bab ii landasan teori 2.1. interaksi sosial 2.1.1...

41
10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi Sosial Menurut Mead (dalam Partowisastro, 1983) interaksi sosial adalah relasi sosial yang berfungsi sebagai relasi sosial dinamis, apakah relasi itu terbentuk antar individu, kelompok dan kelompok, ataukah individu dengan kelompok. Menurut Walgito (2000) Interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan individu yang lain, individu satu dapat mempengaruhi individu lainnya atau sebaliknya, jadi terdapat adanya hubungan yang saling timbal balik. Hubungan tersebut dapat antara individu dengan indivdu, individu dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok. Menurut H.Borner (dalam Gerungan, 2004) menyatakan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia, dimana kelakukan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lainnya, atau sebaliknya. Hurlock (1998) interaksi sosial adalah perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial untuk menjadi orang yang mampu bermasyarakat. Setiap kelompok masyarakat mempunyai standar perilaku yang dapat diterima, dan remaja harus menyesuaikan perilaku dengan patokan yang dapat diterima. Kelompok sosial juga mempunyai pola kebiasaan yang telah ditentukan dengan seksama oleh para anggotanya dan dituntut untuk dipatuhi.

Upload: phamthu

Post on 29-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5548/3/T1_132010117_BAB II.pdfLANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi

10

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Interaksi Sosial

2.1.1 Pengertian Interaksi Sosial

Menurut Mead (dalam Partowisastro, 1983) interaksi sosial adalah relasi sosial

yang berfungsi sebagai relasi sosial dinamis, apakah relasi itu terbentuk antar individu,

kelompok dan kelompok, ataukah individu dengan kelompok. Menurut Walgito (2000)

Interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan individu yang lain, individu

satu dapat mempengaruhi individu lainnya atau sebaliknya, jadi terdapat adanya

hubungan yang saling timbal balik. Hubungan tersebut dapat antara individu dengan

indivdu, individu dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok.

Menurut H.Borner (dalam Gerungan, 2004) menyatakan bahwa interaksi sosial

adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia, dimana kelakukan

individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang

lainnya, atau sebaliknya.

Hurlock (1998) interaksi sosial adalah perolehan kemampuan berperilaku yang

sesuai dengan tuntutan sosial untuk menjadi orang yang mampu bermasyarakat. Setiap

kelompok masyarakat mempunyai standar perilaku yang dapat diterima, dan remaja harus

menyesuaikan perilaku dengan patokan yang dapat diterima. Kelompok sosial juga

mempunyai pola kebiasaan yang telah ditentukan dengan seksama oleh para anggotanya

dan dituntut untuk dipatuhi.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5548/3/T1_132010117_BAB II.pdfLANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi

11

Dari beberapa pengertian di atas, dapat dinyatakan bahwa interaksi sosial adalah

suatu hubungan sosial yang dinamis antar individu, antar individu dengan kelompok dan

antar kelompok dengan kelompok yang saling mempengaruhi dan memiliki hubungan

timbal balik.

2.1.2. Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial

Soekanto (1990) mengatakan bahwa suatu interaksi sosial tidak mungkin terjadi

apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu:

1. Kontak Sosial

Kontak sosial diartikan sebagai kesiapan untuk mengadakan interaksi sosial,disatu

pihak mengadakan aksi, dilain pihak memberikan reaksi. Kontak sosial tidak semata-

mata ditujukan untuk mengadakan tindakan, tetapi juga dapat berupa tanggapan. Kontak

sosial dapat terjadi dalam memahami perilaku orang lain kemudian memberikan reaksi

terhadap tingkah laku tersebut. Kontak sosial dapat bersifat positif dan dapat bersifat

negatif. Bersifat positif mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan yang negatif

mengarah pada suatu pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan suatu

interaksi sosial.

2. Komunikasi

Komunikasi terjadi apabila seseorang memahami perilaku orang lain kemudian

memberikan reaksi terhadap perilaku tersebut. Komunikasi memungkinkan kerjasama

antara perorangan atau antar kelompok, dan merupakan salah satu syarat terjadinya kerja

sama. Jika dihubungkan dengan interaksi sosial, kontak sosial tanpa komunikasi tidak

mempunyai arti.

2.1.3. Aspek-aspek Interaksi Sosial

Menurut Mead (dalam Partowisastro, 1983) aspek-aspek interaksi kelompok

teman sebaya dirumuskan menjadi 3 aspek yaitu:

1. Kontak sosial.

Individu akan menunjukkan sifat keterbukaan terhadap kelompoknya dan

penerimaan kehadiran individual dalam kelompoknya.

2. Aktifitas Bersama.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5548/3/T1_132010117_BAB II.pdfLANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi

12

Individu akan terlibat dalam kegiatan kelompoknya dan mau menyumbangkan

ide bagi kemajuan kelompoknya.

3. Frekuensi hubungan dalam kelompok.

Individu lebih banyak menggunakan waktunya untuk bertemu dengan anggota

kelompoknya dan saling berbicara dalam hubungan yang dekat.

2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial

Menurut Gerungan (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial

adalah sebagai berikut:

1. Faktor Imitasi

Merupakan suatu segi dari proses interaksi sosial, yang menerangkan mengapa

dan bagaimana dapat terjadi keseragaman dalam pandangan dan tingkah laku diantara

orang banyak.

2. Faktor Sugesti

Seseorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya yang lalu diterima oleh

orang lain diluarnya. Syarat-syarat yang memudahkan terjadinya sugesti antara lain

sebagai berikut:

a. Sugesti karena hambatan berfikir, yaitu semakin kurang daya kemampuannya

memberikan kritikan maka akan semakin mudah orang itu menerima sugesti

dari orang lain.

b. Sugesti karena keadaan fikiran terpecah belah (dissosiasi), terjadi apabila

kemampuan berfikirnya terpecah belah maka orang akan dengan mudah

menerima sugesti dari orang lain.

c. Sugesti karena otoritas atau prestise, yaitu orang akan cenderung menerima

pandangan-pandangan atau sikap-sikap tertentu apabila pandangan atau sikap

tersebut dimiliki oleh para ahli dibidangnya sehingga dianggap otoritas pada

bidang tersebut atau memiliki prestise sosial yang tinggi.

d. Sugesti karena mayoritas, yaitu orang lebih cenderung menerima suatu

pandangan atau ucapan apabila pandangan atau ucapan itu didukung oleh

mayoritas, oleh sebagian besar dari golongannya, kelompoknya, atau

masyarakatnya.

e. Sugesti karena will to believe, sugesti akan diterima tanpa pertimbangan lebih

lanjut karena ada pribadi orang yang bersangkutan sudah terdapat suatu

kesediaan untuk lebih sadar dan yakin akan hal-hal disugesti itu yang

sebenarnya sudah terdapat padanya.

3. Faktor Identifikasi

Merupakan suatu dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain.

4. Faktor Simpati

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5548/3/T1_132010117_BAB II.pdfLANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi

13

Merupakan suatu perasaan tertarik kepada orang lain. Simpati timbul tidak atas

dasar logis rasional, tetapi berdasarkan penilaian perasaan.

2.1.5. Bentuk Interaksi Sosial

Menurut Soekanto(1990) bentuk interaksi sosial dapat berupa:

1. Kerja Sama

Kerja sama ialah suatu bentuk interaksi sosial, suatu usaha bersama antara orang

perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu usaha atau beberapa tujuan

bersama.

2. Persaingan Persaingan adalah suatu bentuk interaksi sosial dimana orang-orang atau

kelompok- kelompok berlomba meraih tujuan yang sama.

3. Pertentangan Pertentangan adalah bentuk interaksi sosial dimana individu atau kelompok

berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai

dengan ancaman/kekerasan.

2.2. Kelompok Teman Sebaya

2.2.1 Pengertian Kelompok Teman Sebaya

Anak-anak atau remaja memiliki kebutuhan yang kuat untuk disukai dan diterima

teman sebaya atau kelompok. Sebagai akibatnya, mereka akanmerasa senang apabila

diterima dan sebaliknya akan merasa cemas apabila dikeluarkan dan diremehkan oleh

kawan-kawan sebayanya. Menurut Santrock (2003) teman adalah sekumpulan individu

yang terlibat dalam kebersamaan, saling mendukung, dan memiliki keakraban (intimasi).

Sedangkan kelompok teman sebaya merupakan sekumpulan anak-anak atau individu

yang berkumpul dan memiliki tingkat usia yang hampir sama serta memiliki kesamaan

tujuan. Menurut Santrock (2007) kawan-kawan sebaya (peers) adalah anak-anak atau

remaja yang memiliki tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama. Teman sebaya

adalah lingkungan kedua setelah keluarga, yang berpengaruh bagi kehidupan remaja

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5548/3/T1_132010117_BAB II.pdfLANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi

14

Menurut Hetherington & parke (dalam Supriyanto, 2007) Teman sebaya (peers)

adalah sebuah kelompok sosial sering didefinisikan sebagai semua orang yang memiliki

kesamaan sosial atau yang memiliki kesamaan ciri-ciri, seperti kesamaan tingkat usia.

Brown (dalam santrock, 2007) menjelaskan bahwa sebaya (peers) adalah konsep global

yang artinya merujuk kepada orang-orang lingkungan tetangga, orang-orang rujukan,

kelompok sahabat dan teman.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat dinyatakan bahwa kelompok teman sebaya

adalah suatu kelompok anak-anak yang memiliki tingkat usia dan ciri-ciri yang sama dan

memiliki kesenangan yang sama pula. Dengan adanya kelompok teman sebaya, seorang

individu yang sedang berkembang dari fase kanak-kanak menuju dewasa memiliki

kesempatan untuk mengembangkan diri mereka.

2.2.2 Hubungan dengan Teman Sebaya

Manusia adalah makhluk yang memiliki ketergantungan yang tidak sedikit dan

saling membutuhkan. Kebutuhan-kebutuhan ini terpenuhi melalui kontak dengan

lingkungannya, faktor lingkungan dalam hubungan sosial mempunyai peran yang sangat

menetukan kepribadian seseorang. Seperti yang dijelaskan Rasiman, 2010 (dalam

Cahyaningtyas, 2002) bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang

membutuhkan penghargaan dalam hubungannya dengan orang lain. Selain itu dukungan

sosial juga bersumber dari orang-orang yang memiliki hubungan yang berarti bagi

individu seperti keluarga, teman dekat, tetanga, dan saudara. Teman dekat merupakan

sumber dukungan sosial karena dapat memberikan rasa senang dan dukungan selama

mengalami suatu permasalahan.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5548/3/T1_132010117_BAB II.pdfLANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi

15

Teman sebaya adalah lingkungan kedua setelah keluarga, yang berpengaruh bagi

kehidupan remaja. Terpengaruh atau tidaknya remaja terhadap teman sebaya tergantung

pada persepsi remaja terhadap teman-temannya, sebab persepsi remaja terhadap teman

sebayanya akan menentukan keputusan yang diambil oleh remaja itu sendiri, yang

nantinya akan mengarahkan pada tinggi atau rendahnya kecenderungan kenakalan

remaja. Kartono (dalam http://infomakalahkuliah.blogspot.com/2012/10/pengaruh-

hubungan-dengan-teman-sebaya.html).

Menurut Santrock (2003) pada banyak remaja, bagaimana mereka dipandang oleh

teman sebaya merupakan aspek yang terpenting dalam kehidupan mereka. Melalui

hubungan antar teman sebaya remaja akanmemperoleh sumber informasi mengenai dunia

diluar keluarga. Remaja memperoleh umpan balik mengenai kemampuannya dari

kelompok teman sebaya. Remaja mempelajari bahwa apa yang mereka lakukan itu lebih

baik, sama baik, atau kurang baik, dibandingakan remaja-remaja lainnya. Bahkan remaja

akan melakukan apapun, agar dapat dimasukkan sebagai anggota.

Santrock (2003) menyatakan bahwa terdapat beberapa strategi yang tepat untuk

mencari teman:

1. Bersikap menyenangkan, baik dan penuh perhatian.

2. Menciptakan interaksi sosial yang baik dari mulai menanyakan nama,usia, dan

aktivitas favorit.

3. Tingkah laku yang prososial seperti jujur, murah hati, dan mau bekerja sama.

4. Menghargai diri sendiri dan orang lain.

5. Menyediakan dukungan sosial seperti memberikan pertolongan, nasihat, berada

dalam kelompok yang sama dan menguatkan satu sama lain dengan memberikan

pujian.

Wentzel & Asher (dalam Santrock, 2007) membedakan lima status kawan sebaya

yaitu:

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5548/3/T1_132010117_BAB II.pdfLANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi

16

1. Remaja popular (popular children) seringkali dipih sebagai kawan terbaik dan jarang

tidak disukai oleh kawan-kawannya.

2. Remaja rata-rata (average children) memperoleh angka rata-rata untuk dipilih secara

positif maupun negatif oleh kawan-kawannya.

3. Remaja yang diabaikan (neglected children) jarang dipilih sebagai kawan terbaik

namun tidak ditolak oleh kawan-kawannya.

4. Remaja yang ditolak (rejected children) jarang dipilih sebagi kawan terbaik seseorang

dan secar aktif tidak disukai oleh teman-temannya.

5. Remaja kontroversional (controversial children) mungkin dipilih sebagi kawan

terbaik seseorang dan mungkin pul tidak disukai oleh kawan-kawannya.

2.3. Bimbingan Kelompok

2.3.1 Pengertian Bimbingan Kelompok

Menurut Prayitno (1995) menyatakan bimbingan kelompok berarti memanfaatkan

dinamika untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan dan konseling. Menurut Winkel

(2004) bimbingan kelompok dilakukan bilamana siswa yang dilayani lebih dari satu

orang. Dalam bimbingan kelompok merupakan sarana untuk menunjang perkembangan

optimal masing-masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari

pengalaman pendidikan ini bagi dirinya sendiri. Menurut Zainal (2012) bimbingan

kelompok dilaksanakan untuk membantu sekelompok individu yang mempunyai

masalah, melalui kegiatan kelompok. Menurut Sukardi (1997) bimbingan kelompok

adalah bimbingan yang diterapkan terhadap sekelompok individu.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5548/3/T1_132010117_BAB II.pdfLANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi

17

Dari beberapa pengertian di atas, dapat dinyatakan bahwa bimbingan kelompok

adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan secara kelompok guna membahas serta

memecahkan masalah individu dalam kelompok.

2.3.2 Tujuan Bimbingan Kelompok

Menurut Prayitno (1995) bimbingan kelompok memungkinkan siswa memperoleh

kesempatan bagi pembahasan dan pengentasan masalah yang dialami melalui dinamika

kelompok. Menurut Sukardi (1997) tujuan bimbingan kelompok tidak jauh beda dari

tujuan bimbingan pada umumnya, yaitu membantu setiap siswa supaya dapat

berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan potensi-potensi yang dimiliki.

2.3.3 Tahap-tahap Bimbingan Kelompok

Menurut Prayitno (1995) ada empat tahapan, yaitu:

1) Tahap I Pembentukan

Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap

memasukkan diri ke dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini pada umumnya

para anggota saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun

harapan-harapan yang ingin dicapai baik oleh masing-masing, sebagian, maupun seluruh

anggota.

2) Tahap II Peralihan

Tahap kedua merupakan “jembatan” antara tahap pertama dan ketiga. Ada

kalanya jembatan ditempuh dengan amat mudah dan lancar, artinya para anggota

kelompok dapat segera memasuki kegiatan tahap ketiga dengan penuh kemauan dan

kesukarelaan. Ada kalanya juga jembatan itu ditempuh dengan susah payah, artinya para

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5548/3/T1_132010117_BAB II.pdfLANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi

18

anggota kelompok enggan memasuki tahap kegiatan keompok yang sebenarnya, yaitu

tahap ketiga. Dalam keadaan seperti ini pemimpin kelompok, dengan gaya

kepemimpinannya yang khas, membawa para anggota meniti jembatan itu dengan

selamat.

3) Tahap III Kegiatan

Tahap ini merupakan inti dari kegiatan kelompok, maka aspek-aspek yang

menjadi isi dan pengiringnya cukup banyak, dan masing-masing aspek tersebut perlu

mendapat perhatian yang seksama dari pemimpin kelompok. ada beberapa yang harus

dilakukan oleh pemimpin dalam tahap ini, yaitu sebagai pengatur proses kegiatan yang

sabar dan terbuka, aktif akan tetapi tidak banyak bicara, dan memberikan dorongan dan

penguatan serta penuh empati.

4) Tahap IV Pengakhiran

Pada tahap pengakhiran bimbingan kelompok, pokok perhatian utama bukanlah

pada berapa kali kelompok itu harus bertemu, tetapi pada hasil yang telah dicapai oleh

kelompok itu. Kegiatan kelompok sebelumnya dan hasil-hasil yang dicapai seyogyanya

mendorong kelompok itu harus melakukan kegiatan sehingga tujuan bersama tercapai

secara penuh.

2.4. Teknik Sosiodrama

2.4.1 Pengertian Sosiodrama

Menurut Bennet (dalam Romlah, 2001), sosiodrama adalah permainan peranan

yang ditujukan untuk memecahkan masalah sosial yang timbul dalam hubungan antar

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5548/3/T1_132010117_BAB II.pdfLANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi

19

manusia. Dalam sosiodrama ini individu akan memerankan suatu peranan tertentu dari

situasi masalah sosial. Kegiatan sosiodrama dapat dilaksanakan bila sebagian besar

anggota kelompok menghadapi masalah sosial yang hampir sama, atau bila ingin melatih

atau mengubah sikap-sikap tertentu

Menurut Winkel (2004) Sosiodrama merupakan salah satu teknik dalam

bimbingan kelompok yaitu role playing atau teknik bermain peran.Sosiodrama

merupakan dramatisasai dari persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam pergaulan

dengan orang lain,tingkat konflik-konflik yang dialami dalam pergaulan sosial. Menurut

Harahap (dalam Sukardi, 1994) sosiodrama adalah suatu metode pendidikan yang

mempergunakan unsur memainkan peranan tertentu atau suatu teknik drama dalam suatu

situasi yang diciptakan, dimana si individu ikut serta tetapi tidak sebagai individu

tersebut.

2.4.2.Tujuan Sosiodrama

Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa kegiatan sosiodrama adalah

merupakan suatu dramatisasi dari konflik-konflik yang biasanya timbul dalam kehidupan

sehari-hari. Tujuan dari kegiatan sosiodrama ialah mengembangkan pemahaman tentang

sebab-sebab atau faktor-faktor yang menimbulkan konflik–konflik dalam pergaulan antar

manusia (Winkel, 2004).

Menurut Sukardi (1994) secara terperinci tujuan sosiodrama adalah sebagai

berikut:

1. Menggambarkan atau melukiskan bagaimana seseorang atau beberapa orang peserta

didik menghadapi suatu situasi sosial tertentu, serta bagaimana caranya mereka

memecahkan masalah sosial tersebut.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5548/3/T1_132010117_BAB II.pdfLANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi

20

2. Menumbuhkan, mengembangkan, serta memperkaya sikap rasional dan kritis

terhadap sikap yang harus atau tidak diambil dalam situasi sosial tertentu.

3. Menambah serta memperkaya pengalaman peserta didik untuk dapat menghayati

tentang sesuatu yang dipikirkan, dirasakan atau diinginkan serta situasi sosial

tertentu.

4. Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk meninjau situasi

sosial dari berbagai sudut pandang tertentu.

2.4.3. Tahap-tahap atau Langkah-langkah Sosiodrama

Tahap-tahap atau Langkah-langkah Sosiodrama menurut Menurut Bennet (dalam

Romlah, 2001)

1. Persiapan. Dalam tahap persiapan fasilitator mengemukakan masalah dan tema yang akan

disosiodramakan, dan tujuan permainan. Kemudian diadakan tanya jawab untuk

memperjelas masalah dan peranan-peranan yang akan dimainkan

2. Menyiapkan skenario sosiodrama.

3. Menentukan kelompok yang akan memainkan sesuai dengan kebutuhan skenarionya, dan

memilih individu yang akan memegang peran tertentu. Pemilihan pemegang peranan

dapat dilakukan secara sukarela setelah fasilitator mengemukakan ciri-ciri atau rambu-

rambu masing-masing peran, usulan dari anggota lain atau berdasarkan kedua-duanya.

4. Menentukan kelompok penonton dan memperjelas tugasnya. Tugas kelompok penonton

adalah mengobservasi pelaksanaan permainan. Hasil observasi kelompok penonton

merupakan bahan diskusi setelah permainan selesai.

5. Pelaksanaan sosiodrama. Setelah semua peran terisi, para pemain diberi kesempatan

untuk bergabung beberapa menit untuk menyiapkan diri bagaimana sosiodrama itu

dimainkan. Setelah siap, dimulailah permainan. Pemain diharapkan dapat memperagakan

konflik-konflik yang terjadi, mengekspresikan perasaan-perasaan, dan memperagakan

sikap-sikap tertentu sesuai dengan peranan yang dimainkan. Dalam permainan ini

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5548/3/T1_132010117_BAB II.pdfLANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi

21

diharapkan terjadi identifikasi yang sebesar-besarnya antara pemain maupun penonton

dengan peran-peran yang dimainkannya.

6. Evaluasi dan diskusi. Setelah permainan selesai, diadakan diskusi yang diarahkan untuk

membicarakan: tanggapan mengenai bagaimana cara pemain membawakan perannya

sesuai dengan ciri-ciri masing-masing peran, cara pemecahan masalah, dan kesan-kesan

pemain dalam memainkan perannya.

2.5. Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2011) mahasiswa Universitas

Negeri Sebelas Maret menunjukkan bahwa layanan bimbingan kelompok teknik

sosiodrama dapat meningkatkan interaksi sosial dengan teman sebaya dari pra-tindakan

untuk tindakan siklus I dan tindakan siklus II. Kenaikan tersebut terjadi pada siklus

pertama 39,93%, tetapi hasilnya tidak signifikan sebagai indikator keberhasilan di bawah

50%. Peningkatan yang signifikan terjadi pada siklus II sebesar 56,52%, sehingga

hasilnya dapat diartikan bahwa bimbingan kelompok teknik sosiodrama dinyatakan

berhasil

Pada silus kedua. Berdasarkan data tersebut dapat disimpukan bahwa bimbingan

kelompok teknik sosiodrama efektif untuk meningkatkan interaksi sosial dengan teman

sebaya di kelas VII SMP Negeri 8 Surakarta Tahun 2011/2012.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Supriyanto (2011) bahwa layanan bimbingan

kelompok teknik sosiodrama dapat meningkatkan interaksi sosial dengan teman sebaya.

Sebelum dilakukan layanan, 11 sisiwa masuk dalam kategori rendah, 8 siswa masuk

dalam kategori sedang, dan 4 siswa masuk dalam kategori tinggi. Dalam tindakan

penulis melakukan siklus I dan siklus II. Dalam siklus I ada 4 siswa (17%) berkategori

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5548/3/T1_132010117_BAB II.pdfLANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi

22

rendah, ada 10 siswa (43%) berkategori sedang dan 9 siswa (40%) berkategori tinggi,

masih ada siswa yang skornya dibawah 53 yaitu 4 siswa (17%). Setelah dilakukan siklus

II , 100% subyek penelitian dan berkategori sedang hingga tinggi yakni 10 siswa (43%)

dalam kategori tinggi dan 13 siswa (57%) dalam kategori sedang. Berdasarkan data

tersebut dapat disimpukan bahwa bimbingan klasikal teknik sosiodrama efektif untuk

meningkatkan interaksi sosial dengan teman sebaya di kelas VIIA di SMP Pendowo

Ngablak Kab. Magelang

2.6. Kerangka Berpikir

Interaksi sosial siswa dapat terjadi di tiga lingkungan yaitu keluarga, sekolah, dan

masyarakat. Lingkungan sekolah adalah lingkungan kedua setelah keluarga. Siswa

berinteraksi dengan guru, teman sebaya, dan warga sekolah lainnya ketika berada di

lingkungan sekolah. Siswa kelas VIIIB SMP Negeri 02 Kaliwungu memiliki interaksi

sosial teman sebaya yang rendah. Untuk mengatasi hal tersebut, penulis menerapkan

bimbingan kelompok teknik sosiodrama. Sesuai dengan namanya sosiodarama dapat

dipergunakan untuk menangani masalah sosial seperti masalah interaksi sosial teman

sebaya.

Siswa yang memiliki masalah dalam interaksi sosial teman sebaya akan dibagi

menjadi 2 kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok

eksperimen adalah kelompok yang diberi perlakuan (treatment), sedangkan kelompok

kontrol adalah kelompok yang tidak diberi perlakuan (treatment).Kelompok eksperiment

dan kelompok kontrol sama-sama diberi pretest dan juga posttest.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5548/3/T1_132010117_BAB II.pdfLANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi

23

Adapun kerangka berpikir mengenai peningkatan interaksi sosial teman sebaya

melalui bimbingan kelompok teknik sosiodrama dapat dilihat gambar 2.1.

Preetest

2.7. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan kajian teori yang telah dikemukakan , peneliti

mengajukan hipotesis sebagai berikut:

Bimbingan kelompok teknik sosiodrama dapat meningkatkan interaksi sosial

teman sebaya kelas VIIIB SMP Negeri 02 Kaliwungu Kabupaten Semarang.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Interaksi Sosial

2.1.1 Pengertian Interaksi Sosial

Menurut Mead (dalam Partowisastro, 1983) interaksi sosial adalah relasi sosial

yang berfungsi sebagai relasi sosial dinamis, apakah relasi itu terbentuk antar individu,

kelompok dan kelompok, ataukah individu dengan kelompok. Menurut Walgito (2000)

dib

andin

gkan

Treatment Hasil Kel. Eksperimen

Hasil Tanpa

Treatment

Kel. Kontrol

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5548/3/T1_132010117_BAB II.pdfLANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi

24

Interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan individu yang lain, individu

satu dapat mempengaruhi individu lainnya atau sebaliknya, jadi terdapat adanya

hubungan yang saling timbal balik. Hubungan tersebut dapat antara individu dengan

indivdu, individu dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok.

Menurut H.Borner (dalam Gerungan, 2004) menyatakan bahwa interaksi sosial

adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia, dimana kelakukan

individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang

lainnya, atau sebaliknya.

Hurlock (1998) interaksi sosial adalah perolehan kemampuan berperilaku yang

sesuai dengan tuntutan sosial untuk menjadi orang yang mampu bermasyarakat. Setiap

kelompok masyarakat mempunyai standar perilaku yang dapat diterima, dan remaja harus

menyesuaikan perilaku dengan patokan yang dapat diterima. Kelompok sosial juga

mempunyai pola kebiasaan yang telah ditentukan dengan seksama oleh para anggotanya

dan dituntut untuk dipatuhi.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat dinyatakan bahwa interaksi sosial adalah

suatu hubungan sosial yang dinamis antar individu, antar individu dengan kelompok dan

antar kelompok dengan kelompok yang saling mempengaruhi dan memiliki hubungan

timbal balik.

2.1.2. Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial

Soekanto (1990) mengatakan bahwa suatu interaksi sosial tidak mungkin terjadi

apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu:

3. Kontak Sosial

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5548/3/T1_132010117_BAB II.pdfLANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi

25

Kontak sosial diartikan sebagai kesiapan untuk mengadakan interaksi sosial,disatu

pihak mengadakan aksi, dilain pihak memberikan reaksi. Kontak sosial tidak semata-

mata ditujukan untuk mengadakan tindakan, tetapi juga dapat berupa tanggapan. Kontak

sosial dapat terjadi dalam memahami perilaku orang lain kemudian memberikan reaksi

terhadap tingkah laku tersebut. Kontak sosial dapat bersifat positif dan dapat bersifat

negatif. Bersifat positif mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan yang negatif

mengarah pada suatu pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan suatu

interaksi sosial.

4. Komunikasi

Komunikasi terjadi apabila seseorang memahami perilaku orang lain kemudian

memberikan reaksi terhadap perilaku tersebut. Komunikasi memungkinkan kerjasama

antara perorangan atau antar kelompok, dan merupakan salah satu syarat terjadinya kerja

sama. Jika dihubungkan dengan interaksi sosial, kontak sosial tanpa komunikasi tidak

mempunyai arti.

2.1.3. Aspek-aspek Interaksi Sosial

Menurut Mead (dalam Partowisastro, 1983) aspek-aspek interaksi kelompok

teman sebaya dirumuskan menjadi 3 aspek yaitu:

4. Kontak sosial.

Individu akan menunjukkan sifat keterbukaan terhadap kelompoknya dan

penerimaan kehadiran individual dalam kelompoknya.

5. Aktifitas Bersama.

Individu akan terlibat dalam kegiatan kelompoknya dan mau menyumbangkan

ide bagi kemajuan kelompoknya.

6. Frekuensi hubungan dalam kelompok.

Individu lebih banyak menggunakan waktunya untuk bertemu dengan anggota

kelompoknya dan saling berbicara dalam hubungan yang dekat.

2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5548/3/T1_132010117_BAB II.pdfLANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi

26

Menurut Gerungan (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial

adalah sebagai berikut:

5. Faktor Imitasi

Merupakan suatu segi dari proses interaksi sosial, yang menerangkan mengapa

dan bagaimana dapat terjadi keseragaman dalam pandangan dan tingkah laku diantara

orang banyak.

6. Faktor Sugesti

Seseorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya yang lalu diterima oleh

orang lain diluarnya. Syarat-syarat yang memudahkan terjadinya sugesti antara lain

sebagai berikut:

f. Sugesti karena hambatan berfikir, yaitu semakin kurang daya kemampuannya

memberikan kritikan maka akan semakin mudah orang itu menerima sugesti

dari orang lain.

g. Sugesti karena keadaan fikiran terpecah belah (dissosiasi), terjadi apabila

kemampuan berfikirnya terpecah belah maka orang akan dengan mudah

menerima sugesti dari orang lain.

h. Sugesti karena otoritas atau prestise, yaitu orang akan cenderung menerima

pandangan-pandangan atau sikap-sikap tertentu apabila pandangan atau sikap

tersebut dimiliki oleh para ahli dibidangnya sehingga dianggap otoritas pada

bidang tersebut atau memiliki prestise sosial yang tinggi.

i. Sugesti karena mayoritas, yaitu orang lebih cenderung menerima suatu

pandangan atau ucapan apabila pandangan atau ucapan itu didukung oleh

mayoritas, oleh sebagian besar dari golongannya, kelompoknya, atau

masyarakatnya.

j. Sugesti karena will to believe, sugesti akan diterima tanpa pertimbangan lebih

lanjut karena ada pribadi orang yang bersangkutan sudah terdapat suatu

kesediaan untuk lebih sadar dan yakin akan hal-hal disugesti itu yang

sebenarnya sudah terdapat padanya.

7. Faktor Identifikasi

Merupakan suatu dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain.

8. Faktor Simpati

Merupakan suatu perasaan tertarik kepada orang lain. Simpati timbul tidak atas

dasar logis rasional, tetapi berdasarkan penilaian perasaan.

2.1.5. Bentuk Interaksi Sosial

Menurut Soekanto(1990) bentuk interaksi sosial dapat berupa:

4. Kerja Sama

Kerja sama ialah suatu bentuk interaksi sosial, suatu usaha bersama antara orang

perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu usaha atau beberapa tujuan

bersama.

5. Persaingan

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5548/3/T1_132010117_BAB II.pdfLANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi

27

Persaingan adalah suatu bentuk interaksi sosial dimana orang-orang atau

kelompok- kelompok berlomba meraih tujuan yang sama.

6. Pertentangan Pertentangan adalah bentuk interaksi sosial dimana individu atau kelompok

berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai

dengan ancaman/kekerasan.

2.2. Kelompok Teman Sebaya

2.2.1 Pengertian Kelompok Teman Sebaya

Anak-anak atau remaja memiliki kebutuhan yang kuat untuk disukai dan diterima

teman sebaya atau kelompok. Sebagai akibatnya, mereka akanmerasa senang apabila

diterima dan sebaliknya akan merasa cemas apabila dikeluarkan dan diremehkan oleh

kawan-kawan sebayanya. Menurut Santrock (2003) teman adalah sekumpulan individu

yang terlibat dalam kebersamaan, saling mendukung, dan memiliki keakraban (intimasi).

Sedangkan kelompok teman sebaya merupakan sekumpulan anak-anak atau individu

yang berkumpul dan memiliki tingkat usia yang hampir sama serta memiliki kesamaan

tujuan. Menurut Santrock (2007) kawan-kawan sebaya (peers) adalah anak-anak atau

remaja yang memiliki tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama. Teman sebaya

adalah lingkungan kedua setelah keluarga, yang berpengaruh bagi kehidupan remaja

Menurut Hetherington & parke (dalam Supriyanto, 2007) Teman sebaya (peers)

adalah sebuah kelompok sosial sering didefinisikan sebagai semua orang yang memiliki

kesamaan sosial atau yang memiliki kesamaan ciri-ciri, seperti kesamaan tingkat usia.

Brown (dalam santrock, 2007) menjelaskan bahwa sebaya (peers) adalah konsep global

yang artinya merujuk kepada orang-orang lingkungan tetangga, orang-orang rujukan,

kelompok sahabat dan teman.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5548/3/T1_132010117_BAB II.pdfLANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi

28

Dari beberapa pengertian di atas, dapat dinyatakan bahwa kelompok teman sebaya

adalah suatu kelompok anak-anak yang memiliki tingkat usia dan ciri-ciri yang sama dan

memiliki kesenangan yang sama pula. Dengan adanya kelompok teman sebaya, seorang

individu yang sedang berkembang dari fase kanak-kanak menuju dewasa memiliki

kesempatan untuk mengembangkan diri mereka.

2.2.2 Hubungan dengan Teman Sebaya

Manusia adalah makhluk yang memiliki ketergantungan yang tidak sedikit dan

saling membutuhkan. Kebutuhan-kebutuhan ini terpenuhi melalui kontak dengan

lingkungannya, faktor lingkungan dalam hubungan sosial mempunyai peran yang sangat

menetukan kepribadian seseorang. Seperti yang dijelaskan Rasiman, 2010 (dalam

Cahyaningtyas, 2002) bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang

membutuhkan penghargaan dalam hubungannya dengan orang lain. Selain itu dukungan

sosial juga bersumber dari orang-orang yang memiliki hubungan yang berarti bagi

individu seperti keluarga, teman dekat, tetanga, dan saudara. Teman dekat merupakan

sumber dukungan sosial karena dapat memberikan rasa senang dan dukungan selama

mengalami suatu permasalahan.

Teman sebaya adalah lingkungan kedua setelah keluarga, yang berpengaruh bagi

kehidupan remaja. Terpengaruh atau tidaknya remaja terhadap teman sebaya tergantung

pada persepsi remaja terhadap teman-temannya, sebab persepsi remaja terhadap teman

sebayanya akan menentukan keputusan yang diambil oleh remaja itu sendiri, yang

nantinya akan mengarahkan pada tinggi atau rendahnya kecenderungan kenakalan

remaja. Kartono (dalam http://infomakalahkuliah.blogspot.com/2012/10/pengaruh-

hubungan-dengan-teman-sebaya.html).

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5548/3/T1_132010117_BAB II.pdfLANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi

29

Menurut Santrock (2003) pada banyak remaja, bagaimana mereka dipandang oleh

teman sebaya merupakan aspek yang terpenting dalam kehidupan mereka. Melalui

hubungan antar teman sebaya remaja akanmemperoleh sumber informasi mengenai dunia

diluar keluarga. Remaja memperoleh umpan balik mengenai kemampuannya dari

kelompok teman sebaya. Remaja mempelajari bahwa apa yang mereka lakukan itu lebih

baik, sama baik, atau kurang baik, dibandingakan remaja-remaja lainnya. Bahkan remaja

akan melakukan apapun, agar dapat dimasukkan sebagai anggota.

Santrock (2003) menyatakan bahwa terdapat beberapa strategi yang tepat untuk

mencari teman:

6. Bersikap menyenangkan, baik dan penuh perhatian.

7. Menciptakan interaksi sosial yang baik dari mulai menanyakan nama,usia, dan

aktivitas favorit.

8. Tingkah laku yang prososial seperti jujur, murah hati, dan mau bekerja sama.

9. Menghargai diri sendiri dan orang lain.

10. Menyediakan dukungan sosial seperti memberikan pertolongan, nasihat, berada

dalam kelompok yang sama dan menguatkan satu sama lain dengan memberikan

pujian.

Wentzel & Asher (dalam Santrock, 2007) membedakan lima status kawan sebaya

yaitu:

6. Remaja popular (popular children) seringkali dipih sebagai kawan terbaik dan jarang

tidak disukai oleh kawan-kawannya.

7. Remaja rata-rata (average children) memperoleh angka rata-rata untuk dipilih secara

positif maupun negatif oleh kawan-kawannya.

8. Remaja yang diabaikan (neglected children) jarang dipilih sebagai kawan terbaik

namun tidak ditolak oleh kawan-kawannya.

9. Remaja yang ditolak (rejected children) jarang dipilih sebagi kawan terbaik seseorang

dan secar aktif tidak disukai oleh teman-temannya.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5548/3/T1_132010117_BAB II.pdfLANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi

30

10. Remaja kontroversional (controversial children) mungkin dipilih sebagi kawan

terbaik seseorang dan mungkin pul tidak disukai oleh kawan-kawannya.

2.3. Bimbingan Kelompok

2.3.1 Pengertian Bimbingan Kelompok

Menurut Prayitno (1995) menyatakan bimbingan kelompok berarti memanfaatkan

dinamika untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan dan konseling. Menurut Winkel

(2004) bimbingan kelompok dilakukan bilamana siswa yang dilayani lebih dari satu

orang. Dalam bimbingan kelompok merupakan sarana untuk menunjang perkembangan

optimal masing-masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari

pengalaman pendidikan ini bagi dirinya sendiri. Menurut Zainal (2012) bimbingan

kelompok dilaksanakan untuk membantu sekelompok individu yang mempunyai

masalah, melalui kegiatan kelompok. Menurut Sukardi (1997) bimbingan kelompok

adalah bimbingan yang diterapkan terhadap sekelompok individu.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat dinyatakan bahwa bimbingan kelompok

adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan secara kelompok guna membahas serta

memecahkan masalah individu dalam kelompok.

2.3.2 Tujuan Bimbingan Kelompok

Menurut Prayitno (1995) bimbingan kelompok memungkinkan siswa memperoleh

kesempatan bagi pembahasan dan pengentasan masalah yang dialami melalui dinamika

kelompok. Menurut Sukardi (1997) tujuan bimbingan kelompok tidak jauh beda dari

tujuan bimbingan pada umumnya, yaitu membantu setiap siswa supaya dapat

berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan potensi-potensi yang dimiliki.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5548/3/T1_132010117_BAB II.pdfLANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi

31

2.3.3 Tahap-tahap Bimbingan Kelompok

Menurut Prayitno (1995) ada empat tahapan, yaitu:

5) Tahap I Pembentukan

Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap

memasukkan diri ke dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini pada umumnya

para anggota saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun

harapan-harapan yang ingin dicapai baik oleh masing-masing, sebagian, maupun seluruh

anggota.

6) Tahap II Peralihan

Tahap kedua merupakan “jembatan” antara tahap pertama dan ketiga. Ada

kalanya jembatan ditempuh dengan amat mudah dan lancar, artinya para anggota

kelompok dapat segera memasuki kegiatan tahap ketiga dengan penuh kemauan dan

kesukarelaan. Ada kalanya juga jembatan itu ditempuh dengan susah payah, artinya para

anggota kelompok enggan memasuki tahap kegiatan keompok yang sebenarnya, yaitu

tahap ketiga. Dalam keadaan seperti ini pemimpin kelompok, dengan gaya

kepemimpinannya yang khas, membawa para anggota meniti jembatan itu dengan

selamat.

7) Tahap III Kegiatan

Tahap ini merupakan inti dari kegiatan kelompok, maka aspek-aspek yang

menjadi isi dan pengiringnya cukup banyak, dan masing-masing aspek tersebut perlu

mendapat perhatian yang seksama dari pemimpin kelompok. ada beberapa yang harus

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5548/3/T1_132010117_BAB II.pdfLANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi

32

dilakukan oleh pemimpin dalam tahap ini, yaitu sebagai pengatur proses kegiatan yang

sabar dan terbuka, aktif akan tetapi tidak banyak bicara, dan memberikan dorongan dan

penguatan serta penuh empati.

8) Tahap IV Pengakhiran

Pada tahap pengakhiran bimbingan kelompok, pokok perhatian utama bukanlah

pada berapa kali kelompok itu harus bertemu, tetapi pada hasil yang telah dicapai oleh

kelompok itu. Kegiatan kelompok sebelumnya dan hasil-hasil yang dicapai seyogyanya

mendorong kelompok itu harus melakukan kegiatan sehingga tujuan bersama tercapai

secara penuh.

2.4. Teknik Sosiodrama

2.4.1 Pengertian Sosiodrama

Menurut Bennet (dalam Romlah, 2001), sosiodrama adalah permainan peranan

yang ditujukan untuk memecahkan masalah sosial yang timbul dalam hubungan antar

manusia. Dalam sosiodrama ini individu akan memerankan suatu peranan tertentu dari

situasi masalah sosial. Kegiatan sosiodrama dapat dilaksanakan bila sebagian besar

anggota kelompok menghadapi masalah sosial yang hampir sama, atau bila ingin melatih

atau mengubah sikap-sikap tertentu

Menurut Winkel (2004) Sosiodrama merupakan salah satu teknik dalam

bimbingan kelompok yaitu role playing atau teknik bermain peran.Sosiodrama

merupakan dramatisasai dari persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam pergaulan

dengan orang lain,tingkat konflik-konflik yang dialami dalam pergaulan sosial. Menurut

Harahap (dalam Sukardi, 1994) sosiodrama adalah suatu metode pendidikan yang

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5548/3/T1_132010117_BAB II.pdfLANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi

33

mempergunakan unsur memainkan peranan tertentu atau suatu teknik drama dalam suatu

situasi yang diciptakan, dimana si individu ikut serta tetapi tidak sebagai individu

tersebut.

2.4.2.Tujuan Sosiodrama

Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa kegiatan sosiodrama adalah

merupakan suatu dramatisasi dari konflik-konflik yang biasanya timbul dalam kehidupan

sehari-hari. Tujuan dari kegiatan sosiodrama ialah mengembangkan pemahaman tentang

sebab-sebab atau faktor-faktor yang menimbulkan konflik–konflik dalam pergaulan antar

manusia (Winkel, 2004).

Menurut Sukardi (1994) secara terperinci tujuan sosiodrama adalah sebagai

berikut:

5. Menggambarkan atau melukiskan bagaimana seseorang atau beberapa orang peserta

didik menghadapi suatu situasi sosial tertentu, serta bagaimana caranya mereka

memecahkan masalah sosial tersebut.

6. Menumbuhkan, mengembangkan, serta memperkaya sikap rasional dan kritis

terhadap sikap yang harus atau tidak diambil dalam situasi sosial tertentu.

7. Menambah serta memperkaya pengalaman peserta didik untuk dapat menghayati

tentang sesuatu yang dipikirkan, dirasakan atau diinginkan serta situasi sosial

tertentu.

8. Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk meninjau situasi

sosial dari berbagai sudut pandang tertentu.

2.4.3. Tahap-tahap atau Langkah-langkah Sosiodrama

Tahap-tahap atau Langkah-langkah Sosiodrama menurut Menurut Bennet (dalam

Romlah, 2001)

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5548/3/T1_132010117_BAB II.pdfLANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi

34

7. Persiapan. Dalam tahap persiapan fasilitator mengemukakan masalah dan tema yang akan

disosiodramakan, dan tujuan permainan. Kemudian diadakan tanya jawab untuk

memperjelas masalah dan peranan-peranan yang akan dimainkan

8. Menyiapkan skenario sosiodrama.

9. Menentukan kelompok yang akan memainkan sesuai dengan kebutuhan skenarionya, dan

memilih individu yang akan memegang peran tertentu. Pemilihan pemegang peranan

dapat dilakukan secara sukarela setelah fasilitator mengemukakan ciri-ciri atau rambu-

rambu masing-masing peran, usulan dari anggota lain atau berdasarkan kedua-duanya.

10. Menentukan kelompok penonton dan memperjelas tugasnya. Tugas kelompok penonton

adalah mengobservasi pelaksanaan permainan. Hasil observasi kelompok penonton

merupakan bahan diskusi setelah permainan selesai.

11. Pelaksanaan sosiodrama. Setelah semua peran terisi, para pemain diberi kesempatan

untuk bergabung beberapa menit untuk menyiapkan diri bagaimana sosiodrama itu

dimainkan. Setelah siap, dimulailah permainan. Pemain diharapkan dapat memperagakan

konflik-konflik yang terjadi, mengekspresikan perasaan-perasaan, dan memperagakan

sikap-sikap tertentu sesuai dengan peranan yang dimainkan. Dalam permainan ini

diharapkan terjadi identifikasi yang sebesar-besarnya antara pemain maupun penonton

dengan peran-peran yang dimainkannya.

12. Evaluasi dan diskusi. Setelah permainan selesai, diadakan diskusi yang diarahkan untuk

membicarakan: tanggapan mengenai bagaimana cara pemain membawakan perannya

sesuai dengan ciri-ciri masing-masing peran, cara pemecahan masalah, dan kesan-kesan

pemain dalam memainkan perannya.

2.5. Penelitian yang Relevan

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5548/3/T1_132010117_BAB II.pdfLANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi

35

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2011) mahasiswa Universitas

Negeri Sebelas Maret menunjukkan bahwa layanan bimbingan kelompok teknik

sosiodrama dapat meningkatkan interaksi sosial dengan teman sebaya dari pra-tindakan

untuk tindakan siklus I dan tindakan siklus II. Kenaikan tersebut terjadi pada siklus

pertama 39,93%, tetapi hasilnya tidak signifikan sebagai indikator keberhasilan di bawah

50%. Peningkatan yang signifikan terjadi pada siklus II sebesar 56,52%, sehingga

hasilnya dapat diartikan bahwa bimbingan kelompok teknik sosiodrama dinyatakan

berhasil

Pada silus kedua. Berdasarkan data tersebut dapat disimpukan bahwa bimbingan

kelompok teknik sosiodrama efektif untuk meningkatkan interaksi sosial dengan teman

sebaya di kelas VII SMP Negeri 8 Surakarta Tahun 2011/2012.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Supriyanto (2011) bahwa layanan bimbingan

kelompok teknik sosiodrama dapat meningkatkan interaksi sosial dengan teman sebaya.

Sebelum dilakukan layanan, 11 sisiwa masuk dalam kategori rendah, 8 siswa masuk

dalam kategori sedang, dan 4 siswa masuk dalam kategori tinggi. Dalam tindakan

penulis melakukan siklus I dan siklus II. Dalam siklus I ada 4 siswa (17%) berkategori

rendah, ada 10 siswa (43%) berkategori sedang dan 9 siswa (40%) berkategori tinggi,

masih ada siswa yang skornya dibawah 53 yaitu 4 siswa (17%). Setelah dilakukan siklus

II , 100% subyek penelitian dan berkategori sedang hingga tinggi yakni 10 siswa (43%)

dalam kategori tinggi dan 13 siswa (57%) dalam kategori sedang. Berdasarkan data

tersebut dapat disimpukan bahwa bimbingan klasikal teknik sosiodrama efektif untuk

meningkatkan interaksi sosial dengan teman sebaya di kelas VIIA di SMP Pendowo

Ngablak Kab. Magelang

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5548/3/T1_132010117_BAB II.pdfLANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi

36

2.6. Kerangka Berpikir

Interaksi sosial siswa dapat terjadi di tiga lingkungan yaitu keluarga, sekolah, dan

masyarakat. Lingkungan sekolah adalah lingkungan kedua setelah keluarga. Siswa

berinteraksi dengan guru, teman sebaya, dan warga sekolah lainnya ketika berada di

lingkungan sekolah. Siswa kelas VIIIB SMP Negeri 02 Kaliwungu memiliki interaksi

sosial teman sebaya yang rendah. Untuk mengatasi hal tersebut, penulis menerapkan

bimbingan kelompok teknik sosiodrama. Sesuai dengan namanya sosiodarama dapat

dipergunakan untuk menangani masalah sosial seperti masalah interaksi sosial teman

sebaya.

Siswa yang memiliki masalah dalam interaksi sosial teman sebaya akan dibagi

menjadi 2 kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok

eksperimen adalah kelompok yang diberi perlakuan (treatment), sedangkan kelompok

kontrol adalah kelompok yang tidak diberi perlakuan (treatment).Kelompok eksperiment

dan kelompok kontrol sama-sama diberi pretest dan juga posttest.

Adapun kerangka berpikir mengenai peningkatan interaksi sosial teman sebaya

melalui bimbingan kelompok teknik sosiodrama dapat dilihat gambar 2.1.

Preetest

2.7. Hipotesis

dib

andin

gkan

Treatment Hasil Kel. Eksperimen

Hasil Tanpa

Treatment

Kel. Kontrol

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5548/3/T1_132010117_BAB II.pdfLANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi

37

Berdasarkan latar belakang dan kajian teori yang telah dikemukakan , peneliti

mengajukan hipotesis sebagai berikut:

Bimbingan kelompok teknik sosiodrama dapat meningkatkan interaksi sosial

teman sebaya kelas VIIIB SMP Negeri 02 Kaliwungu Kabupaten Semarang.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Interaksi Sosial

2.1.1 Pengertian Interaksi Sosial

Menurut Mead (dalam Partowisastro, 1983) interaksi sosial adalah relasi sosial

yang berfungsi sebagai relasi sosial dinamis, apakah relasi itu terbentuk antar individu,

kelompok dan kelompok, ataukah individu dengan kelompok. Menurut Walgito (2000)

Interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan individu yang lain, individu

satu dapat mempengaruhi individu lainnya atau sebaliknya, jadi terdapat adanya

hubungan yang saling timbal balik. Hubungan tersebut dapat antara individu dengan

indivdu, individu dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok.

Menurut H.Borner (dalam Gerungan, 2004) menyatakan bahwa interaksi sosial

adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia, dimana kelakukan

individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang

lainnya, atau sebaliknya.

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5548/3/T1_132010117_BAB II.pdfLANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi

38

Hurlock (1998) interaksi sosial adalah perolehan kemampuan berperilaku yang

sesuai dengan tuntutan sosial untuk menjadi orang yang mampu bermasyarakat. Setiap

kelompok masyarakat mempunyai standar perilaku yang dapat diterima, dan remaja harus

menyesuaikan perilaku dengan patokan yang dapat diterima. Kelompok sosial juga

mempunyai pola kebiasaan yang telah ditentukan dengan seksama oleh para anggotanya

dan dituntut untuk dipatuhi.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat dinyatakan bahwa interaksi sosial adalah

suatu hubungan sosial yang dinamis antar individu, antar individu dengan kelompok dan

antar kelompok dengan kelompok yang saling mempengaruhi dan memiliki hubungan

timbal balik.

2.1.2. Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial

Soekanto (1990) mengatakan bahwa suatu interaksi sosial tidak mungkin terjadi

apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu:

5. Kontak Sosial

Kontak sosial diartikan sebagai kesiapan untuk mengadakan interaksi sosial,disatu

pihak mengadakan aksi, dilain pihak memberikan reaksi. Kontak sosial tidak semata-

mata ditujukan untuk mengadakan tindakan, tetapi juga dapat berupa tanggapan. Kontak

sosial dapat terjadi dalam memahami perilaku orang lain kemudian memberikan reaksi

terhadap tingkah laku tersebut. Kontak sosial dapat bersifat positif dan dapat bersifat

negatif. Bersifat positif mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan yang negatif

mengarah pada suatu pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan suatu

interaksi sosial.

6. Komunikasi

Komunikasi terjadi apabila seseorang memahami perilaku orang lain kemudian

memberikan reaksi terhadap perilaku tersebut. Komunikasi memungkinkan kerjasama

antara perorangan atau antar kelompok, dan merupakan salah satu syarat terjadinya kerja

sama. Jika dihubungkan dengan interaksi sosial, kontak sosial tanpa komunikasi tidak

mempunyai arti.

2.1.3. Aspek-aspek Interaksi Sosial

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5548/3/T1_132010117_BAB II.pdfLANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi

39

Menurut Mead (dalam Partowisastro, 1983) aspek-aspek interaksi kelompok

teman sebaya dirumuskan menjadi 3 aspek yaitu:

7. Kontak sosial.

Individu akan menunjukkan sifat keterbukaan terhadap kelompoknya dan

penerimaan kehadiran individual dalam kelompoknya.

8. Aktifitas Bersama.

Individu akan terlibat dalam kegiatan kelompoknya dan mau menyumbangkan

ide bagi kemajuan kelompoknya.

9. Frekuensi hubungan dalam kelompok.

Individu lebih banyak menggunakan waktunya untuk bertemu dengan anggota

kelompoknya dan saling berbicara dalam hubungan yang dekat.

2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial

Menurut Gerungan (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial

adalah sebagai berikut:

9. Faktor Imitasi

Merupakan suatu segi dari proses interaksi sosial, yang menerangkan mengapa

dan bagaimana dapat terjadi keseragaman dalam pandangan dan tingkah laku diantara

orang banyak.

10. Faktor Sugesti

Seseorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya yang lalu diterima oleh

orang lain diluarnya. Syarat-syarat yang memudahkan terjadinya sugesti antara lain

sebagai berikut:

k. Sugesti karena hambatan berfikir, yaitu semakin kurang daya kemampuannya

memberikan kritikan maka akan semakin mudah orang itu menerima sugesti

dari orang lain.

l. Sugesti karena keadaan fikiran terpecah belah (dissosiasi), terjadi apabila

kemampuan berfikirnya terpecah belah maka orang akan dengan mudah

menerima sugesti dari orang lain.

m. Sugesti karena otoritas atau prestise, yaitu orang akan cenderung menerima

pandangan-pandangan atau sikap-sikap tertentu apabila pandangan atau sikap

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5548/3/T1_132010117_BAB II.pdfLANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi

40

tersebut dimiliki oleh para ahli dibidangnya sehingga dianggap otoritas pada

bidang tersebut atau memiliki prestise sosial yang tinggi.

n. Sugesti karena mayoritas, yaitu orang lebih cenderung menerima suatu

pandangan atau ucapan apabila pandangan atau ucapan itu didukung oleh

mayoritas, oleh sebagian besar dari golongannya, kelompoknya, atau

masyarakatnya.

o. Sugesti karena will to believe, sugesti akan diterima tanpa pertimbangan lebih

lanjut karena ada pribadi orang yang bersangkutan sudah terdapat suatu

kesediaan untuk lebih sadar dan yakin akan hal-hal disugesti itu yang

sebenarnya sudah terdapat padanya.

11. Faktor Identifikasi

Merupakan suatu dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain.

12. Faktor Simpati

Merupakan suatu perasaan tertarik kepada orang lain. Simpati timbul tidak atas

dasar logis rasional, tetapi berdasarkan penilaian perasaan.

2.1.5. Bentuk Interaksi Sosial

Menurut Soekanto(1990) bentuk interaksi sosial dapat berupa:

7. Kerja Sama

Kerja sama ialah suatu bentuk interaksi sosial, suatu usaha bersama antara orang

perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu usaha atau beberapa tujuan

bersama.

8. Persaingan Persaingan adalah suatu bentuk interaksi sosial dimana orang-orang atau

kelompok- kelompok berlomba meraih tujuan yang sama.

9. Pertentangan Pertentangan adalah bentuk interaksi sosial dimana individu atau kelompok

berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai

dengan ancaman/kekerasan.

2.2. Kelompok Teman Sebaya

2.2.1 Pengertian Kelompok Teman Sebaya

Anak-anak atau remaja memiliki kebutuhan yang kuat untuk disukai dan diterima

teman sebaya atau kelompok. Sebagai akibatnya, mereka akanmerasa senang apabila

diterima dan sebaliknya akan merasa cemas apabila dikeluarkan dan diremehkan oleh

kawan-kawan sebayanya. Menurut Santrock (2003) teman adalah sekumpulan individu

yang terlibat dalam kebersamaan, saling mendukung, dan memiliki keakraban (intimasi).

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5548/3/T1_132010117_BAB II.pdfLANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi

41

Sedangkan kelompok teman sebaya merupakan sekumpulan anak-anak atau individu

yang berkumpul dan memiliki tingkat usia yang hampir sama serta memiliki kesamaan

tujuan. Menurut Santrock (2007) kawan-kawan sebaya (peers) adalah anak-anak atau

remaja yang memiliki tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama. Teman sebaya

adalah lingkungan kedua setelah keluarga, yang berpengaruh bagi kehidupan remaja

Menurut Hetherington & parke (dalam Supriyanto, 2007) Teman sebaya (peers)

adalah sebuah kelompok sosial sering didefinisikan sebagai semua orang yang memiliki

kesamaan sosial atau yang memiliki kesamaan ciri-ciri, seperti kesamaan tingkat usia.

Brown (dalam santrock, 2007) menjelaskan bahwa sebaya (peers) adalah konsep global

yang artinya merujuk kepada orang-orang lingkungan tetangga, orang-orang rujukan,

kelompok sahabat dan teman.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat dinyatakan bahwa kelompok teman sebaya

adalah suatu kelompok anak-anak yang memiliki tingkat usia dan ciri-ciri yang sama dan

memiliki kesenangan yang sama pula. Dengan adanya kelompok teman sebaya, seorang

individu yang sedang berkembang dari fase kanak-kanak menuju dewasa memiliki

kesempatan untuk mengembangkan diri mereka.

2.2.2 Hubungan dengan Teman Sebaya

Manusia adalah makhluk yang memiliki ketergantungan yang tidak sedikit dan

saling membutuhkan. Kebutuhan-kebutuhan ini terpenuhi melalui kontak dengan

lingkungannya, faktor lingkungan dalam hubungan sosial mempunyai peran yang sangat

menetukan kepribadian seseorang. Seperti yang dijelaskan Rasiman, 2010 (dalam

Cahyaningtyas, 2002) bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang

membutuhkan penghargaan dalam hubungannya dengan orang lain. Selain itu dukungan

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5548/3/T1_132010117_BAB II.pdfLANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi

42

sosial juga bersumber dari orang-orang yang memiliki hubungan yang berarti bagi

individu seperti keluarga, teman dekat, tetanga, dan saudara. Teman dekat merupakan

sumber dukungan sosial karena dapat memberikan rasa senang dan dukungan selama

mengalami suatu permasalahan.

Teman sebaya adalah lingkungan kedua setelah keluarga, yang berpengaruh bagi

kehidupan remaja. Terpengaruh atau tidaknya remaja terhadap teman sebaya tergantung

pada persepsi remaja terhadap teman-temannya, sebab persepsi remaja terhadap teman

sebayanya akan menentukan keputusan yang diambil oleh remaja itu sendiri, yang

nantinya akan mengarahkan pada tinggi atau rendahnya kecenderungan kenakalan

remaja. Kartono (dalam http://infomakalahkuliah.blogspot.com/2012/10/pengaruh-

hubungan-dengan-teman-sebaya.html).

Menurut Santrock (2003) pada banyak remaja, bagaimana mereka dipandang oleh

teman sebaya merupakan aspek yang terpenting dalam kehidupan mereka. Melalui

hubungan antar teman sebaya remaja akanmemperoleh sumber informasi mengenai dunia

diluar keluarga. Remaja memperoleh umpan balik mengenai kemampuannya dari

kelompok teman sebaya. Remaja mempelajari bahwa apa yang mereka lakukan itu lebih

baik, sama baik, atau kurang baik, dibandingakan remaja-remaja lainnya. Bahkan remaja

akan melakukan apapun, agar dapat dimasukkan sebagai anggota.

Santrock (2003) menyatakan bahwa terdapat beberapa strategi yang tepat untuk

mencari teman:

11. Bersikap menyenangkan, baik dan penuh perhatian.

12. Menciptakan interaksi sosial yang baik dari mulai menanyakan nama,usia, dan

aktivitas favorit.

13. Tingkah laku yang prososial seperti jujur, murah hati, dan mau bekerja sama.

14. Menghargai diri sendiri dan orang lain.

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5548/3/T1_132010117_BAB II.pdfLANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi

43

15. Menyediakan dukungan sosial seperti memberikan pertolongan, nasihat, berada

dalam kelompok yang sama dan menguatkan satu sama lain dengan memberikan

pujian.

Wentzel & Asher (dalam Santrock, 2007) membedakan lima status kawan sebaya

yaitu:

11. Remaja popular (popular children) seringkali dipih sebagai kawan terbaik dan jarang

tidak disukai oleh kawan-kawannya.

12. Remaja rata-rata (average children) memperoleh angka rata-rata untuk dipilih secara

positif maupun negatif oleh kawan-kawannya.

13. Remaja yang diabaikan (neglected children) jarang dipilih sebagai kawan terbaik

namun tidak ditolak oleh kawan-kawannya.

14. Remaja yang ditolak (rejected children) jarang dipilih sebagi kawan terbaik seseorang

dan secar aktif tidak disukai oleh teman-temannya.

15. Remaja kontroversional (controversial children) mungkin dipilih sebagi kawan

terbaik seseorang dan mungkin pul tidak disukai oleh kawan-kawannya.

2.3. Bimbingan Kelompok

2.3.1 Pengertian Bimbingan Kelompok

Menurut Prayitno (1995) menyatakan bimbingan kelompok berarti memanfaatkan

dinamika untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan dan konseling. Menurut Winkel

(2004) bimbingan kelompok dilakukan bilamana siswa yang dilayani lebih dari satu

orang. Dalam bimbingan kelompok merupakan sarana untuk menunjang perkembangan

optimal masing-masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari

pengalaman pendidikan ini bagi dirinya sendiri. Menurut Zainal (2012) bimbingan

Page 35: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5548/3/T1_132010117_BAB II.pdfLANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi

44

kelompok dilaksanakan untuk membantu sekelompok individu yang mempunyai

masalah, melalui kegiatan kelompok. Menurut Sukardi (1997) bimbingan kelompok

adalah bimbingan yang diterapkan terhadap sekelompok individu.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat dinyatakan bahwa bimbingan kelompok

adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan secara kelompok guna membahas serta

memecahkan masalah individu dalam kelompok.

2.3.2 Tujuan Bimbingan Kelompok

Menurut Prayitno (1995) bimbingan kelompok memungkinkan siswa memperoleh

kesempatan bagi pembahasan dan pengentasan masalah yang dialami melalui dinamika

kelompok. Menurut Sukardi (1997) tujuan bimbingan kelompok tidak jauh beda dari

tujuan bimbingan pada umumnya, yaitu membantu setiap siswa supaya dapat

berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan potensi-potensi yang dimiliki.

2.3.3 Tahap-tahap Bimbingan Kelompok

Menurut Prayitno (1995) ada empat tahapan, yaitu:

Page 36: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5548/3/T1_132010117_BAB II.pdfLANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi

45

9) Tahap I Pembentukan

Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap

memasukkan diri ke dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini pada umumnya

para anggota saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun

harapan-harapan yang ingin dicapai baik oleh masing-masing, sebagian, maupun seluruh

anggota.

10) Tahap II Peralihan

Tahap kedua merupakan “jembatan” antara tahap pertama dan ketiga. Ada

kalanya jembatan ditempuh dengan amat mudah dan lancar, artinya para anggota

kelompok dapat segera memasuki kegiatan tahap ketiga dengan penuh kemauan dan

kesukarelaan. Ada kalanya juga jembatan itu ditempuh dengan susah payah, artinya para

anggota kelompok enggan memasuki tahap kegiatan keompok yang sebenarnya, yaitu

tahap ketiga. Dalam keadaan seperti ini pemimpin kelompok, dengan gaya

kepemimpinannya yang khas, membawa para anggota meniti jembatan itu dengan

selamat.

11) Tahap III Kegiatan

Tahap ini merupakan inti dari kegiatan kelompok, maka aspek-aspek yang

menjadi isi dan pengiringnya cukup banyak, dan masing-masing aspek tersebut perlu

mendapat perhatian yang seksama dari pemimpin kelompok. ada beberapa yang harus

dilakukan oleh pemimpin dalam tahap ini, yaitu sebagai pengatur proses kegiatan yang

Page 37: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5548/3/T1_132010117_BAB II.pdfLANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi

46

sabar dan terbuka, aktif akan tetapi tidak banyak bicara, dan memberikan dorongan dan

penguatan serta penuh empati.

12) Tahap IV Pengakhiran

Pada tahap pengakhiran bimbingan kelompok, pokok perhatian utama bukanlah

pada berapa kali kelompok itu harus bertemu, tetapi pada hasil yang telah dicapai oleh

kelompok itu. Kegiatan kelompok sebelumnya dan hasil-hasil yang dicapai seyogyanya

mendorong kelompok itu harus melakukan kegiatan sehingga tujuan bersama tercapai

secara penuh.

2.4. Teknik Sosiodrama

2.4.1 Pengertian Sosiodrama

Menurut Bennet (dalam Romlah, 2001), sosiodrama adalah permainan peranan

yang ditujukan untuk memecahkan masalah sosial yang timbul dalam hubungan antar

manusia. Dalam sosiodrama ini individu akan memerankan suatu peranan tertentu dari

situasi masalah sosial. Kegiatan sosiodrama dapat dilaksanakan bila sebagian besar

anggota kelompok menghadapi masalah sosial yang hampir sama, atau bila ingin melatih

atau mengubah sikap-sikap tertentu

Menurut Winkel (2004) Sosiodrama merupakan salah satu teknik dalam

bimbingan kelompok yaitu role playing atau teknik bermain peran.Sosiodrama

merupakan dramatisasai dari persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam pergaulan

dengan orang lain,tingkat konflik-konflik yang dialami dalam pergaulan sosial. Menurut

Harahap (dalam Sukardi, 1994) sosiodrama adalah suatu metode pendidikan yang

mempergunakan unsur memainkan peranan tertentu atau suatu teknik drama dalam suatu

Page 38: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5548/3/T1_132010117_BAB II.pdfLANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi

47

situasi yang diciptakan, dimana si individu ikut serta tetapi tidak sebagai individu

tersebut.

2.4.2.Tujuan Sosiodrama

Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa kegiatan sosiodrama adalah

merupakan suatu dramatisasi dari konflik-konflik yang biasanya timbul dalam kehidupan

sehari-hari. Tujuan dari kegiatan sosiodrama ialah mengembangkan pemahaman tentang

sebab-sebab atau faktor-faktor yang menimbulkan konflik–konflik dalam pergaulan antar

manusia (Winkel, 2004).

Menurut Sukardi (1994) secara terperinci tujuan sosiodrama adalah sebagai

berikut:

9. Menggambarkan atau melukiskan bagaimana seseorang atau beberapa orang peserta

didik menghadapi suatu situasi sosial tertentu, serta bagaimana caranya mereka

memecahkan masalah sosial tersebut.

10. Menumbuhkan, mengembangkan, serta memperkaya sikap rasional dan kritis

terhadap sikap yang harus atau tidak diambil dalam situasi sosial tertentu.

11. Menambah serta memperkaya pengalaman peserta didik untuk dapat menghayati

tentang sesuatu yang dipikirkan, dirasakan atau diinginkan serta situasi sosial

tertentu.

12. Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk meninjau situasi

sosial dari berbagai sudut pandang tertentu.

2.4.3. Tahap-tahap atau Langkah-langkah Sosiodrama

Tahap-tahap atau Langkah-langkah Sosiodrama menurut Menurut Bennet (dalam

Romlah, 2001)

13. Persiapan. Dalam tahap persiapan fasilitator mengemukakan masalah dan tema yang akan

disosiodramakan, dan tujuan permainan. Kemudian diadakan tanya jawab untuk

memperjelas masalah dan peranan-peranan yang akan dimainkan

Page 39: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5548/3/T1_132010117_BAB II.pdfLANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi

48

14. Menyiapkan skenario sosiodrama.

15. Menentukan kelompok yang akan memainkan sesuai dengan kebutuhan skenarionya, dan

memilih individu yang akan memegang peran tertentu. Pemilihan pemegang peranan

dapat dilakukan secara sukarela setelah fasilitator mengemukakan ciri-ciri atau rambu-

rambu masing-masing peran, usulan dari anggota lain atau berdasarkan kedua-duanya.

16. Menentukan kelompok penonton dan memperjelas tugasnya. Tugas kelompok penonton

adalah mengobservasi pelaksanaan permainan. Hasil observasi kelompok penonton

merupakan bahan diskusi setelah permainan selesai.

17. Pelaksanaan sosiodrama. Setelah semua peran terisi, para pemain diberi kesempatan

untuk bergabung beberapa menit untuk menyiapkan diri bagaimana sosiodrama itu

dimainkan. Setelah siap, dimulailah permainan. Pemain diharapkan dapat memperagakan

konflik-konflik yang terjadi, mengekspresikan perasaan-perasaan, dan memperagakan

sikap-sikap tertentu sesuai dengan peranan yang dimainkan. Dalam permainan ini

diharapkan terjadi identifikasi yang sebesar-besarnya antara pemain maupun penonton

dengan peran-peran yang dimainkannya.

18. Evaluasi dan diskusi. Setelah permainan selesai, diadakan diskusi yang diarahkan untuk

membicarakan: tanggapan mengenai bagaimana cara pemain membawakan perannya

sesuai dengan ciri-ciri masing-masing peran, cara pemecahan masalah, dan kesan-kesan

pemain dalam memainkan perannya.

2.5. Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2011) mahasiswa Universitas

Negeri Sebelas Maret menunjukkan bahwa layanan bimbingan kelompok teknik

sosiodrama dapat meningkatkan interaksi sosial dengan teman sebaya dari pra-tindakan

Page 40: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5548/3/T1_132010117_BAB II.pdfLANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi

49

untuk tindakan siklus I dan tindakan siklus II. Kenaikan tersebut terjadi pada siklus

pertama 39,93%, tetapi hasilnya tidak signifikan sebagai indikator keberhasilan di bawah

50%. Peningkatan yang signifikan terjadi pada siklus II sebesar 56,52%, sehingga

hasilnya dapat diartikan bahwa bimbingan kelompok teknik sosiodrama dinyatakan

berhasil

Pada silus kedua. Berdasarkan data tersebut dapat disimpukan bahwa bimbingan

kelompok teknik sosiodrama efektif untuk meningkatkan interaksi sosial dengan teman

sebaya di kelas VII SMP Negeri 8 Surakarta Tahun 2011/2012.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Supriyanto (2011) bahwa layanan bimbingan

kelompok teknik sosiodrama dapat meningkatkan interaksi sosial dengan teman sebaya.

Sebelum dilakukan layanan, 11 sisiwa masuk dalam kategori rendah, 8 siswa masuk

dalam kategori sedang, dan 4 siswa masuk dalam kategori tinggi. Dalam tindakan

penulis melakukan siklus I dan siklus II. Dalam siklus I ada 4 siswa (17%) berkategori

rendah, ada 10 siswa (43%) berkategori sedang dan 9 siswa (40%) berkategori tinggi,

masih ada siswa yang skornya dibawah 53 yaitu 4 siswa (17%). Setelah dilakukan siklus

II , 100% subyek penelitian dan berkategori sedang hingga tinggi yakni 10 siswa (43%)

dalam kategori tinggi dan 13 siswa (57%) dalam kategori sedang. Berdasarkan data

tersebut dapat disimpukan bahwa bimbingan klasikal teknik sosiodrama efektif untuk

meningkatkan interaksi sosial dengan teman sebaya di kelas VIIA di SMP Pendowo

Ngablak Kab. Magelang

2.6. Kerangka Berpikir

Interaksi sosial siswa dapat terjadi di tiga lingkungan yaitu keluarga, sekolah, dan

masyarakat. Lingkungan sekolah adalah lingkungan kedua setelah keluarga. Siswa

Page 41: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5548/3/T1_132010117_BAB II.pdfLANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi

50

berinteraksi dengan guru, teman sebaya, dan warga sekolah lainnya ketika berada di

lingkungan sekolah. Siswa kelas VIIIB SMP Negeri 02 Kaliwungu memiliki interaksi

sosial teman sebaya yang rendah. Untuk mengatasi hal tersebut, penulis menerapkan

bimbingan kelompok teknik sosiodrama. Sesuai dengan namanya sosiodarama dapat

dipergunakan untuk menangani masalah sosial seperti masalah interaksi sosial teman

sebaya.

Siswa yang memiliki masalah dalam interaksi sosial teman sebaya akan dibagi

menjadi 2 kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok

eksperimen adalah kelompok yang diberi perlakuan (treatment), sedangkan kelompok

kontrol adalah kelompok yang tidak diberi perlakuan (treatment).Kelompok eksperiment

dan kelompok kontrol sama-sama diberi pretest dan juga posttest.

Adapun kerangka berpikir mengenai peningkatan interaksi sosial teman sebaya

melalui bimbingan kelompok teknik sosiodrama dapat dilihat gambar 2.1.

Preetest

2.7. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan kajian teori yang telah dikemukakan , peneliti

mengajukan hipotesis sebagai berikut:

Bimbingan kelompok teknik sosiodrama dapat meningkatkan interaksi sosial

teman sebaya kelas VIIIB SMP Negeri 02 Kaliwungu Kabupaten Semarang.

dib

andin

gkan

Treatment Hasil Kel. Eksperimen

Hasil Tanpa

Treatment

Kel. Kontrol