bab ii landasan teori 2.1.kedisiplinan belajar 2.1.1...

15
BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Kedisiplinan Belajar 2.1.1 Pengertian Kedisiplinan Belajar Kedisiplinan adalah kata sifat yang berasaldari kata dasar “disiplin”dan mendapat imbuhan ke-an. Sedangkan kedisiplinan belajar merupakan gabungan dua kata yakni disiplin dan belajar dimana kedua kata tersebut memiliki arti masing-masing.Untuk mengetahui makna kata tersebut, berikut ini akan dijelaskan pengertian disiplin danbelajar menurut beberapa ahli. Secara etimologis, istilah disiplin berasal dari bahasa latin “Disciplina” yang menunjuk pada kegiatan belajar dan mengajar. Dalam bahasa Inggris “Discipline” yang berarti: tertib, taat, atau mengendalikan tingkahlaku, penguasaandiri, kendalidiri; latihan membentuk, meluruskan, atau menyempurnakan sesuatu sebagai kemampuan mental atau karakter moral; hukuman yang diberikan untuk melatih atau memperbaiki; kumpulan atau sistem peraturan-peraturan bagi tingkahlaku (MacMillan Dictionary dalamTu’u, 2004). Soegeng Prijodarminto dalam Tu’u (2004) memberi arti disiplin sebagai kondisi yang terbentuk melalui proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan atau ketertiban. Perilaku itu tercipta melalui proses binaan keluarga, pendidikan, dan pengalaman. Rachman dalam Tu’u (2004) yang mengartikan disiplin sebagai upaya mengendalikan diri dan sikap mental individu dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam hatinya. Tu’u(2004) merumuskan disiplin sebagai sikap seseorang dalam mengikuti dan menaati peraturan, nilai, dan hukum yang berlaku. Pengikutan dan ketaatan tersebut muncul

Upload: vuthien

Post on 02-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1.Kedisiplinan Belajar

2.1.1 Pengertian Kedisiplinan Belajar

Kedisiplinan adalah kata sifat yang berasaldari kata dasar “disiplin”dan mendapat

imbuhan ke-an. Sedangkan kedisiplinan belajar merupakan gabungan dua kata yakni disiplin

dan belajar dimana kedua kata tersebut memiliki arti masing-masing.Untuk mengetahui

makna kata tersebut, berikut ini akan dijelaskan pengertian disiplin danbelajar menurut

beberapa ahli.

Secara etimologis, istilah disiplin berasal dari bahasa latin “Disciplina” yang

menunjuk pada kegiatan belajar dan mengajar. Dalam bahasa Inggris “Discipline” yang

berarti: tertib, taat, atau mengendalikan tingkahlaku, penguasaandiri, kendalidiri; latihan

membentuk, meluruskan, atau menyempurnakan sesuatu sebagai kemampuan mental atau

karakter moral; hukuman yang diberikan untuk melatih atau memperbaiki; kumpulan atau

sistem peraturan-peraturan bagi tingkahlaku (MacMillan Dictionary dalamTu’u, 2004).

Soegeng Prijodarminto dalam Tu’u (2004) memberi arti disiplin sebagai kondisi yang

terbentuk melalui proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai ketaatan,

kepatuhan, kesetiaan, keteraturan atau ketertiban. Perilaku itu tercipta melalui proses binaan

keluarga, pendidikan, dan pengalaman.

Rachman dalam Tu’u (2004) yang mengartikan disiplin sebagai upaya mengendalikan

diri dan sikap mental individu dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap

peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam

hatinya. Tu’u(2004) merumuskan disiplin sebagai sikap seseorang dalam mengikuti dan

menaati peraturan, nilai, dan hukum yang berlaku. Pengikutan dan ketaatan tersebut muncul

Karen aadanya kesadaran diri bahwa hal itu berguna untuk kebaikan dan keberhasilan

seseorang. Disiplin dapat muncul karena adanya rasa takut, tertekan, terpaksa dan adanya

dorongan dari luar dirinya. Kedisiplinan juga sebagai alat pendidikan untuk mempengaruhi,

mengubah, membina dan membentuk perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau

diajarkan dalam rangka mendidik, melatih, mengendalikan dan memperbaiki tingkah laku.

Selanjutnya, akan dijelaskan tentang pengertian belajar menurut beberapa ahli, seperti

Gagne (dalam Dahar, 2006), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu

organisasi berubah perilakunya.

Sedangkan menurut Slameto (2003), belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkahlaku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan belajar

merupakan usaha yang dilakukan seseorang dengan sadar, melalui latihan hidup teratur,

pengajaran, pendidikan dan pembinaan dari keluarga dalam hal ini orang tua, dan guru di

sekolah untuk mengikuti dan menaati peraturan, nilai, hukum atau tata tertib yang berlaku

untuk memperoleh perubahan perilaku dalam dirinya. Perilaku tersebut dapat berupa

pengetahuan, keterampilan maupun sikapnya. Disiplin tidak hanya mengikuti dan menaati

aturan, melainkan meningkat menjadi disiplin berpikir yang mengatur serta mempengaruhi

seluruh aspek individu termasuk prestasi belajar siswa.

2.1.2. Perlunya Kedisiplinan Belajar

Kedisiplinan diperlukan oleh siapapun dan dimanapun seseorang berada, termasuk

seorang siswa. Bohar Soeharto dalam Tu’u (2004) mengatakan bahwa pada dasarnya semua

orang sudah mengerti dan sudah mengenal disiplin. Orang tua dan guru harus mampu melihat

disiplin sebagai sesuatu yang sangat penting dalam interaksi manusia. Sikap disiplin, apabila

dikembangakan dan diterapkan dengan baik, konsisten dan konsekuen, akan berdampak

positif bagi kehidupan dan perilaku siswa. Seorang siswa harus disiplin dalam menaati tata

tertib di sekolah, disiplin dalam belajar dan mengerjakan tugas baik di rumah maupun di

sekolah, agar mencapai hasil yang optimal. Disiplin dapat mendorong siswa belajar secara

konkret dalam praktik hidup di sekolah serta menata perilaku seseorang dalam hubungannya

di tengah-tengah lingkungannya.

Maman Rachman dalam Tu’u (2004) menyebutkan bahwa disiplin sangat penting

bagi para siswa, yaitu untuk: (1) Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak

menyimpang (2) Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan

lingkungan (3) Menyelesaikan tuntutan yang ingin ditunjukkan siswa terhadap

lingkungannya (4) Mengatur keseimbangan keinginan siswa satu dan siswa lainnya (5)

Menjauhi siswa yang melakukan hal-hal yang dilarang sekolah (6) Mendorong siswa

melakukan perbuatan yang baik dan benar (7) Belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan

yang baik, positif dan bermanfaat bagi diri siswa dan lingkungannya.

Jadi, disiplin berperan penting dalam pembentukan dan perubahan perilaku seseorang.

Disiplin menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku dan tata kehidupan kedisiplinan,

yang akan mengantar seorang siswa sukses dalam belajar dan bekerja kelak.

2.1.3. Fungsi Kedisiplinan Belajar

Siswa memerlukan kedisiplinan dalam belajarnya, namun seringkali siswa

mengabaikan hal-hal mengenai kedisiplinan belajar, akibatnya siswa gagal dalam mencapai

prestasi belajar yang optimal. Bila siswa dapat mendisiplinkan diri, maka siswa tersebut

memiliki waktu yang efisien dalam belajar. Belajar yang efisien menuntut kedisiplinan

belajar yang tinggi, terutama disiplin diri (self discipline), yaitu kemampuan memposisikan

diri, kontrol diri dan konsistensi diri untuk bertindak (Danim, 2011).

Fungsi disiplin menurut Tu’u (2004)diantaranya: (1) Menata kehidupan bersama,

yaitu mengatur tata kehidupan manusia dalam masyarakat tertentu, sehingga hubungan antar

individu terjalin dengan baik (2) Membangun kepribadian seseorang, dimana kepribadian

adalah keseluruhan tingkah laku dan pola hidup yang tercermin dalam perkataan dan

perbuatan sehari-hari. Dengan disiplin, seseorang dibiasakan untuk mengikuti, mematuhi dan

menaati aturan yang berlaku dengan penuh kesadaran dalam dirinya, dan akhirnya menjadi

bagian dalam kehidupannya sehari-hari (3) Melatih kepribadian seseorang, dimana dalam

membentuk kepribadian yang tertib, teratur, taat dan patuh diperlukan suatu latihan,

pembinaan, pembiasaan diri, usaha yang gigih bahkan dengan tempaan keras (4) Pemaksaan,

dimana seseorang dipaksa untuk mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku di lingkungan

seseorang itu berada (5) Hukuman yang merupakan ancaman atau sanksi atas pelanggaran

tata tertib. Hukuman sangat penting karena dapat memberi dorongan siswa untuk menaati dan

mematuhi peraturan. Tanpa ancaman/sanksi, dorongan untuk mengikuti aturan menjadi

lemah (6) Menciptakan lingkungan yang kondusif, yakni lingkungan yang aman, tenang,

tenteram, tertib dan teratur sehingga dapat mendukung proses kegiatan pendidikan dengan

lancar.

Kedisiplinan siswa harus ditangani, dibina dan dilatih agar siswa dapat

mendisiplinkan diri dalam kehidupannya. Pemahaman kedisiplinan dalam diri siswa, tidak

akan berhasil dengan cara pemaksaan dan pembiasaan secara mekanis. Siswa tersebut harus

dapat merasakan sendiri apakah di dalam suatu peraturan terdapat sesuatu yang menentukan

bahwa dia harus mematuhinya dengan sukarela.

2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dan Membentuk Kedisiplinan

Kedisiplinan seseorang tidak dapat tumbuh dengan sendirinya, melainkan perlu

kesadaran diri, latihan, kebiasaan, dan adanya hukuman. Bagi siswa, disiplin belajar tidak

akan tercipta apabila siswa tidak mempunyai kesadaran diri. Siswa akan disiplin dalam

belajar apabila siswa sadar akan pentingnya belajar dalam kehidupannya. Penanaman disiplin

perlu dimulai sedini mungkin mulai dari dalam lingkungan keluarga. Mulai dari kebiasaan

bangun pagi, makan, tidur, dan mandi harus dilakukan secara tepat waktu sehingga anak akan

terbiasa melakukan kegiatan itu secara berkelanjutan. Menurut Tu’u (2004) mengatakanada

beberapa faktor yang mempengaruhi dan membentuk kedisiplinan yaitu kesadaran diri,

pengikutan dan ketaatan, alat pendidikan, hukuman, teladan, lingkungan dan latihan

berdisiplin.

Kesadaran diri menjadi motif sangat kuat bagi terwujudnya kedisiplinan. Disiplin

yang terbentuk atas kesadaran diri akan kuat pengaruhnya dan akan lebih tahan lama

dibandingkan dengan disiplin yang terbentuk karena unsur paksaan atau hukuman.

Pengikutan dan ketaatan sebagai langkah penerapan dan praktik atas peraturan-

peraturan yang mengatur perilaku individunya. Hal ini sebagai kelanjutan dari adanya

kesadaran diri yang dihasilkan oleh kemampuan dan kemauan diri yang kuat.

Kedisiplinan belajar sebagai alat pendidikan digunakan untuk mempengaruhi, mengubah,

membina, dan membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau

diajarkan. Hukuman bagi seseorang cenderung disebabkan dua hal, yang pertama karena

adanya kesadaran diri, kemudian yang kedua karena adanya hukuman.

Hukuman akan menyadarkan, mengoreksi, dan meluruskan yang salah, sehingga

orang kembali pada perilaku yang sesuai dengan harapan. Teladan adalah contoh yang baik

yang seharusnya ditiru oleh orang lain. Dalam hal ini siswa lebih mudah meniru apa yang

mereka lihat sebagai teladan (orang yang dianggap baik dan patut ditiru) daripada dengan apa

yang mereka dengar. Karena itu contoh dan teladan disiplin dari atasan, kepala sekolah dan

guru-guru serta penata usaha sangat berpengaruh terhadap disiplin para siswa. Lingkungan

berdisiplin kuat pengaruhnya dalam pembentukan disiplin dibandingkan dengan lingkungan

yang belum menerapkan disiplin. Bila berada di lingkungan yang berdisiplin, seseorang akan

terbawa oleh lingkungan tersebut.

Kedisiplinan dapat tercapai dan dibentuk melalui latihan dan kebiasaan. Artinya

mendisiplinkan diri secara berulang-ulang dan membiasakan diri dalam praktik sehari-hari.

Sedangkan menurut Lemhanas (1997) terbentuknya disiplin karena alasan berikut: a) Disiplin

tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan harus ditumbuhkan, dikembangkan, dan

diterapkan dalam semua aspek, menerapkan sanksi serta hukuman; b) Disiplin seseorang

adalah produk sosialisasi sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya, terutama lingkungan

sosial. Oleh karena itu, pembentukan disiplin harus seturut pada kaidah-kaidah proses belajar;

c) Dalam membentuk disiplin ada pihak yang memiliki kekuasaan lebih besar, sehingga

mampu mempengaruhi tingkah laku pihak lain karena tingkah laku yang diinginkannya.

2.1.5. Aspek dan Indikator Kedisiplinan Belajar

Aspek kedisiplinan menurut Soegeng Prijodarminto dalam Tu’u (2004), meliputi 3

aspek yakni: 1) aspek sikap mental (mental attitude) yang merupakan sikap taat dan tertib

sebagai pengembangan latihan, pengendalian pikiran dan pengendalian watak 2) aspek

pemahaman mengenai aturan perilaku dan norma, sehingga menumbuhkan pengertian dan

kesadaran bahwa ketaatan akan aturan dan norma tersebut merupakan syarat mutlak untuk

mencapai keberhasilan 3) aspek sikap dan kelakuan secara wajar yang menunjukkan

kesungguhan hati untuk menaati segala hal dengan cermat dan tertib. Sedangkan indikator

kedisiplinan belajar yang menunjukkan pergeseran/perubahan hasil belajar siswa sebagai

kontribusi mengikutidan menaati peraturan sekolah yang meliputi: a) dapat mengatur waktu

belajar di rumah b) rajin dan teratur belajar c) perhatian yang baik saat belajar di kelas d)

ketertiban diri saat belajar di kelas.

Tu’u(2004) mengemukakan aspek kedisiplinan terdiri dari 3 sub aspek dengan

indikator disiplin belajar meliputi: 1) Kepatuhan mengikuti proses belajar mengajar dengan

indikator, a) mendengarkan guru saat pelajaran sedang berlangsung dan disiplin

menggunakan waktu dengan baik saat guru menjelaskan pelajaran b) tidak meninggalkan

kelas saat pelajaran berlangsung, sampai pelajaran berakhir c) mengerjakan tugas dengan

baik penuh kedisiplinan dan tanggung jawab dalam mengerjakannya. 2) kepatuhan pada tata

tertib sekolah dengan indikator, a) datang ke sekolah tepat waktu sesuai waktu yang

ditentukan b) menaati peraturan dan tata tertib yang telah dibuat oleh pihak sekolah c)

bersikap hormat dan santun pada semua warga sekolah. 3) Ketaatan pada jam belajar dengan

indikator meliputi a) membuat jadwal pelajaran secara rutin untuk dapat disiplin dalam

belajar sesuai jadwal yang dibuat b) menggunakan waktu belajar dengan semaksimal

mungkin dan c) tidak menunda-nunda dalam mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan

oleh guru.

2.2 Roleplay salah satu metode dari Bimbingan Kelompok

2.2.1 Pengertian layanan bimbingan kelompok

Menurut Romlah (2001), bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang

diberikan pada individu dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok ditujukan untuk

mencegah timbulnya masalah pada siswa dan mengembangkan potensi siswa.

2.2.2 Tujuan bimbingan kelompok

Tujuan bimbingan kelompok yang dikemukakan oleh Prayitno (2004) adalah sebagai

berikut:

a. Tujuan Umum

Tujuan umum dari layanan bimbingan kelompok adalah berkembangnya sosialisasi

siswa, khususnya kemampuan komunikasi anggota kelompok.Sering menjadi

kenyataan bahwa kemampuan bersosisalisasi atau berkomunikasi seseorang sering

terganggu oleh perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang tidak obyektif,

sempit dan terkukung serta tidak efektif. Melalui layanan bimbingan kelompok

diharapkan hal-hal yang menganggu atau menghimpit perasaan dapat diungkapkan,

diringankan melalui berbagai cara, pikiran yang buntu atau beku dicairkan dan

didinamikkan melalui masukkan dan tanggapan baru, persepsi yang menyimpang atau

sempit diluruskan dan diperluas melalui pencairan pikiran, sikap yang tidak efektif

kalau perlu diganti dengan yang baru yang lebih efektif. Melalui kondisi dan proses

berperasaan, berpikir, berpersepsi dan berwawasan terarah, luwes dan luas serta

dinamis kemampuan berkomunikasi, bersosialiasi dan bersikap dapat

dikembangkan.Selain tujuan tersebut yaitu untuk mengentaskan masalah klien dengan

memanfaatkan dinamika kelompok.

b. Tujuan Khusus

Bimbingan kelompok bermaksud membahas topik-topik tertentu.Melalui dinamika

kelompok yang intensif, pembahasan topik-topik itu mendorong pengembangan perasaan,

pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang diwujudkannya tingkah laku yang

lebih efektif. Dalam hal ini kemampuan berkomunikasi verbal maupun non verbal

ditingkatkan. Sedangkan menurut Bennet (dalam Romlah, 2001), bimbingan kelompok

memiliki beberapa tujuan yaitu:

a. Memberikan kesempatan-kesempatan pada siswa belajar hal-hal penting yang berguna

bagi pengarahan dirinya yang berkaitan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi

dan sosial.

b. Memberikan layanan-layanan penyembuhan melalui kegiatan kelompok.

c. Untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan secara ekonomis dan efektif dari pada

melalui kegiatan bimbingan individual.

d. Untuk melaksanakan layanan konseling individual secara lebih efektif.

2.2.3 Model layanan bimbingan kelompok

Menurut Prayitno (1999), dalam penyelenggaraan bimbingan kelompok dikenal dua

jenis kelompok, yaitu kelompok bebas dan kelompok tugas :

a. Kelompok bebas

Dalam kegiatannya para anggota bebas mengemukakan segala pikiran dan perasaanya

dalam kelompok. Selanjutnya apa yang disampaikan mereka dalam kelompok itulah yang

menjadi pokok bahasan kelompok.

b. Kelompok tugas

Dalam penyelenggaraan bimbingan kelompok tugas arah dan isi kegaiatannya tidak

ditentukan oleh para anggota, melainkan diarahkan kepada penyelesaiannya

suatutugas.Pemimpin kelompok mengemukakan suatu tugas untuk selanjutnya dibahas dan

diselesaikan oleh anggota kelompok

2.2.4 Teknik-teknik bimbingan kelompok

Romlah (2001) menyebutkan terdapat beberapa teknik yang dapat diterapkan atau

dilakukan dalam kegiatan bimbingan kelompok diantaranya :

a. Teknik pemberian informasi (expository techiques)

b. Diskusi kelompok

c. Teknik pemecahan masalah (problem-solving techniques)

d. Permainan peran (role play)

e. Permainan simulasi

f. Karyawisata (field trip)

g. Teknik penciptaan suasana kekeluargaan (home room)

2.2.5 Tahap-tahap bimbingan kelompok

Menurut Hartinah (2009), tahap-tahap bimbingan kelompok dibagi menjadi 4

tahap,yaitu:

a. Tahap pembentukan

Kegiatan awal dari sebuah kelompok dapat dimulai dengan pengumpulan para

(calon) anggota kelompok dalam rangka kegiatan kelompok yang direncanakan,

meliputi:

a. Pengenalan dan pengungkapan tujuan.

b. pelibatan diri.

c. pemasukan diri.

b. Tahap peralihan

Tahap ini merupakan jembatan antara tahap pertama dan tahap ketiga.

c. Kegiatan kelompok

Tahap ini merupakan tahap dimana tujuan akan dicapai yaitu penyelesaian

tugas, jika bimbingan kelompok yang digunakan adalah topik tugas. Jika yang

digunakan adalah topik bebas, maka tahap ini juga akan menentukan topik serta

penyelesaiannya sekaligus.

d. Pengakhiran

Setelah kegiatan kelompok memuncak pada tahap ketiga, kegiatan kelompok

kemudian menurun dan selanjutnya kelompok akan mengakhiri kegiatannya pada saat

yang dianggap tepat.

2.3 Bimbingan Kelompok Teknik Role Play (Bermain Peran)

2.3.1 Pengertian Role Play (Bermain Peran)

Winkel dan Hastuti (2004), mendefiniskan role play sebagai kegiatan melakukan

peran tertentu dan memainkan suatu adegan tentang pergaulan sosial yang mengandung

persoalan yang harus diselesaikan.

Benett (dalam Romlah, 2001) menyebutkan bahwa role play atau bermain peran

adalah suatu alat untuk mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dan pengertian-pengertian

mengenai hubungan antar manusia dengan jalan memerankan situasi yang pararel dengan

yang terjadi dengan kehidupan yang sebenarnya.

Jadi dapat disimpulkan role play adalah salah satu metode bimbingan kelompok yang

menggunakan permainan peran didalam menyelesaikan suatu permasalahan yang dihadapi

seorang individu, dimana peran yang dimainkan harus sesuai dengan tokoh yang diperankan

dengan cara mendramatisasika peran tersebut.

2.3.2 Fungsi Role Play

Corsini (dalam Romlah, 1989)menyebutkan terdapat beberapa fungsi dari kegiatan

role play bermain peran diantaranya :

a. Alat untuk mediagnosis dan mengerti seseorang dengan cara mengamati perilakunya

waktu memerankan dengan spontan situasi-situasi atau kejadian yang terjadi dalam

kehidupan sebenarnya.

b. Media pengajaran melalui proses “modelling” anggota kelompok dapat belajar lebih

efektif melalui ketrampilan-ketrampilan hubungan antar pribadi dalam memecahkan

permasalahan.

c. Melalui keterlibatan secara aktif dalam permainan peran, anggota kelompok dapat

mengembangkan pengertian-pengertian dan mempraktekan ketrampilan-ketrampilan

baru. Sedangkan menurut Winkel dan Hastuti (2004) fungsi dari permainan peran

adalah sebagai perombakan dalam struktur kepribadian seseorang dan meningkatkan

kemampuan bergaul dengan orang lain secara wajar dan sehat.

Jadi fungsi dari bermain peran atau role play adalah memahami permasalahan-

permasalahan sosial, dapat merasakan perasaan orang lain, dan dapat memainkan peran-peran

dalam kehidupan nyata, sehingga memiliki perasaan untuk bisa memahami satu dengan yang

lain, menghargai orang lain, menghormati, dll.

2.3.3 Proses Pelaksanaan Role Play

Dalam kegiatan role play (bermain peran), terdapat beberapa proses yang harus

dilakukan. Mulyasa (dalam Zulaikah, 2011) menyebutkan terdapat tujuh tahap dalam role

play diantaranya :

1. Pemilihan masalah

Guru mengemukakan masalah yang diangkat dari kehidupan siswa agar dapat

menyelesaikan masalah itu dan terdorong untuk mencari penyelesaiannya.

2. Pemilihan peran

Pemilihan peran disesuaikan dengan permasalahan yang akan dibahas,

mendeskripsikan karakter dan apa yang harus dikerjakan oleh para pemain.

3. Menyusun tahap-tahap bermain peran

Dalam hal ini guru sudah membuat dialog, akan tetapi siswa dapat

menambahkannya sendiri.

4. Menyiapkan pengamat

Pengamat dalam kegiatan ini adalah semua siswa yang tidak terlibat didalam

permainan peran (pemeran)

5. Pemeran

Dalam kegiatan ini para peserta didik mulai bereaksi sesuai dengan peran

masing-masing yang terdapat pada skenario bermain peran.

6. Diskusi dan evaluasi

Mendiskusikan masalah-masalah yang akan dibahas serta pertanyaan yang

muncul dari siswa.

7. Pengambilan kesimpulan dari bermain peran yang telah dilakukan oleh siswa.

2.4 Temuan Penelitian Yang Relevan

Hasil penelitian Pradipta Novalin (2014) dengan judul Peningkatan Kedisiplinan

Belajar Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Role Play pada Siswa Kelas XI di

SMK Sudirman 02 Ambarawa Tahun Ajaran 2013/2014, terjadi peningkatan skala

kedisiplinan belajar pada kelompok eksperimen. Peningkatan tersebut terlihat dari perbedaan

yang signifikan dari hasil pre test dan post test kelompok eksperimen yaitu p=0.004< 0.01,

dengan peningkatan mean rank 4.80 dari mean rank hasil pre test skala kedisiplinan belajar

3.50, sedangkan mean rank hasil post test skala kedisiplinan belajar 9.50. Dengan demikian,

layanan bimbingan kelompok teknik role play dapat meningkatkan kedisiplinan belajar pada

siswa kelas XI SMK Sudirman 02 Ambarawa.

Hasil penelitian Ferdyatama Oka (2014) dengan judul Pemanfaatan Metode role play

untuk Meningkatkan Komunikasi Antar Pribadi Siswa Kelas XI Tp A SMK Saraswati

Salatiga. Inverensial Hasil penelitian adalah bahwa pemanfaatan metode role play pada siswa

kelas XI TP A SMK Saraswati Salatiga dapat meningkatkan komunikasi Antar Pribadi. Dari

hasil mean rank per-terst kelompok eksperimen sebesar 3.00 sedangkan dari hasil mean rank

post-test kelompok eksperimen sebesar 8.00. Jadi perbandingan mean rank antara pre-test

dan post-test kolompok eksperimen sebesar 5.00. Sedangakan dari data Asymp.Sig. (2-tailed)

sebesar 0,009.

Berdasarkan temuan penelitian yang relevan di atas, maka penulis menyimpulkan

bahwa teknik rolle play efektif digunakan untuk layanan bimbingan kelompok dikarenakan

teknik ini tidak hanya mendapatkan teori saja, tetapi siswa juga berperan langsung pada

naskah drama yang telah disediakan oleh penulis, sehingga siswa dapat belajar merasakan

suatu peristiwa secara langsung.

2.5 Desain Penelitian

Belajar dengan disiplin yang terarah dapat menghindarkan diri dari rasa malas dan

menimbulkan kegairahan siswa dalam belajar, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan

daya kemampuan belajar siswa. Disiplin adalah kunci sukses dan keberhasilan. Dengan

disiplin seseorang menjadi yakin bahwa disiplin akan membawa manfaat yang dibuktikan

dengan tindakannya. Setelah berprilaku disiplin, seseorang akan dapat merasakan bahwa

disiplin itu pahit tetapi buahnya manis. Disiplin memberikan manfaat yang besar dalam diri

seseorang. Sepintas bila kita mendengar kata disiplin maka yang selalu terbayang usaha

untuk menyekat, mengawal dan menahan. Padahal tidak demikian, sebab disiplin bermakna

melatih, mendidik dan mengatur atau hidup teratur. Artinya kata disiplin itu tidak terkandung

makna sekatan, tetapi juga latihan. Untuk itulah kedisiplinan sangat diperlukan dalam usaha

meningkatkan suatu kehidupan yang teratur dan meningkatkan prestasi dalam belajar karena

sifatnya yang mengatur dan mendidik. Dari kebanyakan orang-orang sukses rasanya tidak ada

diantara mereka yang tidak berdisiplin, kedisiplinan yang tertanam dalam setiap kegiatan

mereka yang membawa kesuksesan.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang peningkatan kedisiplinan belajar

melalui bimbingan kelompok teknik rolle play siswa kelas X Teknik Permesinan SMK

Negeri 2 Salatiga beberapa siswa memiliki tingkat kedisiplinan belajar yang rendah. Untuk

mengatasi hal tersebut, maka penulis menerapkan bimbingan kelompok teknik rolle play.

Siswa yang memiliki masalah kedisiplinan belajar yang rendah akan dibagi menjadi dua

kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah

kelompok yang diberi perlakuan (treatment), sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok

yang tidak diberi perlakuan (treatment) melalui bimbingan kelompok teknik rolle play.

Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol masing-masing diberi pretest dan juga posttest

menggunakan skala kedisiplinan pengembangan dari teori Tu’u dalam Rina (2011) yang

sudah di uji validitasnya. Adapun desain penelitian mengenai peningkatan kedisiplinan

belajar, melalui bimbingan kelompok teknik rolle play adalah sebagai berikut :

Posttest

Preetest

2.6 Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut :

Layanan bimbingan kelompok teknik role play dapat meningkatkan kedisiplinan belajar

secara signifikan pada siswa kelas X Teknik Permesinan SMK Negeri 2 Salatiga

D

i

b

a

n

d

i

n

g

k

a

n

n

Hasil Treatment Kel. Eksperimen

Hasil Tanpa

Treatment

Kel. Kontrol