bab ii kajian teori 2.1 tinjauan tentang mahar 2.1.1...

55
8 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 Pengertian Mahar Mahar secara bahasa artinya maskawin. Secara istilah, mahar ialah “pemberian wajib dari calon suami kepada calon istri sebagai ketulusan cinta kasih calon suami untuk menimbulkan rasa cinta kasih bagi seorang istri kepada calon suaminya”. Atau “suatu pemberian yang diwajibkan bagi calon suami kepada calon istrinya, baik dalam bentuk, jumlah dan jenisnya disepakati oleh kedua belah pihak. 1 Islam sangat memperhatikan dan menghargai kedudukan seorang wanita dengan memberi hak untuk menerima mahar (maskawin). Mahar hanya diberikan oleh calon suami kepada calon istri, bukan kepada wanita lainnya atau siapapun walaupun sangat dekat dengannya. Orang lain tidak boleh menjamah apalagi menggunakannya, meskipun oleh suaminya sendiri, kecuali dengan ridha dan kerelaan si istri. Jika si istri telah menerima maharnya tanpa paksaan dan tipu muslihat lalu ia memberikan sebagian maharnya maka boleh diterima dan tidak disalahkan. Akan tetapi, bila istri dalam memberikan maharnya karena malu, takut, maka tidak halal menerimanya. 1 Tim Citra Umbara (2011) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974. 237

Upload: phungtu

Post on 14-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

8

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Tinjauan Tentang Mahar

2.1.1 Pengertian Mahar

Mahar secara bahasa artinya maskawin. Secara istilah, mahar ialah

“pemberian wajib dari calon suami kepada calon istri sebagai ketulusan cinta

kasih calon suami untuk menimbulkan rasa cinta kasih bagi seorang istri kepada

calon suaminya”. Atau “suatu pemberian yang diwajibkan bagi calon suami

kepada calon istrinya, baik dalam bentuk, jumlah dan jenisnya disepakati oleh

kedua belah pihak.1

Islam sangat memperhatikan dan menghargai kedudukan seorang wanita

dengan memberi hak untuk menerima mahar (maskawin). Mahar hanya diberikan

oleh calon suami kepada calon istri, bukan kepada wanita lainnya atau siapapun

walaupun sangat dekat dengannya. Orang lain tidak boleh menjamah apalagi

menggunakannya, meskipun oleh suaminya sendiri, kecuali dengan ridha dan

kerelaan si istri. Jika si istri telah menerima maharnya tanpa paksaan dan tipu

muslihat lalu ia memberikan sebagian maharnya maka boleh diterima dan tidak

disalahkan. Akan tetapi, bila istri dalam memberikan maharnya karena malu,

takut, maka tidak halal menerimanya.

1 Tim Citra Umbara (2011) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974.

237

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

9

2.1.2 Mahar Menurut Islam

Menurut istilah, para ulama berbeda pendapat tentang redaksinya, namun

maksud dan tujuannya sama. Pendapat-pendapat tersebut adalah sebagai berikut:

a. Golongan Hanafiyah berpendapat bahwa mahar adalah Harta yang menjadi

hak istri dari suaminya dengan adanya akad.

b. Golongan Malikiyah berpendapat bahwa mahar adalah Sesuatu yang diberikan

kepada istri sebagai ganti (imbalan) dari istimta‟ (bersenang-senang)

dengannya”.

c. Golongan Syafi‟iyah berpendapat bahwa mahar adalah Sesuatu yang menjadi

wajib dengan adanya akad nikah atau watha‟ atau karena merusakkan

kehormatan wanita secara paksa (memperkosa)”.

d. Golongan Hanabilah berpendapat bahwa mahar adalah suatu imbalan dalam

nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

dengan kerelaankedua belah.2

Dari berbagai definisi di atas nampak bahwa definisi yang dikemukakan

oleh golongan Hanafiyah membatasi mahar itu hanya dalam bentuk harta,

sementara definisi yang dikemukakan oleh golongan lainnya tidak membatasi

hanya pada harta saja. Dari sini dapat dipahami bahwa definisi-definisi selain

golongan Hanafiyah, memasukkan jenis atau bentuk-bentuk lain selain harta

dalam pengertian mahar, seperti jasa atau manfaat, mengajarkan beberapa ayat al-

Qur‟an dan sebagainya. Dengan kata lain bahwa mahar itu boleh berupa barang

(harta kekayaan) dan boleh juga berupa jasa atau manfaat. Kalau berupa barang

2 Muhammad Jawad Mughniyah, (2001) Fiqih Lima Mazhab. 364

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

10

disyaratkan bahwa barang itu harus berupa sesuatu yang mempunyai nilai atau

harga, halal dan suci.Sedangkan kalau berupa jasa atau manfaat haruslah berupa

jasa atau manfaat dalam arti yang baik.

Dari rumusan-rumusan definisi di atas juga dapat dipahami bahwa mahar

itu merupakan suatu kewajiban yang harus dipikul oleh setiap calon suami yang

akan menikahi calon istrinya. Jadi, mahar itu benar-benar menjadi hak penuh bagi

istriyang menerimanya, bukan hak bersama dan bukan juga hak walinya. Keempat

golongan ulama di atas sepakat bahwa mahar adalah hak calon istri dari calon

suamiyang muncul karena terjadinya akad nikah.

Berdasarkan definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa mahar itu

adalah suatu pemberian yang wajib ditunaikan oleh calon suami kepada calon istri

serta disebut dalam shighat akad nikah sebagai tanda persetujuan dan kerelaan

untuk hidup bersama sebagai suami istri.

2.1.3 Syarat-Syarat dan Macam-Macam Mahar

a. Syarat-Syarat Mahar

Mahar yang diberikan kepada calon istri harus memenuhi syarat-syarat

sebagai berikut:

a) Harta atau bendanya berharga. Tidak sah mahar dengan yang tidak berharga,

walaupun tidak ada ketentuan banyak atau sedikitnya mahar. Akan tetapi

apabila mahar sedikit tapi bernilai maka tetap sah.

b) Barangnya suci dan bisa diambil manfaat. Tidak sah mahar dengan khamr,

babi, atau darah karena semua itu haram dan tidak berharga.

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

11

c) Barangnya bukan barang ghasab. Ghasab artinya mengambil barang milik

orang lain tanpa seizinnya, namun tidak bermaksud untuk memilikinya karena

berniat untuk mengembalikannya di kemudian hari. Memberikan mahar

dengan barang hasil ghasab tidak sah, tetapi akadnya sah.

d) Bukan barang yang tidak jelas keadaannya. Tidak sah mahar dengan

memberikan barang yang tidak jelas keadaannya, atau tidak disebutkan

jenisnya.3

b. Macam-Macam Mahar

Ulama fikih sepakat bahwa mahar itu ada dua macam, yaitu mahar

musamma dan mahar mitsil (sepadan).4

1) Mahar Musamma

Mahar musamma ialah mahar yang besarnya ditentukan atau disepakati

oleh kedua belah pihak.5 Mahar ini dapat dibayar secara tunai dan bisa juga

ditangguhkan sesuai persetujuan istri. Berdasarkan redaksi di atas dapat

dimengerti bahwa penetapan jumlah mahar telah ditentukan ketika akad nikah,

akan tetapi diperbolehkan untuk membayar secara penuh sekaligus atau

melakukan penundaan. Hal ini tentunya sangat didukung kerelaan kedua belah

pihak.

Menurut ulama Malikiyah, apa yang diberikan kepada istri sebelum akad

atau pada saat akad dianggap sebagai mahar, meskipun tidak disyaratkan

sebelumnya. Demikian juga barang yang diberikan kepada walinya sebelum akad.

Adapun yang telah diberikan kepada wali setelah akad, maka hal itu telah menjadi

3 Ibid.

4 Ibid.

5 Ibid.

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

12

milik wali secara khusus sehingga tidak ada hak bagi istri atau suami untuk

mengambil darinya.6

Mahar musamma ini biasanya ditetapkan bersama atau dengan musyawarah

kedua belah pihak. Berapa jumlahnya dan bagaimana bentuknya harus disepakati

bersama dan sunnah diucapkan tatkala melaksanakan ijab kabul pernikahan, agar

para saksi dapat mendengar secara langsung jumlah dan bentuk mahar tersebut.

Masalah pemberlakuan pembayaran mahar dengan kontan dan berhutang atau

kontan dan hutang sebagian hal ini terserah kepada adat masyarakat dan kebiasaan

yang berlaku. Tetapi sunnah kalau membayar kontan sebagian.7

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penentuan mahar serta

pemberiannya baik dengan cara memberi kontan atau menangguhkannya adalah

suatu hal yang diperbolehkan, akan tetapi ketentuan dari mahar musamma ini

telah ditetapkan ketika ijab kabul pernikahan. Keputusan musyawarah antara

kedua belahpihak dapat menjadi tolak ukur pemberian mahar secara kontan

ataupun penundaan.

2) Mahar Mitsil

a) Menurut ulama Hanafiyah, mahar mitsil adalah mahar perempuan yang

menyerupai istri pada waktu akad, dimana perempuan itu berasal dari

keluarga ayahnya, bukan keluarga ibunya jika ibunya tidak berasal dari

keluarga ayahnya. Seperti saudara perempuannya, bibinya dari sebelah

ayah, anak pamannya dari sebelah ayah, yang satu daerah dan satu masa

dengannya. Keserupaan itu dilihat dari sifat yang baik menurut kebiasaan,

6 Ibid., 365

7 Ibid., 366

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

13

yaitu: kekayaan, kecantikan, umur, kepandaiandan keagamaan. Karenanya,

perbedaan mahar ini ditentukan oleh perbedaan daerah, kekayaan,

kecantikan, umur, kepandaian dan keagamaan. Mahar akan bertambah

dengan bertambahnya sifat-sifat tersebut. Maka harus ada keserupaan antara

dua orang perempuan itu dalam sifat-sifat ini, agar mahar mitsil dapat

ditunaikan secara wajib kepada perempuan itu. Apabila tidak ada perempuan

yang serupa dengan istri bapaknya, maka mahar mitsil itu ditentukan

berdasarkan perempuan yang menyerupai keluarga ayahnya berdasarkan status

sosial. Apabila tidak ada juga, maka mahar mitsil itu ditentukan berdasarkan

sumpah suami, karena ia mengingkari kelebihan yang didakwakan oleh

perempuan. Syarat penetapan mahar mitsil itu adalah memberitahukan dua

orang laki-laki dan dua orang perempuan dengan lafadz kesaksian.Jika tidak

ada saksi yang adil maka yang dipegang adalah ucapan suami yang diambil

sumpahnya setelah mahar tersebut disebutkan.

b) Menurut Hanabilah, mahar mitsil adalah mahar yang diukur dari perempuan

yang menyerupai istri dari seluruh kerabat, baik dari pihak ayah maupun

dari pihak ibu. Seperti saudara perempuan, bibi dari pihak ayah, anak bibi

dari pihak ayah, ibu,bibi dari pihak ibu dan selain mereka dari kerabat yang

ada. Hal ini disebabkan karena kemutlakan kekerabatan itu mempunyai

pengaruh secara umum. Apabila tidak ada perempuan-perempuan dari

kerabatnya, maka mahar mitsil itu ditentukan berdasarkan perempuan-

perempuan yang serupa dengannya di negerinya. Apabila hal tersebut tidak

didapatkan, maka diukur berdasarkan perempuan yang paling mirip

dengannya dari negeri yang terdekat dengan tempat tinggalnya.

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

14

c) Menurut Malikiyah dan Syafi‟iyyah, mahar mitsil ialah mahar yang dipilih

oleh suaminya berdasarkan mahar perempuan-perempuan yang serupa

dengan istrinya menurut adat. Menurut golongan Syafi‟iyyah, mahar mitsil

itu diambil dari maharperempuan-perempuan dari keluarga ayah. Mahar

mitsil itu diambil dari yang terdekat di antara perempuan dari keluarga

ayah.Yang paling dekat di antara mereka itu adalah saudara-saudara

perempuan, anak-anak perempuan dari saudara kandung, bibi dari pihak

ayah dan anak perempuan paman dari pihak ayah. Jika tidak ada perempuan

dari pihak ayah, maka diambil perempuan yang terdekat dengannya dari

pihak ibu, dan bibi dari pihak ibu. Karena mereka-mereka itulah yang

terdekat dengannya. Jika itu tidak ada, maka ambillah perempuan-

perempuan yang satu negeri dengannya, atau kerabat-kerabat wanita yang

menyerupainya. Sedangkan menurut Malikiyah, mahar mitsil itu diambil

dari kerabat istri yang keadaannya diukur dari keturunan, harta dan

kecantikannya. Seperti maha rsaudara perempuan kandung atau perempuan

sebapak, bukan ibu dan bukan pula bibi yang seibu dengan ayah, yang

demikian itu tidak dapat diambil sebagai ukuran mahar mitsil, karena

keduanya kadang-kadang berasal dari golongan yang lain.8

Keserupaan dalam mahar mitsil disepakati oleh semua mazhab sebagaimana

disebutkan dalam mazhab Hanafiyah bahwa keserupaan itu dilihat dari aspek

keagamaan, kekayaan, kecantikan, kepandaian (akal), kesopanan, usia, kegadisan

atau kejandaan, negeri, keturunan dan kemuliaan leluhur. Hal-hal ini merupakan

8 Ibid., 366

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

15

sesuatu yang dianggap sebagai kebanggaan bagi orang tua daripada

kedermawanan, ilmu pengetahuan, kemurahan hati, keberanian, kebaikan dan

kebangsawanan, yang menyebabkan terjadinya perbedaan dalam mahar.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapatlah dimengerti dan

disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan mahar mitsil adalah mahar yang

diberikan oleh calon suami kepada calon istrinya yang ketentuan besar kecilnya

belum ditetapkan dan bentuknya juga tidak disebutkan. Akan tetapi mahar ini

disesuaikan dengan kedudukan wanita dalam struktur kehidupan sosial dari segala

aspek atau pertimbangan. Seperti keagamaan, kekayaan, kecantikan, kepandaian,

kesopanan, usia, kegadisan, kejandaan, negeri, keturunan dan kemuliaan

leluhurnya. Mahar mitsil itu diukur dari perempuan yang menyerupai istri dari

seluruh kerabatnya, baik dari pihak ayah maupun ibunya.Seperti saudara kandung,

bibi dari pihak ayah, anak paman dari pihak ibu, dan selain dari mereka kerabat

yang ada.

2.1.4 Pendapat Ulama Tentang Jumlah Mahar dan Dalil Pegangannya

Islam tidak menetapkan jumlah atau besar kecilnya mahar karena adanya

perbedaan kemampuan, kaya dan miskin, lapang dan sempitnya kehidupan atau

banyak sedikitnya penghasilan.Selain itu, tiap masyarakat memiliki adat istiada

tsendiri-sendiri atau tradisi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, Islam

menyerahkan masalah jumlah mahar tersebut kepada kemampuan masing-masing

orang atau keadaan dan tradisi keluarganya.

Menelusuri kitab-kitab yang mengenai mahar, para fuqaha sependapat

bahwa mahar itu wajib dan diperintahkan oleh Allah SWT. Mereka juga sepakat

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

16

bahwa mahar itu tidak ada batas tertinggi, tetapi mereka berselisih pendapat

tentang batas terendahnya. Dalam masalah ini, para fuqaha terklasifikasi kepada

3(tiga) kelompok aliran pendapat yaitu:9

a) Aliran pertama yang berpendapat bahwa jumlah mahar minimal sepuluh

dirham. Aliran ini disponsori oleh golongan Hanafiyah. Adapun dasar

argumentasi aliran pertama yang mengatakan bahwa jumlah mahar minimal

sepuluh dirham, adalah berdasarkan hadis dan qiyas.10

Hadis yang mereka

(mazhab Hanafiyah) jadikan dalil yang artinya :”dari Jabir ra. Sesungguhnya

Nabi SAW telah bersabda: ketahuilah, wanita itu tidak boleh dikawinkan

kecuali oleh para wali, dan wali itu tidak boleh mengawinkan mereka

(wanita) kecuali dengan lakilaki yang sekufu‟dengannya, dan tidak ada mahar

kecuali paling sedikit sepuluh dirham. (HR. Daruquthni dan Baihaqi). Hadis

di atas menjelaskan bahwa batas minimal mahar adalah sepuluh dirham.

Kurang dari itu dianggap tidak ada mahar atau pernikahan itu tidak sah.

Adapun dalil qiyas yang dikemukakan oleh mazhab Hanafiyah adalah dengan

mengqiyaskan batas minimal mahar kepada nishab potong tangan dalam

pencurian, karena masing-masing merupakan ketentuan syara‟ yang

menghalalkan anggota tubuh. Menurut mereka nishab pencurian yang

mewajibkan potong tangan adalah sepuluh dirham.11

Maka ukuran itulah yang

bisa menghalalkan kehormatan wanita.

b) Aliran kedua yang mengatakan bahwa jumlah mahar minimal tiga dirham

atau seperempat dinar. Aliran ini disponsori oleh mazhab Malikiyah. Pendapat

9 Khalid Abu (1990) Kamus Arab Alhuda Arab-Indonesia 424

10 Ibid., 454

11 Ibid., 148

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

17

kelompok ini tidak mengemukakan dalil hadis, tetapi hanya dalil qiyas semata

yang menerangkan bahwa mahar wajib bagi suami sebagai tanda memuliakan

harkat dan martabat wanita serta sebagai tanda ia rela atau bersedia

mengorbankan sebagian harta untuk membelajakan istrinya.12

Mereka juga

menqiyaskan batas minimal pada nishab potong tangan dalam pencurian,

karena ada kesamaan di antara keduanya (sama-sama menghalalkan bagian

tubuh).13

Kehormatan wanita merupakan anggota tubuh, tangan juga anggota

tubuh yang dihalalkan dengan ukuran tertentu. Harta ini telah ada

ketetapannya dalam syari‟at, maka standar itu dipakai sebagai ukuran mahar.

Dalam menqiyaskan mahar dengan nishab pencurian, Malikiyah sependapat

dengan golongan Hanafiyah. Berbeda dengan mazhab Hanafiyah, mazhab

Malikiyah berpendapat bahwa batasminimal (ukuran) harta yang mewajibkan

potong tangan bagi seorang pencuri adalah seperempat dinar emas atau tiga

dirham perak, maka ukuran itu dianggap sebagai batas minimal mahar yang

dapat menghalalkan kehormatan wanita kepada suaminya.

c) Aliran ketiga yang menyatakan bahwa mahar itu tidak ada batas minimal

danmaksimal. Aliran ini disponsori oleh mazhab Syafi‟iyah dan Hanabilah.14

Dengan demikian, ayat al-Qur‟an yang dijadikan dalil oleh golongan

Syafi‟iyyah dan Hanabilah menjelaskan bahwa syari‟at Islam tidak menentukan

kadar atau jumlah benda yang akan dijadikan mahar.

Di samping mengemukakan dalil ayat al-Qura‟n, Hadis, golongan

Syafi‟iyahdan Hanabilah juga mengemukakan dalil rasio. Menurut mereka mahar

12 Ibid., 102

13 Ibid., 558

14 Muhammad Jawad Mughniyah, Op cit.,368

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

18

adalah hakmutlak wanita.Allah mensyari‟atkannya sebagai ganti (imbalan)

memanfaatkannya, menjaga kesucian, mengangkat harkat dan martabat wanita

serta memuliakan kedudukannya. Oleh karena itu, jumlah mahar diserahkan

kepada kedua belah pihak atas dasar sukarela, sehingga boleh saja memberikan

mahar berupa harta benda ataujasa.

Islam juga memberi hak kepada wanita untuk memegang urusannya,

termasuk dalam memanfaatkan maharnya. Hal ini merupakan salah satu usaha

Islam untuk mengangkat harkat dan martabat wanita serta menghargai

kedudukannya. Karena pada zaman jahiliyyah hak perempuan telah dihilangkan

dan disia-siakan, sehingga walinya dengan semena-mena dapat menggunakan

harta (mahar) nya dantidak memberikan kesempatan kepada wanita untuk

mengurus dan mempergunakan harta tersebut. Islam datang menghilangkan

belenggu ini. Wanita diberi hak mahar, sedangkan suami diwajibkan memberi

mahar bukan kepada ayah atau walinya.

2.1.5 Mekanisme Pembayaran

a. Mekanisme Pembayaran Mahar

Para ulama mazhab sepakat bahwa mahar boleh dibayar kontan dan boleh

pula hutang, baik sebagian maupun seluruhnya, dengan syarat diketahui secara

detail.15

Misalnya si laki-laki mengatakan, “saya mengawinimu dengan mahar

seratus ribu,yang lima puluh ribu saya bayar kontan sedang sisanya dalam waktu

setahun”. Atau,bisa diketahui secara global, misalnya pengantin laki-laki

mengatakan, ”maharnyasaya hutang dan akan saya bayar pada saat kematian saya

15

Ibid.

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

19

atau pada saat saya menceraikanmu”. Akan tetapi bila benar-benar tidak dapat

diketahui, misalnya diamengatakan, ”saya bayar hingga orang yang bepergian

kembali”, maka batasan waktu yang demikian itu dianggap tidak ada. Berikut ini

pandangan Islam tentang mekanisme pembayaran mahar:

1. Hanafiyah

Ulama Hanafiyah mengatakan bahwa pembayaran mahar seperti itu sah

dilakukan secara kontan atau hutang, seluruhnya atau sebagiannya sampai waktu

yang dekat atau lama atau yang terdekat di antara dua masa yaitu talak atau wafat.

Mahar itu harus dibayar kontan, manakala tradisi yang berlaku adalah seperti itu.

Selanjutnya ulama Hanafiyah mengatakan kalau mahar itu dihutang dengan

syarat harus ada batasan waktu yang jelas atau pasti. Misalnya, si suami

mengatakan, ”Aku nikahi engkau dengan mahar seribu yang pembayarannya

dilakukan sampai waktu aku mempunyai kelapangan”. Penundaan yang demikian

itu tidak sah, karena ada pembatasan waktu yang tidak pasti. Demikian juga,

seandainya mahar itu dihutang tanpa menyebutkan waktu pembayarannya.

Misalnya suami mengatakan, ”separo saya bayar kontan dan separonya lagi saya

hutang”, makahutang tersebut dinyatakan batal, dan mahar harus dibayar secara

kontan.

Apabila tidak ada kesepakatan untuk membayar mahar secara kontan atau

hutang, maka dilaksanakan sesuai dengan adat yang berlaku di daerahnya, Karena

hal-hal yang sudah dikenal sebagai adat sama kedudukannya dengan hal-hal yang

ditetapkan sebagai syarat.

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

20

Apabila tidak ada adat istiadat yang menentukan untuk membayar mahar

secara kontan atau hutang, maka mahar harus dibayar kontan, karena yang tidak

disebutkan bayar belakangan (hutang), hukumnya sama dengan bayar kontan,

karena pada dasarnya, mahar itu wajib hukumnya dibayar secara kontan setelah

sempurnanya akad. Apabila mahar tersebut dibayar dengan cara berhutang secara

terus terang atau menurut adat kebiasaan, maka hal tersebut boleh diamalkan

menurut asalnya, karena nikah adalah kesamaan dan kesepakatan dari kedua belah

pihak.

2. Syafi‟iyah dan Hanabilah

Ulama Syafi‟iyah dan Hanabilah membolehkan untuk menunda pembayaran

mahar baik seluruhnya maupun sebagian sampai pada batas waktu tertentu,

karena mahar itu adalah imbalan dari tukar menukar. Apabila secara mutlak

mahar itu disebutkan (tidak dijelaskan kontan atau hutang), maka mahar harus

dibayar secara kontan.Apabila ditunda pembayarannya sampai batas waktu yang

tidak diketahui, seperti sampai datangnya si fulan maka hal itu tidak sah karena

waktunya tidak diketahui secara pasti. Menurut Hanabilah, apabila pembayaran

mahar ditunda dantidak disebutkan waktunya maka mahar itu sah. Sedangkan

batas waktu pembayarannya adalah bila terjadi perceraian atau kematian.

3. Malikiyah

Ulama Malikiyah merinci lagi hukum pembayaran mahar secara hutang.

Menurut mereka, jika mahar itu berupa benda tertentu dan ada di tempat mereka

melangsungkan akad, seperti rumah, pakaian, hewan, maka wajib diserahkan

maharitu kepada wanita atau walinya pada hari akad tersebut dan tidak boleh

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

21

ditunda setelah akad walaupun wanita itu rela menundanya. Jika disyaratkan

penundaan mahar pada waktu akad, maka akad itu fasid kecuali jika waktunya

singkat sepertidua hari atau lima hari. Boleh bagi wanita merelakan penundaan

mahar tanpa ada syarat, tapi menyegerakannya adalah hak wanita tersebut.

Apabila mahar itu berupa benda tertentu, tapi tidak ada di negeri tempat

mereka melangsungkan akad, maka nikahnya sah jika penyerahan maharnya

ditunda dalam waktu dekat, apabila tidak terjadi perubahan lagi. Apabila

maharnya berupa benda yang tidak tertentu, misalnya uang, barang yang tidak

jelas takaran atau timbangannya, maka boleh ditunda pembayarannya, baik semua

maupun sebagian dan boleh ditunda sampai dukhul jika diketahui waktunya,

seperti waktu panen atau musim panas atau musim panen buah. Mahar juga boleh

ditunda pembayarannya sampai suami mempunyai kelapangan rezeki. Hal ini bisa

saja terjadi meskipun istrinya kaya dansuami mempunyai suatu barang yang

masih berada pada orang lain atau gaji yang belum dibayar. Boleh juga menunda

pembayaran apabila wanita itu sangat mencintai calon suaminya. Dalam hal ini,

kondisinya sama dengan menunda pembayaran mahar sampai si suami ada

kelapangan rezeki.16

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa mekanisme

pembayaran mahar itu dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) bagian:

a) Pembayaran mahar secara kontan, yaitu penyerahan mahar seluruhnya kepada

pengantin wanita sesuai dengan yang ditentukan pada waktu akad nikah.

16

Ibid., 369

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

22

Dengan demikian pengantin laki-laki boleh menggauli istrinya setelah

menyerahkan mahar seluruhnya.

b) Pembayaran mahar secara hutang, yaitu penyerahan mahar yang tidak

dilaksanakan pada waktu akad nikah hingga suami lebih dulu menggauli

istrinya, sedang ia belum memberikan mahar kepadanya. Hal yang seperti ini

tentu bisa terjadi apabila istri rela menerimanya.

c) Pembayaran mahar secara kontan sebagian dan hutang sebagian, yaitu suami

menyerahkan mahar kepada istrinya sebagian dari jumlah yang ditentukan

pada waktu akad, dan sebagian lagi ditangguhkan yaitu dibayar kemudian

sampai batas waktu yang diketahui atau pasti.

Sedangkan penundaan mahar yang dibolehkan ada dua syarat:

a) Waktu harus diketahui (tertentu).

b) Batas waktunya tidak terlalu lama, seperti 50 (lima puluh) tahun atau lebih,

karena hal itu diduga akan menghilangkan mahar.

2.2 Mahar Perkawinan Adat Bugis

2.2.1 Tinjauan Tentang Mahar

Bagi masyarakat yang berdomisili di desa Batu Gading, perkawinan berarti

siala‟ saling mengambil satu sama lain. Jadi perkawinan adalah ikatan timbal

balik. Walaupun mereka berasal dari status sosial yang berbeda, setelah menjadi

suami istri mereka merupakan mitra.17

17

Lembaga Seni Budaya Teluk Bone. (2011) Tata Cara Perkawinan Adat Bone. 1

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

23

Dalam proses perkawinan, pihak laki-laki harus memberikan mas kawin

kepada perempuan. Mas kawin terdiri atas dua bagian. Pertama, sompa (secara

harfiah berarti “persembahan” sebetulnya berbeda dengan mahar dalam Islam)

yang disimbolkan dengan sejumlah uang rella‟ (yakni rial, mata uang Portugis

yang sebelumnya berlaku, antara lain di Malaka). Rella ditetapkan sesuai status

perempuan dan akan menjadi hak miliknya. Kedua, dui‟ menre‟ (secara harfiah

berarti “uang naik”) adalah uang antaran pihak pria kepada keluarga pihak

perempuan untuk digunakan melaksanakan pesta perkawinan. Besarnya dui‟

menre‟ ditentukan oleh keluarga perempuan.18

Pada akhir abad ke 19, besarnya sompa ditetapkan sesuai status seseorang.

Setiap satuan mas kawin disebut kati (mata uang “kuno”): satu kati senilai 66

ringgit sama dengan 88 rial dan setiap kati harus ditambah satu orang budak yang

bernilai 40 rial dan seekor kerbau yang berharga 25 rial. Sompa bagi perempuan

bangsawan kelas tinggi sompa bacco atau sompa puncak bisa mencapai 14 kati,

sedangkan untuk perempuan bangsawan tingkat terendah hanya satu kati, orang

baik-baik (tau deceng) setengah kati, dan kalangan biasa hanya seperempat kati.

Sistem perhitungan ini masih digunakan hingga saat ini, tetapi sejak masa

kemerdekaan Indonesia mata uang ringgit (dulu senilai 2,5 rupiah atau 2,5 gulden

Belanda) yang dijadikan satuan perhitungan; jadi satu kati, yang bernilai 66

ringgit sama dengan 165 rupiah. Sejaktahun 1960, sompa sudah tidak berharga

lagi.Namun sompa masih penting artinya, khususnya bagi keluarga yang berstatus

tinggi karena hadiah-hadiah tambahannya termasuk di dalamnya hadiah simbolis

18

Christian Pelras (2006) Manusia Bugis. 180

Page 17: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

24

(batang tebu, labu, buah nangka, anyaman anyaman dan berbagai maca kue

tradisional) yang pada pesta kawin besar diarak bersama mempelai laki-laki ke

rumah mempelai perempuan oleh pengantar yang berpakaian adat.

2.2.2 Pernikahan Adat Orang Bugis Beserta Ketentuan-Ketentuan Yang

Menyertai

Masyarakat kabupaten Bone, sebagaimana masyarakat kabupaten lainnya di

Propinsi Sulawesi Selatan pada umumnya, merupakan pemeluk Islam yang taat,

kehidupan mereka selalu diwarnai oleh keadaan yang serba religius. Kondisi ini

ditunjukkan oleh banyaknya tempat-tempat ibadah dan Pendidikan Agama Islam.

Sekalipun penduduk Kabupaten Bone mayoritas memeluk agama Islam, namun di

kota Watampone juga ada gereja dan beberapa tempat ibadah pemeluk agama

lainnya. Hal ini berarti, pemeluk agama lain cukup leluasa untuk menunaikan

ibadahnya. Keadaan ini memberikan dampak yang positif terhadap kehidupan

keagamaan, karena mereka saling hormat-menghormati dan menghargai satu

dengan yang lainnya.19

Di samping itu, peran pemuka agama terutama para alim

ulama sangat dominan dalam kehidupan keagamaan, bahkan bagi masyarakat

Bone, alim ulama merupakan figure kharismatik yang menjadi panutan

masyarakat. Pada sektor pendidikan, pemerintah Kabupeten Bone mengarahkan

pembangunan pada upaya peningkatan mutu pendidikan, sehingga tercipta

peningkatan relevansi pendidikan, serta mempunyai keterkaitan yang sesuai

dengan kebutuhan tuntutan. Oleh karena itu, mutu pendidikan selalu ditingkatkan

sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia agar menguasai ilmu

19

Lembaga Seni Budaya Teluk Bone. (2011) Tata Cara Perkawinan Adat Bone. Op.Cit.,2

Page 18: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

25

pengetahuan dan teknologi yang bermuara kepada meningkatnya daya saing

masyarakat Bone. Adapun mengenai pengembangan kebudayaan, pemerintah

Kabupaten Bone berupaya untuk membina nilai-nilai budaya daerah sebagai

bagian dari budaya nasional dengan berdasarkan pada penerapan nilai-nilai luhur

dan kearifan lokal masyarakat Bone. Salah satu bentuk kepedulian pemerintah

Kabupaten Bone dalam bidang kebudayaan adalah memfasilitasi terbentuknya

Lembaga Adat Bone sebagai mitra pemerintah dalam hal pelestarian nilai-nilai

adat dan budaya luhur serta pengembangan kebudayaan. Dalam masyarakat

manapun, hubungan kekerabatan merupakan aspek utama, baik karena dinilai

penting oleh anggotanya maupun fungsinya sebagai struktur dasar yang akan

suatu tatanan masyarakat. Pengetahuan mendalam tentang prinsip-prinsip

kekerabatan sangat diperlukan guna memahami apa yang mendasari berbagai

aspek kehidupan masyarakat yang dianggap paling penting oleh orang Bugis dan

yang saling berkaitan dalam membentuk tatanan social mereka. Aspek tersebut

antara lain adalah perkawinan. Bagi masyarakat Bugis termasuk di dalamnya

Bone, perkawinan berarti siala atau saling mengambil satu sama lain, jadi

perkawianan merupakan ikatan timbal balik. Walaupun mereka berasal dari strata

sosial yang berbeda, setelah mereka menjadi suami istri mereka merupakan mitra.

Selain itu, bagi masyarakat Bugis, perkawinan bukan saja penyatuan dua

mempelai semata, akan tetapi merupakan suatu upacara penyatuan dan

persekutuan dua keluarga besar yang biasanya telah memiliki hubngan

sebelumnya dengan maksud mendekatkan atau mempereratnya (Mappasideppé

mabélaé atau mendekatkan yang sudah jauh). Pemaknaan lain tentang

Page 19: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

26

perkawinan, pada buku Sulésana karya Anwar Ibrahim disinggung tentang

siabbinéng dari kata biné yang berarti benih padi, artinya menanam padi. Terdapat

kedekatan makna dan kedekatan bunyi dengan kata atau istri atau beristri. Dalam

konteks ini kata siabbinéng, mengandung makna menanam benih dalam

kehidupan rumah tangga.20

Dikalangan masyarakat biasa, perkawinan biasanya

berlangsung antar keluarga dekat atau antar kelompok patronasi yang sama

(patron klien) sehingga mereka telah saling mengenal satu sama lain. Oleh karena

itu, mereka yang berasal dari daerah lain, cenderung menjalin hubungan yang

lebih dekat lagi dengan orang telah mereka kenal baik melalui jalur perkawinan.

Dengan kata lain perkawinan adalah cara terbaik untuk menjadi (bukan orang lain/

tenniya tau laing). Hal ini juga sering ditempuh dua sahabat atau mitra usaha yang

bersepakat menikahkan turunan mereka, atau bahkan menjodohkan anak mereka

sejak kecil. (Pelras . 2006). Dikalangan masayarakat dikenal ada dua macam

perkawinan yaitu perkawinan melalui proses peminangan dan perkawinan yang

disebut silariang. Namun yang akan dibahas dalam buku ini adalah perkawinan

melalui peminangan. Perkawinan melalui proses peminangan adalah tata cara

yang paling baik dan biasanya melalui beberapa tahap. Sejak dahulu sampai kira-

kira 30 tahun lalu, tahap demi tahap masih selalu dilakukan, baik oleh golongan

bangsawan maupun yang bukan bangsawan. Namun akibat dari perkembangan

jaman serta pengaruh-pengaruh asing yang masuk maka terjadi beberapa

perubahan, namun kartena masyarakat kita sangat kuat dalam memegang teguh

adat, maka kebiasaan ini masih terus berlanjut walaupun disana sini telah

20

Ibid.,7

Page 20: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

27

disesuaikan dengan keadaan dan waktu. Dan pelaksanaannya pun telah

mengalami beberapa perubahan tanpa meninggalkan nilai-nilai dan makna yang

terkandung dalam semua tahapan upacara.(Sapada AN, 1985)B.

A. Pandangan Islam Terhadap Perkawinan

Salah satu ajaran yang penting dalam Islam adalah perkawinan atau

pernikahan. Begitu pentingnya ajaran tentang perkawinan tersebut sehingga dalam

Al-Quran terdapat sejumlah ayat baik secara langsung maupun tidak langsung

berbicara mengenai perkawinan. Nikah artinya menghimpun atau mengumpulkan.

Salah satu upaya untuk menyalurkan naluri seksual suami istri dalam rumah

tangga sekaligus sarana untuk menghasilkan keturunan yang dapat menjamin

kelangsungan eksistensi manusia di atas bumi. Keberadaan nikah itu sejalan

dengan lahirnya manusia di atas bumi dan merupakan fitrah manusia yang

diberikan Allah SWT terhadap hamba-Nya. Ada beberapa definisi nikah yang

dikemukakan ulama fiqih, tetapi seluruh definisi tersebut mengandung esensi

yang sama meskipun redaksionalnya berbeda. Ulama Mazhab SyafiI

mendefinisikannya dengan yang mengandung kebolehan melakukan hubungan

suami istri dengan lafal nikah/kawin atau yang semakna dengan itu. Sedangkan

ulama Mazhab Hanafi mendefiniskannya dengan akad yang memfaedahkan

halalnya melakukan hubungan suami istri antara seorang lelaki dan seorang

perempuan selama tidak ada halangan syara, Imam Muhammad Abu Zahrah (w.

1394 H/1974 M), ahli hukum Islam dari Universitas Al-Azhar, berpendapat

bahwa perbedaan kedua definisi di atas tidaklah bersifat prinsipil.21

Yang menjadi

21

Muhammad Jawad Mughniyah, Op cit.,370

Page 21: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

28

prinsip dalam definisi tersebut adalah nikah itu membuat seorang lelaki dan

seorang wanita halal melakukan hubungan seksual. Untuk mengkompromikan

kedua definisi, Abu Zahrah mengemukakan definisi nikah, yaitu :akad yang

menjadikan halalnya hubungan seksual antara seorang lelaki dan seorang wanita,

saling tolong menolong diantara keduanya serta menimbulkan hak dan kewajiban

diantara keduanya. Hak dan kewajiban yang dimaksud Abu Zahrah adalah hak

dan kewajiban yang datangnya dari asy-Syar I Allah SWT dan Rasul-Nya. Tujuan

pernikahan sebagaimana disebutkan dalam salah satu ayat dalam Al-Quran adalah

(artinya) Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan

untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supayakamu cenderung dan merasa

tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara kamu rasa kasih sayang

(Q.S.30:21).22

Berdasarkan ayat di atas jelas bahwa Islam menginginkan pasangan suami istri

yang telah membina suatu rumah tangga melalui akad nikah tersebut bersifat

langgeng. Terjalin keharmonisan di antara suami istri yang saling mengasihidan

menyayangi itu sehingga masing-masing pihak merasa damai dalam rumah

tangganya. Rumah tangga seperti inilah yang diinginkan Islam, yakni rumah

tangga sakinah, sebagaimana yang disyaratkan Allah SWT dalam surat Ar-Rum

(30) ayat 21 di atas. ada tiga kata kunci yang disampaikan oleh Allah SWT dalam

ayat tersebut, dikaitkan dengan rumah tangga yang ideal menurut Islam, yaitu

22 al-Qur‟an dan terjemahannya. Revisi Terjemahan Oleh Lajnah Pentashih Mushaf Al-

Qur‟an Departemen Agama Republik Indonesia(Bandung : PT. Sygma Examedia

Arkanleema). 216

Page 22: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

29

sakinah (as-sakinah), mawadah (al-mawaddah), dan rahmat (ar-rahmah). Ulama

tafsir menyatakan bahwa as-sakinah adalah suasana yang damai yang melingkupi

rumah tangga yang bersangkutan; masing-masing pihak menjalankan perintah

Allah SWT dengan tekun, saling menghormati, dan saling toleransi. Dari suasana

as-sakinah tersebut akan muncul rasa saling mengasihi dan menyayangi (al-

mawaddah), sehingga rasa tanggung jawab kedua belah pihak semakin tinggi.

Selanjutnya, para musafir mengatakan bahwa dari as-sakinah dan al-mawaddah

inilah nanti muncul ar-rahmah, yaitu keturunan yang sehat dan penuh berkat dari

Allah SWT, sekaligus sebagai pencurahan rasa cinta dan kasih.

B. Konsep-Konsep Pernikahan Dalam Islam

Persoalan perkawinan adalah persoalan yang selalu aktual dan selalu menarik

untuk dibicarakan, karena persoalan ini bukan hanya menyangkut tabiat dan hajat

hidup manusia yang asasi saja tetapi juga menyentuh suatu lembaga yang luhur

dan sentral yaitu rumah tangga. Luhur, karena lembaga ini merupakan benteng

bagi pertahanan martabat manusia dan nilai-nilai ahlaq yang luhur dan sentral.

Karena lembaga itu memang merupakan pusat bagi lahir dan tumbuhnya Bani

Adam, yang kelak mempunyai peranan kunci dalam mewujudkan kedamaian dan

kemakmuran di bumi ini. Menurut Islam Bani Adam lah yang memperoleh

kehormatan untuk memikul amanah Ilahi sebagai khalifah di muka bumi.

Perkawinan bukanlah persoalan kecil dan sepele, tapi merupakan persoalan

penting dan besar. „Aqad nikah (perkawinan) adalah sebagai suatu perjanjian yang

kokoh dan suci. Karena itu, diharapkan semua pihak yang terlibat di dalamnya,

khususnya suami istri, memelihara dan menjaganya secara sungguh-sungguh dan

Page 23: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

30

penuh tanggung jawab.Agama Islam telah memberikan petunjuk yang lengkap

dan rinci terhadap persoalan perkawinan. Mulai dari anjuran menikah, cara

memilih pasangan yang ideal, melakukan khitbah (peminangan), bagaimana

mendidik anak, serta memberikan jalan keluar jika terjadi kemelut dalam rumah

tangga, sampai dalam proses nafaqah dan harta waris, semua diatur oleh Islam

secara rinci dan detail. Selanjutnya untuk memahami konsep Islam tentang

perkawinan, maka rujukan yang paling sah dan benar adalah Al-Qur‟an dan As-

Sunnah Shahih (yang sesuai dengan pemahaman Salafus Shalih -pen). Dengan

rujukan ini kita akan dapati kejelasan tentang aspek-aspek perkawinan maupun

beberapa penyimpangan dan pergeseran nilai perkawinan yang terjadi di

masyarakat kita. Perkawinan adalah fitrah kemanusiaan Agama Islam adalah

agama fithrah, dan manusia diciptakan Allah Ta‟ala cocok dengan fitrah ini,

karena itu Allah Subhanahu wa Ta‟ala menyuruh manusia menghadapkan diri ke

agama fithrah agar tidak terjadi penyelewengan dan penyimpangan. Sehingga

manusia berjalan di atas fithrahnya. Perkawinan adalah fitrah kemanusiaan, maka

dari itu Islam menganjurkan untuk nikah, karena nikah merupakan gharizah

insaniyah (naluri kemanusiaan). Bila gharizah ini tidak dipenuhi dengan jalan

yang sah yaitu perkawinan, maka ia akan mencari jalan-jalan syetan yang banyak

menjerumuskan ke lembah hitam.

1. Islam Menganjurkan Nikah

Islam telah menjadikan ikatan perkawinan yang sah berdasarkan Al-Qur‟an

dan As-Sunnah sebagai satu-satunya sarana untuk memenuhi tuntutan naluri

manusia yang sangat asasi, dan sarana untuk membina keluarga yang Islami.

Page 24: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

31

Penghargaan Islam terhadap ikatan perkawinan besar sekali, sampai-sampai ikatan

itu ditetapkan sebanding dengan separuh agama.

2. Islam Tidak Menyukai Membujang

Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam memerintahkan untuk menikah dan

melarang keras kepada orang yang tidak mau menikah. Anas bin Malik

radliyallahu „anhu berkata : “Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam

memerintahkan kami untuk nikah dan melarang kami membujang dengan

larangan yang keras”. Orang yang mempunyai akal dan bashirah tidak akan mau

menjerumuskan dirinya ke jalan kesesatan dengan hidup membujang. Kata Syaikh

Hussain Muhammad Yusuf : “Hidup membujang adalah suatu kehidupan yang

kering dan gersang, hidup yang tidak mempunyai makna dan tujuan. Suatu

kehidupan yang hampa dari berbagai keutamaan insani yang pada umumnya

ditegakkan atas dasar egoisme dan mementingkan diri sendiri serta ingin terlepas

dari semua tanggung jawab”.Orang yang membujang pada umumnya hanya hidup

untuk dirinya sendiri. Mereka membujang bersama hawa nafsu yang selalu

bergelora, hingga kemurnian semangat dan rohaninya menjadi keruh. Mereka

selalu ada dalam pergolakan melawan fitrahnya, kendatipun ketaqwaan mereka

dapat diandalkan, namun pergolakan yang terjadi secara terus menerus lama

kelamaan akan melemahkan iman dan ketahanan jiwa serta mengganggu

kesehatan dan akan membawanya ke lembah kenistaan. Jadi orang yang enggan

menikah baik itu laki-laki atau perempuan, maka mereka itu sebenarnya tergolong

orang yang paling sengsara dalam hidup ini. Mereka itu adalah orang yang paling

tidak menikmati kebahagiaan hidup, baik kesenangan bersifat sensual maupun

Page 25: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

32

spiritual. Mungkin mereka kaya, namun mereka miskin dari karunia Allah. Islam

menolak sistem ke-rahib-an karena sistem tersebut bertentangan dengan fitrah

kemanusiaan, dan bahkan sikap itu berarti melawan sunnah dan kodrat Allah

Ta‟ala yang telah ditetapkan bagi makhluknya. Sikap enggan membina rumah

tangga karena takut miskin adalah sikap orang jahil (bodoh), karena semua rezeki

sudah diatur oleh Allah sejak manusia berada di alam rahim, dan manusia tidak

bisa menteorikan rezeki yang dikaruniakan Allah, misalnya ia berkata : “Bila saya

hidup sendiri gaji saya cukup, tapi bila punya istri tidak cukup ?!”. Perkataan ini

adalah perkataan yang batil, karena bertentangan dengan ayat-ayat Allah dan

hadits-hadits Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam. Allah memerintahkan untuk

kawin, dan seandainya mereka fakir pasti Allah akan membantu dengan memberi

rezeki kepadanya.23

Islam telah memberikan konsep yang jelas tentang tatacara ataupun proses

sebuah pernikahan yang berlandaskan Al-Qur`an dan As-Sunnah yang shahih.

Berikut ini kami bawakan perinciannya:

1. Mengenal calon pasangan hidup

Sebelum seorang lelaki memutuskan untuk menikahi seorang wanita, tentunya

ia harus mengenal terlebih dahulu siapa wanita yang hendak dinikahinya, begitu

pula sebaliknya si wanita tahu siapa lelaki yang berhasrat menikahinya. Tentunya

proses kenal-mengenal ini tidak seperti yang dijalani orang-orang yang tidak

paham agama, sehingga mereka menghalalkan pacaran atau pertunangan dalam

rangka penjajakan calon pasangan hidup, kata mereka. Pacaran dan pertunangan

23 http://cafesantri.blogspot.com/2012/02/konsep-pernikahan-dalam-islam.html

Page 26: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

33

haram hukumnya tanpa kita sangsikan. Adapun mengenali calon pasangan hidup

di sini maksudnya adalah mengetahui siapa namanya, asalnya, keturunannya,

keluarganya, akhlaknya, agamanya dan informasi lain yang memang dibutuhkan.

Ini bisa ditempuh dengan mencari informasi dari pihak ketiga, baik dari kerabat si

lelaki atau si wanita ataupun dari orang lain yang mengenali si lelaki/si wanita.

Yang perlu menjadi perhatian, hendaknya hal-hal yang bisa menjatuhkan

kepada fitnah (godaan setan) dihindari kedua belah pihak seperti bermudah-

mudahan melakukan hubungan telepon, sms, surat-menyurat, dengan alasan ingin

ta‟aruf (kenal-mengenal) dengan calon suami/istri. Jangankan baru ta‟aruf, yang

sudah resmi meminang pun harus menjaga dirinya dari fitnah. Karenanya, ketika

Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan hafizhahullah ditanya tentang

pembicaraan melalui telepon antara seorang pria dengan seorang wanita yang

telah dipinangnya, beliau menjawab, “Tidak apa-apa seorang laki-laki berbicara

lewat telepon dengan wanita yang telah dipinangnya, bila memang pinangannya

telah diterima dan pembicaraan yang dilakukan dalam rangka mencari

pemahaman sebatas kebutuhan yang ada, tanpa adanya fitnah. Namun bila hal itu

dilakukan lewat perantara wali si wanita maka lebih baik lagi dan lebih jauh dari

keraguan/fitnah. Adapun pembicaraan yang biasa dilakukan laki-laki dengan

wanita, antara pemuda dan pemudi, padahal belum berlangsung pelamaran di

antara mereka, namun tujuannya untuk saling mengenal, sebagaimana yang

mereka istilahkan, maka ini mungkar, haram, bisa mengarah kepada fitnah serta

menjerumuskan kepada perbuatan keji.

Page 27: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

34

2. Nazhar (Melihat calon pasangan hidup)

Bila nazhar dilakukan setelah khitbah, bisa jadi dengan khitbah tersebut si

wanita merasa si lelaki pasti akan menikahinya. Padahal mungkin ketika si lelaki

melihatnya ternyata tidak menarik hatinya lalu membatalkan lamarannya, hingga

akhirnya si wanita kecewa dan sakit hati. Sebagai catatan yang harus menjadi

perhatian bahwa ketika nazhar tidak boleh lelaki tersebut berduaan saja dan

bersepi-sepi tanpa mahram (berkhalwat) dengan si wanita. Bila sekiranya tidak

memungkinkan baginya melihat wanita yang ingin dipinang, boleh ia mengutus

seorang wanita yang tepercaya guna melihat/mengamati wanita yang ingin

dipinang untuk kemudian disampaikan kepadanya.

3. Khithbah (peminangan)

Seorang lelaki yang telah berketetapan hati untuk menikahi seorang wanita,

hendaknya meminang wanita tersebut kepada walinya. Apabila seorang lelaki

mengetahui wanita yang hendak dipinangnya telah terlebih dahulu dipinang oleh

lelaki lain dan pinangan itu diterima, maka haram baginya meminang wanita

tersebut.

4. Akad nikah

Akad nikah adalah perjanjian yang berlangsung antara dua pihak yang

melangsungkan pernikahan dalam bentuk ijab dan qabul. Ijab adalah penyerahan

dari pihak pertama, sedangkan qabul adalah penerimaan dari pihak kedua. Ijab

dari pihak wali si perempuan dengan ucapannya, misalnya: “Saya nikahkan anak

saya yang bernama si A kepadamu dengan mahar sebuah kitab Riyadhus

Shalihin.”

Page 28: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

35

Qabul adalah penerimaan dari pihak suami dengan ucapannya, misalnya: “Saya

terima nikahnya anak Bapak yang bernama si A dengan mahar sebuah kitab

Riyadhus Shalihin.”

Sebelum dilangsungkannya akad nikah, disunnahkan untuk menyampaikan

khutbah yang dikenal dengan khutbatun nikah atau khutbatul hajah.

5. Walimatul „urs

Walimah bisa dilakukan kapan saja. Bisa setelah dilangsungkannya akad

nikah dan bisa pula ditunda beberapa waktu sampai berakhirnya hari-hari

pengantin baru. Namun disenangi tiga hari setelah dukhul, karena demikian yang

dinukilkan dari Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam. Anas bin Malik radhiyallahu

„anhu berkata, “Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam menikah dengan Shafiyyah

radhiyallahu „anha dan beliau jadikan kemerdekaan Shafiyyah sebagai maharnya.

Beliau mengadakan walimah tiga hari kemudian.” Hendaklah yang diundang

dalam acara walimah tersebut orang-orang yang shalih, tanpa memandang dia

orang kaya atau orang miskin. Karena kalau yang dipentingkan hanya orang kaya

sementara orang miskinnya tidak diundang, maka makanan walimah tersebut

teranggap sejelek-jelek makanan.

6. Setelah akad

Ketika mempelai lelaki telah resmi menjadi suami mempelai wanita, lalu ia

ingin masuk menemui istrinya maka disenangi baginya untuk melakukan beberapa

perkara berikut ini: Pertama: Bersiwak terlebih dahulu untuk membersihkan

mulutnya karena dikhawatirkan tercium aroma yang tidak sedap dari mulutnya.

Demikian pula si istri, hendaknya melakukan yang sama. Hal ini lebih mendorong

Page 29: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

36

kepada kelanggengan hubungan dan kedekatan di antara keduanya. Didapatkan

dari perbuatan Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam, beliau bersiwak bila

hendak masuk rumah menemui istrinya, sebagaimana berita dari Aisyah

radhiyallahu „anha. Kedua: Disenangi baginya untuk menyerahkan mahar bagi

istrinya sebagaimana akan disebutkan dalam masalah mahar dari hadits Ibnu

„Abbas radhiyallahu „anhuma. Ketiga: Berlaku lemah lembut kepada istrinya,

dengan semisal memberinya segelas minuman ataupun yang semisalnya

berdasarkan hadits Asma` bintu Yazid bin As-Sakan radhiyallahu „anha, ia

berkata, “Aku mendandani Aisyah radhiyallahu „anha untuk dipertemukan dengan

suaminya, Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam. Setelah selesai aku

memanggil Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam untuk melihat Aisyah. Beliau

pun datang dan duduk di samping Aisyah. Lalu didatangkan kepada beliau segelas

susu. Beliau minum darinya kemudian memberikannya kepada Aisyah yang

menunduk malu.” Asma` pun menegur Aisyah, “Ambillah gelas itu dari tangan

Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam. Aisyah pun mengambilnya dan

meminum sedikit dari susu tersebut.”24

Keempat: Meletakkan tangannya di atas

bagian depan kepala istrinya (ubun-ubunnya) sembari mendoakannya.25

C. Pandangan Masyarakat Bugis Terhadap Perkawinan

Perkawinan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia

karena perkawinan bukan hanya merupakan peristiwa yang harus ditempuh atau

dijalani oleh dua individu yang berlainan jenis kelamin, tetapi lebih jauh adalah

24

(HR. Ahmad, 6/438, 452, 458)

25 http://gombojo.blogspot.com/2011/08/konsep-pernikahan-dalam-islam.html

Page 30: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

37

perkawinan sesungguhnya proses yang melibatkan beban dan tanggung jawab dari

banyak orang, baik itu tanggung jawab keluarga, kaum kerabat (sompung lolo)

bahkan kesaksian dari seluruh masyarakat yang ada dilingkungannya.26

Dipandang dari sisi kebudayaan, maka perkawinan merupakan tatanan kehidupan

yang mengatur kelakuan manusia. Selain itu perkawinan juga mengatur hak dan

kewajiban serta perlindungannya terhadap hasil-hasil perkawinan yaitu anak-anak,

kebutuhan seks (biologis), rasa aman (psikologis), serta kebutuhan sosial

ekonomi, dan lain-lain. Namun pada masyarakat Bugis, perkawinan bukan saja

merupakan pertautan dua insan laki-laki dan perempuan, namun merupakan juga

pertautan antara dua keluarga besar. Ini disebabkan karena orang tua dan kerabat

memegang peranan sebagai penentu dan pelaksana dalam perkawinan anak-

anaknya. Sebagaimana digambarkan oleh H. TH. Chabot dalam Verwanschap,

stand en sexe in zuid Celebes yang berbunyi Pilihan pasangan hidup, bukanlah

urusan pribadi namun adalah urusan keluarga dan kerabat. Dengan fungsi ini

maka perkawinan haruslah diselenggarakan secara normatif menurut agama dan

adat yang berlaku dalam masyarakat setempat dan harus diselenggarakan secara

sungguh-sungguh dalam suatu upacara perkawinan.27

D. Makna Perkawinan Perspektif Gender

Dalam masyarakat Bugis termasuk Bone sebagaimana masyarakat lain di

bagian dunia lainnya, lelaki dan perempuan mempunyai wilayah aktifitas yang

berbeda. Namun pada hakikatnya orang Bugis tidak menganggap perempuan lebih

dominan satu sama lain. Hubungan mereka saling melengkapi sebagai manifestasi

26

Christian Pelras (2006) Manusia Bugis. 180 27

Lembaga Seni Budaya Teluk Bone. (2011) Tata Cara Perkawinan Adat Bone. Op.Cit.,2

Page 31: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

38

dari perbedaan yang mereka miliki. Perbedaan ini diharapkan dapat saling

melengkapi dan bersatu dalam satu ikatan perkawinan. Pada awal perkawinan

biasanya laki-laki tinggal di rumah orang tua istri (mertua) sehingga tidak

memberikan ruang bagi suami untuk bertindak semena-mena atau mendominasi

sang istri. Sementara ruang di rumah pada hakikatnya telah dibagi berdasarkan

gender. Bagian depan menjadi bagian laki-laki dan bagain belakang menjadi

wilayah perempuan. Menurut pepatah Bugis wilayah perempuan adalah sekitar

rumah, sedangkan ruang gerak laki-laki menjulang hingga ke langit kata bijak

tersebut menjelaskan peran laki-laki dan perenpuan dalam kehidupan sehari-hari.

Aktiftas laki-laki adalah di luar rumah. Dialah tulang punggung penghasilan

keluarga yang bertugas mencari nafkah (sappa laleng atuong). Sementara

perempuan sebagai ibu (indo ana) kewajibannya menjaga anak, menjmbuk padi,

memasak, menyediakan lauk pauk dan membelanjakan penghasilan suami selaku

pengurus yang bijaksana (pattaro malampé nawa-nawa é). Namun perbedaan

tugas di atas bukan menjadi hal yang pokok melainkan saling melengkapi

perbedaan itulah yang mendasari kemitraan diantara suami istri dalam saling

menopang kepentingan mereka masing-masing (sibali perri) dan saling

merepotkan (siporépo)28

Sistem Kekerabatan Pada umunya orang Bugis

mempunyai sitem kekerabatan yang disebut dengan assiajingeng yang mengikuti

system bilateral. Yaitu sistem yang mengikuti lingkungan pergaulan hidup dari

ayah maupun dari pihak ibu. Garis keturunan berdasarkan kedua orang tua.

Hubungan kekerabatan ini menjadi sangat luas disebabkan karena, selain ia

28

Christian Pelras (2006) Manusia Bugis. Op.Cit., 181

Page 32: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

39

menjadi anggota keluarga ibu, ia juga menjadi anggota keluarga dari pihak ayah.

Hubungan kekerabatan atau assiajingeng ini dibagi atas siajing maréppé (kerabat

dekat) dan siajing mabéla (kerabat jauh). Kerabat dekat atau siajing maréppé

merupakan kelompok penentu dan pengendali martabat keluarga. Anggota

keluarga dekat inilah yang menjadi to masiri (orang yang malu) bila anggota

keluarga perempuan ri lariang(dibawa lari oleh orang lain), dan mereka itulah

yang berkewajiban menghapus siri tersebut. Anggota siajing maréppé didasarkan

atas dua jalur, yaitu réppé maréppé yaitu keanggotaan yang didasarkan atas

hubungan darah, dan siteppang maréppé (sompung lolo) yaitu keanggotaan

didasarkan tas hubungan perkawinan.29

Adapun anggota keluarga yang tergolong réppé maréppé yaitu:

1. Iyya, Saya (yang bersangkutan)

2. Indo (ibu kandung iyya)

3. Ambo (ayah kandung iyya)

4. Nene (nenek kandung Iyya baik dari pihak ibu maupun dari ayah)

5. Lato (kakek kandung Iyya baik dari ibu maupun dari ayah)

6. Silisureng makkunrai (saudara kandung perempuan Iyya )

7. Silisureng woroané (saudara laki-laki iyya)

8. Ana (anak kandung iyya)

9. Anauré (keponakan kandung iyya)

10. Amauré (paman kandung iyya)

11. Eppo (cucu kandung iyya)

29

Lembaga Seni Budaya Teluk Bone. (2011) Tata Cara Perkawinan Adat Bone. Op.Cit.,25

Page 33: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

40

12. Inauré / amauré makkunrai (bibi kandung iyya)

Sedangkan anggota keluarga yang termasuk siteppang maréppé yaitu :

1. Baine atau indo ana na (istri iyya)

2. Matua (ibu ayah/ kandung istri)

3. Ipa woroané (saudara laki-laki istri iyya)

4. Ipa makkunrai (saudara kandung perempuan istri iyya)

5. Manéttu (menantu, istri atau suami dari anak kandung iyya)

D. Stratifikasi Sosial

Lapisan sosial tradisional masyarakat Bone membedakan status menurut

kadar ke arung annya (keturunan). Ukuran yang digunakan adalah soal asal

keturunan sebagai unsur primer. Oleh karena itu perlu dibedakan dahulu jenis-

jenis keturunan yang teradapat di Kabupeten Bone secara umum dibagi atas

beberapa golongan, yaitu :

1. Ana mattola : yang berhak mewarisi tahta dan dipersiapkan untuk menjadi

raja arung (raja/ratu). Tingkatan ini terbagi atas dua sub golongan yakni : ana

sengngeng dan ana rajéng.

2. Ana céra siseng/I : anak yang beradarah campuran atas kedua sub di atas yang

kawin denganperempuan biasa.

3. Ana céra dua/II : anak hasil perkawinan céra siseng dengan perempuan biasa.

4. Ana céra tellu/III : anak hasil perkawinan céra dua dengan perempuan biasa.

Ketiga lapisan cerak ini menduduki golongan bangsawan menengah.

Kemudian céra tellu ini dengan perempuan biasa akanmenghasilkan

bangsawan terendah. Ampo cinaga, anakkarung maddara-dara, dan anang.

Page 34: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

41

5. Tau sama (orang biasa)/tau maradéka (orang bebas) : di kalangan ini masih

dibedakan atas keturunan leluhirnya yang masih terhitung bangsawan,

betapapun rendahnya lapisan dan berapa jauhpun pertautannya (tau tongeng

karaja) danyang benar-benar keturunan orang biasa (tau sama mattanété

lampé).

6. Ata (hamba sahaya) : golongan yang hilang kemerdekaannya karena sesuatu

ikatan langsung.30

Meskipun penggolongan keturunan tersebut hanya bertahan sampai pada masa

kemerdekaan, namun penggolongan keturunan tersebut sekarang ini tidak lagi

dianut secara ketat, namun dalam berbagai hal, utamanya dalam kehidupan sosial

kadangkala masih dipertanyakan, misalnya dalam hal meminang gadis, maka yang

dipertanyakan adalah keturunan.

E. Tata Cara Perkawinan Adat Bone

Adapun tahapan dari proses perkawinan adat Bone secara umum dapat dibagi

atas tiga tahapan, yaitu tahapan pranikah, nikah, dan tahapan setelah nikah.

Selanjutnya untuk lebih jelasnya pada bagian ini akan dijelaskan tahapan

perkawinan secara berturut-turut.

1. Madduta Massuro / Lettu

Banyak tahapan pendahuluan yang harus dilewati sebelum pesta perkawinan

(Mappabotting) dilangsungkan. Jika lelaki belum dijodohkan sejak kecil (atau

sebelum dia lahir) maka keluatganya akan mulai mencari-cari pasangan yang kira-

kira dianggap sesuai untuknya. Bagi kaum bangsawan, garis keturunan perempuan

30

Ibid., 13

Page 35: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

42

dan laki-laki akan diteliti secara seksama untuk mengetahui apakah status

kebangsawanan mereka sesuai atau tidak, jagan sampai tingkatan pelamar lebih

rendah dari tingkat perempuan yang akan dilamar. Madduta artinya meminang

secara resmi, dahulu kala dilakukan beberapa kali, sampai ada kata sepakat,

namun secara umum proses yang ditempuh sebelum meminang adalah sebagai

berikut :

a. Mammanu-manu bermakna seperti burung yang terbang kesana kemari, untuk

menyelidiki apakah ada gadis yang berkenan di hati. Langkah pendahuluan ini

biasanya ditugaskan kepada seseorang biasanya kepada para paruh baya

perempuan, yang akan melakukan kunjungan biasa kepada keluarga

perempuan untuk mencari tahu selukbeluknya, namun biasanya proses ini

sangat tersamar. Mappésé-pésé dilakukan setelah kunjungan pertama tadi

(Mammanu-manu) yaitu melakukan kunjungan resmi pertama untuk

mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang secara tidak langsung dan sangat

halus (ada orang yang akan mendekati anda. Sudah adakah yang berbicara

dengan anda?............sudah adakah yang punya?............... Apakah pintu masih

terbuka?....) agar kedua belah pihak tidak kehilangan muka atau malu

seandainya pendekatan ini tidak membuahkan hasil. Jika keluarga perempuan

memberi lampu hijau, kedua pihak kemudian menentukan hari untuk

mengajukan lamaran secara resmi (Madduta). Selama proses pelamaran ini

berlangsung garis keturunan, status kekerabatan, dan harta calon mempelai

diteliti lebih jauh, sambil membicarakan sompa dan uang antaran (Dui ménré)

yang harus diberikan oleh pihak laki-laki untuk biaya perkawinan

Page 36: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

43

pasangannya, serta hadiah persembahan kepada calonmempelai perempuan

dan keluarganya.

b. Mappettu, ada Mappettu Ada yang baiasanya juga ditindak lanjuti dengan

(mappasierekeng) atau menyimpulkan kembali kesepakatan-kesepakatan yang

telah dibicarakan bersama pada proses sebelumnya. Ini sudah merupakan

lamaran resmi dan biasanya disaksikan oleh keluarga dan kenalan. Pada saat

inilah akan dibicarakan secara terbuka segala sesuatu terutama mengenai hal-

hal yang prinsipil. Ini sangat penting karena kemudian akan diambil

kesepakatan atau mufakat bersama, kemudian dikuatkan kembali keputusan

tersebut (mappasierekeng). Pada kesempatan ini diserahkan oleh pihak laki-

laki pattenre ada atau passio (pengikat) berupa cincin, beserta sejumlah benda

simbolis lainnya, misalnya tebu, sebagai symbol sesuatu yang manis, buah

nangka (Panasa) yang mengibaratkan harapan (minasa); dan lain sebagainya.

Apabila waktu perkawinan akan dilaksanakan dalam waktu singkat, maka

passio ini diiringi passuro mita yang diserahkan setelah pembicaraan telah

disepakati. Satu lembar bahan waju tokko - Satu lembar sarung sutera atau lipa

sabbé, juga disertai dengan ; - Satu piring besar nasi ketan (sokko) - Satu

mangkok besar palopo (air gula merah yang dimasak dengan santan dan diberi

telur ayam secukupnya) - Dua sisir pisang raja. Biasanya antara pihak

perempuan dan laki-laki pada acara mappettu ada ini dilangsungkan dialog.

Dialog ini biasanya dimulai oleh pihak perempuan sebagai tuan rumah dan

dibalas oleh pihak laki-laki. Pada saat Mappettu ada akan disepakati beberapa

perjanjian, diantaranya:

Page 37: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

44

1. Sompa

Sompa artinya mas kawin atau mahar sebagai syarat sahnya suatu perkawinan.

Besarnya sompa telah ditentukan menurut golongan atau tingkatan derajat

gadis. Penggolongan sompa tidaklah selalu sama dalam pengistilahannya. Ada

dalam bentuk mata uang dan ada pula dalam bentuk tetapi dalam buku ini

secara umum adalah sebagi berikut:

Bangsawan tinggi 88 real

Bangsawan menengah 44 real

Arung palili 28 real

Golongan tau maradeka 20 real

Golongan ata (budak) 10 real31

Pada akhir abad ke -19 besarnya mas kawin (sompa) ditetapkan berdasarkan

status seseorang. Setiap satuam maskawin disebut kati (mata uang kuno) satu

kati senilai dengan 66 ringgit, atau sama dengan 88 real, 8 uang (8/20 rial)

dan8 duit (8/12 uang) dan setiap kati akan harus ditambah satu orang budak

yang bernilai 40 real dan seekor kerbau yangbernilai 25 real. Sompa bagi

kalangan perempuan bangsawan kelas tinggi Sompa bocco’ atau

sompa puncakbisa mencapai 14 kati. Sedangkan bagi perempuan bangsawan

terendah hanya 1 kati, dan orang baik-baik atau taudeceng setengah kati, dan

kalangan baiasa hanya seperempat kati. Sistem perhitungan ini masih berlaku

sampaisekarang, tetapi sejak masa kemerdekaan Republik Indonesia, maka

mata uang ringgit (dulu senilai 2,5 rupiah atau 2,5gulden Belanda) yang

31

Christian Pelras (2006) Manusia Bugis. Op.Cit., 180

Page 38: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

45

dihadikan satu perhitungan. Namun karena inflasi dan turunnya harga rupaih

pada awal 1960maka jelas sompa ini tidak berlaku lagi. Namun Sompa ini

masih sangat penting artinya, khususnya bagi keluarga yangberstatus tinggi

karena hadiahhadiah tambahannya, termasuk di dalamnya hadiah simbolis

(batang tebu, labu, buah,nangka, anyaman-anyaman, dan bermacam-macam

kue tradisonal).

2. Dui ménré / Dui balanca

Dui ménré adalah sejumlah uang yang akan diserahkan oleh pihak laki-laki

pasa saat mappettu ada (mappasierekeng). Hal ini biasa dilakukan oleh pihak

perempuan untuk mengetahui kerelaan atau kesanggupan berkorban dari pihak

laki-laki sebagai perwujudan keinginannya untuk menjadi anggota keluarga.

Dui ménré ini akan digunakan oleh pihak perempuan dalam rangka

membiayai pesta perkawinannya. Pada tahun 1975 Susan Millar dalam

bukunya Wedding Bugis menunjukkan bahwa besarnya dui ménré berkisar

antara Rp. 2.000 sampai dengan Rp. 5000,-.32

Di kondisi kekinian dimana

kekuasaan politik tradisional semakin memudar dui ménré semakin lama

semakin mengalami kenaikan, hal ini disebabkan karena tidak ada lagi aturan

dan pihak pihak yang berwenang menegakkanaturan adat.

2. Tanra esso akkalabinéngeng

Kalau semua persayaratan ini telah disepakati, kemudian telah dikuatkan

(mappasierekeng) maka pinangan telah resmi diterima. Kemudian akan

disepakati lagi hari H perkawinan. Penentuan hari H perkawinan (tanra esso

32

Ibid., 187

Page 39: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

46

akkalabinéneng) atau penentuan saat akad nikah biasanya disesuaikan dengan

penanggalan berdasarkan tanggal dan bulan Islam. Setelah mengetahui hari

pelaksanaan akad nikah (ménré botting) dengan sendirinya prosesi adat

lainnya sepertimappacci, (tudampenni, wenni mappacci) serta marola sudah

diketahui pula. Upacara mappacci, pada malam tudampenni, atau malam pacar

baiasanya dilakukan sehari atau beberapa hari sebelum hari perkawinan.

Sedangkan maparola dilakukan sehari atau beberapa hari setelah hari

perkawinan dilangsungkan.

3. Mappaisseng atau memberi kabar

Setelah kegiatan madduta atau peminangan telah selesai dean menghasilkan

kesepakatan, maka kedua pihak keluarga calon mempelai akan menyampaikan

kabar mengenai perkawinan ini biasanya yang diberi tahu adalah keluarga

yang sangat dekat, tokoh masyarakat yang dituakan, serta tetangga-tetangga

dekat berhubung mereka inilah yang akan mengambil peran terhadap

kesuksesan semua rangkaian upacara perkawinan ini.33

4. Mattampa / Mappalettu selling

Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari proses sebelumnya yaitu mappaisseng,

dan biasanya pihak keluarga calon mempelai akan mengundang seluruh sanak

saudara dan handai taulan. Undangan tertulis ini dilaksanakan kira-kira 10

atau 1 minggu sebelum resepsi perkawinan dilangsungkan. Kegiatan ini

disebut juga mappalettu selleng karena diharapkan pihak yang diundang akan

merasa dihargai bila para pembawa undangan ini menyampaikan salam dan

33

Lembaga Seni Budaya Teluk Bone. (2011) Tata Cara Perkawinan Adat Bone. Op.Cit.,29

Page 40: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

47

harapan dari pihak yang mengundang kiranya bersedia datang untuk memberi

restu.

5. Mappatettong sarapo/ Baruga

Sarapo atau baruga adalah bangunan tambahan yang didirikan di samping

kiri/kanan rumah yang akan ditempati melaksanakan akad nikah. Sedangkan

baruga adalah bangunan terpisah dari rumah yang ditempati bakal pengantin

dan dindingnya terbuat dari jalinan bambu yang dianyam yang disebut wlsuji.

Di dalam sarapo atau baruga dibuatkan pula tempat yang khusus bagi

pengantin dan kedua orang tua mempelai yang disebut lmi. Tetapi akhir-akhir

ini di Kabupaten Bone sudah jarang lagi mendirikan sarapo oleh karena sudah

ada beberapa gedung atau tenda yang dipersewakan lengkap dengan

peralatannya, namun kadang pula masih ada yang melaksanakan terutama bagi

kalangan bangsawan dan orang berada.34

6. Mappacci / Tudampenni

Upacara adat mappacci dilaksanakan pada waktu tudampenni, menjelang

acara akad nikah/ijab kabul keesokan harinya. Upacara mappacci adalah salah

satu upacara adat Bugis yang dalam pelaksanaannya menggunakan daun pacar

(Lawsania alba), atau Pacci. Sebelum kegiatan ini dilaksanakan biasanya

dilakukan dulu dengan mappanré temme (khatam Al-Quran) dan barazanji.

Daun pacci ini dikaitkan dengan kata paccing yang makananya adalah

34

Ibid.

Page 41: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

48

kebersihan dan kesucian. Dengan demikian pelaksanaan mappacci

mengandung makna akan kebersihan raga dan kesucian jiwa.35

Dalam pelaksanaan mappacci disiapkan perlengkapan yang kesemuanya

mengandung arti makna simbolis seperti :

a) Sebuah bantal atau pengalas kepala yang diletakkan di depan calon

pengantin, yang memiliki maknapenghormatan atau martabat, kemuliaan

dalam bahasa Bugis berarti mappakalebbi.

b) Sarung sutera 7 lembar yang tersusun di atas bantal yang mengandung arti

harga diri.

c) Di atas bantal diletakkan pucuk daun pisang yang melambangkan

kehidupan yang berkesinambungan dan lestari.

d) Di atas pucuk daun pisang diletakkan pula daun nangka sebanyak 7 atau 9

lembar sebagai permakna ménasaatau harapan.

e) Sebuah piring yang berisi wenno yaitu beras yang disangrai hingga

mengembang sebagai simbol berkembang dengan baik sesuai dengan arti

bahasa Bugisnya (mpenno rialéi).

f) Tai bani, patti atau lilin yang bermakna sebagai suluh penerang, juga

diartikan sebagai simbol kehidupan lebah yang senantiasa rukun dan tidak

saling mengganggu.

g) Daun pacar atau pacci sebagai simbol dari kebersihan dan kesucian.

Penggunaan pacci ini menandakan bahwa calon mempelai telah bersih dan

suci hatinya untuk menempuh akad nikah keesokan harinya dan kehidupan

35

Ibid.

Page 42: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

49

selanjutnya sebagai sepasang suami istri hingga ajal menjemput. Daun

pacar atau pacci yang telah dihaluskan ini disimpan dalam wadah bekkeng

sebagai permaknaan dari kesatuan jiwa atau kerukunan dalam kehidupan

keluarga dan kehidupan masayarakat.

7. Pelaksanaan

Orang-orang yang diminta untuk meletakkan pacci pada calon mempelai

biasanya adalah orang-orang yang mempunyai kedudukan sosial yang baik

dan punya kehidupan kehidupan rumah tangga yang bahagia. Semua ini

mengandung makna agar calon mempelai kelak di kemudian hari dapat hidup

bahagia seperti mereka yang meletakkan pacci di atas tangannya.Jumlah orang

yang meletakkan pacci ke tangan calon mempelai adalah biasanya disesuaikan

dengan stratifikasi social calon mempelai itu sendiri. Untuk golongan

bangsawan tertinggi jumlahnya 2 x 9 orang atau dalam istilah Bugis

duakkaséra. Untuk golongan bangsawan menengah sebanyak 2 x 7 orang atau

duappitu. Sedangkan untuk golongan di bawahnya bisa 1 x 9 atau 1 x 7

orang.36

Cara memberi pacci kepada calon mempelai adalah sebagai berikut :

Diambil sedikit daun pacci yang telah dihaluskan (telah dibentuk bulat supaya

praktis), lalu diletakkan daun dan diusap ke tangan calon mempelai. Pertama

ke telapak tangan kanan, kemudian telapak tangan kiri, lalu disertai dengan

doa semoga calon mempelai kelak dapat hidup dengan bahagia. Kemudian

kepada orang yang telah memberikan pacci diserahkan rokok sebagai

36

Ibid. 7

Page 43: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

50

penghormatan. Dahulu disuguhi sirih yang telah dilipat-lipat lengkap dengan

segala isinya.Tetapi karena sekarang ini sudah jarang orang yang memakan

sirih maka diganti dengan rokok. Sekali-kali indo botting menghamburkan

wenno kepada calon mempelai atau mereka yang meletakkan daun pacar tadi

dapat pula menghamburkan wenno yang disertai dengan doa. Biasanya

upacara mappacci didahului dengan pembacaan Barzanji sebagai pernyataan

syukur kepada Allah SWT dan sanjungan kepada Nabiyullah Muhammad

SAW atas nikmat Islam. Setelah semua selesai meletakkan pacci ke telapak

tangan calon mempelai maka tamu-tamu disuguhi dengan kue-kue tradisional

yang diletakkan dalam bosara. Biasanya acara mappacci ini didahului dengan

ritual sebagai berikut:

a. Ripasau

Sementara dalam kesibukan mempersiapkan pesta pernikahan maka diadakan

pula persiapan-persiapan yang tak kalah pentingnya yaitu perawatan

pengantin (ripasau/mappasau). Biasanya perawatan ini dilakukan sebelum hari

pernikahan(3 hari berturut-turut atau karena keterbatasan waktu hanya

dilakukan 1 kali saja pada saat sebelum kegiatan mappacci). Ripasau atau

mappsau ini dilakukan pada satu ruangan tertentu yang terlebih dahulu

dipersiapkan dengan memasak berbagai macam ramuan yang terdiri dari daun

sukun, daun coppéng, daun pandan, rampa para pulo dan akar-akaran yang

harum dalam belanga yang besar. Mulut belanga ditutup dengan batang pisang

yang diberi terowongan bambu sepanjang tangga rumah yang disumbat

dengan tutup periuk. Uap yang keluar kemudian akan menghangatkan tubuh

Page 44: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

51

sampai membuka pori-pori kulit sehingga mengeluarkan keringat dari seluruh

tubuh sehingga tubuh menjadi bersih dan segar. Namun sebelum kegiatan ini,

terlebih dahulu pengantin dipakaikan bedak basah atau lulur yang terdir atas

beras yang telah direndam dan telah ditumbuk halus bersama kunyit dan akar-

akaran yang harum ditambah dengan rempah-rempah. Ramuan ini kemudian

dilulurkan ke seluruh permukaan badan. Dahulu kala ritual ini dilaksanakan

selama 40 hari, dewasa ini hanya 3 hari atau 7 hari atau malah hanya 1 kali

sebelum acara tudampenni atau mappacci.37

b. Cemmé passili, Mappassili

Disebut juga cemmé tula bala yaitu permohonan kepada Allah SWT agar

kiranya dijauhkan dari segala macambahaya atau bala, yang dapat menimpa

khususnya bagi calon mempelai. Prosesi ini dilaksanakan di depan pintu

rumah dengan maksud agar kiranya bala atau bencana dari luar tidak masuk ke

dalam rumah dan bala yang berasal dari dalamrumah bisa keluar. Tata caranya

: Upacara ini biasanya dilaksanakan pasa jam 10.00 (sedang naiknya matahri)

dan dilakukan di depan pintu rumah.

Calon mempelai perempuan atau laki-laki memakai baju biasa dan sarung

yang tidak terlalu lusuh (tua), karena baju ininantinya akan diserahkan kepada

indo botting yang melaksanakan cemmé passili ini. Calon mempelai duduk di

atas kelapa yang masih utuh yang diletakkan di atas sebuah loyang besar,

disamping itudiletakkan sebuah ja jakang yaitu sebuah bakul yang berisi:

a) Satu gantang beras

37

Ibid.

Page 45: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

52

b) Pesse pelleng (lilin) 2 buah

c) Kelapa yang masih utuh

d) Gula merah

e) Pala (sepasang)• Kayu manis

f) Sirih segar

g) Pinang beberapa buah

Dalam upacara mappassili dilakukan kedua lilin atau pesse pelleng harus

dinyalakan. Kemudian disiapkan berbagai macam bahan yang akan digunakan

sebagai ramuan dan dicampurkan ke dalam air dalam gentong yang terbuat

dari tanah liat. Dari beberapa sumber disebutkan bahwa sumber air yang akan

digunakan biasanya berasal dari beberapa sumur bersejarah dan masih

dianggap punya kelebihan (keramat) dibanding sumber air biasa. Sumur yang

dianggap suci di masyarakat Bone ini ada beberapa diantaranya yaitu:

a) Bubung Manurungé disebut juga bubung Cemma yang terletak di jalan

Manurungé (tidak ada lagi). Bubung Lassonrongdisebut juga bubung

suwabeng terletak di sekitar jalan Lassonrong sekarang jalan Irian. (tidak

adalagi).

b) Bubung Laccokkong yang treletak di sekitar jalan Serigala di lingkungan

Laccokkong Kel. Watampone. Bubung Lagaroang yang terletak di

Kelurahan Bukaka.

Adapun bahan-bahan yang akan digunakan adalah:

a) Daun sirih simbol harga diri

b) Daun serikaja simbol kekayaan

Page 46: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

53

c) Daun waru simbol kesuburan

d) Daun tebu simbol kenikmatan

e) Daun ta baliang simbol penangkis bala

f) Bunga cabbéru simbol keceriaan

g) Daun cangadori simbol penonjolan

h) Maja alosi atau mayang pinang

Kedelapan bahan tersebut dimasukkan ke dalam gentong atau loyang terbuat

dari tanah liat sebagai simbol lekat atausaling melengket yang telah dialasi

dengan semacam tikar yang disebut okkong/appereng sebagai simbol jalinan

kebersamaan. Setelah semuanya siap maka dilakukanlah penyiraman pertama

yang dilakukan oleh indo botting dengan membaca Basmalah kemudian

dilanjutkan dengan membaca beberapa doa kiranya Allah SWT senantiasa

memberikan berkahNya kepada calon mempelai.

Penyiraman dimulai dengan : Kepala 3x kemudian selangkah/bahu kanan

3x.Bahu kiri 3x, punggung dan seluruh badan sebanyak 3x.Sesudah Indo

botting mempersilahkan kepada pinisepuh/ keluarga lainnya untuk melakukan

hal yang sama. Setelah selesai maka air itu pun dipercikkan ke arah luar pintu

rumah dengan maksud agar semua yang tidak baik keluar pula melalui pintu.

Sesudah cemme passili atau mappassili selesai maka calon mempelai baik itu

laki-laki maupun perempuan disilakan mandi seperti biasa.

Calon mempelai perempuan kemudian memakai : Waju tokko warna merah

jambu, Lipa, sabbé warna hijau dan perhiasan sekedarnya.

Page 47: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

54

Calon mempelai pria bisa memakai : Waju belladada (warna tidak ditentukan),

Lipa, sabbé yang serasi, Songko pamiring.

Sesudah acara mappassili atau cemme passili selesai maka calon mempelai

perempuan maupun calon mempelai laki-laki didudukkan di lamming untuk

mengikuti upacara lainnya.38

c. Macceko

Macceko berarti mencukur rambur-rambut halus yang ada pada dahi dan di

belakang telinga, agar supaya dadasa yaitu riasan hitam pada dahi yang akan

dipakai pada calon mempelai perempuan pada waktu dirias dapat melekat

dengan baik.

8. Akad Nikah /akkalabinengeng

Upacara akad nikah juga memiliki beberapa rangkaian acara yang secara

beruntun. Kegiatan yang dimaksud adalahsebagai berikut:

a. Mappénré Botting

Merupakan kegiatan mengantar pengantin laki-laki ke rumah pengantin

perempuan untuk melaksanakan akad nikah. Didepan pengantin laki-laki ada

beberapa laki-laki tua berpakaian adat dan membawa keris. Kemudian diikuti

oleh sepasang remaja yang masing-masing berpakaian pengantin. Lalu diikuti

sekelompok bissu yang berpakaian adat pula berjalan sambil menari mengikuti

irama gendang. Lalu di belakangnya terdiri dari dua orang laki-laki berpakaian

tapong yang membawa gendang dan gong. Kemudian pengantin laki-laki pada

38

Ibid.

Page 48: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

55

barisan beikutnya dengan diapit oleh dua orangpasseppi dan satu bali botting.

Pakaian passeppi tidak sama warnanya dengan pakaian pengantin.

b. Madduppa botting

Diartikan menjemput kedatangan pengantin laki-laki. Sebelum penganting

laki-laki berangkat ke rumah perempuan, terlebih dahulu rombongan tersebut

menunggu penjemput dari pihak perempuan (biasanya dibicarakan lebih

dahulu sebagai suatu perjanjian). Bila tempat mempelai perempuan jauh dari

lokasi rumah laki-laki maka yang disepakati adalah jam tiba di rumah

perempuan. Rombongan penjemput tersebut menyampaikan kepada pihak

laki-laki bahwa pihak perempuan telah siap menerima kedatangan pihak laki-

laki. Untuk menyambut kedatangan rombongan mempelai laki-laki maka di

depan rumah mempelai perempuan telah menunggu beberapa penjemput yaitu

: 2 orang padduppa : 1 orang puteri dan 1 orang remaja dengan pakaian

lengkap2 orang pakkusu-usui: perempuan yang sudah menikah 2 orang pallipa

sabbé: sepasang orang tua setengah baya sebagai wakil orang tua1 orang

prempuan pangampo wenno1 atau 2 orang padduppa botting yang biasanya

dilakukan oleh saudara dari orang tua mempelai perempuan, mereka

ditugaskan menjemput dan menuntun pengantin turun dari kendaraan menuju

ke dalam rumah untuk melaksanakan akad nikah.

c. Akad Nikah

Orang bersiap melakukan akad nikah adallah bapak atau wali calon mempelai

perempuan atau imam kampung atau salah seorang yang ditunjuk oleh

Departemen Agama. Dua orang saksi dari kedua belah pihak. Pengantin laki-

Page 49: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

56

laki duduk bersila siap melaksanakan akad nikah. Acara akad nikah dimulai

dengan pembacaan ayat suci Al-Quran yang dilanjutkan dengan pemeriksaan

berkas pernikahan, penandatanganan berkas dan juga sompa. Pihakyang

bertandatangan adalah pengantin laki-laki, pengantin perempuan, wali dan 2

orang saksi. Kemudian dilanjutkan dengan penyerahan perwalian dari orang

tua atau wali pengantin perempuan kepada imam kampung/penghulu yang

akan menikahkan. Orang tua atau wali perempuan mengucapkan, dengan

mengucapkan Bismillahi Rahmani Rahim saya orang tua/wali pengantin

perempuan menyerahkan perwalian kepada imam kampung/penghulu untuk

menikahkan anak saya dengan lak-laki (disebutkan nama pengantin laki-laki).

Ijab kabul dilakukan dengan didahului oleh khutbah nikah oleh imam

kampung atau orang yang ditunjuk oleh undang-undang. Ijab kabul dilakukan

dengan pengantin laki-laki berhadapan dengan imam lalu saling berpegangan

ibu jarikanan sebelumnya. Pengantin laki-laki dibimbing oleh imam untuk

menjawab pertanyaan imam, setelah merasa lancarmaka ijab kabulpun

dilaksanakan. Beberapa bacaan yang diucapkan oleh imam harus diikuti oleh

pengantin laki-laki seperti : istigfar, syahadatain, shalawat, lalu ijab kabul.

Ucapan ijab kabul diucapkan oleh imam dengan mengatakan saudara A bin B

saya menikahkan engkau atas perwalian orang tua/wali kepada saya

dengan..............dengan mahar 88 real karena Allah dan dijawab oleh

pengantin laki-laki saya terima nikahnya.....................dengan mahar 88 real

karena Allah.

Page 50: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

57

Proses ijab kabul ini biasanya diulang 2-3 kali untuk memperjelas ketepatan

jawaban laki-laki. Setelah itu pengantin laki-laki membaca sighat taklik

talak.Selama proses ini mempelai perempuan tetap berada di dalam kamar

pengantin yang telah dihiasi.

d. Mappasiluka

Setelah akad nikah selesai maka dilanjutkan dengan acara mappasiluka atau

mappasikarawa. Acara ini merupakan kegiatan mempertemukan mempelai

laki-laki dengan pasangannya. Pengantin laki-laki diantar oleh seseorang yang

dituakan oleh keluarganya menuju kamar pengantin. Kegiatan ini biasa

disebut juga dengan mappalettu nikka. Sering terjadi pintu kamar pemgantin

perempuan, sehingga untuk masuk dilakukan dulu dialog yang disertai dengan

pemberian kenang-kenangan berupa uang dari oarng yang mengantar

pengantin laki-laki sebagai pembuka pintu. Setibadi kamar, oleh orang yang

mengantar menuntun pengantin laki-laki untuk menyentuh bagian tertentu

tubuh pengantin perempuan. Ada beberapa variasi bagian tubuh yang

disentuh, antara lain : Ubun-ubun, bahkan menciumnya agar laki-laki tidak

diperintah oleh istrinya. Bagian atas dada, agar kehidupan keluarga dapat

mendatangkan rezeki yang banyak seperti gunung. Jabat tangan atau ibu jari,

diharapkan nantinya kedua pasangan ini saling mengerti dan saling

memaafkan. Ada yang memegang telinganya dengan maksud agar istrinya

dapat senantiasa mendengar ajakan suaminya. Adapula yang langsung

mencium aroma harum istrinya seperti tradisi yang dilakukan di Arab Saudi.

Page 51: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

58

Setelah uapacara ini pengantin laki-laki duduk di sisi istrinya untuk mengikuti

kegiatan malloangeng. Orang tua atauorang yang telah ahli dalam hal ini

ditunjuk melilitkan kain/sarung sehingga kedua pengantin berada dalam satu

sarung,kemudian kedua pinggirnya dikaitkan dan dijahit tiga kali dengan

benang emas atau benang biasa yang tidak ada pinggirnya. Kegiatan ini

memiliki makna agar nantinya pasangan ini senantiasa bersatu padu dalam

menempuh kehidupan rumah tangganya di kemudian hari.

e. Maréllau Dampeng

Setelah prosesi mappasiluka maka dilanjutkan dengan acara memohon maaf

kepada kedua orang tua pengantin perempuan dan seluruh keluarga dekat yang

sempat hadir pada akad nikah tersebut. Selesai memohon maaf lalu kedua

pengantin diantar menuju pelaiminan untuk bersanding guna menerima

ucapan selamat dan doa restu dari segenap tamu dan keluarga yang hadir,

biasanya acara ini dilanjutkan dengan resepsi di malam hari.

f. Upacara Sesudah Akad Nikah

1. Mapparola

Acara ini merupakan juga prosesi penting dalam rangkaian perkawinan adat

Bone, yaitu kunjungan balasan dari pihak perempuan kepada pihak lak-laki.

Jadi merupakan sebuah kekurangan, apabila seorang mempelai perempuan

tidak diantar ke rumah orang tua mempelai laki-laki. Kegiatan ini biasanya

dilaksanakan sehari atau beberapa hari setelahupacara akad nikah

dilaksanakan. Kegiatan biasanya tidak dilakukan jika pernikahan tidak

mendapat restu dari orangtua pihak laki-laki.Pada hari yang disepakati untuk

Page 52: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

59

proses mapparola/marola (mammatoa) kedua belah pihak kemudian

mengundang kembali keluarga dan kaum kerabat untuk hadir dan meramaikan

upacara mapparola. Keluarga pihak perempuan mengundang beberapa

keluarga untuk turut mengantar kedua mempelai ke rumah orang tuapihak

laki-laki. Sedangkan pihak laki-laki mengundang beberapa keluarga dan

kerabat untuk menyambut kedatangan pihak perempuan. Kedua mempelai

kembali dirias seperti pada waktu akad nikah, lengkap pula dengan semua

pengringnya, seperti balibotting, passeppi, pembawa cerek, pembawa tombak,

pembawa payung, pembawalellu ,indo pasusu.Apabila kedua mempelai

beserta rombongan tiba di hadapan rumah orang tua laki-laki maka disambut

dengan wanitaberpakaian waju tokko hitam dengan menghamburkan wenno,

sebagai pakkuru sumange (ucapan selamatdatang). Dalam acara mapparola ini

biasanya dilakukan juga makkasiwiang yaitu mempelai perempuan

membawakan sarung untuk mertua/orang tua laki-laki beserta saudar-

saudaranya. Hal ini dilakukan di kamar pengantin laki-laki. Pengantin

perempuan diantar oleh indo botting untuk memberikan sarung sutera kepada

orang tua dan saudara pengantin laki-laki. Di daerah Bugis biasanya

pemberian ini akan dikembalikan lagi dengan ditambahkan pemberian dari

mempelailaki-laki sesuai dengan kemampuan.

2. Marola wekka dua

Pada marola wekka dua ini, mempelai perempuan biasanya hanya bermalam

satu malam saja dan sebelum matahari terbit kedua mempelai kembali ke

rumah mempelai perempuan.

Page 53: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

60

3. Ziarah kubur

Meskipun banyak pihak mengatakan bahwa ziarah kubur bukanlah merupakan

rangaian dalam upacara perkawinan adat Bone namun sampai saat ini kegiatan

tersebut masih sangat sering dilakukan karena merupakan tradisi atau adat

kebiasaan bagi masyarakat Bone, yaitu lima harai atau seminggu setelah kedua

belah pihak melaksanakan upacaraperkawinan.

4. Cemmé-cemmé atau mandi-mandi

Sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Bone bahwa setelah upacara

perkawinan yang banyak menguras tenaga dan pemikiran maka rombongan

dari kedua belah pihak pergi mandi-mandi di suatu tempat.39

F. Nilai Luhur Perkawinan Adat Bone

Banyak sekali nilai-nilai spiritual yang dapat kita petik di dalam prosesi

perkawinan ini, baik itu yang tersirat dari setiap tahap yang dilakukan maupun

dari setiap perlengkapan yang digunakan dalam prosesi pernikahan adat Bugis.

Namun sebelum kita membahas nilai-nilai spiritual tersebut ada baiknya kita

membahas lebih dahulu makna dan fungsi dari perkawinan baik dari segi agama

Islam sebagai agama yang dianut oleh masyarakat Bugis maupun dari sudut social

kebudayaan Bugis. Allah SWT telah melimpahkan karunia-Nya yang teramat

agung kepada hamba-Nya melalui perkawinan. Allah SWTmenjadikan

perkawinan untuk menunjukkan kepada kita semua sebagian dari pada tanda-

tanda kekuasaan-Nya. Sesungguhnya perkawinan dalam pandangan agama Islam

adalah suatu ibadah dan usaha untuk mendekatkan dirikepada Allah dengan

39

Ibid., 12

Page 54: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

61

perkawinan seorang manusia akan medapatkan balasan baik dan pahala. Tentu

saja dengan melakukan perkawinan dengan niat ikhlas dan tujuan yang benar.

Perkawinan yang mereka lakukan semata-mata untuk menghindarkan diri dari hal-

hal yang haram, bukan karena nafsu hewani. Allah SWT melimpahkan kepada

manusia melakui perkawinan dengan menjadikan hubungan seks seperti yang

dilakukan oleh binatang sebagai suatu ibadah yang dipergunakan seorang mukmin

untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Hal ini bermakna bahwa Allah

memerintahkan perkawinan sebagai alasan pembenaran bagi hubungan seks.

Islam telah mengangkat posisi kenikmatan fisik kepada tingkatan yang lebih

mulia dan suci. Perkawinan juga merupakan proses pengemblengan dan

penyucian jiwa. Pengemblengan ini dilakukan dengan cara menunaikan semua

hak istri, sabar tehadap sikaonya, memaafkan kesalahannya, berusaha

memperbaikinya, memberikan petunjuk ke jalan yang benar. Melalui perkawinan

Allah melimpahkan beberapa anugerah dan karunia-Nya yaitu:

a. Anugerah Pertama

Sesungguhnya istri adalah perempuan yang berjiwa mulia. Allah SWT

menciptakan jiwa perempuan dari unsur yang juga dipergunakan untuk

menciptakan laki-laki. Oleh karena itulah laki-laki dan perempuan sama dan

sejajar dalam tingkat kemuliaan dan penciptanya.Oleh karena itu diantara hikmah

penciptaan makhluk manusia dari jenis yang sama tiada lain agar mereka dapat

bersatu dengan sempurna serta dapat saling mengenal seperti ungkapan yang

berbunyi sekelompok jenis makhluk itu akan senang (cinta) kepada jenis makhluk

yang sama dengan dirinya..

Page 55: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Mahar 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4123/5/2012-1-87201-231408026-bab2... · nikah baik yang disebutkan di dalam akad atau yang diwajibkan sesudahnya

62

b. Anugerah kedua

Anugerah yangt kedua adalah bahwa Allah SWT memberikan kepada kita

semua pemahaman bahwa istri itu bagaikan tempat tinggal dan ketenangan jiwa

yang dapat dirasakan oleh laki-laki. Namun hal itu baru dapat dirasakan oleh

setiaplaki-laki jika hidup dengan istri yang mulia. Laki-laki akan merasa tentram

dan tenang serta suka cita. Semua itu dapat ditemukan dalam naungan kehidupan

rumah tangga yang bahagia. perempuan adalah tempat menaruh kepercayaan bagi

laki-laki, demikian juga sebaliknya laki-laki adalah tempat menyandarkan

kepercayaan bagi perempuan. Hal itu termaktub dalam Al-Quran surah Al-

Baqarah ayat 187 yang artinya : Mereka itu adalahpakaian bagimu, dan

engkaupun adalah pakaian bagi mereka. Dan diantara mereka Allah juga

menanamkanrasa simpati (cinta) diantara mereka. Seandainya bukan karena

nikmat ini maka tidak akan ada rasa senang seorang laki-laki kepada perempuan

dan tidak dan tidak akan langgeng persahabatan diantara manusia. Demikianlah

tujuan Allah menciptakan perempuan dan laki-laki, yakni menjadikan adanya sara

suka diantara keduanya seperti juga lainnya, Allah menciptakan nafsu dan syhwat

diamtara mereka dengan tujuan terciptanya perkawinan diantara mereka. Sehingga

sempurnalah bangunan kehidupan masyarakat manusia. Roda kehidupan akan

terus berputar dengan saling memberi dan tolong menolong sebagai manifestasi

dari rasa simpati.40

40

Ibid., 14