bab ii landasan teori 2.1 landasan teori 2.1.1 komunikasi...

17
10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Komunikasi Massa Istilah komunikasi massa dikenal pada tahun 1930-an. Menurut Gerbner (1967) dalam Morissan (2013:7) mendefinisikan komunikasi sebagai interaksi sosial melalui pesan.Sedangkan istilah massa memiliki arti banyak atau kontroversial. Tidak hanya Gerbner, Janiwitz (1960) dalam Morissan (2013:7-8) menyebutkan bahwa “komunikasi massa itu terdiri dari lembaga dan teknik dimana kelompok-kelompok terlatih menggunakan teknologi untuk menyebarluaskan simbol-simbol kepada audien yang tersebar luas dan bersifat heterogen.” Lalu menurut Apriadi Tamburaka (2012:15) menjelaskan bahwa komunikasi massa alah proses komunikasi yang dilakukan di dalam sebuah media yang disebut media massa yang memiliki tujuan untuk memberikan informasi kepada khalayak. 2.1.2 Media Massa Media menurut Apriadi Tamburaka (2012:9) adalah alat untuk memindahkan pesan dari komunikator ke komunikan.Media digunakan untuk menyebutkan sebuah saluran, alat, sarana maupun channel atau medium. Sedangkan massa menurut Gustave Le Bon (pelopor psikologi massa) dalam Apriadi Tamburaka (2012:11) menjelaskan bahwa massa

Upload: doquynh

Post on 07-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Komunikasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14808/2/T1_362013057_BAB II... · dipertahankan melalui budaya dan ideologi

10

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Komunikasi Massa

Istilah komunikasi massa dikenal pada tahun 1930-an. Menurut

Gerbner (1967) dalam Morissan (2013:7) mendefinisikan komunikasi

sebagai interaksi sosial melalui pesan.Sedangkan istilah massa memiliki

arti banyak atau kontroversial. Tidak hanya Gerbner, Janiwitz (1960)

dalam Morissan (2013:7-8) menyebutkan bahwa

“komunikasi massa itu terdiri dari lembaga dan teknik

dimana kelompok-kelompok terlatih menggunakan teknologi

untuk menyebarluaskan simbol-simbol kepada audien yang

tersebar luas dan bersifat heterogen.”

Lalu menurut Apriadi Tamburaka (2012:15) menjelaskan bahwa

komunikasi massa alah proses komunikasi yang dilakukan di dalam

sebuah media yang disebut media massa yang memiliki tujuan untuk

memberikan informasi kepada khalayak.

2.1.2 Media Massa

Media menurut Apriadi Tamburaka (2012:9) adalah alat untuk

memindahkan pesan dari komunikator ke komunikan.Media digunakan

untuk menyebutkan sebuah saluran, alat, sarana maupun channel atau

medium.

Sedangkan massa menurut Gustave Le Bon (pelopor psikologi

massa) dalam Apriadi Tamburaka (2012:11) menjelaskan bahwa massa

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Komunikasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14808/2/T1_362013057_BAB II... · dipertahankan melalui budaya dan ideologi

11

merupakan sekumpulan orang banyak yang saling berhubung untuk

melakukan minat atau kepentingan bersama yang bersifat sementara.

Sedangkan media massa merupakan sarana untuk menyampaikan

pesan atau informasi secara massal kepada khalayak. Informasi ini

disebarluaskan kepada masyarakat, adapun dalam penyebaran dan

penyeleksi informasi diawasi oleh gatekeeper (Tamburaka, 2012:13).

2.1.3 Televisi

Salah satu media siaran yang masuk dalam sistem penyiaran adalah

televisi. Televisi memiliki karasteristik sebagai media siaran yang

menyalurkan audio dan visual. Informasi yang diberikan kepada

masyarakat tidak hanya mengedepankan suara namun juga tampilan dari

suatu progam. Menurut Undang-Undang Penyiaran 2002, disebutkan

bahwa penyiaran televisi adalah media komunikasi massa dengar pandang,

yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara dan gambar

secara umum baik terbuka maupun tertutup, berupa program acara yang

teratur dan berkesinambungan (Arifin, 2014:190).

Tidak hanya karakter, televisi juga memiliki sifat sebagai berikut,

Dapat didengar dan dilihat bila ada siaran

Dapat dilihat dan didengar kembali, bila diputar kembali

Daya rangsang sangat tinggi

Elektris

Sangat mahal

Daya jangkau besar

Dalam sistem penyiaran di Indonesia, untuk jangkauan siaran

televisi tidak hanya stasiun nasional yang dikembangkan namun juga

stasiun lokal. Televisi lokal merupakan stasiun penyiaran dengan wilayah

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Komunikasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14808/2/T1_362013057_BAB II... · dipertahankan melalui budaya dan ideologi

12

siaran terkecil. Sesuai dengan Peraturan KPI tentang Standar Program

acara Siaran (SPS) BAB XXV tentang Program acara Lokal Dalam Sistem

Stasiun Jaringan Pasal 68 ayat (1), program acara siaran lokal wajib

diproduksi dan ditayangkan paling sedikit 10%.

2.1.4 Program Informasi dan Hiburan

2.1.4.1 Program Informasi

Program informasi menurut Morissan (2008:218) adalah segala

jenis siaran yang memberikan tambahan pengetahuan atau informasi

kepada khalayak. Program informasi dibagi menjadi dua bagian besar

yaitu berita keras (hard news) dan berita lunak (soft news).

Berita atau “news” berisi tentang informasi yang bersifat baru dan

penting bagi khalayak. Menurut Hornbby dalam Tamburaka (2012:135)

menjelaskan bahwa “news” sebagai laporan tentang apa yang terjadi dan

paling mutakhir atau sangat baru. Dapat dikatakan berita adalah laporan

tentang peristiwa yang bersifat aktual dan menarik perhatian khalayak.

Dalam tujuannya untuk menarik perhatian khalayak, berita dibuat dengan

memperhitungkan setiap bagiannya. Berita pun tidak luput dari sebuah

kontruksi tertentu (Tamburaka, 2012:137).

Adapun kriteria layak berita, jika berita berisi peristiwa yang segar

(aktualitas) berita dianggap layak jika memiliki relevansi bagi pembaca

dan memiliki kedekatan secara geografis maupun emosional, konflik yang

menarik bagi khalayak adalah konflik yang bersifat fisik maupun nonfisik.

Selanjutnya, berita dianggap layak jika menyangkut sebuah peristiwa atau

tentang orang terkenal. Berita juga akan layak jika memiliki konsekuensi

pada kehidupan khalayak, dan yang terakhir adalah berita yang menyentuh

perasaan khalayak.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Komunikasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14808/2/T1_362013057_BAB II... · dipertahankan melalui budaya dan ideologi

13

Menurut Junaedi (2013:11-13) menyebutkan 6 unsur dari sebuah

berita yaitu

1. What (apa) : apa yang terjadi, tema berita yang diangkat.

2. Who (siapa) : siapa dan kepada siapa peristiwa itu terjadi

3. When(kapan) : kapan peristiwa itu terjadi

4. Where (di mana) : di mana peristiwa itu terjadi

5. Why (mengapa) : keterangan tentang mengapa peristiwa terjadi

6. How (bagaimana) : bagaimana peristiwa yang diberitakan terjadi

Berita dapat digologkan ke dalam dua jenis yaitu, hardnews dan

softnews. Hardnews adalah berita langsung yang yang terikat oleh

waktu.Dalam penyampaian sebuah berita atau informasi harus cepat dan

tepat waktu.Jika suatu berita terlambat untuk diinformasikan, maka berita

dianggap basi. Contoh dari hardnews antara lain: rapat kabinet, peristiwa

olahraga, kecelakaan, bencana alam, dan meninggalnya orang terkenal

(Junaedi, 2013:6-7). Softnews adalah berita tidak langsung dan tidak

terikat waktu.Berita yang disajikan pun dapat dibaca kembali, didengar

dan dilihat kapan pun tanpa terikat pada aktualitas. Contoh dari softnews

antara lain penemuan ilmiah, kisah sukses, dan kisah tragis (Junaedi,

2013:7).

2.1.4.2 Program Hiburan

Program hiburan menurut Morissan (2008:223) adalah segala

bentuk siaran yang memiliki tujuan untuk menghibur, baik dalam bentuk

musik, lagu, cerita dan permainan. Program yang termasuk dalam kategori

hiburan adalah drama, permainan (game), musik dan pertunjukan.

Salah satu kategori hiburan yaitu musik. Dalam program musik

dapat ditampilkan dalam dua format, yaitu videoklip dan konser. Program

musik dapat diadakan baik di luar ruangan/lapangan dan di dalam studio.

Menurut Vane-Gross dalam Manajemen Media Penyiaran: Strategi

Mengelola Radio & Televisi, programmer harus mempertimbangkan

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Komunikasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14808/2/T1_362013057_BAB II... · dipertahankan melalui budaya dan ideologi

14

beberapa hal agar acara musik bisa mendapatkan sebanyak mungkin

audien, seperti :

a. Pemilihan artis yang memiliki daya tarik demografis yang

besar, dalam hal ini si artis memiliki banyak penggemar

b. Pengambilan gambar yang menarik secara visual, dan televisi

harus menampilkan banyak gambar pendukung. Mengambil

gambar juga harus berganti-ganti secara dinamis.

2.1.5 Analisis Wacana Kritis

Analisis wacana kritis, M. Wetherell (2001:301-340) dalam

Haryatmoko (2016:2) sebagai penerapan analisis kritis terhadap bahasa

yang terinspirasi oleh Marxisme ketika menyoroti aspek-aspek budaya

dalam kehidupan sosial, yaitu ketika dominasi dan eksploitasi

dipertahankan melalui budaya dan ideologi.

Analisis wacana kritis sendiri tertarik pada bagaimana cara bahasa

dan wacana digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan sosial termasuk

perubahan-perubahan sosial. Sedangkan asumsi dasar analisis wacana

kritis menurut Haryatmoko (2016:5) ialah bahasa digunakan untuk

berbagai fungsi dan memiliki berbagai konsekuensi. Bahasa dapat

digunakan untuk memerintah, mempengaruhi, mendeskripsikan, mengiba,

memanipulasi, menggerakan kelompok. Tidak hanya itu bahasa juga dapat

dikonstruksi dan mengkonstruksi masyarakat, maka bahasa berubah sesuai

dengan konteks dan situasi tertentu.

Tujuan akhir dari analisis wacana kritis yaitu membongkar bentuk-

bentuk dominasi, diskriminasi atau prasangka yang merugikan. Sehingga

bahasa harus dianalisis dan dibongkar agar muncul nilai ataupun ideologi

di baliknya. Haryatmoko (2016:14) juga menjelaskan bahwa tujuan yang

ingin dicapai oleh analisis wacana kritis adalah sebagai berikut,

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Komunikasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14808/2/T1_362013057_BAB II... · dipertahankan melalui budaya dan ideologi

15

1. Menganalisis praktik wacana yang mencerminkan atau

mengonstruksi masalah sosial

2. Meneliti bagaimana ideologi dibekukan dalam bahasa dan

menemukan cara untuk mencairkan ideologi yang terikat dalam

bahasa

3. Meningkatkan kesadaran terhadap ketidakadilan, diskriminasi,

prasangka dan penyalahgunaan kekuasaan

4. Membantu memberikan pemecahan terhadap hambatan-

hambatan yang menghalangi perubahan sosial

2.1.6 Analisis Wacana Kritis Fairclough

Analisis wacana menitik-beratkan pembahasan pada pemakaian

bahasa, membahas mengenai perbedaan paradigma analisis wacana dalam

melihat bahasa sebagai berikut.

Pandangan pertama oleh kaum positivism-empiris. Bahasa dilihat

sebagai jembatan antara manusia dengan objek di luar dirinya. Orang tidak

perlu mengetahui makna subjektif atau nilai yang mendasari suatu

pernyataan yang terpenting adalah pernyataan dilontarkan secara benar

menurut khaidah sintaksis dan semantik. Sehingga tata bahasa dan

kebenaran sintaksis adalah bidang utama dalam analisis wacana ini.

Maksud dari analisis ini untuk menggambarkan tata aturan kalimat, bahasa

dan pengertian bersama (Eriyanto, 2001:4).

Konstruktivisme, menganggap bahwa subjek sebagai faktor sentral

dalam kegiatan wacana serta hubungan-hubungan sosialnya. Wacana

adalah suatu upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari sang subjek

yang mengemukakan suatu pernyataan. (Eriyanto, 2001:5). Pandangan

kritis, menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses

produksi dan reproduksi makna. Bahasa dalam pandangan kritis dipahami

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Komunikasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14808/2/T1_362013057_BAB II... · dipertahankan melalui budaya dan ideologi

16

sebagai representasi yang membentuk suatu subjek tertentu, tema wacana

tertentu dan strategi di dalamnya (Eriyanto, 2001:6).

Karakteristik Analisis Wacana Kritis

Wacana tidak dipahami sebagai studi bahasa, walaupun pada

akhirnya bahasa dalam teks digunakan untuk dianalisis. Bahasa dianalisis

bukan untuk penggambaran aspek dari kebahasaan namun

menghubungkan dengan konteks. Konteks di mana bahasa dipakai untuk

tujuan dan praktik tertentu (Eriyanto, 2001:7).

Teori Analisis Wacana Kritis Fairclough

Pada latar belakang telah dipaparkan bahwa program acara

Kuthane Dhewe ini menggunakan bahasa pengantar yaitu bahasa Jawa

Ngoko Semarangan sedangkan Campursarinan menggunakan bahasa Jawa

Ngoko yang disisipi bahasa Indonesia. Pada bab II akan dijelaskan

mengenai teori yang digunakan sebagai analisis pada penggunaan bahasa

Jawa pada program acara Kuthane Dhewe dan Campursarinan di Kompas

TV Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan Teori Analisis Wacana

Kritis Norman Fairclough.Teori dipilih karena dianggap relevan dalam

penelitian ini.

Fairclough (2010:235) (dalam Haryatmoko, 2016:19-22)

menawarkan empat langkah metode analisis wacana kritis yaitu,

1. Pertama, memfokuskan pada suatu „ketidakberesan sosial‟.

Ketidakberesan sosial dipahami sebagai aspek-aspek sistem

sosial, bentuk dan tatanan yang merugikan. Ketidakberesan

meliputi kemiskinan, ketidaksetaraan, diskriminasi maupun

kurangnya kebebasan dan rasisme.

2. Kedua, mengidentifikasi hambatan-hambatan untuk menangani

„ketidakberesan sosial‟. Ada tiga tahap pada tingkat kedua ini,

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Komunikasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14808/2/T1_362013057_BAB II... · dipertahankan melalui budaya dan ideologi

17

yang pertama, menganalisis hubungan-hubungan antara tatanan

wacana dan unsur-unsur politik sosial lain ataupun antara teks

dengan unsur-unsur kejadian. Kedua, menyeleksi teks dan

memfokuskan pada analisis teks tersebut dan mengelompokkan

sesuai tujuannya untuk membentuk objek penelitian. Ketiga,

melakukan analisis teks, baik analisis interdiskursif maupun

analisis linguistik dan semiotik.

3. Ketiga, mengidentifikasi apakah tatanan sosial „membutuhkan‟

ketidakberesan sosial. Jika suatu tatanan sosial menghasilkan

ketidakberesan yang besar maka harus ada penanganan dalam

sistem tersebut. Ini adalah cara menghubungkan antara „yang

faktual‟ dan „yang seharusnya‟. Hal ini terkait dengan ideologi:

wacana selalu ideologis sejauh untuk menyumbang untuk

mendukung suatu keuasaan maupun dominasi tertentu.

4. Keempat, mengidentifikasi cara-cara yang mungkin untuk

mengatasi hambatan-hambatan. Pada tahap keempat ini akan

diidentifikasi kemungkinann-kemungkinan dalam proses sosial

yang ada untuk mengatasi hambatan dalam menangani

ketidakberesan sosial. Kehidupan sosial merupakan jaringan

praksis sosial yang saling terhubung (ekonomi, sosial, budaya).

Sehingga praksis sosial pasti mengandung semiotik. Dalam

praksis sosial ada aktivitas produktif, sarana produksi,

hubungan sosial, identitas sosial, nilai budaya, kesadaran dan

proses semiosis. Dalam tahap ini analisis wacana kritis adalah

analisis hubungan-hubungan dialektik antara semiosis dan

unsur-unsur lain praksis sosial. Proses semiosis ini dipaparkan

oleh Fairclough dalam tiga dimensi analisis wacana kritis.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Komunikasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14808/2/T1_362013057_BAB II... · dipertahankan melalui budaya dan ideologi

18

Fairclough memusatkan pembahasan wacana pada bahasa. Wacana

dalam pemahaman Fairclough di bagi ke dalam tiga dimensi yaitu text,

discourse practice, dan sociocultural practice.

1. Teks menurut Fairclough dalam Haryatmoko (2016:23) yaitu

mengacu pada wicara, tulisan, grafik dan kombinasinya atau semua

bentuk linguistik teks (khasanah kata, gramatika, syntax, struktur

matafora, retorika). Lalu Fairclough juga menambahkan (dalam

Darma, 2009:89-90) bahwa teks dianalisis secara linguistik dengan

melihat kosakata, semantik dan tata kalimat. Fairclough juga

memasukan koherensi dan kohevisitas untuk melihat bagaimana

kata atau kalimat tersebut digabung dan membentuk pengertian.

Elemen yang dianalisis tersebut dipakai untuk melihat tiga

masalah. Yaitu yang pertama, ideasional yang merujuk pada

referensi tertentu, apa yang ditampilkan dalam teks, yang

umumnya membawa ideologi tertentu. Kedua, relasi, merujuk pada

bagaimana konstruksi hubungan diantara wartawan dengan

pembicara, apakah tekad disampaikan secara informal atau formal,

tertutup atau terbuka. Ketiga, identitas, merujuk pada konstruksi

identitas penulis dan pembaca dan bagaimana personal dan

identitas ditampilkan.

2. Discourse practice menurut Fairclough (dalam Eriyanto, 2001;

Haryatmoko, 2016) memusatkan pada bagaimana produksi dan

konsumsi teks. Produksi teks berhubungan dengan pola dan

rutinitas dalam pembentukan berita di bagian redaksi. Selain itu

pada dimensi ini ada proses menghubungkan antara produksi dan

konsumsi teks, fokusnya diarahkan pada cara pengarang teks

mengambil wacana dan genre dengan memperhatikan bagaimana

hubungan kekuasaan dimainkan.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Komunikasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14808/2/T1_362013057_BAB II... · dipertahankan melalui budaya dan ideologi

19

3. Sociocultural practice atau praksis sosial menurut Fairclough (dalam

Eriyanto, 2001; Haryatmoko, 2016) didasarkan pada asumsi bahwa

sosial yang ada di luar media mempengaruhi bagaimana wacana

yang muncul dalam media. Dimensi ini memang tidakberhubungan

langsung dengan produksi teks namun menentukan bagaimana teks

itu diproduksi dan dipahami. Praksis sosial biasanya tertanam

dalam tujuan, jaringan dan praktis budaya sosial yang luas. Pada

dimensi ini telah masuk ke pemahaman intertektual, peristiwa

sosial di mana teks dibentuk dan membentuk praktis sosial.

Fairclough juga membagi praktik sosial ini menjadi tiga level yaitu

situasional, institusional dan sosial.

a. Situasional

Teks dihasilkan dari situasi tertentu yang khas sehingga teks

dihasilkan berbeda dari teks yang lain.

b. Institusional

Berasal dari dalam maupun luar media yang akan

menentukan proses sebuah produksi berita atau teks. Tidak

hanya itu saja, faktor dari institusi seperti ekonomi media,

tema berita, persaingan antar media, modal atau kepemilikan

terhadap media dan faktor politik turut mempengaruhi dalam

proses produksi sebuah berita atau teks.

c. Sosial

Berpengaruh pada wacana yang muncul dalam pemberitaan.

Wacana yang muncul dapat menentukan perubahan

masyarakat.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Komunikasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14808/2/T1_362013057_BAB II... · dipertahankan melalui budaya dan ideologi

20

Gambar 7 Tiga dimensi analisis wacana kritis model Fairclough

(1995:98) dalam Haryatmoko (2016:23)

2.2 Penelitian Terdahulu

No Nama

Peneliti

Judul

Penelitian

Tujuan

Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

1. Lanjar

Rani

Analisis

Wacana

Kritis dalam

Pagelaran

Wayang

Kulit Lakon

“Petruk

Dadi Ratu”

Melukiskan

pesan apa

yang

disampaikan

dalang dalam

pagelaran

wayang kulit

pada lakon

“Petruk Dadi

Ratu”

Menjelaskan

Penelitian ini

menggunakan

metode penelitian

deskriptif kualitatif.

Unit amatannya

adalah pagelaran

Lakon “Petruk Dadi

Ratu” di daerah

Klaten dan unit

analisisnya adalah

lakon wayang kulit

“Petruk Dadi Ratu”.

Lakon wayang kulit

“Petruk Dadi Ratu”

merupakan sebuah

fakta yang

direalisasikan lewat

lakon dalam sebuah

pagelaran wayang

kulit. Pada titik ini

Lakon Petruk Dadi

Ratu mewacanakan

kepemimpinan dan

simbolisasi dari

PRAKSIS SOSIO-BUDAYA

(Situasional, Institusional & Sosial)

Proses Produksi

Proses Interpretasi

PRAKTIK DISKURSIF

TEKS

DESKRIPSI (Mikro)

Analisis Teks

INTERPRETASI (Meso)

Analisis Produksi

EKSPLANASI (Makro)

Analisis Sosial

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Komunikasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14808/2/T1_362013057_BAB II... · dipertahankan melalui budaya dan ideologi

21

bagaimana

pesan

disampaikan

dalang dalam

pagelaran

wayang kulit

pada lakon

“Petruk Dadi

Ratu”

Menjelaskan

apa tujuan

penyampaian

pesan dalam

pagelaran

wayang kulit

pada lakon

“Petruk Dadi

Ratu‟

Sumber informasi

diambil dari hasil

wawancara dan

pengamatan

terhadap lakon

wayang “Petruk

Dadi Ratu” dan

dalang dalam

paguyuban Cinde

Laras. Sedangkan

data sekunder yang

dipakai merupakan

data-data dari

artikel, website serta

terbitan yang

relevan. Teknik

pengumpulan data

dalam penelitian ini

yaitu metode

wawancara dan studi

dokumentasi.

perlawanan

terhadap kekuasaan

yang dijungkir

balikan melalui

cerita wayang kulit.

Didalam pagelaran

kesenian wayang

kulit khususnya,

memberikan pesan

dan nilai moral dan

untuk mengkritisi

kinerja para wakil

rakyat dan

memberikan

wacana representasi

tentang kekuasaan

dan kepemimpinan

sesuai dengan

ideologi cerita

pewayangan.

2. Maya

Sari

Potret

Relasi

Dosen dan

Mahasiswa

Dalam

Tumblr

“YeahMaha

siswa”

(Sebuah

Analisis

Tujuan dari

penelitian

yaitu untuk

menjelaskan

relasi dosen

dan mahasiswa

dalam Tumblr

“YeahMahasis

wa” yang

digambarkan

Jenis penelitian ini

menggunakan

kualitatif deskriptif.

Data diperoleh dari

proses observasi dan

penyalinan data.

Untuk metode

penelitian, peneliti

menggunakan

Analisis Wacana

Hasilnya adalah

masih terjadi relasi

top-down, dosen

memiliki kekuasaan

untuk memberi

tugas, kuis, ujian

sedangkan

mahasiswa hanya

mengejar nilai saja.

Dengan adanya

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Komunikasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14808/2/T1_362013057_BAB II... · dipertahankan melalui budaya dan ideologi

22

Wacana

Kritis

Norman

Fairclough)

melalui komik

meme.

Kritis Fairclough.

situs jejaring sosial

ini mahasiswa

memiliki ruang

untuk mengutarakan

pengalaman dan

perasaan para

mahasiswa saat

menghadapi

persoalan

perkuliahan dalam

bentuk komik meme

yang menjadi tren

anak muda

sekarang.

3. Nesya

Stephani

Komodifika

si Budaya

Jawa

(Wayang)

dalam

Program

Acara

Opera Van

Java di

TRANS7

Menjelaskan

komodifikasi

budaya Jawa

(wayang)

dalam program

acaraOpera

Van Java di

Trans7.

Penelitian ini

menggunakan

pendekatan kualitatif

dan metode

deskriptif. Unit

analisa penelitian

yaitu komodifikasi

pada tayangan

Opera Van Java

episode Pertarungan

Anak Arjuna,

Sayembara Drupadi,

dan Wahyu

Cakraningrat. Unit

amatan penelitian

adalah komodifikasi

dari seluruh isi

Komodifikasi isi

terlihat pada isi

cerita yang

disajikan. Tayangan

dikemas dalam

tayangan media

massa sebagai

media, sehingga

mendapatkan

perubahan baik dari

alur cerita,

penokohan, tata

panggung, pesan

cerita. Komodifikasi

audience dapat

dilihat dari

pengikutsertaan

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Komunikasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14808/2/T1_362013057_BAB II... · dipertahankan melalui budaya dan ideologi

23

tayangan Opera Van

Java episode

Pertarungan Anak

Arjuna, Sayembara

Drupadi dan wahyu

Cakraningrat.

Teknik

pengumpulan data

dalam penelitian ini

menggunakan studi

dokumen. Metode

analisis yang

digunakan, metode

Vincent Mossco

yang memfokuskan

baik pada

komodifikasi isi,

audience, dan

pekerja.

audience dalam

acara tersebut.Dan

yang terakhir adalah

komodifikasi

pekerja, para

pekerja membuat

program acara

semenarik mungkin

dari segi kemasan

dan isi sehingga

khalayak dan

pengiklan menyukai

program acara

tersebut.

4. Fransiska

Ayu

Rosalina

Nugrahen

i

Penggunaan

Bahasa

Jawa di TV

Lokal

(Analisis

Wacana

Kritis

Program

acara

Kuthane

Dhewe dan

Campursari

Mendeskripsik

an pemilihan

dasar

penggunaan

bahasa Jawa

dalam

produksi

program acara

Kuthane

Dhewe dan

Campursarina

n di Kompas

Jenis pendekatan

penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif

dan metode

deskriptif. Unit

amatan penelitian ini

adalah program

acara Kuthane

Dhewe dan

Campursarinan di

Kompas TV Jawa

Tengah. Unit analisa

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Komunikasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14808/2/T1_362013057_BAB II... · dipertahankan melalui budaya dan ideologi

24

nan Kompas

TV Jawa

Tengah)

TV Jawa

Tengah.

penelitian ini adalah

teks, data

kebahasaan dan

penggunaan bahasa

Jawa dalam

program acara

Kuthane Dhewe dan

Campursarinan.

Sumber data berasal

dari wawancara

mendalam dan studi

pustaka. Teori yang

digunakan adalah

analisis wacana

Fairclough.

Deskripsi Penelitian

Penelitian ini menggunakan Analisis Wacana Kritis dengan pendekatan

Norman Fairclough, dalam penelitian sebelumnya teori ini telah digunakan untuk

membedah penelitian tentang Pagelaran Wayang Kulit Lakon “Petruk Dadi Ratu”

dan juga Potret Relasi Dosen dan Mahasiswa Dalam Tumblr “YeahMahasiswa”.

Sehingga penelitian sebelumnya dapat menjadi pengetahuan bagi peneliti untuk

melihat bagaimana teori ini membedah suatu unit analisa. Selain itu untuk

penelitian komodifikasi budaya Jawa (wayang) dalam program acara acara Opera

Van Java di Trans7 peneliti melihat dari segi budaya yang telah dimodifikasi

sehingga dapat dinikmati oleh masyarakat dan juga bertujuan untuk memikat para

pengiklan sehingga pihak Trans7 dapat memperoleh keuntungan.

Dari ketiga penelitian di atas, terlihat bahwa ada kesamaan dalam teori

yang digunakan dan mengkaji tentang budaya Jawa. Dan yang menjadi pembeda

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Komunikasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14808/2/T1_362013057_BAB II... · dipertahankan melalui budaya dan ideologi

25

dari penelitian sebelumnya yaitu, dalam penelitian ini akan fokus pada

penggunaan bahasa Jawa dalam program acara Kuthane Dhewe dan

Campursarinan di Kompas TV Jawa Tengah. Dalam unit analisa, fokus

penggunaan bahasa Jawa ini akan diarahkan untuk mengungkap tiga dimensi dari

pendekatan Fairclough, dengan wawancara dan studi pustaka yang mendalam.

Faktor pembeda lainnya dalam penelitian ini dengan ketiga penelitian sebelumnya

yaitu, peneliti juga akan membandingkan hasil analisis kedua program acara yang

nantinya akan didukung dengan hasil wawancara pengamat budaya Jawa dilihat

dari segi fenomena penggunaan bahasa Jawa dalam program acara televisi.

Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang

ilmu komunikasi dan dapat memberikan pemahaman mengenai teori analisis

wacana kritis khususnya penggunaan bahasa Jawa dalam program acara berita

Kuthane Dhewe dan Campursarinan.

2.3 Kerangka Pikir

Kerangka pikir merupakan sebuah cara kerja yang dilakukan oleh peneliti

untuk menyelesaikan permasalahan yang diteliti. Program acara Kuthane Dhewe

dengan menggunakan bahasa Jawa Ngoko Semarangan dan program acara

Campursarinan dengan menggunakan bahasa Jawa ngoko yang disisipi bahasa

Indonesia yang merupakan bahasa pengantar dan sebagai fokus kajian dalam

penelitian ini. Dari latar belakang yang sudah dipaparkan, rumusan masalah yang

muncul sangat relevan jika diteliti dengan Teori Analisis Wacana Kritis Norman

Fairclough yang terdiri dari tiga dimensi yaitu text, discourse practice

(berhubungan dengan proses produksi maupun konsumsi dari teks)dan

sociocultural practice. Dengan ketiga dimensi di atas, peneliti akan mendapatkan

jawaban dari permasalahan yang ada. Berikut kerangka pikir dalam penelitian

Analisis Wacana Kritis dalam program acara Kuthane Dhewe dan program acara

Campursarinan.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Komunikasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14808/2/T1_362013057_BAB II... · dipertahankan melalui budaya dan ideologi

26

Bagan 1. Kerangka Pikir Penggunaan Bahasa Jawa dalam program acara Kuthane

Dhewe dan Campursarinan

empat langkah metode analisis wacana

kritis menurut Haryatmoko

Kompas TV Jawa Tengah (TV

Lokal)

Analisis Wacana Kritis Fairclough tiga

dimensi yaitu

1. Text (teks)

2. Discourse Practice (praktik

diskursif)

3. Sociocultural Practice (praksis

sosial)

Program acara Kuthane Dhewe

dalam bahasa Jawa Ngoko

Semarangan

Program acara Campursarinan

dalam bahasa Jawa ngoko

Semaranganyang yang disisipi

bahasa Indonesia

Bagaimana teks dipandang

Proses produksi teks

Sosial kultural