bab ii landasan teorieprints.walisongo.ac.id/1709/3/113911175_bab2.pdf · bab ii landasan teori a....

32
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini peneliti akan mendeskripsikan beberapa penelitian-penelitian terdahulu yang dipandang relevan dengan penelitian ini. Adapun karya-karya skripsi tersebut adalah 1. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Nadziroh (2011) Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 2010, berjudul Upaya Peningkatan Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Materi Pokok Peristiwa Fathu Makkah Dengan Menggunakan Strategi Pembelajaran Ekspositori di Kelas V MI Ky Ageng Giri Karang Kumpul Banyumeneng Mranggen Demak Tahun Ajaran 2010/2011. Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan hasil belajar mata pelajaran SKI materi pokok peristiwa Fathu Makkah di kelas V MI Ky Ageng Giri Karang Kumpul Banyumeneng Mranggen Demak setelah menggunakan strategi pembelajaran ekspositori hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dengan KKM 60 tiap siklusnya dimana pada pra siklus tingkat ketuntasan 5 peserta didik atau 32% menjadi 12 siswa atau 72% pada siklus I meningkat lagi pada siklus III yaitu ada 15 siswa atau 94%. Begitu juga tingkat keaktifan peserta didik juga mengalami peningkatan setiap siklus dimana pada siklus I tingkat keaktifan pada kategori aktif sekali dan aktif ada 11 siswa atau 68% dan di siklus II sudah mencapai 14 siswa atau 88%. Ini menunjukkan hasil belajar sudah melebihi indikator keberhasilan yang diinginkan dan hipotesis tindakan terwujud. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Mulyono Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 2012 berjudul Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa pada Pelajaran IPA Materi Makanan Hewan Melalui Penerapan Metode Team Quiz (Studi Tindakan Kelas di Kelas IV MI YATPI Latak Godong Grobogan Tahun Pelajaran 2011/2012). Hasil penelitian menunjukkan Terjadi peningkatan prestasi belajar siswa kelas IV MI YATPI Latak Godong Grobogan pada mata pelajaran IPA materi Makanan Hewan setelah penerapan

Upload: others

Post on 30-Dec-2019

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORIeprints.walisongo.ac.id/1709/3/113911175_Bab2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini peneliti akan mendeskripsikan beberapa

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

Dalam tinjauan pustaka ini peneliti akan mendeskripsikan beberapa

penelitian-penelitian terdahulu yang dipandang relevan dengan penelitian ini.

Adapun karya-karya skripsi tersebut adalah

1. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Nadziroh (2011) Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang 2010, berjudul Upaya Peningkatan Hasil Belajar Sejarah

Kebudayaan Islam (SKI) Materi Pokok Peristiwa Fathu Makkah Dengan

Menggunakan Strategi Pembelajaran Ekspositori di Kelas V MI Ky Ageng

Giri Karang Kumpul Banyumeneng Mranggen Demak Tahun Ajaran

2010/2011. Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan hasil belajar mata

pelajaran SKI materi pokok peristiwa Fathu Makkah di kelas V MI Ky Ageng

Giri Karang Kumpul Banyumeneng Mranggen Demak setelah menggunakan

strategi pembelajaran ekspositori hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dengan

KKM 60 tiap siklusnya dimana pada pra siklus tingkat ketuntasan 5 peserta

didik atau 32% menjadi 12 siswa atau 72% pada siklus I meningkat lagi pada

siklus III yaitu ada 15 siswa atau 94%. Begitu juga tingkat keaktifan peserta

didik juga mengalami peningkatan setiap siklus dimana pada siklus I tingkat

keaktifan pada kategori aktif sekali dan aktif ada 11 siswa atau 68% dan di

siklus II sudah mencapai 14 siswa atau 88%. Ini menunjukkan hasil belajar

sudah melebihi indikator keberhasilan yang diinginkan dan hipotesis tindakan

terwujud.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Mulyono Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang 2012 berjudul Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa pada

Pelajaran IPA Materi Makanan Hewan Melalui Penerapan Metode Team

Quiz (Studi Tindakan Kelas di Kelas IV MI YATPI Latak Godong Grobogan

Tahun Pelajaran 2011/2012). Hasil penelitian menunjukkan Terjadi

peningkatan prestasi belajar siswa kelas IV MI YATPI Latak Godong

Grobogan pada mata pelajaran IPA materi Makanan Hewan setelah penerapan

Page 2: BAB II LANDASAN TEORIeprints.walisongo.ac.id/1709/3/113911175_Bab2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini peneliti akan mendeskripsikan beberapa

metode team quiz hal ini dapat dilihat dari kenaikan hasil belajar tiap

siklusnya dimana pada pra siklus ada 11 siswa atau 42,3%, pada siklus I ada

18 siswa atau 69,2% dan pada siklus II tingkat ketuntasannya ada 24 siswa

atau 92,4% ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan berhasil dan

sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan yaitu rata-rata nilai hasil kuis 70

sebanyak 75% dari jumlah peserta didik telah terpenuhi.

Penelitian Mulyono mengkaji tentang peningkatan prestasi mata

pelajaran IPA yang tentunya sama dengan penelitian yang peneliti lakukan,

namun metode pembelajaran yang dilakukan berbeda tentunya akan

menghasilkan pola pembelajaran dan hasil yang berbeda juga

3. Penelitian Sri Mujiah, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 2012.

berjudul Korelasi Implementasi Strategi Pembelajaran Ekspositori Dengan

Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPA Kelas V MI Sabilul Muttaqin Trimulyo

Guntur Demak Tahun Ajaran 2011/2012. Hasil penelitian menunjukkan ada

hubungan antara implementasi strategi pembelajaran ekspositori dengan

prestasi belajar mata pelajaran IPA kelas V MI Sabilul Muttaqin Trimulyo

Guntur Demak Tahun Ajaran 2011/2012. Hal ini ditunjukkan dari r t 5% (0,367)

< rxy (0,897) > rt 1% (0,463), maka data tersebut signifikan. dengan demikian,

dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara implementasi strategi

pembelajaran ekspositori dengan prestasi belajar mata pelajaran IPA kelas V

MI Sabilul Muttaqin Trimulyo Guntur Demak Tahun Ajaran 2011/2012.

4. Penelitian Arbangiyatun, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 2012

berjudul Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran

Pengembangan Agama Islam Materi Pokok Kisah Nabi Muhammad Saw

dengan Menggunakan Metode Cerita Pada Kelompok B RA Al-Iman 3 Kota

Magelang Tahun Ajaran 2010/2011. Hasil penelitian menunjukkan

Peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran Pengembangan Agama

Islam materi pokok kisah Nabi Muhammad SAW di kelompok B RA Al-Iman

3 Kota Magelang setelah menggunakan metode cerita dapat dilihat dari

kenaikan hasil belajar siswa dalam setiap siklus dimana pada pra siklus

indikator keberhasilan pada kategori baik ada 12 siswa atau 52,2%, naik

Page 3: BAB II LANDASAN TEORIeprints.walisongo.ac.id/1709/3/113911175_Bab2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini peneliti akan mendeskripsikan beberapa

menjadi 16 siswa atau 69,6% pada siklus I, dan di akhir siklus II menjadi 21

siswa atau 91,3%. Kenaikan juga terjadi pada keaktifan belajar siswa dimana

pada pra siklus yang ada pada kategori aktif ada 13 siswa atau 56,5% naik

menjadi 17 siswa atau 73,9% pada siklus I dan di akhir siklus III sudah

menjadi 22 siswa atau 95.7%. Ini menunjukkan telah terjadi peningkatan hasil

belajar dan keaktifan belajar siswa yang telah mencapai indikator yang

ditentukan yaitu 90

5. Penelitian Rohmawati Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 2012,

berjudul Implementasi Pembelajaran Aktif Tipe Jigsaw Sebagai Upaya

Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran IPA Materi

Pokok Penyesuaian Diri Mahluk Hidup Dengan Lingkungan di Kelas V MI

Nurul Huda Bandarharjo Semarang Utara Tahun Pelajaran 2011/2012. Hasil

penelitian menunjukkan Pembelajaran aktif tipe jigsaw dapat meningkatkan

hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi pokok penyesuaian diri

mahluk hidup dengan lingkungan di kelas V MI Nurul Huda Bandarharjo

Semarang Utara, hal ini dapat dilihat dari siklus I ada 9 siswa atau 60%,

kemudian meningkat pada siklus II yaitu ada 13 siswa atau 86,7%. Demikian

juga dengan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran juga

meningkat persiklus yaitu di siklus I siswa aktif sekali dan aktif ada 7 siswa

atau 46,7% dan di siklus II sudah mencapai 12 siswa atau 80%. ini

menunjukkan apa dilakukan guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa juga

keaktifannya menggunakan pembelajaran aktif tipe jigsaw berhasil.

Berbeda dengan penelitian di atas:

1. Mengambil fokus pada penggunaan metode expository learning

2. Obyek penelitian siswa kelas II MI Clapar Kecamatan Subah Kabupaten

Batang

3. Mata pelajaran IPA dengan materi pokok materi yang diteliti pengaruh cahaya

matahari dalam kehidupan sehari-hari.

4. Metode penelitian dengan menggunakan PTK.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORIeprints.walisongo.ac.id/1709/3/113911175_Bab2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini peneliti akan mendeskripsikan beberapa

B. Pembelajaran IPA

1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaktif yang berlangsung antara

guru dan siswa atau antara sekelompok siswa dengan tujuan untuk

memperoleh pengetahuan, ketrampilan, atau sikap serta menetapkan apa

yang dipelajari itu.14

Menurut Lester D. Crow and Alice Crow “intruction is a

modification of behavior accompanying growth processes that are brought

about trough adjustment to tensions initiated trough sensory

stimulation”.15 (Pembelajaran adalah perubahan tingkah laku yang diiringi

dengan proses pertumbuhan yang ditimbulkan melalui penyesuaian diri

terhadap keadaan lewat rangsangan atau dorongan).

Menurut Frederick Y. Mc. Donald dalam bukunya Educational

Psychology mengatakan: “Education is a process or an activity, which is

directed at producing desirable changes into the behavior of human

beings” 16 (Pendidikan adalah suatu proses atau aktifitas yang

menunjukkan perubahan yang layak pada tingkah laku manusia).

Pembelajaran menurut Abdul Aziz dan Abdul Aziz Majid dalam

kitabnya “At-Tarbiyah Wa Turuku Al-Tadris” adalah:

��� -$0ود ا�$!#-2 ا��,1 0�+��� ا�$0ر+س -����� ا�,+�$�, أ��� ا�,!�

D واC,9�د و��7B ا�$!#-2 داA$� >��ة وإ?$� ه= >��ة إذا إ9,7�08 -!

�F�� و9��آ�G =- د#C�ا ��H�.١٧

Adapun pembelajaran itu terbatas pada pengetahuan dari seorang guru kepada murid. Pengetahuan itu yang tidak hanya terfokus pada

14 S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Bina Aksara, 2004), hlm. 102.

15 Lester D. Crow and Alice Crow, Human Development and Learning, (New York: American Book Company, 2002), hlm. 215

16Frederick Y. Mc. Donald, Educational Psychology, (Tokyo: Overseas Publication LTD, 2007), hlm. 4.

17 Sholeh Abdul Azis dan Abdul Azis Abdul Madjid, Al-Tarbiyah Waturuqu Al-Tadrisi, Juz.1., (Mesir: Darul Ma’arif, 1979), hlm. 61

Page 5: BAB II LANDASAN TEORIeprints.walisongo.ac.id/1709/3/113911175_Bab2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini peneliti akan mendeskripsikan beberapa

pengetahuan normative saja namun pengetahuan yang memberi dampak pada sikap dan dapat membekali kehidupan dan akhlaknya

Menurut Mulyasa pembelajaran adalah proses interaksi antara

siswa dengan lingkungannya, sehingga terjadi perilaku ke arah yang lebih

baik. 18

Jadi pembelajaran adalah proses interaksi yang dilakukan oleh guru

dan siswa untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam belajar.

2. Teori Pembelajaran

Konsep pembelajaran mengandung beberapa implikasi, yaitu: (1)

Perlu diupayakan agar dapat terjadi proses belajar yang interaktif antara

peserta didik dan sumber belajar yang direncanakan; (2) Ditinjau dari

sudut peserta didik, proses itu mengandung makna bahwa terjadi proses

internal interaksi antara seluruh potensi individu dengan sumber belajar

yang dapat berupa pesan-pesan ajaran dan nilai-nilai serta norma-norma

ajaran Islam, guru sebagai fasilitator, bahan ajar cetak atau non cetak

yang digunakan, media dan alat yang dipakai belajar, cara dan teknik

belajar yang dikembangkan, beserta latar atau lingkungannya (spiritual,

budaya, sosial, dan alam) yang menghasilkan perubahan perilaku pada

diri peserta didik yang semakin dewasa dan memiliki tingkat kematangan

dalam beragama; dan (3) Ditinjau dari sudut pemberi rangsangan

perancang pembelajaran pendidikan agama, proses itu mengandung arti

pemilihan, penetapan dan pengembangan metode pembelajaran yang

memberikan kemungkinan paling baik bagi terjadinya proses belajar.19

Menurut Morris L. Biggae dan Maurice P Hunt sebagaimana

dikutip oleh Nana Syaodiah Sukmadinata ada tiga keluarga atau rumpun

teori belajar, yaitu teori disiplin mental, behaviorisme dan cognitive

gestalt Field.

18E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 100

19 Muhaimin dkk, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002). hlm. 183.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORIeprints.walisongo.ac.id/1709/3/113911175_Bab2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini peneliti akan mendeskripsikan beberapa

a. Rumpun teori disiplin mental

Secara herediter atau dari kelahirannya rumpun teori disiplin

mental, mengungkapkan bahwa anak telah memiliki potensi-potensi

tertentu. Salah satu upaya untuk mengembangkan potensi-potensi

tersebut adalah dengan belajar. Teori-teori yang termasuk rumpun

disiplin mental yaitu: disiplin mental theistic, disiplin mental

humanistic dan apersepsi.

1) Teori disiplin mental theistik, 2) Teori disiplin mental humanistik, 3) Teori naturalisme atau natural enfoldment atau self actualization. 4) Teori Apersepsi.20

b. Rumpun kedua Behaviorisme /S-R Stimulus-Respon

Muhibbin Syah mengatakan dibukunya ditulis: Menurut aliran

Behaviorisme, setiap siswa lahir tanpa warisan atau pembawaan apa-

apa dari orang tuannya dan belajar adalah kegiatan refleks-refleks

jasmani terhadap stimulus yang ada (S-R theory) serta tidak ada

hubungannya dengan bakat dan kecerdasan atau warisan atau

pembawaan,21yang termasuk teori behaviorisme yaitu: teori S-R

Bond, Conditioning dan Reinforcement.22

c. Rumpun yang ketiga Cognitive Gestalt Field

Muhibbin Syah mengatakan dalam bukunya ditulis: Menurut

aliran kognitif, setiap siswa lahir dengan bakat dan kemampuan

mentalnya sendiri, faktor bawaan ini memungkinkan siswa untuk

menentukan merespon atau tidak terhadap stimulus, sehingga belajar

tidak bersifat otomatis seperti robot.23

20 Nana Syaodih Sukamadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2000), hlm. 53.

21 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 103

22 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, hlm.17-27 23 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2000), hlm. 103

Page 7: BAB II LANDASAN TEORIeprints.walisongo.ac.id/1709/3/113911175_Bab2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini peneliti akan mendeskripsikan beberapa

Teori ini bersumber dari psikologi Gestalt Field sebagaimana

di kutip oleh Nana Syaodih Sukamadinata, belajar adalah proses

mengembangkan insight/pemahaman baru. Pemahaman terjadi

apabila individu menemukan cara baru yang ada dalam lingkungan.

1) Teori belajar Goal Insight. 2) Teori belajar cognitive field bersumber pada psikologi lapangan

(field psikologi).24

3. Pembelajaran IPA

IPA adalah pelajaran berhubungan dengan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematis, sehingga pembelajaran IPA bukan hanya

penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-

konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta

didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek

pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan

sehari-hari.25

4. Tujuan Pembelajaran Lingkup IPA

Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik

memiliki kemampuan sebagai berikut: 26

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan

24 Nana Syaodih Sukamadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, hlm. 66 25 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006, hlm. 484 26 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006, hlm. 484

Page 8: BAB II LANDASAN TEORIeprints.walisongo.ac.id/1709/3/113911175_Bab2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini peneliti akan mendeskripsikan beberapa

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

5. Ruang Pembelajaran Lingkup IPA

Ruang Lingkup27 bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-

aspek berikut.

a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan

b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-

benda langit lainnya. 6. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pembelajaran IPA Kelas II

Standar kompetensi dan kompetensi dasar pembelajaran IPA Kelas

II khususnya pada semester 2 sebagai berikut: 28

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pembelajaran IPA Kelas II

Semester 2 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Energi dan Perubahannya 3. Mengenal berbagai sumber

energi yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan kegunaannya

3.1. Mengidentifikasi sumber-sumber energi (panas, listrik, cahaya, dan bunyi) yang ada di lingkungan sekitar

3.2. Mengidentifikasi jenis energi yang paling sering digunakan di lingkungan sekitar dan cara menghematnya

Bumi dan Alam Semesta 4. Memahami peristiwa alam

dan pengaruh matahari dalam kehidupan sehari-hari

4.1 Mengidentifikasi kenampakan matahari

pada pagi, siang dan sore hari 4.2 Mendeskripsikan kegunaan panas dan

cahaya matahari dalam kehidupan sehari-hari

C. Prestasi Belajar IPA

1. Pengertian Prestasi Belajar IPA

27 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006, hlm. 485 28 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006, hlm. 485

Page 9: BAB II LANDASAN TEORIeprints.walisongo.ac.id/1709/3/113911175_Bab2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini peneliti akan mendeskripsikan beberapa

Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan,

misalnya dalam kesenian, olahraga, pendidikan begitu juga belajar. Prestasi

berarti “hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya)”.29

Menurut istilah prestasi adalah “bukti kebenaran keberhasilan usaha

yang dicapai”.30 Menurut pengertian ini prestasi adalah suatu yang diperoleh

seseorang setelah melakukan aktifitas belajar.

Prestasi adalah hasil belajar yang telah dicapai dan dapat dinyatakan

dalam angka-angka maupun dengan kata-kata.

Sedangkan belajar adalah “learning is an active process that needs to

be stimulated and guide toward desirable out comes”.31 (Pembelajaran adalah

proses akhir yang membutuhkan rangsangan dan tuntunan untuk menghasilkan

out come yang diharapkan). Pada dasarnya pembelajaran merupakan interaksi

antara guru dan peserta didik, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang

lebih baik.

Menurut Charles E. Scanner memberikan definisi belajar sebagai

berikut: “Learning is a process of progressive behavior adaptation” (belajar

adalah proses perubahan tingkah laku setelah melakukan adaptasi).32

Menurut Abdul Aziz dan Abdul Aziz Majid dalam kitabnya “At-

Tarbiyah Wa Turuku Al-Tadris” belajar adalah:

�ا� أ��������� ا�$0ر+س 0�+��� ا��,1 ا�$!#-2 -$0ود ,!�- �� ,ا�,+�$7B� واC,9�د -!D إ9,7�08 إذا >��ة ه= وإ?$� >��ة داA$� ا�$!#-2 و�

��H� د#C�ا �F��� ٣٣.و9��آ� - Adapun belajar itu terbatas pada pengetahuan dari seorang guru kepada murid. Pengetahuan itu yang tidak hanya terfokus pada pengetahuan

29 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi.II, (Jakarta: Balai Pustaka, 2008), hlm. 354

30 W.S. Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta: Gramedia, 2004), hlm. 162.

31 Lester D. Crow and Alice Crow, Educational Psychology, (New York: American Book Company, 2001), hlm. 225

32 Charles E. Scanner, Essentials of Educational Psychology, (Tokyo : Prentice Hall, 2004), hlm 199

33 Sholeh Abdul Azis dan Abdul Azis Abdul Madjid, Al-Tarbiyah Waturuqu Al-Tadrisi, Juz.1., (Mesir: Darul Ma’arif, 1979), hlm. 61

Page 10: BAB II LANDASAN TEORIeprints.walisongo.ac.id/1709/3/113911175_Bab2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini peneliti akan mendeskripsikan beberapa

normative saja namun pengetahuan yang memberi dampak pada sikap dan dapat membekali kehidupan dan akhlaknya

Prestasi belajar adalah “hasil yang telah di capai sebagai akibat dari

adanya kegiatan peserta didik kaitannya dengan belajarnya”.34

Prestasi belajar juga berarti hasil yang telah dicapai oleh murid sebagai

hasil belajarnya, baik berupa angka, huruf, atau tindakan yang mencerminkan

hasil belajar yang telah dicapai masing-masing anak dalam periode tertentu.35

Jadi prestasi belajar adalah kemampuan–kemampuan yang dimiliki

peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajar dalam pembelajaran

yang diperoleh melalui usaha dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar.

Adapun perubahan tersebut meliputi: sikap, pengetahuan, kebiasaan,

perbuatan, minat, perasaan dan lain-lain

2. Alat Ukur Prestasi Belajar

Kegiatan penilaian belajar merupakan salah satu mata rantai yang

menyatu terjalin di dalam proses pembelajaran siswa. Saifudin Azwar

berpendapat tes sebagai pengukur prestasi sebagaimana oleh namanya, tes

prestasi belajar bertujuan untuk mengukur prestasi atau hasil yang telah

dicapai oleh siswa dalam belajar.36

Penilaian atau tes itu berfungsi untuk memperoleh umpan balik dan

selanjutnya digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar, maka

penilaian itu disebut penilaian formatif. Tetapi jika penilaian itu berfungsi

untuk mendapatkan informasi sampai mana prestasi atau penguasaan dan

pencapaian belajar siswa yang selanjutnya diperuntukkan bagi penentuan lulus

tidaknya seorang siswa maka penilaian itu disebut penilaian sumatif.37

Jika dilihat dari segi alatnya, penilaian hasil belajar IPA dapat

dibedakan menjadi 2 macam yaitu tes dan non tes. Tes ada yang diberikan

34Syaifuddin Azwar, Tes Prestasi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 13

35 M. Buchori, Teknik-Teknik Evaluasi Pendidikan, (Bandung: Jemmars, 2005), hlm. 178

36Saifuddin Azwar, Tes Prestasi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar, hlm. 8

37Saifuddin Azwar, Tes Prestasi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar, hlm. 11-12

Page 11: BAB II LANDASAN TEORIeprints.walisongo.ac.id/1709/3/113911175_Bab2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini peneliti akan mendeskripsikan beberapa

secara lisan (menuntut jawaban secara lisan) ini dapat dilakukan secara

individu maupun kelompok, ada tes tulisan (menuntut jawaban dalam bentuk

tulisan), tes ini ada yang disusun secara obyektif dan uraian dan tes tindakan

(menuntut jawaban dalam bentuk perbuatan).

Sedangkan non tes sebagai alat penilaiannya mencakup observasi,

kuesioner, wawancara, skala sosiometri, studi kasus.38

3. Macam-Macam Prestasi Belajar

Menurut pendapat Benyamin S. Bloom yang ditulis oleh Anas

Sudiyono, hasil belajar mencakup tiga ranah yaitu ; ranah kognitif, ranah

afektif, dan ranah psikomotorik.39

a. Ranah kognitif yang meliputi: 1) Pengetahuan (knowledge). Ciri utama taraf ini adalah pada ingatan 2) Pemahaman (Comprehension). Pemahaman digolongkan menjadi tiga

yaitu: menerjemahkan, menafsirkan dan mengeksrapolasi (memperluas wawasan)

3) Penerapan (application), merupakan abstraksi dalam suatu situasi konkret.

4) Analisis, merupakan kesanggupan mengurai suatu integritas menjadi unsur-unsur yang memiliki arti sehingga hirarkinya menjadi jelas.

5) Sintesis, merupakan kemampuan menyatukan unsur-unsur menjadi suatu integritas.

6) Evaluasi, merupakan kemampuan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan kriteria yang dipakainya misalnya; baik - buruk, benar - salah, kuat- lemah dan sebagainya.

b. Ranah afektif meliputi :

1) Memperhatikan (receiving/attending) yaitu kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulus) yang datang dari luar siswa dalam bentuk masalah, gejala, situasi dan lain – lain.

2) Merespon (responding) yaitu reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulus yang datang dari luar.

3) Menghayati nilai (valuing) yaitu berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau sistem.

38 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), hlm. 5

39 Anas Sudiyono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 23-31

Page 12: BAB II LANDASAN TEORIeprints.walisongo.ac.id/1709/3/113911175_Bab2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini peneliti akan mendeskripsikan beberapa

4) Mengorganisasikan atau menghubungkan yaitu pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi.

5) Menginternalisasi nilai, sehingga nilai- nilai yang dimiliki telah mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

c. Ranah psikomotorik. Ranah ini berhubungan dengan ketrampilan siswa setelah melakukan

belajar meliputi: Persepsi (cara pandang) 1) Gerakan reflek yaitu ketrampilan pada gerakan yang tidak sadar. 2) Ketrampilan pada gerakan – gerakan dasar. 3) Kemampuan perseptual termasuk didalamnya membedakan visual,

auditif, motoris dan lain – lain. 4) Kemampuan dibidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan. 5) Gerakan – gerakan IPA dari yang sederhana sampai pada ketrampilan

yang komplek.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Faktor–faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai

berikut:

a. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik,

antara lain:

1) Faktor Fisiologis, masih dapat dibedakan lagi menjadi dua macam,

yaitu:

a) Tonus jasmani pada umumnya

Keadaan tonus jasmani pada umumnya ini dapat dikatakan

melatarbelakangi aktivitas belajar, keadaan jasmani yang segar akan

lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar;

keadaan jasmani yang lelah akan lain dengan keadaan jasmani yang

tidak lelah.40

b) Keadaan fungsi-fungsi fisiologis

Panca indera merupakan syarat dapatnya belajar itu

berlangsung dengan baik, Dalam sistem persekolahan dewasa ini

diantara panca indera itu yang paling memegang peranan dalam

belajar adalah mata dan telinga. Karena itu adalah kewajiban bagi

setiap pendidik untuk menjaga agar panca indera anak didiknya

40 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), hlm. 235

Page 13: BAB II LANDASAN TEORIeprints.walisongo.ac.id/1709/3/113911175_Bab2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini peneliti akan mendeskripsikan beberapa

dapat berfungsi dengan baik, baik penjagaan yang bersifat kuratif

maupun yang bersifat preventif.41

2) Faktor psikologis, terdiri atas:

a) Intelegensi peserta didik

Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai

kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau

menyesuaikan diri pada lingkungan dengan tepat. Jadi, intelegensi

bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-

organ tubuh lainnya, akan tetapi memang harus diakui bahwa peran

otak dalam hubungannya dengan intelegensi manusia lebih

menonjol dari pada peran organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak

merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia.

b) Sikap peserta didik

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa

kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response tendency)

dengan cara yang relatif tetap terhadap obyek orang, barang, dan

sebagainya, baik secara positif maupun negatif.

c) Bakat peserta didik

Secara umum bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial

yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa

yang akan datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti

memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi

belajar sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-

masing. Jadi secara global bakat itu mirip dengan intelegensi. Itulah

sebabnya mengapa seorang anak yang berintelegensi sangat cerdas

(superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut juga

sebagai talented child yakni anak yang berbakat.

d) Minat peserta didik

41 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, hlm. 236

Page 14: BAB II LANDASAN TEORIeprints.walisongo.ac.id/1709/3/113911175_Bab2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini peneliti akan mendeskripsikan beberapa

Minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang

tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat

mempengaruhi prestasi belajar dalam bidang studi matematika.

Misalnya peserta didik yang menaruh minat besar pada matematika

akan memusatkan perhatiannya lebih banyak dari pada peserta didik

lainnya. Kemudian, karena pemusatan perhatian yang intensif

terhadap materi itulah yang memungkinkan peserta didik tadi untuk

belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi belajar yang

diinginkannya.

e) Motivasi peserta didik

Motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia

ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam

pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya untuk bertingkah laku

secara terarah. Dalam perspektif kognitif, motivasi yang lebih

signifikan bagi peserta didik adalah motivasi intrinsik karena lebih

murni dan lebih langgeng serta tidak tergantung pada dorongan atau

pengaruh orang lain. Dorongan mencapai prestasi dan dorongan

memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan,

umpamanya, memberi pengaruh lebih kuat dan relatif lebih

langgeng dibandingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan

keharusan dari orang tua dan guru.42

b. Faktor Eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri peserta didik,

yaitu antara lain:

1) Faktor sosial yang terdiri atas:

a) Lingkungan keluarga

b) Lingkungan sekolah

c) Lingkungan masyarakat

42 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos, 1999), hlm. 133 – 137

Page 15: BAB II LANDASAN TEORIeprints.walisongo.ac.id/1709/3/113911175_Bab2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini peneliti akan mendeskripsikan beberapa

d) Lingkungan kelompok

2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi,

kesenian.

3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim.

4) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.43

Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung maupun

tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar.

D. Metode Expository Learning

1. Pengertian Metode Expository Learning

Setiap pembelajaran, sudah barang tentu membutuhkan adanya

strategi, metode dan teknik dalam pembelajaran itu sendiri, proses belajar

mengajar merupakan transfer atau pengalihan pengetahuan, informasi,

norma, nilai, dan lain-lainnya dari seorang guru atau dosen kepada peserta

didik murid, atau mahasiswa. Proses seperti itu dibangun diatas dasar

anggapan bahwa siswa atau peserta didik ibarat bejana kosong atau kertas

putih. Guru atau pengajarlah yang harus mengisi bejana tersebut atau

menulis apapun di kertas putih tersebut

Istilah metode dalam “bahasa Arab diterjemahkan dengan 2� #M

bentuk jamaknya �Aا#M yang berarti jalan atau cara yang digunakan untuk

mencapai suatu tujuan”,44 yaitu tujuan pendidikan anak dalam Islam.

Sedangkan istilah metode dengan pengertian jalan atau cara dalam Al-

Qur’an disebutkan sebagaimana firman Allah SWT:

N� وا�����ا ا�Fا ا�H�O � ���أ ��� ا � ����!� ���P9 =- ه0وا�Q2� و�,�Rا إ��� ا�9�

CFS٣٥U��ن

Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah. Dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya dan berjihadlah

43 Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm. 131 44Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah

dan Pentafsir Al-Qur’an, 2003), hlm. 236

Page 16: BAB II LANDASAN TEORIeprints.walisongo.ac.id/1709/3/113911175_Bab2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini peneliti akan mendeskripsikan beberapa

pada jalan-Nya supaya kamu mendapat keberuntungan. (QS. Al-Maidah : 35).45 Dalam ayat yang lain Allah SWT juga berfirman :

�Aا#M ��Hآ V�دون ذ ��H�ن و������ا ��H� ��?0دا وأ<S١١U Dan sesungguhnya diantara kami ada orang-orang yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adakah kami menempuh jalan yang berbeda-beda”. (QS. Al-Jin : 11).46 Pada ayat tersebut, pengertian metode digunakan dengan istilah

�Aا#M dan 2�� yang berarti jalan. Secara garis besar, pengertian metode ا��9

adalah suatu jalan atau cara yang ditempuh atau digunakan untuk

menyampaikan suatu materi yang disajikan supaya materi tersebut dapat

diterima oleh seseorang, sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat

tercapai dengan baik.

Sedangkan dalam kitab At-Ta’lim Wal Mu’allimun disebutkan:

�2 ه= %$��2 ا ��ل ا�XY�H ا�1 ا��$�ل ا��يN#,�2 ا�C��� آ�% ZG

=��$Y ��P[F =م ، هD9^٤٧ .ا

Metode belajar merupakan cara-cara yang dilakukan seseorang untuk sampai pada kesempurnaan yang menganjurkan pada ajaran Islam. Cara ini disesuaikan kondisi seseorang.

Ada banyak metode yang bisa dikembangkan dalam pembelajaran

diantaranya metode expository learning. Metode expository learning

adalah pembelajaran yang menekankan pada proses penyampaian materi

secara verbal dari seorang guru pada sekelompok siswa dengan maksud

agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Rot Killen

(1998) menanamkan strategi ekspositori ini dengan istilah strategi

langsung (direct instruction). hal ini karena materi pelajaran disampaikan

45Depag, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Depag RI:Yayasan Penyelenggara Penerjemah Penafsiran Al-Qur’an, 2001), hlm. 165

46Depag, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 984. 47 Ali Sayyid Akhmad Az-Jarnuji, At-Ta’lim Wal Mu’allimun, (Libanon: Darushabuny,

1997), hlm. 26.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORIeprints.walisongo.ac.id/1709/3/113911175_Bab2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini peneliti akan mendeskripsikan beberapa

langsung oleh guru. Siswa tidak di tuntut untuk menemukan materi itu.

Materi pelajaran seakan-akan sudah jadi. Oleh karena pembelajaran

ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur, maka sering juga

dinamakan istilah model pembelajaran “chalk dan talk”48

Pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan

pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach).

Dikatakan demikian, karena dalam pembelajaran ini guru memang peran

yang sangat dominan. Melalui pembelajaran model ini guru

menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan

materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik.

Fokus utama pembelajaran ini adalah kemampuan akademi (academic

achievement) siswa. Metode pembelajaran dengan kuliah merupakan

bentuk pembelajaran ekspositori.49

Metode ini berbeda dengan metode ceramah dimana cara

penyampaian sebuah materi pelajaran dengan cara penuturan lisan kepada

siswa atau halayak ramai. Sebagaimana yang didefinisikan oleh Ramayulis

: metode ceramah ialah penerangan dan penuturan secara lisan guru

terhadap murid-murid ruang kelas.50 Sedangkan metode expository

learning tidak hanya sekedar menyampaikan dengan lesan tetapi juga

menggunakan mimik muka dan ekspresi sehingga penuturan tersebut lebih

menarik bagi siswa.

Jadi Metode expository learning merupakan strategi pembelajaran

yang mengarahkan pembelajaran dengan menggunakan kekuatan verbal

dengan mimik dan gerakan yang sangat baik sehingga menjadikan siswa

tertarik untuk memahami dan memperhatikan pembelajaran.

48Hamruni, Strategi dan Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah, 2009), hlm.116-117

49Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 179

50 Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2003), hlm.

102.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORIeprints.walisongo.ac.id/1709/3/113911175_Bab2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini peneliti akan mendeskripsikan beberapa

2. Dasar Metode Expository Learning

Metode expository learning sama halnya dengan cerita hikmah

dalam konsep al-Qur’an. firman Allah swt:

��H إ��V ه�ا ا��#Oن وإن Gأو �$N ����ا �BGأ V��% ���? �? ���-�R�ا �$� ��P< �� 7H٣ �9_ (آ(

"Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur’an ini kepadamu dan sesungguhnya kamu sebelum (kami mewahyukan) nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui." (QS. Yusuf: 3)51

Al-qashash berarti pula cerita-cerita yang dituturkan (kisah).52

Sebagaimana firman Allah swt:

��#ون-�>�� ا���� �!��C, �� "Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berpikir," (QS. Al-A'raf: 176)53

Kisah yang disebut pada ayat di atas akan mampu menyentuh hati

manusia karena menampilkan tokoh dalam konteksnya yang menyeluruh,

sehingga pembaca dan pendengar mampu menghayati atau merasakan isi

kisah seolah-olah mereka sendiri yang menjadi tokohnya, dan akan

menjadi tuntunan dalam kehidupannya

3. Tujuan Metode Expository Learning

Kontribusi metode expository learning dalam pembelajaran dapat

membantu guru pada penjelasan, penafsiran dan memudahkan berbagai

kesulitan dalam memahami sebuah ilmu pengetahuan serta menambah

wawasan siswa.

Banyak hakikat-hakikat (ilmu pengetahuan) yang diketahui anak

didik, namun tidak sedikit yang tidak mengaplikasikannya dalam

kehidupan sehari-hari, sehingga seorang guru harus mampu menjelaskan

pada anak didiknya melalui cerita-cerita, hikayat-hikayat untuk

memperoleh berbagai hakikat dalam aktivitas kehidupannya.

51Soenardjo, dkk., Al-Qur'an dan Terjemahnya, hlm. 348 52Shalah al-Khalidy, Kisah-kisah al-Qur’an; Pelajaran dari Orang-orang Terdahulu,

(Jakarta: Gema Insani Press, 2003), hlm. 22

53 Soenardjo, dkk., Al-Qur'an dan Terjemahnya., hlm. 251

Page 19: BAB II LANDASAN TEORIeprints.walisongo.ac.id/1709/3/113911175_Bab2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini peneliti akan mendeskripsikan beberapa

Ada beberapa tujuan dari pelaksanaan strategi pembelajaran

ekspositori diantaranya : 54

a. Mendiagnosis secara tepat situasi suatu pembelajaran b. Menciptakan pembelajaran efektif c. Memotivasi diri sendiri tidak hanya karena nilai atau motivasi

eksternal d. Mampu tetap tekun dalam tugas sehingga tugas itu terselesaikan e. Belajar secara efektif dan memiliki motivasi abadi untuk belajar.55

Adapun manfaat strategi pembelajaran ekspositori: a. Selain itu Dapat memberikan sejumlah pengetahuan sosial, nilai-nilai

moral dan keagamaan b. Dapat memberikan pengalaman belajar untuk berlatih mendengarkan,

sehingga anak memperoleh informasi tentang pengetahuan, nilai dan sikap untuk dihayati dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Memungkinkan anak mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotor anak.

d. Memungkinkan pengembangan dimensi perasaan anak.

Adapun manfaat strategi pembelajaran ekspositori menurut

Moeslichatun: 56

a. Selain itu Dapat memberikan sejumlah pengetahuan sosial, nilai-nilai moral dan keagamaan

b. Dapat memberikan pengalaman belajar untuk berlatih mendengarkan, sehingga anak memperoleh informasi tentang pengetahuan, nilai dan sikap untuk dihayati dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Memungkinkan anak mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotor anak.

d. Memungkinkan pengembangan dimensi perasaan anak. Menurut Wina Sanjaya metode expository learning merupakan

menjadikan ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur

dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai

siswa dengan baik.57

54Moeslichatun R., Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, (Jakarta : Rineka Cipta, 2009), hlm. 168.

55Trianto, Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm. 87

56 Moeslichatun R., Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, hlm. 168. 57Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan, (Jakarta:

Kencana, 2007), hlm. 179

Page 20: BAB II LANDASAN TEORIeprints.walisongo.ac.id/1709/3/113911175_Bab2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini peneliti akan mendeskripsikan beberapa

Jadi tujuan dari metode pelaksanaan metode expository learning

menciptakan pembeljaran aktif dengan memanfaatkan kemampuan verbal

dan mimik muka dalam memahami materi

4. Karakteristik Strategi Pembelajaran Ekspositori

Ada beberapa karakteristik pembelajaran ekspositori. Pertama,

dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal,

bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan

pembelajaran ini, sehingga sering orang menyamakannya dengan ceramah.

Kedua, biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi yang

sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus

dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berfikir ulang. Ketiga ,tujuan

utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri.

Artinya setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat

memahaminya dengan benar dengan dapat mengungkapkan kembali

materi yang setelah diuraikan58

Metode expository learning merupakan bentuk dari strategi

pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach).

Dikatakan demikian, karena dalam pembelajaran ini guru memang peran

yang sangat dominan. Melalui pembelajaran model ini guru

menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan

materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik.

Fokus utama pembelajaran ini adalah kemampuan akademi (academic

achievement) siswa. Metode pembelajaran dengan kuliah merupakan

bentuk pembelajaran ekspositori. Pembelajaran ekspositori akan efektif

manakala: 59

a. Guru akan menyampaikan bahan-bahan baru serta kaitannya dengan yang akan dan harus dipelajari siswa (overview). Biasanya bahan atau materi baru itu diperlukan untuk kegiatan-kegiatan khusus, seperti kegiatan pemecahan masalah atau untuk melakukan proses tertentu. Oleh sebab itu, materi yang disampaikan adalah materi-materi dasar

58Hamruni, Strategi dan Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, hlm. 117 59 Hamruni, Strategi dan Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, hlm. 117-118

Page 21: BAB II LANDASAN TEORIeprints.walisongo.ac.id/1709/3/113911175_Bab2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini peneliti akan mendeskripsikan beberapa

seperti konsep-konsep tertentu, prosedur, atau rangkaian aktifitas, dan sebagainya.

b. Apabila guru menginginkan agar siswa mempunyai kemampuan intelektual tertentu, misalnya agar siswa bisa mengingat bahan pelajaran sehingga ia akan dapat mengungkapkannya kembali manakala diperlukan.

c. Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan cocok untuk dipresentasikan, artinya dipandang dari sifat dan jenis materi pelajaran memang materi pelajaran itu hanya mungkin dapat dipahami oleh siswa manakala disampaikan oleh guru secara ceramah, misalnya materi pelajaran hasil penelitian berupa data-data

d. Jika ingin membangkitkan keingintahuan siswa tentang topik tertentu, misalnya, materi pelajaran yang bersifat6 pancingan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.

e. Guru menginginkan untuk mendemonstrasikan suatu teknik atau prosedur tertentu untuk kegiatan praktik. Prosedur tertentu biasanya merupakan langkah baku atau langkah standar yang harus ditaati dalam melakukan sesuatu proses tertentu. Manakala langkah itu tidak ditaati, maka dapat menimbulkan pengaruh atau resiko tertentu.

f. Apabila seluruh siswa memiliki tingkat kesulitan yang sama sehingga guru perlu menjelaskan suntuk seluruh siswa.

g. Apabila guru akan mengajarkan pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemampuan rendah. Berdasarkan hasil penelitian strategi ini sangat efektif untuk mengajarkan konsep ketrampilan untuk anak-anak yang memiliki kemampuan kurang (low achieving students).

h. Jika lingkungan tidak mendukung untuk menggunakan strategi yang berpusat pada siswa, misalnya tidak adanya sarana dan prasarana yang dibutuhkan.

i. Jika guru tidak memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa.

Sedangkan menurut Wina Sanjaya dalam buku Strategi

Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan tahun 2007 karakteristik

pembelajaran ekspositori: 60

a. Guru akan menyampaikan bahan-bahan baru serta kaitannya dengan yang akan dan harus dipelajari siswa (overview). Biasanya bahan atau materi baru itu diperlukan untuk kegiatan-kegiatan khusus, seperti kegiatan pemecahan masalah atau untuk melakukan proses tertentu. Oleh sebab itu, materi yang disampaikan adalah materi-materi dasar seperti konsep-konsep tertentu, prosedur, atau rangkaian aktifitas, dan sebagainya.

60 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan, hlm. 117-118

Page 22: BAB II LANDASAN TEORIeprints.walisongo.ac.id/1709/3/113911175_Bab2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini peneliti akan mendeskripsikan beberapa

b. Apabila guru menginginkan agar siswa mempunyai kemampuan intelektual tertentu, misalnya agar siswa bisa mengingat bahan pelajaran sehingga ia akan dapat mengungkapkannya kembali manakala diperlukan.

c. Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan cocok untuk dipresentasikan, artinya dipandang dari sifat dan jenis materi pelajaran memang materi pelajaran itu hanya mungkin dapat dipahami oleh siswa manakala disampaikan oleh guru secara ceramah, misalnya materi pelajaran hasil penelitian berupa data-data

d. Jika ingin membangkitkan keingintahuan siswa tentang topik tertentu, misalnya, materi pelajaran yang bersifat pancingan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.

e. Guru menginginkan untuk mendemonstrasikan suatu teknik atau prosedur tertentu untuk kegiatan praktik. Prosedur tertentu biasanya merupakan langkah baku atau langkah standar yang harus ditaati dalam melakukan sesuatu proses tertentu. Manakala langkah itu tidak ditaati, maka dapat menimbulkan pengaruh atau resiko tertentu.

f. Apabila seluruh siswa memiliki tingkat kesulitan yang sama sehingga guru perlu menjelaskan suntuk seluruh siswa.

g. Apabila guru akan mengajarkan pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemampuan rendah. Berdasarkan hasil penelitian (Ross dan strategi ini sangat efektif untuk mengajarkan konsep ketrampilan untuk anak-anak yang memiliki kemampuan kurang (low achieving students).

h. Jika lingkungan tidak mendukung untuk menggunakan strategi yang berpusat pada siswa, misalnya tidak adanya sarana dan prasarana yang dibutuhkan.

i. Jika guru tidak memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik

pelaksanaan strategi pembelajaran ekspositori adalah pembelajaran yang

beroirentasi pada kemampuan guru dalam memahamkan materi kepada

siswa dan materi itu berbentuk cerita yang perlu diterangkan kepada siswa.

5. Prinsip-Prinsip Strategi Pembelajaran Ekspositori Learning

Prinsip-prinsip yang dikembangkan dalam metode expository

learning menurut Hamruni dalam buku Strategi dan Model Pembelajaran

Aktif Menyenangkan tahun 2009 antara lain: 61

61 Hamruni, Strategi dan Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, hlm. 119-120

Page 23: BAB II LANDASAN TEORIeprints.walisongo.ac.id/1709/3/113911175_Bab2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini peneliti akan mendeskripsikan beberapa

a. Berorientasi pada pembelajaran Walaupun penyampaian materi pelajaran merupakan ciri utama

dalam metode expository learning melalui metode ceramah, namun tidak berarti proses penyampaian materi tanpa tujuan pembelajaran, justru tujuan itulah yang harus menjadi pertimbangan utama dalam penggunaan strategi ini. Karena itu sebelum strategi ini diterapkan, terlebih dulu guru harus merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan terukur. Seperti kriteria pada umumnya, tujuan pembelajaran harus dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diukur atau berorientasi pada kompetensi yang harus dicapai oleh sisa. Hal ini sangat penting untuk dipahami, karena tujuan yang spesifik memungkinkan kita bisa mengontrol efektifitas penggunaan strategi pembelajaran.

b. Prinsip komunikasi Proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai komunikasi yang

menunjuk pada proses penyampaian pesan dari seseorang (sumber pesan) kepada seseorang atau sekelompok orang (penerima pesan) pesan yang ingin disampaikan dalam hal ini adalah materi pelajaran yang diorganisir dan disusun sesuai dengan tujuan tertentu yang ingin dicapai. Dalam proses komunikasi guru berfungsi sebagai sumber pesan dan siswa sebagai penerima pesan.

c. Prinsip kesiapan Dalam teori koneksionisme, kesiapan merupakan salah satu

hukum belajar inti dari hukum belajar ini adalah bahwa setiap individu akan merespon dengan cepat dari setiap stimulus manakala dalam dirinya sudah memiliki kesiapan: sebaliknya, tidak mungkin setiap individu akan merespon setiap stimulus yang muncul manakala dalam dirinya belum memiliki kesiapan. Yang dapat ditarik dari hukum belajar ini adalah, agar siswa dapat menerima informasi sebagai stimulus yang kita berikan, terlebih dahulu kita harus memposisikan mereka dalam keadaan siap, baik secara fisik maupun psikis guna menerima pelajaran.

d. Prinsip berkelanjutan Metode expository learning harus dapat mendorong siswa

untuk mempelajari materi pelajaran lebih lanjut. Pembelajaran bukan hanya berlangsung pada saat itu, akan tetapi juga untuk waktu selanjutnya. Ekspositori yang berhasil adalah bisa melalui proses penyampaian dapat membawa siswa pada situasi ketidakseimbangan (disequilibrium), sehingga mendorong mereka untuk mencari dan menemukan atau menambah wawasan prose belajar mandiri.

Jadi metode expository learning pada prinsipnya adalah untuk

menciptakan proses pembelajaran yang berorientasi pada pemahaman

siswa terhadap materi dengan menggunakan cerita.

6. Langkah-langkah Metode Expository Learning

Page 24: BAB II LANDASAN TEORIeprints.walisongo.ac.id/1709/3/113911175_Bab2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini peneliti akan mendeskripsikan beberapa

Melaksanakan metode expository learning dapat dilakukan dengan

beberapa langkah diantaranya :

Pertama, merumuskan tujuan yang ingin dicapai. Merumuskan

tujuan merupakan langkah-langkah pertama yang harus dipersiapkan guru.

Kedua, menguasai materi pelajaran dengan baik merupakan syarat

mutlak penggunaan metode expository learning. Penguasaan materi yang

sempurna, akan membuat kepercayaan diri guru meningkat, sehingga guru

akan mudah mengelola kelas, ia akan bebas bergerak, berani menatap

siswa, tidak takut dengan perilaku-perilaku siswa yang dapat mengganggu

jalannya proses pembelajaran dan lain-lain.

Ketiga, mengenali medan dan hal-hal yang mempengaruhi proses

penyampaian. Mengenali lapangan atau medan merupakan hal penting

dalam langkah persiapan. Pengenalan medan yang baik memungkinkan

guru dapat mengantisipasi berbagai kemungkinan yang dapat mengganggu

proses penyajian materi pelajaran. Beberapa hal yang berhubungan dengan

mean yang harus dikenali antara lain adalah sebagai berikut:

a. Latar belakang audien atau siswa yang akan menerima materi,

misalnya kemampuan dasar atau pengalaman belajar siswa sesuai

dengan materi yang akan disampaikan, minat dan gaya belajar siswa,

dan lain sebagainya.

b. Kondisi ruangan, baik menyangkut luas dan besarnya ruangan,

pemecahan, posisi tempat duduk, maupun kelengkapan rungan itu

sendiri. Pemahaman akan kondisi ruangan itu diperlukan untuk

mengatur tempat duduk dan atau tidak untuk menempatkan media

yang digunakan, misalnya dimana sebaiknya layar OHP atau LCD

disimpan, dimana sebaiknya gambar dipasang dan lain sebagainya.62

Menurut Wina Sanjaya langkah-langkah dalam penerapan strategi

ekspositori meliputi: persiapan (preparation), penyajian (presentation),

62 Hamruni, Strategi dan Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, hlm. 121-123

Page 25: BAB II LANDASAN TEORIeprints.walisongo.ac.id/1709/3/113911175_Bab2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini peneliti akan mendeskripsikan beberapa

penghubungan (correlation), penyimpulan (generalization), dan penerapan

(application).

a. Persiapan (preparation)

Beberapa hal yang positif dan hindari sugesti dalam langkah persiapan

diantaranya adalah:

1) Berikan sugesti yang positif dan hindari sugesti yang negatif.

Memberikan sugesti positif akan dapat membangkitkan kekuatan

pada siswa untuk menembus rintangan dalam belajar. Sebaliknya,

sugesti yang negatif dapat mematikan semangat belajar.

2) Mulailah dengan mengemukakan tujuan yang harus dicapai

mengemukakan tujuan sangat penting artinya dalam setiap proses

pembelajaran. Dengan mengemukakan tujuan siswa akan paham

apa yang harus mereka kuasai serat mau dibawa kemana mereka.

Dengan demikian, tujuan merupakan “pengikat” baik bagi guru

maupun bagi siswa. Langkah penting ini sering terlupakan oleh

guru. Dalam pembelajaran, guru langsung menjelaskan materi

pelajaran.

3) Bukalah file dalam otak anak

Bagaikan kerja sebuah komputer, data akan dapat disimpan

manakala sudah tersedia filenya. Demikian juga otak siswa, materi

pelajaran akan bisa ditangkap dan disimpan dalam memori

manakala sudah tersedia file atau kapling yang sesuai. Artinya,

sebelum kita menyampaikan materi pelajaran maka terlebih dahulu

kita harus membuka file dalam otak siswa agar materi itu bisa

cepat ditangkap.63

b. Penyajian (presentation)

Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran

sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Yang harus dipikirkan

oleh setiap guru dalam penyajian ini adalah bagaimana dipikirkan oleh

63 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan, hlm. 185-187

Page 26: BAB II LANDASAN TEORIeprints.walisongo.ac.id/1709/3/113911175_Bab2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini peneliti akan mendeskripsikan beberapa

setiap guru dalam penyajian ini adalah bagaimana agar materi

pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa.

Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam

pelaksanaan langkah ini.

1) Penggunaan bahasa

Penggunaan bahasa merupakan aspek yang sangat

berpengaruh untuk keberhasilan prestasi. Ada beberapa hal yang

harus diperhatikan dalam penggunaan bahasa diantaranya:

a) Bahasa yang digunakan sebaiknya bahasa yang bersifat

komunikatif dan mudah dipahami. Bahasa yang komunikatif

hanya mungkin muncul manakala guru memiliki kemampuan

bertutur yang baik. Oleh karenanya, guru dituntut untuk tidak

menyajikan materi pelajaran dengan cara membaca buku atau

teks tertulis, tetapi sebaiknya guru menyajikan materi pelajaran

secara langsung dengan bahasanya sendiri.

b) Guru harus memperhatikan penggunaan bahasa berdasarkan

tingkat perkembangan audiens atau siswa. Misalnya,

penggunaan bahasa untuk anak SD berbeda dengan bahasa

untuk tingkat mahasiswa.

2) Intonasi suara

Intonasi suara adalah pengaturan suara sesuai dengan

pesan yang ingin disampaikan. Guru yang baik akan memahami

kapan ia harus meninggikan nada suaranya, dan kapan ia harus

melemahkan suaranya. Pada nada suara akan membuat perhatian

siswa untuk tetap terkontrol . sehingga tidak merasa bosan.

Intonasi suara sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan.

Guru yang baik akan memahami kapan ia harus meninggikan nada

suaranya, dan kapan ia harus melemahkan suaranya, pengaturan

nada suara akan membuat perhatian siswa tetap terkontrol,

sehingga tidak akan mudah bosan.

Page 27: BAB II LANDASAN TEORIeprints.walisongo.ac.id/1709/3/113911175_Bab2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini peneliti akan mendeskripsikan beberapa

3) Menjaga kontak mata dengan siswa

Dalam proses penyajian materi pelajaran, kontak mata (eye

contact) hal yang sangat penting untuk membuat siswa tetap

memperhatikan pelajaran. Melalui kontak mata yang selamanya

terjaga, siswa bukan hanya akan merasa dihargai oleh guru, akan

tetapi juga mereka seakan-akan diajak terlibat dalam proses

penyajian. Oleh sebab itu, guru sebaiknya secara terus menerus

menjaga dan memeliharanya. Pandanglah siswa secara bergiliran,

jangan biarkan pandangan mereka tertuju pada hal-hal di luar

materi pelajaran.

4) Menggunakan joke-joke yang menyegarkan

Menggunakan joke adalah kemampuan guru untuk menjaga

agar kelas tetap hidup dan segar melalui penggunaan kalimat atau

bahasa yang lucu. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam

menggunakan joke, pertama, joke yang digunakan harus relevan

dengan isi materi yang sedang dibahas. Kedua, sebaiknya joke

muncul tidak terlalu sering. Guru yang terlalu sering memunculkan

joke hanya akan membuat kelas seperti dalam suasana pertunjukan.

Oleh sebab itu, guru mesti paham kapan sebaiknya ia

memunculkan joke itu, guru dapat memunculkan joke apabila

dirasakan siswa sudah kehilangan konsentrasinya yang busa dilihat

dari cara mereka duduk yang tidak tenang, cara mereka

memandang atau dengan gejala-gejala perilaku tertentu, misalnya

dengan memain-mainkan alat tulis, mengetuk-ngetuk meja dan lain

sebagainya.64

c. Penghubungan (correlation)

Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi

pelajaran dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang

memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur

64 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan, hlm. 187-188

Page 28: BAB II LANDASAN TEORIeprints.walisongo.ac.id/1709/3/113911175_Bab2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini peneliti akan mendeskripsikan beberapa

pengetahuan yang telah dimilikinya. Langkah korelasi dilakukan tiada

lain untuk memberikan makna terhadap materi pelajaran, bagi makna

untuk memperbaiki struktur pengetahuan yang telah dimilikinya

maupun makna untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan berpikir

dan kemampuan motorik. 65

d. Penyimpulan (generalization)

Menyimpulkan adalah harapan untuk memahami inti dari

materi pelajaran yang telah disajikan. Langkah menyimpulkan

merupakan langkah yang sangat penting dalam strategi ekspositori,

sebab melalui langkah menyimpulkan siswa akan dapat mengambil

intisari dari proses penyajian. Menyimpulkan berarti pula memberikan

keyakinan kepada siswa tentang kebenaran suatu paparan. Dengan

demikian, siswa tidak merasa ragu lagi akan penjelasan guru. Kalau

diibaratkan dengan memasukkan data pada suatu proses penggunaan

komputer, menyimpulkan adalah proses men-save data tersebut,

sehingga data yang baru saja dimasukkannya akan tersimpan di

memori, dan akan muncul kembali manakala dipanggil untuk

digunakan.66

e. Penerapan (application)

Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa

setelah mereka menyimak penjelasan guru. Langkah ini merupakan

langkah yang sangat penting dalam proses pembelajaran ekspositori,

sebab melalui langkah ini guru akan dapat mengumpulkan informasi

tentang penguasaan dan pemahaman materi pelajaran oleh siswa.

Teknik yang biasa dilakukan pada langkah ini antara lain dengan

membuat tugas yang relevan dengan materi yang telah disajikan, dan

65 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan, hlm. 188-189 66 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan, hlm. 189

Page 29: BAB II LANDASAN TEORIeprints.walisongo.ac.id/1709/3/113911175_Bab2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini peneliti akan mendeskripsikan beberapa

dengan memberikan tes yang sesuai dengan materi pelajaran yang

telah disajikan.67

Prosedur-prosedur strategi pembelajaran ekspositori dilakukan

sebagaimana pembelajaran yang lain yaitu dilakukan mulai dari

perencanaan, pelaksanaan dengan mengadalkan kekuatan bahasa suara,

intonasi, kontak mata dengan siswa sehingga siswa tertarik mendengarkan

materi, dilanjutkan dengan penghubungan, penyimpulan dan uji

kemampuan siswa terhadap materi.

E. Penggunaan Metode Ekspository untuk Meningkatkan Prestasi Belajar

Mata Pelajaran IPA

Pembelajaran ialah suatu proses terjadinya interaksi dan komunikasi antara

guru dengan siswa. Salah satu variabel yang dapat mempengaruhi baik tidaknya

kualitas suatu pengajaran adalah guru. Hal ini cukup beralasan mengapa guru-

guru tersebut memiliki pengaruh yang dominan terhadap kualitas pengajaran,

karena guru akan membawa anak didiknya ke arah pencapaian tujuan pengajaran

dan sebagai aktor dalam proses pengajaran guru sebagai faktor yang dominan

dalam menentukan tinggi rendahnya keberhasilan belajar dan motivasi belajar

siswa.68

Pembelajaran sejarah harus dipahami dan dimaknai secara luas. Artinya

pembelajaran sejarah meliputi proses keterampilan (engagement) totalitas diri

siswa dan kehidupan/lingkungannya (learning environment), terkendali

(conditionated) kea rah penyempurnaan, pembudayaan dan pemberdayaan melalui

proses learning to know, learning to believe, learning to do, learning to be, dan

learning live together (belajar mengetahui, mempercayai, melakukan, menjadi,

dan hidup bersama). Untuk memperoleh makna tersebut di atas dibutuhkan

strategi dan metode pembelajaran yang tepat.

67 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan, hlm. 190 68 Departemen Agama RI, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Depag RI,

2001), hlm. 56

Page 30: BAB II LANDASAN TEORIeprints.walisongo.ac.id/1709/3/113911175_Bab2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini peneliti akan mendeskripsikan beberapa

Metode belajar IPA yang digunakan harus mengacu pada perilaku dan

proses berfikir yang digunakan oleh hal-hal yang dipelajar, termasuk proses

memori maupun peta kognitif 69

Metode expository learning merupakan strategi pembelajaran yang banyak

dan sering digunakan dalam pembelajaran IPA. Hal ini disebabkan strategi ini

memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:

1. Dengan metode expository learning guru bisa mengontrol urutan dan keluasan

materi pembelajaran, dengan demikian ia dapat mengetahui sampai sejauh

mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan

2. Metode expository learning dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran

yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki

untuk belajar terbatas.

3. Melalui metode expository learning selain siswa dapat mendengar melalui

penuturan (ceramah) tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa bisa

melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).

4. metode expository learning ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran

kelas yang besar.70

Pembelajaran IPA dengan metode expository learning posisi yang penting

karena dapat dapat membawa perubahan etika dan moral anak-anak kepada

perilaku yang positif karena sebuah kisah mampu menarik anak-anak untuk

menyukai dan memperhatikannya. Anak-anak akan merekam semua ajaran,

imajinasi, dan peristiwa yang ada dalam kisah yang disampaikan.71 Hingga

akhirnya dapat meningkatkan prestasi atau pemahaman siswa terhadap materi IPA

yang diajarkan.

69 Trianto, Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, hlm. 85 70 Hamruni, Strategi dan Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, hlm. 128 71 Abdul Aziz Abdul Majid, Mendidik dengan Cerita, Terj Neneng Yanti dan Iip

Dzulkifli Yahya, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2001), hlm 20

Page 31: BAB II LANDASAN TEORIeprints.walisongo.ac.id/1709/3/113911175_Bab2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini peneliti akan mendeskripsikan beberapa

F. Uraian Materi Singkat

Kenampakan matahari

Matahari bergerak dari timur ke barat

Akibatnya posisi matahari berubah

Posisi matahari pada pagi hari

Aku selalu bangun pagi

Ayam jantan berkokok menyambut pagi

Di timur langit tampak terang

Tanda matahari terbit

Kira-kira pukul setengah enam pagi matahari terbit di sebelah timur

Posisi matahari pada siang hari

Semakin siang posisi matahari semakin tinggi

Semakin siang matahari semakin terang

Panas matahari semakin menyengat

Posisi matahari di sore hari

Setelah tengah hari matahari bergerak semakin ke barat semakin sore

Cahaya semakin redup

Panasnya juga berkurang

Matahari akan terbenam

Di sebelah barat

Kira-kira pukul enak sore

Kedudukan matahari dan bayangan yang terbentuk

Bayangan di pagi hari

Bayangan di siang hari

Bayangan di sore hari

Kegunaan panas dan cahaya matahari

Matahari memiliki banyak kegunaan

Matahari menerangi bumi

Matahari memanaskan bumi

Udara di bumi terasa hangat

Tanpa matahari bumi akan terasa dingin

Page 32: BAB II LANDASAN TEORIeprints.walisongo.ac.id/1709/3/113911175_Bab2.pdf · BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini peneliti akan mendeskripsikan beberapa

Dampak buruk matahari

Panas matahari yang menyengat

Membuat tubuh tidak nyaman

Tubuh kepanasan dan kehausan

Panas matahari yang menyengat tidak baik untuk kulit

Sinar matahari yang terik membuat silau 72

G. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berfikir di atas, maka dalam penelitian ini

dirumuskan hipotesis tindakan yaitu penerapan metode expository learning dapat

meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran IPA materi pokok materi

pertumbuhan tempat hidup serta peranan hewan dan tumbuhan di kelas II MI

Clapar Kecamatan Subah Kabupaten Batang.

72 Sri Purwati, Ilmu Pengetahuan Alam 2, (Jakarta: Pusat Perbkuan, 2008), hlm. 125-141