bab ii landasan teori a. konsep dasar perpajakaneprints.mercubuana-yogya.ac.id/463/3/bab ii.pdf ·...

26
11 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Dasar Perpajakan 1. Pengertian Pajak Pajak adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan Undang Undang sehingga dapat dipaksakan, dengan tidak membalas jasa secara langsung. Pajak dipungut dengan berdasarkan berbagai norma hukum untuk dapat menutup biaya produksi barang serta jasa kolektif guna mencapai kesejahteraan umum. Pajak merupakan konstribusi wajib pajak kepada negara yang sifatnya memaksa berdasarkan Undang-Undang yang digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Menurut Undang-Undang No.16 tahun 2009, pajak adalah konstribusi wajib pajak kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Adapun pengertian pajak menurut beberapa ahli, yaitu: Menurut Sugianto “Pajak merupakan suatu pungutan atau iuran wajib pajak yang dilakukan oleh individu atau badan kepada suatu daerah tanpa imbalan secara langsung yang seimbang, dapat untuk dipaksakan dengan berdasarkan Undang-Undang yang berlaku yang kemudian digunakan untuk menyelenggarakan pemerintah serta untuk pembangunan daerah.

Upload: lamkhue

Post on 26-May-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Perpajakan

1. Pengertian Pajak

Pajak adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan Undang –

Undang sehingga dapat dipaksakan, dengan tidak membalas jasa secara

langsung. Pajak dipungut dengan berdasarkan berbagai norma hukum

untuk dapat menutup biaya produksi barang serta jasa kolektif guna

mencapai kesejahteraan umum.

Pajak merupakan konstribusi wajib pajak kepada negara yang

sifatnya memaksa berdasarkan Undang-Undang yang digunakan untuk

keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Menurut

Undang-Undang No.16 tahun 2009, pajak adalah konstribusi wajib pajak

kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat

memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan

imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Adapun pengertian pajak menurut

beberapa ahli, yaitu:

Menurut Sugianto

“Pajak merupakan suatu pungutan atau iuran wajib pajak yang

dilakukan oleh individu atau badan kepada suatu daerah tanpa imbalan

secara langsung yang seimbang, dapat untuk dipaksakan dengan

berdasarkan Undang-Undang yang berlaku yang kemudian digunakan

untuk menyelenggarakan pemerintah serta untuk pembangunan daerah.

12

Menurut Rochmat Soemitro yang dikutip oleh Mohammad Zaid

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-

undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal

(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan dapat digunakan

untuk membayar pengeluaran umum.

Menurut Adriani dalam Waluyo (2011:2)

“Pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan yang

terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan perpajakan,

dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk,

dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran

umum berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan

Pemerintah,”

Dari beberapa pengertian-pengertian para ahli dapat disimpulkan bahwa

karakteristik dari pajak, yaitu sebagai berikut:

a. Iuran wajib yang dapat dipaksakan.

b. Pajak dipungut berdasarkan Undang – Undang.

c. Pajak tidak memberikan timbal balik atau kontraprestasi secara

langsung atas pembayaran pajak.

d. Pajak dipungut oleh negara, baik pemerintah pusat maupun daerah.

e. Pajak diperuntukan untuk keperluan umum, membiayai pengeluaran-

pengeluaran pemerintah guna kepentingan negara.

2. Fungsi Pajak

Pajak merupakan peranan yang sangat penting bagi kehidupan bernegara,

khususnya didalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan

sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk

pengeluaran pembangunan. Adapun fungsi pajak adalah sebagai berikut:

13

a. Fungsi Anggaran (Budgetair)

Fungsi anggaran ini bisa disebut sebagai fungsi yang terpenting bagi

negara juga disebut dengan fungsi fiskal yaitu suatu fungsi dimana

hasil atau dana pajak menjadi salah satu sumber dana kas atau

keuangan negara. Dimana dana pajak yang masuk ke dalam kas

negara diatur dan disesuaikan dengan dasar hukum pajak yang

berlaku. Fungsi ini menunjukan bahwa pajak merupakan aspek

penting terutama bagi pembiayaan dan pemasukan negara.

b. Fungsi Mengatur (Reguler)

Fungsi mengatur disini adalah pemerintah mampu menggunakan

pajak sebagai aspek yang bisa dijadikan sebagai alat untuk mencapai

suatu tujuan tertentu. Dengan kata lain pajak bisa digunakan

pemerintah untuk mengatur dan mengkondisikan situasi tertentu

yang pada intinya akan menjadikan semua situasi yang ada disuatu

negara harus menguntungkan masyarakat dalam negara tersebut.

c. Fungsi Stabilitas

Pajak juga digunakan oleh pemerintah dalam hal mengatur dan

menstabilkan perekonomian dalam negeri. Pajak bisa menjadi alat

stabilitas ekonomi dalam berbagai kondisi yang dianggap

mengancam keberlangsungan jalannya perekonomian negara.

Dengan adanya pajak pemerintah memiliki banyak opsi dalam

membuat dan menetapkan sebuah kebijakan.

14

Fungsi-fungsi pajak tersebut dimaksudkan untuk mengatur jalannya

pajak supaya dapat diatur dan berjalan dengan baik. Salah satu cara

pengaturan pajak yang dapat dilakukan adalah dengan membuat tata cara

pemungutan pajak.

3. Cara Pemungutan Pajak

Menurut Waluyo (2011:16) cara pemungutan pajak adalah sebagai

berikut:

a. Stelsel Pajak

Cara pemungutan stelsel pajak dapat dilakukan berdasarkan antara lain

sebagai berikut :

1) Stelsel Nyata (rill stelsel)

Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan) yang

nyata, sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir

Tahun Pajak, yakni setelah penghasilan baru dapat sesungguhnya

telah dapat diketahui. Kelebihan stelsel ini adalah pajak yang

dikenakan lebih realistis. Kelemahannya adalah pajak baru dapat

dikenakan pada akhir periode (setelah penghasilan riil diketahui).

2) Stelsel Anggapan (fictieve stelsel)

Pengenaan pajak di dasarkan pada suatu anggapan yaitu

diatur oleh Undang-undang. Kelebihan dari stelsel anggapan ini

adalah pajak yang dibayar selama tahun berjalan, tanpa harus

menunggu akhir tahun. Kelemahannya adalah pajak yang dibayar

tidak berdasarkan pada keadaan yang sesungguhnya.

15

3) Stelsel Campuran

Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel

anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan

suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak

disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya. Apabila besarnya

pajak menurut kenyataan lebih besar daripada pajak anggapan, maka

wajib pajak harus menambah kekurangannya. Demikian pula

sebaliknya, apabila lebih kecil, maka kelebihannya dapat diminta

kembali.

b. Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak menurut Waluyo (2011) dapat dibagi menjadi:

1) Official Assessment System

Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya

pajak yang terutang.

Ciri-ciri Official Assessment System adalah sebagai berikut :

Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang

berada pada fiksus.

Wajib Pajak bersifat pasif.

Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat keterangan

pajak oleh fiskus.

2) Self Assessment System

Sistem ini merupakan pajak yang memberi wewenang,

kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk

menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan

16

sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. Adapun ciri-ciri Selff

Assessment System antara lain:

Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang

pada wajib pajak itu sendiri

Wajib pajak aktif

Menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang

terutang

Fiskus hanya mengawasi dan tidak ikut campur tangan.

3) Withholding System

Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang

memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau

memungut besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Ciri –

ciri Withholding System adalah wewenang menentukan besarnya

pajak terutang ada pada pihak ketiga selain fiskus dan wajib

pajak.

4. Jenis - jenis Pajak

Berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, jenis-jenis pajak

yang termasuk dalam ruang lingkup pajak pusat adalah sebagai berikut:

a. Pajak Penghasilan (PPh)

Pajak Penghasilan (PPh) diatur dalam Undang-Undang PPh,

pengertian penghasilan menurut undang-undang adalah setiap kali

wajib pajak menerima tambahan kemampuan ekonomis baik yang

berasal dari dalam negeri maupun luar negeri , yang digunakan untuk

17

konsumsi atau sekedar menambah kekayaan wajib pajak yang

bersangkutan. Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan

terhadap Subjek Pajak Penghasilan atas penghasilan yang diterima atau

diperoleh dalam tahun pajak. Subjek pajak tersebut dikenai pajak

apabila menerima atau memperoleh penghasilan. Subjek pajak yang

menerima atau memperoleh penghasilan dalam Undang-Undang Nomor

36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh) adalah Wajib Pajak.

Pajak Penghasilan merupakan jenis pajak yang dikenakan kepada

setiap individu atau perseorangan dan badan tertentu yang berkaitan

dengan adanya penghasilan yang diterima oleh pihak tersebut, yang

mana perhitungannya ditentukan berdasarkan selama satu tahun pajak.

Sumber hukum dari pajak penghasilan terutang dalam Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1984, Undang-Undang ini didalamnya memuat

berbagai hal yang mencakup ruang lingkup pajak penghasilan dan yang

menjadi pedoman dalam menentukan kriteria terhadap penetapan

parameter atau tolak ukur dalam menjalankan sistem perpajakan yang

benar dan sesuai dengan aturan hukum yang berlaku.

b. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB) adalah pajak yang dipungut atas

tanah dan bangunan karena adanya keuntungan dan/atau kedudukan

sosial ekonomi yang lebih baik bagi orang atau badan yang mempunyai

suatu hak atasnya atau memperoleh manfaat dari padanya.

18

Pajak Bumi dan Bangunan merupakan jenis pajak yang dikenakan

terhadap individu atau beban selaku pemilik atau pengguna hal atas

tanah dan bangunan.

Terdapat beberapa unsur dalam pajak bumi dan bangunan yaitu bumi,

bangunan, nilai jual objek pajak (NJOP), surat pemberitahuan objek

pajak, surat pemberitahuan pajak terutang.

Yang dimaksud dengan bumi adalah meliputi permukaan bumi

dan apa yang ada didalamnya. Sedangkan bangunan adalah bentuk

konstribusi teknik yang dibangun dan ditempatkan secara permanen

pada tanah atau perairan.

Dasar Hukum PBB adalah pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar

1945 yang berbunyi “Bumi dan air dan kekayaan alam terkandung di

dalamnya dikuasai oleh negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk

kemakmuran rakyat”. Sedangkan dasar pemungutannya adalah pasal 23

ayat 2 yang berbunyi “Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan

Undang-Undang”.

c. Bea Materai

Bea materai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen yang

bersifat perdana dan dokumen untuk digunakan di pengadilan. Yang

dikatakan dengan dokumen merupakan dokumen khusus, dimana

terdapat beberapa aturan yang berkaitan dengan penetapan dokumen

yang termasuk dalam jenis perpajakan. Dokumen yang dimaksud dalam

hal ini adalah objek pajak yang meliputi antara lain surat perjanjian,

19

akta notaris, akta tanah, surat yang memuat jumlah uang tertentu, surat

berharga dan yang terakhir adalah dokumen berupa efek dengan nama

dan dalam bentuk apapun selam memuat sejumlah nominal harga diatas

nilai ketetapan undang-undang. Pelaksanaan dan dasar hukum atas bea

materai diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1985.

d. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan

terhadap adanya aktivitas konsumsi barang atau jasa, dimana barang

dan jasa yang dimaksud secara hukum termasuk dalam kategori objek

kena pajak di dalam daerah pabean. Pemungutan pajak ini berlaku

untuk siapa pun yang terlibat dalam aktivitas ekonomi barang dan jasa

baik itu pribadi atau individu, badan usaha atau perusahaan.

Karakteristik pajak pertambahan nilai dalam Undang-Undang adalah

1) Pajak tidak langsung maksudnya antara pihak pemegang beban

pajak dan pihak penanggung jawab yang berkewajiban

melapor adalah subjek pajak yang berbeda.

2) Multitahap, maksudnya adalah Pajak dikenakan setiap adanya

kegiatan produksi atau distribusi akan dikenai pajak yang

berbeda.

3) Pajak Objektif harus sesuai dengan ketentuan yang terutang

dalam hukum berkaitan dengan objek pajaknya.

4) Bersifat netral yaitu PPN tidak hanya dikenakan pada barang

tetap juga jasa.

20

5) Menghindari pengenaan pajak berganda (double tax) karena

PPN hanya dikenakan pada pertambahan nilanya saja.

6) Perhitungan pajak berdasarkan pada besarnya pajak yang

masuk dan pajak yang keluar.

e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).

Berdasarkan Undang-Undang yang berlaku Pajak Penjualan Atas

barang Mewah merupakan pajak yang dikenakan pada barang yang

tergolong mewah yang dilakukan oleh produsen (pengusaha) untuk

menghasilkan atau mengimpor barang dalam kegiatan usaha atau

pekerjaannya. Pajak Penjualan atas Barang Mewah dihitung dengan

cara mengalikan persentase tarif PpnBm dengan nilai dasar pengenaan

pajak (harga barang sebelum dikenakan pajak termasuk PPN).

Sedangkan untuk membuat laporannya harus menggunakan formulir

SPT Masa PPN 1111. Selama masih berada dalam satu periode pajak

yang sama. Pajak Penjualan atas Barang Mewah dapat dilaporkan

bersama dengan PPN dan PPN impor. Pelaporan pajak barang mewah

harus segera dilakukan paling lama pada akhir bulan berikutnya setelah

tanggal faktur dibuat.

B. Pemahaman Peraturan Perpajakan

1. Pengertian Pemahaman Peraturan Perpajakan

Menurut Nirmala Adiasa (2013) pemahaman peraturan perpajakan

adalah suatu proses dimana wajib pajak memahami dan mengetahui

tentang peraturan dan undang-undang serta tata cara perpajakan dan

21

menerapkannya untuk melakukan kegiatan perpajakan seperti,

membayar pajak, melaporkan SPT dan sebagainya.

Sedangkan menurut Hardiningsih dalan Andala (2013)

pemahaman peraturan perpajakan merupakan cara wajib pajak dalam

memahami peraturan perpajakan yang telah ada. Pemahaman peraturan

perpajakan seorang wajib pajak berkaitan dengan suatu kemampuan

seseorang dalam menangkap makna peraturan perpajakan yang berlaku.

Artinya seorang wajib pajak mampu dan mengerti bagaimana tata cara

menghitung maupun melaporkan kewajiban perpajakan, serta

mengetahui pengetahuan tentang fungsi dan peranan pajak.

2. Tingkat Pemahaman Peraturan Perpajakan

Sudjana (2010:24) membagi tingkatan pemahaman secara umum

menjadi 3 kategori, sehingga dapat dikaitkan pemahaman dengan

peraturan perpajakan seorang wajib pajak adalah sebagai berikut:

a. Tingkat rendah adalah pemahaman terjemahan mulai dari

menerjemahkan dalam arti yang sebenarnya, mengartikan prinsip-

prinsip. Jika dikaitkan dengan peraturan perpajakan maka pemahaman

ini wajib pajak hanya sekedar mengetahui peraturan yang berlaku.

Pelaku wajib pajak hanya sekedar mengetahui bahwa ia harus

membayar pajak. Hal ini dianggap sebagai kewajibannya untuk

mematuhi aturan perpajakan.

b. Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yaitu menghubungkan

bagian-bagian terendah dengan yang diketahui berikutnya, atau

22

menghubungkan dengan kejadian, membedakan yang pokok dengan

yang bukan pokok. Jika dikaitkan dengan peraturan perpajakan maka

pemahaman pada tingkat ini wajib pajak telah mengerti peraturan

perpajakan dan melaksanakan kewajiban dan hak perpajakannya

namun belum memiliki kesadaran seorang wajib pajak. Wajib pajak

telah memahami bahwa membayar pajak sebagai kewajibannya dan

digunakan untuk kepentingan bersama untuk kesejahteraan

masyarakat.

c. Tingkat ketiga merupakan tingkat tertinggi yaitu pemahaman

eksploitasi. Memiliki pemahaman tingkat eksploitasi berarti seseorang

mampu melihat dibalik yang tertulis, dapat membuat estimasi, prediki

berdasarkan pada pengertian dan kondisi yang diterangkan dalam ide-

ide atau simbol, serta kemampuan membuat kesimpulan yang

dihubungkan dengan implikasi dan konsekuensi. Jika dikaitkan

dengan peraturan perpajakan maka pemahaman tingkat ini wajib pajak

telah mengerti peraturan perpajakan dan melaksanakan kewajiban dan

hak perpajakannya dengan tingkat kesadaran yang tinggi. Wajib pajak

dengan tertib dan patuh selalu membayar pajak sesuai dengan apa

yang harus dibayarkan.

Berdasarkan dari uraian diatas pemahaman yang dimaksud

adalah pemahaman terkait dengan peraturan perpajakan. Semakin

paham wajib pajak terhadap peraturan perpajakan maka semakin

paham pula wajib pajak terhadap hak dan kewajibannya serta sanksi

yang akan diterima sehubungan dengan hak dan kewajibannya.

23

Pemahaman peraturan perpajakan tersebut dapat mendorong wajib

pajak untuk semakin sadar dalam membayar pajak.

3. Indikator Pemahaman Peraturan Perpajakan

Berdasarkan konsep pemahaman peraturan perpajakan menurut

Rahayu dalam Rahmanto (2015) terdapat beberapa indikator wajib pajak

memahami peraturan perpajakan , yaitu :

a. Pengetahuan mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan,

diatur dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009. Berisi

mengenai hak dan kewajiban wajib pajak, prosedur pembayaran,

pemungutan dan pelaporan pajak.

b. Memahami sistem perpajakan di Indonesia, yang menggunakan

sistem self assessment system yaitu pemungutan pajak dengan

memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib

pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan

melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.

c. Memahami fungsi perpajakan, terdapat dua fungsi perpajakan yaitu

fungsi penerimaan (Budgeter) dan fungsi mengatur (Reguler).

C. Wajib Pajak

1. Wajib Pajak

Wajib Pajak menurut Undang-Undang No 16 Tahun 2009 tentang

ketentuan umum dan tata cara perpajakan mengatakan “Wajib Pajak

adalah orang pribadi atau badan yang meliputi pembayaran pajak,

memotong pajak, pemungutan pajak dan melaporkan pajak, mempunyai

24

hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan”.

Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang meliputi,

pembayaran pajak, pemotong pajak dan pemungut pajak, yang

mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan (Primandita Fitriandi, 2008:3).

Sedangkan menurut Rahman (2010: 32) Wajib Pajak adalah orang pribadi

atau badan yang ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan yaitu

terdiri dari memungut atau memotong pajak tertentu yang sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Wajib Pajak merupakan orang atau badan yang menurut peraturan

perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk

pemungut pajak (Erly Susandi, 2005:109). Berdasarkan pengertian para

ahli diatas maka pengertian wajib pajak adalah orang pribadi atau badan

yang diwajibkan untuk membayar jumlah pajak yang terutang

berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dan

tidak mendapatkan timbal balik secara langsung dari pembayaran pajak

tersebut.

2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) merupakan nomor yang

diberikan kepada Wajib Pajak (WP) sebagai sarana dalam administrasi

perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas

Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

25

NPWP mempunya beberapa fungsi adalah sebagai berikut :

a. Sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam

melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan.

b. Sarana dalam administrasi perpajakan.

c. Dicantumkan dalam setiap dokumen perpajakan.

d. Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam

pengawasan administrasi perpajakan.

D. Kesadaran Wajib Pajak

Kesadaran wajib pajak yaitu suatu kondisi dimana wajib pajak

mengetahui, memahami dan melaksanakan ketentuan perpajakan dengan

benar dan suka rela. Kesadaran adalah kemauan disertai dengan tindakan

dari refleksi terhadap kenyataan (Paulo Freira, 2010). Kesadaran

merupakan suatu proses belajar dari pengalaman dan pengumpulan

informasi yang diterima untuk mendapatkan keyakinan untuk mendorong

dilakukannya suatu tindakan (Padila dan Prior; 2010).

Jadi kesadaran wajib pajak adalah suatu upaya atau tindakan yang

disertai dengan kemauan dan dorongan dari diri sendiri dalam

melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan peraturan

yang berlaku.

26

Wajib pajak dikatakan memiliki kesadaran apabila sesuai dengan

hal-hal sebagai berikut (Manik Asri, 2009):

1. Mengetahui adanya Undang-undang dan ketentuan perpajakan

2. Mengetahui fungsi pajak untuk pembiayaan negara.

3. Memahami bahwa kewajiban perpajakan harus dilaksanakan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4. Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan suka rela.

5. Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan benar.

E. Kepatuhan Wajib Pajak

1. Kepatuhan Wajib Pajak

Kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan. Jadi

kepatuhan wajib pajak dapat diartikan sebagai tunduk, taat dan patuhnya

wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya sesuai

dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku (Siti

Kurnia Rahayu, 2010 ;138).

Menurut Zain dalam Wijoyanti (2010) Kepatuhan Wajib Pajak

merupakan suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban

perpajakan, tercermin dalam situasi dimana wajib pajak paham atau

berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan, mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas,

menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar, membayar pajak

yang terutang tepat pada waktunya.

27

Sedangkan menurut Rahman (2010:32) kepatuhan wajib pajak dapat

didefinisikan sebagai keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua

kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kepatuhan wajib pajak adalah

keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan

melaksanakan hak perpajakan. Sikap wajib pajak yang memiliki rasa

tanggungjawab sebagai warga negara bukan hanya sekedar takut akan

sanksi dari hukum pajak yang berlaku, serta wajib pajak yang

menyampaikan Surat Pemberitahuan dengan tepat. Kewajiban perpajakan

yang dimaksud disini meliputi mendaftarkan diri sebagai wajib pajak,

menghitung dan membayar pajak terutang, membayar tunggakan pajak

dan menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan (SPT).

2. Bentuk Kepatuhan Wajib Pajak

Secara umum kepatuhan wajib pajak di bagi menjadi dua yaitu

sebagai berikut:

a. Kepatuhan Formal

Kepatuhan formal yaitu suatu keadaan dimana wajib pajak

memenuhi kewajiban perpajakan secara formal sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan perpajakan.

b. Kepatuhan Material

Kepatuhan material yaitu suatu keadaan dimana wajib pajak

secara substantif memenuhi semua material perpajakan.

28

Maka dapat disimpulkan bahwa bentuk kepatuhan wajib pajak

dapat di bagi menjadi dua yaitu kepatuhan formal dan kepatuhan material

yang keduanya menuntut bahwa wajib pajak harus memenuhi semua

kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan Undang –Undang yang

berlaku.

3. Syarat Kepatuhan Wajib Pajak

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas sesuai dengan

PMK Nomor 192/PMK.03/2007 wajib pajak memiliki kriteria tertentu.

Adapun persyaratan yang harus dipenuhi sebagai wajib pajak patuh, yaitu

antara lain:

a. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan.

b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali

tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau

menunda pembayaran pajak.

c. Laporan keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga

pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa

Pengecualian selama 3 (tiga) tahun berturut-turut, dan

d. Tidak pernah di pidana karena melakukan tindakan pidana di bidang

perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai

kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.

29

F. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

1. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

Definisi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menurut Undang-

Undang RI No. 20 Tahun 2008 antara lain sebagai berikut :

1. Usaha Mikro adalah usaha produkfir milik orang perorangan atau badan

usaha perorangan.

2. Usaha Kecil merupakan usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,

atau menjadi bagian baik langsung atau tidak langsung dari Usaha

Menengah atau Usaha Besar.

3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, menjadi

bagian baik langsung atau tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha

besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan.

Usaha Mikro berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008

tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) adalah peluang usaha

produktif milik orang perorangan atau badan usaha perorangan yang

memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur oleh undang-undang.

Di negara yang sedang berkembang UMKM yang ada, memiliki

karakteristik berbeda dengan usaha besar, karakteristik yang dimiliki adalah

sebagi berikut (Tambunan, 2009:2);

30

a. Jumlah usaha sangat banyak melebihi jumlah usaha besar.

Terutama dari kategori usaha mikro dan usaha kecil, berbeda

dengan usaha besar dan usaha menegah, usaha mikro dan usaha

kecil tersebar diseluruh pelosok pedesaan termasuk diwilayah-

wilayah yang terisolasi. Oleh karena itu, usaha ini mmepunyai

suatu signifikansi local yang khusus untuk perekonomian

pedesaan. Dalam kata lain perekonomian kemajuan

pembangunan ekonomi pedesaan sangat ditentukan oleh

pembangunan UMKMnya.

b. Karena sangat padat karya, berarti mempunyai suatu potensi

pertumbuhan kesempatan kerja sangat besar, pertumbuhan

UMKM dapat dimasukan sebagai suatu elemen penting dari

kebijakan nasional untuk meningkatkan kesempatan kerja dan

menciptakan pendapatan.

c. Banyak UMKM bisa tumbuh pesat, bahkan banyak UMKM

bertahan pada saat ekonomi Indonesia dilanda suatu krisis besar

pada tahun 1997-1998. Oleh sebab itu, usaha ini dianggap

sebagai perusaan yang memiliki fungsi sebagai basis bagi

perkembangan usaha lebih besar.

d. Banyak barang yang diproduksi oleh UMKM itu juga untuk

masyarakat menengah atau atas , terbukti secara umum bahwa

pasar utama bagi UMKM adalah untuk barang-barang kosumsi

sederhana dengan harga yang relative lebih murah.

31

e. Seperti dikatakan di dalam tulisan satu keunggulan UMKM

adalah tingkat fleksibilitasnya yang tinggi, mampu bersaing

terhadap pesaingnya yaitu usaha besar.

2. Tujuan Usaha Mikro

Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam pasal 3 disebutkan bahwa usaha

mikro bertujuan untuk menumbuhkan dan mengembangkan usahanya

dalam rangka membangun perekonomian nasioanal berdasarkan ekonomi

yang berkeadilan.

Dari perspektif dunia diakui bahwa usaha mikro kecil dan

menengah memainkan peran yang sangat vital didalam pembangunan dan

pertumbuhan ekonomi , tidak hanya dinegara-negara berkembang saja

tetapi bagi negara maju. Di negara maju UMKM sangat penting tidak

hanya karena kelompok usaha tersebut meyerap paling banyak tenaga

kerja dibandingkan usaha besar, seperti halnya dinegara yang sedang

berkembang tetapi juga banyak di negara yang konstribusinya terhadap

pembentukan atau pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) paling

besar dibandingkan konstribusi usaha besar.

. Pemberdayaan dan pengembangan Usaha Mikro Kecil dan

Menengah merupakan upaya yang sedang ditempuh oleh pemerintah

untuk mengatasi penggangguran dan kemiskinan.

32

Adapun ciri-ciri usaha mikro yaitu antara lain sebagai berikut :

a. Jenis barang usahanya tidak tetap, dapat berganti pada periode

tertentu.

b. Tempat usahanya tidak selalu menetap dapat berubah sewaktu-

waktu.

c. Belum melaksanakan administrasi keuangan yang sederhana

dan tidak memisahkan antara keuangan keluarga dan keuangan

usahanya .

d. Tingkat pendidikannya masih relatif rendah.

e. Pada umumnya belum akses ke perbankan, namun sebagian

dari mereka sudah akses ke lembaga non bank.

f. Umumnya tidak mempunyai izin usaha atau prasyarat legalitas

lainnya termasuk Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

G. Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian adalah alur sederhana yang mendiskripsikan pola

hubungan variabel penelitian. Alur sederhana ini dapat berupa gambar atau

bagan alir. Dalam penelitian ini, alur sederhana dapat digambarkan sebagai

berikut :

33

Gambar 3.1

Paradigma Penelitian

H1

H2

H3

Keterangan :

Y = Variabel dependen yang dipengaruhi oleh variabel independen

X1 = Variabel independen pertama adalah pemahaman peraturan

X2 = Variabel independen kedua adalah kesadaran wajib pajak.

= Pengaruh masing-masing variabel X1dan X2 terhadap Y.

= Pengaruh variabel X1 dan X2 secara bersama-sama terhadap Y

H. Kerangka Berfikir

Pemahaman peraturan perpajakan merupakan awal dari seseorang

untuk melaksanakan peraturan perpajakan. Pemahaman peraturan

perpajakan akan memberikan gambaran dalam melaksanakan kewajiban

pajaknya. Pemahaman peraturan wajib pajak digunakan sebagai kontrol

adanya ketidakpahaman wajib pajak terhadap peraturan pajak sehingga

wajib pajak cenderung menjadi tidak patuh. Hal ini yang menjadi dasar

bahwa pemahaman wajib pajak terhadap peraturan perpajakan

berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

Pemahaman

peraturan

perpajakan (X1)

Kesadaran Wajib

Pajak (X2)

Kepatuhan Wajib

Pajak (Y)

34

Seorang wajib pajak cenderung akan melaksanakan kewajiban

pajaknya jika telah mengetahui dan memahami peraturan perpajakan,

dibanding dengan wajib pajak yang tidak paham akan peraturan

perpajakan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan dan pemahaman wajib

pajak terhadap peraturan perpajakan, maka semakin kecil kemungkinan

wajib pajak untuk melanggar peraturan tersebut sehingga dapat

meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

Wajib pajak yang tidak peduli dengan kewajiban pajaknya dan

kesadaran untuk membayar pajak masih kurang akan mpengaruhi

bagaimana perpajakan yang ada di Indonesia. Sedangkan kepatuhan wajib

pajak dapat diidentifikasi sebagai keadaan dimana wajib pajak memenuhi

semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan perpajakan.

I. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Pertiwi Kundalini (2016),

menggunakan variabel independen kesadaran wajib pajak dan pelayanan

pegawai pajak terhadap variabel dependen kepatuhan wajib pajak. Hasil

penelitian menunjukan bahwa Kesadaran wajib pajak dan pelayanan

pegawai pajak berpengaruh positif dan signifikan pada Kepatuhan wajib

pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Temanggung. Objek pajak

dalam Pertiwi Kundalini adalah wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Temanggung.

Penelitian yang dilakukan Adiasa (2013) menggunakan variabel

independen pemahaman peraturan pajak dan variabel depennya

Kepatuhan wajib pajak.

35

Hasil penelitian menunjukan bahwa Pemahaman peraturan pajak

berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Objek dalam

penelitian Adiasa adalah wajib pajak orang pribadi yang ada diwilayah

Semarang Barat pajak yang terdaftar di KPP Pratama Semarang.

Penelitian yang dilakukan Josephine Nidya Prajogo (2013), dengan

menggunakan variabel indepen Pemahaman peraturan pajak (X1),

Kualitas pelayanan petugas pajak (X2) dan Persepsi atas sanksi pajak (X3)

dengan variabel dependen Kepatuhan wajib pajak. Hasil penelitiannya

menunjukan bahwa tingkat pemahaman wajib pajak, kualitas pelayanan

petugas pajak dan persepsi atas sanksi pajak secara bersama-sama

berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM

diwilayah Sidoarjo.

Penelitian dilakukan oleh Mufti Rahmatika (2010) dengan judul

“Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesadaran kewajiban

perpajakan pada sektor UMKM”. Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis faktor yang mempengaruhi kesadaran kewajiban perpajakan

pada sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Dengan variabel

independen pengetahuan wajib pajak, pemahaman system self assessment,

tingkat penghasilan wajib pajak dan variabel dependen kesadaran

kewajiban perpajakan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan wajib pajak,

pemahaman system self assessment dan tingkat penghasilan wajib pajak

berpengaruh signifikan terhadap kesadaran kewajiban perpajakan pada

sektor usaha mikro kecil dan menengah.

36

J. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1 : Terdapat pengaruh pemahaman peraturan perpajakan terhadap

kepatuhan wajib pajak Usaha Mikro.

H2 : Terdapat pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib

pajak Usaha Mikro.

H3 : Terdapat pengaruh secara bersama-sama Pemahaman peraturan

perpajakan dan kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak

Usaha Mikro.