bab ii landasan teori 2.1 landasan teori 2.1.1 kinerja ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2141/3/bab...
TRANSCRIPT
8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Kinerja Keuangan.
1. Pengertian Kinerja Keuangan
Menurut Prastowo yang dikutip oleh Putri Hidayatul Fajrin
(2016) menyebutkan unsur dari kenerja keuangan perusahaan adalah
unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran kinerja
perusahaan yang disajikan pada laporan laba rugi, penghasilan bersih
seringkali digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagian dasar bagi
ukuran lainnya.
Menurut Fidhayatin (2012:205) yang dikutip oleh Aringga (2017)
“perusahaan yang sehat nantinya akan dapat memberikan laba bagipara
pemilik modal, perusahaan yang sehat juga dapat membayar hutang
dengan tepat waktu”. Selain itu, kinerja keaunagan dari suatu perusahaan
yang telah dicapai dalam satu tahunatau satu periode waktu, adalah
gambaran sehat atau tidaknya keadaan suatu perusahaan.
Fahmi (2012 : 2) yang dikutip oleh Marsel Pongoh (2013)
menyatakan kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk
melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan
menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan dengan baik dan benar.
Seperti dengan membuat suatu laporan keuangan yang telah memenuhi
9
standart dan ketentuan dalam SAK (Standar Akuntansi Keuangan) atau
GAAP (General Aceptep Accounting Priciple), dan lainnya.
Kinerja keuangan merupakan suatu usaha formal untuk
mengevaluasi efisiensi dan efektivitas perusahaan dalam menghasilkan
laba dan posisi kas tertentu. Dengan pengukuran kinerja keuangan, dapat
dilihat prospek pertumbuhan dan perkembangan keuangan perusahaan.
Perusahaan dikatakan berhasil apabila perusahaan telah mencapai suatu
kinerja tertentu yang telah ditetapkan ( Hery, 2015 ).
2. Manfaat Penilaian Kinerja Keuangan
Manfaat Penilaian Kinerja
Prayitno (2010:9), penilaian kinerja dapat memeberikan manfaat bagi
perusahaan.
Manfaat dari penilaian kinerja bagi manajemen adalah untuk:
a. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien
melalui pemotifan karyawan secara maksimal.
b. Membantu pengambilan keputusan yang berhubungan
dengan karyawan seperti promosi,transfer, dan
pemberhentian.
c. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan
karyawan dan dan menyediakan kriteria promosi dan evaluasi
program pelatihan karyawan.
d. Menyediakan umpan balik bagi karyawan bagaimana atasa
menilai kinerja karyawan.
10
e. Menyediakan suatu dasar dengan distribusi penghargaan.
3. Tujuan Penilaian Kinerja
Menurut Munawir, tujuan dari penilaian suatu perusahaan adalah:
1) Untuk mengetahui tingkat Likuiditas suatu perusahaan, yaitu
kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban saat ditagih.
2) Untuk mengetahui tingkat Leverage suatu perusahaan, yaitu
kemampuan untuk memenuhi kewajiban keuangan bila
perusahaan terkena likuidasi baik jangka panjang atau jangka
pendek.
3) Untuk mengetahui tingkat profitabilitas perusahaan, yaitu
kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba selama
periode tertentu.
4) Untuk mengetahui stabilitas usaha perusahaan,yaitu
kemampuan untuk melakukan usahanya dengan stabil yang
diukur dengan pertimbangan kemampuan perusahaan
membayar beban bunga atas hutangnya, termasuk
kemampuan perusahaan membayar deviden secara teratur
kepada pemegang saham tanpa mengalami hambatan.
4. Pengukuran Kinerja Keuangan
Kinerja Keuangan dapat diukur dengan menggunakan analisis
11
rasio.Analisis rasio dapat menyingkap hubungan sekaligus menjadi dasar
perbandingan yang menunjukan kondisi atau kecenderungan yang tidak
dapat dideteksi bila hanya melihat komponen-komponen rasio itu sendiri.
Kinerja Keuangan dapat dinilai dengan beberapa alat analisis.
Berdasarkan tekniknya, analisis keungan dapat dibedakan menjadi 8
macam, yaitu menurut Jumingan (2006:242):
1) Analisis perbandingan Laporan Keuangan, merupakan
teknik analisis dengan cara membandingkan laporan
keuangan dua periode atau lebih dengan menunjukkan
perubahan, baik dalam jumlah (absolute) maupun dalam
persentase (relatif).
2) Analisis Trend (tendesi posisi), merupakan teknik analisis
untuk mengetahui tendensi keadaan keuangan apakah
menunjukkan kenaikan atau penurunan.
3) Analisis Persentase per Komponen (common size),
merupakan teknik analisis untuk mengetahui persentase
investasi pada masing-masing aktiva terhadap keseluruhan
atau total aktiva maupun utang.
4) Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, merupakan
teknik analisis untuk mengetahui besarnya sumber dan
penggunaan modal kerja melalui dua periode waktu yang
12
dibandingkan.
5) Analisis Sumber dan Penggunaan Kas, merupakan teknik
analisis untuk mengetahui kondisi kas disertai sebab
terjadinya perubahan kas pada suatu periode waktu tertentu.
6) Analisis Rasio Keuangan, merupakan teknik analisis
keuangan untuk mengetahui hubungan diantara pos-pos
tertentu dalam neraca maupun dalam laporan laba rugi baik
secara individu maupun secara simultan.
7) Analisis Perubahan Laba Kotor, merupakan teknik analisis
untuk mengetahui posisi laba dan sebab-sebab terjadinya
perubahan laba.
8) Analisis Break Even, merupakan teknik analisis untuk
mengetahui tingkat penjualan yang harus dicapai agar
perusahaan tidak mengalami kerugian.
Menurut Dwi Prastowo (2011:80) ada lima teknik analisis yang
dapat digunakan:
1) Likuditas, yang mengukur kemampuan suatu perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.
2) Solvabilitas (Struktur Modal), yang mengukur kemampuan
suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
13
panjang atau mengukur tingkat proteksi kreditor jangka
panjang.
3) Return on Investment, yang mengukur tingkat kembalian
investasi yang telah dilak;ukan oleh perusahaan.
4) Pemanfaatan Aktiva, yang mengukur efisiensi dan
efektivitas pemanfaatan setiap aktiva yang dimiliki
perusahaan.
5) Kinerja operasi yang mengukur efisiensi operasi
perusahaan.
6) Dalam penelitian ini yang digunakan adalah Rasio
Likuditas, dan Rasio Profitabilitas.
7) Rasio Likuiditas adalah Likuiditas adalah rasio yang
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansial yang berjangka pendek tepat pada
waktunya.
8) Rasio Profitabilitas adalah rasio yang dapat mengukur
kemampuan perusahaan memperoleh laba, baik dalam
hubungan dengan penjualan, asset maupun modal sendiri.
2.1.2 Rasio Likuiditas
Menurut Dwi Prastowo (2011:83) “rasio Likuditas perusahaan
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya kepada kreditor jangka pendek”. Menurut Hery (2015:
175) rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan
14
perusahaan dalam memenuhi kewajiban atau membayar utang jangka
pendeknya. Dengan kata lain, rasio likuiditas adalah untuk mengukur
sampai seberapa jauh tingkat kemampuan perusahaan dalam melunasi
kewajiban jangka pendeknya yang akan segera jatuh tempo.
Berdasarkan pendapat di atas maka Likuiditas adalah rasio untuk
mengukur kemampuan perusahaan untuk memnuhi kewajiban jangka
pendek kepada kreditur yang harus segera dipenuhi. Dalam penelitian ini,
penilian terhadap rasio Likuiditas didasarkan pada dua rasio, yaitu:
a. Current Ratio
Current Ratio yaitu perbandingan antara jumlah aktiva
lancar dengan utang lancar. Rasio ini menunjukkan bahwa
nilai kekayaan lancar (yang dapat segera dijadikan uang)
ada sekian kalinya hutang.
Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kegunaan rasio
ini adalah untuk mengetahui kemampuan perusahaan
dalam membiayai dan memenuhi kewajiban (utang) pada
saat ditagih.
b. Quick Ratio
Quick Ratio merupakan perbandingan antara aktiva
lancar dikurang persediaan dengan utang lancar. Apabila
15
menggunakan Quick Ratio untuk menentukan tingkat
Likuiditas, maka secara umum dapatlah dikatakan bahwa
suatu perusahaan yang mempunyai Quick Ratio kurang
dari 1:1 atau 100% dianggap kurang baik tingkat
Likuiditasnya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
c. Cash Ratio
Cash Ratio merupakan perbandingan antara kas atau
setara kas dengan utang lancar. Rasio ini menujukkan
sebarapa besar kemampuan perusahaan melunasi utang
lancarnya dengan menggunakan kas atau setara dengan kas
yang dimilikinya. Secara sistematis dapat dirumuskan
sebagai berikut:
2.1.3 Rasio Profitabilitas
Menurut Sartono (2011:114), “Rasio Profitabilitas adalah rasio
yang dapat mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba, baik
dalam hubungan dengan penjualan, asset maupun modal sendiri. Menurut
Abdul ( 2010: 25) Rasio Profitabilitas adalah rasio yang mengukur
16
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu
dan juga memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen
dalam melaksanakan kegiatan operasinya. Profitabilitas juga mempunyai
hubungan positif dengan deviden pay out ratio, karena semakin tinggi
tingkat profitabilitas maka semakin besar deviden yang dibagikan oleh
perusahaan kepada investor.
Jika perusahaan mampu menghasilkan laba terhadap penjualan dan
investasi perusahaan, maka perusahaan dinilai sebagai perusahaan yang
efisien. Sebaliknya, jika perusahaan tidak mampu menhasilkan laba
terhadap penjualan dan investasi perusahaan maka perusahaan dinilai
sebagai perusahaan yang tidak efisien.
Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini terdiri
dari:
a. Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor)
Merupakan rasio perbandingan antara penjualan
bersih dikurangi harga pokok penjualan dengan penjualan
bersih. Gross profit margin merupakan rasio yang
mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya
produksinya, yang mengindikasikan kemampuan
perusahaan untuk berproduksi secara efisien (Sawir, 2012:
70). Semakin tinggi gross profit margin, maka semakin
baik keadaan operasi perusahaan karena hal ini
17
menunjukkan bahwa harga pokok penjualan relatif lebih
rendah dibandingkan dengan penjualan. Dan sebaliknya,
semakin rendah gross profit margin maka semakin buruk
keadaan operasi perusahaan dan hal ini menunjukkan
bahwa harga pokok penjualan lebih tinggi dibandingkan
dengan penjualan. Rasio atau pedoman yang baik adalah >
20 %. Rumus:
b. Net Profit Margin (Margin Laba Bersih)
Merupakan rasio perbandingan antara laba bersih
setelah pajak dengan penjualan bersih. Net profit margin
adalah rasio yang digunakan untuk menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan bersih setelah dipotong pajak. Semakin
tinggi net profit margin, maka semakin baik kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba bersih pada tingkat
penjualan tertentu sehingga perusahan dinilai sebagai
perusahaan yang efisien. Sebaliknya, jika semakin
rendah net profit margin maka semakin buruk
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih
pada tingkat penjualan sehingga perusahaan cenderung
18
dinilai tidak efisien. Rasio atau pedoman yang baik
adalah > 5 %.
Rumus untuk mencari Net Profit Margin adalah sebagai
berikut:
c. Return On Assets (Tingkat Pengembalian Asset)
Merupakan rasio perbandingan antara laba bersih
setelah pajak dengan total aktiva. Return on asset sering
juga disebut sebagai return on investment, karena retutn on
assets ini melihat sejauh mana investasi yang telah
ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan
sesuai dengan yang diharapkan dan investasi tersebut
sebenarnya sama dengan aset perusahaan yang dianamkan.
Semakin tinggi return on assets, maka semakin baik total
aktiva yang dipergunakan untuk operasi perusahaan mampu
memberikan laba bagi perusahaan sehingga kondisi ini
efisien bagi perusahaan. Sebaliknya, semakin rendah return
on assets maka semakin buruk total aktiva yang
dipergunakan untuk operasi perusahaan tidak memberikan
laba bagi perusahaan sehingga kondisi ini tidak efisien bagi
perusahan. Rasio atau pedoman yang baik adalah > 5 %.
19
Rumus untuk mencari Return On Assets adalah
sebagai berikut:
d. Return On Equity (Tingkat Pengembalian atas Total Modal
Sendiri)
Merupakan rasio perbandingan antara laba bersih
setelah pajak dengan total modal sendiri.Return on equity
adalah suatu perhitungan yang sangat penting pada suatu
perusahaan yang memperlihatkan suatu return on equity
yang tinggi dan konsisten yang mengindikasikan: (1)
perusahaan mempunyai suatu keunggulan yang tahan lama
dalam persaingan; (2) Investasi dalam bentuk modal para
pemegang saham akan tumbuh pada suatu tingkat
pertumbuhan tahunan yang tinggi, sehingga akan
mengarahkan kepada suatu harga saham yang tinggi di
masa depan. Semakin tinggi return on equity, maka
semakin baik laba yang dihasilkan dan semakin banyak
investor untuk menanamkam investsinya di perusahaan
tersebut sehingga perusahaan dinilai sebagai perusahaan
yang efisien. Dan sebaliknya, jika semakin rendah return on
equity maka semakin buruk laba yang dihasilkan dan
20
semakin sedikit investor menanamkan investasinya ke
perusahaan tersebut bahkan tidak menutup kemungkinan
investor tidak mau menanamkan investasinya di perusahaan
tersebut sehingga perusahaan dinilai sebagai perusahaan
yang tidak efisien. Rasio atau pedoman yang baik adalah >
20 %.
Rumus untuk mencari Return On Equity adalah
sebagai berikut:
2.1.4 Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi segala kewajibannya baik jangka pendek
maupun jangka panjang apabila perusahaan dilikuidasi. Perusahaan yang
mempunyai aktiva/kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang-
hutangnya disebut perusahaan yang solvable, sedang yang tidak disebut
insolvable. Perusahaan yang solvabel belum tentu ilikuid , demikian juga
sebaliknya yang insolvable belum tentu ilikuid. Macam-macam rasio
keuangan berkaitan dengan rasio solvabilitas yang biasa digunakan adalah:
a. Total Debt to Total Assets Ratio
Rasio yang biasa disebut dengan rasio hutang (debt
ratio) ini mengukur prosentase besarnya dana yang berasal
21
dari hutang. Hutang yang dimaksud adalah semua hutang
yang dimiliki oleh perusahaan baik yang berjangka pendek
maupun yang berjangka panjang. Kreditor lebih menyukai
debt ratio yang rendah sebab tingkat keamanan dananya
menjadi semakin baik. Untuk mengukur besarnya rasio
hutang ini digunakan rumus:
Rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat
ditutupi oleh aktiva. Semakin kecil rasionya semakin aman
(solvable). Porsi hutang terhadap aktiva harus lebih kecil.
b. Debt to Equity Ratio
Rasio hutang dengan modal sendiri (debt to equity
ratio) adalah imbangan antara hutang yang dimiliki
perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini
berarti modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan
hutangnya. Bagi perusahaan sebaiknya, besarnya hutang
tidak boleh melebihi modal sendiri agar beban tetapnya
tidak terlalu tinggi. Semakin kecil rasio ini semakin baik.
Maksudnya, semakin kecil porsi hutang terhadap modal,
semakin aman. Rumusnya:
22
2.1.5 Rasio Rentabilitas
Rasio rentabilitas atau profitabilitas adalah rasio yang digunakan
untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam mendapatkan laba.
Perhatian ditekankan pada rasio ini karena hal ini berkaitan erat dengan
kelangsungan hidup perusahaan. Ada beberapa ukuran rasio rentabilitas
yang dipakai, yakni:
a. Profit Margin
Rasio ini menghitung sejauh mana kemampuan
perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan
tertentu. Rasio ini bisa dilihat langsung pada analisis common
size untuk laporan rugi laba (baris paling akhir). Rasio ini bisa
diintepretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan
biaya-biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode
tertentu. Rasio profit margin bisa dihitung sebagai berikut:
Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase
pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan.
Semakin besar rasionya semakin baik, karena dianggap
kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi.
b. Gross Profit Margin
23
Gross Profit Margin merupakan perbandingan antara
laba kotor yang diperoleh perusahaan dengan tingkat penjualan
yang dicapai pada periode yang sama. Rasio ini mencerminkan
atau menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai setiap
rupiahpenjualan. Semakin besar rasionya berarti semakin baik
kondisi keuangan perusahaan. Rasio ini dirumuskan sebagai
berikut:
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba yang akan menutupi biaya-biaya tetap atau
biaya operasi lainnya. Dengan pengetahuan atas rasio ini dapat
mengontrol pengeluaran untuk biaya tetap atau biaya operasi
sehingga perusahaan dapat menikmati laba. Semakin besar
rasionya semakin baik.
c. Net Profit Margin
Net Profit Margin atau Margin Laba Bersih digunakan
untuk mengukur rupiah laba bersih yang dihasilkan oleh setiap
satu rupiah penjualan dan mengukur seluruh efisien, baik
produksi, administrasi, pemasaran, pendanaan, penentuan harga
maupun manajemen pajak. Semakin tinggi rasionya
menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang
tinggi pada tingkat penjualan tertentu.
Tetapi jika rasionya rendah menunjukkan penjualan yang
24
terlalu rendah untuk tingkat biaya tertentu, atau biaya yang
terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu, atau kombinasi
dari kedua hal tersebut. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus:
Rasio ini mengukur jumlah rupiah laba bersih yang
dihasilkan oleh setiap satu rupiah penjualan. Semakin tinggi
rasionya semakin baik, karena menunjukkan kemampuan
perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat
penjualan tertentu.
d. Return On Investment (ROI)
Return On Investment merupakan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang akan
digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan. Laba
yang digunakan untuk mengukur rasio ini adalah laba bersih
setelah pajak atau EAT. Rasio ini dihitung dengan rumus:
Rasio ini mengukur jumlah rupiah laba bersih (setelah
pajak) yang dihasilkan oleh setiap satu rupiah investasi yang
dikeluarkan. Semakin besar rasionya semakin baik.
25
2.1.6 Rasio Aktivitas
Rasio ini melihat pada beberapa asset kemudian menentukan
berapa tingkat aktivitas aktiva-aktiva tersebut pada tingkat kegiatan
tertentu. Aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan
mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam
padaaktiva-aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih baik bila
ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif. Beberapa rasio aktivitas
yang digunakan adalah:
a. Perputaran Piutang
Rasio ini mengukur berapa kali, secara rata-rata piutang yang
dikumpulkan dalam satu tahun. Rasio ini mengukur kualitas
piutang dan efisiensi perusahaan dalam pengumpulan piutang
dan kebijakan kreditnya. Rasio ini biasanya digunakan dalam
hubungan dengan analisis terhadap modal kerja, karena
memberi ukuran seberapa cepat piutang perusahaan berputar
menjadi kas. Angka jumlah hari piutang, menggambarkan
lamanya suat u piutang bisa ditagih (jangka waktu pelunasan).
Semakin lama jangka waktu pelunasannya,semakin besar pula
resiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang. Rasio ini dapat
dihitung dengan rumus:
26
Rasio ini mengukur efektivitas peng elolaan piutang. Semakin
tinggi tingkat perputarannya semakin efektif pengelolaan
piutangnya.
b. Perputaran Persediaan
Seperti halnya perputaran piutang, rasio ini juga
menggambarkan likuiditas perusahaan, yaitu dengan cara
mengukurefisiensi perusahaan dalam mengelola dan menjual
persediaan yang dimiliki oleh perusahaan.
Perputaran persediaan yang tinggi menandakan semakin
tingginya persediaan berputar dalam satu tahun. Hal ini
menandakan efektivitas manajemen persediaaan. Sebaliknya,
jika perputaran persediaan rendah menunjukkan pengendalian
atas persediaan kurang efektif. Rumus perhitungannya adalah:
Rasio ini mengukur efektivitas pengelolaan persediaan.
Semakin tinggi tingkat perputarannya semakin efektif
pengelolaan persediaanya.
c. Perputaran Aktiva Tetap
Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan
menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki
perusahaan. Rasio ini memperlihatkan sejauh mana efektivitas
27
perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Semakin tinggi rasio
ini berarti semakin efektif proporsi aktiva tetap tersebut. Pada
beberapa industri seperti industri yang mempunyai proporsi
aktiva tetap yang tinggi, rasio ini cukup penting diperhatikan.
Sedangkan pada beberapa industri yang lain seperti industri jasa
yang mempunyai proporsi aktiva tetap yang kecil, rasio ini
barangkali tidak begitu penting untuk diperhatikan. Perputaran
aktiva tetap dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Rasio ini mengukur efektivitas penggunaan aktiva tetap
dalam mendapatkan penghasilan. Semakin tinggi tingkat
perputarannya semakin efektif penggunaan aktiva tetapnya.
d. Perputaran Total Aktiva
Rasio yang terakhir untuk komponen rasio aktivitas
adalah rasio perputaran total aktiva. Sama seperti halnya rasio
perputaran aktiva tetap, rasio ini menghitung efektivitas
penggunaan total aktiva. Rasio yang tinggi biasanya
menunjukkan manajemen yang baik, sebaliknya rasio yang
rendah harus membuat manajemen mengevaluasi strategi,
pemasarannya, dan pengeluaran investasi atau modalnya. Rasio
perputaran total aktiva menggunakan rumus:
28
Rasio ini merupakan ukuran efektivitas pemanfaatan
aktiva dalam menghasilkan penjualan. Semakin tinggi tingkat
perputarannya semakin efektif perusahaan memanfaatkan
aktivanya.
2.1.7 Penelitian Terdahulu
Aditya Putra Dewa (2015), dikutip dari jurnal yang berjudul
“Analisis Kinerja Keuangan PT Indofood Sukses Makmur Tbk di Bursa
Efek Indonesia ”. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang
telah dikemukakan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: dari hasil
perhitungan yang telah dilakukan dengan menggunakan instrumen analisis
yang telah disebutkan di atas bahwa: (1) rasio likuiditas yang telah diukur
dengan menggunakan CR adalah IL Liquid sedangkan QR adalah Liquid;
(2) Solvabilitas yang telah diukur dengan menggunakan DAR dan DER
dipecahkan; (3) Kegiatan yang telah diukur dengan menggunakan RTO
dan ITO efisien. Sementara itu, TATO yang tidak efisien; (4) profitabilitas
yang telah diukur dengan menggunakan GPM, NPM, dan ROA efisien.
Sementara itu, ROE tidak efisien.
Putri Hidayatul Fajrin (2016), dikutip dari jurnal yang berjudul
”Analisis Profitabilitas dan Likiditas terhadap Kinerja Keuangan PT.
Indofood Sukses Makmur, Tbk”. Dari hasil perhitungan rasio profitabilitas
rata-rata pada net profit margin,return on asset, gross profit margin
menunjukkan bahwa kondisi perusahaan dalam keadaan baik dan return
on equity sebesar menunjukkan bahwa kondisi perusahaan dalam keadaan
29
kurang baik. Sedangkan perhitungan rasio likuiditas pada quick ratio, cash
ratio menunjukkan bahwa kondisi perusahaan dalam keadaan baik dan
current ratio menunjukkan bahwa kondisi perusahaan dalam keadaan
kurang baik.
Michael Agyarana Barus dkk (2017), dikutip dari jurnal yang
berjudul “Penggunaan Rasio Keuangan untuk Mengukur Kinerja
Keuangan Persahaan pada pada PT. Astra Otoparts, Tbk dan PT. Goodyer
Indonesia, Tbk yang Go Public di Bursa Efek Indonesia”. Hasil dari
Penelitian ini menunjukkan bahwa rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio
solvabilitas dan rasio profitabilitas periode 2013-2015 menunjukkan
kinerja keuangan PT. Astra Otoparts, Tbk lebih baik dibandingkan dengan
PT. Goodyear Indonesia, Tbk.
Noor laila (2017) , dikutip dari jurnal yang berjudul “Analisis
Laporan Keuangan Sebagai Alat Untuk Mengevaluasi Kinerja Keuangan
Pada PT Wijaya Karya (Persero) Tbk dan PT Waskita Karya (Persero)
Tbk. Hasil dari Penelitian ini menunjukkan bahwa Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: penilaian kinerja keuangan berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-
100/MBU/2002 pada PT Wijaya Karya (Persero) Tbk periode 2013 – 2015
menunjukkan bahwa kinerja keuangan mendapatkan predikat Baik.
Kemudian pada PT Waskita Karya (Persero) Tbk periode 2013 – 2015
juga menunjukkan bahwa perusahaan telah melakukan kinerja keuangan
yang baik. Perkembangan kinerja keuangan dari kedua perusahaan BUMN
30
bidang konstruksi periode 2013 – 2015 secara keseluruhan dengan
bertumpu pada akumulasi bobot penilaian menunjukkan kinerja yang
cenderung mengalami peningkatan.
Marsel Pongoh (2013), , dikutip dari jurnal yang berjudul “Analisis
Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan PT Bumi Resources
Tbk”. Hasil dari Penelitian ini menunjukkan bahwa Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: Berdasarkan rasio likuiditas secara keseluruhan
keadaan perusahaan berada dalam keadaan baik, meski selama kurun
waktu dari tahun 2009-2011 berfluktuasi. Berdasarkan rasio sovabilitas
keadaan perusahaan pada posisi solvable, karena modal perusahaan dalam
keadaan cukup untuk menjamin hutang yang diberikan oleh kreditor.
Berdasarkan rasio profitabilitas secara keseluruhan perusahaan berada
dalam posisi yang baik.
2.1.8 Kerangka Berfikir
Kinerja Keuangan merupakan hal penting yang harus diketahui
oleh setiap perusahaan untuk menunjang tumbuh dan berkembangnya
perusahaan. Kinerja Keuangan dari suatu perusahaan dapat dilihat dari
laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan tersebut, tetapi laporan
tersebut perlu dianalisa lebih lanjut dengan alat analisa keuangan.
Likuiditas dapat menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dengan analisis Solvabilitas
31
dapat mengambarkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
jangka panjang dan semua kewajibannya yang sudah jatuh tempo.
Rasio Profitabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan juga
memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen dalam
melaksanakan kegiatan operasinya.