bab ii landasan teori 2.1. pengertian kemandirian...

15
10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Kemandirian Belajar Abdullah, M.H (2001) belajar mandiri dapat diartikan sebagai usaha individu untuk elakukan kegiatan belajar secara sendirian maupun dengan bantuan orang lain maupun berdasarkan motivasi sendiri untuk menguasai suatu materi dan atau kompetensi tertentu sehingga dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dijumpai di dunia nyata. Menurut Haris Mujiman (2007) kemandirian belajar dapat diartikan sebagai sifat serta kemampuan yang dimiliki Mahasiswa untuk melakukan kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh motif untuk menguasai sesuatu kompentensi yang telah dimiliki. Haris Mujiman (2007) berpendapat kemandirian belajar adalah kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai sesuatu kompentensi guna mengatatasi sesuatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompentensi yang telah dimiliki. Hasan Basri (Avan, 2010) menyatakan bahwa kemandirian belajar secara psikologis dan mentalis merupakan keadaan seseorang yang dalam kehidupan mampu memutuskan dan mengerjakan sesuatu tanpa bantuan dari orang lain. Kemampuan demikian hanya mungkin dimiliki jika seseorang berkemampuan memikirkan dengan seksama tentang sesuatu yang dikerjakan atau diputuskan, baik dari segi-segi manfaat atau keuntungan maupun, segi-segi negatif maupun kerugian yang akan dialami. Menurut Umar Tirtaraharja dan La Sulo (2005) kemandirian belajar diartikan sebagai aktivitas belajar yang

Upload: vuongmien

Post on 13-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

10

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Kemandirian Belajar

Abdullah, M.H (2001) belajar mandiri dapat diartikan sebagai usaha

individu untuk elakukan kegiatan belajar secara sendirian maupun dengan

bantuan orang lain maupun berdasarkan motivasi sendiri untuk menguasai

suatu materi dan atau kompetensi tertentu sehingga dapat digunakan untuk

memecahkan masalah yang dijumpai di dunia nyata. Menurut Haris Mujiman

(2007) kemandirian belajar dapat diartikan sebagai sifat serta kemampuan

yang dimiliki Mahasiswa untuk melakukan kegiatan belajar aktif, yang

didorong oleh motif untuk menguasai sesuatu kompentensi yang telah

dimiliki. Haris Mujiman (2007) berpendapat kemandirian belajar adalah

kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai

sesuatu kompentensi guna mengatatasi sesuatu masalah, dan dibangun dengan

bekal pengetahuan atau kompentensi yang telah dimiliki.

Hasan Basri (Avan, 2010) menyatakan bahwa kemandirian belajar secara

psikologis dan mentalis merupakan keadaan seseorang yang dalam kehidupan

mampu memutuskan dan mengerjakan sesuatu tanpa bantuan dari orang lain.

Kemampuan demikian hanya mungkin dimiliki jika seseorang berkemampuan

memikirkan dengan seksama tentang sesuatu yang dikerjakan atau diputuskan,

baik dari segi-segi manfaat atau keuntungan maupun, segi-segi negatif

maupun kerugian yang akan dialami. Menurut Umar Tirtaraharja dan La Sulo

(2005) kemandirian belajar diartikan sebagai aktivitas belajar yang

11

berlangsungnya lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan

disertai rasa tanggung jawab dari diri sendiri.

Menurut Hendra Surya (Novitasari 2008) belajar mandiri adalah proses

menggerakkan kekuatan atau dorongan dari dalam diri individu yang belajar

untuk menggerakan potensi diri mempelajari objek belajar tanpa ada tekanan

atau pengaruh asing dari luar diri. Dengan demikian belajar mandiri lebih

mengarah pada pembentukan kemandirian dalam cara-cara belajar. Menurut

Sumahamijaya (2003), kemandirian berasal dari kata mandiri yang berarti

dalam keadaan dapat berdiri sendiri, tidak bergantung dengan orang lain tetapi

menggunakan kekuatan sendiri. Kemandirian diartikan sebagai suatu hal atau

keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepada orang lain.

Menurut Abu Ahmadi (2004) kemandirian belajar adalah sebagai belajar

mandiri, tidak menggantungkan diri pada orang lain. Mahasiswa dikatakan

dapat belajar secara mandiri apabila telah mampu melakukan tugas belajar

tanpa ketergantungan dengan orang lain. Pada dasarnya kemandirian

merupakan perilaku individu yang mampu berinisiatif, mampu mengatasi

hambatan atau masalah, mempunyai rasa percaya diri dan tidak memerlukan

pengarahan dari orang lain untuk melakukan kegiatan belajar. Menurut Tahar

(2006) kemandirian belajar mendeskripsikan sebuah proses dimana individu

mengambil inisiatif sendiri, dengan atau tanpa bantuan oranglain, untuk

mendiagnosis kebutuhan belajar, menformulasikan tujuan belajar,

mengidentifikasi sumber belajar, memilih dan menentukan pendekatan strategi

belajar dan melakukan evaluasi hasil belajar yanag di capai. Kemandirian

12

belajar menuntut tanggung jawab yang besar pada siri mahasiswasehingga

mahasiswa berusaha melakukan berbagai kegiatan untuk tercapainya tujuan

belajar.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar mandiri

merupakan kegiatan belajar yang didorong oleh kemauan dan kesadaran diri,

serta tanggung jawab individu dan tidak bergantung oleh orang lain.

Mahasiswa dikatakan memiliki kemandirian belajar apabila telah mampu

melakukan tugas belajar tanpa tergantung dengan orang lain. Salah satu peran

utama remaja adalah sebagai seorang mahasiswa yang secara otomatis selalu

di tuntut untuk dapat mencapai standar kompentensi yang sudah ditetapkan

serta mampu mengerjakan apapun secara mandiri.

Kemandirian belajar menekankan sisi-sisi menguntungkan dari usaha

bekerja secara kreatif atas prakarsa sendiri, inisiatif dan panjang akal dari

keadaan mempelajari suatu bidang secara intensif, pengembangan disiplin diri,

dan belajar teknik-teknik didalam suatu bidang yang telah dipilih sendiri

(Wayne Holstein dalam Kartadinata, 2001). Herman Holstein menambahkan

bahwa kemandirian merupakan sikap mandiri yang inisiatif sendiri mendesak

jauh ke belakang setiap pengendalian asing yang membangkitkan swakarsa

tanpa perantara dan secara spontanitas yakni ada kebebasan bagi keputusan,

penilaian, pendapat, pertanggung jawaban tanpa menggantungkan orang lain.

Konsep kemandirian belajar bertumpu pada prinsip bahwa individu yang

belajar hanya akan sampai kepada perolehan hasil belajar, mulai keterampilan,

pengembangan penalaran, pembentukan sikap sampai kepada penemuan diri

13

sendiri, apabila mengalami sendiri dalam proses perolehan hasil belajar

tersebut.

Menurut Brawer yang dikutip oleh M Chabib Thoha (1996) mengartikan

Sikap kemandirian menunjukkan ada konsistensi organisasi tingkah laku pada

seseorang, sehingga tidak goyah, memiliki self reliance atau kepercayaan diri

sendiri. Seseorang yang mempunyai sikap mandiri harus dapat

mengaktualisasikan secara optimal dan tidak menggantungkan diri kepada

orang lain. Menurut Mu’tadin (2002) kemandirian merupakan suatu sikap

individu yang diperoleh secara kumulatif selama perkembangan, dimana

individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi

berbagai situasi dalam kehidupan sehari-hari. Indivdu pada akhirnya akan

mampu berpikir dan bertindak sendiri. Dengan kemandiriannya seseorang

dapat memilih jalan hidupnya untuk dapat berkembang dengan lebih mantap.

Menurut Steinberg (2002) kemandirian merupakan individu untuk bertingkah

laku secara seorang diri.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dan beberapa pertimbangan di

atas, maka belajar mandiri dapat diartikan sebagai usaha individu untuk

melakukan kegiatan belajar secara sendirian, berdasarkan motivasi sendiri

untuk menguasai sesuatu materi dan atau kompetensi tertentu sehingga dapat

digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

14

2.1.1 Ciri-Ciri Kemandirian Belajar

Berdasarkan pengertian kmandirian belajar tersebut, maka ciri-ciri

kemandirian belajar dapat dikenali. Dalam bukunya, Chabib Thoha (1996)

mengutip pendapat Brawer bahwa ciri-ciri perilaku mandiri adalah :

a. Seseorang mampu mengembangkan sikap kritis terhadap kekuasaan yang

datang dari luar dirinya. Yang berarti mereka tidak segera menerima

begitu saja pengaruh orang lain tanpa dipikirkan terlebih dahulu segala

kemungkinan yang akan timbul.

b. Ada kemampuan untuk membuat keputusan secara bebas tanpa

dipengaruhi oleh orang lain.

Sedangkan Spancer dan Koss, merumuskan ciri-ciri perilaku mandiri

sebagai berikut :

a. Mampu mengambil inisiatif.

b. Mampu mengatasi masalah.

c. Penuh ketekunan.

d. Memperoleh kepuasan dari hasil usaha.

e. Berkeinginan mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain.

Apabila berdasarkan pendapat tersebut dicermati secara mendalam

akan nampak rumusan-rumusan tentang ciri-ciri kemandirian belajar sebagai

berikut :

a. Mampu berpikir secara kritis, kreatif dan inovatif.

b. Tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain.

c. Tidak lari atau menghindari masalah.

d. Memecahkan masalah dengan berpikir yang mendalam.

e. Apabila menjumpai masalah dipecahkan sendiri tanpa meminta

bantuan orang lain.

f. Tidak merasa rendah diri apabila harus berbeda dengan orang lain.

g. Berusaha bekerja dengan penuh ketekunan dan kedisiplinan.

h. Bertanggung jawab atas tindakannya sendiri.

2.1.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar menurut Thoha

(1996) dapat dibedakan menjadi dua faktor dari dalam dan dari luar.

1. Faktor intern / dari dalam diri antara lain : faktor kematangan usia,

dan jenis kelamin. Anak yang semakin tua usianya akan cenderung

15

semakin mandiri. Disamping itu intelegensi seseorang juga

berpengaruh terhadap kemandirian seseorang.

2. Faktor ekstern/ dari luar meliputi : faktor kebudayaan, dan faktor

keluarga terhadap anak. Faktor kebudayaan memberi pengaruh

terhadap kemandirian. Masyarakat yang maju dan komplek tuntutan

hidupnya cenderung mendorong tubuhnya kemandirian

dibandingkan dengan masyarakat yang sederhana. Kemudian faktor

keluarga terhadap anak bahkan sampai pada cara hidup orang tua

berpengaruh terhadap kemandirian anak.

Berdasarkan uraian diatas diperoleh bahwa faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi kemandirian belajar antara lain faktor dari dalam meliputi

kematangan usia dan jenis kelamin sedangkan faktor dari luar terdiri dari

faktor kebudayaan dan faktor keluarga.

2.1.3. Aspek-Aspek Kemandirian Belajar

Mahasiswa dapat dikatakan mandiri dalam belajar apabila mempunyai

aspek-aspek yang telah dikemukakan oleh Thoha (1996) yaitu sebagai berikut:

1. mampu berfikir kritis dan kreatif dengan ciri-ciri mempunyai kreatifitas

yang tinggi, mempunyai ide-ide yang cemerlang, menyukai hal-hal

yang baru, suka mencoba-coba dan tidak suka meniru orang lain.

2. tidak mudah terpengaruh oleh orang lain

3. tidak menghindari masalah dalam belajar

4. mampu memecahkan masalah sendiri tanpa bantuan dari orang lain

5. belajar dengan penuh ketekunan dan kedisiplinan

6. bertanggung jawab dengan ciri-ciri mampu menyelesaikan tugas-tugas

yang diberikan tanpa bantuan orang lain, mampu membuat keputusan

sendiri, mampu menyelesaikan masalah sendiri dan bertanggung

jawab atau menerima resiko dari perbuatannya.

16

2.2. Pengertian Pengambilan Keputusan

Anoraga (2001) berpendapat bahwa pengambilan keputusan tidak lebih

dari memilih berbagai alternatif. Anaroga menambahkan bahwa keputusan

menjadi cepat dan tepat bila ada unsur-unsur lain yang membantu seperti tenaga,

waktu, pikiran, dana dan fasilitas karena aplikasinya harus dipelajari menurut

tempat, waktu, keadaan dan sifat dari masalah yang dihadapi. Siagian ( dalam

Syamsi 2000) mengatakan bahwa pengambilan keputusan adalah suatu

pendekatan sistematis terhadap hakekat suatu pengumpulan fakta dan data

penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dalam pengambilan

keputusan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. Hal

tersebut senada dengan yang dikemukakan oleh Basori (2004) menyebutkan

bahwa pengmbilan keputusan merupakan suatu proses untuk menentukan

berbagai alternatif yang berkaitan dengan suatu hal sesuai dengan keadaan diri

dan lingkungan.

Menurut Budiprasetyo (2002) pengambilan keputusan merupakan suatu

proses dan berlangsung dalam suatu sistem, walaupun merupakan suatu

keputusan yang sifatnya paling pribadi sekalipun. Dalam kegiatan manusia

sehari-hari, keputusan merupakan hal yang biasa diambil atau dilakukan karena

manusia menghadapi berbagai permasalahan untuk dapat mempertahankan

kehidupan. Menurut Shull (dalam Supriyanto dan Santoso, 2005) pengambilan

keputusan merupakan proses-proses sadar yang didasari atas fakta fakta dan

nilai-nilai, yang melibatkan aktivitas memilih dari berbagai alternatif dengan

maksud untuk mencapai suatu keadaan yang diinginkan.

17

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

pengambilan keputusan adalah pengakhiran dari suatu proses pemikiran tentang

apa yang dianggap sebagai masalah, sebagai sesuatu yang merupakan

penyimpangan dari apa yang dikehendaki, direncanakan ataupun yang dituju,

dengan menjatuhkan suatu pilihan alternatif untuk pemecahan masalah.

2.2.1 faktor-faktor dalam mengambil keputusan

Menurut Terry (1989) faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengambil

keputusan sebagai berikut:

2 hal-hal yang berwujud maupun tidak berwujud, yang emosional maupun

rasional perlu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan;

3 setiap keputusan nantinya harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai

tujuan

4 setiap keputusan janganlah berorientasi pada kepentingan pribadi, perhatikan

kepentingan orang lain;

5 jarang sekali ada 1 pilihan yang memuaskan;

6 pengambilan keputusan merupakan tindakan mental. Dari tindakan mental ini

kemudian harus diubah menjadi tindakan fisik;

7 pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang cukup lama;

8 diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil

yang baik.

9 setiap keputusan hendaknya dikembangkan, agar dapat diketahui apakah

keputusan yang diambil itu betul; dan

10 setiap keputusan itu merupakan tindakan permulaan dari serangkaian

kegiatan berikutnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan menurut

Sukardi (dalam Ardianto, 2008) adalah sebagai berikut :

1. Faktor dari dalam meliputi :

a. Bakat yaitu: suatu kondisi, kualitas yang dimiliki seseorang yang

memungkinkan individu berkembang pada masa mendatang.

18

b. Minat yaitu: suatu perangkat mental yang terdiri dari kombinasi, perpaduan dan

campuran perasaan, harapan dan kecenderungan-kecenderungan lain yang

mengarah pada suatu pilihan tertentu.

c. Sikap yaitu: kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap

hal-hal tertentu. Suatu kecenderungan yang relatif stabil yang dimiliki seseorang

di dalam bereaksi terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi-situasi tertentu

d. Kepribadian yaitu: suatu organisasi yang dinamis di dalam diri seseorang yang

berisikan sistem-sistem psikofisik dan penyesuaian yang baik terhadap

lingkungan.

e. Aspirasi dan pengetahuan pendidikan yaitu: suatu keterkaitan yang berkaitan

langsung dengan perwujudan cita-cita.

f. Intelegensi yaitu : kemampuan seseorang untuk bertingkah lakusesuai dengan

tujuan yang telah ditetapkan

2. Faktor sosial meliputi

a. Kelompok primer : keluarga merupakan kelompok primer dan bagian dari

masyarakat yang membentuk ide-ide, sikap, melatih kebiasaan-kebiasaan,

dasar-dasar pendidikan, membangun kreatifitas dan kedisiplinan.

b. Kelompok skunder : keadaan teman sebaya akan menyangkut pendidikan

dan keadaan keluarganya, termasuk sifat, sikap dan pandangan teman

sebaya.

19

2.2.2 Aspek-aspek Pengambilan Keputusan

Berkaitan dengan pengambilan keputusan , Herren, Kass, Tinsley dan

Morelland (1978 ) dalam Bramantya (1999) memperkenalkan tiga bentuk dalam

pengambilan keputusan yaitu :

a. Pengambilan keputusan yang rasional, dalam hal ini seseorang

mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang

raasional yang matang, bertanggung jawab, mengenali diri sendiri,

penuh pertimbangan, dan pengenalan situasi yang ada.

b. Pengambilan keputusan intuitif, keputusan diambil dengan tidak

melibatkan pertimbangan rasional yang matang. Keputusan diambil

berdasarkan pertimbangan perasaan bahwa keputusan yang diambil

adalah keputusan yang terbaik, tanpa melibatkan faktor rasional.

Dalam bentuk ini, kepekaan seseorang dapat akan sangat menentukan,

dan faktor intuisi merupakan faktor yang mendominasi pengambilan

keputusan.

c. Pengambilan keputusan yang merupakan gabungan dari pengambil

keputusan rasional-intuitif. Disamping mempergunakan asprk rasio,

suatu keputusan diambil dengan mempertimbnagkan pula aspek

intuisi. Pengambilan keputusan akan mempertimbangkan secara

rasional keputusan yang diambil, akan tetapi pada sisi lain, individu

juga tidak mengabaikan keputusan.

Menurut Atmosudrjo (1989) dalam Bramantya(1999) memperkenalkan

dua bentuk pengambilan keputusan yaitu :

a. Pengambilan keputusan yang rasional. Dalam hal ini seseorang

mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan

rasional yang matang, tanggung jawab dan tidak memberi dampak

negatif.

b. Pengambilan keputusan yang rasional intuitif. Seseorang

merencanakan suatu karir tidak dapat hanya menggunakan perasaaan

akan tetapi juga menggunakan pertimbangan pemikiran secara

rasional, apakah karir tersebut sesuai dengan kemampuannya, tidak

beresiko tinggi dan merupakan yang terbaik bagi diri dan lingkungan

individu.

Aspek pengambilan keputusan menurut Harren, dkk (dalam Pratiwi, 2009), yaitu:

a. Bertanggungjawab, yaitu sejauh mana tanggung jawab subyek terhadap

masa depan. Pada tahap terakhir setelah keputusan dibuat, individu

menjadi terikat kepada jalur tindakan baru dan bertanggung jawab

memikirkan bagainmana melaksanakan keputusan yang dibuatnya.

b. Mengenali diri sendiri, yaitu sejauh mana subyek mengenal

kemampuan dirinya sendiri. Apabila kita mengalami suatu masalah, kita

20

dihadapkan pada pilihan untuk menghadapi masalah atau tantangan

tersebut atau tidak, dengan melihat kemampuan-kemampuan yang kita

miliki dan yang kita ketahui tentang masalah tersebut.

c. Pertimbangan, sejauh mana subyek melakukan atau membuat

pertimbangan akan keinginan dan cita – cita. Dalam bagian ini berarti

individu mempertimbangkan alternatif-alternatif keputusan secara matang

dengan melihat kelemahan dan kelebihannya serta mencari informasi

untuk mendukung penilaian tujuan-tujuan serta nilai-nilai yang relevan

dengan suatu keputusan.

d. Pengenalan situasi yang ada, yaitu sejauh mana subyek mengenal

keadaan dan perkembangan karir disekitarnya.

Berdasarkan beberapa aspek pengambilan keputusan di atas, penulis

menarik kesimpulan bahwa aspek-aspek yang mempengaruhi terbentuknya

pengambilan keputusan adalah aspek bertanggungjawab, mengenali diri sendiri,

pertimbangan, dan pengenalan situasi yang ada. Aspek-aspek pengambilan

keputusan menurut pendapat Harren, dkk merupakan aspek yang gunakan oleh

peneliti untuk membuat skala penelitian

2.2.3. Langkah-langkah Pengambilan Keputusan

Menurut Supranto (1998), langkah-langkah dalam pengambilan keputusan, yaitu:

a. Rumuskan / definisikan persoalan keputusan Persoalannya ialah sesuatu

yang terjadi tidak sesuai dengan yang diinginkan atau diharapkan, sehingga harus

berusaha mencari pemecahan yang baik bagi suatu soal yang tepat (benar) sebab

pemecahan terbaik bagi persoalan yang salah tak ada gunanya. Maka dari itu,

dalam membuat keputusan untuk memecahkan persoalan harus bisa menemukan

persoalan apa yang perlu dipecahkan.

b. Kumpulan informasi yang relevan Memecahkan persoalan berarti suatu

keputusan atau tindakan untuk menghilangkan faktor-faktor yang menyebabkan

timbulnya persoalan tersebut, maka perlu dikumpulkan data atau informasi yang

relevan.

c. Cari alternatif tindakan Memutuskan sesuatu berarti memilih salah satu

dari beberapa alternatif yang tersedia berdasarkan kriteria tertentu.

d. Analisis alternatif yang fisibel Setiap alternatif harus dianalisis, harus

dievaluasi baik berdasarkan suatu kriteria tertentuatau prioritas. Hasil analisis

sangat memudahkan pengambilan keputusan di dalam memilih alternatif yang

terbaik, oleh karena kegiatan analisis berusaha memisahkan mana alternatif yang

harus dipertahankan karena memenuhi syarat tertentu dan mana yang harus

ditinggalkan karena tidak memenuhi syarat.

21

e. Memilih alternatif yang terbaik Di dalam pengambilan keputusan,

pengambil keputusan harus memilih salah satu alternatif di antara banyak

alternatif.

f. Laksanakan keputusan dan evaluasi hasilnya Pengambilan keputusan

berarti mengambil tindakan tertentu (taking a certain action). Pelaksanaan suatu

rencana tindakan (action plane), merupakan tahap akhir dari proses pengambilan

keputusan. Hal yang harus selalu dilakukan adalah membuat evaluasi hasil

keputusan, apakahmemang sudah sesuai dengan tujuan semula yang sudah

digariskan sebagai suatu kebijaksanaan (policy) atau ada hal-hal baru yang

mengharuskan merubah tujuan semula.

Langkah pengambilan keputusan menurut Manullang (1994), yaitu:

a. Menerima tantangan

Pengambilan keputusan dimulai manakala seseorang dihadapkan kepada suatu

tantangan terhadap jalur tindakannya yang sedang berlaku.

b. Mencari alternatif

Bila suatu jalur tindakan yang sedang berlaku mendapatkan tantangan,

pengambilan keputusan yang efektif mulai mencari alternatif.Seseorang

mempertimbangkan secara matang-matang tujuan-tujuannya serta nilai-nilai yang

relevan dengan suatu keputusan. Lalu memakai informasi itu untuk mencari

secara cermat sejajaran alternatif yang luas yang memberikan sesuatu harapan ke

arah pencapaian tujuan-tujuan bersangkutan.

c. Penilaian alternatif

Kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangan dari masing-masing alternatif

dipertimbangkan dengan cermat. Dalam tahap ini diperlukan upaya besar untuk

mencari informasi yang dapat dipercaya yang relevan dengan keputusan yang

efektif mencari fakta-fakta serta ramalan-ramalan dari berbagai ragam sumber

berkenaan dengan akibat-akibat dari alternative alternatif yang sedang

dipertimbangkan.

d. Menjadi terikat

Pengambilan keputusan yang efektif menelaah kembali segala informasi yang

telah terkumpul sebelum mengambil suatu keputusan terakhir.

e. Berpegang pada keputusan

Setiap pengambilan keputusan berharap segala-galanya akan berjalan lancar

sesudah suatu keputusan diambil, tetapi hambatan terjadi. Memilih alternatif

terbaik belumlah mencukupi. Jika keputusan tidak dilaksanakan secara memadai,

hasil yang menggembirakan tidak akan tercapai. Pengambilan keputusan yang

efektif membuat rencana guna melaksanakan keputusan.

Menurut langkah-langkah tersebut di atas, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pengambilan keputusan

adalah mendiagnosa keadaan, mengembangkan berbagai kemungkinan

22

pemecahan masalah, menilai berbagai kemungkinan pemecahan, mengambil

keputusan, melaksanakan keputusan dan menilai hasil.

2.2.4. Proses Pengambilan Keputusan

Proses pengambilan keputusan terdiri atas empat tahap, sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi masalah. Masalah pokok yang dihadapi adalah berada

dalam suatu situasi dan kondisi tertentu. harus mempunyai kemampuan

untuk mengidentifikasi masalah. Tahap ini merupakan yang paling sulit.

Sering dijumpai antara gejala dan masalah yang sesungguhnya sering

terjadi kerancuan. telah dapat dirumuskan secara jelas maka kita dapat

menanganinya secara mudah.

2. Merumuskan berbagai alternatif. harus menentukan berbagai alternatif

penyelesaian terhadap masalah yang dihadapi. Beberapa alternatif

kadang-kadang dapat diperbaiki dengan mempertimbangkan

pengalaman di waktu lalu.

3. Menganalisis alternatif. Tahap ini mungkin memerlukan pengujian yang

sulit. Hal ini menyangkut tujuan jangka panjang dan jangka pendek

perusahaan. Meskipun analisis harus dilakukan secara obyektif, tetapi

proses pemilihan akhir pasti mengandung unsur penilaian yang

subyektif.

4. Mengusulkan suatu penyelesaian dan menyarankan suatu rencana

tindakan. Setelah melewati tahap-tahap diatas, disarankan suatu

penyelesaian yang logis, meskipun kenyataan, kesempatan dan resiko

yang dihadapi sama, tetapi kesimpulan yang diambil dapat berbeda-

beda.

23

2.2.5. Fase-fase Pengambilan Keputusan

Modifikasi fase pengambilan keputusan dapat diklasifikasikan oleh Angel dkk

(1995) dalam Noviana (2009) sebagai berikut :

1. Kebutuhan dan motivasi yaitu : mengenai kebutuhan yang mendasar

pembuatan keputusan serta keterlibatan orang lain dalam memberikan

motivasi.

2. Pencarian infarmasi, yang berkaitan dengan informasi yang telah dapat

diingat, serta perolehan informasi dari sumber informasi.

3. Penilaian terhadap alternatif pilihan yang berisi faktor-faktor yang

digunakan untuk membandingkan masing-masing alternatif.

4. Pelaksanaan keputusan, yang menekankan pada cara pelaksanaan

keputusan dan adanya proses keputusan tambahan.

2.3. Kerangka Berpikir

Mahasiswa menurut Sarwono (1978) mahasiswa adalah setiap orang yang

secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan

batas usia sekitar 18-30 tahun. Mahasiswa dituntut memiliki kemandirian belajar

yang tinggi agar mereka dapat mengambil keputusan-keputusan hidupnya.

Kemandirian belajar juga dapat mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa

karena dengan kemandirian belajar yang tinggi maka mereka tidak tergantung

pada orang lain. Ketika mahasiswa memiliki kemandirian belajar, mereka dapat

mengatur waktu belajar, mentukan target belajar dan lain sebagainya.

Kemandirian belajar mahasiswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah

satu diantaranya adalah pengambilan keputusan program studi. Pengambilan

24

keputusan proram studi akan mempengaruhi secara langsung ataupun tidak

langsung dalam kemandirian belajar mahasiswa. Ketika mereka mangambil

keputusan berdasarkan keinginannya sendiri dan didukung dengan keinginan

pihak lain (orang tua, teman sebaya, dunia kerja, dll) maka mereka akan

memiliki kemandirian belajar yang tinggi. Oleh karena itu, peneliti ingin

menguji apakah ada hubungan yang signifikan antara pengambilan keputusan

program studi dengan kemandirian belajar mahasiswa Bimbingan konseling

tahun akademik 2012-2013.

2.4. Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut

:“ Ada hubungan yang signifikan antara kemantapan pengambilan keputusan

pemilihan program studi dengan kemandirian belajar pada mahasiswa angkatan

2012 program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen Salatiga”.

Variabel Bebas (X):

Kemantapan

Pengambilan

keputusan

Variabel terikat (Y):

Kemandirian belajar