bab ii landasan teori 2.1 pengertian...

24
5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Korosi Banyak teori tentang korosi atau karat pada logam yang di kemukakan oleh para pakar, Secara umum, korosi adalah proses kimia atau elektro kimia yang terjadi antara logam dengan lingkungannya yang mengakibatkan degradasi sifat logam tersebut akibat reaksi antara bahan logam dengan lingkungannya yang korosif. Korosi dapat terjadi apabila terdapat empat elemen di bawah ini : Anoda Terjadi reaksi oksidasi, maka daerah tersebut akan timbul korosi M M + + e Katoda Terjadi reaksi reduksi, daerah tersebut mengkonsumsi elektron Ada hubungan (Metallic Pathaway) Tempat arus mengalir dari katoda ke anoda Larutan (electrolyte) Larutan korosif yang dapat mengalirkan arus listrik, mengandung ion- ion. Agar korosi dapat terjadi, keempat elemen tersebut harus ada. Jika salah satu dari keempat elemen itu tidak ada, maka korosi tidak akan terjadi. Reaksi korosi yang akan terjadi adalah : Anoda : 4Fe 4Fe 2+ + 8e (oksidasi) Katoda : 4H 2 O + 2O 2 + 8e 8 OH (reduksi) 4Fe 2+ + 8OH 4Fe(OH) 2 4Fe(OH) 2 + O 2 2Fe 2 O 3 . 2H 2 O (karat) 2H + + 2e H 2 gas (suasana asam)

Upload: others

Post on 03-Jan-2020

15 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 5

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 Pengertian Korosi

    Banyak teori tentang korosi atau karat pada logam yang di kemukakan

    oleh para pakar, Secara umum, korosi adalah proses kimia atau elektro kimia

    yang terjadi antara logam dengan lingkungannya yang mengakibatkan degradasi

    sifat logam tersebut akibat reaksi antara bahan logam dengan lingkungannya

    yang korosif.

    Korosi dapat terjadi apabila terdapat empat elemen di bawah ini :

    Anoda

    Terjadi reaksi oksidasi, maka daerah tersebut akan timbul korosi

    M M+ + e

    Katoda

    Terjadi reaksi reduksi, daerah tersebut mengkonsumsi elektron

    Ada hubungan (Metallic Pathaway) Tempat arus mengalir dari katoda ke anoda

    Larutan (electrolyte)

    Larutan korosif yang dapat mengalirkan arus listrik, mengandung ion-ion.

    Agar korosi dapat terjadi, keempat elemen tersebut harus ada. Jika salah satu dari keempat elemen itu tidak ada, maka korosi tidak akan terjadi. Reaksi korosi yang akan terjadi adalah :

    Anoda : 4Fe 4Fe2+

    + 8e (oksidasi)

    Katoda : 4H2O + 2O2 + 8e 8 OH (reduksi)

    4Fe2+

    + 8OH 4Fe(OH)2

    4Fe(OH)2 + O2 2Fe2O3 . 2H2O (karat)

    2H+ + 2e H2 gas (suasana asam)

  • 6

    Ada dua macam proses korosi :

    1. Korosi Proses Kimia

    Merupakan serangan korosi secara langsung, tanpa adanya aliran listrik

    pada logam. Contohnya adalah berkaratnya baja dalam udara terbuka. Korosi

    oleh proses kimia biasanya menyebar secara merata pada seluruh permukaan

    logam.

    2. Korosi Elektro Kimia

    Oleh proses elektro kimia, pada permukaan logam akan terbentuk daerah–

    daerah anoda dan katoda, yang satu dengan yang lainnya dipisahkan oleh jarak–

    jarak tertentu. Karena potensial anoda “kurang mulia” atau tinggi drajatnya

    dibanding potensial katoda, maka akan terjadi arus listrik diantara kedua

    elektroda tersebut, electron–electron akan berpindah dari anoda ke katoda,

    sehingga anoda larut dan katoda mendapat perlindungan (Amsori M Das, 2012)

    Peristiwa korosi terjadi akibat adanya reaksi kimia dan elektrokimia.

    Namun, untuk terjadinya peristiwa korosi terdapat beberapa elemen utama yang

    harus dipenuhi agar reaksi tersebut dapat berlangsung. Elemen-elemen utama

    tersebut adalah sebagai berikut:

    a. Material

    Dalam suatu peristiwa korosi, suatu material akan bersifat sebagai

    anoda. Anoda adalah suatu bagian dari suatu reaksi yang akan mengalami

    oksidasi. Akibat reaksi oksidasi, suatu logam akan kehilangan elektron, dan

    senyawa logam tersebut ion berubah menjadi ion-ion bebas.

    b. Lingkungan

    Dalam suatu peristiwa korosi, suatu lingkungan akan bersifat sebagai

    katoda. Katoda adalah suatu bagian dari rekasi yang akan mengalami reduksi.

    Akibat reaksi reduksi, lingkungan yang bersifat katoda akan membutuhkan

    elekron yang akan diambil dari anoda. Beberapa lingkungan yang dapat bersifat

    katoda adalah Lingkungan air, atmosfer, gas, mineral acid, tanah, dan minyak.

    Lingkungan korosif dibagi menjadi dua jenis Yaitu :

  • 7

    1. Lingkungan Korosi Kering

    Adalah peristiwa korosi yang berlangsung tanpa adanya kelembaban atau

    cairan pada temperatur tinggi dimana beberapa senyawa kimia menyublem,

    mencair atau meleleh sehingga permukaan logam dapat terjadi keadaan antara

    fase logam dan cair atau leleh senyawa kimia. Korosi merupakan reaksi kimia

    murni karena tidak adanya elekrolit maupun mediumnya dan biasanya terjadi

    pada temperatur tinggi. Korosi ini banyak terjadi pada tanur tinggi di pabrik besi

    baja atau pabrik semen.

    2. Lingkugan Korosi Basah

    Adalah suatu peristiwa basah berlangsung akibat lingkungan yang bersifat

    cair, uap dan kelembaban udara yang bercampur dangan gas-gas polusi. Korosi

    basah merupakan reaksi elektrokimia, karena adanya elektrolit dan medium yang

    menyebabkan timbulnya reaksi kimia dari perpindahan electron. Korosi basah

    banyak ditrmukan pada pabrik-pabrik pada umumnya.

    c. Reaksi antara material dan lingkungan

    Adanya reaksi antara suatu material dengan lingkungannya merupakan

    suatu persyaratan yang sangat penting dalam terjadinya suatu peristiwa korosi.

    Reaksi korosi hanya akan terjadi jika terdapat hubungan atau kontak langsung

    antara material dan lingkungan. Akibat adanya hubungan tersebut, akan terjadi

    reaksi reduksi dan oksidasi yang berlangsung secara spontan.

    d. Elektrolit

    Untuk mendukung suatu reaksi reduksi dan oksidasi dan melengkapi

    sirkuit elektrik, antara anoda dan katoda harus dilengkapi dengan elektrolit.

    Elektrolit menghantarkan listrik karena mengandung ion-ion yang mampu

    menghantarkan elektroequivalen force sehingga reaksi dapat berlangsung.

    (Tezar Prima Nurhamzah, 2011).

    2.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Laju Korosi

    Umumnya problem korosi disebabkan oleh air, tetapi ada beberapa faktor

    selain air yang mempengaruhi laju korosi, diantaranya:

    1. Faktor Gas Terlarut.

  • 8

    Oksigen (O2), adanya oksigen yang terlarut akan menyebabkan korosi

    pada metal seperti laju korosi pada mild stell alloys akan bertambah

    dengan meningkatnya kandungan oksigen. Reaksi korosi secara umum

    pada besi karena adanya kelarutan oksigen adalah sebagai berikut :

    Reaksi Anoda : Fe → Fe2- + 2e

    Reaksi katoda : O2 + 2H2O+ 4e 4 → OH

    Karbondioksida (CO2), jika karbon dioksida dilarutkan dalam air maka

    akan terbentuk asam karbonat (H2CO3) yang dapat menurunkan pH air

    dan meningkatkan korosifitas, biasanya bentuk korosinya berupa pitting

    yang secara umum reaksinya adalah:

    CO2 + H2O → H2CO3

    Fe + H2CO3 → FeCO3+H2

    2. Faktor Temperatur

    Penambahan temperatur umumnya menambah laju korosi walaupun

    kenyataannya kelarutan oksigen berkurang dengan meningkatnya temperatur.

    Apabila metal pada temperatur yang tidak uniform, maka akan besar

    kemungkinan terbentuk korosi.

    3. Faktor pH

    pH netral adalah 7, sedangkan ph < 7 bersifat asam dan korosif, sedangkan

    untuk pH > 7 bersifat basa juga korosif. Tetapi untuk besi, laju korosi rendah

    pada pH antara 7 sampai 13. Laju korosi akan meningkat pada pH < 7 dan pada

    pH > 13.

    4. Faktor Bakteri Pereduksi atau Sulfat Reducing Bacteria (SRB)

    Adanya bakteri pereduksi sulfat akan mereduksi ion sulfat menjadi gas H2S,

    yang mana jika gas tersebut kontak dengan besi akan menyebabkan terjadinya

    korosi.

    5. Faktor Padatan Terlarut

    Klorida (Cl), klorida menyerang lapisan mild steel dan lapisan stainless

    steel. Padatan ini menyebabkan terjadinya pitting, crevice corrosion, dan

    juga menyebabkan pecahnya alooys.

  • 9

    Karbonat (CO3), kalsium karbonat sering digunakan sebagai pengontrol

    korosi dimana film karbonat diendapkan sebagai lapisan pelindung

    permukaan metal, tetapi dalam produksi minyak hal ini cenderung

    menimbulkan masalah scale.

    Sulfat (SO4), ion sulafat ini biasanya terdapat dalam minyak. Dalam air,

    ion sulfat juga ditemukan dalam konsentrasi yang cukup tinggi dan

    bersifat kontaminan, dan oleh bakteri SRB sulfat diubah menjadi sulfide

    yang korosif ( M. Fajar sidiq, 2013).

    2.3 Jeni-Jenis Korosi

    Secara garis besar korosi ada dua jenis yaitu :

    1. Korosi Internal

    Yaitu korosi yang terjadi akibat adanya kandungan CO2 dan H2S pada

    minyak bumi, sehingga apabila terjadi kontak dangan air akan membentuk asam

    yang merupakan penyebab korosi.

    2. Korosi Eksternal

    Yaitu korosi yang terjadi pada bagian permukaan dari system perpipaan dan

    peralatan, baik kontak udara bebas dan permukaan tanah, akibat adanya

    kandungan zat asam pada udara dari tanah ( Mechanical Engineering Ismanto

    Alpha’s 2009 ).

    Kebanyakan logam ada secara alami sebagai bijih-bijih yang stabil dari

    oksida-oksida, karbonat atau sulfida. Diperlukan energi untuk mengubah bijih

    logam menjadi sesuatu yang bermanfaat,. Korosi hanyalah perjalanan sifat

    pembalikan satu proses yang tidak wajar kembali kepada suatu keadaan tenaga

    yang lebih rendah.

    Secara umum, tipe dari korosi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

    1. Korosi Seragam/merata ( Uniform Corrosion )

    Korosi seragam merupakan korosi dengan serangan merata pada seluruh

    permukaan logam. Korosi terjadi pada permukaan logam yang terekspos pada

    lingkungan korosif.

    2. Korosi dua logam ( Galvanic corrosion )

  • 10

    Korosi galvanik terjadi jika dua logam yang berbeda tersambung melalui

    elektrolit sehingga salah satu dari logam tersebut akan terserang korosi sedang

    lainnya terlindungi dari korosi. Untuk memprediksi logam yang terkorosi pada

    korosi galvanic dapat dilihat pada deret galvanik

    3. Korosi Celah ( Crevice corrosion )

    Mirip dengan korosi galvanik, dengan pengecualian pada perbedaan

    konsentrasi media korosifnya. Celah atau ketidak teraturan permukaan lainnya

    seperti celah paku keling ( rivet ), baut, washer, gasket, deposit dan sebagainya,

    yang bersentuhan dengan media korosif dapat menyebabkan korosi terlokalisasi

    4. Korosi Sumuran ( piitting corrosion )

    Korosi sumuran terjadi karena adanya serangan korosi lokal pada permukaan

    logam sehingga membentuk cekungan atau lubang pada permukaan logam.

    Korosi logam pada baja tahan karat terjadi karena rusaknya lapisan pelindung (

    passive film )

    5. Retak Pengaruh Lingkungan ( environmentally induced cracking )

    Merupakan patah getas dari logam paduan ulet yang beroperasi di

    lingkungan yang menyebabkan terjadinya korosi seragam. Ada tiga jenis tipe

    perpatahan pada kelompok ini, yaitu : stress corrosion cracking (SSC), corrosion

    fatigue cracking (CFC), dan hydrogen-induced cracking (HIC)

    6. Kerusakan Akibat Hidrogen ( Hidrogen damage )

    Kerusakan ini disebabkan karena serangan hydrogen yaitu reaksi antara

    hydrogen dengan karbida pada baja dan membentuk metana sehingga

    menyebabkan terjadinya dekarburasi, rongga, atau retak pada permukaan logam.

    Pada logam reaktik seperti titanium, magnesium, zirconium dan vanadium,

    terbentuknya hidrida menyebabkan terjadinya penggetasan pada logam.

    7. Korosi Antar Butir ( intergranular corrosion )

    Korosi yang menyerang pada batas butir akibat adanya segregasi dari unsur

    pasif seperti krom meninggalkan batas butir sehingga pada batas butir bersifat

    anodic

    8. Dealloying

  • 11

    Dealloying adalah lepasnya unsure- unsur paduan yang lebih aktif (anodik)

    dari logam paduan, sebagai contoh : lepasnya unsur seng atau Zn pada kuningan (

    Cu – Zn ) dan dikenal dengan istilah densification.

    9. Korosi Erosi

    Korosi erosi disebabkan oleh kombinasi fluida korosif dan kecepatan

    aliran yang tinggi. Bagian fluida yang kecepatan alirannya rendah akan

    mengalami laju korosi rendah, sedangkan fluida kecepatan tinggi menyebabkan

    terjadinya erosi dan dapat menggerus lapisan pelindung sehingga mempercepat

    korosi.

    10. Korosi Aliran (Flow induced Corrosion)

    Korosi Aliran digambarkan sebagai effek dari aliran terhadap terjadinya

    korosi. Meskipun mirip, antara korosi aliran dan korosi erosi adalah dua hal yang

    berbeda. Korosi aliran adalah peningkatan laju korosi yang disebabkan oleh

    turbulensi fluida dan perpindahan massa akibat dari aliran fluida diatas

    permukaan logam. Korosi erosi adalah naiknya korosi dikarenakan benturan

    secara fisik pada permukaan oleh partikel yang terbawa fluida ( M. Fajar sidiq,

    2013).

    2.4 Definisi Baja Karbon

    Baja merupakan paduan yang sebagian besar terdiri dari unsur besi dan

    karbon 0,2% - 2,14%. Selain itu juga mengandung unsure-unsur lain seperti

    sulfur, fosfor, silikon, mangan, karbon dan sebagian kecil oksigen, nitrogen dan

    alumunium. Namun unsur-unsur ini hanya dalam presentase kecil. Sifat baja

    karbon dipengaruhi oleh presentase karbon dan struktur mikro. Sedangkan

    struktur mikro pada baja karbon dipengaruhi oleh perlakuan panas dan

    komposisi baja. Karbon dengan campuran unsur lain dalam baja dapat

    meningkatkan nilai kekerasan, tahan gores dan tahan suhu (sifat Mekanik). Unsur

    paduan utama baja adalah karbon, dengan ini baja dapat digolongkan menjadi

    tiga yaitu baja karbon rendah, baja karbon sedang, dan baja karbon tinggi.

    (Amanto, 1999).

    Fungsi karbon dalam baja adalah sebagai unsur pengeras dengan

    mencegah dislokasi bergeser pada kisi kristal (crystal lattice) atom besi. Baja

    karbon ini dikenal sebagai baja hitam karena berwarna hitam, banyak

  • 12

    digunakan untuk peralatan pertanian misalnya sabit dan cangkul. Unsur

    paduan lain yang biasa ditambahkan selain karbon adalah titanium, krom

    (chromium), nikel, vanadium, cobaltdan tungsten (wolfram). Dengan

    memvariasikan kandungan karbon dan unsur paduan lainnya, berbagai jenis

    kualitas baja bisa didapatkan. Penambahan kandungan karbon pada baja

    dapat meningkatkan kekerasan (hardness) dan kekuatan tariknya (tensile

    strength), namun di sisi lain membuatnya menjadigetas (brittle) serta

    menurunkan keuletannya (ductility) (Anonimous A, 2012). Klasifikasi dari baja

    karbon dapat lihat pada table 2.1 dibawah ini.

    Tabel 2.1. Klasifikasi Baja Karbon.

    Sumber: Teknologi Pengelasan Logam, Wiryosumarto dan Okumura, 2000

    2.5 Baja Karbon Rendah SS400

    Beberapa orang masih beranggapan bahwa SS400/JIS G3101/ASTM A36

    adalah baja sejenis “Stainless Steel” (baja tahan karat) karena diawali dengan

    huruf SS. Pada kesempatan ini, diterangkan bahwa SS400 bukanlah baja stainless

    steel, SS disini berarti “Structural Steel” alias baja konstruksi. Berbeda dengan

    penamaan pada SS304, SS316, SS410, dsb.Pada SS304, SS316, SS410, dsb,

    disini memang jenis baja stainless steel dari standard ASTM (Amarican Society

    for Testing Materials). Adapun stainless steel standard JIS (Japanese Industrial

    Standard) mereka memberi kode dengan awalan SUS (Steel Use Stainless)

    misalnya SUS304, SUS316, SUS410, dst. Sifat mekanik A36 adalah tegangan

    luluh maksimum 248 Mpa dan tegangan tarik maksimum 400 Mpa dengan

    perpanjangan maksimum 23 %.

    Pada kasus SS400, SS disini bukanlah kepanjangan dari stainless steel tapi

    “Struktural Steel”. SS400/JIS G3101/ASTM A36 adalah baja umum (Mild SteelI

  • 13

    dimana komposisi kimianya hanya karbon (C), Manganese (Mn), Silikon (Si),

    Sulfur (S) dan Posfor(P) yang dipakai untuk aplikasi struktur/konstruksi umum

    (General Purpose Structural Steel) misalnya untuk jembatan (bridge), pelat kapal

    laut, oil tank, dll. SS400/JIS G3101 ekivalen dengan DIN: St37-2, ENS235JR,

    ASTM: A283C dan UNI: FE360B. SS400/JIS G3101/ASTM A36, baja dengan

    kadar karbon rendah (max 0.17% C) Low C Steel, material ini tidak dapat

    dikeraskan (hardening)/perlakuan panas (heat treatment) melalui proses quench

    and temper. Material ini hanya bisa dikeraskan melalui pengerasan permukaan

    (surface hardening) seperti karburisasi (carburizing), nitriding atau

    carbonitriding, dimana kekerasan permukaan bisa mencapai 500 Brinell (kira-kira

    50 HRC) pada kedalaman permukaan 10 hingga 20 mikron tergantung parameter

    prosesnya.

    Tabel 2.2. Komposisi Kimia Baja SS400.

    C Si Mg P S Ni Cr Fe

    0,20 0,09 0.53 0,01 0,04 0,03 0,03 Belance

    2.6 Laju Korosi

    Laju korosi adalah kecepatan rambatan atau kecepatan penurunan kualitas

    bahan terhadap waktu. Dalam perhitungan laju korosi, satuan yang biasa

    digunakan adalah mm/th (standar internasional) atau mill/year (mpy, standar

    British). Tingkat ketahanan suatu material terhadap korosi umumnya memiliki

    niai laju korosi antara 1 – 200 mpy. Pada tabel 1. di bawah ini adalah

    penggolongan tingkat ketahanan material berdasarkan laju korosinya (Yudha

    Kurniayan Afandi, 2015)

    Tabel 2.3. Tabel hubungan laju korosi dan ketahanan korosi

    Relative

    Corrosion

    resistance

    Approximate metric equivalent

    mpy mm/year µm/yr nm/yr pm/sec

    Outstanding < 1 < 0.02 < 25 < 2 < 1

  • 14

    Excellent 1 – 5 0.02 – 0.1 25 - 100 2 – 10 1 – 5

    Good 5 – 20 0.1 – 0.5 100 - 500 10 – 50 5 – 20

    Fair 20 – 50 0.5 – 1 500 - 1000 50 – 100 20 – 50

    Poor 50 – 200 42125 1000 - 5000 150 – 500 50 – 200

    Unacceptable 200+ 5+ 5000+ 500+ 200+

    2.7 Pengukuran Laju Korosi Dengan Weight Loss

    Perhitungan kehilangan berat (weight loss) dilakukan dengan melakukan

    selisih antara berat awal dan berat akhir terlihat pada rumus perhitungan

    kehilangan berat.

    W = W0 – WA

    W = Selisih berat (gram)

    W0 = Berat sebelum diuji (gram)

    WA = Berat setelah diuji (gram)

    Perhitungan laju korosi dapat dilakukan dengan melihat rumus laju korosi

    erosi secara umum.

    Laju korosi erosi ( mpy) = (K x W) / (A x T x D)

    K = Konstanta ( 3,45 x 106)

    T = Waktu (jam)

    A = Luas permukaan logam (cm2)

    D = Densitas logam (7,805 gr/cm3)

    W = Kehilangan berat (gram)

    Principle and Prevention Of Corrosion, Denny A. Jones hal 3, 1992

    2.8 Gambaran Umum Larutan

    2.8.1 Asam Sulfat (H2SO4)

    Aki adalah sebuah alat yang dapat menyimpan energy (umumnya energy

    listrik) dalam bentuk energy kimia. Fungsi aki adalah sebagai alat untuk

    menghimpun tenaga listrik, penghasil dan penyimpan daya listrik hasil reaksi

  • 15

    kimia, dan peranti untuk mengubah listrik menjadi tenaga kimia atau

    sebaliknya.

    Gambar 2.1 batere basah (accu)

    Keterangan gambar

    1. Rangka, berfungsi rumah accu

    2. Kepala kutup positif, berfungsi sebagai terminal kutup positif

    3. Penghubung sel, berfungsi menghubungkan sel-sel

    4. Tutup ventilasi, berfungsi menutup lubang sel

    5. Penutup, berfungsi menutup bagian atas accu

    6. Plat-plat, berfungsi sebagai bidang pereaktor

    7. Plan negative, terbuat dari pb berfungsi sebagai bahan aktif aki

    8. Plat positif, terbuat dari PbO2, berfungsi sebagai bahan aktif aki

    9. Tuang sedimen, berfungsi untuk menampung kotoran

    10. Pelastic pemisah, berfungsi untuk memisahkan palt positif dan negatif.

    2.8.2 Prinsip kerja aki basah

    Pada aki basah terjadi proses elektrokimia yang bersifat reversible (dapat

    berbalikan) yaitu proses pengisian dan proses pengosongan. Stiap molekul

    cairan elektrolit asam sulfat (H2SO4) akan terurai menjadi ion positif

    hydrogen (2H+) dan ion negatif sulfat (SO4-). Tiap ion negatif sulfat akan

    bereaksi dengan katoda (pb) menjadi timah sulfat (PbS04) sambil

  • 16

    melepaskan dua electron. Dua ion hydrogen (2H+) akan bereaksi dengan

    anoda (Pb02) menjadi timah sulfat (PbSO4) sambil mengambil dua electron

    dan bersenyawa dengan atom oksigen membentuk H2O (molekul air).

    Pengambilan dan pelepasan dalam proses kimia ini menyebabkan

    timbullnya beda potensial antara katoda (kutub negatif) dan anoda (kutub

    positif).

    2.8.3 Larutan elektrolit aki

    Larutan elektrolit aki adalah larutan senyawa dalam air yang dapat

    menghasilkan ion-ion positif negative. Larutan asam belerang (H2SO4) adalah

    elektrolit yang digunakan pada aki. Larutan H2SO4 di dalam air dapat

    menghasilkan ion positif hydrogen (2H+) dan ion negative sulfat (SO4-).

    Berat jenis larutan H2SO4 yang dibutuhkan untuk pengisian kedalam sel

    aki adalah 1,190 gr/cm3 pada temperatur 15

    oC (59

    oF). Berat jenis (BD) larutan

    H2S04 dalam sel aki kondisi terisi penuh adalah antara 1,205 – 1,215 gr/cm3 pada

    temperatur 15 oC (59

    oF).

    2.8.4 Air Garam ( NaCL)

    Garam seperti yang kita kenal sehari-hari dapat difinisikan sebagai suatu

    kumpulan senyawa kimia yang bagian utamanya adalah Natrium Klorida (NaCL)

    dengan zat-zat pengotor terdiri dari CaSO4, MgSO4, MgCL2, dan lain-lain (

    Marihati dan Muryati,2008).

    Air laut merupakan air yang berasal dari laut, memiliki rasa asin, dan

    memiliki kadar garam (salinitas) yang tinggi. Rata-rata air laut di lautan dunia

    memiliki salinitas sebesar 3,5%, hal ini berarti untuk setiap satu liter air laut

    terdapat 35 gram garam yang terlarut di dalamnya. Kandungan garam-garaman

    utama yang terdapat dalam air laut antara lain klorida (55%), natrium (31%),

    sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%), potasium (1%), dan sisanya (kurang

    dari 1%) terdiri dari bikarbonat, bromida, asam borak, strontium, dan florida.

    Keberadaan garam-garaman ini mempengaruhi sifat fisis air laut seperti densitas,

    kompresibilitas, dan titik beku (Riley, 1975). Air dengan salinitas tersebut

    tentunya tidak dapat dikonsumsi.

  • 17

    Tabel 2.4 Komposisi air laut pada salinitas 3,5%

    No Ion Gram per kilogram air laut

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    11

    Cl-

    Na+

    SO42-

    Mg2+

    Ca2+

    K

    Br

    K

    B

    Sr2-

    I

    19,354

    10,77

    2,712

    1,29

    0,4121

    0,399

    0,0637

    0,0013

    0,0045

    0,00079

    6,0 x 10-5

    Sumber : Chemical Oceanoggraphy.edited by J.P.Rily G.Skrrow, 1975

    Kualitas garam tergantung pada kandungan NaCl garam, kandungan NaCl

    tergantung pada lokasi dimana air laut yang diambil, dan jenis dasar tambak/meja

    garam akan mempengaruhi kualitas garam yang dihasilkan. Meja garam adalah

    lahan yang digunakan untuk pembuatan garam atau yang sering disebut juga

    tempat pengkristalan. Meja garam yang dipakai petani garam dari dulu adalah

    meja garam tanah. Tanah meja garam diupayakan mempunyai tekstur keras

    melalui proses kesap dan guluk agar memiliki permeabilitas yang rendah dan

    tanah tidak mudah rusak (Oktavian, 2013). Garam dapat diperoleh tiga macam

    yaitu penguapan air laut dengan sinar matahari, penambangan batuan garam (rock

    salt) dan dari sumur air garam (brine). Garam hasil tambang berbeda-beda dalam

    komposisinya. Tergantung pada lokasi namun biasanya mengandung lebih dari

    95% NaCL. Proses produksi di indonesia pada umumnya dilakukan dengan

    metode penguapan air laut dengan sinar matahari ( Agustina Leokristi Rositawati,

    2013).

  • 18

    Sebagai Negara tropis, pembuatan garam di Indonesia dilakukan dengan cara

    penguapan air laut dengan memanfaatkan air laut dengan memanfaatkan sinar

    matahari. Ini merupakan proses paling mudah dikerjakan dan biaya

    operasionalnya paling rendah. Yang perlu diperhitungkan adalah penggunaan

    lahan yang sangat luas dan factor-faktor yang mempengaruhiya, salah satunya

    laju penguapan. Laju penguapan ini sangat tergantung pada kelembaban udara.

    Kecepatan angina , dan laju energy matahari yang terabsorbsi, cara ini adalah

    cara yang paling popular untuk pembuatan garam atau bias disebut dengan solar

    evaporation (Djoko Wilarsodan Wahyuningsih,1995). Proses pengerjaan

    pembuatan garam dilakukan pada musim kemarau, dimana lahan penguapan

    dialiri air laut dengan menggunakan pompa. Di lahan ini air laut diuapkan

    sehingga menjadi air tua. Air tua dialirkan ke meja Kristal dimana nantinya

    garam akan mengkristal. Mutu garam dikendalikan dengan cara membuang atau

    memisahkan bittern, yaitu hanya mengkristalkan garam pada kepekatan 25o

    sampai maksimal 30oBe.

    2.8.6 Air Sungai

    Sungai merupakan ekosistem yang sangat penting bagi manusia. Sungai juga

    menyediakan air bagi manusia baik untuk berbagai kegiatan seperti pertanian,

    industri maupun domestik (Siahaan dkk,2011).

    Depkes RI telah menerbitkan standar kualitas air bersih tahun 1977 (Ryadi

    Slamet, 1984:122). Dalam peraturan tersebut standar air bersih dapat dibedakan

    menjadi tiga kategori: (Menkes No. 173/per/VII tanggal 3 Agustus 1977).

    1. Kelas A.

    Air yang dipergunakan sebagai air baku untuk keperluan air minum.

    2. Kelas B.

    Air yang dipergunakan untuk mandi umum, pertanian dan air yang terlebih

    dahulu dimasak.

    3. Kelas C.

    Air yang dipergunakan untuk perikanan darat.

    Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur

    No. 413 Tahun 1987 untuk Daerah Jawa Timur, menurut peruntukkannya air

    digolongkan menjadi:

  • 19

    1. Golongan A.

    Merupakan air pada sumber air yang dapat digunakan sebagai air bersih

    secara langsung tanpa pengolahan lebih dahulu.

    2. Golongan B.

    Merupakan air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk diolah menjadi

    air bersih dan keperluan rumah tangga lainnya.

    3. Golongan C.

    Merupakan air yang dapat digunakan untuk perikanan dan peternakan.

    4. Golongan D.

    Merupakan air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, industri,

    listrik tenaga air dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan.

    5. Golongan E.

    Merupakan air yang tidak dapat digunakan untuk keperluan tersebut pada

    peruntukkan pada golongan A, B, C dan D.

    Air sungai yang keluar dari mata air biasanya mempunyai kualitas yang

    sangat baik. Namun dalam proses pengalirannya air tersebut akan menerima

    berbagai macam bahan pencemar (Sofia dkk,2010).

    Sungai Metro merupakan salah satu anak Sungai Brantas yang melalui

    Kecamatan Sukun, Kota Malang dan bermuara di daerah paling selatan dari

    Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang dengan panjang sungai sepanjang

    54,55 km. Sungai Metro sendiri merupakan golongan air kelas III yaitu air yang

    peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan,

    air untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang sama dengan

    kegunaan tersebut.

    Hasil pemantauan parameter fisika (suhu dan TSS) dan kimia (pH, DO, COD,

    BOD, fosfat dan nitrat) pada Sungai Metro yang terletak di Kelurahan

    Bandungrejosari, merupakan lokasi yang berada di hilir Sungai Metro,

    Kecamatan Sukun yaitu:

    Berdasarkan hasil pemantauan parameter suhu air Sungai Metro pada

    pengamatan menunjukan suhu berkisar sebesar 25,5oC, Nilai TSS sebesar 62,6

    mg/l, pH sebesar 8,52, Nilai DO sebesar 2,9 mg/l, Nilai COD sebesar 17,56 mg/l,

    Nilai BOD sebesar 6,25 mg/l, Nilai fosfat sebesar 0,069 mg/l, nilai nitrat sebesar

    2,798 mg/l (Azwar Ali, 2013).

  • 20

    Di dalam ekosistem perairan sungai terdapat faktor-faktor abiotik dan biotik

    (produsen, konsumen dan pengurai) yang membentuk suatu hubungan timbal

    balik dan saling mempengaruhi, yaitu sebagai berikut:

    a. Kecepatan Arus (velocity)

    Kecepatan arus dari sungai sangat berpengaruh terhadap kemampuan sungai

    untuk mengasimilasi dan mengangkut bahan pencemar (Effendi, 2000 dalam

    Maulana, 2001). Arus cepat akan menghilangkan semua bahan berat dan

    membawanya ke hilir. Ketika terjadi hujan, jumlah air akan meningkat namun

    saluran tetap sama, sehingga air mengalir lebih cepat. Ketika DAS sungai agak

    melebar, maka arus air akan melambat. Selain itu sungai yang terdapat di dataran

    Evaluasi kualitas rendah kecepatan arus akan sangat lambat sehingga terlihat

    seperti kolam. Pada daerah inilah terjadi endapan lumpur dan pasir (Maulana,

    2001). Jenis arus sungai dibagi menjadi 3, yaitu (Field Study Council Resources,

    n. d.):

    - Arus laminar: teratur dan halus dengan sedikit pencampuran.

    - Arus bergolak/berputar: arus yang tidak teratur dengan pencampuran

    maksimum.

    - Arus Transisi: suatu tempat antara dua arus (laminar dan bergolak).

    b. Substrat

    Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ukuran substrat ditentukan oleh

    arus. Substrat terdiri dari bahan anorganik (lanau, pasir, kerikil dan batu) dan

    bahan organik (kasar atau halus partikel organik). Ketika pasir diendapkan oleh

    arus yang lambat, maka akan ada bahan partikulat organik. Substrat yang

    menumpuk dapat menghambat bahan organik. Selain itu diketahui geologi batuan

    akan mempengaruhi sungai, terutama jika bersifat basa seperti kapur atau batu

    kapur. Hal ini akan melepaskan sejumlah besar kalsium, yang sangat cocok untuk

    pertumbuhan molluscan. Dengan adanya fakta bahwa substrat sangat kompleks

    dan memiliki banyak jenis, menggambarkan fauna yang hidup di dalam sungai

    juga beragam.

    c. Suhu

    Suhu akan bervariasi tidak hanya di sepanjang sungai tetapi juga melalui

    periode musim. Ketinggian, iklim lokal dan sejauh mana vegetasi di sisi sungai

    juga akan mempengaruhi suhu. Suhu dapat mempengaruhi metabolisme. Hal ini

  • 21

    sangat bervariasi antar spesies, terutama ambang batas kemampuan mereka

    bertahan hidup.

    d. Oksigen

    Jika air tidak tercemar dan mengalir dengan kejenuhan maka oksigen akan

    berada pada kadar maksimum. Akibatnya oksigen tidak akan menjadi sebuah

    faktor penunjang utama dalam distribusi organisme di sungai (Silvia Dini, 2011).

    2.9 Pemakaian Lapis Pelindung

    Material atau Bahan yang umum dipakai sebagai lapis pelindung baja

    adalah :

    Pengecatan/ Cat khusus

    Melumuri dengan oli atau minyak

    Melapisi dengan plastik

    Melapisi dengan timah (Tin Platting)

    Melapisi dengan krom (chroming Platting)

    Mortar (adukan) beton

    Lapis logam tahan korosi

    Material atau bahan tersebut di atas masing – masing mempunyai

    kelebihan dan kekurangan, dan pemakaiannya tergantung dari lingkungan serta

    fungsi konstruksi yang dilindungi. Daya tahan lapis pelindung tergantung dari

    ketahanan dasar serta daya lekatnya pada permukaan baja.

    Cat merupakan lapis pelindung yang mudah rusak oleh suhu tinggi, oleh

    karena itu cat hanya digunakan pada suhu yang lebih rendah dari titik didih air.

    Agar cat dapat melekat dengan baik maka bahan yang akan dilindungi harus

    dibersihkan permukaannya dari kotoran seperti : debu, karat, minyak dan lain

    sebagainya. Disamping itu daya lekat cat dapat ditingkatkan dengan

    mengkasarkan permukaan baja, karena dapat memperluas bidang kontak yang

    akan dilindungi. Pengkasaran permukaan dilakukan dengan cara penyemprotan

    dengan pasir silica (sand blasting). Setelah itu permukaan baja mulai dicat

    dengan urutan sebagai berikut:

    a. Cat dasar (primer)

    Lapisan cat primer ini berfungsi untuk menutup permukaan baja,

    mencegah serangan korosi serta menjamin pelekatan yang baik untuk

  • 22

    lapisan cat berikutnya. Untuk primer, warna serta mengkilatnya cat tidak

    diperlukan, baru pada lapis cat akhir diperlukan kekerasan serta warna

    yang baik.

    b. Cat antara (intermediate coat)

    Lapisan antara harus cukup tebal (sebagai pelindung cat dasar), tahan

    terhadap zat kimia agresif dan merupakan lapis pengikat yang merata

    antara primer dengan finish coat.

    c. Cat akhir (finish coat)

    Karena langsung terlihat, maka cat ini harus mempunyai warna yang

    menarik, tahan terhadap zat kimia, permukaannya halus dan licin agar

    mudah dibersihkan.

    Pencegahan korosi dengan cara pengecatan, umumnya digunakan pada bangunan

    baja untuk industri, jembatan rangka baja, jembatan komposit gelagar baja lantai

    beton.

    Melamuri besi dengan minyak oli, salah satu cara yang banyak digunakan

    untuk melindungi besi/baja pada perkakas dan mesin-mesin sehingga bisa

    mengurangi atau menahan daripada serangan korosi.

    Melapisi besi/baja dengan plastik akan mencegah kontak antara besi

    dengan air dan uap air. Perlindungan dengan cara ini biasanya dilakukan pada rak

    piring, rantai besi pagar dll.

    Pelapisan dengan timah (Tin Plaating) digunakan karena timah termasuk

    logam tahan korosi. Pelapisan timah di gunakan untuk melapisi besi pada kaleng-

    kaleng kemasan makanan, missal susu kaleng, kelamahan sistem ini ini adalah

    cara pelindungannya hanya efektif selama lapisan timah masih utuh atau tidak

    rusak, misalnya tergores.

    Pelapisan dengan Krom (Chroming Platting), pelapisan dengan krom

    selain berfungsi melindungi besi/baja dari korosi, juga dapat memperbagus

    penampilan karena krom bersifat mengilap. Mortar (adukan) beton sebagai

    pelapis pelindung, umumnya digunakan pada bangunan baja yang berada di

    lingkungan air.

    Mortar beton dipakai untuk menutup bagian baja yang berada di atas

    elevasi terendah air surut. Adukan beton dibuat dari campuran batu pecah halus,

  • 23

    pasir dan semen Portland dari jenis yang cepat mengeras. Telah diketahui bahwa

    mortar beton merupakan medium yang alkalis (basa), dimana dalam medium ini

    baja menjadi pasif terhadap korosi atau dengan kata lain : dalam suasana basa,

    baja tidak akan terserang korosi.

    Untuk perlindungan korosi dapat juga dilakukan pelapisan baja dengan

    logam. Yang telah dikenali adalah, beberapa cara pelapisan seng (Zn) pada baja,

    antara lain:

    a. Pelapisan dengan seng secara electrolysis

    b. Mencelupkan bahan baja kedalam cairan seng panas (hotdip

    galvanizing). Sistim ini dipakai pada jembatan rangka baja buatan

    Inggris, Australia atau Nederland.

    c. Pelapisan baja dengan cara pengecatan dengan “zinc rich paint”

    (Amsori M. Das,2012).

    2.9.1 Lapis Pelindung Cat JOTUN

    Jotun adalah manufaktur cat berperforma tinggi yang memiliki 74

    perusahaan dan 39 fasilitas produksi di 43 negara diseluruh banua. Jotun

    menyediakan metode paling efektif untuk mencegah korosi pada struktur industri,

    bangunan pabrik dan perlengkapan industri lainnya. Bagi berbagai jenis industri

    dengan kebutuhan spesifik, jotun menghadirkan solusi pelapisan total untuk

    melindungi tangki, pipa dan cerobong bertemperatur tinggi serta struktur besi

    pada bangunan industri dari efek cuaca, kimia dan korosi.

    Selama lebih 30 tahun, jotun protective coating telah menyediakan solusi

    perlindungan bagi struktur industri diberbagai belahan dunia dan terbukti mampu

    memberikan perlindungan yang tahan lama dari korosi baik yang disebabkan oleh

    alam, proses kimiawi ataupun akibat perbuatan manusia yang merugikan.

    2.9.2 Surface preparation

    Pada permukaan yang berkapur dan berdebu, semua serpihan harus

    dibersihkan sebelum dilakukan pengecetan. Untuk permukaan kayu, sebaiknya

    penggunaan amplas untuk membersihkan dan menghilangkan serpihan. Untuk

    permukaan logam, kape dapat dipergunakan untuk membuang serpihan-serpihan,

    karat, dan cat lama. Bersihkan permukaan dengan air dengan sabun atu tanpa

  • 24

    sabun menggunakan sikat atau kain dan biarkan permukaan mengering sebelum

    dilakukan pengecatan.

    2.9.3 Recommended Paint System

    Permukaan

    Kayu dan Besi

    1. Lapisan Gardex prima

    2. Lapisan Gardex Premium Gloss

    Gardex prima

    Cat dasar yang cepat mengeringkan untuk

    permukaan kayu dan besi yang memberikan daya

    rekat yang sempurna antara bahan dasar dan lapisan

    atas. Diformulasikan khusu dengan tambahan anti

    karat untuk perlindungan superior dari karat dan

    menambah kemampuan dalam menutup permukaan

    yang tidak sempurna.

    Gardex Premium Gloss

    Cat pelapis akhir atau finishing untuk meberikan

    tampilan yang berkilau seperti cermin dan memberi

    perlindungan terhadap karat yang dapat

    mengkorosikan permukaan logam.

    Daya Tutup

    Waktu Kering

    Waktu Pelapisan Kembali

    Pengenceran

    Aplikasi

    Pembersihan

    14m2/liter

    2-4 jam

    8 jam

    Tidak perlu pengenceran. Gunakan jotun Gardex

    Thinner ( maksimal 5%)

    Dengan kuas, roll, maupun spray gun

    Bersihkan kuas dan alat-alat dengan Gunakan jotun

    Gardex Thinner

  • 25

    2.9.4 Lapis Pelindung Cat Avian

    PT Avia Avian pertama kali mulai beroperasi pada 1978 di Sidoarjo, Jawa

    Timur. Sebagai produsen cat lokal di dalam pasar cat yang didominasi pemain

    asing. Merek Avian lahir pada tahun 1978 dari riset ekstensif dan pengembangan

    para pendirinya. Sejak awal, PT Avia Avian dengan jelas didirikan dengan tujuan

    utama mampu bersaing dalam pasar yang didominasi produk-produk luar negeri.

    Seiring waktu, PT Avia Avian menjadi perusahaan yang diakui secara nasional,

    sukses bersaing dengan memenangkan pertempuran merebut hati dan pikiran

    konsumen dibanding merek-merek lain yang memimpin pasar, banyak

    diantaranya merek internasional. Dengan permintaan yang semakin berkembang,

    PT Avia Avian membuka pabrik kedua di Serang, Jawa Barat pada 1996, diikuti

    pabrik ketiga di Medan, Sumatera Utara pada 2007. PT Avia Avian kini diakui

    sebagai produsen cat lokal terbesar yang dimiliki dan dioperasikan di Indonesia.

    2.9.5 Avian Zinc Chromate

    Avian Zinc Chromate adalah cat dasar anti karat berkualitas yang terbuat dari

    bahan alkyd dan zinc chromate, sangat efektif mencegah karat dan memiliki daya

    lekat sangat baikι Sangat cocok digunakan untuk pengecatan atap seng, kontruksi

    yang terbuat dari besi/baja seperti kontruksi pabrik, bangunan, papan iklan, pipa

    besi, kursi taman dan lain-lain. Avian Zinc Chromate sebagai cat primer anti

    karat pada permukaan besi baik digunakan untuk interior maupun exterior,

    Mempunyai daya lekat yang sangat baik pada permukaan metal, Cocok untuk

    pengecatan atap seng, konstruksi pabrik, perpipaan, kursi taman, pagar, dll yang

    terbuat dari metal/besi, Cepat kering.

  • 26

    Data Teknis

    Penampilan :tidak mengkilat

    Warna :lihat kartu warna

    Kekentalan :80-85 ku

    Berat jenis 30oC : ±1,3 kg/lt, tergantung warna

    Kadar Padat : ±70%,tergantung warna

    Pengencer :Avian Thinner Enamel/Thinner B

    Ketebalan film :30-40 micron

    Kering sentuh :1-2 jam, tergantung sirkulasi, suhu dan

    kelembaban udara

    Kering sempurna :16-24 jam

    Tenggang waktu lapisan : minimal 4 jam, tergantung keadaan cuaca

    Cara aplikasi : kuas, rol, dan spray

    Daya Sebar Teoritis : 10 m 2 / liter, tergantung dari absorpsi dan pori –

    pori permukaan

    2.9.6 Avian Zinc Chromate

    Avian High Gloss Enamel adalah cat kayu & besi yang sangat mengkilap,

    daya tutup maksimal, berkualitas tinggi dan terbuat dari bahan alkydι Cat kayu &

    besi Avian mempunyai sifat melindungi terhadap cuaca, karat, jamur dan rayapι

    Sangat cocok digunakan pada pagar, pintu, jendela, kusen, rolling door, dan lain-

    lainιTidak terbatas dengan warna yang pernah ada, tapi berani menciptakan

    varian warna terbaik. Avian High Gloss Enamel Sebagai cat akhir yang memberi

    perlindungan dan memperindah permukaan kayu dan besi baik digunakan untuk

    interior maupun exterior, menghasilkan film cat yang mengkilap, halus dan

    mempunyai daya tutup yang bagus, cepat kering, Tahan cuaca, flexible tak

    mudah retak.

    Data Teknis

    Penampilan :tersedia gloss/kilap dan matt/tidak kilap

    Warna :lihat kartu warna

  • 27

    Kekentalan Ford Cup : ±150 detik

    Berat jenis 30oC : 0,93-1,2 kg/lt, tergantung warna

    Kadar Padat : 40-70%,tergantung warna

    Pengencer :Avian Thinner Enamel/Thinner B

    Ketebalan film :30-40 micron

    Kering sentuh :2-3 jam, tergantung sirkulasi, suhu dan

    kelembaban udara

    Kering sempurna :16-24 jam

    Tenggang waktu lapisan : minimal 16-24 jam, tergantung keadaan cuaca

    Cara aplikasi : kuas, rol, dan spray

    Daya Sebar Teoritis : 10 - 12 m 2 / liter, tergantung dari absorpsi dan

    pori – pori permukaan

    2.9.7 Lapis Pelindung Pilox Nippon Paint

    Nippon Paint adalah perusahaan manufaktur cat pertama Didirikan sejak

    tahun 1881 dan pelopor industri cat di Jepang. Saat ini, Nippon Paint merupakan

    pemimpin pasaran cat di Jepang. Nippon Paint berekspansi dengan cepat ke

    negara-negara lainnya. Salah satunya, Nippon Paint Indonesia yang berdiri pada

    tahun 1969. Saat ini, Nippon Paint identik dengan produk berkualitas tinggi dan

    terobosan yang inovatif, yang menjadikan Nippon paint sebagai merek cat nomor

    satu di kawasan Asia Pasifik. Sejalan dengan komitmen untuk menyediakan

    solusi cat dan pelapis yang total untuk konsumen yang beragam, Nippon Paint

    menawarkan berbagai pilihan produk dan ribuan warna. Sebagai pemimpin

    industri cat, Nippon Paint juga berkomitmen untuk memberikan kualitas terbaik

    melalui penelitian dan pengembangan di bawah quality control yang ketat. Dan

    Nippon Paint berkomitmen untuk menyediakan produk berkualitas tinggi secara

    global.

    PYLOX adalah cat semprot legendaris berkualitas tinggi terbuat dari bahan

    modifikasi akrilik. Memiliki keunggulan cepat kering, hasil yang keras, daya

    lekat sangat kuat dan daya kilap tinggi. Tersedia ratusan pilihan warna untuk

    berbagai macam hasil akhir, anti-pudar serta tahan lama. Dengan Precision

  • 28

    Nozzle Technology yang mempermudah aplikasi, tidak macet dan menghasilkan

    semprotan yang lebih halus dan akurat di atas berbagai macam substrat seperti

    besi, kayu, plester, dan dinding..

    Penampilan :tersedia Doff dan Metallic

    Warna :lihat kartu warna

    Kering sentuh :5 menit, tergantung sirkulasi, suhu dan kelembaban udara

    Kering sempurna :10 menit

    Cara aplikasi : spray