bab ii landasan teori 2.1 landasan teori 2.1.1 kinerja ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2141/3/bab...

24
8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kinerja Keuangan. 1. Pengertian Kinerja Keuangan Menurut Prastowo yang dikutip oleh Putri Hidayatul Fajrin (2016) menyebutkan unsur dari kenerja keuangan perusahaan adalah unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran kinerja perusahaan yang disajikan pada laporan laba rugi, penghasilan bersih seringkali digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagian dasar bagi ukuran lainnya. Menurut Fidhayatin (2012:205) yang dikutip oleh Aringga (2017) “perusahaan yang sehat nantinya akan dapat memberikan laba bagipara pemilik modal, perusahaan yang sehat juga dapat membayar hutang dengan tepat waktu”. Selain itu, kinerja keaunagan dari suatu perusahaan yang telah dicapai dalam satu tahunatau satu periode waktu, adalah gambaran sehat atau tidaknya keadaan suatu perusahaan. Fahmi (2012 : 2) yang dikutip oleh Marsel Pongoh (2013) menyatakan kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan dengan baik dan benar. Seperti dengan membuat suatu laporan keuangan yang telah memenuhi

Upload: buitruc

Post on 09-Mar-2019

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

8

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Kinerja Keuangan.

1. Pengertian Kinerja Keuangan

Menurut Prastowo yang dikutip oleh Putri Hidayatul Fajrin

(2016) menyebutkan unsur dari kenerja keuangan perusahaan adalah

unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran kinerja

perusahaan yang disajikan pada laporan laba rugi, penghasilan bersih

seringkali digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagian dasar bagi

ukuran lainnya.

Menurut Fidhayatin (2012:205) yang dikutip oleh Aringga (2017)

“perusahaan yang sehat nantinya akan dapat memberikan laba bagipara

pemilik modal, perusahaan yang sehat juga dapat membayar hutang

dengan tepat waktu”. Selain itu, kinerja keaunagan dari suatu perusahaan

yang telah dicapai dalam satu tahunatau satu periode waktu, adalah

gambaran sehat atau tidaknya keadaan suatu perusahaan.

Fahmi (2012 : 2) yang dikutip oleh Marsel Pongoh (2013)

menyatakan kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk

melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan

menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan dengan baik dan benar.

Seperti dengan membuat suatu laporan keuangan yang telah memenuhi

9

standart dan ketentuan dalam SAK (Standar Akuntansi Keuangan) atau

GAAP (General Aceptep Accounting Priciple), dan lainnya.

Kinerja keuangan merupakan suatu usaha formal untuk

mengevaluasi efisiensi dan efektivitas perusahaan dalam menghasilkan

laba dan posisi kas tertentu. Dengan pengukuran kinerja keuangan, dapat

dilihat prospek pertumbuhan dan perkembangan keuangan perusahaan.

Perusahaan dikatakan berhasil apabila perusahaan telah mencapai suatu

kinerja tertentu yang telah ditetapkan ( Hery, 2015 ).

2. Manfaat Penilaian Kinerja Keuangan

Manfaat Penilaian Kinerja

Prayitno (2010:9), penilaian kinerja dapat memeberikan manfaat bagi

perusahaan.

Manfaat dari penilaian kinerja bagi manajemen adalah untuk:

a. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien

melalui pemotifan karyawan secara maksimal.

b. Membantu pengambilan keputusan yang berhubungan

dengan karyawan seperti promosi,transfer, dan

pemberhentian.

c. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan

karyawan dan dan menyediakan kriteria promosi dan evaluasi

program pelatihan karyawan.

d. Menyediakan umpan balik bagi karyawan bagaimana atasa

menilai kinerja karyawan.

10

e. Menyediakan suatu dasar dengan distribusi penghargaan.

3. Tujuan Penilaian Kinerja

Menurut Munawir, tujuan dari penilaian suatu perusahaan adalah:

1) Untuk mengetahui tingkat Likuiditas suatu perusahaan, yaitu

kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban saat ditagih.

2) Untuk mengetahui tingkat Leverage suatu perusahaan, yaitu

kemampuan untuk memenuhi kewajiban keuangan bila

perusahaan terkena likuidasi baik jangka panjang atau jangka

pendek.

3) Untuk mengetahui tingkat profitabilitas perusahaan, yaitu

kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba selama

periode tertentu.

4) Untuk mengetahui stabilitas usaha perusahaan,yaitu

kemampuan untuk melakukan usahanya dengan stabil yang

diukur dengan pertimbangan kemampuan perusahaan

membayar beban bunga atas hutangnya, termasuk

kemampuan perusahaan membayar deviden secara teratur

kepada pemegang saham tanpa mengalami hambatan.

4. Pengukuran Kinerja Keuangan

Kinerja Keuangan dapat diukur dengan menggunakan analisis

11

rasio.Analisis rasio dapat menyingkap hubungan sekaligus menjadi dasar

perbandingan yang menunjukan kondisi atau kecenderungan yang tidak

dapat dideteksi bila hanya melihat komponen-komponen rasio itu sendiri.

Kinerja Keuangan dapat dinilai dengan beberapa alat analisis.

Berdasarkan tekniknya, analisis keungan dapat dibedakan menjadi 8

macam, yaitu menurut Jumingan (2006:242):

1) Analisis perbandingan Laporan Keuangan, merupakan

teknik analisis dengan cara membandingkan laporan

keuangan dua periode atau lebih dengan menunjukkan

perubahan, baik dalam jumlah (absolute) maupun dalam

persentase (relatif).

2) Analisis Trend (tendesi posisi), merupakan teknik analisis

untuk mengetahui tendensi keadaan keuangan apakah

menunjukkan kenaikan atau penurunan.

3) Analisis Persentase per Komponen (common size),

merupakan teknik analisis untuk mengetahui persentase

investasi pada masing-masing aktiva terhadap keseluruhan

atau total aktiva maupun utang.

4) Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, merupakan

teknik analisis untuk mengetahui besarnya sumber dan

penggunaan modal kerja melalui dua periode waktu yang

12

dibandingkan.

5) Analisis Sumber dan Penggunaan Kas, merupakan teknik

analisis untuk mengetahui kondisi kas disertai sebab

terjadinya perubahan kas pada suatu periode waktu tertentu.

6) Analisis Rasio Keuangan, merupakan teknik analisis

keuangan untuk mengetahui hubungan diantara pos-pos

tertentu dalam neraca maupun dalam laporan laba rugi baik

secara individu maupun secara simultan.

7) Analisis Perubahan Laba Kotor, merupakan teknik analisis

untuk mengetahui posisi laba dan sebab-sebab terjadinya

perubahan laba.

8) Analisis Break Even, merupakan teknik analisis untuk

mengetahui tingkat penjualan yang harus dicapai agar

perusahaan tidak mengalami kerugian.

Menurut Dwi Prastowo (2011:80) ada lima teknik analisis yang

dapat digunakan:

1) Likuditas, yang mengukur kemampuan suatu perusahaan

dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.

2) Solvabilitas (Struktur Modal), yang mengukur kemampuan

suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka

13

panjang atau mengukur tingkat proteksi kreditor jangka

panjang.

3) Return on Investment, yang mengukur tingkat kembalian

investasi yang telah dilak;ukan oleh perusahaan.

4) Pemanfaatan Aktiva, yang mengukur efisiensi dan

efektivitas pemanfaatan setiap aktiva yang dimiliki

perusahaan.

5) Kinerja operasi yang mengukur efisiensi operasi

perusahaan.

6) Dalam penelitian ini yang digunakan adalah Rasio

Likuditas, dan Rasio Profitabilitas.

7) Rasio Likuiditas adalah Likuiditas adalah rasio yang

menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajiban finansial yang berjangka pendek tepat pada

waktunya.

8) Rasio Profitabilitas adalah rasio yang dapat mengukur

kemampuan perusahaan memperoleh laba, baik dalam

hubungan dengan penjualan, asset maupun modal sendiri.

2.1.2 Rasio Likuiditas

Menurut Dwi Prastowo (2011:83) “rasio Likuditas perusahaan

menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban

jangka pendeknya kepada kreditor jangka pendek”. Menurut Hery (2015:

175) rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan

14

perusahaan dalam memenuhi kewajiban atau membayar utang jangka

pendeknya. Dengan kata lain, rasio likuiditas adalah untuk mengukur

sampai seberapa jauh tingkat kemampuan perusahaan dalam melunasi

kewajiban jangka pendeknya yang akan segera jatuh tempo.

Berdasarkan pendapat di atas maka Likuiditas adalah rasio untuk

mengukur kemampuan perusahaan untuk memnuhi kewajiban jangka

pendek kepada kreditur yang harus segera dipenuhi. Dalam penelitian ini,

penilian terhadap rasio Likuiditas didasarkan pada dua rasio, yaitu:

a. Current Ratio

Current Ratio yaitu perbandingan antara jumlah aktiva

lancar dengan utang lancar. Rasio ini menunjukkan bahwa

nilai kekayaan lancar (yang dapat segera dijadikan uang)

ada sekian kalinya hutang.

Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kegunaan rasio

ini adalah untuk mengetahui kemampuan perusahaan

dalam membiayai dan memenuhi kewajiban (utang) pada

saat ditagih.

b. Quick Ratio

Quick Ratio merupakan perbandingan antara aktiva

lancar dikurang persediaan dengan utang lancar. Apabila

15

menggunakan Quick Ratio untuk menentukan tingkat

Likuiditas, maka secara umum dapatlah dikatakan bahwa

suatu perusahaan yang mempunyai Quick Ratio kurang

dari 1:1 atau 100% dianggap kurang baik tingkat

Likuiditasnya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

c. Cash Ratio

Cash Ratio merupakan perbandingan antara kas atau

setara kas dengan utang lancar. Rasio ini menujukkan

sebarapa besar kemampuan perusahaan melunasi utang

lancarnya dengan menggunakan kas atau setara dengan kas

yang dimilikinya. Secara sistematis dapat dirumuskan

sebagai berikut:

2.1.3 Rasio Profitabilitas

Menurut Sartono (2011:114), “Rasio Profitabilitas adalah rasio

yang dapat mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba, baik

dalam hubungan dengan penjualan, asset maupun modal sendiri. Menurut

Abdul ( 2010: 25) Rasio Profitabilitas adalah rasio yang mengukur

16

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu

dan juga memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen

dalam melaksanakan kegiatan operasinya. Profitabilitas juga mempunyai

hubungan positif dengan deviden pay out ratio, karena semakin tinggi

tingkat profitabilitas maka semakin besar deviden yang dibagikan oleh

perusahaan kepada investor.

Jika perusahaan mampu menghasilkan laba terhadap penjualan dan

investasi perusahaan, maka perusahaan dinilai sebagai perusahaan yang

efisien. Sebaliknya, jika perusahaan tidak mampu menhasilkan laba

terhadap penjualan dan investasi perusahaan maka perusahaan dinilai

sebagai perusahaan yang tidak efisien.

Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini terdiri

dari:

a. Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor)

Merupakan rasio perbandingan antara penjualan

bersih dikurangi harga pokok penjualan dengan penjualan

bersih. Gross profit margin merupakan rasio yang

mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya

produksinya, yang mengindikasikan kemampuan

perusahaan untuk berproduksi secara efisien (Sawir, 2012:

70). Semakin tinggi gross profit margin, maka semakin

baik keadaan operasi perusahaan karena hal ini

17

menunjukkan bahwa harga pokok penjualan relatif lebih

rendah dibandingkan dengan penjualan. Dan sebaliknya,

semakin rendah gross profit margin maka semakin buruk

keadaan operasi perusahaan dan hal ini menunjukkan

bahwa harga pokok penjualan lebih tinggi dibandingkan

dengan penjualan. Rasio atau pedoman yang baik adalah >

20 %. Rumus:

b. Net Profit Margin (Margin Laba Bersih)

Merupakan rasio perbandingan antara laba bersih

setelah pajak dengan penjualan bersih. Net profit margin

adalah rasio yang digunakan untuk menunjukkan

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

keuntungan bersih setelah dipotong pajak. Semakin

tinggi net profit margin, maka semakin baik kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan laba bersih pada tingkat

penjualan tertentu sehingga perusahan dinilai sebagai

perusahaan yang efisien. Sebaliknya, jika semakin

rendah net profit margin maka semakin buruk

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih

pada tingkat penjualan sehingga perusahaan cenderung

18

dinilai tidak efisien. Rasio atau pedoman yang baik

adalah > 5 %.

Rumus untuk mencari Net Profit Margin adalah sebagai

berikut:

c. Return On Assets (Tingkat Pengembalian Asset)

Merupakan rasio perbandingan antara laba bersih

setelah pajak dengan total aktiva. Return on asset sering

juga disebut sebagai return on investment, karena retutn on

assets ini melihat sejauh mana investasi yang telah

ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan

sesuai dengan yang diharapkan dan investasi tersebut

sebenarnya sama dengan aset perusahaan yang dianamkan.

Semakin tinggi return on assets, maka semakin baik total

aktiva yang dipergunakan untuk operasi perusahaan mampu

memberikan laba bagi perusahaan sehingga kondisi ini

efisien bagi perusahaan. Sebaliknya, semakin rendah return

on assets maka semakin buruk total aktiva yang

dipergunakan untuk operasi perusahaan tidak memberikan

laba bagi perusahaan sehingga kondisi ini tidak efisien bagi

perusahan. Rasio atau pedoman yang baik adalah > 5 %.

19

Rumus untuk mencari Return On Assets adalah

sebagai berikut:

d. Return On Equity (Tingkat Pengembalian atas Total Modal

Sendiri)

Merupakan rasio perbandingan antara laba bersih

setelah pajak dengan total modal sendiri.Return on equity

adalah suatu perhitungan yang sangat penting pada suatu

perusahaan yang memperlihatkan suatu return on equity

yang tinggi dan konsisten yang mengindikasikan: (1)

perusahaan mempunyai suatu keunggulan yang tahan lama

dalam persaingan; (2) Investasi dalam bentuk modal para

pemegang saham akan tumbuh pada suatu tingkat

pertumbuhan tahunan yang tinggi, sehingga akan

mengarahkan kepada suatu harga saham yang tinggi di

masa depan. Semakin tinggi return on equity, maka

semakin baik laba yang dihasilkan dan semakin banyak

investor untuk menanamkam investsinya di perusahaan

tersebut sehingga perusahaan dinilai sebagai perusahaan

yang efisien. Dan sebaliknya, jika semakin rendah return on

equity maka semakin buruk laba yang dihasilkan dan

20

semakin sedikit investor menanamkan investasinya ke

perusahaan tersebut bahkan tidak menutup kemungkinan

investor tidak mau menanamkan investasinya di perusahaan

tersebut sehingga perusahaan dinilai sebagai perusahaan

yang tidak efisien. Rasio atau pedoman yang baik adalah >

20 %.

Rumus untuk mencari Return On Equity adalah

sebagai berikut:

2.1.4 Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan

perusahaan dalam memenuhi segala kewajibannya baik jangka pendek

maupun jangka panjang apabila perusahaan dilikuidasi. Perusahaan yang

mempunyai aktiva/kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang-

hutangnya disebut perusahaan yang solvable, sedang yang tidak disebut

insolvable. Perusahaan yang solvabel belum tentu ilikuid , demikian juga

sebaliknya yang insolvable belum tentu ilikuid. Macam-macam rasio

keuangan berkaitan dengan rasio solvabilitas yang biasa digunakan adalah:

a. Total Debt to Total Assets Ratio

Rasio yang biasa disebut dengan rasio hutang (debt

ratio) ini mengukur prosentase besarnya dana yang berasal

21

dari hutang. Hutang yang dimaksud adalah semua hutang

yang dimiliki oleh perusahaan baik yang berjangka pendek

maupun yang berjangka panjang. Kreditor lebih menyukai

debt ratio yang rendah sebab tingkat keamanan dananya

menjadi semakin baik. Untuk mengukur besarnya rasio

hutang ini digunakan rumus:

Rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat

ditutupi oleh aktiva. Semakin kecil rasionya semakin aman

(solvable). Porsi hutang terhadap aktiva harus lebih kecil.

b. Debt to Equity Ratio

Rasio hutang dengan modal sendiri (debt to equity

ratio) adalah imbangan antara hutang yang dimiliki

perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini

berarti modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan

hutangnya. Bagi perusahaan sebaiknya, besarnya hutang

tidak boleh melebihi modal sendiri agar beban tetapnya

tidak terlalu tinggi. Semakin kecil rasio ini semakin baik.

Maksudnya, semakin kecil porsi hutang terhadap modal,

semakin aman. Rumusnya:

22

2.1.5 Rasio Rentabilitas

Rasio rentabilitas atau profitabilitas adalah rasio yang digunakan

untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam mendapatkan laba.

Perhatian ditekankan pada rasio ini karena hal ini berkaitan erat dengan

kelangsungan hidup perusahaan. Ada beberapa ukuran rasio rentabilitas

yang dipakai, yakni:

a. Profit Margin

Rasio ini menghitung sejauh mana kemampuan

perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan

tertentu. Rasio ini bisa dilihat langsung pada analisis common

size untuk laporan rugi laba (baris paling akhir). Rasio ini bisa

diintepretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan

biaya-biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode

tertentu. Rasio profit margin bisa dihitung sebagai berikut:

Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase

pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan.

Semakin besar rasionya semakin baik, karena dianggap

kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi.

b. Gross Profit Margin

23

Gross Profit Margin merupakan perbandingan antara

laba kotor yang diperoleh perusahaan dengan tingkat penjualan

yang dicapai pada periode yang sama. Rasio ini mencerminkan

atau menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai setiap

rupiahpenjualan. Semakin besar rasionya berarti semakin baik

kondisi keuangan perusahaan. Rasio ini dirumuskan sebagai

berikut:

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan

menghasilkan laba yang akan menutupi biaya-biaya tetap atau

biaya operasi lainnya. Dengan pengetahuan atas rasio ini dapat

mengontrol pengeluaran untuk biaya tetap atau biaya operasi

sehingga perusahaan dapat menikmati laba. Semakin besar

rasionya semakin baik.

c. Net Profit Margin

Net Profit Margin atau Margin Laba Bersih digunakan

untuk mengukur rupiah laba bersih yang dihasilkan oleh setiap

satu rupiah penjualan dan mengukur seluruh efisien, baik

produksi, administrasi, pemasaran, pendanaan, penentuan harga

maupun manajemen pajak. Semakin tinggi rasionya

menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang

tinggi pada tingkat penjualan tertentu.

Tetapi jika rasionya rendah menunjukkan penjualan yang

24

terlalu rendah untuk tingkat biaya tertentu, atau biaya yang

terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu, atau kombinasi

dari kedua hal tersebut. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus:

Rasio ini mengukur jumlah rupiah laba bersih yang

dihasilkan oleh setiap satu rupiah penjualan. Semakin tinggi

rasionya semakin baik, karena menunjukkan kemampuan

perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat

penjualan tertentu.

d. Return On Investment (ROI)

Return On Investment merupakan kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang akan

digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan. Laba

yang digunakan untuk mengukur rasio ini adalah laba bersih

setelah pajak atau EAT. Rasio ini dihitung dengan rumus:

Rasio ini mengukur jumlah rupiah laba bersih (setelah

pajak) yang dihasilkan oleh setiap satu rupiah investasi yang

dikeluarkan. Semakin besar rasionya semakin baik.

25

2.1.6 Rasio Aktivitas

Rasio ini melihat pada beberapa asset kemudian menentukan

berapa tingkat aktivitas aktiva-aktiva tersebut pada tingkat kegiatan

tertentu. Aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan

mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam

padaaktiva-aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih baik bila

ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif. Beberapa rasio aktivitas

yang digunakan adalah:

a. Perputaran Piutang

Rasio ini mengukur berapa kali, secara rata-rata piutang yang

dikumpulkan dalam satu tahun. Rasio ini mengukur kualitas

piutang dan efisiensi perusahaan dalam pengumpulan piutang

dan kebijakan kreditnya. Rasio ini biasanya digunakan dalam

hubungan dengan analisis terhadap modal kerja, karena

memberi ukuran seberapa cepat piutang perusahaan berputar

menjadi kas. Angka jumlah hari piutang, menggambarkan

lamanya suat u piutang bisa ditagih (jangka waktu pelunasan).

Semakin lama jangka waktu pelunasannya,semakin besar pula

resiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang. Rasio ini dapat

dihitung dengan rumus:

26

Rasio ini mengukur efektivitas peng elolaan piutang. Semakin

tinggi tingkat perputarannya semakin efektif pengelolaan

piutangnya.

b. Perputaran Persediaan

Seperti halnya perputaran piutang, rasio ini juga

menggambarkan likuiditas perusahaan, yaitu dengan cara

mengukurefisiensi perusahaan dalam mengelola dan menjual

persediaan yang dimiliki oleh perusahaan.

Perputaran persediaan yang tinggi menandakan semakin

tingginya persediaan berputar dalam satu tahun. Hal ini

menandakan efektivitas manajemen persediaaan. Sebaliknya,

jika perputaran persediaan rendah menunjukkan pengendalian

atas persediaan kurang efektif. Rumus perhitungannya adalah:

Rasio ini mengukur efektivitas pengelolaan persediaan.

Semakin tinggi tingkat perputarannya semakin efektif

pengelolaan persediaanya.

c. Perputaran Aktiva Tetap

Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan

menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki

perusahaan. Rasio ini memperlihatkan sejauh mana efektivitas

27

perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Semakin tinggi rasio

ini berarti semakin efektif proporsi aktiva tetap tersebut. Pada

beberapa industri seperti industri yang mempunyai proporsi

aktiva tetap yang tinggi, rasio ini cukup penting diperhatikan.

Sedangkan pada beberapa industri yang lain seperti industri jasa

yang mempunyai proporsi aktiva tetap yang kecil, rasio ini

barangkali tidak begitu penting untuk diperhatikan. Perputaran

aktiva tetap dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Rasio ini mengukur efektivitas penggunaan aktiva tetap

dalam mendapatkan penghasilan. Semakin tinggi tingkat

perputarannya semakin efektif penggunaan aktiva tetapnya.

d. Perputaran Total Aktiva

Rasio yang terakhir untuk komponen rasio aktivitas

adalah rasio perputaran total aktiva. Sama seperti halnya rasio

perputaran aktiva tetap, rasio ini menghitung efektivitas

penggunaan total aktiva. Rasio yang tinggi biasanya

menunjukkan manajemen yang baik, sebaliknya rasio yang

rendah harus membuat manajemen mengevaluasi strategi,

pemasarannya, dan pengeluaran investasi atau modalnya. Rasio

perputaran total aktiva menggunakan rumus:

28

Rasio ini merupakan ukuran efektivitas pemanfaatan

aktiva dalam menghasilkan penjualan. Semakin tinggi tingkat

perputarannya semakin efektif perusahaan memanfaatkan

aktivanya.

2.1.7 Penelitian Terdahulu

Aditya Putra Dewa (2015), dikutip dari jurnal yang berjudul

“Analisis Kinerja Keuangan PT Indofood Sukses Makmur Tbk di Bursa

Efek Indonesia ”. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang

telah dikemukakan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: dari hasil

perhitungan yang telah dilakukan dengan menggunakan instrumen analisis

yang telah disebutkan di atas bahwa: (1) rasio likuiditas yang telah diukur

dengan menggunakan CR adalah IL Liquid sedangkan QR adalah Liquid;

(2) Solvabilitas yang telah diukur dengan menggunakan DAR dan DER

dipecahkan; (3) Kegiatan yang telah diukur dengan menggunakan RTO

dan ITO efisien. Sementara itu, TATO yang tidak efisien; (4) profitabilitas

yang telah diukur dengan menggunakan GPM, NPM, dan ROA efisien.

Sementara itu, ROE tidak efisien.

Putri Hidayatul Fajrin (2016), dikutip dari jurnal yang berjudul

”Analisis Profitabilitas dan Likiditas terhadap Kinerja Keuangan PT.

Indofood Sukses Makmur, Tbk”. Dari hasil perhitungan rasio profitabilitas

rata-rata pada net profit margin,return on asset, gross profit margin

menunjukkan bahwa kondisi perusahaan dalam keadaan baik dan return

on equity sebesar menunjukkan bahwa kondisi perusahaan dalam keadaan

29

kurang baik. Sedangkan perhitungan rasio likuiditas pada quick ratio, cash

ratio menunjukkan bahwa kondisi perusahaan dalam keadaan baik dan

current ratio menunjukkan bahwa kondisi perusahaan dalam keadaan

kurang baik.

Michael Agyarana Barus dkk (2017), dikutip dari jurnal yang

berjudul “Penggunaan Rasio Keuangan untuk Mengukur Kinerja

Keuangan Persahaan pada pada PT. Astra Otoparts, Tbk dan PT. Goodyer

Indonesia, Tbk yang Go Public di Bursa Efek Indonesia”. Hasil dari

Penelitian ini menunjukkan bahwa rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio

solvabilitas dan rasio profitabilitas periode 2013-2015 menunjukkan

kinerja keuangan PT. Astra Otoparts, Tbk lebih baik dibandingkan dengan

PT. Goodyear Indonesia, Tbk.

Noor laila (2017) , dikutip dari jurnal yang berjudul “Analisis

Laporan Keuangan Sebagai Alat Untuk Mengevaluasi Kinerja Keuangan

Pada PT Wijaya Karya (Persero) Tbk dan PT Waskita Karya (Persero)

Tbk. Hasil dari Penelitian ini menunjukkan bahwa Hasil penelitian

menunjukkan bahwa: penilaian kinerja keuangan berdasarkan Surat

Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-

100/MBU/2002 pada PT Wijaya Karya (Persero) Tbk periode 2013 – 2015

menunjukkan bahwa kinerja keuangan mendapatkan predikat Baik.

Kemudian pada PT Waskita Karya (Persero) Tbk periode 2013 – 2015

juga menunjukkan bahwa perusahaan telah melakukan kinerja keuangan

yang baik. Perkembangan kinerja keuangan dari kedua perusahaan BUMN

30

bidang konstruksi periode 2013 – 2015 secara keseluruhan dengan

bertumpu pada akumulasi bobot penilaian menunjukkan kinerja yang

cenderung mengalami peningkatan.

Marsel Pongoh (2013), , dikutip dari jurnal yang berjudul “Analisis

Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan PT Bumi Resources

Tbk”. Hasil dari Penelitian ini menunjukkan bahwa Hasil penelitian

menunjukkan bahwa: Berdasarkan rasio likuiditas secara keseluruhan

keadaan perusahaan berada dalam keadaan baik, meski selama kurun

waktu dari tahun 2009-2011 berfluktuasi. Berdasarkan rasio sovabilitas

keadaan perusahaan pada posisi solvable, karena modal perusahaan dalam

keadaan cukup untuk menjamin hutang yang diberikan oleh kreditor.

Berdasarkan rasio profitabilitas secara keseluruhan perusahaan berada

dalam posisi yang baik.

2.1.8 Kerangka Berfikir

Kinerja Keuangan merupakan hal penting yang harus diketahui

oleh setiap perusahaan untuk menunjang tumbuh dan berkembangnya

perusahaan. Kinerja Keuangan dari suatu perusahaan dapat dilihat dari

laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan tersebut, tetapi laporan

tersebut perlu dianalisa lebih lanjut dengan alat analisa keuangan.

Likuiditas dapat menggambarkan kemampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dengan analisis Solvabilitas

31

dapat mengambarkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban

jangka panjang dan semua kewajibannya yang sudah jatuh tempo.

Rasio Profitabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan juga

memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen dalam

melaksanakan kegiatan operasinya.