dengan subyek
nyeri tekan, nyeri gerak, nyeri diam pada saat dilakukan pemeriksaan dianggap lebih baik
daripada Visual Analog Scale (VAS) terutama saat menilai tingkat nyeri akut secara valid.
Gambar 2.12Numerical Rting Scale (Maldoyo 2013)
Keterangan :
0 : Tidak terdapat nyeri
1-3 : Terdapat nyeri ringgan, pasien dapat berkomunikasi dengan sangat baik dapat
mendeskripsikan nyeri yang sedang dirasakan serta dapat menunjukkan titik nyeri
4-6 : Nyeri sedang, pasien menunjukkan ekspresi kesakitan serta mengeluhkan nyeri
dan dapat menunjukkan titik nyeri yang sedang dirasakan
7-10 : Nyeri berat, pasien datang dengan ekspresi kesakitan, tidak dapat
mendeskripsikan nyeri yang sedang dirasakan namun terkadang tidak dapat
mengikuti aturan tetapi masih dapat merespon terhadap tindakan.