bab ii kerangka teori - iain kudus

27
9 BAB II KERANGKA TEORI A. Deskripsi Teori 1. Hizbul Wathan a. Sejarah Hizbul Wathan Kebangkitan Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 menjadi tonggak sejarah kebangkitan Indonesia. Pada tahun 1912 tokoh NOP (Nederland Padvinders Organization) mendirikan cabangnya di Indonesia dan diresmikan pada tahun 1914 dengan Nama Nederland Indische Padvinders Vereeninging (NIPV). S.P. Mangkunegara VII pada tahun 1916 mendirikan kepanduan dengan nama JPO (Java Padvinders Organitation) di Surakarta. Dua tahun kemudian, K.H.A. Dachlan sebagai pendiri Muhammadiyah, melihat JPO sedang latihan baris berbaris di alun-alun Mangkunegaran Surakarta. Beliau menghendaki putera Muhammadiyah dididik seperti itu dalam rangka menghamba kepada Allah. Bapak Muljadi Djojomartono mengumpulkan para pemuda Muhammadiyah dan dilatih pertama kali di halaman Masjid Agung Solo dengan seragam seadanya. Salah satu anggotanya adalah pemuda bernama Donowardoyo. Kelahiran Padvinder Muhammadiyah di Solo maupun di Yogyakarta diserahkan kepada Muhammadiyah bagian sekolah. Latihan bermula bagi guru-guru setiap Ahad sore di Standart School, Suronatan, Ygyakarta. Perkembangan selanjutnya dibentuk anak-anak dan dewasa dengan seragam kemeja drill khakhi, celana biru tua, dan kacu merah tua bintik hitam. 1 Pengusulan nama Hizbul Wathan yang berarti cinta tanah air oleh H. Hadjid terjadi pada tahun 1920 M. Hal ini sesuai dengan jiwa perjuangan 1 Bidang Diklat Kwartir Pusat Hizbul Wathan, Jaya Melati I, (Yogyakarta: Kwartir Pusat Hizbul Wathan, 2008), 15-16.

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KERANGKA TEORI - IAIN Kudus

9

BAB II KERANGKA TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Hizbul Wathan a. Sejarah Hizbul Wathan

Kebangkitan Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 menjadi tonggak sejarah kebangkitan Indonesia. Pada tahun 1912 tokoh NOP (Nederland Padvinders Organization) mendirikan cabangnya di Indonesia dan diresmikan pada tahun 1914 dengan Nama Nederland Indische Padvinders Vereeninging (NIPV).

S.P. Mangkunegara VII pada tahun 1916 mendirikan kepanduan dengan nama JPO (Java Padvinders Organitation) di Surakarta. Dua tahun kemudian, K.H.A. Dachlan sebagai pendiri Muhammadiyah, melihat JPO sedang latihan baris berbaris di alun-alun Mangkunegaran Surakarta. Beliau menghendaki putera Muhammadiyah dididik seperti itu dalam rangka menghamba kepada Allah. Bapak Muljadi Djojomartono mengumpulkan para pemuda Muhammadiyah dan dilatih pertama kali di halaman Masjid Agung Solo dengan seragam seadanya. Salah satu anggotanya adalah pemuda bernama Donowardoyo.

Kelahiran Padvinder Muhammadiyah di Solo maupun di Yogyakarta diserahkan kepada Muhammadiyah bagian sekolah. Latihan bermula bagi guru-guru setiap Ahad sore di Standart School, Suronatan, Ygyakarta. Perkembangan selanjutnya dibentuk anak-anak dan dewasa dengan seragam kemeja drill khakhi, celana biru tua, dan kacu merah tua bintik hitam. 1

Pengusulan nama Hizbul Wathan yang berarti cinta tanah air oleh H. Hadjid terjadi pada tahun 1920 M. Hal ini sesuai dengan jiwa perjuangan

1 Bidang Diklat Kwartir Pusat Hizbul Wathan, Jaya Melati I,

(Yogyakarta: Kwartir Pusat Hizbul Wathan, 2008), 15-16.

Page 2: BAB II KERANGKA TEORI - IAIN Kudus

10

dalam melawan penjajah Belanda pada saat itu. Di masa penjajahan Jepang, pada awalnya Hizbul Wathan masih bisa aktif. Tidak lama kemudian penjajah Jepang melarang semua partai, organisasi pemuda, termasuk pandu. Sebagai gantinya, Pemuda Indonesia dimasukkan dalam gerakan seinendan.

Pengadaaan diskusi pandu-pandu pada akhir September 1945, di balai Mataram Yogyakarta menghasilkan keinginan membangkitkan kembali pandu. Dalam diskusi tersebut, delegasi dari Hizbul Wathan diwakili oleh Mawardi dan Haiban Hadjid. Dua bulan setelah diskusi tersebut, tepatnya pada tanggal 27-29 Desember 1945, Kesatuan Kepanduan Indonesia (KKI) mengadakan kongres. Dalam kongres di Solo tersebut, KKI sepakat menamai diri Pandu Rakyat Indonesia.

Tiga tahun kemudian, Pandu Rakyat Indonesia dilarang mengadakan kegiatan di daerah yang masih diduduki oleh Belanda. Dalam perkembangannya selanjutnya, di tahun 1961 muncul adanya Keputusan Presiden Republik Indonesia no. 238 tahun 1961, bahwa semua organisasi kepanduan harus meleburkan diri ke dalam, termasuk Hizbul Wathan.

Peleburan Hizbul Wathan menjadi Pramuka kurang disetujui oleh beberapa pihak sehinga beberapa pihak tidak bersedia ikut meleburkan diri. Mereka membentuk suatu kegiatan pemuda yang senafas dengan jiwa mereka seperti Pecinta Alam, Drum-Band, atau lebih memfokuskan sebagai kader persyarikatan dalam Muhammadiyah.2

Reuni Nasional I di Yogyakarta pada tahun 1996 memunculkan ide untuk membangkitkan kembali Kepanduan Hizbul Wathan. Sejak saat itu diadakanlah pertemuan rutin, baik sepekan sekali maupun sebulan sekali untuk mempersiapkan konsep kepanduan yang Islami. Salah satu keputusan Tanwir Muhammadiyah di Semarang tahun 1998

2 Bidang Diklat Kwartir Pusat Hizbul Wathan, Jaya Melati I, 17-19.

Page 3: BAB II KERANGKA TEORI - IAIN Kudus

11

adalah memutuskan kebangkitan kembali Kepanduan Hizbul Wathan. Berhubung pada bulan Mei 1998 ada peristiwa reformasi yang dampaknya terjadi huru-hara, kerusuhan, dan kondisi keamanan tidak memungkinkan, maka kebangkitan Hizbul Wathan tertunda pada tahun berikutnya, 18 November 1999 M/10 Sya’ban 1420 H. Dengan Surat Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah no. 92/SK-PP/VI-B/1.b/1999, Kepanduan Hizbul Wathan resmi bangkit kembali.3

b. Organisasi Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan4

Organisasi adalah persekutuan orang banyak untuk mencapai tujuan bersama. Organisasi ibarat manusia yang dilengkapi organ-organ yang saling kerjasama yang harmonis di bawah koordinasi otak. Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan adalah organisasi otonom Muhammadiyah yang bergerak di bidang pendidikan non formal, sebagai kelanjutan Kepanduan Hizbul Wathan yang dihentikan kegiatannya sejak tahun 1961. Dibangkitnya kembali karena kesadaran dan rasa tanggung jawab keluarga Muhammadiyah, terhadap pendidikan yang mengutamakan pembinaan watak dan untuk melestarikan nilai perjuangan dalam mengisi kemerdekaan bangsa dan negara. Demi efektivitas pelaksanaan kegiatan serta efisiensi dalam mencapai tujuan Hizbul Wathan, dibentuklah organisasi-organisasi dengan nama Kwartir di wilayah kerja Pimpinan Muhammadiyah setempat serta Qabilah di pusat operasional kegiatan anak didik. 1) Jenjang Organisasi Hizbul Wathan

a) Peserta didik beserta orang dewasa (Pandu dan Pemimpin Pandu) dihimpun dalam Qabilah, yang berdomisili di suatu kampung, lingkungan masjid, asrama-

3 Bidang Diklat Kwartir Pusat Hizbul Wathan, Jaya Melati I, 20. 4 Bidang Diklat Kwartir Pusat Hizbul Wathan, Jaya Melati I, 39-41.

Page 4: BAB II KERANGKA TEORI - IAIN Kudus

12

asrama pondo, dan amal usaha Muhammadiyah.

b) Beberapa Qabilah dalam lingkup Pimpinan Cabang Muhammadiyah dihimpun dalam Kwartir Cabang.

c) Beberapa Kwartir Cabang dalam lingkup Pimpinan Daerah Muhammadiyah dihimpun dalam Kwartir Daerah.

d) Beberapa Kwartir Daerah dalam lingkup Pimpinan Wilayah Muhammadiyah, dihimpun dalam Kwartir Wilayah. Kwartir Wilayah se-Indonesia dihimpun dalam Kwartir.

e) Pusat yang berkedudukan di Yogyakarta dan perwakilan istimewa di Jakarta.

2) Kepemimpinan Hizbul Wathan a) Kwartir adalah pusat pengendali pegiatan

yang dipimpin secara kolektif. b) Kepemimpinan Kwartir Pusat terdiri dari:

ketua umum dan beberapa ketua yang merangkap ketua bidang, seorang sekretaris umum dan beberapa sekretaris berfungsi sebagai sekretaris bidang, seorang bendahara umum dan beberapa bendahara dengan fungsi bendahara, beberapa anggota.

c) Kepemimpinan Kwartir Wilayah, Daerah, dan Cabang yang terdiri dari: ketua dan beberapa wakil ketua yang merangkap ketua bidang, seorang sekretaris dan beberapa wakil sekretaris yang berfungsi sebagai sekretaris bidang, seorang bendahara dan beberapa wakil bendahara dengan fungsi berbeda, beberapa anggota yang berfungsi sesuai dengan bidangnya.

3) Musyawarah Hizbul Wathan a) Muktamar dilaksanakan di tingkat Kwartir

Pusat. b) Tanwir dilaksanakan di tingkat Kwartir

Pusat.

Page 5: BAB II KERANGKA TEORI - IAIN Kudus

13

c) Musyawarah Wilayah, Musyawarah Daerah, Musyawarah Cabang, dan Musyawarah Qobilah di laksanakan di wilayah kerja masing-masing.

d) Waktu atau masa kerja masing-masing Kwartir diatur dalam AD dan ART Hizbul Wathan.

c. Lambang, Simbol, dan Motto Hizbul Wathan5

Lambang dan simbol suatu organisasi merupakan tanda pengenal tetap yang menyimpulkan keadaan, nilai, norma yang dimiliki anggota organisasi, juga bermuatan cita-cita yang dicanangkan organisasi tersebut. Lambang kepanduan Hizbul Wathan tak jauh berbeda dengan lambang Muhammadiyah, sedang simbol Hizbul Wathan tidak jauh berbeda dengan simbol kepanduan internasional. 1) Lambang Hizbul Wathan

Lambang Hizbul Wathan adalah lingkaran dengan gambar matahari bersinar utama dua belas dengan monogram Hizbul Wathan di tengahnya. Sinar utama matahari sebanyak dua belas bermakna bahwa setiap pandu Hizbul Wathan diharapkan mampu memancarkan sinar pribadi muslim sehari penuh kepanduan masyarakat, bangsa, dan negara.

Pancaran sinar dua belas bermakna langkah Muhammadiyah sejak tahun 1938, yaitu sebagai berikut. a) Memperdalam masuknya iman. b) Memperluas faham agama. c) Memperbuahkan budi pekerti. d) Menuntun amal intiqad. e) Menguatkan persatuan. f) Menegakkan keadilan. g) Melakukan kebijaksanaan.

5 Bidang Diklat Kwartir Pusat Hizbul Wathan, Jaya Melati I, 36-38.

Page 6: BAB II KERANGKA TEORI - IAIN Kudus

14

h) Menguatkan Majelis Tanwir. i) Mengadakan konferensi bagian. j) Mempermusyawarahkan putusan. k) Mengawaskan Gerakan Jalan. l) Mempersambungkan gerakan luar.

2) Simbol Hizbul Wathan Simbol Hizbul Wathan adalah sekuntum

bunga melati yang di bawahnya terdapat pita bertuliskan fastabiqul khoirat dengan huruf arab yang bermakna berlomba-lombalah dalam berbuat kebajikan. Simbol

3) Motto Hizbul Wathan Setiap organisasi memiliki motto

perjuangan, sebagai pendorong semangat dalam berorganisasi sesuai dengan visi dan misinya. Motto tersebut dapat diungkapkan dalam kata-kata maupun dicantumkan dalam simbol. Motto Hizbul Wathan, sesuai dengan jenis kegiatannya, yaitu kepanduan memiliki motto fastabiqul khoirat yang memiliki arti berlomba-lombalah dalam kebajikan. Setiap perbuatan, kegiatan, usaha, perlombaan bersama-sama dapat saling bersaing demi segala kebaikan, bukan untuk saling menjatuhkan artinya bukan bertanding siapa kalah siapa menang.

d. Kode Kehormatan Kepanduan Hizbul Wathan

Kode kehormatan merupakan landasan pembinaan anggota untuk mencapai maksud dan tujuan Hizbul Wathan (HW). Kode kehormatan juga merupakan jiwa atau ruh yang akan memberi arah dan semangat juang, sehingga hirup terbiasa dalam bebuat kebajikan. Kode kehormatan Hizbul Wathan (HW) terdiri dari Janji Hizbul Wathan (HW) dan Undang-Undang Hizbul Wathan (HW). 6 1) Janji Pandu Hizbul Wathan (HW)

Mengingat harga perkataan saya, maka saya berjanji dengan bersungguh-sungguh:

6 Bidang Diklat Kwartir Pusat Hizbul Wathan, Jaya Melati I, 33.

Page 7: BAB II KERANGKA TEORI - IAIN Kudus

15

Satu, setia mengerjakan kewajiban saya terhadap Allah, Undang-Undang dan Tanah Air. Dua, Menolong siapa saja semampu saya. Tiga, setia menepati Undang-Undang Pandu HW.

2) Undang-Undang Hizbul Wathan (HW) Satu, HW selamanya dapat dipercaya. Dua, HW setia dan teguh hati. Tiga, HW siap menolong dan wajib berjasa. Empat, HW cinta perdamaian dan persaudaraan. Lima, HW sopan santun dan perwira. Enam, HW menyayangi semua makhluk. Tujuh, HW siap melaksanakn perintah dengan ikhlas. Depalan, HW sabar dan bermuka manis. Sembilan, HW hemat dan cermat. Sepuluh, HW suci pikiran, perkataan, dan perbuatan.7

e. Sifat Kepanduan Hizbul Wathan Kepanduan Hizbul Wathan (HW) mempunyai sifat-sifat sebagai berikut. 1) Terbuka, artinya dapat menerima siapa saja

yang memenuhi syarat menjadi anggota. 2) Sukarela, artinya tidak ada paksaan atau

perintah untuk menjadi anggota. 3) Nasional, artinya diperuntukkan bagi Bangsa

Indonesia, bergerak di bumi Indonesia dalam rangka mencerdaskan bangsa.

4) Islami, sebagai salah satu dari organisasi ortonom Muhammadiyah, yang mengemban misi dan visi persyarikatan.8

7 Bidang Diklat Kwartir Pusat Hizbul Wathan, Jaya Melati I, 34. 8 Dewan Kerabat Masa Bhakti 2016/2017, Buku Pendamping

Pelatihan Pandu Hizbul Wathan (Kudus: Qobilah Ar Fachrudin Pondok Pesantren Muhammadiyah Kudus, 2017), 1.

Page 8: BAB II KERANGKA TEORI - IAIN Kudus

16

2. Bimbingan Pengkaderan dan Kepemimpinan Hizbul Wathan

Istilah “bimbingan” merupakan terjemahan dari kata “guidance”. Kata “guidance” yang kata dasarnya “guide” mempunyai beberapa arti seperti menunjukkan jalan, memimpin, memberikan petunjuk, mengatur, mengarahkan, dan memberi nasihat.9 Bimbingan didefinisikan dalam beratus-ratus cara. Secara umum, bimbingan dianggap sebagai sebuah usaha untuk membantu orang dalam memahami dirinya sendiri dan dunia tentang dirinya, atau sebagai usaha untuk mencapai realisasi diri maksimal bagi individu.10

Crow & Crow mengemukakan bahwa bimbingan dapat diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh seorang baik pria maupun wanita, yang memiliki pribadi yang baik dan pendidikan yang memadai, kepada seseorang individu dari setiap usia untuk menolongnya mengemudikan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, membuat pilihannya sendiri dan memikul bebannya sendiri.11 Miller mengartikan bimbingan sebagai proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum di sekilah, keluarga dan masyarakat.12 Jadi, dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah sebuah usaha pemberian bantuan terus-menerus dan secara sistematis yang diberikan oleh seorang baik pria maupun wanita, yang memiliki pribadi yang baik dan pendidikan yang memadai, kepada individu atau sekumpulan individu, agar tercapainya kemampuan untuk memahami dirinya, menerima dirinya, mengarahkan dirinya, dan untuk mencapai realisasi diri maksimal di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

9 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah

(Berbasis Integrasi) (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), 16. 10 Wardati dan Mohammad Jauhar, Implementasi Bimbingan &

Konseling di Sekolah, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2011), 18. 11 Zainal Aqib, Ikhtisar Bimbingan & Konseling di Sekolah

(Bandung: Yrama Widya, 2014), 28-29. 12 Farid Hasyim dan Mulyono, Bimbingan & Konseling Religius

(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), 32.

Page 9: BAB II KERANGKA TEORI - IAIN Kudus

17

Kader (Perancis: cadre atau les cadres) adalah anggota inti yang menjadi bagian terpilih dalam lingkup dan lingkungan pimpinan serta mendampingi (tokoh-tokoh) di sekitar kepemimpinan. Kader bisa berarti pula sebagai jantung suatu organisasi. Jika kader dalam suatu kepemimpinan lemah, maka seluruh kekuatan kepemimpinan juga akan lemah. Kader berarti pula pasukan inti. Daya juang pasukan inti ini sangat tergantung dari nilai kadernya yang berkualitas, berwawasan, militan, dan penuh semangat. Dalam pengertian lain, kader (Latin: quadrum) berarti empat persegi panjang atau kerangka. Dengan demikian kader dapat didefinisikan sebagai kelompok manusia yang terbaik karena terpilih, yaitu merupakan tulang punggung (kerangka dari kelompok yang lebih besar dan terorganisasi secara permanen.13

Dalam Kepanduan Hizbul Wathan (HW), terdapat bimbingan pengkaderan dan kepemimpinan yang meliputi Prinsip Dasar Kepanduan (PDK), metode Kepanduan dalam mengikuti Hizbul Wathan (HW), serta keterampilan Kepanduan Hizbul Wathan (HW). a. Pelaksanaan Prinsip Dasar Kepanduan Hizbul

Wathan (HW) 1) Pengamalan Aqidah Islamiyah

Aqidah (kepercayaan dan keyakinan) Islam berintikan tauhid yang meliputi empat aspek yaitu aspek tauhid uluhiyah, aspek tauhid rububiyah, aspek tauhid ibadah, dan aspek tauhid tasyri.14

2) Pembentukan dan Pembinaan Akhlak Islam Akhlak dalam Islam adalah sikap yang

digerakkan oleh aqidah yang menimbulkan tindakan/perbuatan. Akhlak menentukan posisi manusia. Seorang muslim harus aktif berusaha

13 Majelis Pendidikan Kader Pimpinan Pusat Muhammadiyah,

Sistem Perkaderan Muhammadiyah (Yogyakarta: MPK PP Muhammadiyah, 2018), 33.

14 Bidang Diklat Kwartir Pusat Hizbul Wathan, Jaya Melati II, (Yogyakarta: Kwartir Pusat Hizbul Wathan, 2011), 30-31.

Page 10: BAB II KERANGKA TEORI - IAIN Kudus

18

menjadi hamba Allah. Akhlak dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu sebagai berikut.15 a) Akhlak kepada Allah b) Akhlak kepada Diri Sendiri c) Akhlak kepada Sesama Manusia d) Akhlak kepada Sesama Makhluk

3) Pengamalan Kode Kehormatan Pandu Sebagai Kepanduan Islam di samping

harus mengamalkan dua prinsip di atas yang berlaku juga bagi muslim lainnya, ia dituntut menjaga dirinya dengan mengamalkan Kode Kehormatan Pandu. Kode Kehirmatan ini dalam Hizbul Wathan (HW) terbagi dua yaitu Janji dan Undang-Undang. Janji ini sebagai kendali yang harus dipegang teguh. Undang-undang adalah aturan dalam kehidupan untuk menjaga diri supaya baik hubungan dengan Allah, diri sendiri, sesama manusia, dan sesama makhluk. Janji dan Undang-Undang pandu inilah yang akan membedakan pandu dan yang bukan pandu.16

b. Pelaksanaan Metode Kepanduan Hizbul Wathan (HW)

Metode Kepanduan Hizbul Wathan tertera pada Anggaran Dasar (AD) bab II pasal 8 ayat 3. Pertama, pemberdayaan anak didik lewat sistem beregu. Kedua, kegiatan dilakukan di alam terbuka. Ketiga, pendidikan dengan metode yang menarik, meningkat, menyenangkan, dan menantang yang bersifat mendidik. Keempat, penggunaan sistem kenaikan tingkat dan tanda kecakapan. Kelima, sistem satuan dan kegiatan terpisah antara pandu putera dan pandu puteri. 17

15 Bidang Diklat Kwartir Pusat Hizbul Wathan, Jaya Melati I, 32. 16 Bidang Diklat Kwartir Pusat Hizbul Wathan, Jaya Melati I, 33. 17 Bidang Diklat Kwartir Pusat Hizbul Wathan, Jaya Melati I, 29-30.

Page 11: BAB II KERANGKA TEORI - IAIN Kudus

19

c. Keterampilan Kepanduan Hizbul Wathan (HW)18

Salah satu usaha Hizbul Wathan (HW) adalah menumbuhkan rasa percaya diri, rasa tanggung jawab, sikap dan perilaku kreatif dan inovaif, disiplin dan istiqomah. Untuk mewujudkkan usaha itu setiap anggota Kepanduan Hizbul Wathan (HW) perlu membekali dirinya dengan berbagai keterampilan sesuai dengan tingkatannya. 1) Kelompok Keterampilan Aqidah (Spiritual)

a) Memahami aqidah tauhid sebagai landasan kehidupan supaya hidup ajeg/istiqomah dan konsisten.

b) Memahami perusak-prusak aqidah yang akan menghancurkan sendi-sendi kehidupan.

2) Kelompok Keterampilan Akhlak (Emosional) a) Menghias diri dengan akhlak mulia. b) Membiasakan hidup menurut kemauan

Islam. c) Mengukuti jejak langkah Rasulullah dan

para salafus shalih. d) Mengendalikan hawa nafsu. e) Bergaul dengan orang-orang baik. f) Tidak mencoba melakukan kejahatan. g) Tidak memulai meninggalkan kebaikan. h) Tasamuh (tenggang rasa). i) Hormat kepada yang tua dan sayang

kepada yang muda. 3) Kelompok Keterampilan Jam’iyah (Manajerial)

a) Membina dan mengembangkan hidup berjamaah.

b) Mengutamakan akhirat dengan tidak mengabaikan dunia.

c) Membina ketertiban administrasi. d) Menjaga hubungan dengan Allah dan

sesama manusia.

18 Bidang Diklat Kwartir Pusat Hizbul Wathan, Jaya Melati I, 49-51.

Page 12: BAB II KERANGKA TEORI - IAIN Kudus

20

e) Mempertanggungjawabkan setiap kegiatan.

4) Kelompok Keterampilan Muamalah (Fisik) a) Tali menali dan permainan tali. b) Membuat dan mengikuti jejak serta

penjelajahan. c) Isyarat atau semboyan dan komunikasi

lapangan. d) Menaksir. e) Membaca peta dan pemetaan. f) Menggunakan alat komunikasi. g) Tolong menolong (ta’awun ’alal birri

wattaqwa) dalam segala bidang. h) Memahami alam meliputi manfaat

matahari, bulan, bintang, membaca cuaca, mengenal tumbuh-tumbuhan dan khasiatnya, mengenal hewan dan kegunaannya, air dan kegunaannya.

3. Sikap Kepemimpinan

a. Pengertian Sikap Sikap atau attitude oleh Kreitner dan Kinicki

didefinisikan sebagai suatu kecenderungan yang dipelajari untuk merespon dengan cara menyenangkan atau tidak menyenangkan secara konsisten berkenaan dengan objek tertentu. Apabila kita mempunyai sikap positif tentang pekerjaan kita, maka kita akan bekerja lebih lama dan lebih keras. Sikap mendorong kita untuk bertindak dengan cara spesifik dalam konteks spesifik. Artinya, sikap memengaruhi perilaku pada berbagai tingkat yang berbeda. Berbeda dengan nilai-nilai yang menunjukkan keyakinan menyeluruh bahwa memengaruhi perilaku di semua situasi.19

Sedangkan McShane dan Von Glinow memberikan definisi sikap sebagai cluster of belief (kelompok keyakinan), assessed feelings (perasaan

19 Wibowo, Perilaku dalam Organisasi (Jakarta: Rajawali Press,

2015), 49.

Page 13: BAB II KERANGKA TEORI - IAIN Kudus

21

dinilai), dan behavioral intentions (maksud perilaku) terhadap orang, objek atau kejadian. Sikap adalah suatu pendapat menyangkut pemberian alasan secara sadar.

Schermerhoen, Hunt, Osborn, dan Uhl-Bein mendeskripsikan bahwa sikap adalah suatu kecenderungan merespin secara positif atau negatif pada seseorang atau sesuatu dalam lingkungannya. Sikap akan tampak apabila kita mengatakan suka atau tidak suka akan sesuatu atau seseorang.

Sikap juga merupakan pernyataan evaluatif, baik menyenangkan maupun tidak menyenangkan, tentang objek, orang atau kejadian. Sikap mencerminkan bagaimana kita merasa tentang sesuatu.20 Pengertian sikap pada pembahasan diatas dapat dirumuskan bahwa sikap pada hakikatnya merupakan kecenderungan pernyataan seseorang, baik menyenangkan maupun tidak menyenangkan, yang mencerminkan bagaimana merasa tentang orang, objek atau kejadian dalam lingkungannya.

b. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan diambil dari kata pemimpin yang dalam bahasa Inggris disebut leader dari akar kata to lead yang terkandung arti yang saling erat berhubungan, bergerak lebih awal, berjalan di depan, mengambil langkah pertama, berbuat paling dulu, memelopori, mengarahkan pikiran, menggerakkan orang lain melalui pengaruhnya.21

Mendefinisikan kepemimpinan merupakan suatu masalah yang kompelks dan sulit, karena sifat dasar kepemimpinan memang sangat kompleks. Akan tetapi, perkembangan ilmu saat ini telah membawa banyak kemajuan sehingga pemahaman tentang kepemimpinan menjadi lebih sistematis dan

20 Wibowo, Perilaku dalam Organisasi, 50. 21 Nur Efendi, Islamic Educational Leadership: Memahami

Integrasi Konsep Kepemimpinan di Lembaga Pendidikan Islam (Yogyakarta: Kalimedia, 2015), 2.

Page 14: BAB II KERANGKA TEORI - IAIN Kudus

22

objektif. Kepemimpinan melipatkan hubungan pengaruh yang mendalam, yang terjadi di antara orang-orang yang menginginkan perubahan yang signifikan, dan perubahan tersebut mencerminkan tujuan yang dimiliki bersama oleh pemimpin dan pengikutnya.22 Adapun pengertian kepemimpinan menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut. 1) Athoilah mengatakan bahwa kepemimpinan

dapat diartikan sebagai manifestasi pengaruh yang melekat pada jiwanya. Pengaruh tersebut ada yang dibentuk oelh persyaratan formal dan bisa juga pembawaan jiwanya. Pembentukan pegnaruh kepemimpinan dapat bersifat natural, tidak diciptakan, tetapi merupakan bakat bawaan yang telah melekat dengan sendirinya. Pemimpin yang formal ataupun non formal, natural ataupun struktural harus memiliki satu sifat mutlak, yaitu pengaruh dan terampil memanfaatkan pengaruhnya untuk mengelola organisasi dan mengatur tingkah laku orang lain agar tujuannya tercapai.23

2) Soekarta Indrafachrudi mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk memengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan, dan jika perlu memaksa orang lain untuk menerima pengaruh itu dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu pencapaian tujuan-tujuan tertentu.

3) Ngalim Purwanto berpendapat bahwa kepemimpinan adalah sekumpulan kemajuan dan sifat kepribadian, termasuk kewibawaan untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka menyakinkan orang-orang yang dipimpin agar

22 Hasan Basri dan Tatang S., Kepemimpinan Pendidikan (Bandung:

Pustaka Setia, 2015), 11. 23 U. Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam (Bandung: CV

Pustaka Setia, 2012), 139-140.

Page 15: BAB II KERANGKA TEORI - IAIN Kudus

23

melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela dan penuh semangat.

4) John Piffner mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan seni dalam mengordinasikan dan mengarahkan individu atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki.24

5) D.E. McFarland mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses dimana pimpinan dilukiskan akan memberi perintah atau pengaruh, bimbingan atau proses mempengaruhi pekerjaan orang lain dalam memilih dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

6) Yulk mendefinisikan kepemimpinan secara luas sebagai proses-proses mempengaruhi, yang mempengaruhi interpretasi mengenai peristiwa-peristiwa para pengikut, pilihan dari sasaran-sasaran bagi kelompok atau organisasi, pengorganisasian dari aktivitas-aktivitas tersebut untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut, motivasi dari para pengikut untuk mencapai sasaran, pemeliharaan hubungan kerja sama dan teamwork, serta perolehan dukungan dan kerja sama dari orang-orang yang berada di luar kelompok atau organisasi.

7) Sudarwan Danim mendefiniskan kepemimpinan adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok lain yang tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.25

8) Prajudi Atmosudirdjo mengatakan bahwa kepemimpinan adalah kepribadian (personality) seseotang yang mendatangkan keinginan pada kelompok orang untuk mencontoh atau

24 Hasan dan Tatang, Kepemimpinan Pendidikan, 12. 25 Nur, Islamic Educational Leadership: Memahami Integrasi

Konsep Kepemimpinan di Lembaga Pendidikan Islam, 3.

Page 16: BAB II KERANGKA TEORI - IAIN Kudus

24

mengikutinya, atau yang memancarkan suatu pengaruh tertentu, suatu kekuatan atau wibawa, yang demikian rupa sehingga membuat sekelompok orang bersedia untuk melakukan apa yang dikehendakinya.26

9) Stogdill memberikan definisi kepemimpian sebagai berikut. a) Fokus dari proses kelompok, b) penerimaan kepribadian seseorang, c) seni memengaruhi perilaku, d) alat untuk memengaruhi perilaku, e) suatu tindakan perilaku, f) bentuk dari ajakan, g) bentuk dari relasi yang kuat, h) alat untuk mencapai tujuan, i) akibat dari interaksi, j) peranan yang diferensial, k) pembuat struktur.27

c. Konsep Dasar Kepemimpinan

1) Dalam ajaran Prabu Arjuna Sasrabahu ada lima ajaran bagi pemimpin, yaitu Panca Titi Darmaning Prabu atau lima kewajiban sang pemimpin, yaitu sebagai berikut. a) Handayani Hanyakra, pemimpin adalah

motivator bagi masyarakat. b) Nadya Hanyakrabawa, pemimpin selalu

berkonsilidasi untuk memberi bimbingan dan mengambil keputusan dengan jalan musyawarah untuk mufakat.

c) Ngarsa Hanyakrabawa, pemimpin menjadi teladan bagi masyarakatnya.

d) Nur Bala Wikara, pemimpin pandai melakukan perbagai pendekatan dan

26 Hikmat, Manajemen Pendidikan (Bandung: CV Pustaka Setia,

2015), 251. 27 Diding Nurdin dan Imam Sibaweh, Pengelolaan Pendidikan dari

Teori menuju Implementasi (Jakarta: PT RajaGradindo Persada, 2015), 63-64.

Page 17: BAB II KERANGKA TEORI - IAIN Kudus

25

strategi dalam mengalahkan musuh dan lawan politiknya.

e) Ngarsa Dana Upaya, pemimpin sebagai seorang ksatria terdepan dalam mengorbankan tenaga, waktu, materi, pikiran, bahkan jiwanya sekalipun untuk kesejahteraan dan kelangsungan hidup masyarakat.28

2) Ki Hajar Dewantara mendeskripsikan tiga karakter penting bagi seorang pemimpin, yaitu sebagai berikut. a) Ing Ngarsa Sung Tuladha, artinya

pemimpin harus menjadi teladan pada saat berada di depan masyarakatnya.

b) Ing Madya Mangun Karsa, artinya pemimpun harus memberikan bimbingan pada saat berada di tengan masyarakatnya.

c) Tut Wuri Handayani, artinya pada saat berada di belakang harus memberi dorongan kepada masyarakat yang dipimpinnya.29

3) Munawir menjelaskan sifat kepemimpinan secara terperinci, yaitu sebagai berikut. a) Kuat akidah, cerdas, dan adil dalam segala

hal. b) Sederhana, jujur, luwes, tegas, dan

bijaksana. c) Kekuatan jasmaniah dan rohaniah. d) Berjiwa integratif dan bertanggung jawab. e) Tidak memiliki watak mementingkan diri

sendiri. f) Percaya pada diri sendiri, memiliki daya

ingat yang kuat. g) Cepat dan tepat mengambil keputusan. h) Ramah-ramah dan penuh pengertian. i) Memiliki kecapakan teknis dan penuh

semangat berjuang.

28 Hasan dan Tatang, Kepemimpinan Pendidikan, 15. 29 Hasan dan Tatang, Kepemimpinan Pendidikan, 16.

Page 18: BAB II KERANGKA TEORI - IAIN Kudus

26

j) Sabar, ikhlas, dan tawakkal. k) Keberanian untuk mengamalkan sesuatu

yang diyakininya. l) Kecakapan menimbang, mampu

merumuskan program secara jelas dan terperinci.

m) Waspada dan memiliki penglihatan sosial yang tajam penuh daya tarik (simpatik), penuh inisiatif, dan daya cipta (kreatif).

n) Ramah tamah dan penuh toleransi, berjiwa demokrasi.

o) Objektif dalam menganalisis sesuatu. p) Memiliki humor yang segar. q) Mampu menanamkan rasa kebersamaan

(takafulul ijtima’). r) Kesetiaan terhadap tugas (loyalitas). s) Memiliki karisma dan suka melindungi. t) Istiqamah (tetap teguh dalam pendirian)

dan lebih mengutamakan lisanul hal (tindak tanduk perbuatan), daripada lisanul maqal (ucapan, janji).

u) Berpandangan luas dan tidak fanatik golongan.

v) Terbuka menerima ide, saran, dan gagasan, menerima kritik.

w) Bersedia menciptakan tenaga pengganti (productive type).

x) Tidak terlalu mementingkan gelar atau imbalan.30

4) Menurut Henry Mintzberg, peran pemimpin adalah sebagai berikut. a) Peran hubungan antar-perorangan. Dalam

kasus ini fungsinya sebagai pemimpin yang dicontoh, pembangun tim, pelatih direktur, mentor konsultasi.

b) Fungsi peran informal sebagai monitor, penyebar informasi, dan juru bicara.

30 Hasan dan Tatang, Kepemimpinan Pendidikan, 17-18.

Page 19: BAB II KERANGKA TEORI - IAIN Kudus

27

c) Peran pembuat keputusan, berfungsi sebagai pengusaha, penanganan gangguan, sumber alokasi, dan negosiasi.31

d. Teori-teori Kepemimpinan

1) Teori Genetik Teori genetik mengartikan

kepemimpinan sebagai traits within the individual leader. Seseorang dapat menjadi pemimpin karena memang dilahirkan sebagai pemimpin dan bukan karena dibuat atau dididik untuk itu (leaders were borned and not made). Teori banyak ditentang oleh para ahli karena bakat seseorang sangat tipis jika berkaitan dengan kepemimpinan. Menurut C. Bird, bakat kepemimpinan hanya berkisar 5%, sehingga yang paling menentukan adalah pendidikan dan pelatihan.32

2) Teori Sosial Teori ini memandang kepemimpinan

sebagai fungsi kelompok. Menurut teori ini, sukses tidaknya suatu kepemimpinan tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan atau sifat-sifat dan ciri-ciri kelompok yang dipimpinnya. Setiap kelompok memiliki sifat dan ciri yang berlainan sehingga memerlukan tipe atau gaya kepemimpinan yang berbeda-beda. Dalam teori ini, peranan masyarakat sangat penting dalam menciptakan seorang pemimpin. Seorang tokoh agama misalnya, yang kepemimpinannya dibentuk oleh kesepakatan sosial dan kehendak masyarakat yang merasa telah memperoleh manfaat dari aktivitas keagamaan tokoh agama tersebut. Setiap aktivitas seseorang dalam kelompok tertentu dan orang teretentu akan menjadikan ia sebagai pemimpin. Dengan teori ini pemimpin bukan dilahirkan, melainkan

31 Hasan dan Tatang, Kepemimpinan Pendidikan, 19. 32 Hasan dan Tatang, Kepemimpinan Pendidikan, 39.

Page 20: BAB II KERANGKA TEORI - IAIN Kudus

28

sengaja diciptakan dan dibuat didasarkan pada kesepakatan sosial yang selalu hidup dalam kelompok tertentu. Bahkan, seorang presiden adalah pemimpin yang dibuat melalui pemilu, bukan dilahirkan.

3) Teori Situasional Situasi ini berpandangan bahwa

kepemimpinan sangat bergantung pada situasinya. Seorang kyai dapat menjadi pemimpin yang berpegnaruh bagi santrinya yang diasuk di pondok pesantren yang dipimpinnya. Semua santri patuh dan taat kepada perintah kiai. Akan tetapi, ketika kiai itu menjadi kepala desa di wilayanya, masyarakat yang dipimpinnya banyak yang menentang karena mereka bukan santri. Dan semua kalangan meminta agar kiai itu kembali ke pondok pesantren yang dipimpinnya.33

4) Teori Ekologis Suatu teori yang mengatakan bahwa

kepemimpinan merupakan penggabungan antara bakat yang sudah ada sejak dilahirkan dengan pendidikan dan pelatihan yang intensif. Teori ini tidak menolak adanya sumber natural kepemimpinan, tetapi sumber struktural pun sangat membantu terbentuknya sorang pemimpin yang fungsional dan berpengaruh.34

5) Teori Sosio-Behavioristik

Teori ini mengatakan bahwa kepemimpinan dilahirkan oleh hal-hal sebagai berikut: a) bakat, turunan, dan kecerdasan yang

alamiah; b) bengalaman dalam kepemimpinan; c) pembentukan formal dalam organisasi; d) situasi lingkungan; e) pendidikan dan pelatihan;

33 U. Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam, 160. 34 U. Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam, 161.

Page 21: BAB II KERANGKA TEORI - IAIN Kudus

29

f) kesepakatan sosial dan kontrak politik.35 B. Penelitian Terdahulu

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu yang membahas tentang Hizbul Wathan (HW), terdapat beberapa referensi yang berkaitan dengan judul peneliti yaitu sebagai berikut: 1. Penelitian dari Hayun Hanifa dalam skripsi yang

berjudul, “Internalisasi Kepemimpinan Melalui Kegiatan Ekstrakulikuler Hizbul Wathan di SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo”.

Penelitian yang dilakukan Hayun Hanifa bertujuan untuk mengetahui internalisasi nilai-nilai kepemimpinan melalui kegiatan ekstrakulikuler Hizbul Wathan di SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo.

Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh peserta didik yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler Hizbul Wathan dapat terlihat bahwa mereka mempunyai jiwa kepemimpinan, karena mereka benar-benar dilatih tentang bagaimana menjadi seorang yang baik dan bertanggung jawab. Strategi untuk menanamkan nilai-nilai kepemimpinan dalam kegiatan Hizbul Wathan tersebut juga dengan beberapa cara tetapi dengan tujuan tidak hanya menumbuhkan nilai-nilai kepemimpinan tetapi juga memberikan pengalaman dan pelajaran bagi peserta didiknya sehingga dapat menjadikan peserta didiknya sebagai pribadi yang baik dan dapat menjadi pemimpin yang baik dan bertanggung jawab.36

2. Penelitian dari Latif Abdullah dalam skripsi yang berjudul, “Peran Hizbul Wathan dalam Mengembangkan Kepemimpinan Siswa di Madrasah Aliyah Muhammadiyah 2 Yanggong Tahun 2014/2015”.

Penelitian yang dilakukan Latif Abdullah bertujuan untuk mengetahui peran Hizbul Wathan dalam

35 U. Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam, 162. 36 Hayun Hanifa, “Internalisasi Kepemimpinan Melalui Kegiatan

Ekstrakulikuler Hizbul Wathan di SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo,” (skripsi, STAIN Ponorogo, 2016), 40.

Page 22: BAB II KERANGKA TEORI - IAIN Kudus

30

mengembangkan kepemimpinan siswa di Madrasah Aliyah Muhammadiyah 2 Yanggong tahun 2014/2015.

Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa peran Hizbul Wathan dalam mengembangkan kepemimpinan siswa adalah dengan kegiatan perkemahan, aktivitas drum band, pendidikan dan pelatihan, aktivitas outbound, mendaki, upacara, dan dengan menjadi bagian dalam kepengurusan Hizbul Wathan.37

3. Penelitian dari Novi Paresti dalam skripsi yang berjudul, “Pendidikan Perkaderan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta dalam Menyiapkan Kader Militan Muhammadiyah Tahun 2016”.

Penelitian yang dilakukan Novi Paresti bertujuan untuk meneliti pendidikan perkaderan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta dalam menyiapkan kader militan Muhammadiyah tahun 2016.

Adapun hasil penelitian menyatakan bahwasanya sistem atau pendidikan perkaderan yang dipakai oleh Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta mampu menyiapkan kader-kader militan dan tangguh. Namun, selama dalam pelaksanaan pendidikan perkaderan Hizbul Wathan Moh. Djazman menjumpai beberapa faktor pendukung yakni: Pertama, kesadaran semua elemen tentang pentingnya pelaksanaan pendidikan perkaderan. Kedua, adanya kemauan semua elemen dalam diri masing-masing. Ketiga, adanya kemampuan semua elemen dalam diri masing-masing dalam melaksanakan pendidikan perkaderan. Kemudian faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan pendidikan perkaderan yakni: Pertama, kurangnya komunikasi yang baik antar pelaksana pendidikan perkaderan. Kedua, kurang professionalnya sikap instruktur dalam membina

37 Latif Abdullah, “Peran Hizbul Wathan dalam Mengembangkan

Kepemimpinan Siswa di Madrasah Aliyah Muhammadiyah 2 Yanggong Tahun 2014/2015,” (skripsi, Universitas Muhammadiyah Ponorogo, 2015), 62.

Page 23: BAB II KERANGKA TEORI - IAIN Kudus

31

kader-kader penerus. Ketiga, kesibukan masing-masing individu dalam urusan masing-masing. 38

Untuk lebih jelasnya mengenai posisi penelitan ini, penulis akan menjabarkan tabel persamaan dan perbedaan antara penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan penelitian sebelumnya.

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

No Nama peneliti, Penerbit, Tahun

dan Judul Persamaan Perbedaan

1. Penelitian dari Hayun Hanifa dalam skripsi yang berjudul, “Internalisasi Kepemimpinan Melalui Kegiatan Ekstrakulikuler Hizbul Wathan di SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo”.

Jenis pendekatan penelitian sama-sama menggunakan kualitatif. Selain itu, tema sama-sama meneliti tentang kepemimpinan Hizbul Wathan.

Penelitian sebelumnya dilakukan di SMA 1 Muhammadiyah Ponorogo, sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti kali ini di MA Muhammadiyah Kudus. Selain itu, isi penelitian sebelumnya hanya meneliti nilai kepemimpinan dalam Hizbul Wathan, maka peneliti sekarang berisi tentang bimbingan

38 Novi Paresti, “Pendidikan Perkaderan Gerakan Kepanduan Hizbul

Wathan Kafilah Penuntun Moh Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta dalam Menyiapkan Kader Militan Muhammadiyah Tahun 2016,” (Naskah Publikasi, UMM Surakarta, 2016), 8-9.

Page 24: BAB II KERANGKA TEORI - IAIN Kudus

32

No Nama peneliti, Penerbit, Tahun

dan Judul Persamaan Perbedaan

pengkaderan dan kepemimpinan Hizbul Wathan.

2. Penelitian dari Latif Abdullah dalam skripsi yang berjudul, “Peran Hizbul Wathan dalam Mengembangkan Kepemimpinan Siswa di Madrasah Aliyah Muhammadiyah 2 Yanggong Tahun 2014/2015”.

Jenis pendekatan penelitian sama-sama menggunakan kualitatif. Selain itu, tema penelitian sama-sama meneliti tentang Hizbul Wathan dan Kepemimpinan Siswa.

Penelitian sebelumnya dilakukan di Madrasah Aliyah Muhammadiyah 2 Yanggong, sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti kali ini di MA Muhammadiyah Kudus. Selain itu, isi pada penelitian sebelumnya hanya membahas peran Hizbul Wathan dan kepemimpinan siswa, maka peneliti sekarang menggunakan membahas mengenai bimbingan pengkaderan dan kepemimpinan Hizbul Wathan

Page 25: BAB II KERANGKA TEORI - IAIN Kudus

33

No Nama peneliti, Penerbit, Tahun

dan Judul Persamaan Perbedaan

serta sikap kepemimpinan siswa.

3. Penelitian dari Novi Paresti dalam skripsi yang berjudul, “Pendidikan Perkaderan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta dalam Menyiapkan Kader Militan Muhammadiyah Tahun 2016”.

Jenis pendekatan penelitian sama-sama menggunakan kualitatif. Selain itu, isi penelitian sama-sama meneliti tentang pengkaderan Hizbul Wathan.

Penelitian sebelumnya dilakukan di Universitas Muhammadiyah Surakarta, sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti kali ini di MA Muhammadiyah Kudus. Selain itu, isi pada penelitian sebelumnya hanya membahas perkaderan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan dan kader militan Muhammadiyah, maka peneliti sekarang membahas bimbingan pengkaderan dan kepemimpinan Hizbul Wathan serta sikap

Page 26: BAB II KERANGKA TEORI - IAIN Kudus

34

No Nama peneliti, Penerbit, Tahun

dan Judul Persamaan Perbedaan

kepemimpinan siswa.

Pada penelitian ini peneliti berbeda dengan penelitian

sebelum-sebelumnya karena akan meneliti tentang bimbingan pengkaderan dan kepemimpinan Hizbul Wathan (HW) terhadap pembentukan sikap kepemimpinan siswa yang mengikuti kegiatan Hizbul Wathan. Pada penelitian sebelumnya hanya mengungkap tentang peran atau nilai dalam Hizbul Wathan secara global. Adapun kesamaannya terletak pada Kepemimpinan atau Pengkaderan dalam Hizbul Wathan.

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis masalah yang akan diteliti.39 Jadi, apabila bimbingan pengkaderan dan kepemimpinan dapat dilaksanakan dengan baik dan efektif, maka sikap kepemimpinan siswa dalam terbentuk. Kerangka berpikir seperti itu dapat digambarkan sebagai berikut:

39 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2014), 91.

Page 27: BAB II KERANGKA TEORI - IAIN Kudus

35

Gambar 2.1. Kerangka berpikir

Bimbingan Pengkaderan dan Kepemimpinan Muhammadiyah

Hizbul Wathan (HW)

Pembentukan Sikap Kepemimpinan Siswa

Tapak Suci (TS)

Ikatan Pelajar

Muhammadi

Bimbingan Pengkaderan dan Kepemimpinan Hizbul Wathan (HW)