bab ii kajian pustaka, konsep, landasan teori, dan …...15 monyeh, dan dielaborasi dengan permainan...

33
13 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN Dalam bab ini disajikan kajian pustaka, konsep, landasan teori dan model penelitian yang digunakan sebagai landasan. Adapun penjelasannya seperti di bawah ini. 2.1 Kajian Pustaka Dalam suatu penelitian sumber pustaka adalah mutlak diperlukan. Di samping buku atau hasil penelitian, hasil rekaman berupa audio atau audio visual yang berhubungan dengan tradisi lisan genjek dapat dijadikan acuan dan sumber data. Penelitian yang khusus membahas teks lisan genjek, sampai saat ini tidak banyak dilakukan oleh peneliti Indonesia maupun peneliti asing. Oleh karena itu, sumber-sumber yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini masih terbatas. Namun, ada beberapa sumber yang dapat digunakan sebagai panduan dalam penelitian ini. Beberapa sumber pustaka sebagai acuan pembahasan atau yang ada relevansinya dengan permasalahan teks lisan genjek adalah sebagai berikut. Sebuah buku oleh Agung (1992) dengan judul Kupu-kupu Kuning yang Terbang di Selat Lombok: Lintasan Sejarah Karangasem (1661-1950) memberikan informasi tentang alkulturasi budaya Bali dan Lombok. Buku ini memberikan penjelasan mengenai perluasan Kerajaan Karangasem ke Lombok tahun 1692. Setelah Lombok Barat dikuasai oleh Raja Karangasem, banyak orang

Upload: others

Post on 25-Nov-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN …...15 monyeh, dan dielaborasi dengan permainan musik tradisi Bali yaitu, jalinan musik dengan mulut. Dalam penelitian ini dijelaskan

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP,

LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

Dalam bab ini disajikan kajian pustaka, konsep, landasan teori dan model

penelitian yang digunakan sebagai landasan. Adapun penjelasannya seperti di

bawah ini.

2.1 Kajian Pustaka

Dalam suatu penelitian sumber pustaka adalah mutlak diperlukan. Di

samping buku atau hasil penelitian, hasil rekaman berupa audio atau audio visual

yang berhubungan dengan tradisi lisan genjek dapat dijadikan acuan dan sumber

data. Penelitian yang khusus membahas teks lisan genjek, sampai saat ini tidak

banyak dilakukan oleh peneliti Indonesia maupun peneliti asing. Oleh karena itu,

sumber-sumber yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini masih terbatas.

Namun, ada beberapa sumber yang dapat digunakan sebagai panduan dalam

penelitian ini. Beberapa sumber pustaka sebagai acuan pembahasan atau yang ada

relevansinya dengan permasalahan teks lisan genjek adalah sebagai berikut.

Sebuah buku oleh Agung (1992) dengan judul Kupu-kupu Kuning yang

Terbang di Selat Lombok: Lintasan Sejarah Karangasem (1661-1950)

memberikan informasi tentang alkulturasi budaya Bali dan Lombok. Buku ini

memberikan penjelasan mengenai perluasan Kerajaan Karangasem ke Lombok

tahun 1692. Setelah Lombok Barat dikuasai oleh Raja Karangasem, banyak orang

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN …...15 monyeh, dan dielaborasi dengan permainan musik tradisi Bali yaitu, jalinan musik dengan mulut. Dalam penelitian ini dijelaskan

14

dari Bali membangun pemukiman di Lombok. Buku ini dapat dijadikan acuan

dalam mengkaji asal usulnya genjek Karangasem.

Voice in Bali: Energies and Perceptions in Vocal Music and Dance

Theater oleh Edward Herbts diterbitkan Wesleyan (1997). Buku ini memberi

gambaran tentang seni tembang Bali dari perspektif etnomusikologi. Fokus

kajiannya adalah tembang Bali dalam kategori macepat. Dalam buku ini, tidak

dibahas mengenai tradisi lisan genjek. Analisisnya terdapat pada aspek eksplanasi

tembang dalam seni pertunjukan yang berisi informasi mengenai penggunaan

tembang dalam konteks seni pertunjukan drama tradisional Bali, seperti: Arja,

Topeng, dan Calon Arang. Pertunjukan tersebut merupakan tradisi lisan yang

masih berkembang pada masyarakat Bali. Referensi ini menarik untuk dipahami

dan dapat dijadikan rujukan mengenai seni pertunjukan yang menekankan pada

olah tubuh dan suara pemainnya.

Cakepung „Ansambel Vokal Bali‟ sebuah buku yang ditulis oleh I Komang

Sudirga (2005) diterbitkan oleh Penerbit Kalika Yogyakarta. Fokus penelitiannya

menekankan pada aspek teks dengan pendekatan etnomusikologi, menggunakan

teknik analisis pengkajian seni pertunjukan, mengungkapkan tentang kehidupan

seni pertunjukan Cekepung di Karangasem. Dalam buku ini disebutkan bahwa

Cekepung dilandasi oleh tradisi lisan yang juga menjadi landasan pertunjukan

dalam genjek Karangasem. Sebagai sebuah seni pertunjukan, Cekepung

mempresentasikan bentuk seni yang mampu membangun kehidupan multikultur

yang humanistis di Kabupaten Karangasem. Alkulturasi Hindu dan Islam dalam

seni Cekepung terjadi dalam penyajian tekstualnya yang menggunakan naskah

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN …...15 monyeh, dan dielaborasi dengan permainan musik tradisi Bali yaitu, jalinan musik dengan mulut. Dalam penelitian ini dijelaskan

15

monyeh, dan dielaborasi dengan permainan musik tradisi Bali yaitu, jalinan musik

dengan mulut. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa cakepung dan genjek

merupakan dua pertunjukan tradisi yang berbeda, meskipun sama-sama

berlandaskan tradisi lisan.

Kidung Tantri Pisacarana Suntingan Teks, Terjemahan, dan Pendekatan

Semiotik yang ditulis oleh I Nyoman Suarka (2007), diterbitkan oleh penerbit

Pustaka Larasan Denpasar. Fokus kajiannya adalah tentang Kidung Tantri

Pisacarana. Pendekatan yang digunakan dalam studi ini adalah filologi dan sastra.

Dalam penelitian ini diungkapkan pembacaan teks Kidung Tantri Pisacarana

dilakukan berdasarkan tahapan metode mabebasan di Bali, dengan menggunakan

tiga konsep dasar, yaitu: wirama (mempertimbangkan aspek irama, metrum, dan

melodi sebagai satu kesatuan); wiraga (penerjemahan); dan wirasa (pembacaan

heuristic dan hermeneutic untuk mendapatkan makna yang tepat. Jadi dalam

penelitian ini fokus kajiannya menekankan pada aspek filologi dan sastra yang

telah dilakukan dengan mendalam. Penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam

mengalisis struktur dan makna teks genjek Karangasem.

Genjek: Persepsi Sosio-kontekstual sebuah buku yang ditulis oleh Ida

Bagus Wayan Widiasa Keniten (2014), berupa kumpulan artikel hasil analisis

sosio-kontesktual tentang seni genjek. Buku ini memberi informasi mengenai

fungsi tradisi lisan genjek dalam hubungannya dengan kehidupan sosial

masyarakat pendukung genjek. Di dalam buku ini secara umum dijelaskan bentuk-

bentuk ekspresi yang digunakan untuk menyampaikan perasaan oleh pemain

genjek tersebut. Dalam tulisan ini dijelaskan secara umum fungsi genjek dalam

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN …...15 monyeh, dan dielaborasi dengan permainan musik tradisi Bali yaitu, jalinan musik dengan mulut. Dalam penelitian ini dijelaskan

16

pendidikan, keadilan hukum, perjudian, dan kehidupan sosial lainnya. Buku ini

dapat dijadikan sumber dalam mengalisis fungsi sosial genjek Karangasem.

Pertarungan Wacana Ngemaduang (Poligami) dalam Seni Genjek, sebuah

buku hasil penelitian yang ditulis oleh Luh Putu Sendratari dan I Ketut Margi

(2015). Di dalam buku tersebut dijelaskan bahwa seni genjek sudah berkembang

di situsnya, yaitu di Kabupaten Karangasem. Kesenian genjek digunakan untuk

menghibur para bangsawan kerajaan dan tamu kerajaan. Penelitian ini hanya

membahas konsep poligami dalam genjek di Buleleng dan tidak mengalisis genjek

dalam kaitannya dengan seni sastra. Hasil penelitian ini dapat dijadikan panduan

dalam mengalisis fungsi sosial genjek yang terkait dengan kehidupan masyarakat

pedesaan.

Mengingat tradisi lisan genjek dalam penyajiannya tidak terlepas dari

unsur-unsur sastra lisan, maka pendalamanmya dapat dikaji melalui hasil-hasil

penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Acuannya bisa dalam teori, metode

dan aspek lainnya. Berikut ini diuraikan beberapa penelitian yang dapat digunakan

sebagai acuan dalam mengkaji tradisi lisan genjek.

“Genjek Ngis suatu tinjauan Etnomusikologis” oleh I Nyoman Cau Arsana

(1996). Penelitian ini mengkaji genjek di desa Ngis yang lebih menekankan pada

analisis musikologis genjek. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa pola-pola

ritme genjek tidak sama dengan pola kecak atau cak. Kecak memiliki pola yang

terstruktur sedangan genjek memilki pola rime yang merupakan improvisasi

pemainnya. Di samping itu, penelitian ini juga mengungkap beberapa faktor

pendukung pelestarian eksistensi genjek di desa Ngis. Hasil penelitian ini dapat

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN …...15 monyeh, dan dielaborasi dengan permainan musik tradisi Bali yaitu, jalinan musik dengan mulut. Dalam penelitian ini dijelaskan

17

dijadikan panduan untuk mengkaji lebih jauh ritme genjek yang cenderung

spontan dan tidak terpola. Penelitian ini tidak mengkaji teks lisan genjek Ngis,

hanya mengkaji pola-pola ritme genjek dari sudut pandang musikologis.

Penelitian ini dapat membantu peneliti untuk mengkaji penggunaan nada dalam

penyajian teks lisan genjek dalam suatu pertunjukan.

“Gegenjekan di Bali dan Pendekatan Antropologi” oleh John MacDougall

(2000). Penelitian ini berfokus pada keberadaan tradisi lisan genjek di Bali dengan

menggunakan pendekatan antropologi. Dalam penelitiannya diungkapkan bahwa

genjek ditemukan di beberapa daerah di Bali, terutama di Karangasem, Buleleng

dan Negara. Genjek menurutnya tidak sama dengan seni panggung lainnya di Bali.

Dalam penelitiannya ditemukan bahwa pada setiap malam Minggu anak-anak

muda di daerah pesisir bertemu di pingir pantai, berkumpul kemudian melakukan

aktivitas genjek atau megenjekan untuk mengekpresikan perasaannya mengenai

situasi sosial dan keadaan hidupnya. Wacana yang disampaikan cenderung

tentang putus cinta, susahnya hidup, gagal pendidikan, reformasi dan

ketidakberhasilan penguasa. Menurutnya, bagi kebanyakan antropolog cenderung

memfokuskan perhatiannya pada tradisi lisan genjek sebagai komodifikasi

budaya, sehingga sering lupa pada mobilisasi masyarakat. Hasil penilitian ini

besar manfaatnya terutama dalam memberikan gambaran tentang eksistensi tradisi

lisan genjek.

Penelitian tradisi lisan juga dilakukan oleh Weli Meinindartato (2009)

yang berjudul “Gambang Rancag Teori Formula dalam Tradisi Lisan Pantun

Betawi”. Dalam penelitian ini, struktur teks Gambang Rancag dikaji dengan teori

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN …...15 monyeh, dan dielaborasi dengan permainan musik tradisi Bali yaitu, jalinan musik dengan mulut. Dalam penelitian ini dijelaskan

18

formula. Hasil penelitiannya menunjukkaan bahwa teori formula yang diusung

oleh Ong masih perlu mendapatkan perhatian khusus untuk dapat menggali

kekayaan tradisi lisan dunia. Hasil penelitian ini besar manfaatnya sebagai acuan

dalam menganalisis data agar tidak terjadi tumpang tindih, terutama yang

berkaitan dengan data tentang stuktur teks tradisi lisan genjek.

Penelitian lain yang juga mengungkapkan tentang tradisi lisan yang serupa

dengan genjek adalah penelitian yang dilakukan oleh Ida Bagus Kade Gunayasa

(2010) yang berjudul “Cepung Sasak: Tradisi Lisan di Lombok Nusa Tenggara

Barat (NTB)”. Dalam disertasinya disimpulkan bahwa pembentuk struktur cepung

Sasak meliputi bentuk formula, tema, bunyi, dan gaya. Fungsi Cepung Sasak

adalah untuk mengenang masa lalu, pendidikan, hiburan, solidaritas, pengendalian

sosial, protes sosial, dan religius. Makna Cepung Sasak adalah cinta kasih, ritual,

pengakuan adanya stratifikasi sosial, dan makna kesadaran kolektif.

“Revitalisasi Tradisi Lisan Kantola Masyarakat Muna Sulawesi Tenggara

Pada Era globalisasi” oleh Darwan Sari (2011). Dalam penelitian ini ditemukan

keberadaan tradisi lisan kantola mulai tergantikan dengan produk budaya global.

Untuk itu, diperlukan upaya dalam mempertahankan keberadaan tradisi lisan ini

melalui pertunjukan tradisi lisan kantola secara periodik. Di samping itu,

peningkatan apresiasi masyarakat membuka peluang bagi pertumbuhan dan

perkembangan tradisi lisan kantola yang semakin terhimpit dengan produk-

produk budaya global. Tradisi lisan kantola dapat menumbuhkan semangat

solidaritas masyarakat lokal yang bertumpu pada tradisi, karena masa lalu dan

masa sekarang sering terkait. Tradisi selalu melibatkan aspek moral dan etika.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN …...15 monyeh, dan dielaborasi dengan permainan musik tradisi Bali yaitu, jalinan musik dengan mulut. Dalam penelitian ini dijelaskan

19

Aspek moral dan etika, berfungsi untuk menjaga nilai-nilai yang terkandung di

dalam tradisi yang melekat pada masyarakat lokal. Penyampaian pendapat melalui

komunikasi verbal dengan menggunakan kantola dapat menumbuhkan sikap

santun dan penghargaan terhadap orang lain.

Penelitian lainnya yang serupa dengan penelitian tradisi lisan genjek

dilakukan oleh Steven Mandey (2013) berjudul “Teks Syair Lagu dalam Tarian

Maengket Etnik Tombulu: Analisis Wacana Naratif”. Dalam penelitian ini dikaji

teks syair lagu maengket yang dilihat dari sudut pandang struktur, fungsi dan

makna. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa teks lagu maengket yang terdiri

atas tiga syair lagu secara struktur merupakan bentuk prosa lirik yang

mencerminkan kehidupan masyarakat pendukungnya. Teks lagu tersebut juga

memiliki fungsi religi, seni, budaya, pendidikan, sosial dan memiliki makna

seperti kebudayaan, edukatif, dan simbolik.

“Functions and Meanings of Genjek Kadong Iseng in Keeping Social Life

Sustainability” oleh Ida Bagus Nyoman Mantra (2015), sebuah hasil penelitian

dosen muda yang disampaikan pada intenational conference on sustainability

development. Penelitian ini mengungkap sekilas tentang fungsi dan makna genjek

kadong iseng di desa Seraya dengan menganalisis sekilas tentang genjek kadong

iseng yang terkait dengan kehidupan sosial masyarakat. Penelitian ini hanya

memberikan gambaran tentang fungsi dan makna genjek kadong iseng. Penelitian

ini lebih menekankan fungsi genjek sebagai tradisi lisan. Penelitian ini tidak

mengkaji struktur teks sebelum menganalis fungsi dan makna sehingga fungsi dan

makna yang diungkap tidak mendalam. Penelitian ini menunjukkan bahwa agar

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN …...15 monyeh, dan dielaborasi dengan permainan musik tradisi Bali yaitu, jalinan musik dengan mulut. Dalam penelitian ini dijelaskan

20

dapat mengungkap fungsi dan makna dengan mendalam perlu diadakan analisis

struktur teks sebelum mengalisis fungsi dan makna teks. Penelitian ini dapat

membantu peneliti untuk mengkaji fungsi dan makna teks lisan genjek.

“Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Pariwisata

Seni Pertunjukkan Genjek Sebagai Sumber Perekonomian Masyarakat di Desa

Kalibukbuk Lovina”. Penelitian dilakukan oleh Komang Novia Purnama Dewi

(2015). Penelitian ini mengkaji persepsi masyarakat dalam pengembangan

pariwisata seni pertunjukkan genjek dan upaya-upaya serta partisipasi masyarakat

untuk mengembangkan pariwisata seni pertunjukkan genjek. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa: (1) persepsi masyarakat dalam pengembangan pariwisata

seni pertunjukkan genjek dapat ditinjau dari indikator sikap yakni setuju

mendukung pengembangan genjek, masyarakat termotivasi mengembangkan

genjek, masyarakat berkeinginan melengkapi fasilitas yang diperlukan; (2)

upaya-upaya mengembangkan pariwisata seni pertunjukkan genjek dengan

mendatangkan tutor (pelatih), membentuk kelompok Sadar Wisata, studi banding,

menjalin kerjasama, berpartisipasi dalam events pemerintah. Penelitian ini hanya

mengkaji kemungkinan persepsi masyarakat dan upaya yang dilakukan. Penelitian

ini tidak mengkaji teks lisan genjek dari struktur, fungsi dan maknanya. Penelitian

ini dapat membantu peneliti dalam mengkaji fungsi sosial ekonomi tradisi lisan

genjek.

Selain sumber pustaka, penelitian ini juga menggunakan sumber rekaman

berupa kaset dan VCD genjek Seraya (1993) dan genjek desa Jasri (1993) dan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN …...15 monyeh, dan dielaborasi dengan permainan musik tradisi Bali yaitu, jalinan musik dengan mulut. Dalam penelitian ini dijelaskan

21

Koleksi rekaman audio visual genjek di Karangasem direkam oleh peniliti.

Sumber pustaka ini digunakan sebagai acuan dalam analisisnya.

2.2 Konsep

Dalam penelitian ini dikemukakan sejumlah konsep yang perlu dijelaskan

untuk pemahaman bersama. Uraian konsep-konsep tersebut diuraikan sebagai

berikut ini.

2.2.1 Tradisi Lisan dan Sastra Lisan

2.2.1.1 Tradisi Lisan

Tradisi adalah suatu kebiasaan atau adat istiadat yang diwariskan secara

turun temurun oleh nenek moyang atau generasi sebelumnya dan diteruskan oleh

generasi saat ini. Di dalam Collins English Dictionary (1991:1631) dijelaskan

bahwa „tradition is the handing down from generation to generation of the same

customs, belief, etc‟ („penyerahan kebiasaan-kebiasaan yang sama dari generasi ke

generasi‟).

Tradisi lisan adalah segala wacana yang diucapkan, meliputi yang lisan

dan yang beraksara atau sebagai sistem wacana yang bukan aksara (Pudentia,

1998:vii). Sejalan dengan itu, Ong (1988:3) menyatakan “kelisanan suatu budaya

yang sepenuhnya tak tersentuh pengetahuan apa pun mengenai tulisan atau

cetakan sebagai kelisanan primer”. Dalam pandangan Vansina (1985:27-28),

tradisi lisan merupakan pesan verbal berupa pernyataan yang dilaporkan dari masa

silam kepada generasi masa kini, yang kemungkinan dituturkan atau dinyanyikan

dengan atau tanpa diiringi musik.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN …...15 monyeh, dan dielaborasi dengan permainan musik tradisi Bali yaitu, jalinan musik dengan mulut. Dalam penelitian ini dijelaskan

22

Tradisi lisan adalah sebuah tradisi yang diturunkan secara turun temurun

sebagai milik bersama. Danandjaja (dalam Sukatman, 2011:1-2) menjelaskan

bahwa pembicaraan tradisi lisan dimulai dari konsep folklore. Istilah folklore

diartikan sebagai suatu kebudayaan kolektif yang tersebar dan diwariskan secara

turun-temurun, dalam bentuk lisan. Oleh karena kegiatan tutur dan pewarisannya

secara lisan, maka folklore sering disebut budaya lisan atau tradisi lisan. Sweeney

(dalam Sibarani, 2012: 6-7) menegaskan bahwa pengertian kelisanan dapat sedikit

memuaskan apabila dibicarakan dalam konteks interaksinya dengan tradisi tulisan.

Dalam hal ini dijelaskan istilah „oral‟ dan orality. Istilah yang pertama berkaitan

dengan suara. Konsep oral menjadi luas, meliputi segala sesuatu yang diujarkan.

Istilah orality diartikan sebagai “satu sistem wacana” yang tidak tersentuh huruf.

Tradisi lisan dalam konteks ini diartikan sebagai “segala wacana yang diucapkan”

atau sistem wacana yang bukan aksara”, yang mengungkapkan kegiatan

kebudayaan suatu komunitas. Lebih lanjut disebutkan tradisi lisan tidak sekadar

penuturan, melainkan konsep pewarisan sebuah budaya dan bagian diri kita

sendiri sebagai makhluk sosial Pudentia (dalam Sibarani:11). Menurut Danandjaja

(dalam Sukatman, 2009:5), ciri-ciri tradisi lisan adalah: (1) penyebarannya dan

pewarisannya biasa dilakukan dengan lisan; (2) bersifat tradisional; (3) bersifat

anonim; (4) mempunyai varian atau versi yang berbeda; (5) mempunyai pola

berbentuk; (6) mempunyai kegunaan kolektif tertentu; (7) menjadi milik bersama

suatu kolektif; (8) bersifat polos dan lugu sehingga sering terasa kasar atau terlalu

sopan.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN …...15 monyeh, dan dielaborasi dengan permainan musik tradisi Bali yaitu, jalinan musik dengan mulut. Dalam penelitian ini dijelaskan

23

Sibarani (2013:123) menjelaskan bahwa ciri-ciri tradisi lisan adalah: (1)

kebiasaan berbentuk lisan; (2) memiliki peristiwa atau kegiatan sebagai

konteksnya; (3) dapat diamati dan ditonton; (4) bersifat tradisional; (5) diwariskan

secara turun-temurun; (6) proses penyampaian secara lisan atau ”dari mulut ke

telinga”; (7) mengandung nilai-nilai budaya sebagai kearifan lokal; (8) memiliki

versi dan variasi; (9) berpotensi direvitalisasi dan diangkat secara kreatif sebagai

sumber industri budaya; dan (10) memiliki komunitas tertentu. Berdasarkan ciri-

ciri yang terdapat dalam tradisi lisan tersebut genjek dapat digolongkan sebagai

tradisi lisan.

Berdasarkan pengertian dan ciri-ciri yang dikemukakan di atas,

pertunjukan genjek pada masyarakat Bali dapat diartikan sebagai tradisi lisan yang

merupakan paduan antara tarian dan nyanyian. Genjek dapat digolongkan ke

dalam tradisi lisan juga dikarenakan teks tradisi lisan genjek disampaikan secara

lisan. Hal ini sejalan dengan Sibarani (2012:27), bahwa tradisi lisan tidak hanya

mengandung unsur-unsur keindahan, tetapi juga mengandung berbagai informasi

tentang nilai-nilai kebudayaan tradisi bersangkutan. Lebih lanjut genjek adalah

tradisi lisan, karena sejalan dengan definisi yang diungkapkan oleh Sibarani

(2012) yang mendefinisikan tradisi lisan sebagai suatu kegiatan budaya tradisional

masyarakat yang diwariskan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi

lain baik tradisi itu berupa kata-kata lisan maupun tradisi lain yang bukan lisan.

2.2.1.2 Sastra Lisan

Sastra lisan adalah bagian dari tradisi lisan yang merupakan salah satu

fenomena kebudayaan yang terjadi di masyarakat. Tiap-tiap jenis sastra lisan

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN …...15 monyeh, dan dielaborasi dengan permainan musik tradisi Bali yaitu, jalinan musik dengan mulut. Dalam penelitian ini dijelaskan

24

mempunyai banyak variasi dengan esensi dan orientasi isinya berkenaan dengan

berbagai peristiwa yang terjadi di masyarakat tersebut Finnegan (1979:3).

Sastra lisan dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Hutomo (1991:1)

yang mengatakan bahwa sastra lisan sebenarnya adalah kesusastraan yang

mencakup ekspresi kesusastraan warga suatu kebudayaan yang disebarkan dan

dituruntemurunkan secara lisan (dari mulut ke mulut). Di samping itu Hutomo

(1991:3) mengatakan perlu diketahui bahwa sastra lisan di dalam masyarakat

tradisional itu bersifat komunal, artinya nilai bersama (rakyat), maka sastra itu

juga disebut orang sebagai folk literature, atau sastra rakyat. Hasil sastra lisan

dapat berupa puisi, prosa, nyanyian dan lainnya. Selanjutnya, Wellek (1989:36)

mengatakan bahwa kesusastraan itu mempunyai dimensi sosial, dan kemanusiaan

sastra merupakan ekspresi kejiwaan masyarakat. Dikatakan pula bahwa setiap

fungsi sastra berbeda sesuai dengan sifat sastra itu. Sebagaimana halnya karya

sastra pada umumnya, Gunayasa (2001:5) mengatakan bahwa sastra lisan

merupakan kekayaan masyarakat yang memiliki struktur, penataan, dan

penggunaan bahasa sekaligus membawa nuansa dan lambang serta nilai-nilai

tertentu.

Penentuan Genjek sebagai sastra lisan merujuk pada ciri-ciri sastra lisan

yang dikemukakan oleh Hutomo (1991: 3-4), sebagai berikut:

(1) Ekspresi budaya yang disebarkan, baik dari segi waktu maupun ruang

melalui mulut.

(2) Lahir dalam masyarakat yang bercorak desa, di luar kota atau

masyarakat yang belum mengenal huruf.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN …...15 monyeh, dan dielaborasi dengan permainan musik tradisi Bali yaitu, jalinan musik dengan mulut. Dalam penelitian ini dijelaskan

25

(3) Menggambarkan ciri budaya suatu masyarakat, sebab merupakan

warisan budaya.

(4) Tidak diketahui siapa pengarangnya.

(5) Bercorak puitis, teratur, dan formulaik, maksudnya untuk menguatkan

ingatan dan menjaga keaslian agar tidak cepat berubah.

(6) Tidak mementingkan fakta.

(7) Terdiri dari berbagai versi; dan

(8) Menggunakan gaya bahasa lisan, mengandung dialek, kadang-kadang

tak lengkap.

Dalam penelitian ini, tradisi lisan genjek dipahami sebagai sastra lisan

dalam pertunjukan genjek yang terdiri atas nyanyian dan gerak tari yang lirik-

liriknya memiliki unsur-unsur sastra.

2.2.4 Wacana Lisan, Teks Lisan, dan Konteks

2.2.4.1 Wacana Lisan

Berkaitan dengan konsep wacana, Halliday dan Hasan (1985:15-17)

menjelaskan bahwa terdapat tiga pokok bahasan, yaitu medan „field‟, pelibat

„tenor‟, dan sarana „mode‟. Medan wacana menunjuk pada hal yang sedang

terjadi, pada sifat tindakan sosial yang sedang berlangsung apa sesungguhnya,

yang sedang disibukkan oleh para pelibat, yang di dalamnya bahasa ikut serta

sebagai unsur pokok tertentu. Pelibat wacana menunjuk pada orang-orang yang

mengambil bagian, pada sifat para pelibat, kedudukan dan peranan mereka. Jenis-

jenis hubungan peranan yang terdapat di antara para pelibat, termasuk hubungan

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN …...15 monyeh, dan dielaborasi dengan permainan musik tradisi Bali yaitu, jalinan musik dengan mulut. Dalam penelitian ini dijelaskan

26

tetap dan sementara. Jenis peranan tuturan yang mereka lakukan dalam

percakapan maupun rangkaian keseluruhan hubungan-hubungan yang secara

berkelompok mempunyai arti penting yang melibatkan mereka. Sarana wacana

menunjuk pada bagian yang diperankan oleh bahasa. Hal ini diharapkan oleh para

pelibat diperankan dalam bahasa dalam situasi itu: organisasi simbolik teks,

kedudukan yang dimilikinya dan fungsinya dalam konteks, termasuk salurannya

(dituturkan atau dituliskan atau digabungkan keduanya) dan juga mode retoriknya,

yaitu apa yang akan dicapai teks berkenaan dengan pokok pengertian seperti sifat

membujuk, menjelaskan, mendidik, dan semacamnya.

Tiga pokok bahasan medan, pelibat, dan sarana memungkinkan penulis

memberikan ciri-ciri sifat teks jenis tertentu, jenis teks yang berlaku bagi teks-teks

yang serupa dalam bahasa apa pun. Oleh sebab itu, pemahaman terhadap unsur

wacana tertentu merupakan syarat mutlak untuk memahami berbagai sarana atau

ragam bahasa yang digunakan.

Badudu (dalam Badara, 2012:16) menjelaskan bahwa wacana merupakan

(1) rentetan kalimat yang berkaitan, yang menghubungkan proposisi yang satu

dengan proposisi yang lainnya, membentuk satu kesatuan, sehingga terbentuklah

makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu; (2) kesatuan bahasa yang

terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi

dan kohesi yang tinggi dan berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal

dan akhir nyata, disampaikan secara lisan atau tertulis. Pandangan ini sejalan

dengan Kridalaksana (dalam Mulyana, 2005:52), wacana adalah satuan bahasa

yang terlengkap yang dalam hirarki kebahasaan merupakan satuan gramatikal

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN …...15 monyeh, dan dielaborasi dengan permainan musik tradisi Bali yaitu, jalinan musik dengan mulut. Dalam penelitian ini dijelaskan

27

tertinggi, dan terbesar. Wacana dapat direalisasikan dalam bentuk kata, kalimat,

paragraf, atau karangan utuh, yang membawa amanat yang lengkap dan cukup

jelas berorientasi pada jenis wacana tulis. Istilah wacana yang digunakan di dalam

penelitian ini, menggunakan konsep yang menggabungkan unsur-unsur linguistik

bersama unsur nonlinguistik untuk memerankan kegiatan dan pandangan. Di

dalam bahasa Inggris wacana dapat dibedakan menjadi “wacana lisan”atau spoken

discourse, dan “wacana tulis” atau written discourse.

Menurut Osch (1988:8), wacana adalah seperangkat makna yang

menghubungkan struktur bahasa dengan konteks yang melatarinya, yang dirajut

oleh penutur dan pendengar dalam proses memproduksi dan menafsirkan makna.

Van Dijk (1985) menyatakan bahwa struktur suatu wacana dapat dipilah atas tiga

tataran, yakni (1) struktur makro, (1) superstruktur, dan (3) struktur mikro.

Struktur makro berkenaan dengan makna global atau makna umum suatu teks.

Superstruktur berkenaan dengan kerangka dasar suatu teks dalam tautan dengan

susunan atau rangkaian struktur atau elemen suatu teks dalam membentuk satu

kesatuan bentuk yang koheren. Struktur mikro berhubungan dengan unsur-unsur

intrinsik suatu teks yang mencakup unsur semantik, sintaksis, stilistik, dan unsur

retoris.

Gerard Genette (1980:35--85) menyatakan ada lima komponen utama

dalam wacana penuturan atau naratif, yaitu: (1) susunan cerita (order) yang

merupakan dasar analisis, yaitu perihal rangkaian yang dinarasikan oleh penutur

melalui tokoh-tokohnya yang dikaitkan dengan waktu naratif. Waktu naratif yang

dimaksudkan meliputi anakroni atau rangkaian peristiwa; (2) durasi (duration)

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN …...15 monyeh, dan dielaborasi dengan permainan musik tradisi Bali yaitu, jalinan musik dengan mulut. Dalam penelitian ini dijelaskan

28

yang merupakan dasar dasar analisis novel atau genre yang lain dalam hal waktu

cerita berlangsung dan panjang cerita serta elipsis (potongan sebagian cerita) yang

dinarasikan oleh pengarangnya; (3) frekuensi (frequency), yakni dasar analisis

tingkat pengulangan peristiwa dalam narasi; (4) suasana hati (mood), yakni dasar

analisis visi narator tentang peristiwa atau kejadian dalam cerita, makna cerita,

persepsi, inti cerita, dan suasana cerita. Di dalam suasana hati terdapat: (a)

suasana hati naratif atau tuturan, yaitu cara menyampaikan cerita kepada

pembaca; (b) jarak, yaitu jarak antara pencerita atau penutur dengan pembaca

atau pendengar; (c) narasi peristiwa, yaitu transisi suatu peritiwa ke tulisan atau ke

lisan di dalam narasi; (d) kata-kata naratif, yaitu beberapa cara pengarang atau

penutur menyampaikan kata-kata melalui tokoh-tokoh dan narator; (e) perspektif,

yaitu sudut pandang narator sebagai narator dalam tuturan; (f) fokus cerita atau

tuturan, yaitu sudut pandang penutur, (g) modalitas ganda, yaitu narator berbicara

sebagai tokoh pertama ; (5) Suara (voice), yakni dasar analisis perihal penceritaan,

tingkat naratif, metalipsis dan person (pencerita sebagai orang pertama atau orang

ketiga) yang berfungsi sebagai narator dalam narasi.

Kartomiharjo (dalam Sunaryo, 1997:17) mengatakan bahwa analisis

wacana merupakan cabang ilmu bahasa yang dikembangkan untuk menganalisis

suatu unit bahasa yang lebih besar dari kalimat. Dalam upaya menganalisis unit

bahasa yang lebih besar dari kalimat tersebut, analisis wacana tidak terlepas dari

pemakaian kaidah berbagai cabang ilmu bahasa, seperti halnya semantik,

sintaktik, morfologi, dan fonologi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa analisis wacana

berupaya menganalisis unit bahasa yang berupa wacana dengan memperhatikan

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN …...15 monyeh, dan dielaborasi dengan permainan musik tradisi Bali yaitu, jalinan musik dengan mulut. Dalam penelitian ini dijelaskan

29

berbagai unsur kewacanaannya. Unit bahasa, seperti halnya kalimat tidak sebatas

menganalisis berdasarkan struktur gramatikalnya, tetapi juga sampai dengan

fungsi kalimat dalam komunikasi. Sasaran akhir analisis wacana sampai kepada

suatu makna yang sama, paling tidak dekat dengan makna yang dimaksud oleh

pembicara dalam wacana lisan, atau penulis dalam wacana tulis.

Merujuk pada pandangan di atas, tradisi lisan genjek adalah wacana

penuturan dengan menggunakan bahasa Bali. Genjek sebagai sastra lisan

diaktualisasikan sebagai peristiwa. Genjek adalah suatu peristiwa yang terjadi

pada waktu tertentu melalui unit bahasa yang lebih besar sehingga memantulkan

fungsi dan makna secara tersurat dan tersirat. Penelitian Genjek sebagai wacana

sastra lisan yang hidup dan berkembang dalam tatanan kehidupan sosial budaya

masyarakat Karangasem ditempatkan dan diaktualisasikan sebagai peristiwa.

Hanya dengan kedudukan seperti itu Genjek dapat bermakna dan sekaligus

berfungsi bagi masyarakat pendukungnya.

2.2.4.2 Teks Lisan

Halliday dan Hasan (1994:13-14) mengatakan bahwa teks merupakan

produk dalam arti teks merupakan keluaran, sesuatu yang sudah direkam dan

dipelajari, karena mempunyai susunan tertentu yang dapat diungkapkan dengan

istilah yang sistematik. Teks merupakan proses pemilihan makna secara terus-

menerus, melalui jaringan tenaga makna, yang membentuk suatu lingkungan bagi

perangkat yang lebih lanjut. Dikatakan pula bahwa teks adalah bahasa yang

berfungsi. Berfungsi artinya bahasa yang sedang melaksanakan tugas tertentu

dalam konteks situasi. Selain itu, Djawanai (1995: 64) mengatakan bahwa teks

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN …...15 monyeh, dan dielaborasi dengan permainan musik tradisi Bali yaitu, jalinan musik dengan mulut. Dalam penelitian ini dijelaskan

30

adalah tenunan atau rajutan makna yang berbentuk satuan wacana yang utuh

dengan memanfaatkan unit mulai dari bunyi sampai dengan satuan yang lebih

besar dari kalimat. Teks adalah wacana (berarti lisan) yang difiksasikan ke dalam

bentuk tulisan. Secara implisit telah diperlihatkan adanya hubungan antara tulisan

dan teks (Ricoeur dalam Kleden, 1998:119).

Sebagai wadah makna yang memaparkan dunia ide, dalam setiap teks

terdapat seperangkat hubungan internal yang mengatur koherensinya. Hubungan

asosiatif menghubungkannya dengan teks-teks lain dalam sebuah korpus budaya,

acuan yang menunjuk pada satuan-satuan tertentu, dan kondisi di luar teks.

Koherensi internal, pola asosiatif, dan tata acuannya membentuk struktur

komunikatif teks dan interaksi yang rumit antara hubungan teks yang satu dan

hubungan teks yang lain itu berdasarkan asumsi budaya para penuturnya (Fox,

1986:44).

Berdasarkan uraian di atas, maka konsep teks dalam penelitian ini

mengacu kepada teks lisan genjek. Teks lisan genjek adalah produk tradisi lisan

genjek yang mencerminkan seperangkat norma dan nilai sosial budaya yang

dianut oleh masyarakat Bali dalam menghadapi realitas kehidupan masyarakat

lingkungannya.

2.2.4.3 Konteks

Menurut Malinowski (dalam Halliday dan Hasan, 1994:7) kata konteks

sudah berarti con-text, yaitu kata-kata dan kalimat-kalimat sebelum dan sesudah

kalimat tertentu yang sedang dipelajari seseorang. Halliday dan Hasan (1994:6)

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN …...15 monyeh, dan dielaborasi dengan permainan musik tradisi Bali yaitu, jalinan musik dengan mulut. Dalam penelitian ini dijelaskan

31

mengatakan pula bahwa konteks adalah keseluruhan lingkungan teks sebagai

tempat teks itu terbentang dan harus ditafsirkan.

Sehubungan dengan fungsinya dalam konteks, wacana merupakan

seperangkat makna yang menghubungkan struktur bahasa dengan konteks yang

melatarinya yang dirajut oleh penutur dan pendengar dalam proses memproduksi

dan menafsirkan makna. Cook (1994:1) mengatakan bahwa makna kontekstual

wacana dapat dikaji melalui hubungan dan identitas sosial para pelibatnya dan

juga bagaimana satuan bahasa merajut makna, maksud, dan kesatuan pikiran

untuk masyarakat.

Konteks dapat dipilah atas konteks situasi dan konteks budaya. Konteks

situasi adalah lingkungan langsung tempat sebuah teks berfungsi dengan unsur

pembentuknya mencakupi pembicara dan pendengar, pesan, latar atau situasi,

saluran, dan kode. Konteks budaya merujuk pada kumpulan pengetahuan, sikap

dan perilaku bahasa milik bersama suatu kelompok masyarakat sebagai suatu

keseluruhan yang sistematis dari prinsip-prinsip budaya, pola komunikasi antar

anggota masyarakat, wujud sikap dan pola perilaku lain secara bersama-sama

beterima dan berlaku dalam realitas kehidupan suatu kelompok budaya tertentu

(Hesslgrave dan Edward, 1996:200).

Menurut Osch (1988:8), wacana merupakan seperangkat makna yang

menghubungkan struktur bahasa dengan konteks yang melatarinya yang dirajut

oleh penutur dan pendengar dalam proses memproduksi dan menafsirkan makna.

Konteks yang melatari teks lisan genjek adalah kebudayaan masyarakat Bali.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN …...15 monyeh, dan dielaborasi dengan permainan musik tradisi Bali yaitu, jalinan musik dengan mulut. Dalam penelitian ini dijelaskan

32

2.2.5 Genjek

Menurut I Nengah Tinggen (1994: 23), dalam bukunya Tata Basa Bali

Ringkes menjelaskan bahwa secara etimologi kata genjek atau gegonjakan yang

artinya besendagurau dalam waktu luang atau waktu senggang. Menurut kamus

Bali-Indonesia (2005:276), kata gonjak berarti „perbincangan‟, sedangkan

gegonjakan bearti „obrolan‟ atau „kelakar‟. Makna ini sejalan dengan fenomena

genjek pada masyarakat pendukungnya pada saat ini yang berfungsi sebagai

hiburan. Para pemain genjek mennyanyikan lirik-lirik genjek yang sifatnya

bersendagurau sehingga penontonnya merasa terhibur.

2.3 Landasan Teori

Sebagaimana telah diuraikan dalam latar belakang dan pokok masalah di

atas, maka untuk menjawab permasalahan diperlukan landasan teori yang dapat

digunakan untuk pemecahan masalah itu. Pada dasarnya peneliti telah menetapkan

bahwa teori yang digunakan dalam penelitian ini dapat mengungkap semua

permasalahan yang ada. Sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka teori yang

digunakan untuk membedah teks lisan genjek, yaitu teori struktural, teori fungsi,

dan teori semiotik. Berikut dikemukakan dasar-dasar teori-teori tersebut beserta

masalah-masalah yang muncul dalam penerapannya.

2.3.1 Teori Strukturalisme

Strukturalisme pada dasarnya merupakan cara berpikir tentang dunia yang

terutama berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi struktur-struktur. Dalam

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN …...15 monyeh, dan dielaborasi dengan permainan musik tradisi Bali yaitu, jalinan musik dengan mulut. Dalam penelitian ini dijelaskan

33

pandangan ini, karya sastra diasumsikan sebagai fenomena yang memiliki struktur

yang saling terkait. Menurut Junus (dalam Endraswara, 2008:49) strukturalisme

memang sering dipahami sebagai bentuk, dan karya sastra adalah bentuk. Oleh

karena itu, strukturalisme sering dianggap sekadar formalisme modern. Penekanan

strukturalis adalah memandang karya sastra sebagai teks yang mandiri. Penelitian

dilakukan secara objektif, yaitu menekankan pada aspek intrinsik karya sastra.

Penelitian struktural memandang karya sastra sebagai sosok yang mandiri.

Karya sastra dipandang bermutu, manakala karya tersebut mampu memiliki

unsur-unsur secara padu dan bermakna. Dengan demikian aspek bentuk dan isi

merupakan hal yang harus dikedepankan dalam penelitian (Endraswara, 2008:52).

Genjek sebagai tradisi lisan belum dapat dianalisis apabila belum ditranskripsikan

ke dalam bentuk tulisan, terutama dalam mengkaji makna. Oleh karena itu, tradisi

lisan genjek ditranskripsikan terlebih dahulu, selanjutnya disebut teks lisan genjek.

Teks lisan genjek dianalisis dengan menggunakan pendekatan structural.

Hal ini dilakukan atas pertimbangan bahwa teks lisan genjek adalah salah satu

produk sastra yang memiliki unsur internal dan eksternal sebagaimana dijelaskan

oleh Mulyana (2005:7) yang menggarisbawahi wacana lisan dan tulisan memiliki

unsur internal yang berkaitan dengan aspek formal kebahasaan dan unsur

eksternal yang berkenaan dengan hal-hal di luar wacana. Kedua unsur itu

membentuk satu kepaduan dalam suatu struktur yang utuh dan lengkap. Suarka

(2007:16) menegaskan bahwa, persoalan mendasar dalam mengintegrasikan

pendekatan struktural karena menganggap teks sebagai satu koherensi, kebulatan

makna, dan keseluruhan struktur ke dalam pendekatan historis yang sinkronik dan

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN …...15 monyeh, dan dielaborasi dengan permainan musik tradisi Bali yaitu, jalinan musik dengan mulut. Dalam penelitian ini dijelaskan

34

diakronik sehubungan dengan karya sastra sebagai suatu sistem tanda dan

menempatkan karya sastra pada pusat tanpa melepaskannya dari latarbelakang

sosial budaya.

Pendapat di atas mengisyaratkatkan bahwa analisis struktur teks lisan

genjek tidak akan berarti apa-apa, apabila hanya dilakukan secara intrinsik. Untuk

mendapat hasil sesuai dengan permasalahan yang ditentukan di dalam penelitian

ini, maka analisis perlu dilanjutkan dengan analisis ekstrinsik. Dengan bertumpu

pada pandangan strukturalisme, maka analisis struktur dalam penelitian dilakukan

dengan memandang bahwa karya sastra sebagai suatu proses komunikasi (Suarka,

2007:16). Lebih lanjut, Teeuw (1984:135) menjelaskan bahwa unsur stuktural

teks sebaiknya dikaji dari sudut pandang karya sastra itu sendiri. Pendapat ini

sejalan dengan Habib (2005: 632), karya sastra seharusnya dikaji secara utuh dan

sebagai suatu sistem, karena keberadaannya adalah merupakan refleksi budaya

yang ada dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, unsur

teks lisan genjek yang dikaji meliputi bentuk, tema, bunyi, diksi, formula, dan

gaya bahasa.

Suatu teks terdiri atas tiga struktur/tingkatan yang masing-masing bagian

saling mendukung. Ketiga struktur tersebut adalah (1) struktur makro yang

merupakan makna global atau umum dari suatu teks yang dapat diamati melalui

melihat topik atau tema yang dikedepankan; (2) superstruktur yang merupakan

struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana

bagian-bagian teks tersusun secara utuh; (3) struktur mikro adalah makna wacana

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN …...15 monyeh, dan dielaborasi dengan permainan musik tradisi Bali yaitu, jalinan musik dengan mulut. Dalam penelitian ini dijelaskan

35

yang dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks yakni kata, kalimat, proposisi,

anak kalimat, paraprase, dan gambar (Van Dijk dalam Eriyanto, 2001:225-226).

Berdasarkan fenomena yang diperoleh dari analisis bentuk yang

bertumpu pada teori struktural, peneliti juga menggunakan teori fungsi untuk

mengalisis fungsi teks lisan genjek dan teori semiotik untuk menganilis makna

teks lisan genjek, sehingga perpaduan analisis ini menghasilkan suatu temuan baru

yang dapat memperkaya teori sastra yang telah ada sebelumnya.

Menurut Van Dijk (1985a:1) stukrur formal sebuah teks dapat dikaji

secara mendalam dengan mengkaji stuktur makro, superstruktur, dan stuktur

makro. Stuktur makro adalah mengungkap tentang makna global teks yang

ditelaah sesuai dengan topik/gagasan inti yang terkandung di dalam teks.

Superstruktur adalah kerangka teks, meliputi: pendahuluan, isi, dan penutup.

Struktur mikro adalah struktur teks berdasarkan satuan linguistik, seperti: bunyi,

kata, frasa, klausa/kalimat serta hubungan sintaksis, kohesi wacana, dan gaya

bahasa.

Dalam penilitian ini, teori di atas dijadikan dasar untuk mengkaji struktur

teks lisan genjek Karangasem sehingga mendapatkan gambaran yang

komprehensif tentang fungsi teks lisan genjek yang diteliti.

2.3.2 Teori fungsi

Analisis fungsi teks lisan genjek bertumpu pada teori fungsionalisme yang

menjelaskan bahwa masyarakat mempunyai hubungan timbal balik dan saling

memengaruhi. Perkataan fungsi digunakan dalam berbagai bidang kehidupan

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN …...15 monyeh, dan dielaborasi dengan permainan musik tradisi Bali yaitu, jalinan musik dengan mulut. Dalam penelitian ini dijelaskan

36

manusia, menunjukkan kepada aktivitas dan dinamika manusia dalam mencapai

tujuan hidupnya. Dilihat dari tujuan hidup , kegiatan manusia merupakan fungsi

dan mempunyai fungsi. Secara kualitatif fungsi dilihat dari segi kegunaan dan

manfaat seseorang, kelompok, organisasi atau asosiasi tertentu . Sejalan dengan

anggapan tersebut (Wellek dan Warren, 1977:109) menjelaskan bahwa, karya

sastra menyajikan kehidupan yang sebagian besar dari kenyataan sosial. Lebih

lanjut, Anwar (2010:50) menjelaskan bahwa sastra dapat dipahami berdasarkan

cara awal munculnya kesadaran manusia dalam dirinya. Kesadaran manusia

tersebut, kemudian diwujudkan dalam bentuk perasaan-perasaan, sentimen-

sentimen dan gagasan yang terhubungkan dengan berbagai kegiatan di sekitar

kehidupannya. Hubungan-hubungan tersebut diekspresikan secara figuratif dalam

bentuk karya sastra.

Karya sastra dapat dipakai oleh pengarang untuk menuangkan segala

persoalan kehidupan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Di samping itu,

karya sastra sebagai terjemahan perilaku manusia dalam kehidupannya. Dikatakan

pula bahwa karya sastra adalah suatu potret realitas yang terwujud melalui bahasa.

Johnson (dalam Faruk, 1999:107) menjelaskan bahwa pendekatan

fungsional utamanya adalah membahas tentang persoalan apa yang membuat

masyarakat itu bersatu, bagaimana dasar atau landasan keteraturan sosial itu

dipertahankan, dan bagaimana tindakan-tindakan individu itu disumbangkan pada

masyrakat itu secara keseluruhan baik secara disadari atau tidak. Oleh karena itu,

pendekatan fungsional berusaha mempelajari pelembagaan-pelembagaan sosial

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN …...15 monyeh, dan dielaborasi dengan permainan musik tradisi Bali yaitu, jalinan musik dengan mulut. Dalam penelitian ini dijelaskan

37

yang ada dalam masyarakat dan yang saling berhubungan satu dengan yang

lainnya sehingga membentuk integrasi sosial.

Malinowski (dalam Koentjaaningrat, 1987:160) menjelaskan bahwa

fungsi bersifat integratif, artinya fungsi menyangkut kompleksitas struktur sosial

yang merupakan totalitas dari jaringan hubungan antara individu dengan individu,

dan kelompok-kelompok dengan individu. Lebih lanjut, Malinowski (dalam

Koentjaraningrat, 1987:160) mengemukakan bahwa segala bentuk kegiatan dan

aktivitas kebudayaan itu sebenarnya bermaksud memuaskan suatu rangkaian dari

sejumlah kebutuhan naluri manusia yang berhubungan dengan seluruh

kehidupannya. Kelompok sosial atau organisasi merupakan kebutuhan manusia

untuk berkumpul dan berinteraksi.

Radcliffe-Brown (dalam Koentjaraningrat, 1987:177) mengungkapkan

bahwa fungsi merupakan satu bagian aktivitas dari keseluruhan di dalam sistem

sosial. Sistem kebudayaan dapat dipandang memiliki “kebutuhan sosial‟.

Kebudayaan itu muncul karena ada tuntutan tertentu baik oleh lingkungan

maupun pendukungnya. Tuntutan itu yang menyebabkan kebudayaan semakin

tumbuh dan berfungsi menurut strukturalnya. Dalam kehidupan manusia terdapat

hubungan sosial yang khusus dan membentuk suatu keseluruhan, yaitu kesatuan-

kesatuan dan kelompok-kelompok kekerabatan yang terintegrasi.

Koentjaraningrat (1987:177) menegaskan bahwa pandangan Radcliffe-

Brown mengenai fungsi sosial, pada dasarnya sama dengan pandangan

Malinowski mengenai fungsi, yaitu pengaruh dan efek suatu aktivitas masyarakat

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN …...15 monyeh, dan dielaborasi dengan permainan musik tradisi Bali yaitu, jalinan musik dengan mulut. Dalam penelitian ini dijelaskan

38

terhadap kebutuhan mutlak untuk berlangsungnya secara berintegrasi dari suatu

sistem sosial tertentu.

Dalam mengkaji teks lisan genjek, teori fungsi yang digunakan sebagai

acuan adalah teori fungsi sosial William R. Bascom. Bascom (dalam Sukatman,

2011:11) menjelaskan bahwa secara umum setidaknya ada empat fungsi penting

tradisi lisan. Pertama, tradisi lisan berfungsi sebagai sistem proyeksi (cerminan)

angan-angan suatu kolektif. Kedua, tradisi lisan berfungsi sebagai alat legitimasi

pranata-pranata kebudayaan. Ketiga, tradisi lisan berfungsi sebagai alat

pendidikan. Keempat, tradisi lisan berfungsi sebagai alat pemaksa atau pengontrol

agar norma-norma masyarakat yang selalu dipatuhi angota kolektifnya.

Bertolak pada teori fungsi di atas, maka analisis fungsi teks tradisi lisan

genjek perlu dicermati dan dianalisis, berdasarkan pada: (1) fungsi pendidikan; (2)

hiburan; (3) solidaritas; (4) religius; (5) politik; dan (6) fungsi sosial. Analisis

fungsi tradisi lisan genjek adalah mengkaji kenyataan mengenai tradisi lisan

genjek dalam kehidupan masyarakat yang sebenarnya. Hal ini sejalan dengan

pandangan Wellek dan Warren (1977:24) yang mengungkapkan bahwa fungsi

selalu dikaitkan dengan hubungan ekstrinsik karya sastra agar mendapat gambaran

yang mendasar tentang fungsi yang terkandung dalam karya sastra tersebut.

2.3.3 Teori Semiotika

Analisis struktural tidak dapat dipisahkan dengan analisis semiotika

karena karya sastra merupakan struktur (sistem) tanda-tanda yang bermakna.

Tanda-tanda dimaksud mempunyai makna sesuai dengan konvensi ketandaan.

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN …...15 monyeh, dan dielaborasi dengan permainan musik tradisi Bali yaitu, jalinan musik dengan mulut. Dalam penelitian ini dijelaskan

39

Pengunaan konvensi yang berkenaan dengan pembaca diharapkan dapat ditangkap

dalam makna teks seperti yang dimaksud oleh pembaca (Suarka, 2007:17).

Analisis teks lisan genjek bertujuan untuk memahami makna yang terkandung di

dalam teks lisan genjek tersebut yang merupakan suatu sistem tanda. Hal ini

didasarkan pada anggapan bahwa teks lisan genjek merupakan struktur yang

bermakna. Teks lisan genjek dapat digolongkan ke dalam karya seni kebahasaan

karena menggunakan bahasa sebagai medium dalam penyampainnya. Bahasa

yang digunakan dalam lisan genjek memiliki kedudukan yang berbeda dengan

komunikasi biasa, karena mengandung unsur-unsur keindahan dan bermakna.

Ferdinand de Sausure (dalam Berger, 2010:4) menjelaskan bahwa bahasa

adalah suatu sistem tanda yang mengekspresikan ide-ide (gagasan-gagasan) dan

karena itu dapat dibandingkan dengan sistem tulisan, simbol-simbol keagamaan,

aturan-aturan sopan santun, tanda-tanda dan sebagainya. Semua itu merupakan hal

yang penting dari keseluruhan sistem tersebut. Hal ini sejalan dengan pernyataan

Zoest (1993:131) yang menjelaskan bahwa bahasa memegang peranan penting

dalam interaksi sosial. Bahasa untuk sebagian besar merupakan alat interaksi

sosial tetapi dalam interaksi sosial banyak digunakan beraneka ragam sistem

tanda. Tanpa produksi dan penerimaan tanda, manusia satu sama lain tidak dapat

mengadakan kontak, berkomunikasi, saling memengaruhi, dan melakukan

tindakan.

Bahasa sebagai medium teks lisan genjek merupakan sistem semiotik,

yaitu sistem ketandaan yang memiliki arti. Medium teks lisan genjek berupa kata-

kata (bahasa). Sebelum digunakan dalam genjek, sudah merupakan lambang yang

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN …...15 monyeh, dan dielaborasi dengan permainan musik tradisi Bali yaitu, jalinan musik dengan mulut. Dalam penelitian ini dijelaskan

40

mempunyai arti yang ditentukan oleh konvensi masyarakat. Tanda-tanda

kebahasan itu berupa satuan-satuan bunyi yang mempunyai arti oleh konvensi

masyarakat. Bahasa merupakan suatu sistem ketandaan yang berdasarkan pada

konvensi masyarakat. Sistem ketandaan itu disebut semiotik atau semiologi.

Teori semiotika yang merupakan evolusi dari teori strukturalisme

dikembangkan oleh Pierce di Amerika Serikat. Teori ini dikembangkan dengan

model tanda yang melibatkan proses pemaknaan sehingga dapat memberi

penjelasan tentang berbagai hal, terutama tentang gejala budaya. Menurut Peirce

(dalam Endraswara, 2008:65) bahwa ada tiga faktor yang menentukan adanya

tanda, yaitu: (1) tanda itu sendiri; (2) hal yang ditandai; dan (3) sebuah tanda yang

terjadi. Ada keterkaitan representasi antara tanda dan yang ditandai. Kedua tanda

itu melahirkan interpretasi di benak penerima.Interpretasi ini merupakan tanda

baru yang diciptakan oleh penerima pesan. Teori ini sejalan dengan istilah yang

dikemukakan oleh Saussure, yakni R (sign), I (signifiant), dan O (signifie).

Menurut Pierce ada tiga jenis tanda berdasarkan hubungan antara tanda dengan

yang ditandakan, yaitu: (1) ikon, yaitu tanda yang secara inheren memiliki

kesamaan dengan arti yang ditunjuk. Misalnya, foto dengan orang yang difoto

atau peta dengan wilayah geografisnya; (2) indeks, yaitu tanda yang mengandung

hubungan kausal dengan apa yang ditandakan. Misalnya, asap menandakan

adanya api, mendung menandakan akan turun hujan; (3) simbol, yaitu tanda yang

memiliki hubungan makna dengan yang ditandakan bersifat arbriter, sesuai

dengan konvensi suatu lingkungan sosial tertentu. Misalnya, bendera putih

sebagai simbol kematian.

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN …...15 monyeh, dan dielaborasi dengan permainan musik tradisi Bali yaitu, jalinan musik dengan mulut. Dalam penelitian ini dijelaskan

41

Bahasa adalah sistem tanda yang merupakan satuan antara signifiant dan

signifie. Signifiant adalah penanda, yaitu aspek formal dan bentuk tanda itu.

Signifie adalah petanda, yaitu aspek makna atau konseptual dari penanda. Kedua

aspek itu tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya (Hoed, 2011:65). ). Lebih

lanjut, Sobur (2009:275) menjelaskan bahwa Bahasa dapat ditafsirkan sebagai

suatu penukaran (komunikasi) tanda-tanda yang berlaku, baik bagi bahasa dalam

arti sempit, bahasa kata-kata, maupun mengenai semua tanda lainnya. Tanda-

tanda tersebut dibedakan dalam tiga tahap kaidah, yaitu: (1) kaidah-kaidah yang

mengatur hubungan antara tanda-tanda atau lambang-lambang itu sendiri:

sintaksis; (2) kaidah-kaidah mengenai cara-cara dan tanda-tanda itu menunjukkan

kepada objek-objek tertentu: semantik; dan (3) kaidah- kaidah yang menentukan

hubungan dengan semantik tadi dalam konteks yang lebih luas lagi, yakni

hubungan dengan si pemakai tanda-tanda tersebut: pragmatik. Hoed (2011:3)

memberikan penjelasan yang lebih luas bahwa semiotika adalah ilmu yang

mengkaji tanda dalam kehidupan manusia. Artinya, semua yang hadir dalam

kehidupan dilihat sebagai tanda, yakni sesuatu yang harus diberi makna. Dengan

kata lain bahwa semua yang ada dalam kehidupan sebagai bentuk yang

mempunyai makna. Teks lisan genjek merupakan satuan-satuan bunyi yang

mempunyai arti dan berfungsi untuk menyampaikan suatu makna.

Sugihastuti (2012:113) mengemukan bahwa, semiotika adalah suatu

disiplin yang menyelidiki semua bentuk komunikasi yang terjadi dengan sarana

tanda dan berdasarkan pada sistem tanda. Semiotik inilah yang memberikan

kerangka kerja umum bagi studi pemindahan informasi. Studi semiotika sastra

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN …...15 monyeh, dan dielaborasi dengan permainan musik tradisi Bali yaitu, jalinan musik dengan mulut. Dalam penelitian ini dijelaskan

42

adalah usaha untuk menganalisis sebuah sistem tanda dan menentukan konvensi-

konvensi yang memungkinkan karya sastra itu memiliki makna. Semiotika pada

hakikatnya mempelajari sistem tanda dalam karya sastra itu sendiri (Carter:

2006:43). Sebagai sebuah ilmu, semiotik mempelajari sistem tanda dan segala

yang berhubungan dengannya: cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda-

tanda lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang

menggunakannya berdasarkan kode-kode tertentu (Zoest, 1993:5). Kode-kode

tersebut tampak pada tindak komunikasi manusia melalui bahasa. Arti Bahasa ini

ditingkatkan dalam makna karya sastra oleh konvensi tambahan. Oleh karena itu,

untuk mendapat makna karya sastra haruslah diketahui konvensi-konvensi

tambahan yang memungkinkan diproduksinya makna. Konvensi dimaksud sesuai

dengan sifat sastra secara umum dan secara khusus sesuai dengan jenis sastra

(Berger:2010:16).

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda.

Tanda-tanda adalah perangkat yang dipakai dalam upaya mencari jalan di dunia

ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Ilmu ini pada dasarnya

mempelajari bagaimana kemanusian (humanity) memaknai hal-hal (things),

Memaknai (to signify) tidak dapat dicampuradukkan dengan mengomunikasikan

(to communicate), tetapi juga mengonstruksi sistem struktur tanda. Semiotika

adalah suatu desiplin yang menyelidiki semua bentuk komunikasi yang terjadi

dengan sarana tanda dan berdasarkan pada sistem tanda.

Teks lisan genjek merupakan media komunikasi oleh masyarakat

pendukungnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Djojosuroto (2007:358) yang

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN …...15 monyeh, dan dielaborasi dengan permainan musik tradisi Bali yaitu, jalinan musik dengan mulut. Dalam penelitian ini dijelaskan

43

menyatakan bahwa salah satu bentuk penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi

yang memilki fungsi untuk ekspresi, imbauan, dan referensi atau acuan. Artinya,

(1) untuk menyampaikan pesan, tanda berfungsi sebagai ekspresi; (2) bagi

penerima pesan, tanda berfungsi sebagai imbauan; dan (3) hubungan dengan yang

ditandai menpunyai fungsi referensi atau acuan.

Teks genjek memiliki ekspresi atau ungkapan yang tidak langsung yaitu

adanya fenomena dialektik antara teks dengan pendengarnya yang menimbulkan

ketegangan pendengar dalam menangkap makna teks genjek. Hal ini dikarenakan

genjek sebagai gejala semiotika berada dalam jaringan relasi yang kompleks dan

dinamik. Hubungan dinamik seperti ini besifat multidimensional (Teeuw,

1984:86). Dinamika multimensional itu terjadi karena adanya ketegangan yang

dihadapi oleh penikmat karya sastra. Ketegangan itu terjadi karena karya sastra

merupakan sistem bahasa, sistem sastra, sistem sosial-budaya, niat pencipta,

kemampuan penikmat, dan sistem koherensi unsur-unsurnya. Di samping itu, juga

karena adanya ketegangan penikmat sebagai individu dan sebagai anggota

masyarakat. Dalam hal ini penikmat menghadapi ketegangan dalam menangkap

makna yang berhubungan dengan fakta dan imajinasinya.

Bertumpu pada konsep pemikiran tentang ciptaan karya sastra, maka

penelitian ini bertumpu pada pemahaman genjek sebagai suatu tradisi lisan. Dalam

hal ini, tradisi lisan genjek teksnya merupakan transkripsi hasil perekaman

pertujukan genjek sehingga terwujudnya teks lisan genjek. Teori semiotika

digunakan untuk menganalisis bentuk kebahasaan dan kesastraan teks lisan

genjek. Dalam pandangan semiotik, bahwa karya sastra adalah sistem tanda yang

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN …...15 monyeh, dan dielaborasi dengan permainan musik tradisi Bali yaitu, jalinan musik dengan mulut. Dalam penelitian ini dijelaskan

44

akan bermakna apabila dimaknai oleh pembacanya berdasarkan konvensi yang

berhubungan dengannya.

Dalam penelitian tradisi lisan genjek, lebih mengutamakan hubungan

tanda sebagai simbol dengan memahami konvensi bahasa, konvensi sastra, dan

konvensi budayanya sehingga hasil analisis semiotik teks lisan genjek ini

memberikan gambaran tentang makna yang terkandung di dalamnya.

2.4 Model Penelitian

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN …...15 monyeh, dan dielaborasi dengan permainan musik tradisi Bali yaitu, jalinan musik dengan mulut. Dalam penelitian ini dijelaskan

45

Keterangan Bagan

Berdasarkan model penelitian di atas dapat dijelaskan bahwa masyarakat

Bali memiliki berbagai ragam kebudayaan, yaitu kebudayaan tradisional dan

moderen. Salah satu kebudayaan tradisional adalah tradisi lisan genjek. Tradisi

lisan genjek yang ada di Kabupaten Karangasem dipilih sebagai objek penelitian

dengan alasan bahwa genjek di Kabupaten Karangasem memiliki keunikan dan

kekhasan yang menarik untuk dikaji. Kajian teks lisan genjek dilakukan pada

aspek struktur intrinsik (struktur teks genjek: bentuk, tema, bunyi dan gaya) dan

aspek eksternal (proses penciptaan teks genjek, fungsi dan makna). Ada tiga

permasalahan yang dikaji dalam penilitian ini. Permasalahan tersebut meliputi

struktur teks, fungsi teks, dan makna teks lisan genjek Karangasem.

Penelitian teks lisan genjek di Kabupaten Karangasem menggunakan

metode penelitian kualitatif, yakni menggunakan langkah-langkah penelitian yang

diawali dengan penentuan lokasi penelitian, pengumpulan data, dan analisis data.

Analisis data dilakukan dengan teknik anlisis struktural, fungsi, dan semiotik

sastra. Dengan analisis yang mendalam diharapkan dapat menjawab semua

permasalahan yang telah ditetapkan.