bab ii landasan pustaka a. kajian teori 1. bimbingan dan
TRANSCRIPT
9
BAB II
LANDASAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Bimbingan dan Konseling
Secara etimologis bimbingan dan konseling, terdiri atas dua kata yaitu
“bimbingan” (Terjemahan dari kata ”guidance” ). Dan “konseling” (diadopsi
dari kata “counseling”). Dalam praktik, bimbingan dan konseling merupakan
satu kesatuan kegiatan yang tidak terpisahkan. Keduanya merupakan bagian
integral (Tohirin, 2011:15).
a. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Menurut schertezer dan stone (dalam mu’awanah dan hidayah
2009:53) menyatakan bahwa bimbingan adalah memberikan batasan
bimbingan sebagai proses pemberian bantuan secara individu yang bertujuan
agar individu dapat memahami diri dan dunianya. Bimbingan digunakan
untuk membantu siswa agar mengerti tentang dirinya sendiri dan dunianya
bagaimana siswa bisa mengenali kemampuan yang dimiliki dan mengenali
lingkungan sekitar mereka. Siswa yang bisa mengenali kemampuan dirinya
dan mengenali lingkungan sekitar mereka akan mudah untuk menjalani semua
permasalahan yang di hadapi siswa.
Menurut Surya (dalam Tohirin, 2011:17) menyatakan bahwa
bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang baik laki-laki atau
perempuan yang memiliki pribadi yang baik dan pendidikan yang memadai,
10
kepada seseorang (individu) dari setiap usia untuk menolongnya
mengembangkan kegiatan – kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah
pandanngnya sendiri, memikul bebannya sendiri.
Menurut Miller (dalam Tohirin, 2011:17) menyatakan bahwa
bimbingan merupakan proses bantuan terhadap individu untuk mencapai
pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan
penyasuaian diri secara maksimum kepada sekolah, keluarga dan masyarakat.
Bimbingan di sekolah Hamalik menyatakan (dalam Tohirin, 2011:20)
menyatahkan bahwa bimbingan di sekolah merupakan aspek program
pendidikan yang berkenaan dengan bantuan terhadap para siswa agar dapat
menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapinya dan merencanakan masa
depannya sesuai dengan minat, kemampuan, dan kebutuhan sosialnya.
Merujuk kepada proses perkembangan individu yang dibimbing, maka
bimbingan juga berarti proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh
pembimbing kepada terbimbing agar individu yang dibimbing mencapai
perkembangan yang optimal. Apabila merujuk pada persoalan-persoalan yang
dihadapi individu yang dibimbing mampu mengenal, menghadapi, dan
memecahkan masalah–masalah dalam hidupnya. Masalah-masalah yang
dimaksud dalam makna diatas tentu dalam arti luas yang mencakup masalah
pribadi, sosial, pendidikan (akademik), karier, penyesuaian diri, dan lain
sebagainya.
Bimbingan merupakan suatu proses yang berkesinambungan bukan
kegiatan yang seketika atau kebetulan. Bimbingan merupakan serangkaian
11
tahapan kegiatan yang sistematis dan berencana yang terarah kepada
pencapaian tujuan (Yusuf, 2006:6). Bimbingan suatu proses yang tidak dapat
seketika bimbingan harus dilaksanakan dengan bertahap untuk melaksanakan
suatu kegiatan. Bimbingan merupakan bantuan kepada individu atau
kelompok agar individu atau kelmpok dapat memecakan sebuah masalah yang
dihadapi dengan melibatkan pembimbing. Kerena pembimbing adalah sebuah
solusi agar masalah yang dihadapi memperoleh jalan keluar dengan
memberikan saran kepada individu atau kelompok agar mencapai jalan keluar.
Menurut jones (dalam Sutirna, 2013:13) meyatakan konseling itu
membicarakan masalah seseorang dengan berdiskusi dalam prosesnya, hal ini
dapat dilakukan secara individual dimana masalahnya sangat rahasia dan
kelompok masalahnya yang umum (bukan rahasia). Menurut Prayitno dan
Erman Amti (dalam Sutirna, 2013:15) konseling adalah proses pemberian
bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli
(disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah
(disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapai klien.
Menurut winkel (dalam Sutirna, 2013:15) konseling sebagai
serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam usaha membantu
konseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil
tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah
khusus.Menurut Montersen (dalam Tohirin, 2011:15) konseling merupakan
proses hubungan antar pribadi dimana orang yang satu membantu yang
12
lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan kecakapan menemukan
masalahnya. Dalam pengertian ini dijelaskan bahwa konseling pertemuan
antara konselor dengan konseli dimana konselor membantu konseli untuk
memecahkan masalah dengan membantu untuk mencari jalan keluar masalah
yang dihadapi.
Konseling merupakan situasi pertemuan tatap muka antara konselor
dengan klien (siswa) yang berusaha memecahkan masalahnya berdasarkan
penentuan sendiri. (Tohirin, 2011:23). pengertian ini menunjukan bahwa
konseling merupakan suatu situasi pertemuan tatap muka antara konselor
dengan klien dimana konselor berusaha membantu klien memecahkan
masalah yang dihadapi klien (siswa) berdasarkan pertimbangan bersama-
sama, tetapi penentuan pemecahan masalah dilakukan oleh klien sendiri.
Artinya bukan konselor yang memecahkan masalah klien.
Berbagai pendapat yang dikemukakan mengenai bimbingan dan
konseling maka dapat ditarik kesimpulam bahwa bimbingan dan konseling di
sekolah dasar merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan secara
tatap muka antara seorang ahli (di SD yaitu guru kelas) kepada individu yang
bermasalah (peserta didik siswa) untuk membantu agar tersebut mampu
menjadi pribadi yang mandiri dan berkembang secara optimal dalam
kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan belajar, dan perencanaan
karir melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan
norma-norma yang berlaku.
13
b. Tujuan Bimbingan dan Konseling
Tujuan pelayanan bimbingan konseling ialah agar konseli (peserta
didik) dapat: merencanakan kegiatan penyelesaian studi, (1)
perkembangan karier serta kehidupannya dimasa yang akan datang, (2)
mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal
mungkin, (3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan,
lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya, (4) mengatasi
hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan
lingkungan pendidikan masyarakat (Sutirna, 2013:18).
Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik
(belajar) adalah sebagai berikut:
1) Memiliki kesadaran akan potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami
berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar yang
dialaminya.
2) Memiliki sikap dan kebiasan belajar yang positif, seperti kebiasaan
membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap
semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang
diprogramkan.
3) Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
14
4) Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif seperti
keterampilan membaca buku, menggunakan kamus, mencatat pelajaran,
dan mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian
5) Memiliki keterampilan untuk menetapakan tujuan dan perencanaan
pendidikan, seperti membuat jadwal pelajaran, mengerjakan tugas
memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu dan berusaha
memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka megembangkan
wawasan yang lebih luas.
6) Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.
Menurut kurikulum 2013 dan kurikulum 2006 tujuan bimbingan dan
konseling adalah sebagai berikut :
1) Memahami dan menerima diri dari lingkungannya
2) Merencanakan kegiatan penyelesaia studi, perkembangan karier dan
kehidupannya dimasa yang akan datang.
3) Mengembangkan potensinya seoptimal mungkin
4) Menyesuaikan diri dengan lingkungannnya
5) Mengatasi hambatan ayau kesulitan yang dihadapi dalam
kehidupannya dan
6) Mengaktualisasikan dirinya secara bertanggung jawab.
15
c. Fungsi Bimbingan dan konseling
Bimbingan dan konseling memiliki fungsi dalam mengatasi
pemasalahan-permasalahan yang ada diantaranya adalah:
1) Fungsi Pencegahan
Melalui fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling
dimaksudkan untuk mencegah timbulnya masalah pada diri siswa
sehingga mereka terhindar dari berbagai masalah yang dapat
menghambat perkembangannya. Fungsi ini dapat diwujudkan oleh
guru pembimbing atau konselor dengan merumuskan program
bimbingan yang sistematis sehingga hal-hal yang dapat
menghambat perkembangan siswa seperti kesulitan belajar,
kekurangan informasi, masalah social dan lain sebagainya dapat
dihindari.
2) Fungsi Pemahaman
Melalui fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling
dilaksanakan dalam rangka memberikan pemahaman tentang diri
klien atau siswa beserta permasalahannya dan juga ligkungannya
oleh klien itu sendiri dan oleh pihak-pihak yang membantunya
(pembimbing)
3) Fungsi Pengentasan
Apabila seseorang mengalami suatu permasalahan dan tidak dapat
memecahkannya sendiri lalu ia pergi ke pembimbing atau
16
konselor, maka yang diharapkan oleh siswa yang bersangkutan
adalah adalah teratasinya masalah yang dihadapinya. Siswa yang
mengalami masalah dianggap berada dalam suatu kondisi atau
keadaan yang tidak mengenakan sehingga perlu diangkat atau
dikeluarkan dari kondisi atau keadaan tersebut. Masalah yang
dialami siswa sangat tidak mengenakan bagi siswa oleh sebab itu
masalah perlu dientas atau diangkat dari keadaan yang tidak
disukai. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan
melalui bimbingan konseling pada hakikatnya merupakan upaya
pengentasan.
4) Fungsi Pemeliharan
Menurut prayitno dan Erman (dalam Tohirin, 2011:46) fungsi
pemeliharaan berarti memelihara segala sesuatu yang baik (positif)
yang ada pada diri individu (siswa), baik hal itu merupakan
pembawaan maupun hasil-hasil perkembangan yang telah dicapai
selama ini. Mempunyai kepintaran, bakat yang sangat baik,
mempunyai minat dalam hal-hal yang baik dan produktif. Sikap
dan kebiasaan yang baik harus dipelihara agar dapat memperoleh
hasil yang baik pula dalam kehidupan sekarang ataupun yang akan
datang.
Menurut prayitno dan Erman Amti (dalam Tohirin, 2011:46)
menyatakan bahwa fungsi pemeliharan disini bukan sekedar
mempertahankan agar hal-hal yang telah disebutkan diatas tetap utuh
17
tidak rusak, dan tetap dalam keadaan semula, melainkan juga
mengusahakan agar hal-hal tersebut bertambah lebih baik dan
berkembang.
5) Fungsi Penyaluran
Setiap siswa hendaknya memperoleh kesempatan untuk
mengembangkan diri sesuai dengan keadaan pribadinya masing-masing
yang meliputi bakat, minat, kecakapan, cita-cita dan lain sebagainya.
Melalui fungsi ini pelayanan bimbingan dan konseling berupaya
mengenali siswa secara perorangan.
Bentuk kegiatan bimbingan dan konseling berkaitan dengan fungsi ini
adalah: (1) pemilihan sekolah lanjutan, (2) memperoleh jurusan yang
tepat, (3) penyusunan program belajar, (4) pengembangkan bakat minat
(5) perencanaan karier
6) Fungsi penyesuaian
Melalui fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling membantu
terciptanya penyesuaian antara siswa dengan lingkungannya. Dengan
kata lain, melalui fungsi ini pelayanan bimbingan dan konseling
membantu siswa memperoleh penyesuaian diri secara baik dengan
lingkungannya (terutama lingkungan sekolah bagi siswa).
7) Fungsi Pengembangan
Siswa di sekolah atau madrasah merupakan individu yang sedang
dalam proses perkembangan. Misalnya murid SD/MI adalah sosok
individu yang sedang berkembang menuju usia SMP/MTS, siswa
18
SMP/MTS, adalah sosok individu yang sedang berkembang menuju usia
SMA/MA dan seterusnya. Melalui fungsi pengembangan pelayanan
bimbingan dan konseling diberikan kepada para siswa untuk membantu
para siswa dalam pengembangan keseluruhan potensinya secara lebih
terarah. Pelayanan bimbingan dan koseling mengharapkan siswa dapat
berkembang sesuai dengan potensinya masing-masing.
8) Fungsi Perbaikan
Setiap individu ataupun siswa memiliki masalah. Bisa dipastikan
bahwa tidak ada individu atau siswa yang tidak mempunyai sebuah
masalah. Meskipun pelayanan bimbingan dan konseling melaui fungsi
pencegahan, penyaluran dan penyesuaian telah diberikan, tetapi masih
mungkin individu (siswa) memiliki masalah-masalah tertentu. Sehingga
fungsi perbaikan diperlukan. Berbeda dengan fungsi pencegahan dalam
fungsi perbaikan didalam fungsi perbaikan siwa yang mendapatkan
masalah yang mendapat prioritas untuk diberikan bantuan, sehingga
diharapkan masalah yang dialami oleh siswa tidak terjadi lagi pada masa
yang akan datang.
9) Fungsi advokasi
Layanan bimbingan dan konseling melalui fungsi advokasi adalah
membantu peseta didik memperoleh pembelaan atas hak dan
kepentingannya yang kurang mendapat perhatian. Fungsi-fungsi tersebut
diwujudkan melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan
konseling untuk mencapai hasil sebagaimana yang terkandung dalam
19
fungsi-fungsi tersebut apabila semua fungsi-fungsi itu terlaksana dengan
baik, maka peserta didik akan mampu berkembang secara optimal dan
untuk kelancaran pelaksanaan fungsi tersebut, diperlukan kerjasama
antara konselor guru-guru dan staf sekolah lainnya.
Menurut kurikulum 2013 dan kurikulum 2006 fungsi bimbingan dan
konseling adalah sebagai berikut :
1) Pemahaman yaitu membantu konseli agar memiliki pemahaman yang lebih
baik terhadap dirinya dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, budaya, dan
norma agama).
2) Fasilitas yaitu memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai
perumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang
seluruh aspek pribadinya.
3) Penyesuaian yaitu membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
4) Penyaluran yaitu membantu konseli merencanakan pendidikan pekerjaan dan
karir masa depan, termasuk juga memilih program peminatan yang sesuai
kemampuan, minat, bakat, keahlian, dan cirri-ciri kepribadiannya.
5) Adaptasi yaitu membantu para pelaksanaan pendidikan termasuk kepala
satuan pendidikan, staf administrasi, dan guru matapelajaran atau guru kelas
untuk menyesuaikan program dan aktivitas pendidikan dengan latar belakang
pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan peserta didik/konseli.
20
6) Pencegahan yaitu membantu peserta didik/konseli dalam mengantisupasi
berbagai kemugkinan timbulnya masalah dan berupaya untuk mencegahnya,
supaya peserta didik/konseli tidak mengalami masalah dalam kehidupannya.
7) Perbaikan dan penyembuhan yaitu mebantu peserta didik/konseli yang
bermasalah agar dapat memperbaiki kekeliruan berfikir, berperasaan,
berkehendak, dan bertindak. Konselor atau guru bimbingan dan konseling
melakukan memberikan perlakuan terhadap konseli supaya memiliki pola
fikir yang rasional dan memiliki perasaan yang tepat, sehinnga konseli
berkendak merencanakan dan melaksanakan tindakan yang produktif dan
normatif.
8) Pemeliharaan yaitu membentu peserta didik/konseli supaya dapat menjaga
kondisi pribadi yang sehat-normal dan mempertahankan situasi kondusif yang
telah tercipta dalam dirinya.
9) Pengembangan yaitu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang
memfasilitasi perkembangan peserta didik/konseli melalui pembangunan
jejaring yang bersifat kolaboratif.
10) Advokasi yaitu membantu peserta didik/konseli berupaya pembelaan terhadap
hak-hak konseli yang mengalami perlakuan diskriminatif.
d. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling
Agar dapat melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling dengan sebaik-
baiknya maka ada beberapa hal yang perlu dijadikan pedoman sehingga
pelayanan bimbingan dan konseling dapat sesuai dengan yang diharapakan.
21
Adapun prinsip-prinsip bimbingan yang perlu kita pedomani adalah sebagai
berikut :
1) Hendaknya dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling individu
(siswa) dianggap sebagai individu yang berkemampuan, termasuk
kemampuan untuk memecahkan masalahnya. Merupakan tugas pembimbing
untuk memecahkan masalahnya.
2) Siswa adalah individu yang berharga, sehingga perlu dihormati
bagaimanapun keadaanya, mereka (siswa) tidak boleh diremehkan
direndahkan martabatnya, baik oleh sikap perbuatan maupun kata-kata
pembimbing. Pembimbing seharusnya menunjukan sikap hormat kepada
klien, menunjukan perhatian agar klien tumbuh rasa percaya terhadap
pembimbing. Dengan rasa percaya kepada pembimbing maka siswa akan
membicarakan semua masalah yang dihadapinya.
3) Siswa sebagai individu yang merupakan kebulatan. Tingkah lakunya diwarnai
oleh keadaan fisik, psikis, serta sosial dan latar belakang lainnya, demikian
pula kelainan tingkah lakunya. Dengan demikian siswa perlu dipahami oleh
pembimbing keadaanya secara menyeluruh juga segi kehidupannya.
4) Siswa adalah merupakan makhluk yang unik, artinya antara siswa satu dengan
yang lain terdapat perbedaan. Dengan demikian, perlu sekali dipahami sifat-
sifat dari masing-masing siswa.
Keberhasilan pelayanan bimbingan di sekolah amat diperlukan oleh kesediaan
serta kesadaran siswa itu sendiri. Tanpa ada kesadaran tersebut layanan
22
bimbingan konseling tidak akan berjalan. Oleh karana itu, usaha paling awal
yang perlu dilakukan oleh seorang pembimbing di sekolah adalah menanamkan
kesadaran akan pentingnya bimbingan bagi diri sendiri, setelah itu baru diberi
layanan bimbingan dan konseling.
Prinsip-prinsip menurut kurikulum 2013 dan 2006 adalah sebagai berikut :
1) Bimbingan dan konseling diperuntukan bagi semua peserta didik/konseli dan
tidak diskriminatif. Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada
semua peserta didik/konseli, baik yang tidak bersalah maupun yang bersalah,
baik pria maupun wanita, baik anak-anak, remaja maupun dewasa tanpa
dikriminatif.
2) Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi. Setiap peserta didik
bersifat unik (berbeda satu sama lainnya) dan dinamis, dan melalui bimbingan
peserta didik/konseli dibantu untuk menjadi dirinya sendiri secara utuh.
3) Bimbingan konseling menekankan nilai-nilai positif. Bimbingan dan
konseling merupakan upaya memberikan bantuan kepada konseli untuk
membangun pandangan positif dan mengembangkan nilai-nilai positif yang
ada pada dirinya dan lingkungannya.
4) Bimbingan dan konseling merupakan tanggung jawab bersama. Bimbingan
dan konseling bukan hanya tanggung jawab konselor atau guru bimbingan dan
konseling, tetapi tanggung jawab guru-guru dan pimpinan satuan pendidikan
sesuai dengan tugas dan kewenangan serta peran masing-masing.
23
5) Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan dan
konseling. Bimbingan dan konselung diarahkan untuk membantu peserta
didik/konseli agar dapat melakukan pilihan dan mengambil keputusan serta
merealisasikan keputusannya secara bertanggung jawab.
6) Bimbingan dan konseling berlangsung dalam berbagai setting (adegan)
kehidupan. Pemberian pelayanan bimbingan dan konseling tidak hanya
berlangsung pada satuan pendidikan, tetapi juga di lingkungan keluarga,
perusahaan/industry, lembaga-lembaga pemerintah/swasta dan masyarakat
pada umumnya.
7) Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan.
Penyelenggaraan bimbingan dan konseling tidak terlepas dari upaya
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
8) Bimbingan dan konseling dilaksanakan dalam bingkai budaya Indonesia.
Interaksi antar guru bimbingandan konseling atau konselor dengan peserta
didik harus senantiasa selaras dan serasi dengan nilai-nilai yang dijunjung
tinggi oleh kebudayaan dimana layanan itu dilaksanakan.
9) Bimbingan dan konseling bersifat fleksibel adaptif serta berkelanjutan.
Layanan bimbingan dan konseling harus mempertimbangkan situasi dan
kondisi serta daya dukung sarana dan prasarana yang tersedia.
10) Bimbingan dan konseling dilaksanakan oleh tenaga profesional dan
kompeten. Layanan bimbingan dan konseling dilakukan oleh tenaga pendidik
professional yaitu konselor atau guru bimbingan dan konseling yang
berkualifikasi akademik Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang bimbingan
24
bimbingan dan konseling dan telah lulus profesi guru bimbingan dan
konseling/konselor dari lembaga pendidikan tinggi kependidikan yang
terakreditasi.
11) Program bimbingan dan konseling disusun berdasarkan hasil analisis
kebutuhan peserta didik/konseli dalam berbagai aspek perkembangan.
12) Program bimbingan dan konseling di evaluasi untuk mengetahui keberhasilan
layanan dan pengembangan program lebih lanjut.
e. Bidang-Bidang Bimbingan dan Konseling
Menurut Hellen (2005:72) pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah
merupakan kegiatan yang sistematis dan terarah dan berkelanjutan.
1) Bidang bimbingan pribadi
Dalam bidang bimbingan pribadi, pelayanan bimbingan dan konseling
membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa, mantap dan mandiri serta sehat
jasmani dan rohani.
2) Bidang bimbingan sosial
Dalam bidang bimbingan dan sosial, pelayanan bimbingan dan konseling di
sekolah berusaha membantu peserta didik mengenal dan berhubungan dengan
lingkungan sosialnya yang dilandasi budi pekerti, tanggung jawab
kemasyarakatan dan kenegaraan.
3) Bidang bimbingan belajar
Dalam bidang bimbingan dan belajar, pelayanan bimbingan dan konseling
membantu peserta didik untuk menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan
25
kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai pengetahuan dan keterampilan
sejalan dengan mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan
ketingkat yang lebih tinggi atau untuk terjun kelapangan tertentu.
4) Bidang bimbingan karier
Dalam bidang bimbingan karier ini, pelayanan bimbingan dan konseling
ditunjukan untuk mengenal potensi diri, mengembangkan dan memantapkan
pilihan karier.
Meunrut kurikulum 2013 dan kurikulum 2006 tentang bidang layanan
bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut :
1) Layanan bimbingan dan konseling pribadi
Bimbingan konseling pribadi adalah suatu proses bantuan dari konselor
atau guru bimbingan dan konseling kepada peserta didik/konseli untuk
memahami, menerima, mengarahkan mengambil keputusan, dan
merealisasikan keputusannya secara bertanggung jawab tentang
perkembangan aspek pribadinya, sehingga dapat mencapai
perkembangan pribadinya secara optimal dan mencapai kebahagiaan,
kesejahteraan dan keselamatan dalam kehidupannya.
2) Layanan bimbingan dan konseling sosial
Program layanan bimbingan dan konseling sosial adalah suatu proses
pemberian bantuan dari konselor kepada peserta didik/konseli untuk
memahami lingkungannya dan dapat melakukan interaksi sosial secara
positif, terampil berinteraksi sosial, mampu mengatasi masalah-masalah
26
sosial yang dialaminya, mampu menyesuaikan diri dan memeiliki
keserasian hubungan dengan lingkungan sosialnya sehingga mencapai
kebahagiaan dan kebermaknaan dalam kehidupannya.
3) Layanan bimbingan dan konseling belajar
Program layanan bimbingan dan konseling belajar adalah suatu bantuan
konselor atau guru bimbingan dan konseling peserta didik/konseli dalam
mengenali potensi diri untuk belajar, memiliki sikap dan keterampilan
belajar, terampil merencanakan pendidikan, memiliki kesiapan
menghadapi ujian, memiliki kebiasaan belajar teratur dan mencapai hasil
belajar secara optimal sehingga dapat mencapai hasil belajar secara
optimal sehingga dapat mencapai kesuksesan, kesejahteraan, dan
kebahagian dalam hidupnya.
4) Layanan bimbingan dan konseling karier
Layanan bimbingan dan konseling karier adalah bantuan konselor atau
guru bimbingan dan konseling kepada peserta didik/konseli untuk
mengalami pertumbuhan, perkembangan, ekplorasi, aspirasi dan
pengembalian keputusan karier sepanjang rentang hidupnya secara
rasional dan realistis berdasar informasi potensii diri dan kesempatan
yang terssedia di lingkunga hidupnya sehingga mencapai kesuksesan
dalam kehidupannya.
27
f. Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling
Layanan bimbingan dan konseling dilakukan melalui kontak langsung
dengan sasaran layanan (konseli/siswa), dan secara langsung berkenaan
dengan permasalahan atau kepentingan tertentu yang dirasakan oleh sasaran
layanan itu. Layanan tersebut diharapkan dapat memberikan dampak positif
secara langsung kepada sasaran (konseli) yang mendapatkan layanan.
Menurut Nurihsan (2003: 73-75), jenis-jenis layanan bimbingan dan
konseling di sekolah dasar meliputi “(1) layanan orientasi; (2) layanan
informasi; (3) layanan penempatan/penyaluran (4) layanan pembelajaran; (5)
konseling perorangan; (6) bimbingan kelompok (7) konseling kelompok.
Tohirin (2011: 141-206) menyebutkan ada Sembilan jenis layanan
bimbingan dan konseling yaitu (1) layanan orientasi; (2) layanan informasi;
(3) layanan penempatan penyaluran; (4) layanan pengausaan konten; (5)
layanan konseling perorangan; (6) layanan bimbingan kelompok; (7) layanan
konseling kelompok; (8) layanan konsultasi; (9) layanan mediasi.
1) Layanan oientasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan peserta didik (konseli) memahami lingkungan yang baru
dimasuki peserta didik, untuk mempermudah dan memperlancar
berperannya peserta didik di lingkungan yang baru tersebut.
2) Layanan informasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinan peserta didik (konseli) menerima dan memahami berbagai
28
informasi yang mendapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan
pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik.
3) Layanan penempetan dan penyaluran, yaitu layanan bimbingan dan
konseling yang memungkinkan peserta didik (konseli) memperoleh
penempatan dan penyaluran yang tepat sesuai dengan potensi, bakat, minat,
serta kondisi pribadinya.
4) Layanan pengausaan konten, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
kemungkinan peserta didik (konseli) mengembangkan diri berkenaan
dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok
dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan
kegiatan belajar lainnya.
5) Layanan konseling perorangan, yaitu layanan bimbingan dan konseling
yang memungkinkan peserta didik (konseli) mendapatkan layanan langsung
tatap muka secara perorangan dengan guru pembimbing dalam rangka
pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi yang sedang
dihadapinya.
6) Layanan bimbingan kelompok, yaitu layanan bimbingan dan konseling
yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui
dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu
(terutama dari guru pembimbing) dan atau membahas secara bersama-sama
pokok bahasan (topik) tertentu yang berguna untuk menunjang pemahaman
dan kehidupannya sehari-hari dan atau untuk perkembangan dirinya baik
29
sebagai individu maupun sebagai pelajar, dan untuk pertimbangan dalam
pengambilan keputusan, dan atau keputusan tertentu.
7) Layanan konseling kelompok, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan peserta didik (konseli) memperoleh kesempatan untuk
pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialamiya melalui
dinamika kelompok. Masalah yang dibahas merupakan masalah-masalah
pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok.
8) Layanan konsultasi, layanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan
antara seorang guru terhadap konsultasi yang memungkinkannya untuk
memeproleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu
dilaksanakannya dalam menangani kondisi atau pihak ketiga.
9) Layanan mediasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
dilaksanakan konselor (guru) terhadap dua orang atau lebih yang sedang
dalam keadaan saling tidak menemukan kecocokan.
Selain kegiatan layanan yang telah disebutkan di atas, di dalam
bimbingan dan konseling terdapat beberapa kegiatan lain yang disebut
kegiatan pendukung. Pada umumnya kegiatan pendukung tidak ditujukan
secara langsung untuk memecahkan atau mengentaskan masalah konseli
melainkan untuk diperolehnya data dan keteranga lain serta kemudahan-
kemudahan atau komitmen yang akan membantu kelancaran dan keberhasilan
kegiatan layananan kepada peserta didik.
30
Menurut Tohirin (2011: 207-256) menyebutkan kegiatan pendukung
bimbingan dan konseling meliputi “aplikasi instrumentasi, himpunan data,
konferensi kasus, kunjungan rumah, dan alih tangan kasus.”
1) Aplikasi insrumentasi, yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling
untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik,
keterangan tentang lingkungan peserta didik dan lingkungan yang lebih
luas, pengimpulan data dan keterangan tentang peserta didik dan
lingkungan yang lebih luas, pengumpulan data ini dapat dilakukan
dengan berbagai instrument baik tesmaupun non tes.
2) Himpunan data, yaitu kegiatan bimbingan dan konseling untuk
menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan
pengembangan peserta didik. Himpunan data dilaksanakan secara
berkelanjutan, sistematis, komperhensif, terpadu dan sifatnya tertutup.
3) Konferensi kasus, yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling
untuk membahas permasalahan yang dialami oleh peserta didik dalam
suatu forum pertemuan yang dihadiri pleh berbagai pihak yang
diharapkan dapat memberikan bahan, keterangan, kemudahan, dan
komitmen bagi terentasnya permasalahan tersebut. Pertemuan dalam
rangka konferensi kasus besifat terbatas dan tertutup.
4) Kunjungan rumah, yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling
untuk memperoleh data, keterangan, kemudahan dan komitmen bagi
terentaskannya permasalahan peserta didik (konseli) melalui kunjungan
31
ke rumah. Kegiatan ini memerlukan kerja sama yang penuh dari orang
tua dan anggota keluarga lainnya.
2. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar kurikulum 2006 dan
2013
Pemerintah telah mengeluarkan berbagai upaya untuk memajukan
pendidikan di Indonesia salah satunya dengan mengeluarkan kurikulum
bimbimngan dan konseling yang diatur dalam kurikulum 2006 dan kurikulum
2013. Bimbingan dan konseling yang terdapat pada ktsp atau kurikulum 2006
pada bimbingan dan konseling diatur dalam PERMENDIKNAS Nomor 22
Tahun 2006 tentang Standar Isi yang didalamnya memuat struktur kurikulum,
telah mempertajam perlunya disusun dan dilaksanakannya program
pengembangan diri yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan
kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi
sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh
konselor, guru kelas, atau tenaga pendidikan yang dapat dilakukan dalam
bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan
melalui kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling yang berkenaan dengan
masalah diri pribadi, kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir
peserta didik.
32
Kurikulum 2013 bimbingan dan konseling diatur pada
PERMENDIKBUD Nomor 111 Tahun 2014 tentang bimbingan dan
konseling pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah yang memuat
program peminatan peserta didik yang merupakan suatu proses pemelihan
dan pengambilan keputusan oleh peserta didik yang didasarkan atas
pemahaman potensi diri dan peluang yang ada pada satuan pendidikan.
Kegiatan bimbingan dan konseling di SD pada kurikulum 2013 dilaksanakan
langsung oleh konselor atau guru bimbingan dan konseling, atau gugus aatu
sejumlah SD dapat mengangkat seorang konselor atau guru bimbingan dan
konseling. Kegiatan bimbingan dan konseling konselor atau guru bimbingan
dan konseling dapat bekerja sama dengan guru kelas dalam membantu
tercapainya perkembangan peserta didik/konseli dalam bidang layanan
pribadi, sosial, belajar, dan karir secara utuh dan optimal.
3. Peran guru kelas dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling
di sekolah dasar.
Tugas guru kelas selain mengajar adalah menyelenggarakan
pelayanan bimbingan dan konseling terhadap seluruh siswa di kelas yang
menjadi tanggunga jawabnya. Setiap hari, guru kelas berada bersama siswa
dalam proses pendidikan dasar yang amat penting dalam seluruh
perkembangan siswa sehingga guru kelas lebih memahami secara mendalam
pribadi siswanya. Guru akan lebih mengetahui bagaimana kebiasaan siswanya
setiap hari baik di dalam maupun di luar kelas. selama jam sekolah,
33
kecenderungan akademik serta bakat dan minatnya, hambatan dan
permasalahan yang di hadapi serta kondisi keluarga maupun lingkungannya.
Implementasi kegitan bimbingan dan konseling sangat menentukan
keberhasilan proses belajar mengajar. Oleh karena itu peranan guru kelas
dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling sangat penting dalam
rangka mengekfektifkan pencapaian tujuan pembelajaran. Menurut sardiman
(2011:142) mengatakan bahwa ada Sembilan peran guru kelas dalam kegiatan
BK di SD, yaitu :
1) Informator, Guru diharapakn sebagai pelaksana cara mengajar
inormatif, laboratorium, studi lapangan dan sumber informasi
kegaiatan akademik maupun umum.
2) Organisator, Guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus,
jadwal pelajaran dan lain-lain
3) Motivator, Guru harus mamapu merangsang dan memberikan
dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siwa
menumbuhkan swadaya (aktifitas) dan daya cipta (kreatifitas)
sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar mengajar.
4) Director , Guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan
belajar siswa sesuai dengan tujuan yang di cita-citakan.
5) Inisiator, Guru sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar
mengajar
34
6) Transmitter, Guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam
pendidikan pengetahuan
7) Fasilitator, Guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam
proses belajar mengajar.
8) Mediator, Guru sebagai penengah dalan kegiatan belajar mengajar
siswa
9) Evaluator, Guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak
didik dalam bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya,
sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau
tidak.
4. Pelaksanaaan Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar
Pelaksanaan bimbingan dan konseling harus dilaksanakan di SD/MI.
Oleh karena itu, guru perlu mempelajari terlebih dahulu sehingga
memperoleh pemahaman baik secara konseptual maupun parktikal.
Pelaksanaan bimbingan dan konseling memerlukan guru yang kreatif dan
inovatif dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling agar pelaksanaan
bimbingan dan konseling dapat berjalan dengan lancar. Menurut Hellen
(2005:72) pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan
kegiatan yang sistematis dan terarah dan berkelanjutan pelaksanaan layanan
bimbingan dan konseling sebagai berikut:
1) Bidang bimbingan pribadi
Dalam bidang bimbingan pribadi, pelayanan bimbingan dan konseling
membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan
35
bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa, mantap dan mandiri serta sehat
jasmani dan rohani.
2) Bidang bimbingan sosial
Dalam bidang bimbingan dan sosial, pelayanan bimbingan dan konseling di
sekolah berusaha membantu peserta didik mengenal dan berhubungan dengan
lingkungan sosialnya yang dilandasi budi pekerti, tanggung jawab
kemasyarakatan dan kenegaraan.
3) Bidang bimbingan belajar
Dalam bidang bimbingan dan belajar, pelayanan bimbingan dan konseling
membantu peserta didik untuk menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan
kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai pengetahuan dan keterampilan
sejalan dengan mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan
ketingkat yang lebih tinggi atau untuk terjun kelapangan tertentu.
4) Bidang bimbingan karier
Dalam bidang bimbingan karier ini, pelayanan bimbingan dan konseling
ditunjukan untuk mengenal potensi diri, mengembangkan dan memantapkan
pilihan karier.
B. Kajian penelitian yang relevan
Penelitian sejenis ini pernah dilakukan oleh Ayu Zumaroh (2013)
dengan mengambil judul “meningkatkan motivasi belajar siswa
UNDERACHIEVER melalui layanan bimbingan dan konseling kelompok
pada siswa SD Negeri pakunden semarang”. Menurut Ayu Zumaroh dari
kesimpulan penelitian ini adalah motivasi belajar siswa UNDERCHIVIER
36
dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan dan konseling kelompok yang
tepat. Seharusnya di SD pangkunden ada seorang guru bimbingan dan
konseling yang dapat secara khusus mengurusi perkembangkan siswa, karena
guru kelas saja tidak cukup dan kurang berkompeten dalam menangani
permasalahan siswa.
Sedangkan Eko Yuliani Hasanah (2013) dengan judul “ Korelasi
antara peran guru bimbingan konseling dengan prestasi kelas IV B di MIN
Kebonagung Imogiri Bantul Yogyakarta”. Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa (1) terdapat korelasi yang positif yang erat dan signifikan antara peran
guru bimbingan konseling dengan prestasi siswa kelas IV B MIN Kebonagung
Imogiri Bantul Yokyakarta tinggi dan signifikan. (2) korelasi antara peran guru
bimbingan dan konseling dengan prestasi siswa kelas IV B di MIN
Kebonagung Imogiri Bantul Yokyakarta tinggi dan signifikan. (3) korelasi
yang tinggi dan signifikan bahwa intensitas peran guru bimbingan dan
konseling semakin tinggi maka prestasi belajar para siswa naik secara
signifikan. Korelasi yang signifikan menandakan adanya peran guru yang
sangat tinggi dan pengaruh pada prestasi siswa.
Perbedaan penelitan yang akan dilakukan dengan penelitian
sebelumnya Ayu Zumaroh (2013) adalah dalam penelitian sebelumnya
menggunakan penelitian kuantitatif dan penelitian yang akan dilakukan
menggunakan penelitian kualitatif. Pada penelitian sebelumnya meneliti
tentang meningkatkan motivasi belajar anak UNDERCHEVIER melalui
bimbingan dan konseling sedangkan penelitian yang akan dilakukan akan
37
meneliti tentang peran guru kelas dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.
selain itu, terdapat perbedaan yaitu dalam hal pendekatan penelitian, yang akan
dilakukan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Eko Yuliani Hasanah
(2013) adalah penelitian yang akan dilakukan menggunakan penelitian
kualitatif sedangkan penelitian sebelumnya ini menggunakan penelitian
menggunakan penelitian kuantatif. Sedangkan persamaan penelitian
sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama meneliti
tentang peran guru, dalam peran guru kelas dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa.
C. Kerangka Pikir
Kerangka pikir merupakan dasar penelitian ini dilakukan oleh peneliti dalam
melakukan penelitian. Kerangka pikir menjelaskan alur penelitian yang
dilakukan sehingga mencapai tujuan yang diinginkan oleh seorang peneliti.
Adapun urutan kerangka pikir dalam penelitian ini diringkas dalam Gambar
2.1 berikut ini:
38
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Pentingnya guru melaksanakan layanan bimbingan dan konseling bagi siswa SD
Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling
Tindakan
1. Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling 2. Faktor penghambat atau kendala dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling 3. Faktor pendukung atau solusi dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling
Cara
Metode: penelitian kualitatif
Pengambilan data: observasi, wawancara,
dokumentasi
Sumber: guru kelas I-VI
Analisis data: reduksi data, penyajian data,
dan penarikan kesimpulan dan
verifikasi
Hasil
Analisis Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di Sd Sunan
Kali Jaga Kabupaten Malang