bab ii kerangka teori a. implementasi keterampilan

42
10 BAB II KERANGKA TEORI A. Implementasi Keterampilan Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam 1. Keterampilan Pengelolaan Kelas a. Pengertian Keterampilan Pengelolaan Kelas Keterampilan adalah sekumpulan pengetahuan dan kemampuan yang harus dikuasai. Kemudian mengelola adalah penciptaan suatu kondisi yang memungkinkan belajar siswa menjadi optimal. 1 Pengelolaan adalah proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan. Kelas adalah sekelompok orang yang melakukan kegiatan bersama yang mendapat pengajaran dari guru. Kelas juga berarti sekelompok siswa dalam waktu yang sama menerima pelajaran dari guru yang sama. Kemudian, kelas juga berarti suatu masyarakat kecil sebagai bagian masyarakat sekolah sebagai satu kesatuan yang diorganisir menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan- kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai tujuan. 2 Kelas sebagai ruangan aktivitas belajar mengajar, tentunya perlu sebuah kenyamanan dan keamanan di dalamnya, nyaman terhadap gangguan yang bersifat fisik maupun nonfisik. 3 Di dalam kegiatan belajar mengajar, kelas merupakan tempat yang mempunyai ciri khas yang digunakan untuk belajar dengan memerlukan konsentrasi untuk menciptakan suasana kelas yang dapat menjadikan kegiatan belajar yang efektif. Dengan demikian, tujuan kegiatan pembelajaran dapat tercapai. 1 Asmadawati, Keterampilan Mengelola Kelas, Jurnal Logaritma Vol. 2, No. 2 (2014): 1, diakses pada 10 Oktober 2019, http://repo.iain-padang sidimpuan.ac.id/133/1/1.%20Asmadawati%20sdh-min.pdf. 2 Suwardi, Manajemen Pembelajaran, (Salatiga : STAIN Salatiga Press, 2007), 107-108. 3 Diding Nurdin, Pengelolaan Pendidikan dari Teori Menuju Implementasi, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2015), 237.

Upload: others

Post on 12-Nov-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KERANGKA TEORI A. Implementasi Keterampilan

10

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Implementasi Keterampilan Pengelolaan Kelas dalam

Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

1. Keterampilan Pengelolaan Kelas

a. Pengertian Keterampilan Pengelolaan Kelas

Keterampilan adalah sekumpulan pengetahuan

dan kemampuan yang harus dikuasai. Kemudian

mengelola adalah penciptaan suatu kondisi yang

memungkinkan belajar siswa menjadi optimal.1

Pengelolaan adalah proses yang memberikan

pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam

pelaksanaan dan pencapaian tujuan.

Kelas adalah sekelompok orang yang

melakukan kegiatan bersama yang mendapat

pengajaran dari guru. Kelas juga berarti sekelompok

siswa dalam waktu yang sama menerima pelajaran dari

guru yang sama. Kemudian, kelas juga berarti suatu

masyarakat kecil sebagai bagian masyarakat sekolah

sebagai satu kesatuan yang diorganisir menjadi unit

kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-

kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai

tujuan.2 Kelas sebagai ruangan aktivitas belajar

mengajar, tentunya perlu sebuah kenyamanan dan

keamanan di dalamnya, nyaman terhadap gangguan

yang bersifat fisik maupun nonfisik.3 Di dalam

kegiatan belajar mengajar, kelas merupakan tempat

yang mempunyai ciri khas yang digunakan untuk

belajar dengan memerlukan konsentrasi untuk

menciptakan suasana kelas yang dapat menjadikan

kegiatan belajar yang efektif. Dengan demikian, tujuan

kegiatan pembelajaran dapat tercapai.

1 Asmadawati, Keterampilan Mengelola Kelas, Jurnal Logaritma Vol. 2,

No. 2 (2014): 1, diakses pada 10 Oktober 2019, http://repo.iain-padang

sidimpuan.ac.id/133/1/1.%20Asmadawati%20sdh-min.pdf. 2 Suwardi, Manajemen Pembelajaran, (Salatiga : STAIN Salatiga Press,

2007), 107-108. 3 Diding Nurdin, Pengelolaan Pendidikan dari Teori Menuju

Implementasi, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2015), 237.

Page 2: BAB II KERANGKA TEORI A. Implementasi Keterampilan

11

Secara umum, pengelolaan kelas adalah

penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan

belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan

intelektual dalam kelas. Fasilitas itu memungkinkan

siswa belajar dan bekerja, terciptanya suasana social

yang memberikan kepuasan, suasana disiplin,

perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta

apresiasi pada siswa. Pengelolaan kelas adalah suatu

usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan

pengajaran. Dengan kata lain, pengelolaan kelas

merupakan kegiatan pengaturan kelas untuk

kepentingan pengajaran.4

Keterampilan mengelola kelas merupakan

salah satu keterampilan dasar mengajar yang bertujuan

untuk mewujudkan dan mempertahankan suasana

pembelajaran yang optimal, artinya kemampuan ini

erat hubungannya dengan kemampuan profesional

guru untuk menciptakan kondisi yang menguntungkan,

menyenangkan peserta didik dan menciptakan disiplin

belajar secara sehat.5 Pada prinsipnya, bahwa

pengelolaan kelas berfungsi untuk bagaimana siswa

mau belajar dengan sungguh-sungguh. Dan dominasi

yang paling nyata adalah bagaimana penataan kelas itu

sesuai dengan harapan warga belajar, ketika penataan

itu menyenangkan dan membuat siswa termotivasi

untuk belajar maka disinilah penataan itu perlu terus

untuk dikembangkan.6

Penanggung jawab kegiatan belajar mengajar

adalah guru. Dengan demikian yang memiliki

kewenangan untuk mengelola kelas adalah guru.

Pengelolaan kelas dibutuhkan keterampilan khusus,

4 Rusdiana, Pengelolaan Pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka Setia,

2015), 166. 5 Sunhaji, Konsep Manajemen Kelas dan Implikasinya dalam

Pembelajaran, Jurnal Kependidikan Vol. II, No. 2 (2014): 30, diakses pada 27

Januari 2020,

http://www.ejournal.iainpurwokerto.ac.id/index.php/jurnal

kependidikan/article/vie/551/494. 6 Diding Nurdin, Pengelolaan Pendidikan dari Teori Menuju

Implementasi, 237.

Page 3: BAB II KERANGKA TEORI A. Implementasi Keterampilan

12

oleh karena di dalam kelas itu terdapat unsur material

yaitu benda-benda seperti ruangan, perabot, alat

pelajaran dan manusia (siswa) sebagai obyek sekaligus

subyek pendidikan. Guru dapat mengelola kelas

dengan baik dari aspek fisik tetapi, belum tentu

mampu mengelola kelas yang menyangkut peserta

didik. Rumitnya pengelolaan kelas dari aspek peserta

didik karena berhubungan dengan sifat, karakter dan

kondisi sosial peserta didik. Dari sudut pandang inilah

sehingga pengelolaan kelas juga bermakna pembinaan.

Guru tidak sekedar menyiapkan materi pembelajaran

tetapi guru bertugas menciptakan, memperbaiki, dan

memelihara sistem atau organisasi kelas, sehingga

peserta didik dapat memanfaatkan kemampuannya,

bakat, dan energinya pada tugas-tugas individual.

Upaya dalam mendayagunakan potensi peserta didik,

maka kelas mempunyai peranan dan fungsi tertentu

dalam menunjang keberhasilan proses interaksi

edukatif, agar memberikan dorongan dan rangsangan

terhadap anak didik untuk belajar, kelas harus dikelola

sebaik-baiknya oleh guru.7 Pengelolaan kelas yang

dilaksanakan dengan baik maka akan dapat

berpengaruh besar pada kegiatan pembelajaran yang

bermutu sehingga tercapai pula tujuan pembelajaran

oleh guru dan para peserta didik.

Pengelolaan kelas yang dinamis akan menjadi

daya tarik tersendiri bagi peserta didik karena mereka

akan termotivasi untuk belajar dengan sungguh-

sungguh. Oleh karena itu, guru harus terampil dalam

hal itu yakni mengelola kelas dengan baik. Dengan

demikian, pembelajarn yang berlangsung akan lebih

menyenangkan dan menjadi daya tarik peserta didik

untuk mengikuti pembelajaran ketika pengelolaan

kelas yang dinamis dapat dikelola oleh guru secara

optimal.

7 St. Fatimah Kadir, Keterampilan Mengelola Kelas dan Implementasinya

dalam Proses Pembelajaran, Jurnal Al-Ta’dib Vol. 7, No. 2 (2014) : 19-20,

diakses pada 27 Januari 2020, http://ejournal.iain kendari.ac.id/al-

ta’dib/article/view/315/305.

Page 4: BAB II KERANGKA TEORI A. Implementasi Keterampilan

13

Di kelas, segala aspek pendidikan pengajaran

bertemu dan berproses. Guru dengan segala

kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang

dan sifat-sifat individualnya; kurikulum dengan segala

komponennya; dan materi serta sumber pelajaran

dengan segala pokok bahasanya bertemu dan berpadu

serta berinteraksi di kelas. Bahkan hasil dari

pendidikan dan pengajaran sangat ditentukan oleh apa

yang terjadi di kelas. Jadi, pengelolaan kelas di sini

sangat diperlukan karena dari hari ke hari bahkan dari

waktu ke waktu tingkah laku dan perbuatan siswa

selalu berubah. Hari ini siswa dapat belajar dengan

baik dan tenang, tetapi besok belum tentu.8

Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya

dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas

adalah tempat berhimpun semua anak didik dan guru

dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru.

Kelas yang dikelola dimana dengan baik akan

menunjang jalannya interaksi edukatif. Sebagaimana

sejalan dengan tujuan umum pengelolaan kelas, yaitu

menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas bagi

bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar

mencapai hasil yang baik dan optimal. Agar anak didik

betah tinggal dikelas dengan motivasi yang tinggi

untuk senantiasa belajar didalamnya.

Suasana kelas yang kondusif merupakan

modal penting untuk menciptakan kejernihan berpikir

untuk mengikuti proses belajar mengajar. Oleh karena

itu, pengelolaan sekolah perlu menciptakan suasana

gembira yaitu suasana kekeluargaan yang akrab,

dengan demikian guru termotivasi untuk mengelola

kelas dengan baik karena dengan pengelolaan kelas

yang hangat antara guru dan murid yang

memungkinkan pencapaian tujuan terlaksana.9 Jadi,

pengelolaan kelas di sini merupakan suatu aktivitas

yang dilakukan oleh guru terhadap anak didiknya di

8 Husni El Hilali, Pentingnya Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran,

Jurnal Edu-Bio Vol. 3 (2012) :129, http://e-journal.iainjambi.ac.id/index.php/edu

bio/article/view/371. 9 Asmadawati, Keterampilan Mengelola Kelas, 11.

Page 5: BAB II KERANGKA TEORI A. Implementasi Keterampilan

14

dalam kelas dalam upaya mengatur semua komponen

pembelajaran agar dapat berjalan dengan kondusif

untuk mencapai tujuan pendidikan. Pengelolaan kelas

perlu dilakukan sebagai upaya menciptakan suasana

pembelajaran yang kondusif dan mengembalikan

suasana agar menajadi kondusif setelah terjadi

masalah.

Hadari Nawawi mengatakan bahwa kegiatan

manajemen atau pengelolaan kelas dapat diartikan

sebagai kemampuan guru atau wali kelas dalam

mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian

kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal

untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan

terarah sehingga waktu dan dana yang tersedia dapat

dimanfaatkan secara efisien untuk melakukan

kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan dengan

kurikulum dan perkembangan murid.10

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas

dapat disimpulkan bahwa keterampilan pengelolaan

kelas merupakan usaha guru menata kehidupan kelas

dengan persiapan yang sudah direncanakan untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan oleh

karena itu, posisi guru dalam kelas tidak hanya sebagai

penyampai informasi melainkan sebagai pengarah

terjadinya proses belajar. Pengelolaan kelas juga

merupakan seperangkat kegiatan guru untuk

mengembangkan tingkah laku peserta didik sesuai apa

yang diinginkan serta mengurangi atau bahkan

menghilangkan tingkah laku yang tidak diinginkan,

mengembangkan hubungan interpersonal dan iklim

sosio-emosional yang positif serta mengembangkan

dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif dan

produktif.

b. Kegiatan Pengelolaan Kelas

Pada hakikatnya pengelolaan kelas merupakan

usaha guru untuk menata kehidupan di dalam kelas

dengan persiapan yang sudah direncanakan untuk

10 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,

(Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2014), 177.

Page 6: BAB II KERANGKA TEORI A. Implementasi Keterampilan

15

mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Oleh

karena itu, posisi guru dalam kelas tidak hanya sebagai

penyampai informasi atau dalam kata lain

mentransferkan ilmunya, melainkan sebagai pengarah

terjadinya proses belajar. Secara garis besar ada dua

kegiatan dalam pengelolaan kelas yaitu pengaturan

peserta didik dan pengaturan fasilitas.

1) Pengaturan Peserta Didik

Peserta didik adalah seseorang yang

melakukan kegiatan maupun aktivitas di kelas

yang ditempatkan sebagai objek dan arena

perkembangan ilmu pengetahuan dan kesadaran

manusia.

Jadi pergerakan yang terjadi dalam konteks

pencapaian tujuan tidak sembarang, artinya disini

fungsi guru memiliki proporsi yang besar dalam

rangka membimbing, mengarahkan dan memandu

segala aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik.

Oleh karena itu pengaturan peserta didik adalah

bagaimana mengatur dan menempatkan peserta

didik dalam kelas sesuai dengan potensi intelektual

dan perkembangan emosionalnya. Peserta didik

diberi kesempatan untuk memperoleh posisi dalam

belajar yang sesuai dengan minat dan

keinginannya.11

Dalam pengelolaan kelas kegiatan peserta

didik meliputi :

a) Tingkah laku peserta didik

Masa usia sekolah dasar sebagai mesa

kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia

enam tahun hingga kira-kira usia sebelas tahun

atau dua belas tahun. Karakteristik utama

siswa sekolah dasar adalah mereka

menampilkan perbedaan-perbedaan individual

dalam banyak segi dan bidang, di antaranya,

perbedaan dalam intelegensi, kemampuan

11 Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia,

Manajemen Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2012), 108.

Page 7: BAB II KERANGKA TEORI A. Implementasi Keterampilan

16

dalam kognitif dan bahasa, perkembangan

kepribadian dan perkembangan fisik anak.

Menurut Erikson perkembangan

psikososial pada usia enam sampai pubertas,

anak mulai memasuki dunia pengetahuan dan

dunia kerja yang luas. Peristiwa penting pada

tahap ini anak mulai masuk sekolah, mulai

dihadapkan dengan tekhnologi masyarakat, di

samping itu proses belajar mereka tidak hanya

terjadi di sekolah. Sedang menurut Thornburg

(1984) anak sekolah dasar merupakan individu

yang sedang berkembang, barang kali tidak

perlu lagi diragukan keberaniannya. Setiap

anak sekolah dasar sedang berada dalam

perubahan fisik maupun mental mengarah

yang lebih baik. Tingkah laku mereka dalam

menghadapi lingkungan sosial maupun non

sosial meningkat. Anak kelas empat, memilki

kemampuan tenggang rasa dan kerja sama

yang lebih tinggi, bahkan ada di antara mereka

yang menampakan tingkah laku mendekati

tingkah laku anak remaja permulaan.12

Tingkah laku adalah tindakan-tindakan yang

dilakukan oleh peserta didik sesuai dengan

nilai-nilai norma ataupun nilai yang ada dalam

masyarakat yang sudah ada sebelumnya dalam

suatu kelompok sosial masyarakat.

Semua tingkah laku yang baik dan

yang kurang baik merupakan hasil proses

belajar. Asumsi ini mengharuskan wali/guru

kelas berusaha menyusun program kelas dan

suasana yang dapat merangsang terwujudnya

proses belajar yang memungkinkan peserta

didik mewujudkan tingkah laku yang baik

menurut ukuran norma yang berlaku di

lingkungan sekitarnya. Tingkah laku yang baik

12 Istihana, Pengelolaan Kelas di Madrasah Ibtidaiyah, Jurnal Pendidikan

dan Pembelajaran Dasar,Vol. 2, No. 2 (2015): 276-277, diakses pada 10 Oktober

2019, http://ejournal.raden

intan.ac.id/index.php/terampil/article/download/1297/1023.

Page 8: BAB II KERANGKA TEORI A. Implementasi Keterampilan

17

atau positif harus dirangsang dengan

memberikan pujian atau hadiah yang

menimbulkan perasaan senang atau puas.

Sebaliknya, tingkah laku yang kurang baik

dalam melaksanakan program kelas harus

diberi sanksi atau hukuman yang akan

menimbulkan perasaan tidak puas dan pada

gilirannya tingkah laku tersebut akan

dihindari.13

Seseorang baru bisa dikatakan

memiliki kesempurnaan iman apabila dia

memiliki budi pekerti/akhlak yang mulia. Oleh

karena itu, masalah akhlak/budi pekerti

merupakan salah satu pokok ajaran Islam yang

harus diutamakan dalam pendidikan agama

Islam untuk ditanamkan /diajarkan kepada

anak didik. Dengan melihat arti pendidikan

Islam dan ruang lingkupnya itu, jelaslah bahwa

dengan pendidikan Islam seorang guru harus

berusaha untuk membentuk peserta didknya

agar berkepribadian kuat dan baik (berakhlak

alkarimah) berdasar pada ajaran agama

Islam.14

b) Kedisiplinan peserta didik

Pelaksanaan pengelolaan kelas sangat

erat kaitannya dengan kedisiplinan peserta

didik, dalam pengelolaan yang efektif,

kedisiplinan peserta didik akan terwujud

dengan adanya aturan-aturan kelas yang

menjadi standar bagi perilaku peserta didik.

c) Minat/Perhatian peserta didik

Minat adalah suatu kecenderungan

untuk memberikan perhatian dan bertindak

terhadap orang, aktivitas atau situasi yang

13 Lailatu Zahroh, Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas, Jurnal Tasyri’

Vol. 22, Nomor 2 (2015): 185, diakses pada 10 Oktober 2019,

http://ejournal.kopertais.or.id/pantura/index.php/tasyri/article/download/1

550/1132/. 14 Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,

(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), 22.

Page 9: BAB II KERANGKA TEORI A. Implementasi Keterampilan

18

menjadi objek dari minat tersebut dengan

disertai perasaan senang.

d) Gairah belajar peserta didik

Gairah belajar adalah aspek psikologis

seseorang yang menampakkan diri dalam

beberapa gejala seperti semangat, keinginan

perasaan, suka melakukan proses tingkah laku

melalui berbagai kegiatan yang meliputi

mencari pengetahuan dan pengalaman.

e) Dinamika kelompok peserta didik

Dinamika kelompok adalah suatu

kelompok yang terdiri dari dua atau lebih

individu yang memiliki hubungan psikologis

secara jelas antara anggota satu dengan yang

lain dan berlangsung dalam situasi yang

dialami.

2) Pengaturan Fasilitas

Aktifitas dalam kelas baik guru maupun

siswa dalam kelas kelangsungannya akan banyak

dipengaruhi oleh kondisi dan situasi fisik

lingkungan kelas. Oleh karena itu lingkungan fisik

kelas berupa saran dan prasarana kelas harus dapat

memenuhi dan mendukung interaksi yang terjadi,

sehingga harmonisasi kehidupan kelas dapat

berlangsung dengan baik dari permulaan masa

kegiatan belajar mengajar sampai akhir masa

belajar mengajar.15

Pengaturan fasilitas meliputi :

a) Penataan ruang belajar

Tindakan guru dalam mengatur

peralatan belajar, lingkungan belajar, dan

lingkungan sosio-emosional sangat

mendukung keberhasilan pembelajaran. Salah

satunya adalah dengan menciptakan suasana

yang menggairahkan dan mengaktifkan siswa,

yaitu dengan cara pengaturan ruang kelas.

Pengaturan ini, menurut Sutrisno,

memerhatikan hal-hal sebagai berikut :

15 Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia,

Manajemen Pendidikan, 108.

Page 10: BAB II KERANGKA TEORI A. Implementasi Keterampilan

19

(1) Aksessibilitas : siswa mudah menjangkau

alat atau sumber belajar.

(2) Mobilitas : siswa dan guru mudah bergerak

dari satu bagian ke bagian lain dalam

kelas.

(3) Interaksi : memudahkan terjadi interaksi

antara guru dengan siswa ataupun antar

siswa.

(4) Variasi kerja siswa : memungkinkan siswa

bekerja sama secara perseorangan,

berpasangan, atau berkelompok.16

Menciptakan suasana belajar yang

menggairahkan, perlu memperhatikan

pengaturan/penataan ruang kelas/belajar.

Penyusunan dan pengaturan ruang belajar

hendaknya memungkinkan anak didik duduk

berkelompok dan memudahkan guru bergerak

secara leluasa. Dalam pengaturan ruang

belajar, Hal-hal yang perlu diperhatikan :

(1) Ukuran dan bentuk kelas

(2) Bentuk serta ukuran bangku dan meja

peserta didik

(3) Jumlah peserta didik dalam kelas

(4) Jumlah peserta didik dalam setiap

kelompok

(5) Jumlah kelompok dalam kelas

(6) Komposisi dalam kelompok (seperti

peserta didik pandai dengan dengan

peserta didik kurang pandai, pria dan

wanita).17

b) Pengaturan tempat duduk

Dalam belajar siswa memerlukan

tempat duduk. Tempat duduk mempengaruhi

siswa dalam belajar. Bila tempat duduknya

bagus, tidak terlalu rendah, bundar, persegi

empat panjang, sesuai dengan keadaan tubuh

16 Rusdiana, Pengelolaan Pendidikan, 176. 17 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,

204.

Page 11: BAB II KERANGKA TEORI A. Implementasi Keterampilan

20

siswa, maka siswa akan dapat belajar dengan

tenang.

Bentuk dan ukuran tempat yang

digunakan sekaang bermacam-macam, ada

yang atu tempat duduk dapat diduduki oleh

beberapa orang, ada pula yang hanya dapat

diduduki oleh seorang siswa. Sebaiknya

tempat duduk siswa itu ukurannya jangan

terlalu besaragar mudah diubah-ubah

formasinya. Ada beberapa bentuk formasi

tempat duduk yang dapat digunakan sesuai

dengan kebutuhan. Apabila pengajaran itu

akan ditempuh dengan cara berdiskusi, maka

formasi tempat duduknya sebaiknya berbentuk

lingkaran. Jika pengajaran ditempuh dengan

metode ceramah, maka tempat duduknya

sebaiknya berderet memanjang ke belakang.

Sudirman mengemukakan beberapa contoh

formasi tempat duduk, yaitu posisi berhadapan,

posisi setengah lingkara, dan posisi berbaris ke

belakang.18

Dekorasi interior kelas perlu dirancang

agar siswa belajar secara aktif, yakni

menyenangkan dan menantang. Formasi

bangku dalam kelas dapat dengan mudah

dipindah-pindah, maka sangat mungkin

menggunakan formasi ini sesuai dengan yang

diinginkan, yakni menurut Sutrisno19

diantaranya yaitu formasi huruf U, formasi

corak tim, formasi meja konferensi, formasi

lingkaran, kelompok untuk kelompok, susunan

Chevron dan kelas tradisional.

Dalam mengatur tempat duduk yang

penting adalah memungkinkan terjadinya tatap

muka, dimana dengan demikian guru sekaligus

dapat mengontrol tingkah laku peserta didik,

18 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,

204-205. 19 Rusdiana, Pengelolaan Pendidikan, 177.

Page 12: BAB II KERANGKA TEORI A. Implementasi Keterampilan

21

pengaturan tempat duduk akan mempengaruhi

kelancaran pengaturan belajar mengajar.

Susunan fisik yang sesuai dapat meningkatkan

perasaan-perasaan menjadi lebih baik dan

membantu mencegah masalah-masalah dalam

pengelolaan kelas.

c) Ventilasi dan pengaturan cahaya

Ventilasi harus cukup menjamin

kesehatan siswa. Jendela harus cukup besar,

sehingga memungkinkan cahaya matahari

masuk dan udara yang sehat juga masuk ke

kelas, dan ventilasi yang baik dan udara sehat,

semua siswa dan guru didalam kelas dapat

menghirup udara yang segar.20

Ventilasi sesuai

dengan ruangan, cahaya yang masuk harus

cukup. Cahaya masuk dari arah kiri, jangan

berlawanan dengan bagian depan.21

d) Penyimpanan dan pengaturan alat-alat

pengajaran dan barang-barang. Alat-alat

pengajaran di kelas yang harus diatur adalah

sebagai berikut:

(1) Perpustakaan kelas

- Sekolah yang maju ada perpustakan di

setiap kelas.

- Pengaturannya bersama-sama siswa,

(2) Alat-lat peraga atau media pengajaran

- Alat peraga atau media pengajaran

semestinya diletakkan di kelas agar

memudahkan dalam penggunaannya.

- Pengaturannya bersama-sama siswa.

(3) Papan tulis, kapur tulis dan lain-lain

- Ukurannya disesuaikan

- Warnanya harus kontras

- Penempatannya memperlihatkan

estetika dan terjangkau oleh semua

siswa.

20 Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia,

Manajemen Pendidikan, 105. 21 Rusdiana, Pengelolaan Pendidikan, 180.

Page 13: BAB II KERANGKA TEORI A. Implementasi Keterampilan

22

(4) Papan presensi anak didik

- Ditempatkan di bagian depan sehingga

dapat dilihat oleh semua siswa.

- Difungsikan sebagaimana mestinya.

e) Penataan keindahan dan kebersihan kelas

(1) Hiasan dinding (pajangan kelas)

hendaknya dimanfaatkan untuk

kepentingan pengajaran, misalnya:

- Burung Garuda

- Teks Proklamasi

- Slogan Pendidikan

- Para Pahlawan

- Peta/globe

(2) Penempatan lemari

- Untuk buku di depan

- Alat-alat peraga di belakang

(3) Pemeliharaan kebersihan

- Siswa bergiliran untuk membersihkan

kelas

- Guru memeriksa kebersihan dan

ketertiban di kelas.22

Jadi kesimpulannya yaitu

pemeliharaan dan perawatan serta penggunaan

alat kelengkapan belajar meskipun

pekerjaannya kelihatan bersifat teknis, tetapi

menjadi bagian dari otonom profesional

dibawah pengawasan guru dikelas dalam

memberikan pelayanan belajar. Untuk itu perlu

adanya kerja sama antara guru dan siswa

bersama-sama memelihara peralatan yang ada

didalam kelas, mengatur suhu, ventilasi dan

penerangan adalah aset penting untuk

terciptanya suasana belajar mengajar.

c. Tujuan dan Fungsi Pengelolaan Kelas

Munculnya anggapan-anggapan yang kurang

menyenangkan tentang pendidikan agama, seperti

Islam diajarkan lebih pada hafalan (padahal Islam

22 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,

205-206.

Page 14: BAB II KERANGKA TEORI A. Implementasi Keterampilan

23

penuh dengan nilai-nilai) yang harus dipraktikkan,

pendidikan agama lebih ditekankan pada hubungan

formalitas antara hamba denganTuhan-Nya,

penghayatan nnilai-nilai agama kurang mendapat

penekanan dan masih terdapat sederet respons kritis

terhadap pendidikan agama. Hal ini disebabkan oleh

penilaian kelulusan siswa dalam pelajaran agama

diukur dengan berapa banyak hafalan dan mengerjakan

ujian tertulis di kelas yang dapat mendemonstrasikan

oleh siswa.23

Oleh sebab itu, guru harus dapat

memahami tujuan dan fungsi pengelolaan kelas agar

nantinya proses pembelajaran tidak monoton

menggunakan metode ceramah dan peserta didik

diminta untuk menghafal akan tetapi guru harus

semaksimal mungkin untuk memanej kelas dan

menciptakan suasana belajar yang menyenangkan

sehingga anak didik nantinya memiliki semangat

belajar dan berprestasi.

Keberhasilan sebuah kegiatan dapat dilihat

dari hasil yang dicapainya. Tujuan adalah titik akhir

dari sebuah kegiatan dan dari tujuan itu juga sebagai

pangkal tolak pelaksanaan kegiatan selanjutnya.

Keberhasilan sebuah tujuan dapat dilihat dari

efektifitas dalam pencapaian tujuan itu serta tingkat

efisiensi dari penggunaan berbagai sumber daya yang

dimiliki. Dalam proses pengelolaan kelas

keberhasilannya dapat dilihat dari tujuan apa yang

ingin dicapainya, oleh karena itu guru harus

menetapkan tujuan apa yang hendak dicapai dengan

kegiatan pengelolaan atau manajemen kelas yang

dilakukannya.24

Pengelolaan kelas bukan sekedar bertujuan

untuk mengatur kondisi kelas, tetapi juga meliputi

pengaturan berbagai komponen. Mengelola kelas

berarti menciptakan dan memelihara kondisi kelas

yang memungkinkan berlangsungnya proses

23 Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, 12. 24 Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia,

Manajemen Pendidikan, 110.

Page 15: BAB II KERANGKA TEORI A. Implementasi Keterampilan

24

pembelajaran secara efektif. Dengan demikian,

pengelolaan kelas sebenarnya memiliki tujuan yang

kompleks.

Mengelola kelas merupakan masalah yang

kompleks, dan guru menggunakan untuk menciptakan

dan mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa

sehingga siswa dapat mencapai tujuan pengajaran.

Tujuan pengelolaan kleas pada hakikatnya telah

terkandung dalam tujuan pendidikan.

Tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan

fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa

dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual

dalam kelas. Selanjutnya Arikunto mengemukakan

bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap

anak dikelas dapat bekerja tertib sehingga segara

tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efesien.

Berdasarkan kedua pendapat di atas, maka

tujuan pengelolaan kelas merupakan menyediaan

lingkungan belajar yang kondusif dalam kelas yang

diciptakan oleh interaksi edukatif antara guru dan

siswa sehingga dapat menghantarkan kegiatan belajar

mengajar yang efektif untuk mencapai tujuan

pengajaran.

Berdasarkan beberapa pandangan tersebut,

tujuan pengelolaan kelas adalah:

1) Setiap pebelajar harus belajar, tidak macet artinya

tidak ada anak yang terhenti karena tidak tahu ada

tugas yang harus dilakukan atau tidak dapat

melakukan tugas yang diberikan padanya.

2) Setiap pebelajar terus melakukan belajar tanpa

membuang waktu artinya setiap pebelajar akan

bekerja secepatnya supaya lekas menyelesaikan

tugas yang diberikan padanya.25

Efektivitas pencapaian tujuan pengelolaan

kelas dilihat dari sejumlah kemampuan yang dimiliki

peserta didik atau daya serap yang dihasilkan pada

setiap kegiatan belajar mengajar. Peserta didik dapat

menyelesaikan tugas tepat waktu, aktivitas tidak

25 Istihana, Pengelolaan Kelas di Madrasah Ibtidaiyah, 270.

Page 16: BAB II KERANGKA TEORI A. Implementasi Keterampilan

25

terhenti, dan secara mandiri mampu meminimalisir

problematik belajarnya. Dengan demikian, tujuan

pengelolaan kelas erat kaitannya dengan penyediaan

fasilitas belajar dan kondisi yang memungkinkan

peserta didik mengembangkan kemampuannya guna

mencapai hasil belajar yang baik. Dalam hal ini,

Usman mengemukakan dua macam tujuan pengelolaan

kelas yaitu:

1) Tujuan umum pengelolaan kelas adalah

menyediakan dan menggunakanan fasilitas belajar

untuk bermacam-macam kegiatan belajar mengajar

agar mencapai hasil yang baik.

2) Tujuan khususnya adalah mengembangkan

kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat

belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang

memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta

membantu siswa untuk memperoleh hasil yang

diharapkan.26

Menurut Wijaya dan Rusyan, tujuan dari

pengelolaan kelas antara lain:

1) Agar pengajaran dapat dilakukan secara maksimal

sehingga tujuan pengajaran dapat dicapai secara

efektif dan efisien.

2) Untuk memberi kemudahan dalam memantau

kemajuan siswa dalam pelajarannya.

3) Untuk memberi kemudahan dalam mengangkat

masalah-masalah penting untuk dibicarakan di

kelas untuk perbaikan pengajaran pada masa

mendatang.27

Dengan demikian, tujuan pengelolaan kelas

adalah untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Mutu

pembelajaran akan tercapai, jika tercapainya tujuan

pembelajaran.28

Oleh karenanya, guru hendaknya

26 St. Fatimah Kadir, Keterampilan Mengelola Kelas dan

Implementasinya dalam Proses Pembelajaran, 23. 27 Rulam Ahmadi, Profesi Keguruan (Konsep dan Strategi

Mengembangkan Profesi dan Karier Guru, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2018),

170. 28 St. Fatimah Kadir, Keterampilan Mengelola Kelas dan

Implementasinya dalam Proses Pembelajaran, 35.

Page 17: BAB II KERANGKA TEORI A. Implementasi Keterampilan

26

memahami serta mengimplementasikan keterampilan

pengololaan kelas agar tujuan pembelajaran tersebut

tercapai sesuai yang diharapkan.

Berkaitan dengan penjelasan di atas, dalam hal

pengelolaan kelas dapat pula ditinjau dari segi

interaksi komunikatif. Artinya seorang guru dituntut

untuk mampu mengatur segala kondisi yang terjadi di

dalam kelas saat pembelajaran berlangsung agar

terciptanya komunikasi dua arah, yaitu antara guru dan

siswa, sehingga proses belajar mengajar dapat

berlangsung dengan baik. Hal ini bertujuan untuk

memudahkan sekaligus meringankan tugas guru atau

wali kelas.29

Dapat diambil kesimpulan bahwa pengelolaan

kelas bertujuan untuk menciptakan situasi dan kondisi,

menyediakan sarana dan kegiatan pembelajaran yang

optimal bagi peserta didik di dalam kelas sehingga

peserta didik dapat belajar lebih efektif dan

berkualitas. Pengelolaan kelas tidak hanya mencakup

segi fisik seperti kondisi ruang kelas dan fasilitasnya,

tetapi juga segi emosional dan intelektual peserta

didik. Semua itu harus terencana dengan baik oleh

guru sehingga kegiatan pembelajaran di kelas tidak

membosankan bagi peserta didik, tetapi justru dapat

terus menumbuhkan semangat dan motivasi untuk

belajar.

Selain memberi makna penting bagi tercipta

dan terpeliharanya kondisi kelas yang optimal,

pengelolaan kelas berfungsi sebagai berikut :30

1) Memberi dan melengkapi fasilitas untuk segala

macam tugas, seperti membentuk kelompok,

membantu kelompok dalam pembagian tugas,

membantu kerja sama dalam menemukan tujuan

organisasi, membantu prosedur kerja, mengubah

kondisi kelas.

29 Rusdiana, Pengelolaan Pendidikan, 167. 30 Rusdiana, Pengelolaan Pendidikan, 167.

Page 18: BAB II KERANGKA TEORI A. Implementasi Keterampilan

27

2) Memelihara agar tugas belajar dapat berjalan

lancar.

Manusia dalam kesempurnaanya memiliki

keterbatasan yang nyata. Diantara keterbatasan

tersebut adalah dalam menentukan hasil akhir dari

sebuah usaha. Namun demikian, manusia wajib

membuat rancangan/rencana untuk pribadinya

mauupun masyarakat, dalam hal ini yaitu perencanaan

dalam mengelola kelas atau usaha dalam

membelajarkan peserta didik. Perencanaan ini

merupakan upaya manusia untuk mengambil

kebijakan-kebijakan yang harus dioperasionalisasikan

dalam hidupnya. Namun demikian, perlu

digarisbawahi bahwa prinsip perencanaan dalam

manajemen ini menurut Islam tentunya berpulang

kepada Allah SWT sebagai penentu akhir.31

Manusia

harus selalu merencanakan berusaha tapi Allah-lah

yang menentukan hasil akhirnya yakni berhasil

tidaknya suatu tujuan kegiatan pembelajaran di kelas.

d. Peran Guru dalam Pengelolaan Kelas

Tingginya kedudukan guru dalam pendidikan

Islam merupakan realisasi dari ajaran Islam itu sendiri

dan Islam sangat memuliakan ilmu pengetahuan, dan

dengan ilmu pengetahuan maka calon pendidik yang

mengajar harus bisa memberikan sikap teladan dan

memberi contoh yang baik. Menurut pandangan Islam

dalam mendidik dapat dilakukan dengan memberikan

dorongan memuji, menghukum dan memberikan

contoh pada hal-hal yang bersifat positif.32

Dapat

dikatakan bahwa seorang guru merupakan suri

tauladan bagi anak didiknya, oleh karena itu perbuatan

guru harus sesuai dengan apa yang dikatakan.

Terdapat perbedaan pokok antara profesi guru

dengan profesi lainnya, yaitu dalam tugas dan

tanggungjawabnya. Tugas dan tanggungjawab tersebut

sangat erat kaitannya dengan kemampuan yang

31 Zulkarnain Dali, Manajemen Mutu Madrasah, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2017), 57. 32 Dayun Riadi, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2017), 22.

Page 19: BAB II KERANGKA TEORI A. Implementasi Keterampilan

28

disyaratkan untuk memangku profesi tersebut. Secaran

umum perangkat kompetensi guru sebagai tenaga

profesional dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu: 1)

profil kompetensi, berkaitan dengan sejumlah aspek

kompetensi yang seharusnya ada pada diri guru, 2)

spektrum kemampuan, berkenaan dengan kualitas dan

kuantitas perangkat kompetensi yang dapat

disumbangkan bagi kepentingan pendidikan. Menurut

Muhaimin dan Abdul Mujib, guru Agama Islam

profesional harus memiliki kompetensi sebagai

berikut:33

1) Penguasaan materi al-Islam yang komprehensif

serta wawasan dan bahan pengajaran, terutama

pada bidang yang menjadi tugasnya.

2) Penguasaan strategi (mencakup pendekatan,

metode dan teknik) pendidikan Islam termasuk

kemampuan evaluasinya.

3) Penguasaan ilmu dan wawasan kependidikan.

Departemen Agama RI melalui program

pengadaan dan penyetaraan guru pendidikan agama

Islam telah merumuskan kemampuan-kemampuan

yang harus dimiliki oleh guru agama, yaitu:

1) Memiliki sifat dan kepribadian sebagai muslim

yang bertaqwa kepada Allah SWT serta cendekia

dan mampu mengembangkannya.

2) Menguasai wawasan kependidikan, khususnya

berkenaan dengan pendidikan pada tingkat dasar

(sekolah/madrasah).

3) Menguasai bahan pengajaran pendidikan agama

Iskam pada jenjang pendidikan dasar serta konsep

dasar keilmuan yang menjadi sumbernya.

4) Mampu melaksanakan program pengajaran

pendidikan agama Islam sesuai dengan

kemampuan dan perkembangan anak usia

pendidikan dasar.

Pada dasarnya proses belajar mengajar

merupakan inti dari proses pendidikan secara

keseluruhan, diantaranya guru merupakan salah satu

33 Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, 91.

Page 20: BAB II KERANGKA TEORI A. Implementasi Keterampilan

29

faktor yang penting dalam menentukan berhasilnya

proses belajar mengajar di dalam kelas. Oleh karena

itu, guru dituntut untuk meningkatkan peran dan

kompetensinya, guru yang kompeten akan lebih

mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif

dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga

hasil belajar siswa berada pada tingkat yang otimal.

Adam dan Decey mengemukakan peranan guru dalam

proses belajar mengajar adalah sebagai berikut: (a)

guru sebagai demonstrator, (b) guru sebagai pengelola

kelas, (c) guru sebagai mediator dan fasilitator dan (d)

dan guru sebagai evaluator.34

1) Guru sebagai Demonstrator

Guru menjadi sosok yang ideal bagi

siswanya hal ini dibuktikan apabila ada orang tua

yang memberikan argument yang berbeda dengan

gurunya maka siswa tersebut akan menyalahkan

argument si orang tua dan membenarkan seorang

guru. Guru adalah acuan bagi peserta didiknya

oleh karena itu segala tingkah laku yng

dilakukannya sebagian besar akan ditiru oleh

siswanya. Guru sebagai demonstrator dapat

diasumsikan guru sebagai teladan bagi siswanya

dan contoh bagi pesera didik.

2) Guru sebagai Evaluator

Evaluator atau menilai sangat penting

adalah rangkaian pembelajaran karena setiap

pembelajaran pada akhirnya adalah nilai yang

dilihat baik kuantitaif maupun kualitatif.

Rangkaian evaluasi meliputi persiapan,

pelaksanaan, evaluasi. Tingkat pemikiran ada

beberapa tingkatan antara lain: mengetahui,

mengerti, mengaplikasikan, analisis, sintesis,

evaluasi.

Manfaat evaluasi bisa digunakan sebagai

umpan balik untuk siswa sehingga hasil nilai ini

bukan hanya suatu poin saja melainkan menjadi

34 Bambang Ismaya, Pengelolaan Pendidikan, (Bandung: PT Refika

Aditama, 2015), 73-74.

Page 21: BAB II KERANGKA TEORI A. Implementasi Keterampilan

30

solusi untuk mencari kelemahan di pembelajaran

yang sudah diajarkan. Hal-hal yang paling penting

dalam melaksanakan evaluasi. Harus dilakukan

oleh semua aspek baik efektif, kognitif dan

psikomotorik. Evaluasi dilakukan secara terus

menerus dengan pola hasil evaluasi dan proses

evaluasi. Evaluasi dilakukan dengan berbagai

proses instrument harus terbuka.

3) Guru sebagai Pengelola Kelas

Manajer memenage kelas, tanpa

kemampuan ini maka performence dan karisma

guru akan menurut, bahkan kegiatan pembelajaran

bisa kacau tanpa tujuan. Guru sebagai pengelola

kelas, agar anak didik betah tinggal di kelas

dengan motivasi yang tinggi untuk senantiasa

belajar di dalamnya. Beberapa fungsi guru sebagai

pngelola kelas: merancang tujuan pembelajaran

mengorganisasi beberapa sumber pembelajaran

memotivasi, mendorong, dan menstimulasi siswa.

Ada 2 macam dalam memotivasi belajar bisa

dilakukan dengan hukuman atau dengan reward,

mengawasi segala sesuatu apakah berjalan dengan

lancer apa belum dalam rangka mencapai tujuan

pembelajaran.35

4) Guru sebagai Fasilitator

Seorang guru harus dapat menguasai benar

materi yang akan diajarkan juga media yang akan

digunakan bahkan lingkungan sendiri juga

termasuk sebagai sumber belajar yang harus

dipelajari oleh seorang guru. Seorang siswa

mempunyai beberapa kemampuan menyerap

materi berbeda-beda oleh karena itu pendidik

harus pandai dalam merancang media untuk

membantu siswa agar mudah memahami pelajaran.

Keterampilan untuk merancang media

pembelajaran adalah hal yang pokok yang harus

dikuasai, sehingga pelajaran yang akan diajarkan

bisa dapat diserap dengan mudah oleh peserta

35 Bambang Ismaya, Pengelolaan Pendidikan,74..

Page 22: BAB II KERANGKA TEORI A. Implementasi Keterampilan

31

didik. Media pembelajaran di dalam kelas sangat

banyak sekali macamnya misalnya LCD.36

Dalam Islam setiap pekerjaan harus dilakukan

secara profesional, dalam arti harus dilakukan secara

benar. Islam mementingkan profesionalisme,

keberhasilan Nabi sebagai pendidik didahului dengan

bekal kepribadian yang berkualitas unggul. Parra

ulama telah memformulasikan sifai-sifat, ciri-ciri dan

tugas-tugas guru (termasuk di dalamnya guru

pendidikan Islam) yang diharapkan agar berhasil

dalam menjalankan tugas-tugas kependidikannya.

Berbagai tugas tersebut sekaligus mencrminkan profil

guru yang diharapkan (ideal).

Menurut Imam Al-Ghazali bahwa tugas guru

adalah sebagai berikut:37

1) Kasih sayang kepada peserta didik dan

memperlakukannya sebagaimana anaknya sendiri.

2) Meneladani Rasulullah sehingga jangan menuntut

upah, imbalan maupun penghargaan.

3) Tidak memberi predikat kepada peserta didik

sebelum ia pantas dan kompeten untuk

menyandangnya dan jangan memberi ilmu yang

samar sebelum tuntas ilmu yang jelas.

4) Mencegah peserta didik dari akhlak yang jelek

dengan cara sindirian dan tidak tunjuk hidung.

5) Dalam menghadapi peserta didik yang kurang

mampu, sebaiknya diberi ilmu-ilmu yang global

dan tidak perlu menyajikan detailnya.

6) Ucapan guru tidak bertentangan dengan

perbuatannya.

e. Prinsip-prinsip dalam Pengelolaan Kelas

Masalah pengelolaan kelas bukanlah

merupakan tugas yang ringan. Berbagai faktorlah yang

menyababkan kerumitan itu. Secara umum faktor-

faktor yang mempengaruhi pengelolaan kelas dibagi

menjadi duagolongan yaitu, faktor intern siswa dan

faktor ekstern siswa. Faktor intern siswa berhubungan

36 Bambang Ismaya, Pengelolaan Pendidikan,75. 37 Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, 97.

Page 23: BAB II KERANGKA TEORI A. Implementasi Keterampilan

32

dengan masalah emosi, pikiran, dan perilaku.

Kepribadian siswa dengan ciri-ciri khasnya masing-

masing menyebabkan siwa berbeda dari siswa lainnya

secara individual. Perbedaan secara individual ini

dilihat dari segi aspek, yaitu perbedaan biologis,

intelektual, dan psikologis.

Sedangkan faktor ekstern siswa terkait dengan

masalah suasana lingkungan belajar, penempatan

siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa di kelas

dan sebagainya. Masalah jumlah siswa di kelas akan

mewarnai dinamika kelas. Semakin banyak jumlah

siswa di kelas cenderung lebih mudah terjadi konflik.

Mustahil kekacauan di kelas tidak dapat

dibatasi. Selama ada usaha dari guru, kekacauan di

kelas pasti dapat dipecahkan. Memang diakui bahwa

kelas dari waktu ke waktu, dari hari ke hari, hari ini,

esok atau lusa, selalu menunjukkan suasana yang

berbeda. Kemarin suasana kelas tenang. Boleh jadi

hari ini suasana kelas ribut dan panas. Sewaktu-waktu

kebaikan belajar siswa terganggu dengan datangnya

gangguan dari luar kelas dalam berbagai bentuk dan

jenisnya.

Dalam rangka memperkecil masalah gangguan

dalam pengelolaan kelas, prinsip-prinsip pengelolaan

kelas dapat di pergunakan. Maka adalah penting bagi

guru untuk mengetahui dan menguasai prinsip-prinsip

pengelolaan kelas yang akan diuraikan berikut ini.38

1) Hangat dan Antusias

Hangat dan antusias diperlukan dalam

proses belajar mengajar. Guru yang hangat dengan

anak didik selalu menunjukan antusias pada

tugasnya atau pada aktivitasnya akan berhasil

dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.

2) Tantangan

Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja

atau bahan dengan sajian yang menantang akan

meningkatkan gairah dan menarik perhatian anak

38 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,

184.

Page 24: BAB II KERANGKA TEORI A. Implementasi Keterampilan

33

didik untuk belajar, sehingga mengurangi

kemungkinan munculnya tingkah laku yang

menyimpang. Tambahan lagi, akan dapat menarik

perhatian anak didik dan dapat mengendalikan

gairah belajar mereka.

3) Bervariasi

Penggunaan alat atau media, atau alat

bantu, gaya mengajar, dan pola interaksi akan

mengurangi munculnya gangguan dan

meningkatkan perhatian anak didik. Apalagi bila

penggunaannya bervariasi sesuai dengan

kebutuhan sesaat. Kevariasan dalam penggunaan

apa yang disebutkan di atas merupakan kunci

untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif

dan menghindari kejenuhan.39

4) Keluwesan

Keluwesan tingkah laku guru untuk

mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah

kemungkinan munculnya gangguan anak didik

serta menciptakan iklim belajar mengajar yang

efektif. Keluwesan pengajaran dapat mncegah

munculnya gangguan seperti keributan anak didik,

tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas, dan

sebagainya.

5) Penekanan pada Hal-hal yang Positif

Pada dasarnya mengajar dan mendidik

menekankan hal-hal yang positif dan menghindari

pemusatan perhatian pada hal-hal yang negatif.

Penekanan pada hal yang positif, yaitu penekanan

yang dilakukan guru terhadap tingkah laku anak

didik yang positif dariipada mengomeli tingkah

laku yang negative. Penekanan tersebut dapat

dilakukan dengan pemberian penguatan yang

positif, dan kesadaran guru untuk menghindari

kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses

belajar mengajar.

39 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,

185.

Page 25: BAB II KERANGKA TEORI A. Implementasi Keterampilan

34

6) Penanaman Disiplin Diri

Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah

anak didik dapat mengembangkan disiplin diri

sendiri. Karena itu guru sebaiknya mendorong

anak didik untuk melaksanakan disiplin diri dan

menjadi teladan dalam pengendalian diri dan

pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus

disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya

ikut berdisiplin dalam segala hal.40

f. Beberapa Masalah Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas bukanlah hal yang mudah

dan ringan. Jangankan bagi guru yang baru

menerjunkan diri ke dalam dunia pendidikan, bagi

guru yang sudah profesional pun sudah merasakan

betapa sukarnya mengelola kelas. Namun begitu tidak

pernah guru merasa jenuh dan kemudian jera

mengelola kelas setiap kali mengajar di kelas.

Gagalnya seorang guru mencapai tujuan

pengajaran sejalan dengan ketidakmampuan guru

mengelola kelas. Indikator dari kegagalan itu adalah

prestasi belajar siswa rendah, tidak sesuai dengan

standar atau batas ukuran yang ditentukan. Karena itu,

pengelolaan kelas merupakan kompetensi guru yang

sangat penting dikuasai oleh guru dalam kerangka

keberhasilan proses belajar mengajar.41

Sungguh pun begitu, ternyata keinginan agar

tugas mengelola kelas bukan menjadi beban yang

berat, adalah suatu harapan yang tidak akan menjadi

kenyataan. Apalagi bila kelas yang akan dikelola itu

dengan jumlah siswa yang besar, lebih dari dua puluh

empat orang siswa, menurut kesepakatan para ahli. Di

dalamnya terkumpul berbagai karakteristik siswa yang

bervariasi. Suatu kevariasian yang melahirkan perilaku

yang bermacam-macam pula masalah yang akan

ditimbulkannya.

40 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,

186. 41 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,

194.

Page 26: BAB II KERANGKA TEORI A. Implementasi Keterampilan

35

Keanekaragaman masalah perilaku siswa itu

menimbulkan beberapa masalah pengelolaan kelas.

Menurut Made Pidarta, masalah-masalah pengelolaan

kelas yang berhubungan dengan perilaku anak didik

adalah :

1) Kurang kesatuan, misalnya dengan adanya

kelompok-kelompok, klik-klik, dan pertentangan

jenis kelamin.

2) Tidak ada standar perilaku dalam bekerja

kelompok, misalnya ribut, bercakap-cakap, pergi

ke sana ke mari, dan sebagainya.

3) Reaksi negatif terhadap anggota kelompok,

misalnya ribut, bermusuhan, mengucilkan, dan

merendahkan kelompok bodoh.

4) Kelas mentoleransi keliuan-keluruan temannya,

menerima, dan mendorong perilaku anak didik

yang keliru.

5) Mudah mereaksi ke hal-hal negatif/terganggu,

misalnya bila didatangi monitor, tamu-tamu, iklim

yang berubah, dan sebagainya.

6) Moral rendah, permusuhan agresif, misalnya

dalam lembaga yang alat-alat blajarnya kurang.

Kekurangan uang, dan lain sebagainya.

7) Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan

yang berubah, seperti tugas-tugas tambahan,

anggota kelas yang baru, situasi baru, dan

sebagainya.42

Variasi perilaku anak didik itu menurut Made

Pidarta bukan tanpa sebab. Karena ada faktor-faktor

penyebablah timbulnya variasi perilaku itu. Menurut

faktor-faktor penyebab variasi perilaku itu adalah :

1) Karena pengelompokkan (pandai, sedang, bodoh),

kelompok bodoh akan menjadi sumber negatif,

penolakan, atau apatis.

2) Dari karakteristik individual, seperti kemampuan

kurang, ketidakpuasan atau dari latar belakang

42 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,

195.

Page 27: BAB II KERANGKA TEORI A. Implementasi Keterampilan

36

ekonomi yang rendah yang menghalangi

kemampuannya.

3) Kelompok pandai akan merasa terhalang oleh

teman-temannya yang tidak seperti dia. Kelompok

ini sering menolak standar yang diberikan oleh

guru. Sering juga kelompok ini membentuk norma

sendiri yang tidak sesuai dengan harapan sekolah.

4) Dalam latihan diharapkan semua anak didik tenang

dan bekerja sepanjang jam pelajaran, kalau ada

interupsi atau interaksi mungkin mereka merasa

tegang dan cemas. Karena itu perilaku-perilaku

menyimpang seorang, dua orang bisa ditoleransi

asal tidak merusak kesatuan. Guru harus berusaha

mengadakan situasi agar mereka bisa mengadakan

interaksi.

5) Dari organisasi kurikulm tentang tim teaching,

misalnya anak didik pergi dari satu ke guru yang

lain dan dari kelompok satu ke kelompok yang

lain. Sehingga tenaga mereka banyak dipakai

berjalan, harus menyesuaikan diri berkali-kali,

tidak ada kestabilan, dan harus menyesuaikan

terhadap guru dan metode-metodenya (guru vak).

Pengembangan diri yang sesungguhnya bersumber

dari hubungan sosial menjadi terlambat.43

g. Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas

Keharmonisan hubungan guru dengan anak

didik, tingginya kerja sama diantara anak didik

tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi

yang optimal tentu saja bergantung dari pendekatan

yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas.

Berbagai pendekatan tersebut adalah seperti dalam

uraian berikut.44

1) Pendekatan Kekuasaan

Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu

proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik.

Peranan guru di sini adalah menciptakan dan

43 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,

196. 44 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,

197.

Page 28: BAB II KERANGKA TEORI A. Implementasi Keterampilan

37

mempertahankan situasi disiplin dalam kelas.

Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut

kepada anak didik untuk menaatinya. Di dalamnya

ada kekuasaan dalam norma yang mengikat untuk

ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam

bentuk norma itulah guru mendekatinya.

2) Pendekatan Ancaman

Dari pendekatan ancaman atau intimidasi

ini, pengelolaan kelas adalah juga sebagai suatu

proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik.

Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak didik

dilakukan dengan cara memberikan ancaman,

misalnya melarang, ejekan, sindiran, dan

memaksa.

3) Pendekatan Kebebasan

Pengelolaan diartikan secara suatu proses

untuk membantu anak didik agar merasa bebas

untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan di mana

saja. Peranan guru adalah mengusahakan

semaksimal mungkin kebebasan anak didik.

4) Pendekatan Resep

Dilakukan dengan memberi atau yang

dapat menggambarkan apa yang haru dan apa yang

tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi

semua masalah atau situasi yang terjadi dikelas.

5) Pendekatan Pengajaran

Pendekatan ini didasarkan atas suatu

anggapan bahwa perencanan dan pelaksanaan akan

mencegah munculnya masalah tingkah laku anak

didik. Dan pemecakan diperlukan bila masalah

tidak bisa dicegah.Pendekatan ini menganjurkan

tingkah laku guru dalam mengajar dapat mencegah

atau menghentikan tingkah laku anak didik yang

kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan

dan mengimplementas ikan pelajaran yang baik.45

45 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,

180.

Page 29: BAB II KERANGKA TEORI A. Implementasi Keterampilan

38

6) Pendekatan Perubahan Tingkah Laku

Sesuai dengan namanya pengelolaan kelas

disini diartikan sebagai proses mengubah tingkah

laku anak didik. Peranan guru ialah,

mengembangkan tingkah laku anak didik yang

baik dan mencegah tingkah laku yang kurang baik.

7) Pendekatan Suasana Emosi dan Hubungan Sosial

Pendekatan pengelolaan kelas merupakan

suatu proses menciptakan iklim sosioemosional

yang positif di dalam kelas. Sosioemosional yang

positif artinya adanya hubungan yang positif

antara guru dan anak didik, dan anak didik dengan

anak didik. Di sini guru adalah kunci tehadap

pembentukan hubungan pribadi dan peranannya

adalah menciptakan hubungan pribadi yang sehat.

8) Pendekatan proses kelompok

Pengelolan kelas diartikn sebagai suatu

proses untuk menciptakan kelas sebagai suatu

sisem sosial dimana proses kelompok merupakan

yang paling utama. Peran guru adalah

mengusahakan agar pengembangan dan pelaksaan

proses kelompok afektif. Proses kelompok adalah

usaha mengelompokkan anak didik dalam

beberapa kelompok dengan berbagai pertimbangan

individual sehingga terjadi kelas yang bergairah

dalam belajar.

9) Pendekatan elektis atau pluralistik

Pendekatan elektis ini menekankan pada

potensialitas, kreativitas, dan inisiatif wali/guru

kelas dalam memiih berbgai pendekatan tersebut

berdasarkan situasi yang dihadapinya.46

h. Pengelolaan Kelas yang Efektif

Bila kelas dberikan batasan sebagai

sekelompok orang yang belajar bersama, yang

mendapatkan pengajaran dari guru, maka di dalamnya

terdapat orang-orang yang melakukan kegiatan belajar

46 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,

179.

Page 30: BAB II KERANGKA TEORI A. Implementasi Keterampilan

39

dengan karakteristik mereka masing-masing yag

berbeda dari yang satu dengan yang lainnya.

Perbedaan ini perlu guru pahami agar mudah

dalam melakukan pengelolaan kelas secara efektif.

Menurut Made Pidarta untuk mengelola kelas secara

efektif perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Kelas adalah kelompok kerja yang diorganisasi

untuk tujuan tertentu, yang dilengkapi oleh tugas-

tugas dan diarahkan oleh guru.

2) Dalam situasi kelas, guru bukan tutor untuk satu

anak pada waktu tertentu, tetapi bagi semua anak

atau kelompok.

3) Kelompok mempunyai perilaku sendiri yang

berbeda dengan perilaku-perilaku masing-masing

individu dalam kelompok itu. Kelompok

mempengaruhi individu-individu dalam hal

bagaimana mereka memandang dirinya masing-

masing dan bagaimana belajar.

4) Kelompok kelas menyisipkan pengaruhnya kepada

anggota-anggota. Pengaruh yang jelek dapat

dibatasi oleh usaha guru dalam membimbing

mereka di kelas di kala belajar.

5) Praktik guru waktu belajar cenderung terpusat

pada hubungan guru dan siswa. Makin meningkat

keterampilan guru mengelola kelas secara

kelompok, makin puas anggota-anggota di dalam

kelas.

6) Struktur kelompok, pola komunikasi, dan kesatuan

kelompok ditentukan oleh cara mengelola, baik

untuk mereka yang tertarik pada sekolah maupun

bagi mereka yang apatis, masa bodoh atau

bermusuhan.47

i. Komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas

Komponen-komponen keterampilan pengelolaan

kelas ini pada umumnya dibagi menjadi dua bagian,

yaitu keterampilan yang berhubungan dengan

penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang

47 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,

214.

Page 31: BAB II KERANGKA TEORI A. Implementasi Keterampilan

40

optimal (bersifat preventif) dan keterampilan yang

berhubungan dengan pengembangan kindisi belajar

yang optimal.48

1) Keterampilan yang berhubungan dengan

penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang

optimal (bersifat preventif)

Keterampilan ini berkaitan dengan

kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan

mengendalikan pelajaran serta kegiatan-kegiatan

yang berhubungan dengan hal-hal tersebut yang

meliputi keterampilan sebagai berikut:

a) Sikap Tanggap

Komponen ini ditunjukkan oleh

tingkah laku guru bahwa ia hadir bersama

mereka. Guru tahu kegiatan mereka, tahu ada

perhatian atau tidak ada perhatian, tahu apa

yang mereka kerjakan. Seolah-olah mata guru

ada dibelakang kepala, sehingga guru dapat

menegur anak didik walaupun guru sedang

menulis di papan tulis. Sikap ini dapat

dilakukan dengan cara sebagai berikut:49

(1) Memandang Secara Seksama

Memandang secara seksama dapat

mengundang dan melibatkan siswa dalam

kontak pandang pendekatan guru untuk

bercakap-cakap, bekerja sama dan

menunjukkan rasa persahabatan.

(2) Gerak Mendekati

Gerak guru dalam posisi

mendekati kelompok kecil atau

menandakan kesiagaan, minat dan

perhatian guru yang diberikan terhadap

tugas serta aktivitas anak didik. Gerak

mendekati hendaklah dilakukan secara

wajar, bukan untuk menakuti-nakuti,

48 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,

186. 49 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,

187-188.

Page 32: BAB II KERANGKA TEORI A. Implementasi Keterampilan

41

mengancam, atau memberi kritikan dan

hukuman.

(3) Memberikan Pernyataan

Pernyataan guru terhadap sesuatu

yang dikemukakan siswa didik sangat

diperlukan, baik berupa tanggapan

komentar, ataupun yang lain. Akan tetapi,

haruslah dhindari hal-hal yang

menunjukkan dominasi guru. Misalnya

dengan komentar atas pernyataan yang

mengandung ancaman seperti: “saya

tunggu sampai kalian diam”, “saya atau

kalian yang keluar?” “atau tunggu sampai

kalian diam”, ” saya atau kalian yang

keluar?” “atau “siapa yang tidak senang

dengan pelajaran saya silahkan keluar!”

(4) Memberikan Reaksi Terhadap Gangguan

dan Ketakacuhan

Siswa Kelas tidak selamanya

tenang. Pasti ada gangguan. Hal ini perlu

guru sadari dan jangan dibiarkan. Teguran

perlu dilakukan oleh guru untuk

mengembalikan keadaan kelas. Teguran

guru merupakan tanda bahwa guru ada

bersama anak didik. Teguran haruslah

diberikan pada saat yang tepat dan sasaran

yang tepat pula sehingga dapat mencegah

penyimpangan tingkah laku.

b) Membagi Perhatian

Pengelolaan kelas yang efektif terjadi

bila guru mampu memberi perhatian kepada

bebrapa kegiatan yang berlangsung dalam

waktu yang sama. Membagi perhatian dapat

dilakukan dengan cara visual dan verbal.50

50 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,

188-189.

Page 33: BAB II KERANGKA TEORI A. Implementasi Keterampilan

42

(1) Visual

Mengalihkan pandangan dari suatu

kegiatan kepada kegiatan yang lain dengan

kontak pandang terhadap kelompok lain

dengan kontak pandang terhadap

kelompok siswa atau seorang siswa secara

individual.

(2) Verbal

Guru dapat memberikan komentar,

penjelasan, pertanyaan, dan sebagainya

terhadap aktivitas anak didik pertama

sementara ia memimpin dan terlibat

supevisi pada aktivitas anaka didik yang

lain.

c) Memusatkan Perhatian Kelompok

Kegiatan siswa dalam belajar dapat

dipertahankan apabila dari waktu ke waktu

guru mampu memusatkan perhatian kelompok

terhadap tugas-tugas yang dilakukan. Hal ini

dapat dilaksanakan dengan cara berikut:

(1) Memberi Tanda

Dalam memulai proses belajar

mengajar guru memusatkan pda perhatian

kelompok terhadap suatu tugas dengan

memberi beberapa tanda, misalnya

menciptakan ataau membuat situasi tenang

sebelum memperkenalkan objek,

pertanyaan, atau topik, dengan memilih

anak didik secara random untuk

meresponsnya.

(2) Pertanggungan Jawab

Guru meminta pertanggungjawabn

anak didik atas kegiatan dan

keterlibatannya dalam suatu kegiatan.

Setiap anak didik sebagai anggota

kelompok harus bertanggung jawab

Page 34: BAB II KERANGKA TEORI A. Implementasi Keterampilan

43

terhadap kegiatan sendiri, maupun kegiatn

kelompoknya.51

(3) Pengarahan dan Petunjuk yang Jelas

Guru harus seringkali memberi

pengarahan dan petunjuk yang jelas dan

singkat dalam pelajaran sehingga tidak

terjadi kebingungan pada diri siswa.

(4) Penghentian

Tidak semua gangguan tingkah

laku dapat di ceah atau berhasil dihindari.

Yang diperlukan disini adalah guru dapat

menanggulangi terhadap anak didik yang

nyata-nyata melanggar dan mengganggu

untuk aktif dalam kegiatan di kelas. Bila

anak didik menyela kegiatan anak didik

lain dalam kelompoknya, guru secara

verbal mengomeli atau menghentikan

gangguan anak didik itu.

(5) Penguatan

Untuk menanggulangi anak didik

yang mengganggu atau tidk melakukan

tugas, dapat dilakukan dengn pemberian

penguatn yang di pilih sesuai dengan

masalahnya. Penggunaan penguatan untuk

mengubah tingkah laku merupakan

strategi remedial untuk mengatasi ank

didik yang terus mengganggu atau yang

tidk melakukn tugas.

(6) Kelancaran

Kelancaran atau kemajuan anak

didik dalam belajar sebagai indikator

bahwa anak didik dapat mmusatkan

pehatiannya pada pelajaran yang diberikan

dikelas. Hal ini perlu guru dukung dan

jngan di ganggu dengan hal-hal yang bisa

membuyarkan konsentrasi anak didik.

51 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,

190-192.

Page 35: BAB II KERANGKA TEORI A. Implementasi Keterampilan

44

(7) Kecepatan

Kecepatan di sini diartikan sebagi

tingkat kemajuan yang dicapai anak didik

dalm suatu pelajaran. Yang perlu di

hindari oleh guru adalah kesalahan

menahan kecepatan yang tidak perlu,

menahan penyajian bbahan pelajaran yang

sedang berjlan, atau kemajuan tugas.

2) Keterampilan yang Berkaitan dengan

Pengembalian Kondisi Belajar Yang Optimal.

Keterampilan ini berkaitan dengan respons

guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan

dengan maksud agar guru dapat mengadakan

tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi

belajar yang optimal. Beberapa strategi yang dapat

digunakan oleh guru untuk perbaikan tingkah laku

siswa yang terus menerus menimbulkan gangguan

di kelas antara lain:

a) Modifikasi Tingkah Laku

Guru menganalisis tingkah laku anak

didik yang mengalmi masalah atau kesulitan

dan berusaha memodifikasi tingkah laku

tersebut dengn mengaplikasikan pemberin

oenguatan secara sistematis.

b) Pendekatan Pemecahan Masalah Kelompok

Guru dapat menggtuanakan

pendekaatan pemecahan masalh kelompok

dengan cara :

(1) Memperlancar tugas-tugas :

mengusahakan terjadinya kerja sma yang

baik dalam pelaksanaan tugas.

(2) Memelihara kegiatan-kegiatan kelompok:

memelihara dan memulihkan semangat

anak didik dan menangani konflik yang

timbul.

c) Menemukan dan Mengatasi perilaku yang

Menimbulkan Masalah

Guru dapat menggunakan seperangkat

cara untuk mengendalikan tingkah laku keliru

yang muncul, dan ia mengetahui sebab-sebab

Page 36: BAB II KERANGKA TEORI A. Implementasi Keterampilan

45

dasar yang mengakiibatkan ketidakpatuhan

tingkah laku ersebut serta berusaha untuk

menemukan pemecahannya.52

2. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

a. Pengertian Pembelajaran Sejarah Kebudayanan

Islam

Pembelajaran identik dengan sebuah proses

yang berkesinambungan dalam rangka mencapai suatu

kompetensi tertentu. Kementerian Pendidikan Nasional

memberikan makna umum pembelajaran, yakni

merupakan proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar, pada suatu lingkungan

belajar. Sementara itu menurut Oemar Hamalik,

pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun,

meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,

perlengkapan, dan prosedur yang saling

mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk

membantu peserta didik agar dapat belajar dengan

baik.

Sementara itu, kata sejarah juga mempunyai

makna luas. Hal ini meliputi berbagai hal yang terkait

dengan sebuah era tertentu. Menurut ibn Khaldun,

sejarah mengandung pemikiran, penelitian, dan alasan-

alasan detil tentang perwujudan masyarakat dan dasar-

dasarnya, sekaligus ilmu yang mendalam tentang

karakter berbagai peristiwa. Karena itu, sejarah adalah

ilmu yang orisinil tentang hikmah dan layak untuk

dihitung sebagai bagian dari ilmu-ilmu yang

mengandung kebijaksanaan atau filsafat. Sementara

itu, Syed Sajjad Husain mengemukakan dengan sangat

jelas bahwa kebudayaan adalah sebuah kata yang

sangat sulit untuk didefenisikan.53

52 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar

Mengajar,193-194. 53Sufirmansyah, Manajemen Pembelajaran Sejarah Peradaban Islam,

Jurnal Al-Makrifat Vol 1, No 1 (2016): 129, diakses pada 10 Oktober 2019,

http://ejournal.kopertais4.or.id/tapal

kuda/index.php/makrifat/article/download/3041/2243.

Page 37: BAB II KERANGKA TEORI A. Implementasi Keterampilan

46

Sejarah Kebudayaan Islam merupakan

perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari

masa ke masa dalam usaha bersyariah (beribadah dan

bermuamalah) dan berakhlak serta dalam

mengembangkan sistem kehidupannya yang dilandasi

oleh akidah. Dari kerangka itu, maka Sejarah

Kebudayaan Islam di madrasah merupakan salah satu

mata pelajaran yang menelaah tentang asal-usul,

perkembangan, peranan kebudayaan/peradaban Islam

dan para tokoh yang berprestasi dalam sejarah Islam di

masa lampau, mulai dari perkembangan masyarakat

Islam pada masa Nabi Muhammad SAW dan

Khulafaurrasyidin, Bani ummayah, Abbasiyah,

Ayyubiyah sampai perkembangan Islam di Indonesia.

Secara substansial, mata pelajaran Sejarah Kebudayan

Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi

kepada peserta didik untuk mengenal, memahami,

menghayati sejarah kebudayaan Islam, yang

mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan

untuk melatih kecerdasan membentuk sikap, watak,

dan kepribadian peserta didik.54

SKI adalah mata pelajaran agama Islam yang

diberikan di Madrasah Ibtidayah mulai kelas III

sampai VI. SKI mengungkap kejadian-kejadian masa

lampau. Karakteristik sejarah kebudayaan Islam

menekankan pada kemampuan mengmbil ibrah dari

peristiwa-peristiwa berserah (Islam), meneladani

tokoh-tokoh berpretasi, dan mengaitkannya dengan

fenomena social, budaya, politik, ekonomi, iptek dan

lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan

peradaban Islam.

Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah

Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI

yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan,

peranan kebudayaan/peradaban Islam dan para tokoh

yang berprestasi dalam sejarah Islam di masa lampau,

54 Rofik, Nilai Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dalam

Kurikulum Madrasah, Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol. XII, No. 1 (2015): 20,

diakses pada 1 Februari 2020, http://media.neliti.com/media/publications/117985-

ID-nilai-pembelajaran-sejarah-kebudayaan-is.pdf.

Page 38: BAB II KERANGKA TEORI A. Implementasi Keterampilan

47

mulai dari sejarah masyarakat Arab pra-Islam, sejarah

kelahiran dan kerasulan Nabi Muhammad SAW,

sampai masa khulafaurrasyidin. Secara substansial

mata pelaran Sejarah Kebudayaan Islam memiliki

konstribusi dalam memberikan motivasi kepada

peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati

Sejarah Kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-

nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih

kecerdasan, membentuk sikap, watak dan kepribadian

peserta didik.

Ruang lingkup Sejarah Kebudayaan Islam di

Madrasah Ibtidaiyah meliputi:

1) Sejarah masyarakat Arab pra-Islam, sejarah

kelahiran dan kerasaulan Nabi Muhammad SAW.

2) Dakwah Nabi Muhammad SAW dan para

sahabanya yang meliputi kegigihan dan

ketabahannya dalam berdakwah, kepribadian Nabi

Muhammad SAW, hijrah Nabi Muhammad SAW

ke Thoif, peristiwa Isra’Mi’raj Nabi Muhammad

SAW.

3) Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW ke

Yatsrib, Kperwiraan Nabi Muhammad Saw,

peristiwa Fathul Mekah dan peristiwa akhir hayat

Rasulullah SAW.

4) Peristiwa-perisriwa pada masa Khulafaurrasyidin.

5) Sejarah perjuangan Wali Songo.55

b. Tujuan Sejarah Kebudayaan Islam

Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah

Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI

yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan,

peranaan kebudayaan/peradaban Islam dan para tokoh

yang berprestasi dalam sejarah Islam pada masa

lampau, mulai dari sejarah masyarakat Arab pra-Islam,

sejarah kelahiran dan kerasulan Nabi Muhammad

SAW, sampai dengan masa Khulafurrasyidin. Secara

substansial, mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

55 Peraturan Menteri Agama RI No. 000912 Tahun 2013 tentang

Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa

Arab.

Page 39: BAB II KERANGKA TEORI A. Implementasi Keterampilan

48

memiliki konstribusi dalam memberikan motivasi

kepada peserta didik untuk mengenal, memahami,

menghayati sejarah kebudayaan Islam, yang

mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan

untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak

dan kepribadian peserta didik.

Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di

Madrasah Ibtidaiyah bertujuan agar peserta didik

memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut:

1) Membangun kesadaran peserta didik tentang

pentingnya mempelajari landasan ajaran, nilai-

nilai dan norma-norma Islam yang telah dibangun

oleh Rasulullah dalam rangka mengembangkan

kebudayaan dan peradaban Islam.

2) Membangun kesadaran peserta didik tentang

pentingnya waktu dan tempat yang merupakan

sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan

masa depan.

3) Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami

fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada

pendekatan ilmiah.

4) Menumbuhkan apresiasi dan peng hargaan peserta

didik terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai

bukti peradaban umat Islam di masa lampau.

5) Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam

mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa

bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh

berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena

sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni,

dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan

dan peradaban Islam.56

56 Peraturan Menteri Agama RI No. 000912 Tahun 2013 tentang

Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa

Arab.

Page 40: BAB II KERANGKA TEORI A. Implementasi Keterampilan

49

B. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang relevan dalam penelitian ini antara

lain:

1. Sunhaji, “Konsep Manajemen Kelas dan Implikasinya

dalam Pembelajaran”. Journal Kependidikan, Menjelaskan

bahwa Sulitnya mengelola kelas. Persamaan penelitian di

atas dengan skripsi penulis yaitu, sama-sama berupaya

untuk membentengi pembelajaran agar berjalan sesuai

dengan tujuan yang diharapkan. Perbedaan penelitian di

atas tidak difokuskan dalam satu pembelajaran tertentu

sedangkan dalam skripsi penulis menilai dari cara guru

terampil dalam mengelola kelas dalam pembelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam.

2. St. Fatimah Kadir, “Keterampilan Mengelola Kelas dan

Implementasinya dalam Proses Pembelajaran”, Journal Al-

Ta’dib, Menjelaskan tentang Keragaman latar belakang

siswa dan kemampuan belajarnya menjadi fokus dalam

mengelola kelas. Persamaan penelitian di atas dengan

skripsi penulis yaitu, sama-sama menjelaskan tentang

keterampilan pengelolaan kelas. Perbedaannya yaitu

kemampuan dan kecendrungan yang dimiliki siswa

berkaitan dengan sikap belajar siswa sedangkan di skripsi

penulis sikap belajar siswa bergantung dengan cara guru

dalam mengelola kelasnya.

3. Juwita W. Arfani, “Manajemen Kelas yang Efektif”,

Journal Akutabilitas Manajemen Pendidikan, Menjelaskan

tentang bagaimana pemahaman teoritik para guru terhadap

manajemen kelas. Persamaan penelitian di atas dengan

skripsi penulis yaitu, menerapkan manajemen kelas.

Perbedaan penelitian di atas meneliti apa saja faktor

penghambat dari teknologi dan multimedia dalam

manajemen kelas, sedangkan peneliti tidak menekankan

pada faktor penghambatnya tetapi lebih menjelaskan

tentang kegiatan pengelolaan kelas.

Ketiga penelitian tersebut memiliki persamaan dengan

penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu sama-sama

meneliti pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru pada

sebuah kegiatan pembelajaran agar berjalan sesuai dengan

tujuan yang diharapkan.

Page 41: BAB II KERANGKA TEORI A. Implementasi Keterampilan

50

Kemudian terdapat perbedaan penelitian yang peneliti

lakukan dengan ketiga penelitian terdahulu tersebut yaitu

seberapa jauh implementasi keterampilan pengelolaan kelas

yang dilaksanakan oleh guru dan hasil dari pembelajaran

dalam mata pelajaran Sejarah Kebudaayaan Islam di MI NU

Miftahul Ulum Karangampel Kaliwungu Kudus, dengan

subjek penelitian peserta didik kelas III sampai VI serta guru

SKI itu sendiri.

C. Kerangka Berpikir

Peran guru di dalam kelas selain tuntutan bagaimana

dalam memberikan atau mengelola pembelajaran seorang guru

juga harus mampu mengelola kelasnya dengan baik agar

jalannya pendidikan dan pengajaran dengan menerapkan

kurikulum 2013 di kelas itu lancer dan mulus. Guru sebagai

tenaga profesional berperan penting dalam peningkatan mutu

pembelajaran, karena guru berinteraksi secara langsung

dengan siswa dalam proses pembelajaran. Gurulah yang

bertanggung jawab penuh pada kondusif-tidaknya kondisi

sebuah kelas. Jika guru mampu melaksanakan pengelolaan

kelas dengan baik, maka suasana belajar dalam kelas akan

menjadi baik, dan ini artinya tujuan pembelajaran berlangsung

secara efektif dan efisien.

Terciptanya kelas yang kondusif tentu tidak lepas dari

pengaturan peserta didik (personal) dan pengaturan ruang

kelas (fisik) yang baik serta mampu menghilangkan

gangguan-gangguan ataupun hambatan-hambatan yang ada di

dalam kelas. Diharapkan semua yang ada di kelas itu aman,

nyaman, tenang, dapat belajar dengan baik dan memanfaatkan

waktu yang tersedia dengan kegiatan yang berguna berfokus

pada pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yng diberikan

sehingga dengan pengelolaan kelas yang berkualitas maka

pembelajaran SKI ini pun akan berkualitas dan efektif.

Penelitian ini menekankan pada pengembangan kompetensi

profesional guru di MI NU Miftahul Ulum Karangampel

Kaliwungu Kudus dilihat dalam konteks pengelolaan kelas.

Dalam hal ini perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

pengelolaan kelas sangatlah penting untuk meningkatkan

kinerja guru agar menjadi guru yang profesional serta

menghasilkan peserta didik yang berprestasi. Kerangka pikir

dalam penilitian ini digambarkan sebagai berikut:

Page 42: BAB II KERANGKA TEORI A. Implementasi Keterampilan

51

Gambar 2.1

Kerangka Berpikir

Guru

Rencana Program Pembelajaran (RPP) Mata

Pelajaran SKI

Keterampilan Pengelolaan

Kelas

Mengelola

Kondisi

Emosional

Mengelola

Kondisi Fisik

Tingkah laku

Kedisiplinan

Perhatian

Gairah belajar

Dinamika

kelompok

Letak duduk

Kenyamanan

Penempatan

siswa

Ventilasi

Pencahayaan

Kondisi belajar yang kondusif (merasa nyaman, aman dan

tenang)

Motivasi belajar siswa

Proses pembelajaran SKI

Prestasi belajar

siswa