bab ii kajian pustaka · menentukan jumlah investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan....

32
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pertumbuhan Ekonomi Regional Pola pertumbuhan ekonomi antar regional tidak sama dengan pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini disebabkan oleh analisa pertumbuhan ekonomi regional. Namun, kedua ilmu tersebut mempunyai ciri yang sama yaitu memberi tekanan pada unsur waktu yang merupakan faktor utama dalam analisis pertumbuhan ekonomi. Teori ekonomi regional memberikan juga pada unsur ruang, maka beberapa faktor utama yang menjadi perhatian juga berbeda dengan yang dibahas pada pertumbuhan ekonomi nasional. Pada pertumbuhan ekonomi nasional faktor-faktornya adalah modal, lapangan pekerjaan dan kemajuan teknologi yang bisa muncul dalam berbagai bentuk. Sedangkan pada teori pertumbuhan ekonomi regional beberapa faktor yang mendapat perhatian utama adalah keuntungan lokasi, aglomerasi migrasi dan arus lalulintas modal antar wilayah. Pendapat lain dikemukakan oleh Glasson (1977), bahwa pertumbuhan regional ditentukan oleh faktor endogen ataupun exogen yaitu faktor-faktor yang terdapat di dalam daerah yang bersangkutan ataupun faktor-faktor di luar daerah atau kombinasi dari keduanya. Adisasmita (2008) berpendapat bahwa pertumbuhan dari suatu regional

Upload: others

Post on 18-Jan-2020

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA · menentukan jumlah investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Jenis investasi ini umumnya dilakukan oleh pemerintah dengan maksud sebagai landasan

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pertumbuhan Ekonomi Regional

Pola pertumbuhan ekonomi antar regional tidak sama dengan

pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini disebabkan oleh analisa

pertumbuhan ekonomi regional. Namun, kedua ilmu tersebut mempunyai

ciri yang sama yaitu memberi tekanan pada unsur waktu yang merupakan

faktor utama dalam analisis pertumbuhan ekonomi. Teori ekonomi

regional memberikan juga pada unsur ruang, maka beberapa faktor utama

yang menjadi perhatian juga berbeda dengan yang dibahas pada

pertumbuhan ekonomi nasional.

Pada pertumbuhan ekonomi nasional faktor-faktornya adalah

modal, lapangan pekerjaan dan kemajuan teknologi yang bisa muncul

dalam berbagai bentuk. Sedangkan pada teori pertumbuhan ekonomi

regional beberapa faktor yang mendapat perhatian utama adalah

keuntungan lokasi, aglomerasi migrasi dan arus lalulintas modal antar

wilayah. Pendapat lain dikemukakan oleh Glasson (1977), bahwa

pertumbuhan regional ditentukan oleh faktor endogen ataupun exogen

yaitu faktor-faktor yang terdapat di dalam daerah yang bersangkutan

ataupun faktor-faktor di luar daerah atau kombinasi dari keduanya.

Adisasmita (2008) berpendapat bahwa pertumbuhan dari suatu regional

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA · menentukan jumlah investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Jenis investasi ini umumnya dilakukan oleh pemerintah dengan maksud sebagai landasan

9

dapat dilihat dari hubungan struktural (keterkaitan antar sektor) dan

hubungan fungsional (interaksi antar sub sistem dalam suatu wilayah).

Sedangkan pertumbuhan eksternal dari suatu regional yaitu keterkaitan

suatu regional dengan regional lain yang berada di luar regional tersebut.

2. Investasi

Teori ekonomi mendefinisikan investasi sebagai pengeluaran

untuk membeli barang-barang modal dan peralatan peralatan produksi

dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barangbarang

modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksikan

barang dan jasa di masa depan. Investasi yang lazim disebut dengan istilah

penanaman modal atau pembentukan modal, menurut Jhingan (2002),

investasi atau pembentukan modal merupakan jalan keluar utama dari

masalah negara terbelakang ataupun berkembang dan kunci utama menuju

pembangunan ekonomi.

Investasi dibedakan atas dua hal yaitu investasi otonom

(otonomous investment) dan investasi terpengaruh (induced investment).

Investasi otonom adidefinisikan investasi yang tidak dipengaruhi oleh

pendapatan nasional, artinya tinggi rendahnya pendapatan nasional tidak

menentukan jumlah investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan.

Jenis investasi ini umumnya dilakukan oleh pemerintah dengan maksud

sebagai landasan pertumbuhan ekonomi berikutnya, misalnya investasi

untuk pembuatan jalan, jembatan dan infrastruktur lainnya.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA · menentukan jumlah investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Jenis investasi ini umumnya dilakukan oleh pemerintah dengan maksud sebagai landasan

10

Sedangkan yang dimaksud dengan adalah investasi yang

terpengaruh investasi yang terpengaruhi oleh pendapatan nasional, artinya

pendapatan nasional yang tinggi akan memperbesar pendapatan

masyarakat dan selanjutnya pendapatan masyarakat yang tinggi tersebut

akan memperbesar permintaan terhadap barang-barang dan jasa-jasa.

Maka keuntungan perusahaan akan bertambah tinggi dan ini akan

mendorong dilakukannya lebih banyak investasi.

Menurut Irawan dan Suparmoko (2010), ada beberapa teori yang

dapat menjelaskan seberapa besar tingkat investasi yang dapat diusahakan

untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi suatu negara ataupun wilayah,

yaitu :

a. Teori Usaha Perlahan-lahan (Gradualist Theory)

Teori ini berpendapat jika negara yang masih terbelakang disarankan

untuk tidak mengadakan proses industrialisasi terlalu dini, sebab akan

terjadi resko yang berat. Kapital yang terlalu banyak membuat daya

serap perekonomian tidak mampu untuk menyerapnya. Pemilihan

teknik didaalam produksi dan investasi harus didasarkan pada biaya-

biaya relatif daripada faktor-faktor produksi. Kegiatan yang

membutuhkan kapital yang banyak akan diusahakan bila keuntungan

melebihi dari kegiatan yang sifatnya padat karya (labor intensive).

b. Teori Dorongan Besar (Big Push)

Teori ini secara singkat mengatakan bahwa hanya ada sedikit usaha

untuk menaikkan pendapatan, hal ini akan mendorong pertambahan

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA · menentukan jumlah investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Jenis investasi ini umumnya dilakukan oleh pemerintah dengan maksud sebagai landasan

11

penduduk dan menghambat kenaikan pendapatan perkapita. Oleh

karena itu, adanya suatu usaha harus dilaksanakan secara maksimal

untuk mengatasi perubahan penduduk. Implikasinya adalah diadakan

investasi secara umum untuk mengurangi kemiskinan,

memaksimumkan output dengan menggunakan strategi produktif yang

membutuhkan kapital yang besar. Fokus pada investasi yang

selanjutnya menghasilkan peralatan kapital untuk mempertahankan

pendapatan dan pertumbuhan output. Konsumsi sebaliknya ditekan,

sehingga investasi dapat terus ada. Titik berat dari skala ekonomi

adalah produksi masa (large scale production) dan kapital.

c. Teori Pembangunan Seimbang (Balanced Growth)

Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Rosenstein-Rodan, yang

menitikberatkan bahwa dalam perekonomian ada kemungkinan untuk

berkembang apabila ada perimbangan yang baik antara sektor-sektor

yang ada di dalam perekonomian. Dengan pertumbuhan yang seimbang

(balanced growth) tersebut diartikan sebagai perkembangan ekonomi

tidak akan berhasil apabila investasi hanya pada “titik pertumbuhan”

(growing point) tertentu atau sektor-sektor yang sedang berkembang,

sebab sektor-sektor saling bersimbiosis. Investasi harus menyeluruh

pada semua sektor sehingga memperluas pasar antara satu sektor

dengan sektor lainnya. Semaakin erat hubungan saling ketergantungan

antar berbagai sektor maka pasar akan semakin kuat. Untuk

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA · menentukan jumlah investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Jenis investasi ini umumnya dilakukan oleh pemerintah dengan maksud sebagai landasan

12

mewujudkan teori ini tentu saja harus didukung oleh investasi yang

besar.

d. Teori Pembangunan Tidak Seimbang (Unbalanced Growth)

Teori ini dikemukakan oleh Hirschman yang pada awalnya teori ini

mengkritik teori pembangunan seimbang. Menurutnya masyarakat yang

masih rendah tingkat pendapatannya tidak dapat mengubah sistem

perekonomian tradisional menjadi sistem perekonomian modern.

Disamping itu, modal yang besar tidak dapat disediakan oleh negara

yang masih berkembang. Dengan tidak adanya keseimbangan akan

mendorong proses pertumbuhan ekonomi lebih cepat dan biaya-biaya

ekspansi dapat diminimumkan. Apabila satu sektor masih rendah

outputnya maka akan ada permintaan di sektor lain dan akan ada

keuntungan normal pada sektor yang outputnya rendah.

3. Growth Pole

Beberapa pakar telah mendefinisikan tentang pusat petumbuhan,

dimana MCCrone (1969) dalam Gore (1985) menjelaskan bahwa suatu

pusat pertumbuhan terdiri dari suatu kompleks industri yang saling

berkaitan dan mendapat keunggulan ekonomi dari keuntungan lokasi.

Boudeville dalam Gore (1985) mendefinisikan kutub pertumbuhan

regional sebagai sekelompok industri yang mengalami ekspansi yang

berlokasi di suatu daerah perkotaan dan mendorong perkembangan

kegiatan ekonomi lebih lanjut keseluruh daerah pengaruhnya. Konsep-

konsep yang dikemukakan di dalam teori pusat pertumbuhan antara lain:

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA · menentukan jumlah investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Jenis investasi ini umumnya dilakukan oleh pemerintah dengan maksud sebagai landasan

13

a. Konsep leading industries dan perusahaan propulsive

Dinyatakan pada pusat kutub pertumbuhan terdapat

perusahaan-perusahaan besar yang bersifat propulsif yaitu

perusahaan yang relatif besar, menimbulkan dorongan dorongan

pertumbuhan nyata terhadap lingkungannya, mempunyai

kemampuan inovasi tinggi, dan termasuk ke dalam industry

industri yang cepat berkembang. Dalam konsep ini leading

industries yaitu: pertama relatif baru, dinamis, dan mempunyai

tingkat teknologi maju yang mendorong iklim pertumbuhan

kondusif ke dalam suatu daerah permintaan terhadap produknya

mempunyai elastisitas pendapatan yang tinggi dan biasanya

dijual ke pasar-pasar nasional. Kedua mempunyai kaitan-kaitan

antara industri yang kuat dengan sektor-sektor lainnya sehingga

terbentuk forward linkages dan backward linkages.

b. Konsep polarisasi.

Konsep tersebut diasumsikan bahwa pertumbuhan leading

industries yang sangat cepat (propulsive growth) akan

mendorong polarisasi dari unit-unit ekonomi lainnya ke kutub

pertumbuhan.

c. Konsep spread effect

Konsep ini mengemukakan bahwa pada suatu waktu kualitas

propulsive dinamis dari kutub pertumbuhan akan memencar dan

memasuki ruang-ruang di sekitarnya (Spread effect atau

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA · menentukan jumlah investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Jenis investasi ini umumnya dilakukan oleh pemerintah dengan maksud sebagai landasan

14

trickling down effect). Dengan kata lain bersifat mendorong

wilayah belakangnya, yang berarti antara kota dan wilayah

belakangnya terdapat hubungan yang harmonis. Kota

membutuhkan bahan baku dari wilayah belakangnya dan

menyediakan berbagai kebutuhan wilayah belakangnya untuk

dapat mengembangkan diri. Apabila terdapat hubungan yang

harmonis dengan wilayah belakangnya, maka otomatis kota itu

akan berfungsi untuk mendorong wilayah belakangnya.

Jadi agar sesuatu konsentrasi kegiatan ekonomi dapat

dianggap pusat pertumbuhan, apabila konsentrasi itu dapat

mempercepat pertumbuhanekonomi baik ke dalam (diantara

berbagai sektor didalam kota) maupun keluar (ke wilayah

belakangnya).

Kini paradigma baru pembagunan daerah telah berubah seirinng

sengan perkembangan industri-industri yang ada di daerah-daerah

beberapa komponen seperti kesempatan kerja, basis pembangunan, aset-

aset lokasi dan sumber daya pengetahuan telah berubah dari konsep lama

ke konsep baru seperti yang dijelaskan oleh Tabel 2.1.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA · menentukan jumlah investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Jenis investasi ini umumnya dilakukan oleh pemerintah dengan maksud sebagai landasan

15

Tabel 2.1 Perubahan paradigma pembangunan

KOMPONEN KONSEP LAMA KONSEP BARU

Kesempatan KerjaSemakin banyak perusahaan = semakin banyak peluang kerja

Perusahaan harus mengembangkan pekerjaan yang sesuai “kondisi” penduduk daerah

Basis PembangunanPengembangan sektor ekonomi

Pengembangan lembaga-lembaga ekonomi baru

Aset-aset LokasiKeunggulan kompratif didasarkan pada aset fisik

Keunggulan kompetitif didasarkan pada kualitas lingkungan

Sumberdaya Pengetahuan

Ketersediaan angkatan kerja

Pengetahuan sebagai pembangkit ekonomi

Sumber : Todaro, Michael P., dan Smith, Stephen C (2006) Pembangunan Ekonomi, Erlangga, Jakarta.

4. Area Terpadu

Area Terpadu atau yang lebih sering disebut sebagai Mixed Use

Area adalah penggunaan campuran berbagai tata guna lahan atau fungsi

dalam bangunan (Procos, 1976), Namun fungsi campuran ini bila

dikaitkan dengan bangunan disebut sebagai Mixed Use atau area terpadu.

Mixed Use Building adalah salah satu usaha menyatukan berbagai aktivitas

dan fungsi yang berada di bagian area suatu kota ( luas area terbatas, harga

tanah mahal, letak strategis, nilai ekonomi tinggi) sehingga terjadi satu

struktur yang kompleks dimana semua kegunaan dan fasilitas saling

berkaitan menjadi sebuah kesatuan yang kuat.

Sedangkan yang dimaksud dengan single use area adalah wujud

fisik dari hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat

kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA · menentukan jumlah investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Jenis investasi ini umumnya dilakukan oleh pemerintah dengan maksud sebagai landasan

16

tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan

kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan,

kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.

5. Dampak

Dampak akan terjadi apabila satu aktivitas pelaku ekonomi yang

terdiri dari produksi dan konsumsi mempengaruhi kesejahteraan pelaku

ekonomi lain dan peristiwa yang ada terjadi di luar mekanisme pasar.

Sehingga ketika terjadi dampak, maka private choice oleh konsumen dan

produsen dalam private markets umumnya tidak menghasilkan sesuatu

yang secara ekonomi efisien (Fisher : 1996)

Dampak memiliki dua macam bentuk, yaitu dampak positif dan

negatif. Dampak negatif (biaya eksternal) adalah biaya terhadap pihak

ketiga selain pembeli dan penjual pada suatu macam barang yang tidak

direfleksikan dalam harga pasar. Ketika terjadi dampak yang negatif, harga

barang atau jasa tidak menggambarkan biaya sosial tambahan (marginal

sosial cost) secara sempurna pada sumber daya yang dialokasikan dalam

produksi. Baik pembeli maupun penjual barang tidak memperhatikan

biaya- biaya ini pada pihak ketiga.Sedangkan Dampak positif adalah

keuntungan terhadap pihak ketiga selain penjual atau pembeli barang atau

jasa yang tidak direfleksikan dalam harga. Ketika terjadi dampak positif,

maka harga tidak sama dengan keuntungan sosial tambahan (marginal

sosial benefit) dari barang dan jasa yang ada. Dapat disimpulkan bahwa

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA · menentukan jumlah investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Jenis investasi ini umumnya dilakukan oleh pemerintah dengan maksud sebagai landasan

17

yang dimaksud dengan eksternalitsa adalah bila tindakan individu

mempunyai dampak terhadap individu yang lainnya/golongan tanpa

adanya kompensasi apapun juga sehingga timbul inefisiensi dalam alokasi

faktor-faktor produksi.

6.Disparitas

Menurut Abipraja (2002), disparitas di dalam pendapatan adalah

kondisi yang diperlukan bagi pertumbuhan ekonomi pada awal

pembangunan. Pada umumnya kesenjangan/disparitas antar daerah yang

ada di Negara Indonesia diikuti dengan disparitas pendapatan antar daerah.

Akibat dari ketimpangan maka timbul permasalahan yaitu ketimpangan

yang ekstrim akan menyebabkan inefisiensi didalam ekonomi.

7. Ekspektasi Rasional

Teori ekspektasi rasional (rational expectations) dikemukakan oleh

John F. Muth dalam tulisannya yang berjudul “Rational Expectations and

the Theory of Price Movements”. Teori tersebut selanjutnya dikembangkan

oleh Robert E. Lucas Jr. untuk memodelkan bagaimana agen ekonomi

melakukan peramalan di masa yang akan datang.

Sukirno (2006) menjelaskan ada 2 asumsi yang menjadi dasar teori

ekspektasi rasional (rational expectations). Pertama, teori ini menganggap

bahwa semua pelaku kegiatan ekonomi bertindak secara rasional,

mengetahui seluk beluk kegiatan ekonomi dan mempunyai informasi yang

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA · menentukan jumlah investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Jenis investasi ini umumnya dilakukan oleh pemerintah dengan maksud sebagai landasan

18

lengkap mengenai peristiwa-peristiwa dalam perekonomian. Keadaan

yang berlaku di masa depan dapat diramalkan, selanjutnya dengan

pemikiran rasional dapat menentukan reaksi terbaik terhadap perubahan

yang diramalkan akan berlaku.

Akibat dari asumsi ini, teori ekspektasi rasional mengembangkan

analisis dari prinsip-prinsip yang terdapat dalam teori mikroekonomi yang

juga bertitik tolak dari anggapan bahwa pembeli, produsen, dan pemilik

faktor produksi bertindak secara rasional dalam menjalankan kegiatannya.

Asumsi kedua adalah semua jenis pasar beroperasi secara efisien dan dapat

dengan cepat membuat penyesuaian-penyesuaian ke arah perubahan yang

berlaku. Asumsi kedua ini sesuai dengan pendapat ahli-ahli ekonomi

klasik, dan merupakan salah satu alasan yang menyebabkan teori ini

dinamakan new classical economics.

8. Tenaga Kerja dan Pasar Tenaga Kerja

Menurut Simanjuntak (1998), Tenaga kerja atau manpower adalah

cakupan dari penduduk yang sudah bekerjaatau yang sedang bekerja, yang

sedang mencari pekerjaan, dan yang melakukan kegiatan lain seperti

bersekolah dan mengurus rumah tangga. Pengertian tenagakerja sendiri

dan bukan tenaga kerja secara praktis dibedakan dari batas umur. Tujuan

dari batas umur tersebut supaya definisi yang diberikan sedapat mungkin

dapat menggambarkan kenyataan yang sebenarnya. Setiap negara dapat

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA · menentukan jumlah investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Jenis investasi ini umumnya dilakukan oleh pemerintah dengan maksud sebagai landasan

19

memilih batas umur yang berbeda karena situasi tenagakerja masing-

masing.

Misalnya pada negara India, menggunakan batasan umur 14

sampai dengan 60 tahun. Jadi di negara India tenaga kerja sendiri adalah

penduduk yang berumur 14 sampai dengan 60 rtahun sedangkan orang

yang berumur di bawah 14 atau di atas 60 adalah bukan tenaga kerja. Akan

tetapi di negara Amerika awalnya menggunakan batasan umur minumum

14 tahun tanpa batas umur maksimum. Kemudian aturan tersebut diubah

pada tahun 1967 batas umur dinaikan menjadi 16 tahun. Jadi di

tenagakerja di negara Amerika Serikat sendiri

Sedangkan di Indonesia sendiri, Menurut Undang-Undang no. 13

tahun 2003 tentang ketenagakerjaan telah menetapkan bahwa Tenaga

kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna

menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan

sendiri maupun untuk masyarakat.

Tenagakerja atau manpower terdiri dari angkatan kerja dan bukan

angkatan kerja. Angkatan kerja atau labor force terdiri dari (1) golongan

yang menganggur dan mencari pekerjaan, dan (2) golongan yang bekerja.

Sedangkan yang termasuk didalam kelompok bukan angkatan kerja terdiri

atas (1) golongan lain-lain atau penerima pendapatan, (2) golongan

bersekolah, (3) golongan yang mengurus rumah tangga. Ketiga golongan

dalam kelompok angkatan kerja dapat sewaktu-waktu menawarkan

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA · menentukan jumlah investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Jenis investasi ini umumnya dilakukan oleh pemerintah dengan maksud sebagai landasan

20

jasanya berupa tenaga dan pikiran untuk bekerja. Oleh sebab itu,

kelompok ini sering juga dinamakan sebagai potential lobor force.

Besarnya penyediaan atau supply tenagakerja didalam masyarakat

adalah jumlah individu yang menawarkan jasanya untuk proses produksi.

Jumlah individu yang bekerja tergantung dari seberapa besar permintaaan

atau demand dalam masyarakat. Kegiatan ekonomi dan tingkat upah dapat

mempengaruhi permintaan dalam bekerja. Proses terjadinya penempatan

atau hubungan kerja melalui penyediaan dan permintaan tenagakerja

disebur pasar tenagakerja.

9. Penyerapan Tenagakerja dan Elastisitas Tenagakerja

Menurut Simanjuntak (1998) perbedaan laju pertumbuhan di setiap

sektor sebuah negara dapat mengakibatkan dua hal. Pertama, terdapat

perbedaan laju peningkatan produktivitas kerja di masing-masingf sektor.

Yang kedua, akan terjadi perubahan sektoral secara berangsur-angsur, baik

secara penyerapan tenagakerja maupun dalam kontribusinya terhadap

pendapatan nasional.

Perbedaan laju pertumbuhan pendapatan nasional dan kesemptana

kerja tersebut juga dapat menunjukkan perbedaan elastisitas masing-

masing sektor untuk penyerapan tenagakerja. Elastisitas kesempatan kerja

adalah perbandingan antara laju pertumbuhan kesempatan kerja dengan

laju pertumbuhan ekonomi. Konsep elastisitas dapat digunakan untuk

memperkirakan kebutuhan tenaga kerja untuk suatu periode tertentu, baik

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA · menentukan jumlah investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Jenis investasi ini umumnya dilakukan oleh pemerintah dengan maksud sebagai landasan

21

untuk tiap-tiap sektor maupun untuk ekonomi secara menyeluruh.

Elastisitas tenaga kerja digunakan untuk menyusun simulasi kebijakan

pembangunan untuk ketenagakerjaan yaitu dengan memilih beberapa

alternatif laju pertumbuhan tiap sektor, maka dihitung kesempatan kerja

yang dapat diciptakan. Kemudian dipilih kebijakan pembangunan yang

paling sesuai dengan kondisi pasata ketenagakerjaan pada suatu wilayah.

10. Valuasi/Monetisasi

Valuasi lingkungan diidentifikasi dari sejumlah nilai yang beragam

dan kompleks yang bisa dikonseptualisasikan dengan berbagai macam

cara (berdasarkan Willis and Garrod 1996), antara lain: Nilai guna

langsung (direct use values): sumber daya untuk ekstraksi, jasa air,

rekreasi dan pariwisata Nilai guna tak langsung (indirect use values):

pengaturan iklim, perlindungan fisik Nilai non-guna (non-use values): nilai

opsi (misal kesediaan untuk membayar), nilai keberadaan (misal nilai

mengetahui keberadaan sumber daya) Nilai intrinsik (intrinsic values):

Nilai-nilai tidak terkait dengan penggunaan oleh manusia Sekumpulan

barang, jasa dan nilai tersebut saling terjalin untuk membentuk sistem

sosio-ekologis yang kompleks, seperti penyediaan satu manfaat yang

biasanya terikat dengan manfaat lainnya. Hal tersebut menyoroti

pentingnya pendekatan yang luas dalam valuasi lingkungan untuk

mempertimbangkan banyaknya nilai-nilai yang berbeda di seluruh bentang

alam (landscape), serta bagaimana hal ini menyediakan barang-barang dan

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA · menentukan jumlah investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Jenis investasi ini umumnya dilakukan oleh pemerintah dengan maksud sebagai landasan

22

jasa secara kolektif yang dihargai oleh masyarakat. Valuasi secara luas

juga mempertimbangkan beragam manfaat non-ekonomi dan non-material,

serta cara-cara dimana manfaat-manfaat lingkungan tersebut dirasakan dan

dinilai secara berbeda oleh kelompok pemegang saham yang berbeda pula.

Valuasi berpotensi untuk memperkuat penuntutan, mencegah

potensi terjadinya tindak pidana, menjamin kompensasi kepada para pihak

yang dirugikan, serta memulihkan kembali sumberdaya alam yang rusak.

Semakin banyak negara berupaya untuk mengukur dan menilai dampak-

dampak tersebut guna memperkuat tata kelola lingkungan hidup (misalnya

Schopp dan Pendergrass 2003; EC 2004).

B. Pembahasan Penelitian yang Relevan/Terkait

Klasifikasi Penelitian Terdahulu :

1. Aglomerasi Industri dan Perubahan Sosial Ekonomi

Santoso dan Prabatmodjo (2012) dalam penelitiannya meneliti

keterkaitan sejauh mana aglomerasi mempengaruhi perubahan wilayah

secara sosial-ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

sejauhmana keterkaitan aglomerasi industri dengan perubahan sosial

ekonomi. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka sasaran-sasaran sebagai

berikut (1). Terpetakannya dinamika aglomerasi industri di Kabupaten

Bekasi. (2). Terpetakannya perubahan sosial ekonomi penduduk

Kabupaten Bekasi. (3). Teridentifikasikannya keterkaitan antara

aglomerasi industri dengan perubahan sosial ekonomi di Kabupaten

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA · menentukan jumlah investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Jenis investasi ini umumnya dilakukan oleh pemerintah dengan maksud sebagai landasan

23

Bekasi. Penelitian ini menggunakan tiga metode analisis. Analisis pertama,

yaitu: dinamika aglomerasi industri akan menggunakan metode analisis

deskriptif kuantitatif, begitu pula dengan analisis kedua, yaitu: perubahan

sosial ekonomi penduduk Kabupaten Bekasi. Analisis dilakukan dengan

menjabarkan dan menjelaskan fakta, informasi dan keadaan obyek

penelitian, namun juga tidak melupakan dukungan statistik deskriptif,

yaitu proses penggambaran unsur data statistik baik dalam bentuk Tabel,

grafik maupun gambar. Analisis ketiga, yaitu keterkaitan antara

aglomerasi industri dan perubahan sosial ekonomi akan menggunakan

metode regresi berganda.

Sandhika dan Hendarto (2012) melakukan penelitian mengenai

Pengaruh Aglomerasi, Tenaga Kerja, Jumlah Penduduk, dan Modal

terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kendal. Penelitian ini

menggunakan metode regresi linier berganda dengan metode kuadrat

terkecil atau Ordinary Least Squere (OLS) untuk mengetahui besarnya

pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Variable yang

digunakan diambil dari pendekatan model pertumbuhan agregat yang

merupakan model pertumbuhan ekonomi jangka panjang, maka model

yang dikembangkan adalah total output regional Kabupaten Kendal tidak

lain adalah PDRB riil atas harga konstan 2000.

Terdapat perbedaan hasil dari penelitian tersebut yaitu pada

penelitian Santoso dan Prabatmodjo (2012) perubahan sosial ekonomi di

Kabupaten Bekasi secara signifikan telah terjadi dilihat dari komponen

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA · menentukan jumlah investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Jenis investasi ini umumnya dilakukan oleh pemerintah dengan maksud sebagai landasan

24

perubahan jumlah penduduk, pertumbuhan penduduk, penduduk usia

produktif, penduduk buta huruf, tingkat kesejahteraan penduduk (PDRB

per kapita), dan kontribusi sektor industri dalam PDRB Kabupaten Bekasi.

Perubahan terbesar terjadi pada daerah di sekitar kawasan industri (dalam

penelitian disebut Kecamatan Industri). Pertumbuhan aglomerasi industri

yang tidak terkendali juga dapat menimbulkan tumbuhnya sektor-sektor

informal yang menimbulkan dampak yang negatif, pemanfaatan lahan

yang tidak sesuai dengan rencana, kurangnya pelayanan akan infrastruktur,

fasilitas umum dan fasilitas sosial, bahkan juga penurunan kualitas

lingkungan.

Sedangkan pada penelitian Sandhika dan Hendarto (2012) hanya

ditampilkan hubungan positif dari Pertumbuhan Ekonomi yaitu dengan

Aglomerasi, Tenaga Kerja, dan modal. Serta untuk variabel Jumlah

penduduk signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan berpengaruh

negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.

2. Pertumbuhan Ekonomi dan Peran Karakteristik Regional

Kurniawan dan Mardhono (2013) dalam penelitiannya menggunakan

indeks balasa, semakin tinggi nilai indeks Balasa menunjukkan aglomerasi

yang semakin kuat. Aglomerasi dikatak kuat apabila angka Indeks Balasa

diatas 4, rata-rata atau sedang bila nilainya antara 2 dan 4, lemah bila

nilainya antara 1 sampai 2, sedangkan nilai 0 sampai satu berati tidak

terjadi aglomerasi atau wilayah tersebut tidak memiliki keunggulan

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA · menentukan jumlah investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Jenis investasi ini umumnya dilakukan oleh pemerintah dengan maksud sebagai landasan

25

komeratif untuk terjadinya aglomerasi. Selain menggunakan indeks belasa

jurnal ini juga menggunakan analisis regresi. Hasil dari penelitian tersebut

adalah variabel tenaga kerja mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi (PDRB). Variabel ekspor tidak

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi

(PDRB). Variabel efisiensi sektor public mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi (PDRB). Ini berarti variabel

aglomerasi, tenaga kerja, dan pendidikan berpengaruh signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi daerah(PDRB).

Berbeda dengan penelitian dari Prishardoyo (2008) yang

menggunakan menggunakan metode LQ, SS analisis gravitasi untuk studi

kasus di Kabupaten Pati. Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis

sektor-sektor ekonomi mana yang paling strategis untuk dikembangkan

dan menganalisis keterkaitan-keterkaitan Kabupaten Pati dengan daerah di

sekitarnya sehingga saling menunjang pertumbuhan ekonominya.

3. Pembangunan Ekonomi

Sriwinarti (2005) meneliti tentang “Dampak Pembangunan Ekonomi

dan Keterbukaan Terhadap Pertumbuhan Kota di Indonesia Tahun 1970 –

2002”. Dalam penelitian tersebut menggunakan pendekatan Error

Correction Model (ECM) dengan alasan bahwa jika nilai koefisien ECT

signifikan maka berarti terdapat indikasi bahwa antara variable

pertumbuhani kota, size of country (GDP), pembangunan ekonomi

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA · menentukan jumlah investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Jenis investasi ini umumnya dilakukan oleh pemerintah dengan maksud sebagai landasan

26

(GDPC), industrialisasi dan keterbukaan (X/GDP) mempunyai hubungan

kointegrasi, spesifikasi modelnya benar, teorinya benar dan terdapat

hubungan kausalitas paling tidak satu. Pendekatan kointegrasi merupakan

salah satu cara yang sering digunakan dalam penelitian-penelitian ekonomi

dalam rangka menghindari adanya regresi lancung. Sedangkan Erika dan

Mintarti (2013) menggunakan metode kuantitatif deskriptif meneliti

tentang “Analisis Sektor-Sektor Ekonomi dalam Rangka Pengembangan

Kebijakan Pembangunan Ekonomi Kota Kediri”. Dalam penelitian ini

menggunakan metode analisis kuantitatif. Metode analisis kuantitatif yang

digunakan dalam penelitian ini adalah: Location Quotient (LQ), Model

Rasio Pertumbuhan (membandingkan pertumbuhan suatu kegiatan dalam

wilayah referensi dan wilayah studi), dan analisis klaassen (gabungan atau

perpaduan antara hasil analisis LQ dengan MRP).

Perbedaan hasil penelitian ini menunjukkan pembangunan ekonomi

yang tercermin melalui besarnya GDPC akan merupakan daya tarik bagi

penduduk. Karena itu proses pembangunan harus merata dan tidak terpusat

pada satu kota saja (dalam Sriwinarti, 2005). Erika dan Mintarti (2013)

sektor unggulan pertama di Kota Kediri adalah sektor industri pengolahan

karena merupakan sektor basis dan memiliki kontribusi besar terhadap

pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Kediri.

Sektor yang menjadi unggulan kedua adalah sektor keuangan, persewaan

dan jasa perusahaan, dimana di Kota Kediri meskipun masih sektor yang

non basis namun laju pertumbuhannya di Kota Kediri cukup tinggi jika

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA · menentukan jumlah investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Jenis investasi ini umumnya dilakukan oleh pemerintah dengan maksud sebagai landasan

27

dibandingkan dengan Propinsi Jawa Timur sehingga sektor ini merupakan

sektor potensial yang masih dapat berkembang cepat. Sektor yang menjadi

unggulan ketiga dan keempat adalah sektor konstruksi dan sektor jasa–

jasa, tidak berbeda jauh dengan sektor keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan, sektor tersebut juga merupakan sektor potensial yang

memiliki peluang masih dapat berkembang lagi walaupun nilai

kontribusinya masih kecil.

4. Pengembangan kawasan

Wafa dan Sunfianah (2013) meneliti menggunakan analisis

pendekatan metode penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif difokuskan

untuk mengidentifikasi berbagai faktor pendukung dan penghambat dalam

pelaksanaan pengembangan kawasan agropolitan pada Kecamatan

Poncokusumo Kabupaten Malang. Tujuan dari penelitian ini adalah

meneliti sejauh mana implementasi dari agropolitan yang berada pada

Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang dan untuk menemukan

prospek pembangunan kawasan agropolitan di Kecamatan Poncokusumo.

Sedangkan menurut penelitian Sirait (2009), tentang konfigurasi proses

kegiatan ruang di daerah pengembangan kota yang terdiri dari

perencanaan, pemanfaatan dan pengembangan yang menggunakan metode

study literatur.

Hasil dari penelitian Wafa dan Sunfianah (2013) adalah (1)

Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang belum sepenuhnya menjadi

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA · menentukan jumlah investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Jenis investasi ini umumnya dilakukan oleh pemerintah dengan maksud sebagai landasan

28

kawasan agropolitan dikarenakan pengembangannya yang belum

maksimal, (2) Pelaksanaan pengembangan kawasan agropolitan pada

tahun 2008-2010 masih difokuskan pada pembangunan sarana dan

prasarana guna menunjang produksi pertanian, sedangkan untuk tahun

2011 sudah mulai dilakukan program peningkatan produksi pertanian dan

program peningkatan sub sistem pendukung peningkatan produksi

pertanian, (3) Pada tahun 2008 sampai sekarang pengembangan konsep

kawasan agropolitan di Kecamatan Poncokusumo relevan dan prospektif

berdasarkan potensi dan kapasitas daerahnya, (4) Pemerintah setempat

mengharapkan di masa mendatang daerah kawasan Agropolitan ini akan

menjadi daerah agrowisata dan akan menjadi daerah hinterland untuk

kawasan di sekitarnya.

Berbeda dengan hasil penelitian dari Sirait (2009) yaitu

Perencanaan pengembangan Kawasan Kota, secara sederhana dapat

diartikan sebagai kegiatan merencanakan pemanfaatan potensi dan ruang

Kabupaten dan Kota serta pengembangan infrastruktur pendukung yang

dibutuhkan untuk mengakomodasikan kegiatan sosial ekonomi yang

diinginkan. Penanganan penataan ruang masingmasing Kawasan

Kabupaten dan Kota tersebut perlu dibedakan antara satu dengan lainnya.

Ada 3 klasifikasi Kawasan Perkotaan yang diuraikan alam Pedoman

Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan, yaitu:

Kawasan Perkotaan Metropolitan; Kawasan Perkotaan yang berstatus

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA · menentukan jumlah investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Jenis investasi ini umumnya dilakukan oleh pemerintah dengan maksud sebagai landasan

29

daerah; Kawasan Perkotaan yang merupakan bagian dari Daerah

Kabupaten.

5. Valuasi Ekonomi

Sipahutar dan Susilowati (2012) dalam penelitiannya yang

bertujuan untuk Tujuan dari penelitian ini adalah megidentifikasi dampak

sosial, ekonomi, dan lingkungan yang disebabkan oleh perpindahan

kampus Undip Pleburan di Kecamatan Tembalang, mengestimasi dampak

positif dan negatif aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan yang disebabkan

oleh perpindahan kampus Undip Pleburan di Kecamatan Tembalang, dan

menyusun strategi pengembangan wilayah Kecamatan Tembalang.

Penelitian lain tentang valuasi ekonomi dikemukakan oleh

Mubarok dan Ciptomulyono (2012) tentang keberadaan aktivitas

pertambangan dan pengolahan marmer di Kecamatan Besuki dan

Kecamatan Campurdarat Tulungagung menimbulkan berbagai dampak

baik di bidang transportasi, penurunan kualitas udara, peningkatan

kebisingan dan dampak dalam bidang sosial ekonomi kemasyarakatan.

Penelitian ini mengukur nilai dari WTP masyarakat di kawasan

pertambangan dan pengolahan marmer terhadap dampak sosial ekonomi

yang diakibatkan dengan menggunakan pendekatan metode valuasi

ekonomi nilai pengganti.

Perbedaan dari dua penelitian tersebut adalah obyek dan hasil

penelitian. Sipahutar dan Susilowati (2012) secara umum, perpindahan

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA · menentukan jumlah investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Jenis investasi ini umumnya dilakukan oleh pemerintah dengan maksud sebagai landasan

30

kampus Undip pleburan ke Tembalang memberi dampak positif yang lebih

banyak dari pada dampak negatifnya di Kecamatan Tembalang. Biaya

yang timbul akibat perpindahan kampus Undip Pleburan di Tembalang

telah dibebankan kepada masyarakat Kecamatan Tembalang padahal biaya

tersebut seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Total

nilai nominal dampak positif perpindahan kampus Undip Pleburan di

Tembalang dalah Rp1.500.568.432.066.00 dan total nilai nominal dampak

negatifnya adalah Rp178.504.222.620.000. Berdasarkan hasil diskusi,

wawancara mendalam dengan para key person, dan AHP, prioritas dalam

menyusun strategi pengembangan wilayah di Kecamatan Tembalang

dilakukan dengan (1) perbaikan jalan yang rusak (nilai bobot 0,126); (2)

pengaturan perijinan warung atau usaha-usaha baru (nilai bobot 0,100);

dan (3) pembangunan jalan tembus atau jalur alternatif (nilai bobot 0,90).

Ketiga prioritas tersebut lebih condong ke arah mengatasi kemacetan yang

terjadi di sekitar kampus Undip Tembalang.

Sedangkan hasil penelitian dari Mubarok dan Ciptomulyono (2012)

adalah penilaian ekonomi terhadap dampak lingkungan yang dilakukan

adalah dampak bidang sosial ekonomi, dimana diperoleh nilai WTP dari

masyarakat diperoleh sebesar Rp 14.722,00/bulan. Berdasarkan hasil

Clustering dan pembobotan dapat dilakukan perancangan informasi

ekonomi dampak lingkungan aktivitas peratambangan dan pengolahan

marmer dari sosial ekonomi kemasyarakatan, antara lain sebagai berikut:

Ada beberapa variabel yang memiliki pengaruh dominan terhadap respon

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA · menentukan jumlah investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Jenis investasi ini umumnya dilakukan oleh pemerintah dengan maksud sebagai landasan

31

masyarakat terhadap aktivitas pertambangan dan pengolahan marmer.

Variabel tersebut terdiri dari: pendapatan, pendidikan, lokasi rumah dan

pekerjaan. Tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan tingkat kedekatan

jarak lokasi pemukiman masyrakat dari kawasan marmer memiliki

hubungan yang sebanding terhadap nilai WTP.Sebagian besar masyarakat

menunjukan sikap dan tanggapan yang positif terhadap upaya pelestarian

dan pengendalian laingkungan di kawasan pertambangan dan pengolahan

marmer.

Secara ringkas, studi empirik dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut ini :

Tabel 2.2 Ringkasan Penelitian Terdahulu

NO

Peneliti, Tahun dan

Lokasi Penelitian

Metodologi dan Variabel Hasil Studi

1

Santoso danPrabatmodjo

(2012)

Studi kasus : Bekasi, Jawa Barat

Metode Analisis :Analisis pertama, yaitu: dinamika aglomerasi industri akan menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif, analisis kedua, yaitu: dilakukan dengan menjabarkan dan menjelaskan fakta, informasi dan keadaan obyek penelitian, namun juga tidak melupakan dukungan statistik deskriptif. Analisis ketiga, menggunakan metode regresi berganda

Untuk analisis keterkaitan anatara Aglomerasi dengan keterkaitan industri :a. Variabel Dependen :Aglomerasi

b. Variabel Independen :jumlah tenaga kerja, PDRB Konstan

Perubahan sosial ekonomi di Kabupaten Bekasi secara signifikan telah terjadi dilihat dari komponen perubahan jumlah penduduk, pertumbuhan penduduk, penduduk usia produktif, penduduk buta huruf, tingkat kesejahteraan penduduk (PDRB per kapita), dan kontribusi sektor industri dalam PDRB Kabupaten Bekasi. Perubahan terbesar terjadi pada daerah di sekitar kawasan industri (dalam penelitian disebut Kecamatan Industri). Pertumbuhan aglomerasi industri yang tidak terkendali juga dapat menimbulkan tumbuhnya sektor-sektor informal yang menimbulkan dampak yang negatif, pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan rencana, kurangnya pelayanan akan infrastruktur, fasilitas umum

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA · menentukan jumlah investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Jenis investasi ini umumnya dilakukan oleh pemerintah dengan maksud sebagai landasan

32

NO

Peneliti, Tahun dan

Lokasi Penelitian

Metodologi dan Variabel Hasil Studi

dan fasilitas sosial, bahkan juga penurunan kualitas lingkungan.

2

Sandhika dan Hendarto (2012)

Studi Kasus : Kabupaten Kendal

Metode analisis : kuantitatif menggunakan regresi linier berganda Dengan persamaan regresi sebagai berikut :Y = β0 + β1AGLOt + β2 logLABt + β3 logJPt + β4 logKAP+Et Fungsi di atas menjelaskan pengertian bahwa pertumbuhan ekonomi yang di ukur dari PDRB dipengaruhi oleh aglomerasi, tenaga kerja, dan kepadatan penduduk, diasumsikan bahwa variabel lain diluar variable penelitian tidak berubah. Keterangan : Y = Pertumbuhan Ekonomi β0 = Intercep atau konstan β1 = Parameter AGL β2 = Parameter LAB β3 = Parameter JP β4 = Parameter KAP AGLO = Aglomerasi TK = Tenaga Kerja JP = Jumlah Penduduk KAP = Modal L = Logaritma natural Et = Ganguan stokhastik

hubungan positif dari Pertumbuhan Ekonomi yaitu dengan Aglomerasi, Tenaga Kerja, dan modal. Serta untuk variabel Jumlah penduduk signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.

3

Prihasdoyo(2008)

Studi kasus:Kabupaten Pati

Metode analisis data:1. Analisis Location Quatient (LQ)2. Analisis Shift Share3. Analisis Gravitasi (keterkaitan wilayah)Adalah analisis untuk mengetahui seberapa kuatketerkaitan (inter linkage) antara Kabupaten Patidengan Kabupaten lain di sekitar.

Berdasarkan hasil analisis location quotientsektor-sektor potensial yang dapat diandalkanselama tahun analisis 2000-2005 adalah sektorpertanian, sektor listrik, gas dan air minum, sektorbangunan, sektor keuangan, sewa dan jasaperusahaan.2. Berdasarkan hasil analisis keterkaitan wilayah(Gravitasi) selama tahun analisis 2000-2005

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA · menentukan jumlah investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Jenis investasi ini umumnya dilakukan oleh pemerintah dengan maksud sebagai landasan

33

NO

Peneliti, Tahun dan

Lokasi Penelitian

Metodologi dan Variabel Hasil Studi

menunjukkan bahwa Kabupaten yang paling kuatinteraksinya dengan Kabupaten Pati adalahKabupaten Kudus dengan nilai interaksi rata-ratasebesar 1,491,863,31. Sedangkan yang palingsedikit interaksinya adalah Kabupaten Jeparadengan nilai interaksi rata-rata sebesar138,810,362.3.

4

Erika;Mintarti

(2013)

Studi kasus : Kediri, Jawa

Timur

Metode penelitian : metodekuantitatif deskriptif.

Alat analisis:1. 1. Location Quotient (LQ)2. Model Rasio Pertumbuhan (MRP)3. 3. Klaassen Typology

Sektor unggulan pertama di Kota Kediri adalah sektor industri pengolahan karena merupakan sektor basis dan memiliki kontribusi besar terhadap pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Kediri. Sektor yang menjadi unggulan kedua adalah sektor keuangan,persewaan dan jasa perusahaan, dimana di Kota Kediri meskipun masih sektor yang non basis namun laju pertumbuhannya di Kota Kediri cukup tinggi jika dibandingkan dengan Propinsi Jawa Timur sehingga sektor ini merupakan sektor potensial yang masih dapat berkembang cepat. Sektor yang menjadi unggulan ketiga dan keempat adalah sektor konstruksi dan sektor jasa–jasa, tidak berbeda jauh dengan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, sektor tersebut juga merupakan sektor potensial yang memiliki peluang masih dapat berkembang lagi walaupun nilai kontribusinya masih kecil.

5

Kurniawan; Mardhono

(2013)

Metode analisis :Regresi menggunakanmetode Commonyang diestimasimenggunakan metode

1. Pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur cenderung mengalamikenaikan dari tahun ke tahun.2. Pertumbuhan ekonomi

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA · menentukan jumlah investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Jenis investasi ini umumnya dilakukan oleh pemerintah dengan maksud sebagai landasan

34

NO

Peneliti, Tahun dan

Lokasi Penelitian

Metodologi dan Variabel Hasil Studi

Studi kasus : Regional Jawa Timur

Generalized Least Square (CrossSectionWeighting).

Variabel Independen :aglomerasi (X1), tenagakerja (X2) ekspor (X3), inflasi(X4), danpendidikan (X5)

Variabel Dependen :pertumbuhan ekonomi (Y)

Persamaan regresi :Y = -5970009 + 2831784 X1 + 4,237149X2 - 0,095872 X3 - 439534,7 X4 +343,4049 X5

berbanding lurus dengan glomerasi, tenaga kerja, dan pendidikan.3. Jawa Timur cenderung katagori propinsi yang belum terjadi aglomerasi, karena sekala angka aglomerasi hanya sekitar 0 samai dengan 2.4. Aglomerasi di Provinsi Jawa Timur memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Timur.5. Variable ekspor memiliki pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Pengaruh negatif ekspor tidak sepenuhnya mutak benar, karena pengaruh yang diberikan terhadap pertumbuhan ekonomi tidak signifikan.6. Variabel pendidikan berpengaruh sangat signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.7. Variable tenaga kerja berpengaruhterhadap pertumbuhan ekonomi.

6

Sriwinarti

(2005)

Studi Kasus :Jakarta, Bandung, Surabaya, Makasar, Semarang, Medan

Alat analisis : pendekatan Error CorrectionModel (ECM)

Persamaan : IP= β0 + β1LGDP + β2LGDPC +β3LDENS + β4IND + β5OPEN + U

Variabel dependen : IP = Pertumbuhan Kota di Indonesia

Variabel independen:GDP = Gross Domestic Product (GDP)Riil IndonesiaGDPC= Pendapatan PerkapitaDENS= Kepadatan Penduduk

Semakin besar GDP maka tingkat primacy-nya akan semakin menurun yang berarti penduduk tidak akan terpusat pada satu kota saja. Hal ini juga sejalan dengan kebijakan yang telah dilakukan oleh pemerintah yaitu dengan membangun pusat-pusat pertumbuhan baru dengan tujuan untuk mendesentralisasikan penduduk agar tidak terpusat pada satu kota saja. Pembangunan ekonomi yang tercermin melalui besarnya GDPC akan merupakan daya tarik bagi penduduk. Karena itu proses pembangunan harus merata dan tidak terpusat pada satu kota saja.

7Wafa;

SunfianahMetode penelitian :Penelitian ini menggunakan

Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang belum

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA · menentukan jumlah investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Jenis investasi ini umumnya dilakukan oleh pemerintah dengan maksud sebagai landasan

35

NO

Peneliti, Tahun dan

Lokasi Penelitian

Metodologi dan Variabel Hasil Studi

(2013)pendekatanmetode penelitian kualitatif yaitumetode penelitian yang digunakan untukmeneliti pada kondisi obyek yang alamiahatau obyek yang apa adanya

jenis penelitian : penelitian studi kasus

sepenuhnya menjadi kawasan agropolitan dikarenakan pengembangannya yang belum maksimal, (2) Pelaksanaan pengembangan kawasan agropolitan pada tahun 2008-2010 masih difokuskan pada pembangunan sarana dan prasarana guna menunjang produksi pertanian, sedangkan untuk tahun 2011 sudah mulai dilakukan program peningkatan produksi pertanian dan program peningkatan sub sistem pendukung peningkatan produksi pertanian, (3) Pada tahun 2008 sampai sekarang pengembangan konsep kawasan agropolitan di Kecamatan Poncokusumo relevan dan prospektif berdasarkan potensi dan kapasitas daerahnya, (4) Pemerintah setempat mengharapkan di masa mendatang daerah kawasan Agropolitan ini akan menjadi daerah agrowisata dan akan menjadi daerah hinterland untuk kawasan di sekitarnya.

8Sirait

(2009)Studi Literatur

Perencanaan pengembangan Kawasan Kota, secara sederhana dapat diartikan sebagai kegiatan merencanakan pemanfaatan potensi dan ruang Kabupaten dan Kota serta pengembangan infrastruktur pendukung yang dibutuhkan untuk mengakomodasikan kegiatan sosial ekonomi yang diinginkan. Penanganan penataan ruang masingmasing Kawasan Kabupaten dan Kota tersebut perlu dibedakan antara satu dengan lainnya. Ada 3 klasifikasi Kawasan Perkotaan yang diuraikan alam Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan, yaitu: Kawasan

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA · menentukan jumlah investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Jenis investasi ini umumnya dilakukan oleh pemerintah dengan maksud sebagai landasan

36

NO

Peneliti, Tahun dan

Lokasi Penelitian

Metodologi dan Variabel Hasil Studi

Perkotaan Metropolitan; Kawasan Perkotaan yang berstatus daerah; Kawasan Perkotaan yang merupakan bagian dari Daerah Kabupaten.

9

Mubarok dan Ciptomulyono

(2012)Studi kasus :

aktivitas pertambangan

danpengolahan marmer di Kecamatan Besuki dan Kecamatan

Campurdarat Tulungagung

Tahapan awal dalam penelitian ini dilakukan dengankegiatan wawancara, tinjauan lapangan dan studi pustaka.Wawancara dilakukan dilakukan dengan masyarakat yangbermukim di kawasan pertambangan dan pengolahanmarmer. Studi pustaka yang dilakukan mencakup mengenai:logika fuzzy, valuasi ekonomi, regresi logistik dan ujistatistik (validitas, reliabilitas, crosstab)Selanjutnya mengidentifikasi kebutuhan data baik dataprimer maupun data sekunder yang akan dipergunakandalam tahapan penelitian selanjutnya. Data primer diperolehmelalui proses penyebaran kuisioner sedangkan datasekunder diperoleh dari data penelitian sebelumnya.Proses selanjutnya adalah menyusun kuisoner baik untukpenduduk maupun tim ahli untuk mengetahui faktor-faktoryang mempengaruhi terhadap nilai WTP. Serangkaianproses tersebut berupaya untuk menyusun saran danmasukan bagi pemerintah selaku pembuat kebijakan dalampengelolaan dan pengendalian lingkungan di kawasanpertambangan dan pengolahanmarmer. Proses pada tahapanini dilakukan dengan metode pembobotan variabel prediktorbeberapa tim ahli yang nantinya akan dibandingkan denganhasil penilaian dari penduduk terhadap variabel prediktor

penilaian ekonomi terhadap dampak lingkungan yang dilakukan adalah dampak bidang sosial ekonomi, dimana diperoleh nilai WTP dari masyarakat diperoleh sebesar Rp 14.722,00/bulan. Berdasarkan hasil Clustering dan pembobotan dapat dilakukan perancangan informasi ekonomi dampak lingkungan aktivitas peratambangan dan pengolahan marmer dari sosial ekonomi kemasyarakatan, antara lain sebagai berikut: Ada beberapa variabel yang memiliki pengaruh dominan terhadap respon masyarakat terhadap aktivitas pertambangan dan pengolahan marmer. Variabel tersebut terdiri dari: pendapatan, pendidikan, lokasi rumah dan pekerjaan. Tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan tingkat kedekatan jarak lokasi pemukiman masyrakat dari kawasan marmer memiliki hubungan yang sebandingterhadap nilai WTP.Sebagian besar masyarakat menunjukan sikap dan tanggapan yang positif terhadap upaya pelestarian dan pengendalian laingkungan di kawasan pertambangan dan pengolahan marmer

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA · menentukan jumlah investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Jenis investasi ini umumnya dilakukan oleh pemerintah dengan maksud sebagai landasan

37

NO

Peneliti, Tahun dan

Lokasi Penelitian

Metodologi dan Variabel Hasil Studi

tersebut.

10

Sipahutar dan Susilowati

(2012)

Studi kasus :Kecamatan Tembalang

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian adalah valuasi ekonomi dan penyusunanstrategi. Valuasi ekonomi dilakukan dengan analisis manfaat dan biaya (B/C analysis) danpenilaian resiko (risk assassment). Analisis manfaat dan biaya bertujuan untuk membandingkanbesarnya manfaat dengan biaya yang timbul akibat perpindahan kampus Undip Pleburan diKecamatan Tembalang. Analisis penilaian resiko bertujuan untuk mengestimasi besarnya resikoyang timbul dari perpindahan kampus ini. Penilaian resiko (risk assessment) dilakukan denganmenanyakan dampak apa yang paling dirasakan setelah terjadinya perpindahan kampus UndipPleburan di Kecamatan Tembalang. Dampak-dampak tersebut adalah adanya kemacetan,penurununan pendapatan usaha karena meningkatnya jumlah saingan usaha, dan adanya polusiyang mengganggu. Penyusunan strategi dilakukan dengan FGD (Focus Discussion Grup) dan AHP(Analysis Hierarchy Process).

Secara umum, perpindahan kampus Undip pleburan ke Tembalang memberi dampak positif yang lebih banyak dari pada dampak negatifnya di Kecamatan Tembalang. Biaya yang timbul akibat perpindahan kampus Undip Pleburan di Tembalang telah dibebankan kepada masyarakat Kecamatan Tembalang padahal biaya tersebut seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Total nilai nominal dampak positif perpindahan kampus Undip Pleburan di Tembalang dalah Rp1.500.568.432.066.00 dan total nilai nominal dampak negatifnya adalah Rp178.504.222.620.000. Berdasarkan hasil diskusi, wawancara mendalam dengan para key person, dan AHP, prioritas dalam menyusun strategi pengembangan wilayah di Kecamatan Tembalang dilakukan dengan (1) perbaikan jalan yang rusak (nilai bobot 0,126); (2) pengaturan perijinan warung atau usaha-usaha baru (nilai bobot 0,100); dan (3) pembangunan jalan tembus atau jalur alternatif (nilai bobot 0,90). Ketiga prioritas tersebut lebih condong ke arah mengatasi kemacetan yang terjadi di sekitar kampus Undip Tembalang.

Sumber : Beberapa jurnal terpilih (2005-2013), diolah seperlunya

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA · menentukan jumlah investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Jenis investasi ini umumnya dilakukan oleh pemerintah dengan maksud sebagai landasan

38

C. Penyusunan Kerangka Berfikir

Pertumbuhan ekonomi membuat lahirnya pusa-pusat kota baru

yang membutuhkan properti. Di sisi lain, pertumbuhan tersebut juga

membawa dampak baik dampak positif maupun dampak negatif. Dampak

tersebut dapat dianalisis melalui sebuah kajian. Dari dampak-dampak

tersebut nantinya akan di monetisasi/valuasi. Dalam penelitian ini

menggunakan mix methods dimana deskripsi kualitatif untuk

mendeskripsikan dampak sosial yang ditimbulkan dari adanya area terpadu

tersebut dan deskripsi kuantitatif untuk mendeskripsikan dampak ekonomi

yang ditimbulkan. Hasil dari penelitian ini adalah megidentifikasi dampak

sosial, ekonomi, dan lingkungan yang disebabkan oleh pembangunan area

terpadu, mengestimasi dampak positif dan negatif aspek sosial, ekonomi,

dan lingkungan yang disebabkan oleh pembangunan area terpadu serta

mendeskripsikan secara sosial ekonomi keadaan di Desa Ngringo,

Kecamatan Jaten, dan menyusun strategi pengembangan wilayah Desa

Ngringo, Kecamatan Jaten.

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA · menentukan jumlah investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Jenis investasi ini umumnya dilakukan oleh pemerintah dengan maksud sebagai landasan

39

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

Latar Belakang MasalahPertumbuhan ekonomi membuat lahirnya pusat-pusat kota baru yangmembutuhkan properti. Disisi lain, pertumbuhan inijuga membawa dampak baik dampak positif maupun negatif terkait dengan masalah lingkungan.Masalah lingkungan ini dapat dikaji dan dikelompokkan ditinjau dari dampak yang ditimbulkan dari sebelum pembangunan dan sesudah pembangunan area terpadu

PermasalahanDibutuhkannya sebuah kebijakan untuk menanggulangi atau meminimalisir dampak sosial ekonomi dari pembangunan area terpadu tersebut.

Analisis

analisis deskriptif kualitatif : studi lapangan, dan studi literatur

analisis deskriptif kuantitatif, dan matematis

Tinjauan umum : Dampak Sosial-ekonomi pembangunan area terpadu

Tinjauan khusus :

a. Dampak Sosial : Dampak sosial dan parameter sosial (Sex Ratio, Kepadatan Penduduk, dsb)

b. Dampak Ekonomi:

Dampak market (pasar tenaga kerja, dan dampak ekonomis lainnya)

Dampak non market ekonomi

Output : mengidentifikasi dampak negatif dan positif dari segi sosial-ekonomi dan mendeskripsikan secara sosial ekonomi