bab ii landasan teori 2.1 manajemen pengadaaneprints.umm.ac.id/44619/3/bab ii.pdfpemasok yang...

17
4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Pengadaan Menurut Pujawan (2005, hal 138) Manajemen pengadaan adalah salah satu komponen utama supply chain management, banyak ahli yang mulai menganggap bahwa kegiatan pengadaan adalah kegiatan strategis, karena di beberapa perusahaan manufaktur ongkos ongkos bahan baku melebihi nilai tambah yang diberikan selama proses produksi, ini memberikan signal yang sangat kuat bahwa efisiensi di bagian pengadaan bisa memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi peningkatan keuntungan (profit) sebuah perusahaan. Sedangkan menurut Supriyanto dan Masruchah (2000), Departemen Purchasing sebagai bagian penting dalam organisasi perusahaan memainkan peran penting dalam sejumlah besar aktifitas pengadaan material untuk memenuhi kebutuhan proses produksi. 2.1.1 Fungsi dan Tugas Pengadaan Melakukan pembelian barang dan jasa adalah salah satu tugas departemen pengadaan. Namun jika kita lihat tujuannya, yakni untuk menyediakan barang maupun jasa dengan harga yang murah, berkualitas, dan terkirim tepat waktu, tugas tugas bagian pengadaan tidak terbatas pada kegiatan rutin pembelian. Menurut Pujawan (2005, hal 139). Secara umum tugas tugas yang dilakukan departemen pengadaan mencakup : a. Merancang hubungan yang tepat dengan pemasok; Hubungan dengan pemasok dapat bersifat kemitraan jangka panjang maupun hubungan transaksional jangka pendek. Bagian pengadaan bertugas untuk mengatur relationship portofolio untuk semua pemasok dan juga untuk menetapkan berapa jumlah pemasok yang harus dimiliki untuk tiap jenis item.

Upload: others

Post on 09-Feb-2021

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 4

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 Manajemen Pengadaan

    Menurut Pujawan (2005, hal 138) Manajemen pengadaan adalah salah satu

    komponen utama supply chain management, banyak ahli yang mulai menganggap

    bahwa kegiatan pengadaan adalah kegiatan strategis, karena di beberapa

    perusahaan manufaktur ongkos – ongkos bahan baku melebihi nilai tambah yang

    diberikan selama proses produksi, ini memberikan signal yang sangat kuat bahwa

    efisiensi di bagian pengadaan bisa memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi

    peningkatan keuntungan (profit) sebuah perusahaan.

    Sedangkan menurut Supriyanto dan Masruchah (2000), Departemen

    Purchasing sebagai bagian penting dalam organisasi perusahaan memainkan peran

    penting dalam sejumlah besar aktifitas pengadaan material untuk memenuhi

    kebutuhan proses produksi.

    2.1.1 Fungsi dan Tugas Pengadaan

    Melakukan pembelian barang dan jasa adalah salah satu tugas departemen

    pengadaan. Namun jika kita lihat tujuannya, yakni untuk menyediakan barang

    maupun jasa dengan harga yang murah, berkualitas, dan terkirim tepat waktu, tugas

    – tugas bagian pengadaan tidak terbatas pada kegiatan rutin pembelian. Menurut

    Pujawan (2005, hal 139). Secara umum tugas – tugas yang dilakukan departemen

    pengadaan mencakup :

    a. Merancang hubungan yang tepat dengan pemasok;

    Hubungan dengan pemasok dapat bersifat kemitraan jangka panjang

    maupun hubungan transaksional jangka pendek. Bagian pengadaan bertugas

    untuk mengatur relationship portofolio untuk semua pemasok dan juga

    untuk menetapkan berapa jumlah pemasok yang harus dimiliki untuk tiap

    jenis item.

  • 5

    b. Memilih pemasok;

    Untuk pemasok – pemasok kunci yang berpotensi untuk menjalin hubungan

    jangka panjang, proses pemilihan ini bisa melibatkan evaluasi awal,

    mengundang pemasok untuk melakukan presentasi, kunjungan lapangan

    (site visit) dan sebagainya. Jika inovasi adalah salah satu kunci dalam

    persaingan, kemampuan pemasok untuk memasok material dengan

    spesifikasi yang berbeda mungkin menjadi pertimbangan yang penting.

    Sebaliknya, pada supply chain yang bersaing atas dasar harga, pemasok

    yang menawarkan barang dengan harga murah yang mungkin harus

    diprioritaskan.

    c. Memilih dan mengimplementasikan teknologi yang cocok;

    Kegiatan purchasing selalu membutuhkan bantuan teknologi yang lebih

    tradisional dan lumrah digunakan seperti telepon dan fax. Dengan

    munculnya internet, teknologi pengadaan mengalami perkembangan yang

    sangat dramatis. Berkembangnya electronic procurement yaitu aplikasi

    internet untuk kegiatan pengadaan, dapat membantu perusahaan untuk

    memiliki katalog elektronik yang bisa mengakses berbagai data pemasok.

    Electronic procurement juga dapat membantu perusahaan untuk memilih

    pemasok melalui proses e-auction atau e-building.

    d. Memelihara data item yang dibutuhkan dan data pemasok;

    Departemen Purchasing harus memiliki data yang lengkap tentang item

    yang dibutuhkan maupun data tentang pemasok mereka. Beberapa data

    pemasok yang penting untuk dimiliki adalah nama dan alamat masing –

    masing pemasok, item apa yang mereka pasok, harga per unit, lead time

    pengiriman, kinerja masa lalu, serta kualifikasi pemasok.

    e. Melakukan pembelian;

    Ini adalah pekerjaan yang paling rutin dilakukan oleh departemen

    Purchasing. Proses pembelian bisa dilakukan dengan beberapa cara,

    misalnya pembelian rutin dan pembelian dengan melalui tender atau lelang.

  • 6

    f. Mengevaluasi kinerja pemasok

    Penilaian kinerja pemasok juga pekerjaan yang sangat penting dilakukan

    untuk menciptakan daya saing yang berkelanjutan. Bagi perusahaan

    pembeli, kinerja pemasok bisa digunakan sebagai dasar untuk menentukan

    volume pembelian (jika ada lebih dari satu pemasok untuk item sejenis)

    maupun untuk menentukan peringkat pemasok.

    2.1.2 Seleksi Supplier

    Menurut Supriyanto dan Masruchah (2000), sebelum memutuskan untuk

    melakukan hubungan kerja sama dengan supplier, terlebih dahulu perlu dilakukan

    penilaian terhadap kondisi perusahaan calon supplier tersebut sesuai dengan kriteria

    yang sudah ditetapkan sebelumnya. Dengan menganggap bahwa proses produksi

    yang bergabung di perusahaan supplier merupakan perluasan proses produksi dari

    perusahaan kita atau merupakan lini kedua produksi yang berada diluar perusahaan

    kita. Maka kondisi perusahaan supplier harus dikenal dengan baik. Perlu

    dipertimbangkan bahwa permasalahan yang mungkin timbul pada perusahaan

    supplier secara langsung ataupun tidak langsung juga akan berpengaruh terhadap

    pelaksanaan proses produksi di perusahaan kita.

    Beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan dalam rangka melakukan

    seleksi terhadap perusahaan yang akan menjadi perusahaan supplier antara lain :

    1. Status perusahaan

    2. Struktur organisasi perusahaan

    3. Nilai asset

    4. Lokasi perusahaan

    5. Jenis produksi

    6. Jenis dan jumlah peralatan produksi

    7. Perusahaan yang sudah jadi pelanggannya

    8. Perolehan material

    9. Sistem pengendalian proses produksi

    10. Sistem pengendalian kualitas

  • 7

    Beberapa aspek tersebut sebaiknya dipelajari dengan baik untuk dijadikan

    bahan pertimbangan dalam memutuskan dapat atau tidaknya perusahaan tersebut

    diterima sebagai perusahaan supplier. Penilaian perusahaan sebagai nama

    dimaksud dapat dilakukan melalui dua tahap, yang pertama penilaian berdasarkan

    data – data perusahaan. Biasanya data ini disiapkan perusahaan dalam bentuk

    “Company Profile” yang akan menjadi perusahaan supplier, setelah data dipelajari

    dengan baik, dan diketemukan kesesuaian, maka tahap yang berikut adalah tahap

    kunjungan perusahaan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

    Menurut Pujawan (2005) memilih supplier merupakan kegiatan strategis,

    terutama apabila supplier tersebut akan memasok item yang kritis atau akan

    digunakan dalam jangka panjang sebagai supplier penting. Kriteria pemilihan

    adalah salah satu hal penting dalam pemilihan supplier. Kriteria yang digunakan

    tentunya harus mencerminkan strategi supply chain maupun karakteristik dari item

    yang akan dipasok. Secara umum banyak perusahaan yang menggunakan kriteria-

    kriteria dasar seperti kualitas barang yang ditawarkan, harga, dan ketepatan waktu

    pengiriman. Namun seringkali pemilihan supplier membutuhkan berbagai kriteria

    lain yang dianggap penting oleh perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh

    Dickson menunjukkan kriteria pemilihan sangat beragam diantaranya bisa dilihat

    pada tabel 2.1

    Tabel 2.1 Kriteria pemilihan/evaluasi supplier

    Kriteria Skor

    Kualitas 3,5

    Delivery 3,4

    Performance history 3,0

    Warranties and Claim policies 2,8

    Price 2,8

    Technical capability 2,8

    Financial position 2,5

    Prosedural compliance 2,5

  • 8

    Communication system 2,5

    Reputation and position in

    industry 2,4

    Desire for buiness 2,4

    Management and organization 2,3

    Operating controls 2,2

    Repair service 2,2

    Attitudes 2,1

    Impression 2,1

    Packaging ability 2,0

    Labor relation records 2,0

    Geograpichal location 1,9

    Amount of past business 1,6

    Training aids 1,5

    Reciprocal arragements 0,6

    Sumber: Dickson 1996

    Beberapa kriteria tersebut akan diseleksi untuk menentukan kriteria mana

    yang dipakai sesuai dengan kebutuhan perusahaan (Handoyo, 2018).

    2.1.3 Teknik Mengurutkan / Memilih Supplier

    Setelah kriteria ditetapkan dan beberapa kandidat supplier diperoleh maka

    perusahaan harus melakukan pemilihan. Perusahaan mungkin akan memilih satu

    atau beberapa dari alternative yang ada. Dalam proses pemilihan ini perusahaan

    mungkin harus melakukan perangkingan yang menentukan supplier mana yang

    akan dipilih atau mana yang akan dijadikan supplier utama dan mana yang akan

    dijadikan supplier cadangan. Salah satu metode yang cukup lumrah digunakan

    dalam merangking alternatif berdasarkan beberapa kriteria yang ada adalah metode

    Analtycal Hierarchy Process (AHP). (Pujawan, 2010)

    Bagian ini tidak akan menjelaskan teori AHP, namun lebih pada bagaimana

    aplikasinya untuk memilih atau merangking supplier. Pembaca bisa mendapatkan

  • 9

    teori AHP pada buku – buku tentang pengambilan keputusan (decision making).

    Pada pemilihan supplier, prosesnya bisa diringkas sebagai berikut:

    1. Tentukan kriteria – kriteria pemilihan

    2. Tentukan bobot masing – masing kriteria

    3. Identifikasi alternatif (supplier) yang akan di evaluasi

    4. Evaluasi masing – masing alternatif dengan kriteria di atas

    5. Hitung nilai berbobot masing – masing supplier

    6. Urutkan supplier berdasarkan nilai berbobot tersebut

    2.1.4 Evaluasi Kinerja Supplier

    Kinerja (performance) merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian

    pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran,

    tujuan, visi dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis

    suatu organisasi (Moeheriono, 2009:60).

    Menurut (Dharma, 2010:120), evaluasi kinerja adalah dasar dari penilaian

    atas tiga elemen kunci suatu kinerja yaitu: kontribusi, kompetensi dan

    pengembangan yang berkelanjutan. Kinerja supplier perlu dimotori secara

    berkelanjutan. Hal ini dikarenakan penilaian kinerja merupakan aspek penting

    untuk melihat kinerja supplier atau sebagai bahan pertimbangan mana kala nantinya

    perusahaan harus mencari alternatif supplier lainnya. Hasil daripada evaluasi

    kinerja supplier ini nantinya dimasa depan juga dapat dijadikan dasar dalam

    mengalokasikan pesanan.

    Kinerja supplier perlu dimonitor secara kontinyu. Penilaian / monitoring

    kinerja ini penting dilakukan sebagai bahan evaluasi yang nantinya bisa digunakan

    untuk meningkatkan kinerja mereka atau sebagai bahan pertimbangan perlu

    tidaknya mencari supplier alternatif. Pada situasi dimana perusahaan memiliki lebih

    dari satu supplier untuk suatu item tertentu, hasil evaluasi juga bisa dijadikan dasar

    dalam mengalokasikan order di masa depan. Tentunya berasalan kalau supplier

    yang kinerjanya lebih bagus akan mendapat order yang lebih banyak. Dengan

    sistem yang seperti ini supplier akan terpacu untuk meningkatkan kinerja mereka.

  • 10

    Perlu dibedakan antara mengevaluasi calon supplier dengan menilai kinerja

    supplier. Yang pertama lebih pada penilaian prospek atau potensi, sedangkan yang

    kedua lebih pada kinerja yang telah ditunjukkan selama suatu periode tertentu. Jadi

    pada saat mengevaluasi calon supplier, kriteria seperti kesehatan keuangan

    perusahaan, kemampuan teknologi, dan reputasi mereka penting dinilai karena hal

    tersebut dianggap bisa mendukung mereka untuk menjadi supplier yang handal.

    Namun penilaian kinerja lebih pada hal – hal seperti kualitas, ketepatan waktu,

    fleksibelitas, dan harga yang ditawarkan (Pujawan, 2010).

    Secara umum banyak perusahaan yang menggunakan kriteria – kriteria

    dasar seperti kualitas barang yang ditawarkan, harga, dan ketepatan waktu

    pengiriman, namun seringkali pemilihan supplier membutuhkan kriteria lain yang

    dianggap penting oleh perusahaan. Penelitian Dickson hamper 40 tahun yang lalu

    meunjukkan bahwa kriteria pemilihan supplier bisa sangat beragam (Pujawan,

    2005).

    2.2 Analytical Hierarchy Process (AHP)

    Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dikembangkan merupakan

    suatu proses “rasionalitas sistematik”. Dimungkinkan untuk mempertimbangkan

    suatu persoalan sebagai suatu keseluruhan dan mengkaji interaksi serempak dari

    berbagai komponennya didalam suatu hierarki. AHP menangani persoalan

    kompleks sesuai dengan interaksi-interaksi pada persoalan itu sendiri. Proses ini

    membuat orang dapat memaparkan persoalan sebagaimana mereka lihat dalam

    kompleksitas dan memperluas definisi dan stuktur melalui pengulangan. Untuk

    mengidentifikasikan persoalan yang kritis, mendefinisikan strukturnya, dan

    menemukan serta menyelesaikan konflik, AHP memerlukan informasi dan

    pertimbangan dari beberapa pesera dalam proses itu. Melalui serentetan kerja

    matematis, AHP mensintesiskan penilaian – penilaian mereka menjadi suatu

    taksiran menyeluruh dari prioritas – prioritas relatif berbagai alternatif tindakan.

    Prioritas – prioritas yang dihasilkan AHP merupakan suatu dasar yang digunakan

    dalam semua jenis analisis, misalnya mereka dapat menjadi garis pedoman untuk

  • 11

    mengalokasi sumberdaya atau sebagai prioritas dalam membuat peramalan. AHP

    dapat digunakan untuk merangsang timbulnya gagasan untuk melaksanakan

    tindakan kreatif, dan untuk mengevaluasi keefektifan tindakan tersebut. Selain itu,

    untuk membantu para pemimpin menetapkan informasi apa yang patut

    dikumpulkan guna mengevaluasi pengaruh faktor – faktor relevan dalam situasi

    kompleks. AHP dapat melacak ketidak konsistenan dalam pertimbangan dan

    ferensi peserta, sehingga para pemimpin menilai mutu pengetahuan para pembantu

    mereka dan menetapkan pemecahan masalah itu (Saaty, 1993)

    Analytical Hierarchy Process ini adalah suatu model yang luwes yang

    memberikan kesempatan bagi perorangan atau kelompok untuk membangun

    gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi mereka

    masing – masing dan memperoleh pemecahan yang diinginkan darinya. Proses ini

    tergantung pada imajinasi, pengalaman, dan pengetahuan untuk menyusun hierarki

    suatu masalah dan logika, instuisi dan pengalaman untuk memberi pertimbangan.

    Setelah diterima dan diikuti, AHP menunjukkan bagaimana mengubungkan elemen

    – elemen dari suatu bagian masalah dengan elemen – elemen lain dari bagian lain

    untuk memperoleh hasil gabungan. Prosesnya adalah mengidentifikasi, memahami,

    dan menilai interaksi – interaksi dari suatu sistem sebagai satu keseluruhan (Saaty,

    1993).

    Analytical Hierarchy Process memungkinkan para pengambil keputusan

    menggambarkan interaksi serentak dari banyak faktor dalam situasi yang komplek

    dan tidak terstruktur. Proses ini membantu mereka mengidentifikasikan dalam

    menerapkan prioritas atas dasar sasaran serta pengalaman dan pengetahuan mereka

    tentang setiap masalah (Saaty, 1998).

    Analytical Hierarchy Process (AHP) dapat menyelesaikan masalah multi

    kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki. Masalah yang kompleks dapat

    diartikan bahwa kriteria dari suatu masalah yang begitu banyak (multikriteria),

    sktruktur masalah yang belum jelas, ketidakpastian pendapat dari pengambil

    keputusan, pengambil keputusan lebih dari satu orang, serta ketidak akuratan data

  • 12

    yang tersedia. Menurut Saaty, hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari

    sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level

    pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan

    seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu

    masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok – kelompoknya yang

    kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak

    lebih terstruktur dan sistematis (Irfan, dkk 2017).

    Perbedaan yang mencolok antara model AHP dengan model keputusan

    lainnya adalah jenis inputnya. Model – modelnya yang sudah ada umumnya

    memakai input data berupa persepsi manusia (kualitatif). (Nurmalasari dan

    Pratama, 2018)

    2.2.1 Prinsip – Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process (AHP)

    Dalam menyelesaikan persoalan dengan metode Analytical Hierarchy

    Process (AHP) ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami antara lain :

    1. Menyusun Hierarki

    Memecahkan atau membagi problema yang utuh menjadi unsur – unsurnya

    ke bentuk hierarki proses pengambilan keputusan, dimana setiap unsur atau

    elemen saling berhubungan. Untuk mendapatkan hasil yang akurat,

    pemecahan dilakukan terhadap unsur-unsur sampai tidak mungkin

    dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan

    dari persoalan yang hendak dipecahkan.

    2. Menetapkan Prioritas

    Menetapkan hubungan elemen dari setiap tingkatan hierarki dengan

    membandingkan elemen itu dalam pasangan. Hasil dari proses pembedaan

    ini adalah suatu vector prioritas atau relative pentingnya elemen terhadap

    setiap sifat. Perbandingan berpasang diulangi lagi untuk semua elemen

    terhadap setiap sifat, langkah terakhir adalah dengan memberi bobot setiap

    vector dengan prioritas sifatnya. Ini akan menghasilkan seperangkat bobot

    setiap vector dengan prioritas sifatnya.

  • 13

    3. Konsistensi Logis

    Konsistensi berarti dua hal, yaitu pemikiran dan obyek yang serupa

    dikelompokkan menurut homogeniitas dan relevansinya. Misalnya, anggur

    dan kelereng dapat dikelompokkan dalam satu set homogen jika relevannya

    adalah kebulatan, tapi tidak, bila kriterianya adalah rasa, arti konsistensi

    yang kedua yaitu intensitas relasi antar gagasan didasarkan pada kriteria

    tertentu saling membenarkan secara logis (Saaty, 1993)

    Kemudian selain yang dijelaskan diatas terdapat pula beberapa prinsip dasar

    yang harus dipahami antara lain:

    1. Decomposition

    Decomposition adalah memecahkan atau membagi problema yang utuh

    menjadi unsur – unsurnya ke bentuk hirarki proses pengambilan keputusan,

    dimana setiap unsur atau elemen saling berhubungan. Struktur hirarki

    keputusan tersebut dapat dikategorikan sebagai complete dan incomplete.

    Suatu hirarki keputusan disebut complete jika semua elemen pada suatu

    tingkat memiliki hubungan terhadap semua elemen yang ada pada tingkat

    berikutnya, sementara hirarki keputusan incomplete kebalikan dari hirarki

    yang complete. Bentuk struktur dekomposisi yaitu: Tingkat pertama sebagai

    tujuan keputusan (Goal), Tingkat kedua sebagai kriteria – kriteria, Tingkat

    ketiga sebagai alternatif – alternatif.

    Gambar 2.1 Struktur Hirarki

    Tujuan

    Kriteria I Kriteria II Kriteria III Kriteria N

    Alternatif I Alternatif II Alternatif M

  • 14

    Hiraki masalah disusun digunakan untuk membantu proses pengambilan

    keputusan dalam sebuah sistem dengan memperhatikan seluruh elemen

    keputusan yang terlibat.

    2. Comparative Judgement

    Comparative Judgement adalah penilaian yang dilakukan berdasarkan

    kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya

    dengan tingkatan di atasnya. Comparative Judgement merupakan ini dari

    penggunaan AHP karena akan berpengaruh terhadap urutan prioritas dari

    elemen – elemennya. Hasil dari penilaian tersebut akan diperlihatkan dalam

    bentuk matriks pairwise comparisons yaitu matriks perbandingan

    berpasangan memuat tingkat preferensi beberapa alternatif untuk tiap

    kriteria. Skala preferensi yang digunakan yaitu skala 1 yang menunjukkan

    tingkat yang paling rendah (equal importance) sampai dengan skala 9 yang

    menunjukkan tingkatan yang paling tinggi (extreme importance).

    3. Synthesis of Priority

    Synthesis of Priority dilakukan dengan menggunakan eigen vector method

    untuk mendapatkan bobot relatif bagi unsur – unsur pengambilan

    keputusan.

    4. Logical Consistency

    Logical Consistency dilakukan dengan mengagresikan seluruh eigen vector

    yang diperoleh dari berbagai tingkatan hirarki dan selanjutnya diperoleh

    suatu vector composite tertimbang yang menghasilkan urutan pengambilan

    keputusan.

    Prinsip kerja AHP adalah menyederhanakan suatu persoalan kompleks yang

    tidak terstruktur. Kemudian tingkat kepentingan setiap variable diberi nilai numeric

    secara relative dibandingkan dengan variable yang lain. Dari berbagai

    pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variable yang

    memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem

    tersebut. (Nurmalasari dan Pratama, 2018)

  • 15

    (Widiyanesti & Setyorini, 2012) AHP sering digunakan sebagai metode

    pemecahan masalah dibanding dengan metode yang lain karena alasan – alasan

    sebagai berikut:

    1. Stuktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih,

    sampai pada subkriteria yang paling dalam.

    2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi

    berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan.

    3. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan

    keputusan.

    2.2.2 Langkah – Langkah AHP

    Langkah – langkah AHP menurut Nurwildani (2004) yaitu :

    1. Membuktikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan, lalu

    menyusun hierarki dari permasalahan yang dihadapi.

    2. Menentukan prioritas elemen :

    a. Langkah pertama adalah membuat perbandingan pasangan yaitu

    membandingkan elemen secara berpasangan sesuai dengan kriteria yang

    diberikan.

    b. Matriks perbandingan berpasangan diisi menggunakan bilangan untuk

    mempresentasikan kepentingan relative dari suatu elemen terhadap

    elemen lainnya. Adapun table yang digunakan dalam menilai

    perbandingan pasangan adalah sebagai berikut :

    Tabel 2.2 Skala penilaian perbandingan pasangan

    Intensitas

    kepentingannya Definisi Penjelasan

    1 Kedua elemen sama

    pentingnya

    Dua elemen

    menyumbangkan

    sama besar pada

    sifat itu

  • 16

    3

    Elemen yang satu

    sedikit lebih penting

    ketimbang yang

    lainnya

    Pengalaman dan

    pertimbangan

    sedikit

    menyokong satu

    elemen atas yang

    lainnya

    5

    Elemen yang satu

    esensial atau sangat

    penting dari yang

    lainnya

    Pengalaman dan

    pertimbangan kuat

    menyokong satu

    elemen atas yang

    lainnya

    7

    Satu elemen jelas

    lebih penting dari

    yang lainnya

    Satu elemen kuat

    disokong dan

    dominannya telah

    terlihat dalam

    praktek

    9

    Satu elemen mutlak

    lebih penting dari

    yang lainnya

    Bukti yang

    menyokong

    elemen satu atas

    yang lainnya

    memiliki tingkat

    penegasan

    tertinggi

    2,4,6,8

    Nilai-nilai diantara

    dua pertimbangan

    yang berdekatan

    Kompromi

    diperlukan untuk

    dua pertimbangan

    Kebalikannya

    Jika untuk aktifitas i mendapat satu angka

    bila dibandingkan dengan aktifitas j

    Sumber: Saaty

  • 17

    Table 2.3 Matriks Perbandingan AHP

    C A1 A2 A3 ….. An

    A1 a11 a12 a13 ….. a1n

    A2 a21 a22 a23 ….. a2n

    ….. ….. ….. ….. ….. …..

    An an1 an2 an3 ….. ann

    Aturan pemberian nilai tingkat kepentingan antar point yang dibandingkan

    dalam matriks tersebut adalah sebagai berikut :

    a. Jika aij = α, maka aji = 1/α, α ≠ 0

    b. Jika Ai mempunyai tingkat kepentingan relative yang sama dengan Aj,

    maka aij = aji = 1

    c. Hal yang khusus, aii = 1, untuk semua i.

    Nilai perbandingan yang dipakai adalah berskala 1 hingga 9. Perbandingan

    point dilakukan hingga diperoleh judgement seluruhnya sebanyak jumlah

    kolom atau (nx[(n-1)/2]), dengan n adalah banyaknya elemen yang

    dibandingkan (Sulistyani dkk, 2017).

    3. Sintesis

    Hal – hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah :

    a. Menjumlahkan nilai – nilai dari setiap kolom pada matriks

    b. Membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan

    untuk memperoleh normalisasi matriks

    c. Menjumlahkan nilai – nilai dari setiap baris dan membaginya dengan

    jumlah elemen untuk mendapatkan nilai rata - rata

    4. Mengukur konsistensi

    Dalam pembuatan keputusan, penting untuk mengetahui seberapa baik

    konsistensi yang ada karena kita tidak menginginkan keputusan berdasarkan

    pertimbangan dengan konsistensi yang rendah. Hal – hal yang dilakukan

    dalam langkah ini adalah :

  • 18

    a. Mengalikan setiap nilai pada kolom pertama dengan prioritas relative

    elemen pertama, nilai pada kolom kedua dengan prioritas relative

    elemen kedua, dan seterusnya

    b. Menjumlahkan setiap baris

    c. Hasil dari penjumlahan baris dibagi dengan elemen prioritas relative

    yang bersangkutan untuk mendapatkan prioritas kriteria

    d. Menjumlahkan hasil bagi diatas dengan banyaknya elemen yang ada

    hasilnya disebut λmaks.

    𝛌𝐦𝐚𝐤𝐬 = ∑𝜶

    𝒏

    λmaks = Nilai rata – rata prioritas kriteria

    α = Nilai prioritas kriteria

    n = Jumlah prioritas kriteria

    5. Menghitung Consistency Index (CI) dengan rumus :

    CI = 𝛌𝐦𝐚𝐤𝐬−𝐧

    𝒏−𝟏

    CI = Consistency Indeks

    n = Orde matriks

    Sedangkan untuk menghitung nilai CR menggunakan rumus :

    CR = 𝑪𝑰

    𝑹𝑰

    CR = Consistensy Rasio

    RI = Random Indeks

    Tabel 2.4 Random Indeks

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

    0 0 0,58 0,9 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 1,51 1,54 1,56 1,57 1,59

    6. Menguji konsistensi

    Memeriksa konsistensi hierarki, jika nilai CR lebih dari 10%, maka

    penilaiain dari data judgment harus diperbaiki. Namun jika rasio konsistensi

    (CI/RI) kurang atau sama dengan 10%, maka hasilnya dinyatakan benar.

  • 19

    2.2.3 Kelebihan AHP

    Analytical Hierarchy Process (AHP), memiliki kelebihan yaitu dapat

    membantu memecahkan permasalahan yang tidak terstruktur, masalah – masalah

    yang kompleks, yang tidak memilki data yang cukup seperti perencanaan, optimasi,

    penentuan alternatif keputusan, penyusunan prioritas, pemilihan kebijakan (Putri,

    2012).

    Secara khusus, keuntungan utama dari AHP dibandingkan dengan metode

    lain adalah metode ini memungkinkan bahwa keputusan evaluator digunakan untuk

    memilih kepentingan yang relative dari beberapa kriteria serta interaksi dari

    evaluator yang diperlukan dalam proses seleksi supplier. Metode AHP mampu

    membuat peringkat kriteria berdasarkan kebutuhan penilai. Pada penelitian ini

    menggunakan metode AHP karena metode AHP ini lebih mudah untuk diterapkan.

    Beberapa kelebihan dari AHP sebagai berikut :

    1. Kesatuan, AHP memberikan suatu model tunggal yang mudah dimengerti,

    serta luwes digunakan untuk ragam persoalan yang tidak terstruktur;

    2. Kompleksitas, AHP memadukan rancangan deduktif dan rancangan

    berdasarkan system dalam memecahkan persoalan kompleks;

    3. Saling ketergantungan, AHP dapat menangani saling ketergantungan antar

    elemen dalam suatu system dan tidak memaksakan pemikiran linier;

    4. Penyusunan hierarki, AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran

    untuk memilah – milah elemen;

    5. Pengukuran, AHP memberi suatu skala untuk mengukur hal – hal dan

    terwujud suatu metode untuk menetapkan prioritas;

    6. Konsistensi, AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan –

    pertimbangan yang digunakan untuk menetapkan berbagai prioritas;

    7. Sintesis, AHP menentukan ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan

    seluruh alternative;

  • 20

    8. Tawar – menawar, AHP mempertimbangkan prioritas – prioritas relative

    dari berbagai factor system dan memungkinkan organisasi memilih

    alternatif terbaik berdasarkan tujuan – tujuan mereka;

    9. Penilaian dan konsesus, AHP tidak memaksakan konsesus, tetapi

    mensistensikan suatu hal yang representatif dari berbagai penialaian yang

    berbeda.

    Sehingga AHP dapat diterapkan untuk beragam masalah yang luas, secara

    khusus AHP dapat digunakan untuk jenis – jenis persoalan antara lain :

    1. Menetapkan Prioritas

    2. Menghasilkan seperangkat alternatif

    3. Memilih alternatif kebijakan yang terbaik

    4. Menetapkan berbagai persyaratan

    5. Mengalokasikan sumberdaya

    6. Meramalkan hasil dan menaksir resiko

    7. Mengukur prestasi

    8. Merancang sistem

    9. Menjamin kemantapan sistem

    10. Mengoptimumkan

    11. Merencakanan

    12. Memecah konflik (Putri, 2012)