bab ii kajian teori -...

17
BAB II KAJIAN TEORI 2.2 Kinerja 2.2.1 Pengertian Kinerja Mangkunegara (2002) menyatakan kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja dalam bahasa Indonesia disebut juga dengan prestasi kerja, kinerja atau persepsi kerja (Performance) diartikan sebagai ungkapan kemampuan yang didasari oleh kemampuan , sikap keterampilan dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu (Timotius,dalam Retno, 2008). Sedangkan Steers (dalam Sukono, 2009) menyatakan kinerja adalah fungsi gabungan dari tiga faktor penting yaitu a) Kemampuan, perangi dan minat seorang pekerja b) Kejelasan dan penerimaan atas peranan seorang pekerja c) Tingkat motivasi pekerja Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah pencapaian hasil kerja dari segala sesuatu yang diusahakan yang merupakan output dari sebuah proses. Kinerja merupakan kata benda yang abstrak yaitu memiliki pengertian suatu potensi untuk melakukan kinerja. Untuk itu kinerja seseorang tidak dapat diukur secara lahiriah semata akan tetapi juga dilihat dari indikator sebagai hasil 7

Upload: vuphuc

Post on 07-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7356/2/T1_132008060_BAB II.pdf · sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja dalam

1

42

BAB II

KAJIAN TEORI

2.2 Kinerja

2.2.1 Pengertian Kinerja

Mangkunegara (2002) menyatakan kinerja adalah hasil kerja secara kualitas

dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugas

sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja dalam bahasa

Indonesia disebut juga dengan prestasi kerja, kinerja atau persepsi kerja

(Performance) diartikan sebagai ungkapan kemampuan yang didasari oleh

kemampuan , sikap keterampilan dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu

(Timotius,dalam Retno, 2008). Sedangkan Steers (dalam Sukono, 2009)

menyatakan kinerja adalah fungsi gabungan dari tiga faktor penting yaitu

a) Kemampuan, perangi dan minat seorang pekerja

b) Kejelasan dan penerimaan atas peranan seorang pekerja

c) Tingkat motivasi pekerja

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah pencapaian hasil

kerja dari segala sesuatu yang diusahakan yang merupakan output dari sebuah

proses. Kinerja merupakan kata benda yang abstrak yaitu memiliki pengertian

suatu potensi untuk melakukan kinerja. Untuk itu kinerja seseorang tidak dapat

diukur secara lahiriah semata akan tetapi juga dilihat dari indikator sebagai hasil

7

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7356/2/T1_132008060_BAB II.pdf · sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja dalam

2

42

dari kerja. Mampu tidaknya seseorang melakukan kerja bisa dijadikan ukuran

tinggi rendahnya kinerja seseorang.

2.3 Kinerja Guru

Dalam proses belajar mengajar guru memiliki peran yang sangat penting.

Selain guru menjadi seorang pengajar, tetapi guru juga sebagai seorang

pembimbing yang mendorong potensi siswa, mengembangkan alternatif dan juga

memobilisasi siswa dalam belajar. Silberman (dalam Kusmedi, 2003) menyatakan

bahwa yang dimaksud kinerja guru adalah kemampuan dan prestasi guru dalam

melaksanakan tugas pokoknya sebagai guru. Pengertian kinerja guru tersebut

diperjelas dengan pendapat Usman (dalam Retno, 2008) yaitu : a) Tugas dalam

bidang profesi yang meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. b ) Tugas guru

dalam bidang kemanusiaan dimana guru harus menjadikan dirinya menjadi orang

tua kedua, c) Tugas guru dalam bidang kemasyarakatan adalah mencerdaskan

bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan

pancasila.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah suatu

kemampuan atau prestasi kerja guru yang meliputi empat dimensi yaitu job

knowledge, motivation, interpersonal relation with other, dan supervision

required.

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7356/2/T1_132008060_BAB II.pdf · sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja dalam

3

42

2.3.1 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Guru

Guru merupakan kunci keberhasilan bagi peserta didiknya. Guru memiliki

peran yang sangat penting dalam pendidikan yaitu selain hanya sebagai pendidik

juga sebagai pembimbing sekaligus sebagai fasilitator bagi para peserta didiknya.

Keberadaan guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya tidak

terlepas dari pengaruh faktor ekternal dan internal dalam kehidupannya.

Setyowati(2010) menyatakan 8 faktor yang mempengaruhi kinerja guru meliputi:

1. Kepribadian seseorang

2. Pengembangan profesi

3. Kemampuan mengajar

4. Hubungan dan komunikasi dengan rekan kerja

5. Hubungan dengan masyarakat

6. Kedisiplinan

7. Kesejahteraan

8. Iklim kerja

Dengan kinerja yang optimal dalam sebuah kelembagaan, maka akan

tercapai produktivitas yang tinggi pula dalam lembaga tersebut, dan sebaliknya

apabila dalam lembaga tersebut kinerja yang tidak optimal maka produktivitas

yang rendah akan terjadi dalam lembaga tersebut.

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7356/2/T1_132008060_BAB II.pdf · sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja dalam

4

42

2.3.2 Upaya Peningkatan Kinerja

Mulyasa (2004) menyatakan bahwa ada beberapa upaya yang dapat

dilakukan untuk meningkatkan kinerja para tenaga kependidikan, antara lain:

a. Pembinaan disiplin tenaga kependidikan

Dalam membina disiplin tenaga kependidikan harus berpedoman pada,

dari dan untuk tenaga kependidikan, sedangkan sekolah adalah tutwuri

handayani.

b. Pemberian Motivasi

Keberhasilan sebuah organisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor baik

yang datang dari luar ataupun yang berasal dari dalam organisasi tersebut. Dari

berbagai faktor tersebut motivasi merupakan faktor yang paling dominan, hal

ini dikarenakan motivasi mampu menggerakkan faktor faktor yang lainnya dan

merupakan faktor yang paling utama dalam kinerja. Para tenaga kependidikan

akan bekerja dengan sungguh sungguh apabila memiliki motivasi yang sangat

tinggi. Begitu pula dengan guru pembimbing, karena guru pembimbing

merupakan salah satu dari tenaga kependidikan maka guru pembimbing akan

melakukan pekerjaannya dengan baik apabila ada motivasi untuk

melakukannya.

Salah satu yang menjadi motivator guru pembimbing adalah kepala

sekolah. Dengan demikian kepala sekolah dituntut untuk dapat membangkitkan

motivasi kepada tenaga kependidikan, supaya kinerja tenaga kependidikan

dapat secara optimal.

c. Penghargaan (Rewards)

Penghargaan tidak kalah pentingnya dengan motivasi. Penghargaan

dilakukan dengan maksut untuk memotivasi kinerja tenaga kependidikan.

Apabila tenaga kependidikan yang berprestasi diberikan sebuah penghargaan

tentunya hal ini akan menjadikan seseorang dalam melaksanakan tanggung

jawabnya akan lebih baik lagi, hal ini juga dapat menjadi sebuah tantangan

bagi tenaga kependidikan yang tidak memiliki motivasi. Atau tingkat

kinerjanya yang rendah.

d. Persepsi

Persepsi yang baik akan menumbuhkan iklim kerja yang kondusif

sekaligus akan meningkatkan produktivitas kerja. Kepala sekolah dituntut

untuk menjadikan persepsi tenaga kependidikan yang baik, apabila iklim

tenaga kependidikan yang baik tentunya upaya peningkatan atau menciptakan

sebuah organisasi yang maju akan semakin mudah, dikarenakan para tenaga

kependidikan yang saling membutuhkan dan saling bekerja sama

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7356/2/T1_132008060_BAB II.pdf · sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja dalam

5

42

2.3.3 Kinerja Guru Pembimbing Di Sekolah

Guru pembimbing merupakan petugas pelaksana utama yang mengkoordinir

semua kegiatan yang terkait dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan BK di

sekolah (Depdikbud, dalam Retno 2008). Agar guru pembimbing dapat

melaksanakan kegiatan BK disekolah dengan optimal maka mereka perlu

diberikan penambahan, perluasan dan pendalaman tentang konsep konsep yang

berhubungan dengan kinerja.

Agar suatu penilaian kinerja secara umum didasarkan pada sifat sifat dan

karakteristik dari macam pekerjaan dan orangnya, untuk menentukan parameter

ukurnya maka kinerja menurut AS’ad (2003) digolongkan kedalam empat dimensi

yaitu:

a) Job Knowledge

Job Knowledge adalah pengetahuan karyawan mengenai prosedur prosedur dan

bahan bahan termasuk dalam phase pekerjaan.

b) Motivation

Dorongan yang kuat untuk bekerja keras pada hari hari kerja

c) Interpersonal Relation With Others

Adalah kemampuan dari karyawan untuk bekerja dengan rekan sekerja serta

dengan atasannya

d) Supervision Required

Kemampuan dari karyawan untuk memecahkan masalah masalah dengan

pengawasan yang terbatas.

Dari uraian tentang keempat dimensi di atas maka Yusuf (2005)

menyebutkan kompetensi guru pembimbing sebagai berikut:

a. Memahami konsep konsep bimbingan dan konseling serta ilmu bantu

lainnya.

b. Memahami karakteristik pribadi siswa khususnya tugas tugas perkembangan

siswa beserta faktor faktor yang mempengaruhinya

c. Mensosialisasikan (Memasyarakatkan) program layanan bimbingan dan

konseling

d. Merumuskan perencanaan program layanan bimbingan dan konseling

e. Melaksanakan program layanan bimbingan yaitu : layanan dasar bimbingan,

layanan responsif, layanan perencanaan individual, layanan dukungan

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7356/2/T1_132008060_BAB II.pdf · sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja dalam

6

42

sistem. Dalam hal ini guru pembimbing dituntut untuk memiliki pemahaman

dan keterampilan dalam melaksanakan layanan layanan : orientasi,

informasi, bimbingan kelompok, konseling individual maupun kelompok,

pembelajaran, penempatan maupun referral

f. Mengevaluasi program hasil (perubahan sikap dan perilaku siswa baik dalam

aspek pribadi, sosial, belajar maupun karier).

g. Menindaklanjuti (follow up) hasil evaluasi. kegiatan tindak lanjut ini

mungkin bisa berbentuk: usaha perbaikan/penyempurnaan program,

peningkatan kualitas layanan, penambahan fasilitas, dan penyampaian hasil

evaluasi kepada pihak terkait disekolah

h. Menjadi konsultan bagi guru dan orangtua siswa. sebagai konsultan ia

berperan untuk menolong mereka, melalui pemberian informasi, konsultasi,

atau dialog tentang hal ihwal siswa. Dengan kegiatan ini guru dan orangtua

diharapkan dapat membantu siswa dalam rangka mengembangkan dirinya

secara optimal. konsultasi dengan guru, dapat ,menyangkut : motivasi belajar

siswa, tingkah laku siswa, kebiasaan belajar siswa, dan pengelolaan kelas.

i. Bekerjasama dengan pihak pihak lain yang terkait

j. Mengadministrasikan program layanan bimbingan

k. Menampilkan pribadi secara matang baik menyangkut aspek emosional,

sosial maupun moral-spiritual. Berdasarkan temuan penelitian, sifat pribadi

konselor atau guru pembimbing yang disenangi siswa adalah : baik

hati/ramah, mau membantu memecahkan masalah siswa, bertanggung jawab,

tidak pilih kasih/adil, berwawasan luas, memahami psikologi, kreatif,

disiplin, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

l. Memiliki kemauan dan kemampuan untuk senantiasa mengembangkan

model layanan bimbingan seiring dengan kebutuhan dan masalah siswa serta

perkembangan masyarakat (sosial – budaya atau dunia industri).

m. Mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatanya kepada kepala sekolah.

2.4 Kepemimpinan

2.4.1 Pengertian Kepemimpinan

Wirawan (dalam Sukono, 2009) menyatakan kepemimpinan sebagai proses

pemimpin menciptakan visi, mempengaruhi sikap, perilaku, pendapat nilai nilai

norma dan sebagainya dari pengikut untuk merealisasi visi. Kepemimpinan

merupakan kemampuan untuk menggerakkan, memotivasi dan mengarahkan

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7356/2/T1_132008060_BAB II.pdf · sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja dalam

7

42

suatu tindakan seseorang atau kelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu

agar berjalan dengan baik.

Mulyasa (2004) menyatakan kepemimpinan adalah kemampuan untuk

mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan suatu tindakan pada diri sese-

orang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu.

Sutisna (1993) merumuskan kepemimpinan sebagai suatu “proses mempengaruhi

kegiatan seseorang atau kelompok dalam usaha ke arah pencapaian tujuan dalam

situasi tertentu”. Sementara Supardi (1988) mendefinisikan kepemimpinan

sebagai “kemampuan untuk menggerakkan, mempengaruhi, memotivasi,

mengajak, menasehati, membimbing, menyuruh, memerintah, melarang, dan

bahkan menghukum (kalau perlu), serta membina dengan maksud agar manusia

sebagai media manajemen mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan

administrasi secara efektif dan efisien. Kepemimpinan merupakan faktor penting

dalam kehidupan organisasi yang merupakan posisi kunci. Karena kepemimpinan

seorang manajer berperan sebagai penyelaras dalam proses kerja sama antar

manusia dalam organisasinya.

Kepemimpinan seorang manajer akan mampu membedakan karakteristik satu

organisasi dengan organisasi lainnya, seperti organisasi pendidikan.

Kepemimpinan yang dinamik dan efektif merupakan sumber daya yang paling

pokok. Seorang pemimpin akan dapat menjalankan kepemimpinannya secara

dinamik dan efektif bila memahami teori kepemimpinan sebagaimana dikatakan

oleh Sujak (1990). Dengan memahami teori kepemimpinan, manajer akan dapat

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7356/2/T1_132008060_BAB II.pdf · sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja dalam

8

42

meningkatkan pemahaman terhadap dirinya sendiri, mengetahui beberapa kele-

mahan maupun potensi pribadinya, serta akan dapat meningkatkan pemahaman

terhadap bagaimana seperlunya memperlakukan bawahan.

2.4.2. Kepemimpinan Pendidikan

2.4.2.1. Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pendidikan

Fungsi utama Kepala Sekolah sebagai pemimpin pendidikan ialah men-

ciptakan situasi pendidikan sehingga guru-guru dapat mengajar dan melatih secara

inovatif dan siswa dapat belajar dan berlatih dengan baik. Sebagaimana

dirumuskan oleh Sarwono Prawirohardjo yang dikutip Rozana dan Sartono

(1995), pemimpin adalah orang yang berhasil menimbulkan perasaan ikut serta,

ikut bertanggung jawab pada bawahan atas pekerjaan yang sedang dise-

lenggarakan di bawah kepemimpinannya. Dalam melaksanakan fungsi tersebut,

Kepala Sekolah memiliki tanggung jawab ganda, yaitu melaksanakan administrasi

sekolah sehingga tercipta situasi persekolahan yang baik dan menyenangkan. Di

samping itu Kepala Sekolah juga melaksanakan supervisi sehingga guru-guru

bergairah dan berkembang dalam menjalankan tugas-tugas kependidikan dan

membimbing siswa agar berkembang kemampuan siswa sesuai dengan program

pembelajaran dan sasaran pendidikan.

Dalam menjalankan fungsinya Kepala Sekolah melaksanakan kiat dan

strategi yang ditampilkan dalam bentuk perilaku kepemimpinan yang disebut

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7356/2/T1_132008060_BAB II.pdf · sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja dalam

9

42

sebagai proses untuk menyatukan pekerjaan dan orang untuk mencapai tujuan

organisasi sekolah.

2.4.2.2. Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Peningkatan Kinerja

Kepemimpinan Kepala Sekolah memiliki fungsi penting dalam kaitan

dengan pengembangan profesionalisme guru. Prinsip-prinsip dan praktek

kepemimpinan Kepala Sekolah hendaknya dikaitkan dengan peran Kepala

Sekolah dan kedudukan pimpinan lainnya yang relevan beserta peran

kepemimpinan khusus yang meliputi hubungan dengan staf, siswa, orang tua

siswa dan orang-orang lain di lingkungan komunitas sekolah.

Sejarah pertumbuhan peradaban manusia banyak menunjukkan bukti bahwa

salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dan keberlangsungan organisasi

adalah kuat tidaknya kepemimpinan. Kegagalan dan keberhasilan organisasi

banyak ditentukan oleh pemimpin karena pemimpin merupakan pengendali dan

penentu arah yang hendak ditempuh oleh organisasi ke tujuan yang ingin dicapai.

Hal ini sejalan dengan gagasan Siagian (1994) bahwa arah yang hendak ditempuh

oleh organisasi menuju tujuan perlu sedemikian rupa hingga mengoptimalkan

pemanfaatan segala sarana dan prasarana yang tersedia. Arah yang dimaksud

tertuang dalam strategi dan taktik yang disusun dan dijalankan oleh organisasi

yang bersangkutan. Perumus serta penentu strategi dan taktik adalah pemimpin

dalam organisasi.

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7356/2/T1_132008060_BAB II.pdf · sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja dalam

10

42

Sutermeister (dalam Umbu Tagela, 2004) mengemukakan ada beberapa fak-

tor penentu produktivitas kerja antara lain iklim kepemimpinan (leadership

climate), tipe kepemimpinan (type of leadership), dan pemimpin (leaders). Sager

(dalam Mulyasa, 2004) mengemukakan 6 faktor yang ikut menentukan produk-

tivitas, yaitu pendidikan, teknologi, derajat kesehatan dan tingkat upah minimal.

Berdasarkan uraian di depan, disimpulkan bahwa perilaku kepemimpinan

berpengaruh terhadap kinerja pegawai untuk meningkatkan produktivitas kerja

demi mencapai tujuan. Dalam kaitan dengan perilaku kepemimpinan dalam

menerapkan Managemen Berbasis Sekolah, perlu dipahami bahwa setiap

pemimpin bertanggung jawab mengarahkan apa yang baik bagi pegawai, guru dan

siswa. Pemimpin sendiri perlu berbuat baik, pemimpin juga perlu menjadi contoh,

sabar dan penuh pengertian.

2.4.3. Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan (Bahasa Inggris : Leadership Style) diartikan sebagai

pola tindak seseorang dari seorang pemimpin sebagai ciri kepemimpinannya.

Gaya kepemimpinan adalah pola tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti

yang dipersepsikan orang-orang yang dipimpinnya (Davis & Newstorm, dalam

Umbu Tagela, 2004 ). Hal ini sejalan dengan pendapat (Hersey & Blanchard

dalam , Iganatius Onduko,1994) yang menyatakan bahwa : Gaya kepemimpinan

adalah pola tingkah laku yang ditampilkan ketika mencoba mempengaruhi tingkah

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7356/2/T1_132008060_BAB II.pdf · sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja dalam

11

42

laku orang lain seperti yang dipersepsikan oleh orang yang akan kita pengaruhi

tersebut.

Menurut Hersey & Kenneth H. Blanchard (dalam Iganatius Onduko, 1994)

pada dasarnya gaya kepemimpinan seseorang terbagi pada dua kecenderungan,

yaitu :

1. Berorientasi pada tugas (task behavior)

Gaya ini ditandai dengan adanya beberapa hal seperti : pemimpin

memberikan petunjuk-petunjuk kepada bawahan, selalu mengadakan pengawasan

secara ketat, menyakinkan kepada bawahan bahwa tugas-tugas harus dapat

dilaksanakan sesuai dengan keinginan pemimpin dan pemimpin lebih

menekankan kepada pelaksanaan tugas daripada pembinaan dan pengembangan

bawahan.

2. Berorientasi pada hubungan (relationship behavior)

Sedangkan gaya kepemimpinan ini, sebaliknya ditandai dengan beberapa

gejala seperti berikut : pemimpin lebih memberikan motivasi daripada

memberikan pengawasan terhadap bawahan, pemimpin melibatkan bawahan

dalam pengambilan keputusan, pemimpin lebih bersikap penuh kekeluargaan,

percaya, hubungan kerjasama yang saling hormat menghormati diantara sesama

anggota kelompok.

Selanjutnya Hersey dan Blanchard, dalam Umbu Tagela (2004)

membedakan dua kecenderungan tersebut ke dalam empat gaya kepemimpinan,

yaitu : Telling, Selling, Participating dan Delegating.

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7356/2/T1_132008060_BAB II.pdf · sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja dalam

12

42

1. Gaya kepemimpinan Telling

Gaya kepemimpinan Telling adalah gaya kepemimpinan yang ditandai

perilaku pemimpin yang tidak mempercayai bawahannya dan banyak memberikan

instruksi kepada bawahan untuk melakukan segala sesuatu yang harus dilakukan

tanpa memperhatikan kualitas hubungan antar pribadi dengan bawahannya. Gaya

kepemimpinan ini pemimpin hanya memberikan instruksi dan pengarahan yang

jelas tentang sebuah tugas. Ciri dari gaya ini adalah : pemimpin memberikan

perintah khusus, pengawasan dilakukan secara ketat, pemimpin menerangkan

kepada bawahan apa yang harus dikerjakan, bagaimana mengerjakan, kapan harus

dilaksanakan pekerjaan itu, dan dimana pekerjaan itu harus dilakukan.

2. Gaya kepemimpinan Selling

Gaya kepemimpinan Selling adalah gaya kepemimpinan dimana pemimpin

menekankan dua arah serta membantu meningkatkan motivasi dan kepercayaan

diri anggota, tetapi pemimpin tetap memegang tanggung jawab dan

mengendalikan pengambilan keputusan. Gaya kepemimpinan ini ditandai dengan

tingginya tuntutan menyelesaikan tugas tetapi pemimpin juga sangat

memperhatikan kualitas hubungan dengan bawahannya. Ciri dari gaya selling ini

adalah: tinggi tugas dan tinggi hubungan, pemimpin menerangkan keputusan,

pemimpin memberikan kesempatan untuk penjelasan, pemimpin masih banyak

melakukan banyak pengarahan, pemimpin melakukan komunikasi dua arah.

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7356/2/T1_132008060_BAB II.pdf · sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja dalam

13

42

3. Gaya kepemimpinan Participating

Gaya kepemimpinan Participating, adalah gaya kepemimpinan dimana

pemimpin dan anggota berbagi pengambilan keputusan dan pemimpin tidak

banyak atau hanya memberikan perintah secara langsung. Gaya ini ditandai

dengan perilaku pemimpin yang lebih banyak memfokuskan perhatian pada

kualitas hubungan dan kurang memperhatikan penyelesaian tugas-tugas. Gaya ini

ditandai dengan ciri tinggi hubungan dan rendah tugas, dimana pemimpin dan

bawahan saling memberikan gagasan dan membuat keputusan.

4. Gaya Kepemimpinan Delegating

Gaya kepemimpinan Delegating adalah gaya kepemimpinan dimana

pemimpin tidak memperhatikan tugas dan hubungan dengan bawahan. Gaya

kepemimpinan ini ditandai dengan tingkat kepercayaan yang tinggi dari pemimpin

kepada bawahan untuk melakukan tugas sendiri dengan sedikit pengarahan dan

sedikit sekali kualitas hubungan antar personalnya. Ciri dari gaya ini adalah

mempunyai hubungan dan tugas rendah, pemimpin melimpahkan pembuatan

keputusan dan pelaksanaan kepada bawahan, dimana seorang pemimpin

membutuhkan visi dan target yang jelas dari apa yang didelegasikan. Kurang

intensifnya delegating bisa membuat penafsiran dan pelaksanaan berbeda dari apa

yang diinginkan. Karena itu, jika ingin memakai gaya seperti ini, seorang

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7356/2/T1_132008060_BAB II.pdf · sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja dalam

14

42

pemimpin harus bisa mengkomukasikan visi dan targetnya secara jelas, sehingga

para bawahannya bisa melihat dari hasil kerjanya.

Menurut Hersey & Blanchard Gaya kepemimpinan Selling dan

Participating, adalah gaya kepemimpinan yang secara teoritis mampu

mengembangkan kreativitas bawahan, karena gaya kepemimpinan tersebut lebih

berorientasi pada hubungan. Kepala Sekolah yang cenderung menggunakan gaya

tersebut akan berusaha memberikan rasa aman secara psikologis kepada

guru/siswa dan karyawan, memperhatikan perasaan dan kebutuhan guru, siswa

dan karyawan.

Gaya kepemimpinan Telling yang dengan ciri banyak memberikan instruksi

dan tidak memperhatikan kualitas hubungan kepada orang-orang yang dipimpin

secara teoritis akan menghambat perkembangan kreativitas. Demikian juga

dengan gaya kepemimpinan Delegating yang digunakan Kepala Sekolah secara

teoritis berhubungan secara negatif, karena mempunyai ciri rendah hubungan dan

rendah tugas, artinya dalam menerapkan gaya kepemimpinan Delegating Kepala

Sekolah sedikit sekali memberikan tuntunan dan arahan kepada guru demikian

juga dengan perhatian kepada hubungan antar pribadi tidak terlalu menjadi

perhatian.

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7356/2/T1_132008060_BAB II.pdf · sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja dalam

15

42

2.4.4. Kriteria Keberhasilan Pemimpin

Untuk mengetahui apakah seorang pemimpin berhasil dalam melaksanakan

tugas dan fungsinya dengan baik, Mulyasa (2004) mengemukakan beberapa

kriteria, yaitu:

1) Dinamika organisasi.

2) Pengaruh atau kewibawaan pemimpin.

3) Sikap bawahan terhadap atasan.

Dari ketiga hal tersebut penulis uraikan sebagai berikut:

1. Dinamika Organisasi

Organisasi berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan yang dalam

kaitan dengan kepemimpinan seseorang dalam memimpin oraganisasi dapat

dilihat dari berbagai indikasi sebagai berikut (Mulyasa, 2004):

1) Penampilan Kelompok.

2) Pencapaian Tujuan Kelompok.

3) Berlangsungnya Hidup Kelompok.

4) Pertumbuhan Kelompok.

5) Kesiagaan Kelompok.

6) Kemampuan Menyelesaikan Krisis.

2. Pengaruh Pemimpin

Pengaruh atau kewibawaan pemimpin sangat menentukan keberhasilan.

Seorang pemimpin yang berhasil, dapat dilihat melalui berbagai kriteria (Mulyasa

2004), yaitu:

1) Apakah pemimpin mampu meningkatkan rasa kebersamaan kelompok, kerja

sama antar anggota, motivasi bawahan, pemecahan masalah, pengambilan

keputusan dan pemecahan konflik di antara bawahan.

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7356/2/T1_132008060_BAB II.pdf · sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja dalam

16

42

2) Apakah pemimpin menaruh perhatian terhadap efisiensi tenaga ahli yang

tersedia, pengaturan kegiatan, akumulasi dari berbagai sumber dan kesediaan

kelompok untuk menghadapi perubahan dan krisis.

3) Apakah pemimpin mampu meningkatkan kualitas kerja, menciptakan rasa

percaya diri bawahan dan menghasilkan kecakapan bawahan dan memberi

sumbangan terhadap pertumbuhan kejiwaan dan perkembangan bawahan.

3. Sikap Bawahan Terhadap Atasan

Bawahan dalam kehidupan organisasi tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan seorang pemimpin. Sebab kepemimpinan itu sendiri merupakan proses

interaksi antara pemimpin dan bawahan dalam mencapai tujuan. Oleh sebab itu

keberhasilan seorang pemimpin dapat diukur dari sikap bawahan terhadap

pemimpin itu sendiri, melalui indikasi berikut (Mulyasa, 2004):

1) Apakah bawahan merasa puas terhadap pemimpin dalam rangka pemenuhan

kebutuhan dan hal-hal yang diharapkan bawahan.

2) Apakah bawahan merasa senang terhadap atasan, menghormati dan kagum

padanya.

3) Apakah bawahan mempunyai rasa tanggung jawab besar untuk melaksanakan

perintah atau sebaliknya melawan, atau bawahan tidak

memperhatikan/menyabot perintah atasan.

Ada beberapa gejala sikap bawahan terhadap kepemimpinan atasan, yaitu:

1) Ketidak hadiran atau absensi.

2) Perbuatan semaunya.

3) Kesedihan.

4) Keluhan terhadap atasan.

5) Permintaan pindah.

6) Pemogokan.

7) Sikap lambat.

8) Kejadian yang sengaja menyabot peralatan dan fasilitas

pelayanan

9) Sikap permusuhan terhadap atasan.

Page 17: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7356/2/T1_132008060_BAB II.pdf · sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja dalam

17

42

2.5 Hasil Hasil Penelitian Yang Relevan

Ikha (2010) Meneliti “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah

Terhadap Kinerja Guru di Gugus Diponegoro Kecamatan Bansari Kabupaten

Temanggung” hasil penelitian menunjukkan pengaruh positif dan signifikan

antara Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru. Berdasarkan

analisis distribusi frekuensi sebagian besar (51,9%) Guru SD di Gugus

Diponegoro Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung menyatakan Gaya

Kepemimpinan Kepala Sekolah adalah dalam kategori sedang dan sebagian besar

(74,2%) kinerja guru pada kategori tinggi. Dari uji ANOVA dapat diketahui F

hitung (7,286) probabilitas 0,000, berarti lebih kecil dari 0,05 jadi HO ditolak dan

H1 diterima. Artinya koefisien regresi signifikan, artinya Gaya Kepemimpinan

Kepala Sekolah (X) berpengaruh Terhadap Kinerja Guru (Y). Nilai angka

Adjusted R square menunjukkan koefisien determinasi sebesar 50,5% yang

berarti perubahan variabel kinerja guru (Y) disebabkan oleh dan gaya

kepemimpinan kepala sekolah (X), sedangkan sisanya 49,5% dijelaskan oleh

faktor faktor lain yang tidak dimasukan dalam penelitian ini, misal jenjang

pendidikan dan masa kerja.

2.6 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “ Terdapat pengaruh yang signifikan

gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru BK di SMP Sub Rayon

04 Kabupaten Semarang.