bab ii landasan konsep a. komunikasi - eprints.uns.ac.ideprints.uns.ac.id/16860/3/bab_2.pdf · yang...

40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user BAB II LANDASAN KONSEP A. KOMUNIKASI Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, kiita tidak bisa tidak berkomunikasi. Tidak hanya melalui bahasa verbal, namun setiap gerakan, nada berbicara, pakaian yang kita kenakan, apapun itu dapat menjadi sebuah pesan yang bisa dimaknai, bahkan ketika kita diam. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna. 10 Sebuah proses komunikasi dapat dikatakan efektif apabila pesan yang dikirim oleh komunikator dapat diterima oleh komunikan dengan makna yang sama. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Fungsi- fungsi komunikasi dan komunikasi massa dapat disederhanakan menjadi: menyampaikan informasi (to inform), mendidik (to educate), menghibur (to entertain), dan mempengaruhi (to influence). 11 Onong membagi proses komunikasi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan sekunder. 12 Proses Komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan 10 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Bandung, Remaja Rosdakarya, 1990, hal 9 11 Ibid, hal 26-31. 12 Ibid, hal 11. 7

Upload: buicong

Post on 28-Mar-2019

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB II

LANDASAN KONSEP A. KOMUNIKASI

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, kiita tidak bisa tidak

berkomunikasi. Tidak hanya melalui bahasa verbal, namun setiap gerakan,

nada berbicara, pakaian yang kita kenakan, apapun itu dapat menjadi sebuah

pesan yang bisa dimaknai, bahkan ketika kita diam.

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal

dari kata Latin communication, dan bersumber dari kata communis yang

berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna.10

Sebuah proses

komunikasi dapat dikatakan efektif apabila pesan yang dikirim oleh

komunikator dapat diterima oleh komunikan dengan makna yang sama.

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator

kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Fungsi-

fungsi komunikasi dan komunikasi massa dapat disederhanakan menjadi:

menyampaikan informasi (to inform), mendidik (to educate), menghibur (to

entertain), dan mempengaruhi (to influence).11

Onong membagi proses komunikasi menjadi dua tahap, yakni secara

primer dan sekunder.12

Proses Komunikasi secara primer adalah proses

penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan

10 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Bandung, Remaja Rosdakarya, 1990, hal 9

11 Ibid, hal 26-31.

12 Ibid, hal 11.

7

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media

primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna, dan

lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan

atau perasaan komunikator kepada komunikan. Dengan kata lain, lambang

yang dimaksud dapat berupa verbal maupun nonverbal.

Sedangkan proses komunikasi secara sekunder adalah proses

penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan

alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai

media pertama. Proses ini menggunakan media massa sebagai perantara

(channel) pesan seperti koran, televisi, radio, film, dsb.

B. KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DAN INKULTURASI

Sistem kebudayaan memiliki beberapa unsur, Koentjaraningrat

membaginya menjadi tujuh unsur, yaitu bahasa, sistem pengetahuan,

organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata

pencaharian, sistem religi, kesenian.13

Beberapa pendapat klasik mengatakan bahwa komunikasi dan

kebudayaan tidak dapat dipisahkan. Komunikasi adalah kebudayaan dan

kebudayaan adalah komunikasi. Apabila komunikasi merupakan bentuk,

metode, teknik, proses sosial dari kehidupan manusia yang membudaya maka

13

Tedi Sutardi, Antropologi : Mengungkap Keragaman Budaya, Bandung, PT. Setia Purna Inves, 2007, hal 35

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

komunikasi adalah sarana transmisi kebudayaan, oleh karena itu kebudayaan

adalah komunikasi.14

Beberapa fungsi sosial dari komunikasi antarbudaya diantaranya

ialah sebagai penjembatan dan sosialisasi nilai. Melalui komunikasi,

perbedaan-perbedaan latar belakang antara komunikator dan komunikan

dapat terkontrol melalui pesan-pesan yang mereka pertukarkan, keduanya

saling menjelaskan tafsir dari sebuah pesan sehingga menghasilkan makna

yang sama. Kemudian komunikasi juga berfungsi memperkenalkan nilai-nilai

suatu kebudayaan kepada masyarakat dengan budaya yang lain. Dalam fungsi

ini mungkin sering muncul ketidakpahaman terhadap perilaku-perilaku

nonverbal yang disampaikan, namun yang lebih penting ialah bagaimana

nilai-nilai yang terkandung dalam perilaku nonverbal dapat ditangkap.15

Halangan yang berat dalam berkomunikasi, khususnya komunikasi

antarbudaya ialah prasangka. Prasangka muncul sebelum komunikator

menyampaikan pesan. Tidak hanya dalam bentuk curiga, bahkan menentang

sesuatu yang belum disampaikan komunikator. Oleh karena itu, sekali

komunikator menikmbulkan prasangka yang mencekam, orang lain tidak

akan dapat berfikir obyektif dan segala sesuatu yand dilihatnya akan menjadi

negatif.16

14 Alo Liliweri, Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2009, hal 20-21

15 Ibid, hal 40-41

16 Alo Liliweri, Gatra-Gatra Komunikasi Antarbudaya, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001, hal

175

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Zastrow (1989) menjelaskan bahwa ada beberapa penyebab

terjadinya prasangka: (1) proyeksi (usaha mempertahankan diri secara

berlebihan); (2) frustasi, agresi, kecewa, dan mengarah pada sikap

menantang; (3) berhadapan dengan ketidaksamaan dan kerendahdirian; (4)

kesewenang-wenangan; (5) alasan historis; (6) persaingan tidak sehat dan

menjurus ke arah eksploitasi; (7) cara-cara sosialisasi yang berlebihan; (8)

memandang kelompok lain dengan pandangan sinis.17

Pendekatan-pendekatan dalam berkomunikasi sangat penting

dilakukan untuk kelancaran sebuah proses komunikasi, salah satunya dengan

proses inkulturasi. Inkulturasi adalah sejenis penyesuaian dan adaptasi kepada

masyarakat, kelompok umat, kebiasaan, bahasa, dan perilaku yang biasa

terdapat pada suatu tempat.18

Istilah inkulturasi sering digunakan dalam

ajaran Katolik.

Oleh Ary Roest Crollius (1984), inkulturasi dapat terjadi melalui tiga

tahapan. Tahap pertama adalah akulturasi, yaitu ketika dua atau lebih budaya

yang berbeda bertemu dan dapat berjalan beriringan. Menurut

Koentjaraningrat (1990) titik penting dari akulturasi ialah bertahannya kedua

unsur kebudayaan tersebut tanpa ada salah satu berusaha menghilangkan

budaya yang lain. Tahapan kedua dalam proses inkulturasi adalah asimilasi,

yaitu ketika kebudayaan- kebudayaan tersebut mulai berpadu menjadi

kebudayaan baru. Tahapan terakhir adalah transformasi, yaitu kedua

17 Ibid, hal 176

18 Hari Kustanto, Inkulturasi Agama Katolik dalam Kebudayaan Jawa, Yogyakarta, PPY, 1989, hlm.40.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

kebudayaan direinterpretasikan terus-menerus ke arah bentuk kebudayaan

baru dengan tidak kehilangan identitas dari masing-masing kebudayaan

asal.19

Dalam studi kebudayaan lokal, inkulturasi mengandaikan sebuah

proses internalisasi sebuah ajaran baru ke dalam konteks kebudayaan lokal

dalam konteks akomodasi atau adaptasi. Inkulturasi dilakukan dalam rangka

mempertahankan identitas.20

Seperti gagasan K.H.Abdurrahman Wahid yang mulai disuarakan

sejak tahun 80-an, yaitu “pribumisasi Islam”. Ini adalah sebuah upaya

rekonsialisasi Islam dengan budaya setempat, agar budaya lokal itu tidak

menghilang, malah dapat menjadi sumber kekuatan bagi perkembangan

Islam. Pribumisasi Islam bukanlah penggabungan atau perpaduan dengan

budaya lokal, konsep ini hanya mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan

lokal di dalam merumuskan hukum-hukum agama, tanpa mengubah hukum

itu sendiri. Berikut petikan tulisan Gus Dur di media Tempo, 16 Juli 1983.

“Yang ‘dipribumikan’ adalah manifestasi kehidupan Islam belaka.

Bukan ajaran yang menyangkut inti keimanan dan peribadatan formalnya.

Tidak diperlukan “Qur’an Batak’ dan Hadis Jawa”. Islam tetap Islam, dimana

saja berada. Namun tidak berarti semua harus disamakan ‘bentuk-luar’nya.

Salahkah kalau Islam ‘dipribumikan’ sebagai manifestasi kehidupan?”21

19 Huub J.W.M. Boelaars, Indonesianisasi, Yogyakarta, Kanisius, 2005, hal 338-339

20 Anna Zakiyah Hastriana, Pribumisasi Hukum Islam Dalam Pesantren, Jurnal Al-Manahij 7.1, 2013

21 Ibid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Islam pada zaman Nabi pun dibangun di atas tradisi lama yang baik,

hal ini menjadi bukti bahwa Islam tidak selalu memusuhi tradisi lokal. Jadi

tradisi itu tidak dimusuhi, tetapi justru menjadi sarana vitalisasi nilai-nilai

Islam, karena nilai-nilai Islam memerlukan kerangka yang akrab dengan

kehidupan pemeluknya.22

Di masa khalifah Umar bin Khattab juga demikian, dalam

memberlakukan hukum, beliau selalu menggunakan ijtihad atau

pemikirannya dengan melihat keadaan masyarakat saat itu. Bahkan Umar

seringkali meninggalkan doktrin teks untuk kepentingan umum yang

dianggap tidak memungkinkan dilaksankannya karena berbagai macam

aspek. Metode ijtihad yang diterapkannya itu kemudian dikenal dengan

metode istihsan, yang mengedepankan kemaslahatan di atas teks.23

C. MITOS

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mitos berarti cerita suatu

bangsa tentang dewa dan pahlawan zaman dahulu, mengandung penafsiran

tentang asal-usul semesta alam, manusia, dan bangsa tersebut mengandung

arti mendalam yang diungkapkan dengan cara gaib. Sedangkan gaib sendiri

berarti tidak kelihatan; tersembunyi; tidak nyata.24

Roland Barthes dalam teori semiotikanya order of significant juga

menuturkan tentang penggunaan mitos sebagai sebuah komunikasi. Barthes

22 Ibid

23 Ibid

24 Kamus Besar Bahasa Indonesia

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

masih meneruskan pemikiran Saussure tentang cara-cara kompleks

pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna.

Tetapi Saussure kurang tertarik pada kenyataan bahwa satu kalimat dapat

memiliki beberapa makna. Sedangkan Barthes membagi pemaknaan kata atau

kalimat menjadi dua, yaitu denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan

konotasi (makna ganda). Di sinilah letak perbedaan pemikiran dua tokoh

Semiotik tersebut. Gagasan Barthes dapat dilihat pada model di bawah ini.

GAMBAR 2.1 MODEL TEORI BARTHES25

First order Second Order

reality sign culture

connotation form

Signifier

Denotation Signified

content

myth

Menurut Barthes, mitos terletak di pemaknaan tingkat kedua. Jadi,

suatu kalimat denotasi yang berubah menjadi konotasi, lalu konotasi tersebut

berubah menjadi denotasi. Itulah yang disebut mitos. Misalnya rumah kosong

25

Alex Sobur, Op.Cit, hal 127

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

yang dihuni kelelawar, makna denotasinya ialah rumah yang kotor, lalu

dimaknai sebagai rumah angker berhantu, lalu lama-kelamaan orang terbiasa

memaknai rumah seperti itu dengan angker. Makna konotasi tersebut sudah

menjadi denotasi karena terbiasanya orang berfikir demikian. Tahap inilah

yang disebut mitos.

Mitos juga berfungsi untuk mentransformasikan keterbatasan

pengetahuan manusia. Misalnya tradisi menginang dalam prosesi sekaten.

Masyarakat Jawa yang pada masa Kerajaan Demak belum mengenal

pengetahuan ilmiah meyakini bahwa menginang dapat membuat awet muda.

Namun sebenarnya tradisi ini dapat dijelaskan secara ilmiah. Kinang terdiri

dari lima macam bahan, yaitu injet, daun sirih, gambir, tembakau dan bunga

kantil. Secara medis, unsur-unsur kinang tersebut memiliki khasiat atau

sebagai antibiotik dan pembunuh kuman, sehingga gigi orang-orang yang

sering menginang tidak akan rusak meskipun sudah berusia lanjut. Jadi mitos

ini sebenarnya berfungsi untuk mengajak masyarakat untuk bersama-sama

hidup sehat.

Ada pula mitos yang telah ada pada masa sebelum masehi di Yunani,

salah satunya mitos tentang Dewa Thor sebagai dewa yang menurunkan hujan.

Dewa Thor digambarkan sebagai dewa yang memegang palu sebagai senjata.

Palu itu ketika dipukulkan dapat menyebabkan terjadinya petir dan hujan turun

secara bersamaan. Adanya mitos ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan

masyarakat di masa itu darimana datangnya hujan. Ketika musim kemarau tiba,

masyarakat juga bertanya mengapa hujan tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

turun. Sekali lagi, mitos yang dapat menjawab pertanyaan mereka.

Diceritakan bahwa palu Dewa Thor dicuri oleh musuhnya, Thrym, sang raja

raksasa hingga dia tidak bisa menurunkan hujan. Hingga akhirnya dengan

kisah yang panjang Dewa Thor dapat mengambil kembali palunya dan hujan

kembali turun. Selama musim kemarau, masyarakat selalu memberi sesaji

yang ditujukan agar dapat membantu Dewa Thor mengambil palunya.26

D. FILM DOKUMENTER SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI

Posisi film dokumenter dalam komunikasi dapat dijelaskan dengan

menggunakan model Lasswell. Komuniksai model Harold Lasswell sering

diterapkan dalam komunikasi massa, Model tersebut mengisyaratkan bahwa

pesan dapat dibawa melalui lebih dari satu saluran. Harold Lasswell

menjabarkan proses komunikasi mempunyai unsur-unsur sebagai berikut, 27

1. Sumber (Who) adalah yang memiliki pesan untuk disampaikan

2. Pesan (Says what) adalah seperangkat simbol verbal ataupun non-verbal

yang mewakili gagasan, nilai, atau maksud dari sumber

3. Saluran atau media (In Which Channel) adalah alat untuk menyampaikan

pesan kepada penerima

4. Penerima (To Whom) adalah penerima yang mendapatkan pesan dari

sumber.

26 Jostein Gaarder, Dunia Sophie : Sebuah Novel Filsafat, Bandung, Mizan, 1996, hal 36-43

27 Mulyana Deddy, M.A, Ph.D, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar,Bandung, Remaja Rosdakarya. 2007, hal. 136-137

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

5. Efek (With What Effect?) adalah akibat dari apa yang ditimbulkan pesan

komunikasi massa pada khalayak pembaca, pemirsa, atau pendengar.

Dalam film dokumenter, pembuat film dukumenter (who)

menyampaikan berbagai macam informasi, dalam penelitian ini adalah

informasi tentang tradisi sekaten (says what). Informasi ini kemudian

disebarkan kepada khalayak melalui sebuah media audio visual, yang dalam

hal ini adalah media film dokumenter (in which channel). Kemudian diterima

oleh audience yang melihat film dokumenter ini (to whom) dan akan ada

akibat atau efek dari informasi yang disampaikan (with what effect). Dengan

kata lain, dalam model Lasswell ini, seorang pembuat film dokumeter

berfungsi sebagai sumber, sekaligus pemberi pesan melalui saluran berupa

film dokumenter.

E. SEKILAS TENTANG FILM DOKUMENTER

Dokumenter adalah sebutan yang diberikan untuk film pertama karya

Lumiere bersaudara yang berkisah tentang perjalanan (travelogues) yang

dibuat sekitar tahun 1890-an. Tiga puluh enam tahun kemudian, kata

‘dokumenter’ kembali digunakan oleh pembuat film dan kritikus film asal

Inggris John Grierson untuk Film Moana (1962) karya Robert Flaherty.

Grierson berpendapat dokumenter merupakan cara kreatif merepresentasikan

realitas.28

28

Heru Effendy, Mari Membuat Film, Yogyakarta, Panduan, 2002, hal. 11

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Biasanya film dokumenter menceritakan keadaan sekarang maupun

masa lalu. Namun, dokumenter juga dapat memroyeksikan masa depan.

Misalnya Peter Watkins dengan film dokumenternya “The War Game”

(1965). Dari kejadian Hiroshima dan Nagasaki pada Perang Dunia II, dia

membuat hipotesis adanya serangan nuklir di London pada waktu

mendatang.29

Film dokumenter juga dapat digunakan sebagai kritik sosial. Film

tentang cara pekerja membuat pisau silet di dalam industri pembuatan pisau

adalah film yang menarik, tetapi Film yang fokusnya ialah menunjukkan

efek-efek dan resiko-resiko yang ditimbulkan dari pembuatan pisau tersebut

akan dapat mengundang pemirsa untuk ikut mengritisi hal tersebut. Itulah

yang disebut dokumenter sebagai kritik sosial.30

Film dokumenter termasuk dalam kategori film non cerita, Pada

mulanya ada dua tipe film non cerita yaitu yang termasuk dalam film

dokumenter dan film faktual. Film faktual, umumnya menampilkan fakta.

Kamera sekedar merekam peristiwa. Film ini hadir dalam bentuk film berita

(newsreel) dan film dokumentasi. Film berita, titik beratnya pada segi

pemberitaan atau suatu kejadian aktual, sedangkan film dokumentasi hanya

merekam kejadian tanpa diolah lagi, misalnya dokumentasi peristiwa perang

atau upacara kemerdekaan.31

29 Michael Rabiger, Directing the Documentary, Burlington, Focal Press, 1998, hal. 3

30 Ibid

31 Marselli Sumarno, Dasar-dasar Apresiasi Film, Jakarta, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1996, hal. 13

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

John Ivens, pembuat film dokumenter terkenal dari Belanda,

menyebutkan bahwa kekuatan utama yang dimiliki film dokumenter terletak

pada rasa keontentikan, bahwa tidak ada definisi film dokumenter yang

lengkap tanpa mengaitkan faktor-faktor subyektif pembuatnya. Dengan kata

lain, film dokumenter bukan cerminan pasif dari kenyataan, melainkan ada

proses penafsiran atas kenyataan yang dilakukan oleh si pembuat film

dokumenter.

Film dokumenter, selain mengandung fakta, ia juga mengandung

subyektivitas pembuat. Subyektivitas dalam arti sikap atau opini terhadap

peristiwa. Jadi ketika faktor manusia berperan, persepsi tentang kenyataan

kan sangat tergantung pada manusia pembuat film dokumenter itu.32

Sisi subyektifitas pembuat film yang seringkali melekat pada film

dokumenter, mengharuskan audiens untuk meyakini bahwa kebenaran dalam

film dokumenter adalah relatif. Meski termasuk dalam kategori non-fiksi,

film dokumenter dapat menggunakan pendekatan konstruksional seperti pada

film fiksi untuk mendapat kenyataan yang terjadi di lapangan. Seperti film

Errol Morris yang berjudul The Thin Blue Line. Film ini menceritakan kisah

pembunuhan seorang polisi di Texas. Digambarkan dua tersangka

pembunuhan dan beberapa polisi bersaksi tentang kejadian tersebut. Film

tersebut memiliki alur yang dramatis sehingga mirip dengan film fiksi.

Awalnya film tersebut menunjukkan pelaku pembunuhan, namun di akhir

32

Ibid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

bagian film tersebut menunjukkan adanya konspirasi dalam penegakan

hukum, ternyata pelaku tersebut hanyalah kambing hitam.33

Seorang pembuat film dokumenter lain yaitu DA. Peransi

mengatakan bahwa film dokumenter yang baik adalah yang mencerdaskan

penonton. Sehingga kemudian film dokumenter menjadi wahana yang tepat

untuk mengungkap realitas, menstimulasi perubahan. Jadi yang terpenting

adalah menunjukkan realitas kepada masyarakat yang secara normal tidak

terlihat realitas itu.34

Layaknya sebuah gambar atau foto, kontras adalah salah satu hal

menarik perhatian. Demikian pula dalam film dokumenter, “kontras”

diwujudkan dengan adanya pertentangan di dalam konteks film itu. Apakah

pertentangan dalam hal idealisme pendapat, dikotomi, ataupun pertentangan

dalam satu konteks film itu sendiri.

1. Jenis-Jenis Film Dokumenter (Genre)

Kategori dalam film dokumenter juga terjadi dalam bidang seni-

budaya seperti musik, film serta sastra. Genre dibentuk oleh konvensi

yang berubah dari waktu ke waktu. Dalam kenyataannya bahwa setiap

genre berfluktuasi dalam popularitasnya dan akan selalu terikat erat pada

faktor-faktor budaya.35

Dalam film, terutama film cerita banyak sekali genre yang sudah

dikenal oleh masyarakat seperti melodrama, western, gangster, horor,

33 Williams, Linda (1993). Mirrors Without Memories, Film Quarterly, Vol. 46, No. 3, 9-21.

34 Ibid., hal. 15.

35 Himawan, Memahami Film, Jakarta, Homerian Pustaka, 2008, hal. 17

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

science fiction (sci-fi), komedi, action, perang, detektif dan sebagainya.

Namun dalam perjalanannya, genre-genre film tersebut sering dicampur

satu sama lain (mix genre) seperti horor-komedi, western-komedi, horror-

science fiction dan sebagainya. Selain itu genre juga bisa masuk ke

dalam bagian dirinya yang lebih spesifik yang kemudian dikenal dengan

sub-genre, contohnya dalam genre komedi dikenal sub-genre seperti

screwball comedy, situation comedy (sit-com), slapstick, black comedy

atau komedi satir dan sebagainya.36

Dalam buku Gerzon R. Ayawaila juga dijelaskan bahwa film

dokumenter juga memiliki beberapa macam genre: 37

a. Laporan Perjalanan

Jenis ini awalnya adalah dokumentasi antropologi dari para

ahli etnolog atau etnografi. Namun dalam perkembangannya bisa

membahas banyak hal dari yang paling penting hingga yang remeh-

temeh, sesuai dengan pesan dan gaya yang dibuat. Istilah lain yang

sering digunakan untuk jenis dokumenter ini adalah travelogue,

travel film, travel documentary dan adventures film.

b. Sejarah

Dalam film dokumenter, genre sejarah menjadi salah satu

yang sangat kental aspek referential meaning-nya (makna yang

sangat bergantung pada referensi peristiwanya) sebab keakuratan

36 Ibid, hal 22

37 Gerzon Ron Ayawaila, Dokumenter Dari Ide Sampai Produksi, Jakarta, IKJ, 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

data sangat dijaga dan hampir tidak boleh ada yang salah baik

pemaparan datanya maupun penafsirannya. Tidak diketahui sejak

kapan dokumenter sejarah ini digunakan, namun pada tahun 1930-an

Rezim Adolf Hitler telah menyisipkan unsur sejarah ke dalam film-

filmnya yang memang lebih banyak bertipe dokumenter

c. Potret/Biografi

Jenis ini berkaitan dengan sosok seseorang. Mereka yang

diangkat menjadi tema utama biasanya seseorang yang dikenal luas –

di dunia atau masyarakat tertentu – atau seseorang yang biasa namun

memiliki kehebatan, keunikan ataupun aspek lain yang menarik.

d. Nostalgia

Film–film jenis ini sebenarnya dekat dengan jenis sejarah,

namun biasanya banyak mengetengahkan kilas balik atau napak tilas

dari kejadian–kejadian dari seseorang atau satu kelompok.

e. Rekonstruksi

Dokumenter jenis ini mencoba memberi gambaran ulang

terhadap peristiwa yang terjadi secara utuh. Biasanya ada kesulitan

tersendiri dalam mempresentasikannya kepada penonton sehingga

harus dibantu rekonstruksi peristiwanya. Perisitiwa yang

memungkinkan direkonstruksi dalam film-film jenis ini adalah

peristiwa kriminal (pembunuhan atau perampokan), bencana

(jatuhnya pesawat dan tabrakan kendaraan), dan lain sebagainya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

f. Investigasi

Jenis dokumenter ini memang kepanjangan dari investigasi

jurnalistik. Biasanya aspek visualnya yang tetap ditonjolkan.

Peristiwa yang diangkat merupakan peristiwa yang ingin diketahui

lebih mendalam, baik diketahui oleh publik ataupun tidak.

Umpamanya korupsi dalam penanganan bencana, jaringan kartel

atau mafia di sebuah negara, tabir dibalik sebuah peristiwa

pembunuhan, ketenaran instan sebuah band dan sebagainya.

Peristiwa seperti itu ada yang sudah terpublikasikan dan ada pula

yan belum, namun persisnya seperti apa bisa jadi tidak banyak orang

yang mengetahui.

g. Perbandingan & Kontradiksi

Dokumenter ini mengetengahkan sebuah perbandingan, bisa

dari seseorang atau sesuatu

h. Ilmu Pengetahuan

Film dokumenter genre ini sesungguhnya yang paling dekat

dengan masyarakat Indonesia, film ini biasanya ditujukan untuk

publik umum yang menjelaskan tentang suatu ilmu pengetahuan

tertentu misalnya dunia binatang, dunia teknologi, dunia

kebudayaan, dunia tata kota, dunia lingkungan, dunia kuliner dan

sebagainya.

i. Buku Harian (Diary)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Seperti halnya sebuah buku harian, maka film ber–genre ini

juga mengacu pada catatan perjalanan kehidupan seseorang yang

diceritakan kepada orang lain. Tentu saja sudut pandang dari tema–

temanya menjadi sangat subjektif sebab sangat berkaitan dengan apa

yang dirasakan subjek pada lingkungan tempat dia tinggal, peristiwa

yang dialami atau bahkan perlakuan kawan–kawannya terhadap

dirinya. Dari segi pendekatan film jenis memiliki beberapa ciri, yang

pada akhirnya banyak yang menganggap gayanya konvensional.

Struktur ceritanya cenderung linear serta kronologis, narasi menjadi

unsur suara lebih banyak digunakan serta seringkali mencantumkan

ruang dan waktu kejadian yang cukup detil.

j. Musik

Genre musik memang tidak setua genre yang lain, namun

pada masa 1980 hingga sekarang, dokumenter jenis ini sangat

banyak diproduksi. banyak sekali film dokumenter bergenre musik

dibuat, namun tidak semuanya merupakan dokumentasi konser

musik ataupun perjalanan tur keliling untuk mempromosikan sebuah

album. Banyak sutradara yang membuatnya lebih dekat dengan

genre lain seperti biografi, sejarah, diary dan sebagainya.

k. Association Picture Story

Jenis dokumenter ini dipengaruhi oleh film eksperimental.

Sesuai dengan namanya, film ini mengandalkan gambar–gambar

yang tidak berhubungan namun ketika disatukan dengan editing,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

maka makna yang muncul dapat ditangkap penonton melalui asosiasi

yang terbentuk di benak mereka.

l. Dokudrama

Selain menjadi sub-tipe film, dokudrama juga merupakan

salah satu dari jenis dokumenter. Film jenis ini merupakan

penafsiran ulang terhadap kejadian nyata, bahkan selain peristiwanya

hampir seluruh aspek filmnya (tokoh, ruang dan waktu) cenderung

untuk direkonstruksi. Ruang (tempat) akan dicari yang mirip dengan

tempat aslinya bahkan kalau memungkinkan dibangun lagi hanya

untuk keperluan film tersebut. Begitu pula dengan tokoh, pastinya

akan dimainkan oleh aktor yang sebisa mungkin dibuat mirip dengan

tokoh aslinya.

Meski demikian, saat ini perkembangan genre sangatlah cepat.

Beberapa genre membelah diri menjadi genre yang khusus, seperti

dokumenter Ilmu Pengetahuan yang berubah menjadi Animal

Documentary. Bahkan beberapa genre dapat digabung di dalam satu

dokumenter atau yang disebut mix-genre. Di saluran MTV misalnya

membuat dokumenter dengan biorythm genre yang menggabungkan

antara biografi dan musik.38

2. Gaya Film Dokumenter 38

Ibid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Membicarakan masalah gaya dalam film dokumenter

merupakan suatu pembicaraan yang tak ada habisnya, karena gaya terus

menerus berkembang sesuai kreatifitas sang dokumenteris. Gaya dalam

dokumenter terdiri dari bermacam-macam kreatifitas, seperti gaya

humoris, puitis, satir, anekdot, serius, semi serius dan seterusnya.39

a. Expository Documentary

Gaya ini adalah gaya yang konvensional, umumnya

merupakan tipe format dokumenter televisi dengan menggunakan

narator sebagai penutur tunggal.40

Fungsi narasi di sini adalah untuk

membangun dan memberikan pemahaman bagi audience. Narasi

dalam model expository membalikkan penekanan tradisional dalam

film yang menekankan pada gambar. Di sini, gambar berfungsi

untuk melengkapi, memperkuat, atau menguraikan kesan, pendapat,

reaksi dan hasil penelitian tertulis di arttikulasikan dalam narasi.

Model expository menciptakan kesan pendekatan objektif dan

seimbang untuk isi materinya, gaya editing yang memfokuskan pada

pemeliharaan kontinuitas gambar dan perspektif difungsikan untuk

menyampaikan argumen bagi penontonnya.

b. Observatorial Documentary

39 Ibid, hal. 43

40 Keith Beattie, Documentary Screens, New York, Palgrave Macmillan, 2004, hal. 20

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Gaya ini hampir tidak menggunakan narator, akan tetapi

lebih terfokus pada dialog antar subjek-subjeknya. Pada tipe ini

sutradara menempatkan posisinya hanya sebagai observator.

c. Reflexive Documentary

Saat ini, gaya tersebut sangat jarang ditemui. Gaya ini

merupakan sebuah refleksi dari proses pembuatan (shooting) film.

Reflexive documentary menekankan bahwa kamera sebagai mata

film (film eye) merekam realita tiap adegan yang di susun kembali

berdasarkan pecahan shot yang dibuat.41

Gaya refleksi lebih jauh

daripada interkatif karena, fokus utama adalah menuturkan proses

pembuatan shooting film ketimbang menampilkan keberadaan

subjek (karakter) dalam film.

d. Performative Documentary

Gaya ini disebut mendekati film fiksi karena disini yang

lebih diperhatikan adalah kemasannya yang harus semenarik

mungkin.42

Bila umumnya dokumenter tidak mementingkan alur

penuturan (plot) pada gaya ini sedikit diperhatikan. Sebagian

mengkategorikannya sebagai film semi-dokumenter. Isi cerita

didasarkan hanya pada sebuah testimoni serta daya ingat dari para

saksi mata. Sehingga bentuk penuturan menjadi seperti sebuah

investigasi terhadap kebenaran kasus pembunuhan yang hingga kini

41 Ibid, hal. 21

42 Ibid, hal. 22

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

tetap gelap. Gaya ini dapat menggunakan tipe shot yang variatif

seperti pada film fiksi, hal ini dapat terjadi karena isi cerita dapat

direkonstruksi ke dalam naskah (shooting script) sehingga

perekaman gambar dapat dilakukan seperti membuat film fiksi.43

3. Bentuk-bentuk Film Dokumenter

Pada hakikatnya bentuk penuturan pun masih termasuk di dalam

bingkai gaya, hanya saja lebih spesifik. Pada prinsipnya setelah

mendapatkan hasil riset, kita sudah dapat menggambarkan secara kasar

bentuk penuturan apa yang akan kita pakai. Dengan menentukan sejak

awal bentuk apa yang akan dikemas, maka selanjutnya baik itu

pendekatan, gaya, struktur akan mengikuti ide dari bentuk tersebut.

Misalnya bila kita menginginkan bentuk penuturan laporan perjalanan,

maka pendekatan, gaya dan strukturnya dapat di rancang bangun,

sehingga baik aspek informatif, edukatif maupun hiburan dapat menyatu

sehingga memikat perhatian penonton.

Bentuk tidak harus berdiri sendiri secara baku, karena sebuah tema

dapat saja merupakan gabungan dari dua bentuk penuturan. Misalnya

bentuk penuturan potret dapat saja digabungkan dengan nostalgia atau

perbandingan, atau bentuk nostalgia dengan isi penuturan yang

mengetengahkan sebuah kontradiksi dari subjek.44

43 Ibid, hal. 23

44 Gerzon Ron Ayawaila, Ibid, hal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

4. Struktur Film Dokumenter

Struktur yang dimaksudkan di sini adalah kerangka rancangan

untuk menyatukan berbagai unsur film sesuai dengan apa yang menjadi

ide dari penulis atau sutradara sesuai tema. Ada tiga tahapan dasar dalam

penulisan naskah, seperti: bagian awal cerita (pengenalan/introduksi),

bagian tengah cerita (proses krisis&konflik) hingga bagian akhir cerita

(klimaks/anti klimaks). Dimana ketiga bagian ini merupakan rangkuman

dari susunan shot yang membentuk adegan (scene) hingga sekuen

(sequence).45

Akan tetapi perlu diketahui bahwa pemahaman mengenai

struktur film tidak sesederhana seperti yang dikemukakan disini. Struktur

film memiliki makna estetika, psikologis dan bahasa sinematografi yang

lebih luas lagi.

Menentukan struktur bagi dokumenter tidak semudah pada film

cerita fiksi, terutama bila sutradara belum menentukan pendekatan apa

yang akan dilakukan berkaitan dengan ide dan tema. Harus diakui bahwa

struktur lebih dipentingkan oleh film fiksi dari pada film dokumenter,

akan tetapi seni tanpa struktur akan mengalami kekeringan estetika.

F. SEJARAH SEKATEN

Tradisi sekaten berawal ketika masa Kerajaan Demak yang didirikan

oleh Raden Patah setelah keruntuhan Kerajaan Majapahit pada abad ke-15.

45

Ibid, Hal 76

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Ketika itu agama Islam mulai berkembang di tanah Jawa, berpusat di

Kerajaan Demak dengan pemuka agama yang dalam Agama Islam disebut

wali. Para wali ini dikenal berjumlah sembilan orang, karena itu disebut Wali

Songo. Nama mereka masing-masing adalah Sunan Ampel, Sunan Bonang,

Sunan Giri, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Gunungjati, Sunan Muria,

Syeh Maulana Maghribi, Syeh Siti Jenar. Tiap-tiap wali memiliki wilayah

penyebarannya masing-masing. Tiap tahun para wali itu mengadakan

pertemuan di kota Demak. Pertemuan tahunan tersebut diselenggarakan pada

bulan Rabiul Awal, tanggal 6 sampai dengan tanggal 12, tepat ketika

memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.46

Kesulitan dirasakan oleh para wali karena masih banyak masyarakat

yang menganut agama Hindu yang merupakan ajaran Kerajaan Majapahit.

Masyarakat masih sangat dekat dengan adat istiadat agama Hindu. Maka

dalam syiarnya, para wali, terutama Sunan Kalijaga menggunakan

pendekatan kebudayaan yang masih diusung oleh masyarakat Jawa. Beberapa

cara yang dilakukan ialah dengan membiarkan tetap dilaksanakannya adat

atau tata cara dalam agama Hindu, tetapi dimasuki pelajaran Islam, misalnya:

1. Semedi

Semedi dalam agama Hindu mempunyai maksud memuja kepada

dewa-dewa. Karena agama Islam tidak mengenal dewa, maka diganti

dengan memuja Allah SWT dengan dzikir dan sholat.

2. Sesaji

46

Kundharu Saddhono, Loc.Cit.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Sesaji menurut agama Hindu mempunyai maksud memberi

makanan kepada dewa-dewa dan jin, agar sesuai dengan ajaran Islam

diganti dengan zakat fitrah pada fakir miskin.

3. Keramaian

Dalam agama Hindu keramaian mempunyai maksud menghormat

kepada dewa-dewa, diganti keramaian menghormat hari raya dan

peringatan Islam.

Para wali juga mengetahui bahwa masyarakat sangat menyukai suara

gamelan dan gemar dengan keramaian. Atas usul Sunan Kalijaga, para wali

lalu mengatur penyelenggaraan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

dengan penyesuaian dengan tradisi rakyat pada waktu itu, yaitu mengganti

kesenian rebana dengan kesenian gamelan. Untuk melaksanakan hal itu

Sunan Kalijaga membuat seperangkat gamelan yang dinamakan Kyai Nogo

Wilogo.47

Untuk memeriahkan perayaan itu, maka ditempatkanlah gamelan

Kyai Nogo Wilogo di halaman Masjid Demak. Gamelan itu dipukul bertalu-

talu tidak henti-hentinya, mula-mula dengan irama dan suara lembut dan

halus, lama kelamaan dipukul keras-keras. Karena tertarik dengan bunyi

gamelan yang nyaring mengalun tersebut, maka orang-orang dari berbagai

penjuru datang berduyun-duyun ke pusat kota, sehingga alun-alun kerajaan

Demak menjadi penuh sesak dibanjiri orang yang ingin menikmati kesenian

gamelan dan menyaksikan keramaian yang diselenggarakan. Keramaian

47

Wawancara dengan K.P. Winarnokusumo, 14 Januari 2014

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

itulah yang kemudian disebut sekaten, dan yang sampai sekarang masih

dilestarikan. Sementara gamelan dibunyikan, para wali bergantian

memberikan wejangan dan ajaran tentang agama Islam di mimbar yang

didirikan di depan gapura masjid.48

Orang yang datang tersebut diperbolehkan juga masuk ke dalam

serambi masjid tetapi harus terlebih dahulu membaca dua kalimat syahadat.

Membaca kalimat syahadat adalah syarat bagi seseorang untuk memeluk

agama Islam. Kalimat syahadat ditulis di gapura masjid agar dapat dibaca

oleh masyarakat yang akan masuk ke dalam masjid. Gapura sendiri berasal

dari bahasa Arab ghafura yang berarti ampunan. Ini merupakan doa sekaligus

simbol bahwa setelah melewati gapura, orang akan mendapatkan ampunan

dari Allah SWT.49

Selain itu, sebelum masuk ke dalam masjid, orang-orang

disuruh membasuh tangan, muka dan kaki mereka dengan air kolam luar

serambi masjid dengan maksud berwudhu membersihkan diri dari kotoran.

Demikianlah keramaian sekaten itu diselenggarakan sekali dalam

setahun tiap bulan Rabiul Awal, dari tanggal 6 sampai dengan tanggal 12.

Tradisi sekaten ini tetap dilestarikan oleh raja-raja yang memerintahkan

berikutnya hingga masa Mataram. Pada jaman kerajaan Mataram hingga

akhirnya pindah ke Surakarta, sekaten diadakan untuk kepentingan politik,

yaitu mengetahui kesetiaan para bupati yang ada di wilayah kerajaan. Pada

perayaan sekaten para bupati harus datang untuk menyerahkan upeti dan

menghaturkan sembah baktinya kepada raja. Apabila bupati tersebut

48 Kundharu Saddhono, Loc.Cit.

49 Wawancara dengan K.P. Winarnokusumo, 14 Januari 2014

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

berhalangan hadir, maka harus diwakili oleh pihak kerajaan. Hal itu

dilakukan karena bila bupati tidak hadir pada perayaan sekaten diartikan

sebagai bentuk pembangkangan terhadap raja.

Perayaan sekaten yang diadakan oleh kerajaan Mataram, selain

bertujuan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW juga untuk

menunjukkan bahwa raja yang berkuasa masih ada hubungan dengan Nabi

Muhammad, utusan Allah. Sekaten juga berperan di bidang politik dan

ekonomi, karena dengan adanya sekaten para bupati mancanagari harus

datang memberi upeti dan kehadirannya di upacara sekaten sebagai tanda

kesetiaan kepada raja yang memerintah.

Sekaten juga dimanfaatkan dalam sektor perdagangan. Perayaan

sekaten sebagai ladang masyarakat untuk berdagang dan semakin membuat

marak perayaan sekaten. Selain untuk mendengarkan gamelan, para

pengunjung dapat membeli berbagai makanan dan mainan khas sekaten. Pada

masa awal sekaten, kegiatan ekonomi hanya dilakukan oleh sedikit

masyarakat yang menjual barang kebutuhan pengunujung sekaten, seperti

rokok, makanan dan minuman. Semakin lama, sedikit demi sedikit muncul

geliat perekonomian masyarakat kecil yang mulai menawarkan barang-

barang kebutuhan rumah tangga, seperti peralatan dapur, pakaian, dsb., dan

jasa wahana permainan, seperti komedi putar, tong setan, dsb. Hingga saat ini

sekaten berkembang sebagai pusat perbelanjaan dan hiburan yang murah.

Perayaan sekaten pernah bertahun-tahun tidak diselenggarakan

karena adanya penjajahan dan pergolakan politik di tanah air. Setelah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Indonesia merdeka, secara perlahan keadaan politik di Indonesia mulai stabil.

Dan ketika negara mulai berbicara tentang budaya, sekaten mulai digelar

kembali sekitar tahun 1970.

G. PROSESI UPACARA SEKATEN

Hanya tiga daerah yang masih menggelar tradisi ini, yaitu Surakarta,

Yogyakarta, dan Cirebon. Namun hanya Surakarta dan Yogyakarta yang

masih mengadakan prosesi secara lengkap. Kelengkapan yang dimaksud

tidak hanya urutan prosesi, namun juga segala pernak-pernik yang ada dalam

sekaten.

Sebelum memulai suaru upacara adat, Keraton Surakarta selalu

mengadakan wilujengan atau slametan. Tujuannya ialah meminta restu dan

keberkahan kepada Tuhan agar diberi kelancaran dalam melaksanakan

prosesi selanjutnya. Begitu pula dalam tradisi sekaten. Urutan prosesi sekaten

juga didahului dengan wilujengan. Beberapa kerabat keraton berkumpul di

lokasi akan diadakannya sekaten. Mereka memanjatkan doa untuk

keselamatan dan kelancaran seluruh prosesi sekaten.

Prosesi pertama ialah miyos gongso. Miyos gongso adalah prosesi

gamelan yang disimpan di dalam keraton diboyong keluar menuju halaman

Masjid Agung melewati sitinggil dan alun-alun, kemudian gamelan akan

dibunyikan selama tujuh hari tujuh malam. Prosesi ini juga disebut ungeling

gamelan atau gamelan yang dibunyikan. Gamelan dibawa ke halaman Masjid

Agung pada tanggal 5 Rabiul Awal. Miyos gongso disertai dengan kebiasaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

lain yakni mengunyah kinang pada saat gamelan dibunyikan. Masih banyak

masyarakat yang percaya, mengunyah kinang pada saat itu akan membuat

awet muda. Selain mengunyah kinang, masyarakat juga antusias berebut

janur untuk memperoleh keberkahan. Ada pula telur asin, mainan pecut, dan

celengan sebagai ciri khas sekaten.

Puncak acara sekaten adalah grebeg maulud atau yang biasa orang

menyebut gunungan. Pada prosesi ini, gunungan yang berisi hasil bumi dan

kekayaan alam dikirab dari keraton menuju halaman Masjid Agung Surakarta

untuk didoakan dan selanjutnya diperebutkan. Prosesi ini sekaligus

mengakhiri segala prosesi sekaten di tahun tersebut.

H. SIMBOL DAN MAKNA DALAM SEKATEN

Dalam suatu adat istiadat atau tradisi, peran simbolisme sangat

menonjol. Simbol-simbol selalu melekat pada suatu benda atau tradisi dan

simbol ini selalu diwariskan ke generasi berikutnya, agar suatu budaya dapat

tetap ada.

Kata “simbol” berasal dari kata Yunani symbolis yang berarti tanda

atau ciri yang memberitahukan sesuatu hal kepada. Sejalan dengan pengertian

Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa “simbol atau lambang ialah : (1)

sesuatu seperti tanda (lukisan,lencana, dan sebagainya) yang mengatakan

sesuatu hal atau mengandung maksud tertentu, misalnya gambar tunas kelapa

lambang pramuka, warna biru lambang kesetiaan; (2) simbol bisa berarti

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

tanda pengenal tetap yang menyatakan sifat, keadaan, dan sebagainya, seperti

peci putih dan serban ialah lambang haji.”50

Pada dasarnya, dalam segala tradisi budaya, simbolisme selalu

mengait pada religi atau kepercayaan. Hal ini merupakan upaya mengingat

dan mendekatkan diri kepada Tuhan yang menciptakan dan memelihara

manusia, langit, bumi dan seisinya, serta yang menentukan ajal seseorang.

Unsur-unsur dari kebudayaan yang paling menonjolkan sistem klasifikasi

simbolik orang Jawa menurut Koentjaraningrat adalah bahasa dan

komunikasi, kesenian dan kasusasteraan, keyakinan keagamaan, ritual, ilmu

gaib serta beberapa pranata dalam organisasi sosialnya.51

Simbol atau “tanda” yang terdapat di Sekaten juga memiliki makna

yang bertujuan untuk selalu mengingat kepada Allah SWT. Beberapa

diantaranya ialah:

1. Sekaten

Kata “sekaten” berasal dari bahasa Arab syahadatain yaitu

kalimat syahadat yang merupakan suatu kalimat yang merupakan syarat

seseorang untuk masuk Islam. Kalimat syahadat terdiri dari dua konsep

keimanan, yaitu syahadat tauhid yang menyatakan bahwa Allah SWT

sebagai Tuhan dan syahadat rasul yang menyatakan bahwa Muhammad

sebagai nabi atau utusan Allah di muka bumi. Isi dari kalimat syahadat

dalam Bahasa Indonesia ialah “Tiada tuhan selain Allah dan Nabi

50 Kundharu Saddhono, Op.Cit

51 Ibid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Muhammad adalah utusan Allah”. Selain berasal dari kata syahadatain,

sekaten juga berasal dari kata beberapa kata:52

a. Sakatain : menghentikan atau menghindari perkara dua, yakni sifat

pengecut dan menyeleweng;

b. Sakhatain : menghilangkan perkara dua, yaitu watak hewan dan sifat

setan, karena watak tersebut sumber kerusakan;

c. Sakhotain : menanamkan perkara dua, yaitu selalu memelihara budi

suci atau budi luhur dan selalu menghambakan diri pada Tuhan;

d. Sekati : setimbang, orang hidup harus bisa menimbang atau menilai

hal-hal yang baik dan buruk;

e. Sekat : batas, orang hidup harus membatasi diri untuk tidak berbuat

jahat serta tahu batas-batas kebaikan dan kejahatan.

2. Miyos Gongso dan Ungeling Gamelan

Miyos gongso adalah prosesi ketika gamelan yang disimpan di

dalam keraton diboyong keluar menuju halaman Masjid Agung melewati

sitinggil dan alun-alun, kemudian gamelan akan dibunyikan selama tujuh

hari tujuh malam. Prosesi ini juga disebut ungeling gamelan atau

gamelan yang dibunyikan. Gamelan dibawa ke halaman Masjid Agung

pada tanggal 5 Rabiul Awal dan akan dibawa kembali ke keraton pada

tanggal 12 Rabiul Awal sebelum prosesi Garebeg Maulud atau yang juga

disebut gunungan.

52

Tim Penulis Masjid Agung Surakarta, Sejarah Masjid Agung Surakarta, Yogyakarta, Absolute Media, 2014, hal 129-130

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Gamelan tersebut berjumlah dua perangkat yang diberi nama

Kyai Guntur Sari dan Kyai Guntur Madu. Keduanya diletakkan di dalam

bangsal Pradonggo di halaman Masjid Agung. Kyai Guntur Madu

diletakkan di selatan, Kyai Guntur Sari diletakkan di utara.

Kyai Guntur Madu memainkan gendhing Rambu yang berasal

dari kata Robbuna yang berarti Allah Tuhanku, sehingga gamelan ini

disimbolkan sebagai syahadat tauhid. Sedangkan, Kyai Guntur Sari

memainkan gendhing Rangkung yang berasal dari kata Roukhun yang

berarti jiwa besar atau jiwa yang agung. Rangkung menurut etimologi

atau lebih tepatnya kerata basa atau jarwa dhasaknya berasal dari kata

‘barang kakung’ yang menginterpretasikan pada seorang Nabi,

Khalifah, dan Raja-Raja Mataram yang kesemuanya laki-laki. Dan

kemudian gamelan Kyai Guntur Sari disimbolkan sebagai syahadat rasul.

Kedua perangkat gamelan dibunyikan secara bergantian dari pukul 9

pagi hingga pukul 12 malam. Namun ketika waktu sholat lima waktu tiba,

gamelan akan berhenti agar masyarakat dapat bersama-sama menunaikan

ibadah sholat. Selain pada waktu sholat lima waktu, gamelan

juga diistirahatkan pada hari Jum’at, karena hari Jum’at adalah hari

agung bagi umat Islam. 3. Kinang

Dalam prosesi sekaten, terdapat tradisi mengunyah kinang.

Tradisi ini diyakini oleh masyarakat dapat membuat awet muda.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Mengunyah kinang atau dalam Bahasa Jawa nginang, dilakukan ketika

gamelan mulai dibunyikan, yaitu pada tanggal 5 Rabiul Awal atau pada

prosesi miyos gongso.

Kinang terdiri dari lima unsur, yang juga menyimbolkan rukun

Islam yang jumlahnya juga lima. Kelima unsur itu adalah daun sirih,

injet, gambir, tembakau, dan bunga kantil. Orang yang mengunyah

kinang menggunakan tiga unsur yang terdiri atas suruh, gambir dan injet

itu sudah enak, artinya orang yang sudah melaksanakan tiga rukun Islam

yakni syahadat, sholat, puasa itu sudah baik, apalagi melakukan zakat

dan haji, maka lebih sempurna.53

Dalam dunia medis, masing-masing kandungannya berkhasiat

bagi kesehatan tubuh. Kandungan inilah yang sebenarnya membuat awet

muda. Banyak orang-orang tua kita yang masih berwajah cerah dan

memiliki gigi yang utuh meskipun telah berusia lanjut. Tradisi ini

dilakukan sebagai ajakan kepada masyarakat agar senantiasa hidup sehat.

4. Gunungan

Pada puncak acara sekaten yang dalam bahasa Jawa disebut

Garebeg Maulud, terdapat upacara membawa gunungan dari keraton ke

halaman Masjid Agung untuk dibagikan kepada masyarakat. Namun

pada kenyataannya, masyarakat tidak bisa tertib dan saling berebut untuk

mendapatkan gunungan.

53

Ibid, hal 141

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Gunungan ialah wujud syukur kepada Allah SWT atas limpahan

rejeki yang diberikan kepada manusia. Oleh karenanya, gunungan

dibentuk dari hasil bumi, seperti sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian.

Disebut gunungan karena dibentuk seperti gunung yang semakin ke atas

semakin kecil. Di atas gunungan juga tertancap bendera merah putih.

Bendera merah putih merupakan bendera kerajaan Majapahit yang juga

disebut gulo klopo, kemudian bendera ini juga digunakan kerajaan

Mataram dan hingga saat ini digunakan sebagai bendera Republik

Indonesia.

Dahulu gunungan berjumlah dua belas pasang, namun karena

keraton sudah tidak memiliki daerah kekuasaan, jumlah yang dikeluarkan

adalah dua pasang gunungan. Sepasang gunungan terdiri dari gunungan

kakung dan gunungan putri. Ada pula gunungan anakan yang mengikuti

di tiap pasang gunungan serta ancak antaka .

Gunungan kakung dan putri melambangkan lingga-yoni atau

organ vital lelaki dan perempuan. Dalam kehidupan, manusia terlahir

dari ayah dan ibu. Dan apabila diurutkan ke urutan teratas, manusia juga

dimulai dari laki-laki dan perempuan, yaitu Nabi Adam AS dan Hawa.

Gunungan kakung dibentuk dari bahan-bahan mentah, gunungan putri

dibentuk dari makanan olahan. Ini melambangkan bahwa laki-laki yang

berkewajiban mencari nafkah dan perempuan yang mengolahnya.

Sedangkan gunungan anakan berisi makanan berwarna-warni yang

melambangkan anak-anak.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

a. Gunungan kakung

Gunungan kakung berbentuk kerucut dan bagian puncaknya

disebut mustaka atau kepala yang disusun dari entho-entho yang

terbuat dari tepung beras dan dipasang melingkar berrangkai dengan

telur asin. Kemudian di atasnya ditancapkan bendera merah putih

dan cakra yang merupakan senjata ampuh milik Bathara Kresna.

Seluruh badan dari gunungan kakung ditutup dengan kacang panjang

yang disusun secara vertikal dan diikat melingkar rapat. Di tiap

pucuk atas kacang panjang diberi kue-kue kecil dan cabai merah, ini

juga berfungsi untuk mengunci posisi kacang panjang agar tidak

jatuh. Gunungan kakung diletakkan di atas kotak yang disebut

jodhang. Kotak ini berisi nasi uduk dan lauk pauk. Kemudian kotak

ini ditutup kain berwarna merah putih. Untuk gunungan kakung alas

kain yang berwarna merah di atas dan putih di bawah.

Bahan-bahan maupun simbol yang tersusun dalam gunungan

kakung adalah:

1) Cakra

2) Bendera merah putih

3) Entho-entho

4) Telur asin

5) Kacang panjang

6) Cabai merah

7) Terong

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

8) Wapen

9) Kampuh

10) Bahan lain, seperti daun pisang sebagai dasar gunungan, tebu

yang ditancap bersama cabai, timun, wortel, nasi uduk, sayuran,

lauk pauk, kerupuk, dsb.

b. Gunungan putri

Gunungan putri berbentuk mirip payung yang terbuka.

Bagian puncaknya dilapisi kue besar bertumpuk lempengan

berwarna hitam dengan sekelilingnya ditancapi sejumlah kue

berbentuk daun. Sedangkan di bagian batang tubuhnya ditutupi

sejumlah kue ketan yang berbentuk bintang dan lingkaran yang

dinamakan rengginan, di tengahnya diberi kue kecil-kecil serta di

sekelilingnya diberi kue dan hiasan yang bermacam-macam bentuk.

Gunungan putri juga diberi kue yang berbentuk lingkaran-lingkaran

besar terbuat dari ketan yang disebut wajik. Gunungan putri

diletakkan di atas kotak atau jodang seperti gunungan kakung. Kotak

ini berisi makanan-makanan ringan seperti biskuit. Kemudian kotak

ini ditutup kain berwarna merah putih. Untuk gunungan putri alas

kain yang berwarna putih di atas dan merah di bawah.

Bahan-bahan maupun simbol yang tersusun dalam gunungan

kakung adalah:

1) Bendera merah putih, sama seperti pada gunungan kakung.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

2) Eter yang terbuat dari seng berbentuk jantung manusia atau

bunga pisang (tuntut)

3) Kampuh penutup jodang yang terbuat dari kain mori atau lawe

yang bermakna sebagai pakaian jasmani dan rohani manusia

(kesusilaan dan sandang)

4) Rengginan terbuat dari beras ketan yang besar

5) Jajan yang terdiri dari jadah, wajik, dan jenang, sebagai isi dari

jodang

6) Bahan lain, seperti kacu, terbuat dari ketan yang dibentuk

bulatan kecil dan diberi warna, giwangan bima berjumlah 8 biji,

samir jene 4 biji, sujen, daun pisang, tali, dan jodang

c. Gunungan anakan

Gunungan anakan selalu berada di antara gunungan kakung

dan gunungan putri. Gunungan ini melambangkan bahwa kehidupan

manusia yang turun-menurun. Adapun isinya ialah:

1) Uang logam, banyaknya sesuai dengan Sri Susuhunan Paku

Buwana yang ke berapa, misalnya yang bertahta Paku

Buwana XIII, jumlah uang logam juga tiga belas.

2) Rengginan kecil yang berwarna merah, hitam, putih, dan

jene sebanyak untuk gunungan kakung yaitu empat biji dan

untuk putri sebanyak 8 biji.

3) Bunga sebagai hiasan dalam gunungan

4) Tuntut atau eter kecil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

5. Makanan dan Mainan Khas Sekaten

Dalam tradisi sekaten, terdapat makanan maupun mainan yang

selalu dijual dan menjadi ikon dari sekaten. Tentunya mainan dan

makanan tersebut juga merupakan simbol-simbol yang memiliki makna.

a. Telur Asin

Telur asin dalam Bahasa Jawa disebut endhog kamal atau

endhog amal, yang dimaksudkan agar kita beramal. Selain itu, Ada

pula yang menghubungkan dengan istilah dalam bahasa Arab, kamal

berarti sempurna, yakni sempurna melaksanakan rukun Islam.54

b. Pecut

Pecut biasa digunakan oleh orang-orang dari desa ketika

membajak sawah. Pecut digunakan untuk menggiring kerbau atau

sapi, bukan digunakan untuk melukai hewan tersebut, sehingga pecut

diibaratkan sebagai pengarah ke jalan yang benar.55

Dan bunyinya pun memiliki makna bahwa pecut ini dapat

melecut semangat pemiliknya, semangat untuk bekerja, beribadah,

dll.

c. Celengan

Celengan adalah wadah yang terbuat dari tanah liat yang

digunakan untuk menabung. Nama celengan berasal dari hewan

54 Ibid, hal 143-144

55 Ibid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Celeng. Tetapi yang dimaksud bukan bentuknya seperti Celeng,

namun perilaku Celeng yang suka mengais tanah, perilaku ini

dianalogikan dengan memasukkan koin atau uang ke dalam lubang

celengan. Bentuk celengan bisa bermacam-macam, seperti sapi,

harimau, buah-buahan, dsb.

Celengan juga dihubungkan dengan pecut di atas. Ketika

orang membeli celengan, mereka akan semangat bekerja, semangat

menabung dengan keinginan agar tahun berikutnya dapat kembali

datang ke sekaten dengan uang yang ditabungnya di dalam celengan.

Kemudian ketika di sekaten, mereka membeli celengan lagi, dan

begitu seterusnya. Sehingga hidup mereka penuh semangat, tidak

hanya berdiam diri.

d. Gasing

Gasing juga disebut gangsingan, merupakan mainan anak-

anak yang terbuat dari bambu, cara memainkannya ialah menarik tali

yang sudah diputar pada sumbu atau tiang pada gasing tersebut,

sehingga gasing dapat berputar dan memiliki bunyi yang khas.

Gasing ini dimaknai seperti hidup manusia yang selalu

berputar. Dalam hidupnya, manusia boleh berputar ke mana saja,

tetapi harus selalu pada porosnya, yaitu Allah SWT. Poros pada

gasing ialah tiang di tengah gasing yang mengarah vertikal seperti

hubungan manusia dengan Tuhannya.56

56

Ibid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

I. KALENDER HIJRIYAH

Kalender Hijriyah atau Kalender Islam (bahasa Arab: ???? م ي

رج; ال ي at-taqwim al-hijri), adalah kalender yang digunakan oleh umat Islam,

termasuk dalam menentukan tanggal atau bulan yang berkaitan dengan ibadah,

atau hari-hari penting lainnya. Kalender ini dinamakan Kalender Hijriyah, karena

pada tahun pertama kalender ini adalah tahun dimana terjadi peristiwa Hijrah-

nya Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah, yakni pada

tahun 622 M.57

Di beberapa negara yang berpenduduk mayoritas Islam,

Kalender Hijriyah juga digunakan sebagai sistem penanggalan sehari-hari.

Kalender Islam menggunakan peredaran bulan sebagai acuannya, berbeda

dengan kalender biasa (kalender Masehi) yang menggunakan peredaran

Matahari.

Perhitungan kalender Hijriyah didasarkan pada peredaran bulan

mengelilingi bumi dan peredaran bumi mengelilingi matahari. Anggapan

kebanyakan orang yang berpendapat bahwa kalender hijriyah hanya

didasarkan pada peredaran bulan mengelilingi bumi adalah salah. Peredaran

bulan mengelilingi bumi merupakan bulan sideris yang lamanya 23 1/3 hari.

Kalender hijriah dibuat berdasarkan bulan sinodis. Lama satu bulan kalender

hijriyah adalah 29,530, biasanya dibulatkan menjadi 29,5. Akibatnya lamanya

satu tahun pada kalender hijriyah adalah 354 hari. Perbedaan satu tahun

Gregorian dengan satu tahun hijriyah kira-kira 11 hari. Perbedaan ini

57

A. Djamil, Ibid, hal 62

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

menyebabkan hari-hari besar Islam muncul lebih cepat 11 hari pada tahun

berikutnya.58

Keraton Surakarta juga mengadopsi kalender hijriyah ini.

Penanggalan pada tiap upacara adat disesuaikan dengan kalender Islam.

Nama-nama bulan pada kalender hijriyah beserta namanya dalam bahasa

Jawa secara urut adalah Muharram/Sura (29 hari), Syafar/Sapar (30 hari),

Rabiul Awal/Mulud (29 hari), Rabiul Akhir/Bakda Mulud (30 hari), Jumadil

Awal/Jumadilawal (29), Jumadil Akhir/Jumadilakir (30 hari), Rajab/Rejeb

(29 hari), Sya’ban/Ruwah (30 hari), Ramadhan/Pasa (29 hari), Syawal/Sawal

(30 hari), Dzulkaidah/Sela (29 hari), Dzulhijah/Besar (30 hari). 59

Tradisi

sekaten dilakukan pada bulan Rabiul Awal atau Mulud pada kalender Jawa.

58 Ibid

59 Ibid