bab ii kajian teori a. aktivitas fisik 1. pengertian

27
10 BAB II KAJIAN TEORI A. Aktivitas Fisik 1. Pengertian Aktivitas Fisik Menurut WHO, physical activity atau aktivitas fisik merupakan gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka dan dibutuhkan energi untuk melakukannya (Erwinanto, 2017). Aktivitas fisik meliputi seluruh pergerakan tubuh manusia seperti aktivitas sehari-hari, hobi, dan olahraga yang bersifat kompetitif (WHO dalam Syam, 2017). Aktivitas fisik merupakan perilaku yang kompleks. Terdapat banyak tipe aktivitas yang berbeda yang kemudian berkontribusi dalam aktivitas fisik secara keseluruhan. Aktivitas tersebut termasuk aktivitas pekerjaan, rumah tangga (contoh: mengasuh anak, membersihkan rumah, jalan kaki), dan aktivitas waktu luang. Menurut Hardman & Stensel (dalam Ananta, 2018) latihan fisik atau berolahraga termasuk kedalam kategori aktivitas waktu senggang serta didefinisikan sebagai aktivitas fisik yang direncanakan, dilakukan secara repetitif, terstruktur, dan memiliki tujuan untuk pengembangan juga pemeliharaan kesehatan fisik. 2. Jenis Aktivitas Fisik Menurut Swartawan (2018) terdapat 2 jenis aktivitas fisik yang biasanya dilakukan yaitu : a. Aktivitas Aerobik Aktivitas aerobik biasa disebut dengan aktivitas ketahanan yang berarti dimana orang yang melakukannya melibatkan pergerakan

Upload: others

Post on 09-May-2022

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI A. Aktivitas Fisik 1. Pengertian

10

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Aktivitas Fisik

1. Pengertian Aktivitas Fisik

Menurut WHO, physical activity atau aktivitas fisik merupakan

gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka dan dibutuhkan energi

untuk melakukannya (Erwinanto, 2017). Aktivitas fisik meliputi seluruh

pergerakan tubuh manusia seperti aktivitas sehari-hari, hobi, dan

olahraga yang bersifat kompetitif (WHO dalam Syam, 2017). Aktivitas

fisik merupakan perilaku yang kompleks. Terdapat banyak tipe aktivitas

yang berbeda yang kemudian berkontribusi dalam aktivitas fisik secara

keseluruhan. Aktivitas tersebut termasuk aktivitas pekerjaan, rumah

tangga (contoh: mengasuh anak, membersihkan rumah, jalan kaki), dan

aktivitas waktu luang. Menurut Hardman & Stensel (dalam Ananta,

2018) latihan fisik atau berolahraga termasuk kedalam kategori aktivitas

waktu senggang serta didefinisikan sebagai aktivitas fisik yang

direncanakan, dilakukan secara repetitif, terstruktur, dan memiliki tujuan

untuk pengembangan juga pemeliharaan kesehatan fisik.

2. Jenis Aktivitas Fisik

Menurut Swartawan (2018) terdapat 2 jenis aktivitas fisik yang

biasanya dilakukan yaitu :

a. Aktivitas Aerobik

Aktivitas aerobik biasa disebut dengan aktivitas ketahanan yang

berarti dimana orang yang melakukannya melibatkan pergerakan

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI A. Aktivitas Fisik 1. Pengertian

11

otot-otot besar dengan intensitas yang berkelanjutan. Aktivitas ini

terdiri dari tiga komponen yaitu intensitas, frekuensi serta durasi.

Contohnya adalah aktivitas berjalan, bersepeda, basket, menari,

berenang. Aktivitas aerobik juga menyebabkan detak jantung

seseorang menjadi lebih cepat dari biasanya. Jika aktivitas ini

dilakukan secara rutin maka akan dapat bermanfaat untuk kesehatan

kardiovaskular.

b. Aktivitas Penguatan Otot

Aktivitas ini dapat memberi manfaat tambahan yang tidak

didapatkan pada aktivitas aerobik, dimana aktivitas ini dapat

menambah kekuatan otot dan tulang seseorang. Aktivitas ini juga

sebagai upaya untuk mempertahankan massa otot dan dapat

membuat otot melakukan lebih banyak pekerjaan dari yang biasa

dilakukan seseorang. Contoh dari aktivitas ini adalah latihan

ketahanan (push up, sit up, pull up), membawa beban berat, serta

aktivitas perkebunan yang berat seperti menggali. Terdapat tiga

komponen dari aktivitas penguatan otot yaitu intensitas, frekuensi,

serta pengulangan.

3. Klasifikasi Aktivitas Fisik

Menurut RISKESDAS (dalam Erwinanto, 2017) terdapat dua

klasifikasi aktivitas fisik, yaitu aktif dan tidak aktif. Dikatakan aktif

apabila seseorang melakukan salah satu dari aktivitas berat, sedang atau

melakukan kombinasi antara keduanya. Sedangkan dikatakan tidak aktif

apabila seseorang tidak melakukan salah satu dari aktivitas berat ataupun

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI A. Aktivitas Fisik 1. Pengertian

12

sedang. Emma Pandi Wirakusumah (dalam Erwinanto, 2017)

menjelaskan bahwa terdapat 3 klasifikasi aktivitas fisik, yaitu:

a. Aktivitas Fisik Ringan

Aktivitas fisik ringan merupakan kegiatan yang dilakukan dalam

kehidupan sehari-hari seperti istirahat (tidur) selama 8 jam, bekerja

sejenis pekerjaan kantor selama 4 jam, kegiatan rumah tangga 2 jam,

½ jam kegiatan olahraga, dan 9½ sisanya adalah kegiatan ringan atau

sangat ringan.

b. Aktivitas Fisik Sedang

Aktivitas fisik sedang meliputi setara istirahat (tidur) selama 8

jam, 8 jam pekerjaan lapangan (industri, perkebunan, dan

sejenisnya), 2 jam pekerjaan rumah tangga, dan 6 jam sisanya

pekerjaan ringan atau sangat ringan.

c. Aktivitas Fisik Berat

Aktivitas fisik berat meliputi 8 jam tidur, 4 jam pekerjaan berat

seperti pekerjaan pertanian, 2 jam pekerjaan ringan, dan 10 jam

sisanya pekerjaan ringan atau sangat ringan. Menurut Kemenkes

(2018) berdasarkan intensitas dan besar kalorinya, aktivitas fisik

diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu :

1) Aktivitas Fisik Ringan

Aktivitas ini hanya membutuhkan sedikit tenaga dan

biasanya tidak terlalu menimbulkan perubahan dalam

pernafasan. Saat seseorang melakukan aktivitas fisik ringan

masih dapat bicara hingga menyanyi dengan baik. Energi yang

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI A. Aktivitas Fisik 1. Pengertian

13

dikeluarkan selama melakukan aktivitas fisik ringan ini sekitar

<3,5 Kcal/ menit.

2) Aktivitas Fisik Sedang

Saat seseorang melakukan aktivitas fisik sedang, maka

tubuh akan sedikit berkeringat, frekuensi bernafas dan denyut

jantung meningkat. Energi yang dikeluarkan selama melakukan

aktivitas fisik sedang yaitu 3,5 – 7 Kcal/menit.

3) Aktivitas Fisik Berat

Aktivitas fisik dapat dikatakan berat apabila selama

melakukannya tubuh menghasilkan banyak keringat, adanya

peningkatan frekuensi bernafas dan detak jantung hingga

menyebabkan nafas tersengal-sengal. Energi yang dikeluarkan

selama beraktivitas fisik berat yaitu >7 Kcal/ menit.

Tabel 2.1 Klasifikasi aktivitas fisik

Sumber: Kemenkes (2018)

Aktivitas Fisik

Ringan

Aktivitas Fisik

Sedang

Aktivitas Fisik

Berat

Berdiri melakukan

pekerjaan rumah

seperti menyapu,

mengepel,

memasak, mencuci

piring, setrika.

Aktivitas rumah

tangga seperti

memindahkan

barang yang

ringan, menanam

pohon atau

kegiatan berkebun,

mencuci mobil

Aktivitas rumah

tangga seperti

memindahkan

barang yang berat,

bermain atau

menggendong anak

Duduk bekerja di

depan komputer,

membaca, menulis,

menyetir.

Memotong rumput

menggunakan

mesin, pekerjaan

seperti tukang

kayu, mengangkat

dan menyusun

balok kayu

Memindahkan batu

bata, menyekop

pasir, mencangkul,

menggali selokan,

pekerjaan seperti

mengangkut beban

berat

Berjalan santai di

rumah, kantor,

taman, pusat

Jalan cepat

(kecepatan 5

km/jam) pada

Berjalan sangat

cepat (kecepatan

lebih dari 5 km/

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI A. Aktivitas Fisik 1. Pengertian

14

perbelanjaan. permukaan rata

didalam atau diluar

ruangan untuk

menuju suatu

tempat

jam),

menggendong

beban berat di

punggung,

mendaki gunung,

jogging (kecepatan

8 km/ jam), berlari

Latihan peregangan

dan pemanasan.

Bermain video

game, melukis,

menggambar,

bermain musik,

bermain billyard,

memanah,

memancing, golf,

latihan menembak,

naik kuda.

Bulutangkis

rekreasional, dansa,

bermain tenis meja,

bersepeda pada

lintasan yang datar,

bermain skate

board, bowling,

berlayar, ski air.

Bersepeda lebih

dari 15 km/ jam

dengan lintasan

mendaki,

badminton

kompetitif, tenis,

voli kompetitif,

sepak bola, tinju.

4. Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Fisik

Menurut Bouchard, et al (dalam Erwinanto, 2017) terdapat

beberapa faktor yang mempengaruhi aktivitas seseorang, antara lain :

a. Usia

Tingkat aktivitas fisik tertinggi manusia normal terjadi pada usia

12-14 tahun yang kemudian akan mengalami penurunan secara

signifikan saat memasuki usia remaja, dewasa, hingga usia lebih dari

65 tahun.

b. Jenis Kelamin

Perbedaan jenis kelamin berpengaruh terhadap tingkat aktivitas

fisik manusia. Biasanya, tingkat aktivitas fisik laki-laki cenderung

lebih tinggi daripada aktivitas fisik perempuan.

c. Etnis

Perbedaan etnis juga menjadi salah satu faktor yang

mempengaruhi tingkat aktivitas seseorang, karena berkaitan dengan

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI A. Aktivitas Fisik 1. Pengertian

15

budaya yang berbeda dalam setiap lingkungan. Tentunya budaya

pada setiap negara memiliki perbedaan, seperti di Belanda dimana

mayoritas masyarakat lebih senang untuk mengayuh sepeda.

Sedangkan di Indonesia mayoritas masyarakat memilih untuk

menggunakan kendaraan bermotor, sehingga tingkat aktivitas fisik

masyarakat Indonesia lebih rendah daripada Belanda.

d. Tren Baru

Saat ini sudah berkembang teknologi yang dapat mempermudah

pekerjaan manusia. Dibandingkan zaman dahulu, jika ingin

membajak sawah harus menggunakan kerbau namun untuk saat ini

sudah terdapat traktor untuk membajak sawah sehingga dapat

meringankan pekerjaan manusia.

Menurut Lutan (2002) terdapat beberapa faktor yang berpengaruh

terhadap perilaku aktif dan tidak aktif pada aktivitas fisik. Beberapa

faktornya meliputi :

a. Faktor Biologis

Faktor biologis memiliki pengaruh terhadap tingkat aktivitas fisik

seseorang. Faktor biologis diantaranya jenis kelamin, usia, serta

kegemukan.

Tabel 2.2 Faktor Biologis Aktivitas Fisik

Sumber : Lutan (2002)

Variabel Hubungannya dengan Aktivitas Fisik

Jenis Kelamin Laki-laki cenderung lebih aktif dari perempuan

Usia Aktivitas mengalami penurunan seiring

bertambahnya usia

Kegemukan Anak yang mengalami kegemukan biasanya

memiliki tingkat aktivitas rendah

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI A. Aktivitas Fisik 1. Pengertian

16

b. Faktor Psikologis

Ada beberapa faktor psikologis yang mempengaruhi seseorang

dalam beraktivitas fisik. Faktor tersebut diantaranya:

1) Pengetahuan mengenai cara berlatih

2) Hambatan yang dialami dalam aktivitas fisik

3) Keinginan untuk lebih aktif

4) Sikap terhadap aktivitas fisik

5) Rasa percaya diri untuk melakukan aktivitas

c. Faktor Lingkungan Sosial

Keaktifan seseorang dalam beraktivitas fisik juga dipengaruhi

oleh faktor lingkungan sosial. Terutama adalah keluarga yang

memberi peran sangat penting, karena orangtua merupakan contoh

bagi anak. Minat seseorang dalam beraktivitas fisik dapat

dibangkitkan oleh keluarga. Sebagai contoh apabila sejak kecil sudah

sering diajak untuk beraktivitas fisik seperti berolahraga, maka anak

juga akan mengikuti orangtuanya.

d. Faktor Fisikal

Faktor fisikal merupakan keadaan tempat tinggal serta kondisi

lingkungan seperti daerah kota, pedesaan, atau pegunungan.

Seseorang yang bertempat tinggal dekat dengan lapangan atau

tempat olahraga biasanya akan terpengaruh untuk mengikuti orang

yang dilihatnya aktif berolahraga.

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI A. Aktivitas Fisik 1. Pengertian

17

5. Manfaat Umum Aktivitas Fisik

Menurut Welis (2013), manfaat aktivitas fisik yaitu dapat

menurunkan resiko terjadinya gangguan kardiovaskular seperti

hipertensi, tingkat kolesterol yang tinggi, serta stroke. Aktivitas fisik

yang dilakukan secara kontinyu atau rutin juga dapat meningkatkan

mental health seseorang dengan menurunnya tingkat stres, juga depresi.

U.S. Department of Health and Human Services (dalam Erwinanto,

2017) menjelaskan beberapa manfaat aktivitas fisik yang dilakukan

secara kontinyu atau rutin yaitu:

a. Menurunkan resiko kematian. Seseorang yang aktif dalam

beraktivitas fisik cenderung memiliki resiko kematian rendah.

b. Menurunkan resiko penyakit DM (diabetes mellitus). Seseorang

yang aktif dalam beraktivitas fisik memiliki resiko rendah mengidap

diabetes mellitus.

c. Mengurangi resiko penyakit jantung koroner dan kardiorespirasi.

d. Terkendalinya berat badan. Distribusi lemak tubuh berkaitan dengan

aktivitas fisik, dimana seseorang yang tinggi dalam hal konsumsi

makanan jika tidak diimbangi dengan aktivitas fisik maka lemak

tidak akan terdistribusi dengan baik, melainkan akan mengalami

penimbunan dalam tubuh.

e. Mental health. Salah satu cara untuk mengatasi gejala depresi dan

gangguan mood adalah dengan beraktivitas fisik.

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI A. Aktivitas Fisik 1. Pengertian

18

f. Mengurangi resiko gangguan sendi (osteoarthritis). Untuk

mempertahankan dan meningkatkan kekuatan dan fungsi sendi, serta

otot maka perlu adanya upaya seperti melakukan aktivitas fisik.

g. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidup.

6. Manfaat Aktivitas Fisik Untuk Kesehatan Mental

Menurut WHO (2019) aktivitas fisik memiliki manfaat untuk

memelihara kesehatan mental seseorang, hal ini berkaitan dengan

meningkatnya produksi neurotransmitter ( serotonin dan dopamin).

Seseorang yang rutin beraktivitas fisik memiliki resiko penurunan tingkat

depresi hingga 45%, selain itu disebutkan juga bahwa aktivitas fisik

memiliki tingkat efektivitas yang sama dengan obat antidepresan dalam

mengatasi gejala depresi ringan. Aktivitas fisik juga memiliki manfaat

untuk mengurangi tingkat kecemasan dan juga stres. Efek yang didapat

dari beraktivitas fisik hampir sama dengan efek yang dihasilkan dari

aktivitas meditasi atau relaksasi (Paluska & Schwent, 2000). Menurut

Biddle, et al (2000) efek yang didapatkan dari beraktivitas fisik dalam

mengurangi tingkat kecemasan dan stres biasanya dalam kategori rendah

hingga sedang.

7. Rekomendasi Aktivitas Fisik

Menurut WHO rekomendasi aktivitas fisik berdasarkan Global

Recommendations on Physical Activity for Health (dalam Swartawan,

2018) dibagi sesuai dengan kelompok usia yaitu 5-17 tahun, 18-64 tahun,

serta kelompok usia diatas 65 tahun. Untuk kelompok usia 18-64 tahun,

aktivitas fisik yang direkomendasikan meliputi aktivitas fisik rekreasi,

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI A. Aktivitas Fisik 1. Pengertian

19

transportasi (bersepeda atau jalan kaki), pekerjaan, pekerjaan rumah

tangga, permainan, serta olahraga atau latihan terencana. Untuk dapat

memperbaiki sistem kardiorespirasi, otot, kesehatan tulang, serta

mengurangi resiko penyakit dan depresi maka rekomendasi aktivitas

pada kelompok ini adalah setidaknya dilakukan dalam waktu 150 menit

dengan intensitas sedang dalam 1 minggu atau dapat juga

dikombinasikan dengan aktivitas intensitas berat. Dan untuk

mendapatkan manfaat tambahan lainnya, maka orang dewasa dianjurkan

untuk meningkatkan aktivitas fisik intensitas sedang hingga 300 menit

dalam satu minggu, melakukan 150 menit aktivitas berat dalam satu

minggu atau aktivitas aerobik minimal 10 menit setiap latihan

(Swartawan, 2018).

8. Pengukuran Tingkat Aktivitas Fisik

Metode yang digunakan untuk mengukur tingkat aktivitas fisik

seseorang, digunakan kuisioner dari WHO yaitu GPAQ atau Global

Physical Activity Questionnaire. Menurut Hamrik (2014), GPAQ

dikembangkan sebagai bentuk pengawasan aktivitas fisik di negara

berkembang. Kuesioner ini berisi 16 pertanyaan yang menilai 3 segi

aktivitas yaitu aktivitas fisik saat seseorang melakukan pekerjaan,

perjalanan dari satu tempat ke tempat lainnya, serta aktivitas di saat

senggang. GPAQ mengukur aktivitas fisik dengan metode klasifikasi

METs (Metabolic Equivalents). METs (Metabolic Equivalents)

merupakan rasio dari laju metabolisme saat kerja dengan laju

metabolisme saat beristirahat. METs dinyatakan dengan satuan

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI A. Aktivitas Fisik 1. Pengertian

20

kkal/kg/jam. Perbandingan aktivitas dalam kategori sedang, 4 kali lebih

besar dibanding aktivitas duduk tenang, sehingga perhitungan aktivitas

kategori sedang dikalikan dengan 4 METs.

Menurut Singh & Purohit (dalam Adhitya 2016) aktivitas yang

masuk dalam kategori berat memiliki perbandingan 8 kali lebih besar

dari duduk tenang, sehingga perhitungannya dikalikan dengan 8 METs.

GPAQ juga sudah divalidasi sebagai alat ukur aktivitas fisik pada

individu dengan rentang usia sekitar 16-84 tahun (Dugdill et al, dalam

Adhitya 2016). Untuk klasifikasi tingkat aktivitas fisik menurut GPAQ

adalah sebagai berikut:

Tabel 2.3 Klasifikasi Aktivitas Fisik

Sumber : Adhitya (2016)

Kategori Ketentuan

Tinggi

a. Melakukan aktivitas fisik berat

minimal sebanyak 3 hari dengan

nilai minimal 1500 MET-

menit/minggu atau

b. Melakukan kombinasi aktivitas fisik

berat, sedang dan berjalan sebanyak

7 hari dengan nilai minimal 3000

MET-menit/minggu

Sedang

a. Melakukan aktivitas berat dengan

minimal waktu 20 menit per hari

selama 3 hari atau lebih, atau

b. Intensitas aktivitas sedang selama 5

hari atau lebih, atau berjalan dengan

waktu minimal 30 menit per hari

atau

c. Melakukan kombinasi antara

aktivitas berat, sedang serta berjalan

sebanyak 5 hari atau lebih dengan

nilai minimal 600 MET-

menit/minggu

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI A. Aktivitas Fisik 1. Pengertian

21

Rendah

Tidak melakukan salah satu dari semua

kriteria yang telah disebutkan pada

kategori tinggi maupun sedang.

B. Stres

1. Pengertian Stres

Menurut Asmadi (2008) stres adalah suatu reaksi dari tubuh, baik

reaksi secara fisik maupun reaksi secara psikis pada suatu hal yang

bersifat menuntut dan mengancam yang dihadapi dalam kehidupannya

yang dapat menimbulkan suatu perubahan terhadap diri suatu individu

dimana perubahan tersebut bisa berupa perubahan secara spiritual, psikis,

serta fisik. Seseorang dapat mengalami stres saat merasa kesulitan dalam

menghadapi suatu hal, bahkan disebutkan bahwa sebelum dilahirkan pun

manusia telah memiliki pengalaman terkait stres itu sendiri (Smelltzer &

Bare, 2008). Secara normal stres merupakan suatu hal yang akan terus

ada sepanjang daur kehidupan manusia, dengan adanya stres maka

manusia akan berusaha untuk menyelesaikannya sebagai reaksi adaptasi

untuk tetap bertahan (Potter & Perry, 2005).

Stres terdiri dari beberapa faktor seperti emosional, kimiawi, atau

fisik yang kemudian dapat menimbulkan adanya kegelisahan secara

mental maupun fisik dan hal tersebut dapat menjadi salah satu faktor

timbulnya suatu penyakit pada individu. Faktor kimiawi dan fisik yang

dapat memicu timbulnya stres yaitu seperti adanya penyakit, trauma, atau

racun dll. Istilah stres biasa digunakan psikiater dan para ilmuwan untuk

menjelaskan bahwa saat stabilitas dan fungsi tubuh seseorang sedang

mengalami gangguan maka hal yang mungkin terjadi adalah adanya

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI A. Aktivitas Fisik 1. Pengertian

22

suatu kekuatan buruk yang sedang mengganggu. Jadi saat individu

mengalami stres, maka tubuh akan bereaksi dengan mengeluarkan zat

kimia dalam tubuh. Zat kimia tersebut akan memberikan kekuatan serta

energi lebih pada tubuh. Terdapat dua jenis stres yaitu stres yang bersifat

positif (eustres) dan stres yang bersifat negatif (distres) yang secara

umum beban tersebut terasa berlebih. Dimana jika stres yang dirasakan

berlebih dan individu tersebut tidak dapat mengontrol maka akan

menimbulkan efek yang buruk (Putra, 2016).

2. Etiologi Stres

Potter & Perry (2005) memperkenalkan konsep stressor dimana

stressor tersebut berupa rangsangan eksternal dan internal. Stressor

internal berasal dari dalam diri sendiri sebagai contoh adanya demam,

terinfeksi penyakit, trauma fisik, kelelahan fisik. Sedangkan stressor

eksternal berasal dari luar diri seperti adanya perubahan yang bermakna

dalam suatu lingkungan, perubahan proses belajar, perubahan hubungan

interpersonal, perubahan peran sosial, serta perubahan tempat tinggal.

Menurut Potter & Perry (2005) terdapat beberapa faktor stres yang

berasal dari dalam maupun luar, yaitu:

a. Faktor biologis, dimana stressor biologis dibagi menjadi :

1) Faktor Genetika

Dimana saat seseorang berada dalam kandungan, jika ibu

yang sedang mengandung senang mengkonsumsi minuman atau

makanan yang dapat memicu alergi, maka hal tersebut dapat

mengancam perkembangan bayi sehingga dapat menimbulkan

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI A. Aktivitas Fisik 1. Pengertian

23

disfungsi organ serta tingkah laku yang abnormal pada anak

nantinya.

2) Pengalaman Hidup

Remaja lebih sering mengalami stres karena masih dalam

masa pubertas sehingga cara untuk menghadapi permasalahan

dan perasaan yang sedang dihadapi juga masih pada tahap

penyesuaian.

3) Tidur

Apabila kebutuhan tidur tidak tercukupi dengan baik maka

akan dapat mengganggu kemampuan konsentrasi, berkurangnya

semangat dalam beraktivitas, serta seseorang menjadi lebih

mudah emosi.

4) Postur Tubuh

Ketidaksempurnaan atau kurang baiknya postur tubuh juga

dapat berpengaruh kurang baik terhadap psikis seseorang dan

dapat mengganggu kemampuan sosialisasinya dengan orang

lain.

5) Penyakit

Penyakit yang menyerang seseorang akan dapat

mengganggu ritme biologis dan cenderung cepat menimbulkan

rasa lelah serta pola tidur yang kurang baik. Sehingga apabila

ritme biologis terganggu maka seseorang akan lebih mudah

untuk terpengaruh oleh stressor yang datang.

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI A. Aktivitas Fisik 1. Pengertian

24

b. Faktor Psikologis

1) Persepsi

Persepsi merupakan kesatuan dari interpretasi sinyal, gen

bawaan, ingatan, serta motivasi. Agar sumber stres dapat

terkendali, maka seseorang juga harus memiliki kemampuan

untuk mengontrol persepsinya.

2) Perasaan serta emosi

Kemampuan menerima perasaan serta emosi pada diri

seseorang bergantung pada hasil dari suatu interaksi dan

pengalaman yang diperoleh. Macam emosi yang ada pada diri

individu yaitu: rasa bersalah, takut, marah, kesedihan, khawatir.

3) Situasi

Apabila seseorang mendapat banyak sumber ancaman,

konflik yang tidak mampu diatasi serta perasaan frustasi yang

berkepanjangan maka akan dengan mudah terkena stres.

4) Pengalaman hidup

3. Fisiologi Stres

Canon (dalam Haryatno, 2014) menjelaskan bagaimana tubuh

memberikan reaksi terhadap sesuatu yang bersifat mengancam. Canon

menyebutkan bahwa respon tersebut sebagai fight-or-flight response

dimana respon fisiologis ini mempersiapkan individu untuk menghadapi

situasi yang bersifat ancaman. Fight-or-flight response dapat

menyebabkan tubuh seseorang dapat memberikan respon cepat terhadap

suatu situasi yang bersifat mengancam. Tapi jika stres yang dialami

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI A. Aktivitas Fisik 1. Pengertian

25

terlalu berat dan berjalan secara terus menerus maka dapat mengancam

kesehatan sesorang. Hans Selye (dalam Haryatno, 2014)

mengembangkan istilah yang disebut dengan GAS (General Adaptation

Syndrome) yang terdiri dari tahap respon fisiologis terhadap stres,

diantaranya :

a. Alarm Reaction (Fase Peringatan)

Secara fisiologis, di tahap ini seorang individu akan merasa

terdapat hal yang tidak benar seperti keluarnya keringat dingin,

muka menjadi pucat, tegang bagian leher, jantung berdegup kencang,

dll. Fase ini adalah tanda awal yang muncul ketika seseorang

mengalami stres (Hans Selye dalam Haryatno, 2014).

b. Stage of Resistance ( Fase Resistensi)

Pada tahap ini tubuh melakukan perlawanan terhadap stres yang

dialami, karena pada tingkat tertentu stres dapat mengancam

kesehatan seseorang. Sehingga untuk mendukung perlawanan yang

dilakukan tubuh, maka diperlukan suplai gizi yang cukup dan hal

tersebut berguna untuk mencegah terjadinya disfungsi tubuh (Hans

Selye dalam Haryatno, 2014).

c. Stage of Exhaustion (Fase Kelelahan)

Tahap ini adalah fase dimana individu sudah tidak mampu

melakukan perlawanan terhadap stres yang dialami, akibatnya

penyakit dapat menyerang bagian tubuh yang lemah (Hans Selye

dalam Haryatno, 2014).

Page 17: BAB II KAJIAN TEORI A. Aktivitas Fisik 1. Pengertian

26

4. Jenis Stres

Menurut Safaria & Saputra (2015), stres dibagi menjadi dua yaitu

distres (bersifat merugikan) serta eustres (bersifat membangun).

a. Distres

Distres merupakan stres yang bersifat negatif atau merugikan,

dimana hal tersebut termasuk kedalam suatu konsekuensi pribadi dan

suatu organisasi seperti tingginya tingkat ketidakhadiran, sulitnya

berkonsentrasi, serta sulit menerima hasil yang telah didapatkan

(Safaria & Saputra, 2015).

b. Eustres

Eustres merupakan jenis stres yang dapat memberikan dampak

positif kepada individu, sehingga stres ini bersifat positif dan

membangun. Dampak positif yang dihasilkan tidak hanya dirasakan

oleh individu itu sendiri, akan tetapi juga dapat dirasakan oleh

lingkungan sekitarnya seperti meningkatnya kemampuan adaptasi

dan sikap fleksibilitas (Safaria & Saputra, 2015).

5. Tahap Stres

Menurut Hawari (2002) seringkali seseorang tidak merasakan

timbulnya gejala stres pada dirinya, karena pada tahap awal gejala yang

ditimbulkan akibat stres terjadi secara lambat yang kemudian baru

dirasakan saat tahap stres telah berlanjut hingga mengganggu fungsi

kehidupan. Dr. Robert J (dalam Hawari, 2002) menyebutkan beberapa

tahap stres, diantaranya:

Page 18: BAB II KAJIAN TEORI A. Aktivitas Fisik 1. Pengertian

27

a. Stres Tahap I

Tahap ini adalah tahap awal dan ringan dari stres. Umumnya pada

tahap ini muncul perasaan seperti: perasaan bisa melakukan

pekerjaan lebih banyak dari biasanya padahal cadangan energinya

telah dihabiskan, semangat kerja yang besar, penglihatan terasa lebih

tajam dari biasanya (Dr. Robert J dalam Hawari, 2002).

b. Stres Tahap II

Pada tahap ini stres mulai menimbulkan keluhan sebagai efek dari

habisnya cadangan energi. Keluhan yang muncul meliputi: lambung

atau perut terasa tidak nyaman, jantung berdebar, otot punggung dan

leher terasa tegang, rasa letih saat bangun pagi hari, rasa mudah

lelah, serta perasaan tidak bisa santai (Dr. Robert J dalam Hawari,

2002).

c. Stres Tahap III

Saat seseorang terus memaksakan diri dalam suatu pekerjaan dan

menghiraukan keluhan pada stres tahap II, maka keluhan yang

dialami seseorang akan semakin nyata dirasakan seperti: ketegangan

otot semakin terasa, pola tidur berantakan, terganggunya sistem

koordinasi, dan ketegangan emosional semakin meningkat (Dr.

Robert J dalam Hawari, 2002).

d. Stres Tahap IV

Apabila seseorang tetap menghiraukan gejala yang muncul seperti

pada tahap sebelumnya dan tetap bekerja tanpa istirahat, maka akan

muncul keluhan selanjutnya seperti: merasa bosan terhadap

Page 19: BAB II KAJIAN TEORI A. Aktivitas Fisik 1. Pengertian

28

pekerjaanya dan terasa lebih sulit, gangguan pola tidur disertai

mimpi yang bersifat menegangkan, sering menolak ajakan karena

sudah tidak bersemangat, turunnya daya ingat dan konsentrasi,

perasaan takut dan cemas yang tidak jelas penyebabnya (Dr. Robert J

dalam Hawari, 2002).

e. Stres Tahap V

Apabila stres terjadi secara berkelanjutan, maka akan diiringi

munculnya gejala selanjutnya seperti: tidak mampu menyelesaikan

pekerjaan yang ringan dan sederhana, gangguan sistem pencernaan,

mudah panik dan bingung, perasaan takut dan cemas semakin nyata,

serta semakin merasa lelah secara fisik dan mental (Dr. Robert J

dalam Hawari, 2002).

f. Stres Tahap VI

Tahap ini adalah tahap terklimaks, dimana terkadang seseorang

merasa adanya kepanikan tersendiri hingga takut akan kematian.

Sebagai gambarannya, gejala yang ditimbulkan berupa: merasa

susah nafas, badan gemetar, keringat dingin, detak jantung yang

teramat keras, bahkan seseorang dapat pingsan atau collapse (Dr.

Robert J dalam Hawari, 2002).

6. Tingkat Stres

Setiap individu tentunya memiliki persepsi yang berbeda terhadap

stres yang dialaminya. Persepsi terhadap stres didasarkan oleh

pengalaman, norma dan keyakinan, faktor lingkungan, keluarga,

Page 20: BAB II KAJIAN TEORI A. Aktivitas Fisik 1. Pengertian

29

pengalaman, pola hidup, dan mekanisme koping stres (Purwati, 2012).

Sehingga stres dapat dikategorikan menjadi lima, yaitu :

a. Stres Normal

Stres merupakan bagian alamiah dari suatu kehidupan sehingga

dapat dialami kapanpun bahkan secara teratur. Contohnya seperti

rasa lelah saat mengerjakan sesuatu, ketakutan seperti tidak lulus

ujian, serta detak jantung yang semakin meningkat setelah

beraktivitas (Crowford & Henry, 2003).

b. Stres Ringan

Stres ringan dialami secara teratur dan biasanya terjadi dalam

kurun waktu menit atau jam. Contohnya seperti terjebak macet di

jalan, mendapat teguran dari dosen atau guru, jam tidur yang terlalu

banyak. Stres ringan ini biasanya menimbulkan gejala seperti

keringat yang berlebihan, bibir terasa kering, nafas terasa sedikit

sesak, kesulitan menelan, badan terasa lemas, muncul tremor, denyut

jantung yang meningkat padahal tidak sedang beraktivitas fisik, yang

kemudian diikuti oleh perasaan lega (Australia, 2010).

c. Stres Sedang

Stres ini berlangsung lebih lama seperti beberapa jam bahkan

beberapa hari. Contohnya seperti tidak dapat menyelesaikan masalah

yang sedang dialami dengan teman atau keluarga. Dampak yang

ditimbulkan akibat stres ini biasanya berupa perasaan mudah marah

atau tersinggung, kesulitan istirahat, muncul reaksi berlebihan dalam

Page 21: BAB II KAJIAN TEORI A. Aktivitas Fisik 1. Pengertian

30

suatu situasi, perasaan gelisah, ketidaksabaran ketika harus

mengalami suatu penundaan (Australia, 2010).

d. Stres Berat

Stres berat merupakan kondisi kronis dimana stres ini

berlangsung dalam hitungan minggu bahkan tahun, contohnya

seperti masalah ekonomi yang berkepanjangan, penyakit fisik jangka

panjang, atau perselisihan yang terjadi terus menerus. Stres berat

dapat menimbulkan beberapa dampak yaitu seperti kesulitan merasa

hal positif, perasaan putus asa, tidak memiliki semangat dalam

melakukan suatu pekerjaan, perasaan sedih, tertekan, hilangnya

minat dalam segala hal, merasa hidupnya tidak berguna (Australia,

2010).

e. Stres Sangat Berat

Stres sangat berat merupakan tingkatan paling tinggi dimana stres

ini terjadi selama hitungan bulan sampai waktu yang tidak dapat

ditentukan. Individu yang mengalami stres seperti ini cenderung

kehilangan motivasi untuk hidup sehingga pasrah. Dan seseorang

yang mengalami stres seperti ini biasanya diidentifikasi mengalami

depresi yang tingkatnya juga berat (Purwati, 2012).

7. Dampak Stres

Stres yang dialami seseorang tentunya memiliki dampak yang baik

dan buruk, sebagaimana disebutkan oleh Rafidah, et al (2009) bahwa

stres dapat meningkatkan kemampuan seseorang dalam proses belajar

Page 22: BAB II KAJIAN TEORI A. Aktivitas Fisik 1. Pengertian

31

serta berpikir. Rice (dalam Iqbal, 2018) mengelompokkan dampak stres

yaitu :

a. Dampak Fisiologis

Dampak fisiologi yang dapat muncul yaitu adanya gejala seperti

sakit kepala, sakit pinggang, sembelit, diare, tengkuk terasa tegang,

kelelahan, tekanan darah tinggi, maag, selera makan berubah,

hilangnya semangat, serta kesulitan tidur.

b. Dampak Psikologis

Dampak psikologis yang timbul akibat stres antara lain: timbul

perasaan cemas, gelisah, mudah marah, mudah tersinggung, gugup,

takut, sedih dan depresi. Dampak psikologis yang muncul juga dapat

berpengaruh terhadap adanya penurunan kognitif seperti mudah

lupa, sulit membuat keputusan, sering melamun hingga pikiran

menjadi kacau.

8. Ruang Lingkup Stres Di Masa Pandemi Covid-19

Menurut Muslim (2020), terdapat 3 klasifikasi stres di masa

pandemi covid-19 yaitu :

a. Stres Akademik

Akademik merupakan gambaran kemampuan seseorang dalam

memahami suatu ilmu, dimana kemampuan tersebut dapat diukur

kebenarannya. Dalam suatu pembelajaran, tentunya seorang

mahasiswa ataupun siswa dituntut untuk bisa menguasai ilmu yang

telah diajarkan dan hal itulah yang dapat memicu timbulnya stres

akademik. Selain tuntutan untuk bisa memahami suatu ilmu, di masa

Page 23: BAB II KAJIAN TEORI A. Aktivitas Fisik 1. Pengertian

32

pandemi ini hal lain yang dapat memicu timbulnya stres akademik

adalah metode pembelajaran yang dilakukan secara Daring.

Sehingga hal ini dapat membuat mahasiswa ataupun siswa sekolah

cenderung merasa bosan karena tidak adanya interaksi langsung

antara siswa dan tenaga pengajar ataupun teman sebaya (Muslim,

2020).

b. Stres Kerja

Imbauan yang telah disampaikan oleh pemerintah untuk

mengurangi aktivitas diluar rumah juga berlaku dalam dunia kerja.

Saat ini semua pekerja dianjurkan untuk work from home atau

bekerja dari rumah karena beberapa informasi yang telah didapatkan

menyebut bahwa klaster penyebaran covid-19 ini tidak sedikit yang

berasal dari lingkungan kerja, terlebih lagi pada area perkantoran.

Disisi lain pekerjaan yang mulai memberlakukan aktivitas kerja

seperti normalnya, tentu para pekerjanya memiliki ketakutan akan

terinfeksi virus ini. Untuk itu banyak perusahaan yang dengan

terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja dengan para

pekerjanya. Karena situasi yang tidak dapat dipastikan ini, dan

ebberapa permasalahan kerja seperti pemotongan gaji hingga

pemotongan hubungan kerja maka hal ini dapat memicu timbulnya

stres kerja (Muslim, 2020).

c. Stres dalam Keluarga

Sejak diterapkannya work from home saat ini, maka seluruh

anggota keluarga akan lebih sering sering atau bahkan setiap saat

Page 24: BAB II KAJIAN TEORI A. Aktivitas Fisik 1. Pengertian

33

berkumpul di rumah. Tentunya stres dalam rumah tangga dapat

dialami oleh seluruh anggota keluarga. Seperti orangtua yang

bebannya bertambah karena harus mendampingi proses belajar dan

mengambil alih peran sebagai guru untuk anak-anaknya. Selain itu

apabila orangtua mengalami penurunan produktivitas kerja,

penurunan penghasilan atau bahkan hingga menganggur di rumah

maka dapat menjadi pemicu stres di lingkungan keluarga. Stres yang

dialami dalam lingkungan keluarga dapat terjadi akibat kurangnya

keharmonisan, sehingga potensi untuk mengalami stres akan

semakin kuat (Muslim, 2020).

9. Alat Ukur Tingkat Stres

Menurut Putra (2016), alat ukur untuk mengetahui tingkat stres

adalah berupa kuesioner yang akan diisi oleh subjek penelitian dengan

nilai skor sebagai sistem perhitungannya. Terdapat beberapa alat ukur

yang biasa digunakan untuk mengetahui tingkat stres seseorang

khususnya mahasiswa, yaitu:

a. Kessler Psychological Distress Scale

Kessler Psychological Distress Scale merupakan kuesioner yang

berisi sepuluh pertanyaan dan penilaiannya menggunakan sistem

skor (Putra, 2016):

1= tidak pernah mengalami stres

2= jarang mengalami stres

3= kadang-kadang mengalami stres

4= sering mengalami stres

Page 25: BAB II KAJIAN TEORI A. Aktivitas Fisik 1. Pengertian

34

5= selalu mengalami stres

Kuesioner ini digunakan untuk menggambarkan keadaan selama

30 hari terakhir. Dimana setelah responden mengisi jawaban semua

pertanyaan, maka seluruh skor akan dijumlahkan dan kemudian akan

dikategorikan seperti berikut :

Tabel 2.4 Klasifikasi Penilaian Kessler Psychological Distress Scale

Sumber : Putra, 2016

Tingkat Stres Skor

Tidak stres <20

Ringan 20-24

Sedang 25-29

Berat ≥30

b. Perceived Stress Scale (PSS-10)

Perceived Stress Scale merupakan kuesioner yang terdiri dari 10

pertanyaan, yang ditujukan untuk evaluasi tingkat stres dari beberapa

bulan lalu dalam kehidupan responden penelitian. Seluruh

pertanyaan dalam Perceived Stress Scale berisi mengenai pertanyaan

mengenai pikiran dan perasaan yang dialami subjek penelitian dalam

waktu satu bulan terakhir. Untuk sistem skor, adalah sebagai berikut

(Putra, 2016) :

0= tidak pernah

1= hampir tidak pernah

2= kadang-kadang

3= cukup sering

4= sangat sering

Page 26: BAB II KAJIAN TEORI A. Aktivitas Fisik 1. Pengertian

35

Setelah semua soal sudah terjawab maka skor setiap pertanyaan

yang sudah dijawab akan ditotal dan diklasifikasikan menjadi

tingkatan sebagai berikut:

Tabel 2.5 Klasifikasi Penilaian PSS-10

Sumber : Putra, 2016

Tingkat Stres Skor

Ringan 1-14

Sedang 15-26

Berat >26

c. Depression Anxiety Stress Scale (DASS)

DASS merupakan kuesioner yang terdiri dari 3 skala dimana

kuesioner ini mengukur keadaan emosional dari depresi, kecemasan,

serta stres. Kuesioner ini dirancang untuk mengukur dan

mengidentifikasi keadaan emosinal yang sedang dialami seseorang

dan biasanya disebut dengan kecemasan, stres, serta depresi. Pada

kuesioner DASS ini, pada skala depresi digunakan untuk melihat

tingkat perasaan putus asa, perasaan tidak bergunanya hidup, inersia,

rendahnya peminatan terhadap suatu hal, disforia, dan celaan pada

diri sendiri. Untuk melihat adanya kecemasan situasional, gairah

otonom, pengalaman subjektif, dan efek otot lurik akibat efek dari

kecemasan maka digunakan skala kecemasan sebagai alat ukurnya.

Skala stres lebih sensitif terhadap tingkat gairah kronik non spesifik

dimana skala ini melihat keadaan seseorang dari segi kesulitan untuk

rileks, serta hal yang berkaitan dengan mudah tidaknya seseorang

menjadi sedih/ over reaktif, dan sikap tidak sabar. Dalam kuesioner

ini responden diminta untuk mengisi 4 poin dari skala keparahan/

Page 27: BAB II KAJIAN TEORI A. Aktivitas Fisik 1. Pengertian

36

frekuensi, untuk menilai apakah pernah mengalami setiap keadaan

selama minggu-minggu terakhir (Putra, 2016).

Tabel 2.6 Indikator Penilaian DASS

Sumber : Novitasari (2015)

Tingkatan Kecemasan Depresi Stres

Normal 0 – 7 0 – 9 0 – 14

Ringan 8 – 9 10 – 13 15 – 18

Sedang 10 – 14 14 – 20 19 – 25

Parah 15 – 19 21 – 27 26 – 33

Sangat parah >20 >28 >34