bab ii landasan teori a. karakter - repository iain …repository.iainpekalongan.ac.id/192/7/12. bab...

30
26 BAB II LANDASAN TEORI A. Karakter 1. Pengertian Karakter Secara bahasa, kata karakter berasal dari bahasa Yunani yaitu charassein”, yang berarti barang atau alat untuk menggores, yang di kemudian hari dipahami sebagai stempel/cap. Jadi, watak itu stempel atau cap, sifat-sifat yang melekat pada seseorang. Watak sebagai sikap seseorang dapat dibentuk, artinya watak seseorang berubah, kendati watak mengandung unsur bawaan (potensi internal), yang setiap orang dapat berbeda. Namun, watak amat sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu keluarga, sekolah masyarakat, lingkungan pergaulan, dan lain-lain. 1 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. 2 Sutarjo Adisusilo, dengan mengutip pendapat F.W. Foerster menyebutkan bahwa karakter adalah sesuatu yang mengualifikasi seorang pribadi. Karakter menjadi identitas, menjadi ciri, menjadi sifat yang tetap, yang mengatasi pengalaman kontingen yang selalu berubah. Jadi karakter adalah seperangkat nilai yang telah menjadi kebiasaan hidup sehingga 1 Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai Karakter (Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada, 2013), hlm. 77. 2 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2013), hlm. 521.

Upload: doanquynh

Post on 04-Mar-2018

239 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Karakter - Repository IAIN …repository.iainpekalongan.ac.id/192/7/12. BAB 2.pdf · Menurut Kamus Besar ... pendidikan karakter adalah mengajarkan nilai-nilai

26

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Karakter

1. Pengertian Karakter

Secara bahasa, kata karakter berasal dari bahasa Yunani yaitu

“charassein”, yang berarti barang atau alat untuk menggores, yang di

kemudian hari dipahami sebagai stempel/cap. Jadi, watak itu stempel atau

cap, sifat-sifat yang melekat pada seseorang. Watak sebagai sikap

seseorang dapat dibentuk, artinya watak seseorang berubah, kendati watak

mengandung unsur bawaan (potensi internal), yang setiap orang dapat

berbeda. Namun, watak amat sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal,

yaitu keluarga, sekolah masyarakat, lingkungan pergaulan, dan lain-lain.1

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter merupakan sifat-sifat

kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan

yang lain.2

Sutarjo Adisusilo, dengan mengutip pendapat F.W. Foerster

menyebutkan bahwa karakter adalah sesuatu yang mengualifikasi seorang

pribadi. Karakter menjadi identitas, menjadi ciri, menjadi sifat yang tetap,

yang mengatasi pengalaman kontingen yang selalu berubah. Jadi karakter

adalah seperangkat nilai yang telah menjadi kebiasaan hidup sehingga

1 Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai Karakter (Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada,

2013), hlm. 77. 2 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,

2013), hlm. 521.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Karakter - Repository IAIN …repository.iainpekalongan.ac.id/192/7/12. BAB 2.pdf · Menurut Kamus Besar ... pendidikan karakter adalah mengajarkan nilai-nilai

27

menjadi sifat tetap dalam diri seseorang, misalnya kerja keras, pantang

menyerah, jujur, sederhana, dan lain-lain.3

Menurut Darmiyati Zuchdi, karakter adalah seperangkat sifat

yang selalu dikagumi sebagai tanda-tanda kebaikan, kebajikan, dan

kematangan moral seseorang. Lebih lanjut dikatakan bahwa tujuan

pendidikan karakter adalah mengajarkan nilai-nilai tradisional tertentu,

nilai-nilai yang diterima secara luas sebagai landasan perilaku yang baik

dan bertanggung jawab.4

Arismantoro, dengan mengutip pendapat Alwisol, menyebutkan

bahwa karakter diartikan sebagai gambaran tingkah laku yang menonjolkan

nilai benar-salah, baik-buruk, baik secara eksplisit maupun implisit.

Karakter berbeda dengan kepribadian, karena pengertian kepribadian

dibebaskan dari nilai. Meskipun demikian, baik kepribadian (personality)

maupun karakter terwujud tingkah laku yang ditunjukkan ke lingkungan

sosial.5

Menurut Thomas Lickona, karakter diartikan sifat alami

seseorang dalam merespons situasi secara bermoral. Lickona menekankan

tiga hal dalam mendidik karakter, yang dirumuskan dengan indah:

knowing, loving, and acting the good.6

3 Sutarjo Adisusilo, op.cit., hlm, 78.

4 Darmiyati Zuchdi, Humanisasi Pendidikan (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), hlm. 11.

5 Arismantoro, Character Building (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008), hlm. 27.

6 Thomas Lickona, Mendidik untuk Membentuk Karakter: Bagaimana Sekolah dapat

Memberikan Pendidikan tentang Sikap Hormat & Tanggung jawa, alih bahasa Juma Abdu

Wamaungo (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hlm. 81.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Karakter - Repository IAIN …repository.iainpekalongan.ac.id/192/7/12. BAB 2.pdf · Menurut Kamus Besar ... pendidikan karakter adalah mengajarkan nilai-nilai

28

Menurut Ngainun Naim karakter adalah serangkaian sikap

(attitude), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan

(skills). Karakter meliputi sikap seperti keinginan untuk melakukan hal

yang terbaik, kapasitas intelektual, seperti sikap kritis dan alasan moral,

perilaku seperti jujur dan bertanggung jawab, mempertahankan prinsip-

prinsip moral dalam situasi penuh ketidakadilan, kecakapan interpersonal

dan emosional yang memungkinkan seseorang berinteraksi secara efektif

dalam berbagai keadaan, dan komitmen untuk berkonstribusi dengan

komunitas dan masyarakatnya.7 Menurut kemendiknas, karakter adalah

watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil

internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan

sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. 8

Dari berbagai definisi sebagaimana telah diuraikan diatas, dapat

diperoleh sebuah pengertian bahwa, karakter merupakan serangkaian sikap

(attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan

(skills) seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan

(virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara

pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak, sehingga ia dapat hidup dan

bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.

7 Ngainun Naim, op.cit., hlm. 55.

8 Agus Wibowo, Pendidikan Karakter Anak Usia Dini (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2013), hlm. 67.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Karakter - Repository IAIN …repository.iainpekalongan.ac.id/192/7/12. BAB 2.pdf · Menurut Kamus Besar ... pendidikan karakter adalah mengajarkan nilai-nilai

29

2. Nilai-Nilai Karakter

Nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa berasal dari nilai-

nilai luhur universal, yakni:

a. Cinta Tuhan dan ciptaan-Nya

b. Kemandirian dan tanggung jawab

c. Kejujuran/amanah dan diplomatis

d. Hormat dan santun

e. Dermawan, suka menolong, gotong-royong, dan kerja sama

f. Percaya diri dan kerja keras

g. Kepemimpinan dan keadilan

h. Baik dan rendah hati

i. Toleransi, kedamaian, dan kesatuan.9

Menurut Kementerian Pendidikan Nasional, nilai karakter bangsa

terdiri atas sebagai berikut:

Tabel 1

No Karakter Indikator

1 Religius Ketaatan dan kepatuhan dalam

memahami dan melaksanakan ajaran

agama (aliran kepercayaan) yang dianut,

termasuk dalam hal ini adalah sikap

toleransi terhadap pelaksanaan ibadah

9 Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter: (Pendidikan Berbasis

Agama dan Budaya Bangsa) (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2013), hlm. 54.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Karakter - Repository IAIN …repository.iainpekalongan.ac.id/192/7/12. BAB 2.pdf · Menurut Kamus Besar ... pendidikan karakter adalah mengajarkan nilai-nilai

30

agama (aliran kepercayaan) lain, serta

hidup rukun dan berdampingan.

2 Jujur Sikap dan perilaku yang mencerminkan

kesatuan antara pengetahuan, perkataan

dan perbuatan (mengetahui yang benar,

mengatakan yang benar dan melakukan

yang benar), sehingga menjadikan orang

yang bersangkutan sebagai pribadi yang

dapat dipercaya.

3 Toleransi Sikap dan perilaku yang mencerminkan

penghargaan terhadap perbedaan agama,

aliran kepercayaan, suku, adat, bahasa,

ras, etnis, pendapat, dan hal-hal lain

yang berbeda dengan dirinya secara

sadar dan terbuka, serta dapat hidup

tenang di tengah perbedaan tersebut.

4 Disiplin Kebiasaan dan tindakan yang konsisten

terhadap segala bentuk peraturan atau

tata tertib yang berlaku.

5 Kerja keras Perilaku yang menunjukkan upaya

secara sungguh-sungguh (berjuang

hingga titik darah penghabisan) dalam

menyelesaikan berbagai tugas,

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Karakter - Repository IAIN …repository.iainpekalongan.ac.id/192/7/12. BAB 2.pdf · Menurut Kamus Besar ... pendidikan karakter adalah mengajarkan nilai-nilai

31

permasalahan, pekerjaan, dan lain-lain

dengan sebaik-baiknya.

6 Kreatif Sikap dan perilaku yang mencerminkan

inovasi dalam berbagai segi dalam

memecahkan masalah, sehingga selalu

menemukan cara-cara baru, bahkan

hasil-hasil baru yang lebih baik dari

sebelumnya.

7 Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak

tergantung pada orang lain dalam

menyelesaikan berbagai tugas maupun

persoalan. Namun dalam hal ini bukan

berarti tidak boleh kerjasama secara

kolaboratif, melainkan tidak boleh

melemparkan tugas dan tanggung jawab

kepada orang lain.

8 Demokratis Sikap dan cara berpikir yang

mencerminkan persamaan hak dan

kewajiban secara adil dan merata antara

dirinya dengan orang lain.

9 Rasa ingin tahu Cara berpikir, sikap dan perilaku yang

mencerminkan penasaran dan

keingintahuan terhadap segala hal yang

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Karakter - Repository IAIN …repository.iainpekalongan.ac.id/192/7/12. BAB 2.pdf · Menurut Kamus Besar ... pendidikan karakter adalah mengajarkan nilai-nilai

32

dilihat, didengar, dan dipelajari secara

lebih mendalam.

10 Semangat kebangsaan Sikap dan tindakan yang menempatkan

kepentingan bangsa dan negara di atas

kepentingan pribadi atau individu dan

golongan.

11 Cinta tanah air Sikap dan perilaku yang mencerminkan

rasa bangga, setia, peduli dan

penghargaan yang tinggi terhadap

bahasa, budaya, ekonomi, politik, dan

sebagainya, sehingga tidak mudah

menerima tawaran bangsa lain yang

dapat merugikan bangsa sendiri.

12 Menghargai prestasi Sikap terbuka terhadap prestasi orang

lain dan mengakui kekurangan diri

sendiri tanpa mengurangi semangat

berprestasi yang lebih tinggi.

13 Bersahabat/komunikatif Sikap dan tindakan terbuka terhadap

orang lain melalui komunikasi yang

santun sehingga tercipta kerja sama

secara kolaboratif dengan baik.

14 Cinta damai Sikap dan perilaku yang mencerminkan

suasana damai, aman, tenang dan

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Karakter - Repository IAIN …repository.iainpekalongan.ac.id/192/7/12. BAB 2.pdf · Menurut Kamus Besar ... pendidikan karakter adalah mengajarkan nilai-nilai

33

nyaman atas kehadiran dirinya dalam

komunitas atau masyarakat tertentu.

15 Gemar membaca Kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk

menyediakan waktu secara khusus guna

membaca berbagai informasi, baik buku,

jurnal, majalah, koran, dan sebagainya,

sehingga menimbulkan kebijakan bagi

dirinya.

16 Peduli lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya

menjaga dan melestarikan lingkungan

sekitar.

17 Peduli sosial Sikap dan perbuatan yang

mencerminkan kepedulian terhadap

orang lain maupun masyarakat yang

membutuhkan.

18 Tanggung jawab Sikap dan perilaku seseorang dalam

melaksanakan tugas dan kewajibannya,

baik yang berkaitan dengan diri sendiri,

sosial, masyarakat, bangsa, negara

maupun agama.10

10

Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2013), hlm. 8-9.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Karakter - Repository IAIN …repository.iainpekalongan.ac.id/192/7/12. BAB 2.pdf · Menurut Kamus Besar ... pendidikan karakter adalah mengajarkan nilai-nilai

34

3. Tahap Pembentukan Karakter

Pengembangan atau pembentukan karakter diyakini perlu dan

penting untuk dilakukan oleh sekolah dan stakeholders-nya untuk menjadi

pijakan dalam penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah. Tujuan

pendidikan karakter pada dasarnya adalah mendorong lahirnya anak-anak

yang baik dengan tumbuh dan berkembangnya karakter yang baik akan

mendorong peserta didik tumbuh dengan kapasitas komitmennya untuk

melakukan berbagai hal yang terbaik dan melakukan segalanya dengan

benar serta memiliki tujuan hidup. Masyarakat juga berperan dalam

membentuk karakter anak melalui orang tua dan lingkungan.

Karakter peserta didik dikembangkan melalui beberapa tahapan,

yaitu:

a. Tahap pengetahuan (knowing)

b. Pelaksanaan (acting)

c. Kebiasaan (habit)

Karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja. Seseorang yang

memiliki pengetahuan kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai

dengan pengetahuannya, jika tidak terlatih (menjadi kebiasaan) untuk

melakukan kebaikan tersebut. Karakter juga menjangkau wilayah emosi

dan kebiasaan diri. Dengan demikian diperlukan tiga komponen karakter

yang baik (components of good character), yaitu:

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Karakter - Repository IAIN …repository.iainpekalongan.ac.id/192/7/12. BAB 2.pdf · Menurut Kamus Besar ... pendidikan karakter adalah mengajarkan nilai-nilai

35

1) Pengetahuan tentang moral (moral knowing)

Dimensi-dimensi dalam moral knowing yang akan mengisi ranah

kognitif adalah kesadaran moral (moral awareness), pengetahuan

tentang nilai-nilai moral (knowing moral values), penentuan sudut

pandang (perspective taking), logika moral (moral reasoning), dan

pengenalan diri (self knowledge).

2) Perasaan/penguatan emosi (moral feeling)

Moral feeling merupakan penguatan aspek emosi peserta didik untuk

menjadi manusia berkarakter. Penguatan ini berkaitan dengan bentuk-

bentuk sikap yang harus dirasakan oleh peserta didik, yaitu kesadaran

akan jati diri (conscience), percaya diri (self esteem), kepekaan terhadap

derita orang lain (emphaty), cinta kebenaran (loving the good),

pengendalian diri (self control), dan kerendahan hati (humility).

3) Perbuatan bermoral (moral action)

Moral action merupakan perbuatan atau tindakan moral yang

merupakan hasil (outcome) dari dua komponen karakter lainnya. Untuk

memahami apa yang mendorong seseorang dalam perbuatan yang baik

(act morally) maka harus dilihat tiga aspek lain dari karakter, yaitu

kompetensi (competence), keinginan (will), dan kebiasaan (habit).

Hal ini diperlukan agar peserta didik atau warga sekolah lain yang

terlibat dalam sistem pendidikan tersebut sekaligus dapat memahami,

merasakan, menghayati, dan mengamalkan (mengerjakan) nilai-nilai

kebajikan (moral). Pengembangan atau pembentukan karakter dalam suatu

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Karakter - Repository IAIN …repository.iainpekalongan.ac.id/192/7/12. BAB 2.pdf · Menurut Kamus Besar ... pendidikan karakter adalah mengajarkan nilai-nilai

36

sistem pendidikan adalah keterkaitan antara komponen-komponen karakter

yang mengandung nilai-nilai perilaku, yang dapat dilakukan atau bertindak

secara bertahap dan saling berhubungan antara pengetahuan nilai-nilai

perilaku dengan sikap atau emosi yang kuat untuk melaksanakannya baik

terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa, dan

negara, serta dunia internasional.

Pengembangan karakter diperlukan juga aspek perasaan (domain

affection atau emosi). Komponen ini dalam pendidikan karakter disebut

juga dengan “desiring the good” atau keinginan untuk berbuat kebaikan.

Pendidikan karakter yang baik harus melibatkan bukan saja aspek

“knowing the good” (moral knowing), tetapi juga “desiring the good” atau

“loving the good” (moral feeling), dan “acting the good” (moral action).

Tanpa itu semua manusia akan sama seperti robot yang terindoktrinasi oleh

suatu paham tertentu. Dengan demikian jelas bahwa karakter

dikembangkan atau dibentuk melalui tiga langkah, yaitu:

a) Mengembangkan moral knowing

b) Mengembangkan moral feeling

c) Mengembangkan moral action

Dengan kata lain, semakin lengkap komponen moral yang dimiliki

manusia maka akan semakin membentuk karakter yang baik atau unggul

dan tangguh.

Pengembangan karakter dapat direalisasikan dalam mata

pelajaran agama, kewarganegaraan, atau mata pelajaran lainnya, yang

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Karakter - Repository IAIN …repository.iainpekalongan.ac.id/192/7/12. BAB 2.pdf · Menurut Kamus Besar ... pendidikan karakter adalah mengajarkan nilai-nilai

37

program utamanya cenderung mengolah nilai-nilai secara kognitif dan

mendalam sampai ke panghayatan nilai secara efektif. Pengembangan

karakter seharusnya membawa anak ke pengenalan nilai secara kognitif,

pengenalan nilai secara afektif, akhirnya ke pengenalan nilai secara nyata.

Untuk sampai ke arah praktis, ada satu peristiwa batin yang sangat penting

dan harus terjadi dalam diri anak, yaitu munculnya keinginan yang sangat

kuat (tekad) untuk mengamalkan nilai. Peristiwa tersebut disebut conatio,

dan langkah untuk membimbing anak membulatkan tekad ini disebut

langkah konatif. Pendidikan karakter seharusnya mengikuti langkah-

langkah yang sistematis, dimulai dari pengenalan nilai secara kognitif,

langkah memahami dan menghayati nilai secara afektif, dan langkah

pembentukan tekad secara konatif. Ki Hajar Dewantara

menerjemahkannya dengan kata-kata cipta, rasa, dan karsa.11

Sri Narwanti, dengan mengutip pendapat Anis Matta

menyebutkan ada beberapa kaidah pembentukan karakter dalam

membentuk karakter muslim, yaitu sebagai berikut:

a) Kaidah kebertahapan

Proses pembentukan dan pengembangan karakter harus dilakukan

secara bertahap. Orang tidak bisa dituntut untuk berubah sesuai yang

diinginkan secara tiba-tiba dan instan. Namun, ada tahap-tahap yang

harus dilalui dengan sabar dan tidak terburu-buru. Orientasi kegiatan ini

adalah pada proses bukan pada hasil.

11

Zainal Aqid dan Sujak, Panduan & Aplikasi Pendidikan Karakter (Bandung: Yrama

Widya, 2011), hlm. 9-11.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Karakter - Repository IAIN …repository.iainpekalongan.ac.id/192/7/12. BAB 2.pdf · Menurut Kamus Besar ... pendidikan karakter adalah mengajarkan nilai-nilai

38

b) Kaidah kesinambungan

Seberapapun kecilnya porsi latihan yang terpenting adalah

kesinambungan. Proses yang berkesinambungan inilah yang nantinya

membentuk rasa dan warna berpikir seseorang lama-lama akan menjadi

kebiasaan dan seterusnya menjadi karakter pribadi yang jelas.

c) Kaidah momentum

Penggunaan berbagai momentum peristiwa untuk fungsi pendidikan

dan latihan. Misalnya bulan Ramadhan untuk mengembangkan sifat

sabar, kemauan yang kuat, kedermawanan, dan seterusnya.

d) Kaidah motivasi intrinsik

Karakter yang kuat akan terbentuk sempurna jika dorongan yang

menyertainya benar-benar lahir dari dalam diri sendiri. Jadi, proses

“merasakan sendiri”, “melakukan sendiri” adalah hal penting. Hal ini

sesuai dengan kaidah umum bahwa mencoba sesuatu akan berbeda

hasilnya antara yang dilakukan sendiri dengan yang hanya dilihat atau

diperdengarkan saja. Pendidikan harus menanamkan motivasi atau

keinginan yang kuat dan lurus serta melibatkan aksi fisik yang nyata.

e) Kaidah pembimbingan

Pembentukan karakter ini tidak bisa dilakukan tanpa seorang guru dan

pembimbing. Kedudukan seorang guru atau pembimbing ini adalah

untuk memantau dan mengevaluasi perkembangan sesorang. Guru atau

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Karakter - Repository IAIN …repository.iainpekalongan.ac.id/192/7/12. BAB 2.pdf · Menurut Kamus Besar ... pendidikan karakter adalah mengajarkan nilai-nilai

39

pembimbing juga berfungsi sebagai unsur perekat, tempat “curhat” dan

sarana tukar pikiran bagi muridnya.12

4. Metode pembentukan karakter

Pembentukan karakter peserta didik tentunya membutuhkan suatu

metodologi yang efektif, aplikatif, dan produktif agar tujuan yang

diharapkan dapat tercapai dengan baik. Menurut Doni Koesoema A,

metodologi dalam membentuk karakter peserta didik adalah sebagai

berikut:

a. Mengajarkan

Pemahaman konseptual tetap membutuhkan sebagai bekal konsep-

konsep nilai yang kemudian menjadi rujukan bagi perwujudan karakter

tertentu. Mengajarkan karakter berarti memberikan pemahaman pada

peserta didik tentang struktur nilai tertentu, keutamaan (bila

dilaksanakan), dan maslahatnya (bila tidak dilaksanakan). Mengajarkan

nilai memiliki dua faedah, pertama memberikan pengetahuan

konseptual baru, kedua menjadi pembanding atas pengatahuan yang

dimiliki oleh peserta didik. Karena itu, maka proses mengajarkan

tidaklah monolog, melainkan melibatkan peran serta peserta didik.

b. Keteladanan

Keteladanan menempati posisi yang sangat penting. Guru harus terlebih

dahulu memiliki karakter yang diajarkan. Guru adalah sosok yang

digugu dan ditiru, peserta didik akan meniru apa yang dilakukan

12

Sri Narwanti, Pendidikan karakter: Pengintegrasian 18 Pembentukan Karakter dalam

Mata Pelajaran (Yogyakarta: Familia, 2011), hlm. 6-7.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Karakter - Repository IAIN …repository.iainpekalongan.ac.id/192/7/12. BAB 2.pdf · Menurut Kamus Besar ... pendidikan karakter adalah mengajarkan nilai-nilai

40

gurunya ketimbang apa yang dilaksanakan sang guru. Bahkan, sebuah

pepatah kuno memberi suatu peringatan pada para guru bahwa peserta

didik akan meniru karakter negatif secara lebih ekstrem ketimbang

gurunya “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari”.

Keteladanan tidak hanya bersumber dari guru, melainkan juga dari

seluruh manusia yang ada di lembaga pendidikan tersebut, dan juga

bersumber dari orang tua, karib kerabat, dan siapapun yang sering

berhubungan dengan peserta didik. Pada titik ini, pendidikan karakter

membutuhkan lingkungan pendidikan yang utuh, saling mengajarkan

karakter.

c. Menentukan skala prioritas

Penentuan prioritas yang jelas harus ditentukan agar suatu proses

evaluasi atas berhasil tidaknya pendidikan karakter dapat menjadi jelas.

Tanpa prioritas, pendidikan karakter tidak dapat terfokus, sehingga

tidak dapat dinilai berhasil atau tidak berhasil. Pendidikan karakter

menghimpun kumpulan nilai yang dianggap penting bagi pelaksanaan

dan realisasi visi lembaga. Oleh karena itu, lembaga pendidikan

memiliki beberapa kewajiban:

1) Menentukan tuntutan standar yang akan ditawarkan pada peserta

didik

2) Semua pribadi yang terlibat dalam lembaga pendidikan harus

memahami secara jernih apa nilai yang ingin ditekankan dalam

lembaga pendidikan karakter

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Karakter - Repository IAIN …repository.iainpekalongan.ac.id/192/7/12. BAB 2.pdf · Menurut Kamus Besar ... pendidikan karakter adalah mengajarkan nilai-nilai

41

3) Jika lembaga ingin menetapkan perilaku standar yang menjadi ciri

khas lembaga maka karakter standar itu harus dipahami oleh anak

didik, orang tua, dan masyarakat.

d. Praktis prioritas

Unsur lain yang sangat penting bagi pendidikan karakter adalah bukti

dilaksanakannya prioritas nilai pendidikan karakter tersebut. Berkaitan

dengan tuntutan lembaga pendidikan atas prioritas nilai yang menjadi

visi kinerja pendidikannya, lembaga pendidikan harus mampu membuat

verifikasi sejauh mana visi sekolah telah dapat direalisasikan dalam

lingkup pendidikan skolastik melalui berbagai macam unsur yang ada

di dalam lembaga pendidikan itu sendiri.

e. Refleksi

Karakter yang dibentuk oleh lembaga pendidikan melalui berbagai

macam program dan kebijakan senantiasa perlu dievaluasi dan

direfleksikan secara berkesinambungan dan kritis. Sebab sebagaimana

yang dikatakan oleh Sokrates “hidup tidak direfleksikan merupakan

hidup yang tidak layak dihayati.”

Tanpa ada usaha sadar untuk melihat kembali sejauh mana proses

pendidikan karakter ini direfleksikan dan dievaluasi, tidak akan pernah

terdapat kemajuan. Refleksi merupakan kemampuan sadar khas

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Karakter - Repository IAIN …repository.iainpekalongan.ac.id/192/7/12. BAB 2.pdf · Menurut Kamus Besar ... pendidikan karakter adalah mengajarkan nilai-nilai

42

manusiawi, dengan kemampuan sadar ini, manusia mampu mengatasi

diri dan meningkatkan kualitas hidupnya dengan baik.13

Metodologi pembentukan karakter tersebut menjadi catatan

penting bagi semua pihak, khususnya guru yang berinteraksi langsung

kepada peserta didik. Tentu, lima hal ini bukan satu-satunya, sehingga

masing-masing tertantang untuk menyuguhkan alternatif dan gagasan untuk

memperkaya metodologi pembentukan karakter yang sangat dibutuhkan

bangsa ini dimasa yang akan datang.14

5. Evaluasi pembentukan karakter

Penilaian karakter dimaksudkan untuk mendeteksi karakter yang

terbentuk dalam diri peserta didik melalui pembelajaran yang telah

diikutinya. Pembentukan karakter memang tidak bisa sim salabim atau

terbentuk dalam waktu yang singkat, tetapi indikator perilaku dapat

dideteksi secara dini oleh setiap guru. Satu hal yang harus diperhatikan

adalah bahwa penilaian yang dilakukan harus diperhatikan adalah bahwa

penilaian yang dilakukan harus mampu mengukur karakter yang diukur.15

Tujuan penilaian karakter adalah untuk mengukur sejauh mana

nilai-nilai yang telah dirumuskan sebagai standar minimal telah

dikembangkan dan ditanamkan di sekolah serta dapat dihayati, diamalkan,

diterapkan, dan dipertahankan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-

13

Bambang Q-Anees dan Adang Hambali, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an

(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2009), hlm. 108-110. 14

Jamal Ma’mur Asmani, Buku Panduan Internalisasi pendidikan karakter disekolah

(Yogyakarta: Diva Press, 2011), hlm. 67-70 15

E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013 (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2013), hlm. 147.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Karakter - Repository IAIN …repository.iainpekalongan.ac.id/192/7/12. BAB 2.pdf · Menurut Kamus Besar ... pendidikan karakter adalah mengajarkan nilai-nilai

43

hari. Penilaian dilaksanakan pada setiap saat, baik di kelas maupun di luar

kelas, dengan cara pengamatan dan pencatatan.16

B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

1. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

a. Pengertian Pembelajaran

Istilah pembelajaran (instrucction) bermakna upaya untuk

membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya

dan strategi, metode dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang

telah direncanakan.17

Pembelajaran merupakan suatu sistem atau proses

membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau

didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek

didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara

efektif dan efisien.18

Dari beberapa pengertian pembelajaran yang telah

dikemukakan maka dapat disimpulkan beberapa ciri pembelajaran

sebagai berikut:

1) Merupakan upaya sadar dan sengaja

2) Pembelajaran harus membuat siswa belajar

16

Nurul Zuriah, Pendidikan Moral & Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan (Jakarta:

Bumi Aksara, 2008), hlm. 250. 17

Abdul Majid, Strategi Pembelajaran (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), hlm.

4. 18

Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual (Bandung: PT. Refika Abditama,

2010), hlm. 3.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Karakter - Repository IAIN …repository.iainpekalongan.ac.id/192/7/12. BAB 2.pdf · Menurut Kamus Besar ... pendidikan karakter adalah mengajarkan nilai-nilai

44

3) Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses

dilaksanakan

4) Pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses, maupun

hasilnya.19

Dari berbagai difinisi sebagaimana telah diuraikan diatas,

dapat diperoleh sebuah pengertian bahwa, pembelajaran adalah usaha

yang dilaksanakan secara sengaja, terarah, dan terencana, dengan tujuan

yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses tersebut

dilaksanakan, serta pelaksanaanya terkendali, dengan maksud agar

terjadi belajar pada diri seorang peserta didik.

b. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Moh. Hailami Salim dan Syamsul Kurniawan, dengan

mengutip pendapat Hasan Langgulung, menyebutkan bahwa

pendidikan agama Islam adalah suatu proses spiritual, akhlak,

intelektual, dan sosial yang berusaha membimbing manusia dan

memberinya nilai-nilai, prinsip-prinsip, dan teladan ideal dalam

kehidupan yang bertujuan mempersiapkan kehidupan dunia akhirat.20

Pendidikan agama Islam adalah menanamkan akhlak mulia di

dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya dan menyiraminya

dengan air petunjuk dan nasehat, sehingga akhlak itu menjadi salah satu

kemampuan (meresap dalam) jiwanya kemudian buahnya berwujud

19

Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran (Bogor: Ghalia

Indonesia, 2010), hlm. 12-13. 20

Moh. Hailami Salim dan Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam

(Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2012), hlm. 32-33.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Karakter - Repository IAIN …repository.iainpekalongan.ac.id/192/7/12. BAB 2.pdf · Menurut Kamus Besar ... pendidikan karakter adalah mengajarkan nilai-nilai

45

keutamaan kebaikan dan cinta bekerja untuk kemanfaatan tanah air.

Jadi, pendidikan agama Islam adalah bimbingan yang dilakukan oleh

seorang dewasa kepada terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia

memiliki kepribadian muslim.21

c. Pengertian Budi Pekerti

Budi pekerti adalah watak atau tabiat khusus seseorang untuk

berbuat sopan dan menghargai pihak lain yang tercermin dalam

perilaku dan kehidupannya. Sedangkan watak itu merupakan

keseluruhan dorongan sikap, keputusan, kebiasaan, dan nilai moral

seseorang yang baik, yang dicakup dalam satu istilah kebajikan.22

Pendidikan budi pekerti merupakan program pengajaran di

sekolah ynag bertujuan mengembangkan watak atau tabiat siswa

dengan cara menghayati nilai-nilai dan keyakinan masyarakat sebagai

kekuatan moral dalam hidupnya melalui kejujuran, dapat dipercaya,

disiplin, dan kerja sama yang menekankan ranah afektif (perasaan dan

sikap) tanpa meninggalkan ranah kognitif (berpikir rasional) dan ranah

skill/psikomotorik (keterampilan, terampil mengolah data,

mengemukakan pendapat, dan kerja sama).

Pendidikan budi pekerti dapat ditinjau secara konseptual dan

operasional, yaitu sebagai berikut:

1) Pengertian budi pekerti secara konseptual

21

Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam 1 (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998), hlm. 11. 22

Nurul Zuriah, op.cit., hlm. 18.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Karakter - Repository IAIN …repository.iainpekalongan.ac.id/192/7/12. BAB 2.pdf · Menurut Kamus Besar ... pendidikan karakter adalah mengajarkan nilai-nilai

46

Pendidikan budi pekerti secara konseptual mencakup dua hal,

sebagai berikut:

a. Usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik menjadi manusia

seutuhnya yang berbudi pekerti luhur dalam segenap peranannya

sekarang dan masa yang akan datang.

b. Upaya pembentukan, pengembangan, peningkatan,

pemeliharaan dan perilaku peserta didik agar mereka mau dan

mampu melaksanakan tugas-tugas hidupnya secara selaras,

serasi, seimbang (lahir batin, material spiritual, dan individual

sosial).

c. Upaya pendidikan untuk membentuk peserta didik menjadi

pribadi seutuhnya yang berbudi pekerti luhur melalui kegiatan

bimbingan, pembiasaan, pengajaran dan latihan serta

keteladanan.

2) Pengertian budi pekerti secara operasional

Pendidikan budi pekerti secara operasional adalah upaya untuk

membekali peserta didik melalui bimbingan, pengajaran, dan

latihan selama pertumbuhan dan perkembangan dirinya sebagai

bekal masa depannya, agar memiliki hati nurani yang bersih,

berperangkat baik, serta menjaga kesusilaan dalam melaksanakan

kewajiban terhadap Tuhan dan sesama makhluk. Dengan demikian,

terbentuklah pribadi yang tercermin pada perilaku berupa ucapan,

perbuatan, sikap, pikiran, perasaan, kerja dan hasil karya

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. Karakter - Repository IAIN …repository.iainpekalongan.ac.id/192/7/12. BAB 2.pdf · Menurut Kamus Besar ... pendidikan karakter adalah mengajarkan nilai-nilai

47

berdasarkan nilai-nilai agama serta norma dan moral luhur

bangsa.23

Dari berbagai difinisi sebagaimana telah diuraikan diatas,

dapat diperoleh sebuah kesimpulan bahwa, pembelajaran pendidikan

agama Islam dan budi pekerti adalah proses penanaman ajaran agama

Islam oleh seorang guru kepada peserta didik, sehingga mampu

terbentuknya peserta didik yang memiliki akhlak yang mulia dalam

kehidupan sehari-hari.

2. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Secara umum tahap-tahap tujuan pendidikan agama Islam meliputi:

a. Tujuan tertinggi/terakhir

Tujuan tertinggi/terakhir dalam pendidikan agama Islam bersifat

mutlak, tidak mengalami perubahan dan berlaku umum karena sesuai

dengan konsep ketuhanan yang mengandung kebenaran mutlak dan

universal. Tujuan tertinggi ini pada akhirnya sesuai dengan tujuan

hidup manusia dan peranannya sebagai ciptaan Tuhan, yaitu:

1) Menjadi hamba Allah SWT

2) Mengantarkan subyek didik menjadi khalifah fi al-Ardh, yang

mampu memakmurkan bumi dan melestarikannya dan lebih jauh

lagi, mewujudkan rahmat bagi alam sekitarnya, sesuai dengan

tujuan penciptanya, dan sebagai konsekuensi setelah menerima

Islam sebagai pedoman hidup.

23

Ibid., hlm. 20.

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. Karakter - Repository IAIN …repository.iainpekalongan.ac.id/192/7/12. BAB 2.pdf · Menurut Kamus Besar ... pendidikan karakter adalah mengajarkan nilai-nilai

48

3) Untuk memperoleh kesejahteraan, kebahagiaan hidup di dunia

sampai akhirat, baik individu maupun masyarakat.24

b. Tujuan umum

Tujuan umum pendidikan agama Islam bersifat empirik dan realistik.

Tujuan umum berfungsi sebagai arah yang taraf pencapaiannya dapat

diukur karena menyangkut perubahan sikap, perilaku, dan kepribadian

peserta didik.25

c. Tujuan khusus

Tujuan khusus pendidikan agama Islam ialah pengkhususan atau

operasionalisasi tujuan tertinggi/terakhir dan tujuan umum (Pendidikan

Islam). Tujuan khusus bersifat relatif sehingga dimungkinkan untuk

diadakan perubahan di mana perlu sesuai dengan tuntutan dan

kebutuhan, selama tetap berpijak pada kerangka tujuan

tertinggi/terakhir dan umum itu. Pengkhususan tujuan tersebut

didasarkan pada:

1) Kultur dan cita-cita suatu bangsa

2) Minat, bakat, dan kesanggupan subyek didik

3) Tuntutan situasi, kondisi pada kurun waktu tertentu.

24

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hlm. 66. 25

Ibid, hlm. 68.

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI A. Karakter - Repository IAIN …repository.iainpekalongan.ac.id/192/7/12. BAB 2.pdf · Menurut Kamus Besar ... pendidikan karakter adalah mengajarkan nilai-nilai

49

d. Tujuan sementara

Tujuan sementara pendidikan agama Islam adalah tujuan yang akan

dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang

direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal.26

Tujuan pembelajaran budi pekerti, meliputi:

a) Mendorong kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan

sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang

religius.

b) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik

sebagai penerus bangsa.

c) Memupuk ketegaran dan kepekaan mental peserta didik terhadap situasi

sekitarnya sehingga tidak terjerumus ke dalam perilaku yang

menyimpang, baik secara individual mapun sosial.

d) Meningkatkan kemampuan untuk menghindari sifat-sifat tercela yang

dapat merusak diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.27

Adapun tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti,

yaitu sebagai berikut:

a. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan

pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan,

serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi

manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya

26

Ibid., hlm. 70-71. 27

Nurul Zuhriah, op.cit., hlm. 240.

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI A. Karakter - Repository IAIN …repository.iainpekalongan.ac.id/192/7/12. BAB 2.pdf · Menurut Kamus Besar ... pendidikan karakter adalah mengajarkan nilai-nilai

50

kepada Allah SWT demi mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup

di dunia dan akhirat.

b. Mewujudkan peserta didik yang taat beragama, berakhlak mulia,

berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis,

santun, disiplin, toleran, dan mengembangkan budaya Islami dalam

komunitas sekolah.

c. Membentuk peserta didik yang berkarakter melalui pengenalan,

pemahaman, dan pembiasaan norma-norma dan aturan-aturan yang

Islami dalam hubungannya dengan Tuhan, diri sendiri, sesama, dan

lingkungan secara harmonis.

d. Mengembangkan nalar dan sikap moral yang selaras dengan nilai-nilai

Islami dalam kehidupan sebagai warga masyarakat, warga negara, dan

warga dunia.28

3. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar metode

diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan

yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Dalam mengajar hendaknya

guru menggunakan metode yang bervariasi agar pembelajaran tidak

membosankan tetapi menarik perhatian peserta didik, penggunaan metode

yang bervariasi juga hendaknya disesuaikan dengan kondisi psikologis

28

Novy Eko Permono. “Pengantar Mapel PAI dan Budi Pekerti Kurikulum 2013”.

file:///C:/Users/User/Downloads/PAI/PAI BUDI.htm. (23 November 2013). Diakses, 14 Oktober

2014. Pukul 08.10 WIB.

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI A. Karakter - Repository IAIN …repository.iainpekalongan.ac.id/192/7/12. BAB 2.pdf · Menurut Kamus Besar ... pendidikan karakter adalah mengajarkan nilai-nilai

51

anak didik oleh karena itu guru dituntut untuk memiliki kompetensi dalam

pemilihan metode yang tepat dalam mengajar.29

Adapun metode-metode yang dapat dipakai dalam pembelajaran

pendidikan agama Islam dan budi pekerti, antara lain:

a. Metode pembiasaan

Metode pembiasaan adalah suatu cara yang mengutamakan proses

untuk membuat seseorang menjadi terbiasa. Metode pembiasaan ini

hendaknya diterapkan sedini mungkin, sebab ia memiliki daya ingat

yang kuat dan sikap yang belum matang, sehinga mudah mengikuti,

meniru, dan membiasakan aktivitasnya dalam kehidupan sehari-hari.

Metode pembiasaan ini sangat efektif dan efisien dalam menanamkan

kompetensi kognitif, afektif dan psikomotorik peserta didik dengan

sendirinya.30

b. Metode keteladanan

Metode keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru dan dicontoh oleh

peserta didik dari orang lain.31

Metode ini digunakan untuk

mewujudkan tujuan pengajaran dengan memberi keteladanan yang baik

pada diri siswa agar dapat berkembang fisik, mental dan kepribadiaanya

secara benar.32

29

Zaenal Mustakim, Strategi & Metode Pembelajaran (Pekalongan: STAIN Pekalongan

Press, 2011), hlm. 53. 30

Ibid., hlm. 118. 31

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers,

2002), hlm. 117. 32

Zaenal Mustakim, op.cit., hlm. 119.

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI A. Karakter - Repository IAIN …repository.iainpekalongan.ac.id/192/7/12. BAB 2.pdf · Menurut Kamus Besar ... pendidikan karakter adalah mengajarkan nilai-nilai

52

c. Metode pemberian reward dan punishment

Pemberian reward adalah suatu cara yang mengedepankan

kegembiraan positif thingking, yaitu memberikan hadiah pada anak

didik yang berprestasi akademik maupun yang berperilaku baik.

Penghargaan/hadiah ini dianggap sebagai media pengajaran yang

preventif dan representatif untuk membuat senang dan menjadi

motivator belajar anak didik. Pemberian punishment adalah suatu cara

yang digunakan untuk memperbaiki kesalahan siswa, sehingga siswa

tidak mengulangi kesalahan yang sama, metode ini diterapkan agar

siswa merasakan akibat dari perbuatannya sehingga ia akan

menghormati guru dan dirinya sendiri.33

d. Metode sosiodrama

Metode sosiodrama adalah suatu cara penguasaan bahan pelajaran

melalui pengembangan dan penghayatan anak didik. Pengembangan

imajinasi dan penghayatan yang dilakukan oleh anak didik dengan

memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Dengan kegiatan

memerankan ini akan membuat anak didik lebih meresapi

perolehannya.34

e. Metode penugasan

Metode penugasan adalah suatu cara dalam proses belajar mengajar

bilamana guru memberi tugas tertentu dan murid megerjakannya,

kemudian tugas tersebut dipertanggungjawabkan kepada guru/dengan

33

Zaenal Mustakim, op.cit., hlm. 120. 34

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2000), hlm. 199.

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI A. Karakter - Repository IAIN …repository.iainpekalongan.ac.id/192/7/12. BAB 2.pdf · Menurut Kamus Besar ... pendidikan karakter adalah mengajarkan nilai-nilai

53

cara demikian diharapkan agar murid belajar secara bebas tetapi

bertanggung jawab dan murid-murid akan berpengalaman mengetahui

berbagai kesulitan kemudian berusaha untuk ikut mengatasi kesulitan-

kesulitan itu.35

f. Metode diskusi

Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana

guru memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengadakan

pembicaraan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat

kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu

masalah.36

g. Metode ceramah

Metode ceramah adalah suatu metode di dalam pendidikan dimana cara

penyampaian materi-meteri pelajaran kepada anak didik dilakukan

dengan cara penerangan dan penuturan secara lisan.37

h. Metode tanya jawab

Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk

pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada murid atau

dapat juga dari murid kepada guru.38

i. Metode kisah

Metode kisah adalah dalah suatu cara dalam menyampaikan materi

pelajaran dengan menuturkan secara kronologis tentang bagaimana

35

Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara,

1995), hlm. 298. 36

Armai Arief, op.cit.,164. 37

Ibid, hlm. 136. 38

Ibid, hlm. 141.

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI A. Karakter - Repository IAIN …repository.iainpekalongan.ac.id/192/7/12. BAB 2.pdf · Menurut Kamus Besar ... pendidikan karakter adalah mengajarkan nilai-nilai

54

terjadinya sesuatu hal baik yang sebenarnya terjadi ataupun hanya

rekaan saja. Metode kisah mampu menyentuh hati peserta didik jika

dilandasi oleh ketulusan hati yang mendalam.39

j. Metode drill/latihan

Metode drill/latihan adalah suatu metode dalam menyampaikan

pelajaran dengan menggunakan latihan secara terus menerus sampai

anak didik memiliki ketangkasan yang diharapkan.

k. Metode demonstrasi

Metode demonstrasi adalah salah satu metode mengajar dengan

menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk

memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu dengan jalan

mendemonstrasikannya terlebih dahulu. Metode ini dapat

menghilangkan verbalisme sehingga siswa akan semakin memahami

materi pelajaran.40

4. Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Tahap akhir suatu proses pendidikan adalah evaluasi. Tujuan

evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran itu

sampai (mencapai) tujuan yang telah ditentukan sebagai landasan berpijak

aktivitas suatu pendidikan. Dari evaluasi tersebut kita akan mengetahui

pada aspek-aspek mana suatu usaha pendidikan harus dibenahi. Salah satu

aspek yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan evaluasi belajar

mengajar adalah alat penilaian itu sendiri, baik dari segi validitas maupun

39

Ibid., hlm. 160. 40

Ibid., hlm. 195.

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI A. Karakter - Repository IAIN …repository.iainpekalongan.ac.id/192/7/12. BAB 2.pdf · Menurut Kamus Besar ... pendidikan karakter adalah mengajarkan nilai-nilai

55

reabilitas. Dalam pendidikan murid, evaluasi yang harus dilakukan adalah

sejauh mana murid dapat menghayati, memahami nilai-nilai tauhid Islam

sehingga rasa keimanan yang tertanam dalam jiwa dan memberi impact

pada seluruh gerak motor, fisik, psikis mereka.41

Hasil penilaian ditujukan untuk mendapatkan gambaran yang

menyeluruh tentang nilai budi pekerti peserta didik yang tercermin dalam

kualitas hidup sehari-hari, bukan nilai-nilai dalam bentuk kuantitatif.

Informasi yang diperoleh melalui hasil penilaian dapat memberikan

gambaran perilaku peserta didik secara individual.42

41

Syamsul Kurniawan dan Erwin Mahrus, Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam

(Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2011), hlm. 247. 42

Nurul Zuriah, op.cit, hlm. 251.