bab ii kajian pustaka, kerangka pemikiran, dan hipotesisrepository.unpas.ac.id/36456/5/bab 2.pdf ·...

66
20 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pajak 2.1.1.1 Pengertian Pajak Definisi pajak yang dikemukakan oleh waluyo (2011:2) yaitu: “Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada pengusaha (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum) tanpa adanya kontraprestasi dan semata-mata digunakan untuk menutupi pengeluaran-pengeluaran.” Definisi Pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH dalam Mardiasmo (2016:1) yaitu: “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.” Definisi pajak menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah sebagai berikut: “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

Upload: others

Post on 05-Nov-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

20

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN

HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pajak

2.1.1.1 Pengertian Pajak

Definisi pajak yang dikemukakan oleh waluyo (2011:2) yaitu:

“Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada

pengusaha (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum) tanpa

adanya kontraprestasi dan semata-mata digunakan untuk menutupi

pengeluaran-pengeluaran.”

Definisi Pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH dalam Mardiasmo

(2016:1) yaitu:

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang

(yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi)

yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar

pengeluaran umum.”

Definisi pajak menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah sebagai berikut:

“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

21

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2013:22), pajak adalah:

“Pajak adalah bantuan, baik secara langsung maupun tidak yang dipaksakan

oleh kekuasaan pubik dari penduduk atau dari barang, untuk menutupi

belanja pemerintah”.

Menurut Diana Sari (2013:37) dari berbagai definisi pajak di atas, baik

pengertian secara ekonomis (pajak sebagai pengalihan sumber dari sektor swasta

ke sektor pemerintah atau pengertian secara yuridis (pajak adalah iuran yang dapat

dipaksakan), maka dapat ditarik kesimpulan tentang ciri-ciri yang terdapat pada

pengertian pajak antara lain sebagai berikut:

1. “Adanya iuran masyarakat kepada Negara, yang berarti bahwa pajak

antara lain boleh dipungut oleh Negara (pemerintah pusat dan daerah).

2. Pajak dipungut berdasarkan Undang-Undang. Asas ini sesuai dengan

perubahan ketiga UUD 1945 pasal 23A yang menyatakan:

“Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan

Negara diatur dalam Undang-Undang”.

3. Pemungutan pajak dapat dipaksakan. Pajak dapat dipaksakan apabila

Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan dan dapat

dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.

4. Tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi perseorangan) yang

dapat ditunjukan secara langsung. Misalnya, orang yang taat membayar

pajak kendaraan bermotor akan melalui jalan yang sama kualitasnya

dengan orang yang tidak membayar pajak kendaraan bermotor.

5. Pemungutan pajak diperuntukan bagi keperluan pembiayaan umum

pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintah, baik rutin

maupun pembangunan. Apabila ada kelebihan hasil pajak untuk

membiayai pengeluaran pemerintah (baik pengeluaran rutin maupun

pembangunan), maka sisanya digunakan untuk public investment.

6. Pajak dipungut karena adanya seseuatu keadaan, kejadian, perbuatan

yang memberikan kedudukan tertentu pada seseorang”.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

22

Adapun pengertian pajak menurut Gerald E. Whittenburg (2011:05) adalah

sebagai berikut:

“A tax is imposed by a government to raise revenue for general public

purposes, and a fee is a charge with a direct benefit to the person paying the

fee.”

Kutipan di atas dapat diterjemahkan bahwa pajak merupakan biaya yang

dikenakan oleh pemerintah untuk meningkatkan pendapatan untuk tujuan umum,

dan biaya dengan keuntungan langsung kepada orang yang membayar biaya

tersebut.

Adapun pengertian pajak menurut Bruce R. Hopkins (2010:28) adalah

sebagai berikut:

“The tax is imposed on most entities that receive income, and is computed

and assessed on an annual basis.”

Kutipan di atas dapat diterjemahkan bahwa pajak merupakan Pajak

dikenakan pada sebagian besar entitas yang menerima pendapatan, dan dihitung

dan dinilai setiap tahun

Dari beberapa definisi di atas menunjukan bahwa pajak merupakan suatu

kewajiban iuran rakyat kepada kas negara yang sifatnya memaksa berdasarkan

Undang-Undang digunakan untuk kepentingan Negara.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

23

2.1.1.2 Ciri-ciri Pajak

Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

1. “Pajak dipungut berdasarkan Undang-Undang serta aturan

pelaksanaannya yang sifat dapat dipaksakan.

2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi

individual oleh pemerintah.

3. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah

daerah.

4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang

bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk

membiayai public Investment.

5. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur.”

2.1.1.3 Fungsi Pajak

Ada dua fungsi pajak menurut Siti Resmi (2014:3) yaitu:

1. “Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)

Pajak merupakan fungsi budgetair, artinya pajak merupakan salah satu

sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin

maupun pembangunan. Sebagai sumber keuangan negara, pemerintah

berupaya memasukkan uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara.

Upaya tersebut ditempuh dengan cara ekstensifikasi maupun

intensifikasi pemungutan pajak, seperti Pajak Penghasilan (PPh), Pajak

Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah

(PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan lain-lain.

2. Fungsi Regulerend (Pengatur)

Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat untuk

mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial

dan ekonomi serta mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang

keuangan.”

Menurut Diana Sari (2013:40), selain dua fungsi di atas, pajak juga memiliki

fungsi lain yaitu:

1. “Fungsi Stabilitas

Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan

kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi

dapat dikendalikan.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

24

2. Fungsi Redistribusi Pendapatan

Pajak yang sudah dipungut oleh Negara akan digunakan untuk

membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga membiayai

pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada

akhirnya akan meningkatkan pendapatan masyarakat.

3. Fungsi Demokrasi

Pajak yang sudah dipungut Negara merupakan wujud sistem gotong

royong. Fungsi ini dikaitkan dengan tingkat pelayanan pemerintah

kepada masyarakat pembayar pajak”.

2.1.1.4 Syarat Pemungutan Pajak

Syarat pemungutan pajak menurut Mardiasmo (2016:4) yaitu:

“Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan,

maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut:

1. Pemungutan pajak harus adil (Syarat Keadilan)

Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, Undang-

Undang, dan pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam

perUndang-Undangan diantaranya mengenakan pajak secara umum

dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.

Sedang adil dalam pelaksanaannya yakni dengan memberikan hak bagi

Wajib Pajak untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam

pembayaran dan mengajukan banding kepada Majelis Pertimbangan

Pajak.

2. Pemungutan pajak harus berdasarkan Undang-Undang (Syarat Yuridis)

di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini

memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi

negara maupun warganya.

3. Tidak mengganggu perekonomian (Syarat Ekonomi)

Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi

maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan

perekonomian masyarakat.

4. Pemungutan pajak harus efisien (Syarat Finansil)

Sesuai fungsi budgeter, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan

sehingga lebih rendah dari hasil pemungutan.

5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana

Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong

masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Syarat ini telah

dipenuhi oleh Undang-Undang perpajakan yang baru.”

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

25

2.1.1.5 Kedudukan Hukum Pajak

Menurut Prof. Dr. Rocmat Soemitro, SH., dalam Mardiasmo (2016:6)

Hukum pajak mempunyai kedudukan diantara hukum-hukum sebagai berikut:

1. “Hukum Perdata, mengatur hubungan antara individu dengan individu

lainnya.

2. Hukum Publik, mengatur hubungan antara pemerintah dengan rakyatnya.

Hukum ini dapat dirinci lagi sebagai berikut:

a. Hukum Tata Negara

b. Hukum Tata Usaha (Hukum Aministratif)

c. Hukum Pajak

d. Hukum Pidana

Dengan demikian kedudukan pajak merupakan bagian dari hukum publik.”

2.1.1.6 Jenis Pemungutan Pajak

Menurut Waluyo (2012:12), pajak dapat dikelompokan ke dalam 3 (tiga)

kelompok sebagai berikut :

1. “Menurut golongan atau pembebanan, dibagi menjadi berikut:

a. Pajak langsung, adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat

dilimpahkan pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung Wajib

Pajak yang bersangkutan. Contoh: Pajak Penghasilan.

b. Pajak tidak langsung, adalah pajak yang pembebanannya dapat

dilimpahkan kepada pihak lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai.

2. Menurut Sifat

Pembagian pajak menurut sifat dimaksudkan pembedaan dan

pembagian berdasarkan ciri-ciri prinsip adalah sebagai berikut :

a. Pajak Subjektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan

pada subjeknya yang selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam

arti memperhatikan keadaan dari Wajib Pajak. Contoh: Pajak

Penghasilan

b. Pajak Objektif, adalah pajak yang berpangkat atau berdasarkan pada

objeknya, tanpa memperhatikan keadaan Wajib Pajak. Contoh:

Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

3. Menurut Pemungutan dan Pengelolanya, adalah sebagai berikut :

a. Pajak Pusat, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak

Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas

Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

26

b. Pajak Daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah

dan digunakan untuk mebiayai rumah tangga daerah. Contoh: Pajak

Reklame, Pajak Hiburan, Bea Perolehan atas Tanah dan Bangunan

(BPHTB), Pajak Bumi dan Bangunan sektor perkotaan dan

perdesaan.”

2.1.1.7 Sistem Pemungutan Pajak

Dalam memungut pajak dikenal tiga sistem pengolongan pemungutan yang

dapat digunakan, menurut Siti Resmi (2014:11) tiga kelompok sistem pemungutan

tersebut adalah:

a. “Official Assessment System

Sistem ini memberikan kewenangan kepada aparatur perpajakan untuk

menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai

dengan perundang-undangan yang berlaku.

b. Self Assessment System

Sistem ini memberikan wewenang kepada wajib pajak dalam

menghitung, melaporkan, serta menyampaikan kewajiban pajaknya

sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

c. With Holding System

Sistem ini memberikan wewenang kepada pihak ketiga yang ditunjuk

oleh Wajib Pajak untuk menentukan besarnya pajak yang terhutang oleh

Wajib Pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.”

2.1.1.8 Asas Pemungutan Pajak

Adapun asas pemungutan pajak yang diungkapkan Waluyo (2011:16)

sebagai berikut:

1. “Asas Tempat Tinggal

Negara-negara mempunyai hak untuk memungut atas seluruh penghasilan

Wajib Pajak berdasarkan tempat tinggal Wajib Pajak. Wajib Pajak yang

bertempat tinggal di Indonesia dikenai pajak atas

penghasilan yang diterima atau diperoleh, yang berasal dari Indonesia

atau berasal dari luar negeri.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

27

2. Asas Kebangsaan

Pengenaan pajak dihubungkan dengan suatu negara. Asas ini

diberlakukan kepada setiap orang asing yang bertempat tinggal di

Indonesia untuk membayar pajak.

3. Asas Sumber

Negara mempunyai hak untuk memungut pajak atas penghasilan yang

bersumber pada suatu negara yang memungut pajak. Dengan demikian,

Wajib Pajak menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia

dikenakan pajak di Indonesia tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib

Pajak.”

2.1.1.9 Hambatan Pemungutan Pajak

Menurut Mardiasmo (2016:10) hambatan terhadap pemungutan pajak

dapat dikelompokkan menjadi:

1. “Perlawanan pasif

Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak, yang dapat disebabkan

antara lain:

a. Perkembangan intelektual dan moral masyarakat.

b. Sistem perpajakan yang (mungkin) sulit dipahami masyarakat.

c. Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan

baik.

2. Perlawanan aktif

Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang dilakukan

oleh wajib pajak dengan tujuan untuk menghindari pajak. Bentuknya

antara lain :

a. Tax avoidance, usaha meringankan beban pajak dengan tidak

melanggar undang-undang.

b. Tax evasion, usaha meringankan beban pajak dengan cara

melanggar undang-undang (menggelapkan pajak).”

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

28

2.1.1.10 Teori-Teori yang Mendukung Pemungutan Pajak

Menurut Mardiasmo (2016:5) terdapat lima teori yang mendukung

pemungutan pajak yaitu :

1. “Teori Asuransi

Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak-hak

rakyatnya. Oleh karena itu rakyat harus membayar pajak yang

diibaratkan sebagai suatu premi asuransi karena memperoleh jaminan

perlindungan tersebut.

2. Teori Kepentingan

Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan

(misalnya perlindungan) masing-masing orang. Semakin besar

kepentingan seseorang terhadap negara, makin tinggi pajak yang

harus dibayar.

3. Teori Daya Pikul

Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya pajak

harus dibayar sesuai dengan daya pikul masing-masing orang. Untuk

mengukur daya pikul dapat digunakan 2 pendekatan yaitu :

a. Unsur objektif, dengan melihat besarnya penghasilan atau

kekayaan yang dimiliki seseorang.

b. Unsur subjektif, dengan memperhatikan besarnya kebutuhan

materiil yang harus dipenuhi.

4. Teori Bakti

Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat

dengan negaranya. Sebagai warga negara yang berbakti, rakyat harus

selalu menyadari bahwa pembayaran pajak adalah sebagai suatu

kewajiban.

5. Teori Asas Daya Beli

Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak. Maksudnya

memungut pajak berarti menarik daya beli dari rumah tangga

masyarakat untuk rumah tangga negara. Selanjutnya negara akan

menyalurkannya kembali ke masyarakat dalam bentuk pemeliharaan

kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian kepentingan seluruh

masyarakat lebih diutamakan.”

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

29

2.1.1.11 Hukum Pajak Materiil dan Hukum Pajak Formil

Menurut Mardiasmo (2016:7) hukum pajak mengatur hubungan antara

pemerintah (fiscus) selaku pemungut pajak dengan rakyat sebagai Wajib Pajak.

Ada dua macam hukum pajak yaitu :

1. “Hukum pajak materiil, memuat norma-norma yang menerangkan

antara lain keadaan, perbuatan, peristiwa hukum yang dikenai pajak

(objek pajak), siapa yang dikenakan pajak (subjek), berapa besar pajak

yang dikenakan (tarif), segala sesuatu tentang timbul dan hapusnya

utang pajak, dan hubungan hukum antara pemerintah dan Wajib

Pajak.

2. Hukum pajak formil, memuat bentuk/tata cara untuk mewujudkan

hukum materiil menjadi kenyataan (cara melaksanakan hukum pajak

materiil).

Hukum ini memuat antara lain:

a. Tata cara penyelenggaraan (prosedur) penetapan suatu utang

pajak.

b. Hak-hak fiskus untuk mengadakan pengawasan terhadap para

Wajib Pajak mengenai keadaan, perbuatan dan peristiwa yang

menimbulkan utang pajak

c. Kewajiban Wajib Pajak misalnya menyelenggarakan

pembukuan/pencatatan, dan hak-hak Wajib pajak misalnya

mengajukan keberatan dan banding.”

2.1.1.12 Tarif Pajak

Menurut Mardiasmo (2016:11) ada 4 macam tarif pajak yaitu :

1. “Tarif sebanding/proporsional

Tarif berupa persentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang

dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional

terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak.

Contoh : Untuk penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah

pabean akan dikenakan Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10%

2. Tarif tetap

Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah

yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

30

Contoh : Besarnya tarif Bea Materai untuk cek dan bilyet giro nilai

nominal berapapun adalah Rp 3.000,00

3. Tarif progresif

Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang

dikenai pajak semakin besar.

Contoh : pasal 17 Undang-undang Pajak Penghasilan untuk Wajib

Pajak orang pribadi dalam negeri

Tabel 2.1

Tarif Pajak Progresif

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

Sampai dengan Rp. 50.000.000,00 5%

Di atas Rp. 50.000.000,00

250.000.000,00

s.d. Rp 15%

Di atas Rp. 250.000.000,00

500.000.000,00

s.d. Rp. 25%

Di atas Rp. 500.000.000,00 30%

4. Tarif degresif

Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang

dikenai pajak semakin besar.”

2.1.2 Pemeriksaan Pajak

2.1.2.1 Pengertian Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan pajak menurut Siti Kurnia Rahayu (2013:245), yaitu:

“Pemeriksaan pajak yang dilakukan secara profesional oleh Aparat Pajak

dalam kerangka SAS merupakan bentuk penegasan hukum perpajakan.

Pemeriksaan Pajak merupakan hal pengawasan pelaksanaan system SAS

yang dilakukan oleh Wajib Pajak dan harus berpegang teguh pada Undang-

Undang perpajakan dan dipengaruhi oleh faktor dan kendala”.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

31

Pemeriksaan pajak menurut Ilyas dan Wicaksono (2015:32), yaitu:

“Pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan

mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara

objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk

menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan

lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan.”

Pemeriksaan pajak menurut Erly Suandy (2014:203), yaitu:

“Serangkaian kegiatan mencari, mengumpulkan, mengolah data dan/atau

keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban

perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan. Untuk melaksanakan upaya

penegakan hukum salah satunya dengan tindakan pemeriksaan pajak, maka

mutlak diperlukan tenaga pemeriksa pajak dalam kuantitas dan kualitas

yang memadai. Sedangkan untuk mendapatkan jaminan mutu atas hasil

kerja pemeriksaan selain diperlukan kuantitas dan kualitas yang memadai

diperlukan juga prosedur pemeriksaan, ruang lingkup, norma, pelaksanaan

dan produk dari pemeriksaan”.

Berdasarkan definisi-definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa

pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Aparat Pajak

yang mencakup kegiatan mencari, mengumpulkan, mengolah dan keterangan atau

bukti lainnya yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu

standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan

dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

32

2.1.2.2 Tujuan Pemeriksaan Pajak

Menurut Siti Resmi (2014:63) Direktorat Jendral Pajak berwenang

melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban

perpajakan Wajib Pajak dan tujuan lain, antara lain:

1. “Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan;

2. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak;

3. Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusahan Kena Pajak;

4. Wajib Pajak mengajukan keberatan;

5. Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Perhitungan Penghasilan

Neto;

6. Pencocokan data dan/atau alat keterangan;

7. Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil;

8. Penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai;

9. Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak;

10. Penentuan saat mulai berproduksi sehubungan dengan fasilitas

perpajakan dan/atau

11. Pemenuhan permintaan informasi dari negara mitra Perjanjian

Penghindaran Pajak Berganda.”

Tujuan pemeriksaan pajak menurut Waluyo (2012:373), adalah tujuan

pemeriksaan pajak dan kewenangan pihak yang melakukan pemeriksaan

sebagaimana dimuat dalam Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang Ketentuan Umum

dan Tata Cara Perpajakan menyatakan:

“Direktur Jendral Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji

kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan untuk tujuan

lain dalam rangka melaksanakan ketentuan perundang-undangan

perpajakan”.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

33

2.1.2.3 Ruang Lingkup Pemeriksaan Pajak

Menurut Ilyas dan Wicaksono (2015:37) ruang pemeriksaan merupakan

cakupan objek pemeriksaan yang meliputi:

1. “Jenis pajak;

a. Satu jenis pajak (single-tax);

b. Beberapa jenis pajak atau

c. Seluruh jenis pajak (all-taxes).

2. Periode pencatatan/pembukuan yang dilakukan oleh Wajib Pajak.

a. Satu Masa Pajak;

b. Beberapa Masa Pajak;

c. Bagian Tahun Pajak atau

d. Baik dalam tahun-tahun lalu maupun tahun berjalan.”

2.1.2.4 Kriteria Pemeriksaan Pajak

Menurut Ilyas dan Wicaksono (2015:34) :

Terdapat 2 (dua) kriteria yang merupakan alasan dilakukannya pemeriksaan

untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan yaitu Pemeriksaan

Rutin dan Pemeriksaan Khusus. Selain itu terdapat 1 (satu) lagi kriteria

pemeriksaan yaitu Pemeriksaan Tujuan Lain.

1. “ Pemeriksaan Rutin

Pemeriksaan Rutin adalah pemeriksaan yang dilakukan sehubungan

dengan pemenuhan hak dan/atau pelaksanaan kewajiban perpajakan

Wajib Pajak. Adapun Pemeriksaan Rutin meliputi :

a. Wajib Pajak menyampaikan SPT Tahunan PPh yang menyatakan

lebih bayar restitusi (SPT Tahunan PPh Lebih Bayar Restitusi)

sebagaimana dimaksud dalam :

1) Pasal 17B Undang-Undang KUP atau

2) Pasal 17C Undang-Undang KUP tetapi memilih untuk tidak

dilakukan pengembalian dengan SKPPKP dan meminta untuk

direstitusikan, atau tidak dapat diberikan pengembalian dengan

SKPPKP

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

34

b. Wajib Pajak menyampaikan SPT Masa PPN yang menyatakan lebih

bayar restitusi (SPT Masa PPN Lebih Bayar Restitusi) sebagimana

dimaksud dalam :

1) Pasal 17 B Undang-Undang KUP atau

2) Pasal 17C Undang-Undang KUP tetapi memilih untuk dilakukan

pengembalian melalui prosedur biasa, atau tidak dapat diberikan

pengembalian dengan SKPPKP.

c. Wajib Pajak menyampaikan SPT Tahunan PPh atau SPT Masa PPN

yang menyatakan lebih bayar yang tidak disertai dengan

permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) UU KUP;

d. Wajib Pajak menyampaikan SPT Masa PPN Lebih Bayar

Kompensasi;

e. Wajib Pajak yang telah diberikan pengembalian pendahuluan

kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal

17C dan Pasal 17D Undang-Undang KUP;

f. Wajib Pajak menyampaikan SPT yang menyatakan rugi;

g. Wajib Pajak melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran,

likuidasi atau pembubaran usaha, atau Wajib Pajak orang pribadi

akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya dan

h. Wajib Pajak melakukan:

1) Perubahan tahun buku;

2) Perubahan metode pembukuan dan/atau

3) Penilaian kembali aktiva tetap.

2. Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan Khusus adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap

Wajib Pajak yang berdasarkan hasil analisis risiko secara manual atau

secara komputerisasi menunjukkan adanya indikasi ketidakpatuhan

kewajiban perpajakan. Adapun ketentuan terkait dengan Pemeriksaan

Khusus adalah sebgai berikut:

a. Pemeriksaan Khusus merupakan pemeriksaan yang dilakukan

terhadap Wajib Pajak berdasarkan analisis risiko.

b. Terhadap Wajib Pajak yang tidak memenuhi kriteria Pemeriksaan

Rutin, dapat dilakukan Pemeriksaan Khusus.

c. Analisis risiko adalah kegiatan yang dilakukan untuk menilai tingkat

ketidakpatuhan Wajib Pajak yang mengindikasikan potensi

penerimaan pajak.

d. Analisis risiko dibuat dengan mendasarkan pada profil Wajib Pajak

dan/atau data internal lainnya serta memanfaatkan data eksternal

baik secara manual maupun berdasarkan kriteria seleksi berbasis

risiko secara komputerisasi.

e. Pemeriksaan Khusus dilakukan dengan jenis Pemeriksaan

Lapangan.

f. Pemeriksaan Khusus dilakukan dengan alasan:

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

35

1) Persetujuan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak;

2) Instruksi Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak;

3) Instruksi Direktur Pemeriksaan dan Penagihan.

3. Pemeriksaan untuk Tujuan Lain

Ruang lingkup pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka

melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

dapat meliputi penentuan, pencocokan, atau pengumpulan materi yang

berkaitan dengan tujuan Pemeriksaan.

Pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan dilakukan dengan kriteria

antara lain sebagai berikut:

a. Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan selain yang

dilakukan berdasarkan Verifikasi sebagaimana diatur dalam

Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai tata cara

Verifikasi;

b. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak selain yang dilakukan

berdasarkan Verifikasi sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri

Keuangan yang mengatur mengenai tata cara Verifikasi;

c. Pengukuhan atau pencabutan pegukuhan Pengusaha Kena Pajak

selain yang dilakukan berdasarkan Verifikasi sebagaimana diatur

dalam Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai tata

cara Verifikasi;

d. Wajib Pajak mengajukan keberatan;

e. Pengumpulan bahan guna penyusunan norma penghitungan

penghasilan neto;

f. Pencocokan data dan/atau alat keterangan;

g. Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil;

h. Penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai;

i. Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak;

j. Penentuan saat produksi dimulai atau memperpanjang jangka waktu

kompensasi kerugian sehubungan dengan pemberian fasilitas

perpajakan;

k. Memenuhi permintaan informasi dari negara mitra Perjanjian

Penghindaran Pajak Berganda.”

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

36

2.1.2.5 Sasaran Pemeriksaan Pajak

Yang menjadi sasaran pemeriksaan pajak menurut Mardiasmo (2011:41)

adalah:

a. “Interpretasi undang-undang yang tidak benar.

b. Kesalahan hitung.

c. Penggelapan secara khusus dari penghasilan.

d. Pemotongan dan pengurangan tidak sesungguhnya, yang dilakukan

Wajib Pajak dalam kewajiban perpajakannya.”

2.1.2.6 Prosedur Pemeriksaan Pajak

Untuk melakukan pemeriksaan pajak menurut Mardiasmo (2011:54)

Petugas pajak harus melakukan prosedur pemeriksaan sebagai berikut:

1) “Petugas pemeriksa harus dilengkapi dengan Surat Perintah

Pemeriksaan dan harus memperlihatkan kepada Wajib Pajak yang

diperiksa.

2) Wajib Pajak yang diperiksa harus:

a. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan dokumen

yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan

penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib

Pajak, atau objek yang terutang pajak.

b. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang

dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran

pemeriksaan.

c. Memberi keterangan yang diperlukan.

3) Apabila dalam mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen

serta keterangan yang diminta, Wajib Pajak terikat oleh suatu

kewajiban untuk merahasiakan, maka kewajiban merahasiakan itu

ditiadakan.

4) Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan penyegelan tempat atau

ruangan tertentu, bila Wajib Pajak tidak memenuhi kewajibannya”.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

37

2.1.2.7 Metode Pemeriksaan Pajak

Metode pemeriksaan pajak yang sering digunakan menurut Siti Kurnia

Rahayu (2013:306) adalah sebagai berikut:

1. “Metode langsung

Metode langsung adalah teknik dan prosedur pemeriksaan dengan

melakukan pengujian atas kebenaran angka-angka dalam SPT yang

dilakukan langsung terhadap laporan keuangan dan buku-buku, catatan-

catatan, serta dokumen-dokumen pendukungnya sesuai dengan urutan

proses pemeriksaan.

2. Metode tidak langsung

Metode tidak langsung yaitu teknik dan prosedur pemeriksaan pajak

dengan melakukan pengujian atas kebenaran angka-angka dalam SPT.

Pendekatan yang dilakukan untuk metode tidak langsung yaitu dengan

perhitungan tertentu mengenai penghasilan dan biaya yang meliputi:

a. Metode transaksi tunai;

b. Metode transaksi bank;

c. Metode sumber dan pengadaan dana;

d. Metode perbandingan kekayaan bersih;

e. Metode perhitungan persentase;

f. Metode satuan dan volume;

g. Pendekatan produksi;

h. Pendekatan laba kotor;

i. Pendekatan biaya hidup”.

2.1.2.8 Jangka Waktu Pemeriksaan untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan

Kewajiban Perpajakan

Menurut Ilyas dan Wicaksono (2015:37) jangka waktu untuk menguji

kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dibagi menjadi 2 (dua) jangka waktu

yaitu:

1. “Jangka waktu pengujian dan

2. Jangka waktu pembahasan akhir hasil pemeriksaan dan pelaporan.

Jangka Waktu Pengujian diatur dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Pemeriksaan Lapangan

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

38

a. Jangka waktu pengujian paling lama 6 (enam) bulan.

b. Jangka waktu dihitung sejak Surat Pemberitahuan Pemeriksaan

Lapangan disampaikan kepada Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai,

atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak, sampai

dengan tanggal Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP)

disampaikan kepada Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota

keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak.

2. Pemeriksaan Kantor

a. Jangka waktu pengujian paling lama 4 (empat) bulan.

b. Jangka waktu dihitung sejak tanggal Wajib Pajak, wakil, kuasa dari

Wajib Pajak, pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa dari

Wajib Pajak, datang memenuhi Surat Panggilan dalam rangka

pemeriksaan sampai dengan tanggal Surat Pemberitahuan Hasil

Pemeriksaan (SPHP) disampaikan kepada Wajib Pajak, wakil, kuasa,

pegawai, atau anggota yang telah dewasa dari Wajib Pajak.

Adapun jangka waktu pembahasan akhir hasil pemeriksaan dan pelaporan

diatur dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Jangka waktu pembahasan akhir hasil pemeriksaan baik untuk

Pemeriksaan Lapangan maupun Pemeriksaan Kantor dilakukan dalam

jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan.

2. Jangka waktu pembahasan akhir hasil pemeriksaan dihitung sejak

tanggal SPHP disampaikan kepada Wajib Pajak sampai dengan tanggal

Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP).

Dengan alasan tertentu, jangka waktu pengujian Pemeriksaan Kantor dan

Pemeriksaan Lapangan dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 2 (dua)

bulan. Adapun alasan perpanjangan jangka waktu pengujian Pemeriksaan

Kantor/Lapangan adalah sebagai berikut:

1. Pemeriksaan Kantor/Lapangan diperluas ke Masa Pajak, Bagian Tahun

Pajak atau Tahun Pajak lainnya.

2. Terdapat konfirmasi atau permintaan data dan/atau keterangan kepada

pihak ketiga.

3. Ruang lingkup Pemeriksaan Lapangan meliputi seluruh jenis pajak.

4. Berdasarkan pertimbangan kepala unit pelaksana Pemeriksaan.

Jangka waktu pengujian Pemeriksaan Lapangan yang terkait dengan :

1. Wajib Pajak Kontraktor Kontrak Kerja Sama Minyak dan Gas Bumi;

2. Wajib Pajak dalam satu grup; atau

Wajib Pajak yang terindikasi melakukan transaksi transfer pricing dan/atau

transaksi khusus lain yang berindikasi adanya rekayasa transaksi keuangan,

dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

39

3. lama 6 (enam) bulan dan dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) kali

sesuai dengan kebutuhan waktu untuk melakukan pengujian.”

2.1.2.9 Jangka Waktu Pemeriksaan Untuk Tujuan Lain

Menurut Ilyas dan Wicaksono (2015:39) terdapat dua jangka waktu

pemeriksaan untuk tujuan lain yaitu :

1. “Pemeriksaan Lapangan

a. Dilakukan dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) bulan.

b. Dihitung sejak tanggal Surat Pemberitahuan Pemeriksaan

Lapangan disampaikan kepada Wajib Pajak, wakil, kuasa,

pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib

Pajak, datang memenuhi Surat Panggilan Dalam Rangka

Pemeriksaan Kantor sampai dengan tanggal dalam LHP.

2. Pemeriksaan Kantor

a. Dilakukan dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari.

b. Dihitung sejak tanggal Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau

anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak, datang

memenuhi Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor

sampai dengan tanggal dalam LHP.”

2.1.2.10 Tahapan Pemeriksaan Pajak

Dalam melakukan pemeriksaan pajak, ada tahapan-tahapan yang harus

dilakukan oleh pemeriksa pajak, berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor

545/KMK.04/2000 dalam Siti Kurnia Rahayu (2013:286) sebagai berikut:

1. “Persiapan Pemeriksaan Pajak

Persiapan pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

oleh pemeriksa sebelum melaksanakan tindakan pemeriksaan dan

meliputi kegiatan sebagai berikut:

a. Mempelajari berkas wajib pajak/berkas data

b. Menganalisis SPT dan laporan keuangan wajib pajak

c. Mengidentifikasi masalah

d. Melakukan pengenalan lokasi wajib pajak

e. Menentukan ruang lingkup pemeriksaan

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

40

f. Menyusun program pemeriksaan

g. Menentukan buku-buku dan dokumen yang akan dipinjam

h. Menyediakan sarana pemeriksaan

2. Pelaksanaan Pemeriksaan

Pelaksanaan pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

pemeriksa dan meliputi:

a. Memeriksa di tempat wajib pajak

b. Melakukan penilaian atas system pengendalian intern

c. Memutakhirkan ruang lingkup dan program pemeriksaan

d. Melakukan pemeriksaan atas buku-buku, catatan-catatan, dan

dokumen-dokumen.

e. Melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga

f. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada wajib pajak

g. Melakukan sidang penutup (Closing Conference)

3. Teknik dan Metode Pemeriksaan

Program pemeriksaan adalah pernyataan pilihan dan urutan metode,

teknik dan prosedur pemeriksaan yang akan dilaksanakan oleh pemeriksa

dalam melakukan pemeriksaan dengan tujuan tertentu

a. Metode langsung

b. Metode tidak langsung

c. Metode pemeriksaan transaksi afiliasi

4. Penyusunan Kertas Kerja Pemeriksaan dan Laporan Hasil Pemeriksaan

a. Kertas kerja pemeriksaan

b. Laporan hasil pemeriksaan”.

2.1.2.11 Kebijakan Umum Pemeriksaan Pajak

Menurut Siti Kurnia (2010:247) yang melatar belakangi Kebijakan

Pemeriksaan Pajak adalah sebagai berikut:

a. “Konsekuensi Kepatuhan Perpajakan.

b. Meminimalisir adanya Tax Avoidance dan Tax Evasion.

c. Mengurangi tingkat kebocoran pajak penghasilan akibat sistem

pelaporan pajak yang tidak benar.

d. Pengenaan sanksi atau Penalti dari hasil pemeriksaan akan membuat

efek.

e. jera kepada wajib pajak untuk tidak lagi mengulangi pelanggaran

pajak.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

41

f. Keberhasilan suatu sistem kebijakan pemeriksaan pajak di tentukan

oleh:

Penentuan utang pajak harus didasarkan pada sistem pencatatan yang memadai.

Adanya sumber daya manusia yang ditugaskan melakukan

pemeriksaan mengusai sistem pembukuan wajib pajak.

Harus ada akses terhadap arsip catatan pihak ketiga yang diharapkan, oleh karena itu ada beberapa hal yang melatar

belakangi Kebijakan Pemeriksaan Pajak.”

Adapun tujuan dari kebijakan pemeriksaan pajak menurut Siti Kurnia

(2010:248) sebagai berikut :

a. “Membuat Pemeriksaan menjadi efektif dan efisien.

b. Meningkatkan kinerja pemeriksaan pajak.

c. Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak sebagai.

d. konsekuensi pemungutan pajak di Indonesia.

e. Secara tidak langsung menjadi aspek pendorong untuk meningkatkan

penerimaan negara dari pajak.”

2.1.2.12 Standar Pemeriksaan Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan

Kewajiban Perpajakan

Menurut Ilyas dan Wicaksono (2015:39) dalam rangka menjaga kualitas

hasil pemeriksaan, pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban

perpajakan harus dilaksanakan sesuai dengan standar pemeriksaan. Standar

Pemeriksaan digunakan sebagai ukuran mutu Pemeriksaan yang merupakan

capaian minimum yang harus dicapai dalam melaksanakan Pemeriksaan.

Standar Pemeriksaan meliputi:

1. Standar Umum Pemeriksaan;

2. Standar Pelaksanaan Pemeriksaan dan

3. Standar Pelaporan Hasil Pemeriksaan.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

42

Standar Umum Pemeriksaan meliputi:

1. Merupakan standar yang bersifat pribadi dan berkaitan dengan

persyaratan Pemeriksa Pajak.

2. Pemeriksaan dilaksanakan oleh Pemeriksa Pajak yang memenuhi

syarat sebagai berikut:

a. Telah mendapat pendidikan dan pelatihan teknis yang cukup serta

memiliki keterampilan sebagai Pemeriksa Pajak.

b. Menggunakan keterampilannya secara cermat dan seksama.

c. Jujur dan bersih dari tindakan-tindakan tercela serta senantiasa

mengutamakan kepentingan negara.

d. Taat tehadap berbagai ketentuan peraturan perUndang-Undangan

di bidang perpajakan.

3. Dalam hal diperlukan, Pemeriksaan dapat dilaksanakan oleh tenaga

ahli dari luar Direktorat Jenderal Pajak yang ditunjuk oleh Direktur

Jenderal Pajak.

Standar Pelaksanaan Pemeriksaan meliputi:

1. Pelaksanaan Pemeriksaan harus didahului dengan persiapan yang baik

sesuai dengan tujuan Pemeriksaan, yang paling sedikit meliputi

kegiatan mengumpulkan dan mempelajari data Wajib Pajak,

menyusun rencana Pemeriksaan (audit plan), dan menyusun program

Pemeriksaan (audit program), serta mendapat pengawasan yang

seksama.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

43

2. Pemeriksaan dilaksanakan dengan pengujian berdasarkan metode dan

teknik Pemeriksaan sesuai dengan program Pemeriksaan (audit

program), serta mendapat pengawasan yang seksama.

3. Temuan hasil Pemeriksaan harus didasarkan pada bukti kompeten

yang cukup dan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan.

4. Pemeriksaan dilakukan oleh suatu tim Pemeriksa Pajak yang terdiri

dari seorang supervisor, seorang ketua tim, dan seorang atau lebih

anggota tim, dan dalam keadaan tertentu ketua tim dapat merangkap

sebagai anggota tim.

5. Tim Pemeriksa Pajak dapat dibantu oleh seorang atau lebih yang

memiliki keahlian tertentu, baik yang berasal dari Direktorat Jenderal

Pajak, maupun yang berasal dari instansi di luar Direktorat Jenderal

Pajak yang telah ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak, sebagai tenaga

ahli seperti penerjemah bahasa, ahli di bidang teknologi informasi,

dan pengacara.

6. Apabila diperlukan, Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan

pemenuhan kewajiban perpajakan dapat dilakukan secara bersama-

sama dengan tim pemeriksa dari instansi lain.

7. Pemeriksaan dapat dilaksanakan di kantor Direktorat Jenderal Pajak,

tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak, tempat kegiatan

usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak, dan/atau tempat lain yang

dianggap perlu oleh Pemeriksa Pajak.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

44

8. Pemeriksaan dilaksanakan pada jam kerja dan apabila diperlukan

dapat dilanjutkan di luar jam kerja.

9. Pelaksanaan Pemeriksaan di dokumentasikan dalam bentuk Kertas

Kerja Pemeriksaan (KKP) dengan ketentuan:

a. KKP wajib disusun oleh Pemeriksa Pajak dan berfungsi sebagai:

1) Bukti bahwa Pemeriksaan telah dilaksanakan sesuai standar

pelaksanaan Pemeriksaan;

2) Bahan dalam melakukan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan

dengan Wajib Pajak mengenai temuan hasil Pemeriksaan;

3) Dasar pembuatan LHP;

4) Sumber data atau informasi bagi penyelesaian keberatan atau

banding yang diajukan oleh Wajib Pajak dan

5) Referensi untuk Pemeriksaan berikutnya.

b. KPP harus memberikan gambaran mengenai:

1) Prosedur Pemeriksaan yang dilaksanakan;

2) Data, keterangan, dan/atau bukti yang diperoleh;

3) Pengujian yang telah dilakukan; dan

4) Simpulan dan hal-hal yang dianggap perlu yang berkaitan

dengan Pemeriksaan.

Standar Pelaporan Hasil Pemeriksaan meliputi:

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

45

1. Kegiatan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan

kewajiban perpajakan harus dilaporkan dalam bentuk LHP yang

disusun sesuai standar pelaporan hasil pemeriksaan.

2. LHP disusun secara ringkas dan jelas, memuat ruang lingkup atau pos-

pos yang diperiksa sesuai dengan tujuan Pemeriksaan, memuat

simpulan Pemeriksa Pajak yang didukung temuan yang kuat tentang

ada atau tidak adanya penyimpangan terhadap peraturan perUndang-

Undangan perpajakan, dan memuat pula pengungkapan informasi lain

yang terkait dengan Pemeriksaan.

3. LHP untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan

sekurang-kurangnya memuat:

a. Penugasan Pemeriksaan;

b. Indentitas Wajib Pajak;

c. Pembukuan atau pencatatan Wajib Pajak;

d. Pemenuhan kewajiban perpajakan;

e. Data/informasi yang tersedia;

f. Buku dan dokumen yang dipinjam;

g. Materi yang diperiksa;

h. Uraian hasil Pemeriksaan;

i. Ikhtisar hasil Pemeriksaan;

j. Penghitungan pajak terutang dan

k. Simpulan dan usul Pemeriksa Pajak.

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

46

2.1.2.13 Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Pemeriksaan Pajak

1. Hak Wajib Pajak

Menurut Ilyas dan Wicaksono (2015:43) dalam pelaksanaan Pemeriksaan

untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan.Wajib Pajak

berhak:

a. “Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda

Pengenal Pemeriksa Pajak dan SP2;

b. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan Surat

Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan dalam hal Pemeriksaan

dilakukan dengan jenis Pemeriksaaan Lapangan;

c. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan surat yang

berisi perubahan tim Pemeriksa Pajak apabila susunan keanggotaan tim

Pemeriksa Pajak mengalami perubahan;

d. Meminta kepada Pemeriksa untuk memberikan penjelasan tentang

alasan dan tujuan Pemeriksaan;

e. Menerima SPHP;

f. Menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan pada waktu yang

telah ditentukan;

g. Mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan dengan Tim

Quality Assurance Pemeriksaan, dalam hal masih terdapat hasil

Pemeriksaan yang belum disepakati antara Pemeriksa Pajak dengan

Wajib Pajak pada saat Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan; dan

h. Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan

oleh pemeriksa Pajak melalui pengisian Kuisioner Pemeriksaan.

2. Kewajiban Wajib Pajak

Menurut Ilyas dan Wicaksono (2015:44) terdapat beberapa kewajiban

wajib pajak yaitu :

a. “Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan

pemenuhan kewajiban perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan,

Wajib Pajak wajib:

1) Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku, catatan, dan/atau

dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan

dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

47

diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek

yang terutang pajak;

2) Memberikan kesempatan untuk mengakses dan/atau mengunduh

data yang dikelola secara elektronik;

3) Memberikan kesempatan untuk memasuki dan memeriksa tempat

atas ruang, barang bergerak dan/atau tidak bergerak yang diduga

atau patut diduga digunakan untuk menyimpan buku atau catatan,

dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dokumen

lain, uang, dan/atau barang yang dapat memberi petunjuk tentang

pengasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib

Pajak, atau objek yang terutang pajak serta meminjamkannya kepada

Pemeriksa Pajak.

4) Memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan yang dapat berupa:

• Menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya Wajib Pajak

apabila dalam mengakses data yang dikelola secara elektronik

memerlukan peralatan dan/atau keahlian khusus;

• Memberikan bantuan kepada Pemeriksa Pajak untuk membuka

barang bergerak dan/atau tidak bergerak; dan/atau

• Menyediakan ruangan khusus tempat dilakukannya Pemeriksaan

Lapangan dalam hal Pemeriksaan dilakukan di tempat Wajib

Pajak.

b. Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan

kewajiban perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Kantor, Wajib Pajak

wajib:

1) Memenuhi panggilan untuk datang menghadiri Pemeriksaan sesuai

dengan waktu yang ditentukan;

2) Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku, catatan, dan/atau

dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan

dokumen lain termasuk data yang dikelola secara elektronik, yang

berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha,

pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak;

3) Memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan;

4) Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas SPHP;

5) Meminjamkan KKP yang dibuat oleh akuntan publik; dan

6) Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan.”

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

48

3. Kewajiban Pemeriksa Pajak

Menurut Ilyas dan Wicaksono (2015:45) dalam melakukan Pemeriksaan

untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan, Pemeriksa

Pajak Wajib:

a. “Menyampaikan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan kepada

Wajib Pajak dalam hal Pemeriksaan dilakukan dengan jenis

Pemeriksaan lapangan atau Surat Panggilan Dalam Rangka

Pemeriksaan Kantor dalam hal Pemeriksaan dilakukan dengan jenis

Pemeriksaan Kantor;

b. Memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak dan SP2 kepada

Wajib Pajak pada waktu melakukan Pemeriksaan;

c. Memperlihatkan surat yang berisi perubahan tim Pemeriksa Pajak

kepada Wajib Pajak apabila susunan keanggotaan tim Pemeriksa

Pajak mengalami perubahan;

d. Melakukan pertemuan pertemuan dengan Wajib Pajak dalam rangka

memberikan penjelasan mengenai:

1) Alasan dan tujuan Pemeriksaan;

2) Hak dan kewajban Wajib Pajak selama dan setelah pelaksanaan

Pemeriksaan;

3) Hak Wajib Pajak mengajukan permohonan untuk dilakukan

pembahasan dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan dalam

hal terdapat hasil Pemeriksaan yang belum disepakati antara

Pemeriksa Pajak dengan Wajib Pajak pada saat Pembahasan Akhir

Hasil Pemeriksaan; dan

4) Kewajiban dari Wajib Pajak untuk memenuhi permintaan buku,

catatan, dan/atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau

pencatatan, dan dokumen lainnya, yang dipinjam dari Wajib Pajak

e. Menuangkanhasil pertemuan dalam berita acara pertemuan dengan

Wajib Pajak;

f. Menyampaikan SPHP kepada Wajib Pajak;

g. Memberikan hak untuk hadir kepada Wajib Pajak dalam rangka

Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan pada waktu yang telah

ditentukan;

h. Menyampaikan Kuisioner Pemeriksaan kepada Wajib Pajak;

i. Melakukan pembinaan kepada Wajib Pajak dalam memenuhi

kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan dengan menyampaikan saran secara

tertulis;

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

49

j. Mengembalikan buku, catatan, dan/atau dokumen yang menjadi dasar

pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lainnya yang dipinjam dari

Wajib Pajak; dan

k. Merahasiakan kepada pihak lain yang tidak berhak atas segala sesuatu

yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam

rangka Pemeriksaan.”

4. Kewenangan Pemeriksa Pajak

Kewenangan Pemeriksa Pajak menurut Ilyas dan Wicaksono (2015:46)

yaitu :

a. “Dalam melakukan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan

pemenuhan kewajiban perpajakan dengan jenis Pemeriksaan

Lapangan, Pemeriksa Pajak berwenang:

1) Melihat dan/atau meminjam buku, catatan, dan/atau dokumen

yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen

lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh,

kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang

terutang pajak.

2) Mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola secara

elektronik;

3) Memasuki dan memeriksa tempat atau ruang, barang bergerak

dan/atau tidak bergerak yang diduga atau patut diduga digunakan

untuk menyimpan buku atau catatan, dokumen yang menjadi

dasar pembukuan atau pencatatan dokumen lain, uang dan/atau

barang yang dapat memberi petunjuk tentang penghasilan yang

diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau

objek yang terutang pajak;

4) Meminta kepada Wajib Pajak untuk memberi bantuan guna

kelancaran Pemeriksaan, antara lain berupa:

• Menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya Wajib

Pajak apabila dalam mengakses data yang dikelola secara

elektronik memerlukan peralatan dan/atau keahlian khusus;

• Memberikan bantuan kepada Pemeriksa Pajak untuk

membuka barang bergerak dan/atau tidak bergerak; dan/atau

• Menyediakan ruangan khusus tempat dilakukannya

Pemeriksaan Lapangan dalam hal Pemeriksaan dilakukan di

tempat Wajib Pajak.

5) Melakukan Penyegelan tempat atau ruang tertentu serta barang

bergerak dan/atau tidak bergerak;

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

50

6) Meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari Wajib Pajak; dan

7) Meminta keterangan dan/atau bukti yang diperlukan dari pihak

ketiga yang mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak yang

diperiksa melalui kepala unit pelaksana Pemeriksaan.

b. Dalam melakukan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan

kewajiban perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Kantor, Pemeriksa

Pajak berwenang:

1) Memanggil Wajib Pajak untuk datang ke Kantor Direktorat

Jenderal Pajak dengan menggunakan Surat Panggilan Dalam

Rangka Pemeriksaan Kantor;

2) Melihat dan/atau meminjam buku, catatan, dan/atau dokumen

yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen

lain termasuk data yang dikelola secara elektronik, yang

berhubungan engan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha,

pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak;

3) Meminta kepada Wajib Pajak untuk memberi bantuan guna

kelancaran Pemeriksaan;

4) Meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari Wajib Pajak;

5) Meminjam KKP yang dibuat oleh akuntan publik melalui Wajib

Pajak; dan Meminta keterangan dan/atau bukti yang diperlukan

dari pihak ketiga yang mempunyai hubungan dengan Wajib

Pajak yang diperiksa melalui kepala unit pelaksana

Pemeriksaan.”

2.1.3 Sosialisasi Perpajakan

2.1.3.1 Pengertian Sosialisasi Perpajakan

Definisi sosialisasi menurut Nurmantu dalam Kartika Ratna Handayani

(2016:63) adalah :

“Sosialisasi perpajakan adalah upaya yang dilakukan oleh Dirjen Pajak

untuk memberikan sebuah pengetahuan kepada masyarakat dan khususnya

wajib pajak agar mengetahui tentang segala hal mengenai perpajakan baik

peraturan maupun tata cara perpajakan melalui metode-metode yang tepat.

Kepatuhan wajib pajak adalah kondisi dimana wajib pajak memenuhi semua

kewajiban perpajakannya dan melaksanakan hak perpajakannya.”

Sosialisasi menurut Rahmawati dalam Yeny Kopong (2016:98) adalah :

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

51

“Sosialisasi perpajakan adalah pemberian wawasan, dan pembinaan kepada

wajib pajak agar mengetahui tentang segala hal mengenai perpajakan.”

Definisi pajak yang dikemukakan Susanto dalam Sugeng Wahono (2012:

80) yaitu:

“Sosialisasi perpajakan adalah upaya yang dilakukan oleh Dirjen Pajak

untuk memberikan sebuah pengetahuan kepada masyarakat dan khususnya

Wajib Pajak agar mengetahui tentang segala hal mengenai perpajakan baik

peraturan maupun tata cara perpajakan melalui metode-metode yang tepat.”

Dari pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa sosialisasi

perpajakan merupakan suatu upaya dari Dirjen Pajak untuk memberikan

pengertian, informasi, dan pembinaan kepada masyarakat pada umumnya dan

Wajib Pajak mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan perpajakan dan

perundang-undangan.

2.1.3.2 Strategi Kegiatan Penyuluhan Perpajakan

Dalam rangka mendorong minat dan jumlah peserta penyuluhan, menurut

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak nomor SE-05/PJ/2013 tentang Tata Cara

Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan Perpajakan, unit kerja dapat melakukan antara

lain :

1. “mengaitkan tema kegiatan Penyuluhan Perpajakan dengan peristiwa

penegakan hukum di bidang perpajakan, sebagai contoh :

a. Peristiwa penangkapan penerbit Faktur pajak fiktif dapat dijadikan

pertimbangan untuk melakukan kegiatan penyuluhan perpajakan

dengan tema makanisme pembuatan Faktur pajak yang benar.

b. Informasi tentang permasalahan perpajakan hasil temuan aparat

pengawasan eksternal (Badan Pemeriksaan Keuangan, Badan

pengawasan Keuangan dan Pembangunan atau Inspektorat Jenderal)

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

52

dapat dijadikan pertimbangan untuk menawarkan dan memberikan

penyuluhan kepada Bendahara Pemerintah.

2. Memberikan informasi tentang pemberian penghargaan (reward) jika

Wajib Pajak patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya seperti

pemberian Dana Insentif Daerah (DID) dari pemerintah pusat bagi satuan

kerja yang memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian atas laporan

keuangan.

3. Memanfaatkan kerjasama dengan pihak lain, misalnya pemberian

Penyuluhan Perpajakan dalam rangka menindaklanjuti kesepatan dalam

Nota Kesepahaman anatara Direktorat Jenderal Pajak dengan pihak lain.”

2.1.3.3 Bentuk-Bentuk Sosialisasi Perpajakan

Dalam Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE- 98/PJ./2011 tentang Pedoman

Penyusunan Rencana Kerja dan Laporan Kegiatan Penyuluhan Perpajakan Unit

Vertikal di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, disebutkan bahwa upaya untuk

meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang hak kewajiban

perpajakannya harus terus dilakukan karena beberapa alasan, antara lain:

1. “Program ekstensifikasi yang terus menerus dilakukan Direktorat

Jenderal Pajak diperkirakan akan menambah jumlah Wajib Pajak Baru

yang membutuhkan sosialisasi / penyuluhan.

2. Tingkat kepatuhan Wajib Pajak terdaftar masih memiliki ruang yang

besar untuk ditingkatkan.

3. Upaya untuk meningkatkan jumlah penerimaan pajak dan

meningkatkan besarnya tax ratio.

4. Peraturan dan kebijakan di bidang perpajakan bersifat dinamis.

Dalam rangka mencapai tujuannya, maka kegiatan sosialisasi atau

penyuluhan perpajakan dibagi ke dalam tiga fokus, yaitu

a. kegiatan sosialisasi bagi calon Wajib Pajak.

Kegiatan sosialisasi bagi calon Wajib Pajak bertujuan untuk

membangun awareness tentang pentingnya pajak serta menjaring

Wajib Pajak baru.

b. kegiatan sosialisasi bagi Wajib Pajak baru.

Kegiatan sosialisasi bagi Wajib Pajak baru bertujuan untuk

meningkatkan pemahaman dan kepatuhan untuk memenuhi

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

53

kewajiban perpajakannya, khususnya bagi mereka wajib pajak

yang belum melakukan penyetoran pajak untuk yang pertama kali.

c. kegiatan sosialisasi bagi Wajib Pajak terdaftar.

kegiatan sosialisasi bagi Wajib Pajak terdaftar bertujuan untuk

menjaga komitmen Wajib Pajak untuk terus patuh.

Kegiatan sosialisasi atau penyuluhan perpajakan dapat dilakukan

dengan dua cara sebagai berikut:

a. Sosialisasi langsung Sosialisasi langsung adalah kegiatan sosialisasi

perpajakan dengan berinteraksi langsung dengan Wajib Pajak atau calon

Wajib Pajak. Bentuk sosialisasi langsung yang pernah diadakan antara

lain Early Tax Education, Tax Goes To School / Tax Goes To Campus,

perlombaan perpajakan (Cerdas Cermat, Debat, Pidato Perpajakan,

Artikel), sarasehan/ tax gathering, kelas pajak / klinik pajak, seminar /

diskusi / ceramah, dan workshop / bimbingan teknis.

b. Sosialisasi tidak langsung Sosialisasi tidak langsung adalah kegiatan

sosialisasi perpajakan kepada masyarakat dengan tidak atau sedikit

melakukan interaksi dengan peserta.”

2.1.3.4 Tugas dan Tanggung Jawab KPP Pratama dan Kanwil DJP yang

Membawahi KPP Pratama

Mardiasmo (2011:16) menerangkan Tugas dan Tanggung Jawab KPP

Pratama dan Kanwil DJP yang Membawahi KPP pratama yaitu :

1. “Kanwil memiliki tugas dan tanggung jawab melakukan kegiatan

penyuluhan Perpajakan dengan fokus Calon Wajib Pajak;

2. KPP mmemiliki tugas dan tanggung jawab melakukan kegiatan

penyuluhan Perpajakan dengan fokus Wajib Pajak Baru dan Wajib Pajak

Terdaftar;

3. Dalam kondisi atau pertimbangan tertentu:

a. KPP dapat melaksanakan kegiatan Penyuluhan Perpajakan kepada

Calon Wajib Pajak;

b. Kanwil dapat melaksanakan kegiatan Penyuluhan Perpajakan

kepada Wajib Pajak Baru dan Wajib Pajak Terdaftar.”

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

54

2.1.3.5 Indikator Sosialisasi Perpajakan

Dalam melakukan sosialisasi perlu adanya strategi dan metode yang tepat

yang dapat diaplikasikan dengan baik dan menjadi indikator dan komponen dalam

sosialisasi perpajakan Widi Widodo, dkk (2010 : 168), yaitu :

1. “Penyuluhan

a. Metode yang digunakan

b. Tempat, fasilitas dan media yang digunakan

c. Materi yang disampaikan

2. Cara Sosialisasi

a. Seminar (sosialisasi langsung)

b. Iklan (sosialisasi tidak langsung)

3. Media Informasi yang digunakan Sumber informasi mengenai pajak

banyak bersumber dari media masa namun media luar ruang juga

menjadi sumber yang di perhatikan oleh masyarakat meliputi :

a. Media cetak

b. Media elektronik.”

2.1.4 e-Filing

2.1.4.1 Modernisasi Adminstrasi Perpajakan

Semenjak tahun 2002, Direkotorat Jenderal Pajak (DJP) telah meluncurkan

program perubahan (change program) atau reformasi administrasi perpajakan yang

secara singkat biasa disebut Modernisasi. Modernisasi administrasi perpajakan ini

dapat diartikan sebagai penggunaan sarana dan prasarana perpajakan yang baru

dengan memanfaatkan perkembangan ilmu dan teknologi. Adapun jiwa dari

program modernisasi ini adalah pelaksanaan Good Governance, yaitu penerapan

sistem administrasi perpajakan yang transparan dan akuntabel, dengan

memanfaatkan sistem informasi teknologi yang handal dan terkini. (Diana Sari

2013: 34).

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

55

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2013:109) :

“Modernisasi administrasi Perpajakan yang dilakukan merupakan bagian

dari reformasi perpajakan secara komprehensif sebagai suatu kesatuan

dilakukan terhadap tiga bidang pokok yang secara langsung menyentuh

pilar perpajakan yaitu bidang administrasi, bidang peraturan dan bidang

pengawasan.”

Menurut Mendel dan Bevacqua (2010: 243) :

“Over the last two decades, many revenue bodies have taken steps to exploit

the use of modern computing technologies to transform their operations, in

particular those concerned with mainstream tax collection and assessment

processes and the provison of service to taxoayers and their representative.

The main types of online service now being used by large and growing

numbers of taxpayers:

1. Provison of a comprehensive range of tax and other information,

forms and calculators on websites.

2. Electronic filing.

3. A range of electronic payment options for all taxes.

4. Access to secure detailed personal taxpayer information via online

portals

5. Call Centres using modern telephone facilities (including IVR

technologies) to provide more accessible inquiry services.”

Kutipan di atas dapat diterjemahkan bahwa Selama dua dekade terakhir,

banyak badan pendapatan telah mengambil langkah untuk memanfaatkan

penggunaan teknologi komputasi modern untuk mengubah operasi mereka,

terutama yang terkait dengan pengumpulan pajak dan proses penilaian utama dan

provisi pelayanan kepada petugas pajak dan perwakilan mereka. Jenis layanan

online utama sekarang digunakan oleh jumlah pembayar pajak yang besar dan terus

bertambah:

1. Provisi berbagai informasi pajak dan informasi lainnya, formulir dan

kalkulator di situs web.

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

56

2. Pengarsipan elektronik.

3. Berbagai pilihan pembayaran elektronik untuk semua pajak.

4. Akses untuk mengamankan informasi wajib pajak pribadi yang terperinci

melalui portal online

5. Call Center menggunakan fasilitas telepon modern (termasuk teknologi

IVR) untuk menyediakan layanan penyelidikan yang lebih mudah

diakses. "

2.1.4.2 Pengertian e-Filing

Definisi e-filing menurut Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-

88/PJ/2004 tanggal 14 Mei 2004 KEP-05/PJ./2005 tanggal 12 Januari 2005 tentang

Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan Secara Elektronik (e-filing) melalui

Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) yaitu:

“e-filing atau e-SPT adalah Surat Pemberitahuan Masa atau Tahunan yang

berbentuk formulir elektronik dalam media komputer, dimana

penyampaiannya dilakukan secara elektronik dalam bentuk data digital yang

ditransfer atau disampaikan ke Direktorat Jenderal Pajak melalui

Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service Provider (ASP)

yang telah ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak dengan proses yang

terintegrasi dan real time.”

Definisi e-filing menurut Pasal 1 Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No

47/PJ/2008 Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan Dan Penyampaian

Pemberitahuan Perpanjangan Surat Pemberitahuan Tahunan Secara Elektronik (E-

filing) Melalui Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) yaitu:

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

57

“E-filing adalah suatu cara penyampaian SPT dan penyampaian

Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan secara elektronik yang

dilakukan secara online dan real time melalui Penyedia Jasa Aplikasi

(ASP)”

Menurut Pasal 1 ayat (6) Peraturan Direktur Jenderal Pajak, Nomor PER-

1/PJ/2014 tentang Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan yaitu :

“E-filing merupakan sistem pelaporan SPT yang dibuat oleh Direktorat

Jenderal Pajak yang memberikan kemudahan bagi kita wajib pajak dalam

pembuatan dan penyerahan laporan SPT. Untuk saat ini e-filing hanya

melayani dua jenis SPT saja, yaitu:

a. SPT Tahunan OP Formulir 1770S, Bagi wajib pajak yang mempunyai

penghasilan dari satu atau lebih pemberi kerja dari dalam negeri lainnya;

dan/atau yang dikenakan Pajak Penghasilan final dan/atau bersifat final)

.

b. SPT Tahunan OP Formulir 1770SS, Bagi wajib pajak yang mempunyai

penghasilan hanya dari satu pemberi kerja dengan jumlah penghasilan

bruto dari pekerjaan tidak lebih dari Rp60.000.000,00 (enam puluh juta

rupiah) setahun dan tidak mempunyai penghasilan lain kecuali

penghasilan berupa bunga bank dan/atau bunga koperasi).”

Sedangkan menurut Siti Kurnia (2010:132) mendefinisikan e-filing sebagai

berikut :

“Merupakan cara penyampaian SPT melalui sistem online dan Real Time.

Wajib Pajak dapat menyampaikan SPT melalui perusahaan penyedia jasa

aplikasi (Aplication Service Provider) yang telah ditunjuk DJP sebagai

perusahaan yang dapat menyalurkan penyampaian.”

2.1.4.3 Syarat Mengunakan e-Filing

Berdasarkan Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor Per-01/PJ/2014

untuk dapat menggunakan fasilitas e-filing Wajib Pajak harus memenuhi syarat-

syarat sebagai berikut:

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

58

1. “Sudah terdaftar sebagai Wajib Pajak (WP) atau sudah memiliki NPWP

(Nomor Pokok Wajib Pajak).

2. Kartu identitas diri.

3. Nomor telepon yang aktif agar dapat menerima SMS.

4. Alamat email.

5. Dokumen yang digunakan untuk mengisi SPT.

6. Memiliki PC yang memadai dan terkoneksi ke Internet.

Adapun syarat-syarat WP dapat menikmati layanan e-filing atau pengiriman

data / penyampaian SPT secara elektronik adalah seperti berikut:

1. E-FIN yang diperoleh dari KPP.

2. Memiliki aplikasi SPT dan submission data ke ASP Laporpajak.com.

3. Sertifikat Digital (Digital Certificate) yang didapatkan setelah

melakukan registrasi e-filing.”

2.1.4.4 Tata Cara Penyampaian dan atau Perpanjangan SPT Tahunan secara

e-Filing

Sebelum melakukan penyampaian dan atau perpanjangan SPT tahunan

secara e-filing melalui ASP berdasarkan Peraturan Direktorat Jendral Pajak Nomor

Per-01/PJ/2014. Wajib pajak mengajukan permohanan untuk memperoleh e-FIN

terlebih dahulu dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Wajib Pajak mengajukan permohonan untuk memperoleh e-FIN ke

Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau secara online

melalui website Direktorat Jenderal Pajak.

2. Jika pendaftaran dilakukan melalui Kantor Pelayanan Pajak tempat

Wajib Pajak terdaftar maka Wajib Pajak akan diminta mengisi formulir,

Nama dan NPWP sesuai dengan Master File Wajib Pajak, menunjukkan

asli kartu identitas diri, surat kuasa dan fotokopi identitas Wajib Pajak

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

59

bila dikuasakan yang kemudian e-FIN akan dikirim langsung ke Wajib

Pajak atau kuasanya selama 1 hari kerja.

3. Jika pendaftaran dilakukan secara online melalui website Direktorat

Jenderal Pajak, maka Wajib Pajak diminta melakukan pengisian

formulir secara online yang kemudian e-FIN dikirim ke alamat Wajib

Pajak sesuai yang tercantum pada Master File Wajib Pajak yang

dikirimkan melalui pos, perusahaan jasa ekspedisi, atau jasa kurir

selama 3 hari kerja sejak proses pengiriman.

4. Setelah Wajib Pajak mendapatkan e-FIN, Wajib Pajak mendaftarkan

diri sebagai Wajib Pajak e-filing paling lama 30 (tiga puluh) hari

kalender sejak terbitnya e-FIN dengan cara:

a. Buka menu e-filing di situs DJP www.pajak.go.id

b. Masukkan NPWP dan e-FIN.

c. Isikan data email, nomor handphone, dan password.

d. Lakukan konfirmasi balasan pada email atau handphone.

e. Jika dalam waktu 30 (tiga puluh) hari Wajib Pajak tidak

mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak e-filing maka Wajib Pajak

dapat mengajukan kembali permohonan e-FIN secara online melalui

website Direktorat Jenderal Pajak atau secara langsung ke Kantor

Pelayanan Pajak.

5. Menyampaikan SPT Tahunan secara e-filing melalui www.pajak.go.id:

a. Login aplikasi e-filing menggunakan email sebagai username dan

password.

Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

60

b. Mengisi e-SPT dengan benar, lengkap dan jelas.

c. Meminta kode verifkasi untuk penyampaian SPT.

d. Menandatangani e-SPT dengan mengisi kode verifkasi.

e. Mengirim e-SPT secara e-filing melalui www.pajak.go.id.

f. Menerima verifkasi melalui email atau SMS.

g. Menerima bukti penerimaan elektronik.

2.1.4.5 Keuntungan e-Filing

Indikator e-filing yang digunakan dalam penelitian ini adalah keuntungan e-

filing Menurut (www.pajak.go.id) kelebihan e-filing antara lain:

1. Penyampaian SPT dapat dilakukan secara cepat, aman, dan kapan saja

2. Penghitungan dilakukan secara cepat karena menggunakan sistem

komputer.

3. Lebih mudah karena pingisian SPT dalam bentuk wizard.

4. Data yang disampaikan Wajib Pajak selalu lengkap karena terdapat

validasi pengisian SPT.

5. Lebih ramah lingkungan karena meminimalisir penggunaan kertas.

6. Dokumen pelengkap (potokopi Formulir 1721 A1/A2 atau bukti potong

PPh, SSP Lembar ke-3 PPh Pasal 29, Surat Kuasa Khusus, perhitungan

PPh terutang bagi Wajib Pajak Kawin Pisah Harta dan/atau mempunyai

NPWP sendiri, potokopi Bukti Pembayaran Zakat) tidak perlu dikirim

lagi kecuali diminta oleh KPP melalui Account representative.

Page 42: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

61

2.1.5 Kepatuhan Wajib Pajak

2.1.5.1 Pengertian Kepatuhan

Kepatuhan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia dalam Siti Kurnia

Rahayu (2013:138) didefinisikan sebagai berikut:

“Istilah kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan. Dalam

perpajakan kita dapat memberi pengertian bahwa Kepatuhan Perpajakan

merupakan ketaatan, tunduk dan patuh serta melaksanakan ketentuan

perpajakan”.

2.1.5.2 Pengertian Wajib Pajak

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 Pasal 1 ayat (2) tentang

Ketentuan umum dan tata cara perpajakan yang telah diubah dengan UU Nomor

28 tahun 2007 yang dimaksud dengan wajib pajak menurut Siti Resmi (2014:18)

adalah:

“Orang pribadi atau badan, meliputi membayar pajak, pemotong pajak, dan

pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai

dengan ketentuan peraturan perUndang-Undang perpajakan”.

Menurut Waluyo (2011:23), wajib pajak adalah:

“Orang pribadi atau badan meliputi pembayaran pajak, dan pemungut pajak,

yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan

peraturan perUndang-Undangan perpajakan”.

Wajib Pajak, sering disingkat dengan sebutan WP adalah orang pribadi atau

badan (subjek pajak) yang mempunyai hak dan kewajiban menurut ketentuan

peraturan perUndang-Undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan

Page 43: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

62

kewajiban perpajakan.

2.1.5.3 Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Moh. Zain (2007:31) Kepatuhan Wajib Pajak adalah suatu iklim

kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, tercermin dalam

situasi dimana :

1. “Wajib Pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan

peraturan perUndang-Undangan perpajakan.

2. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas.

3. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar.

4. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya”

Kepatuhan Perpajakan menurut Safri Nurmantu dalam Siti Kurnia Rahayu

(2013:138) adalah sebagai berikut:

“Kepatuhan Wajib Pajak dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana

Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak

perpajakannya”.

Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan maka pada prinsipnya

Kepatuhan perpajakan adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi

kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perUndang-Undangan

dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku.

Page 44: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

63

2.1.5.4 Kriteria Wajib Pajak

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2013:139) kriteria kepatuhan Wajib Pajak

adalah sebagai berikut:

1. Patuh terhadap kewajiban intern, yakni dalam pembayaran atau laporan

masa, SPT masa, SPT PPN setiap bulan.

2. Patuh terhadap kewajiban tahunan, yakni dalam menghitung pajak atas

dasar sistem self assessment, menyampaikan SPT tahunan tepat waktu

serta tidak memiliki tunggakan pajak atau melunasi pajak terutang.

3. Patuh terhadap ketentuan material dan yuridis formal perpajakan

melalui mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak, Melaporkan kembali

SPT dengan lengkap dan benar sesuai dengan besarnya pajak terutang

yang sebenarnya, Wajib Pajak menghitung dan membayar pajak

terutang dengan benar, dan Wajib Pajak membayar tunggakan tepat

waktu.

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia

74/PMK.03/2012 Pasal 2, untuk dapat ditetapkan sebagai Wajib Pajak Dengan

Kriteria Tertentu, Wajib Pajak harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. “Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan;

2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali

tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau

menunda pembayaran pajak;

3. Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga

pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa

Pengecualian selama 3 (tiga) tahun berturut-turut dan

4. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang

perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai

kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.”

Page 45: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

64

2.1.5.5 Jenis-Jenis Kepatuhan Wajib Pajak

Untuk kepatuhan Wajib Pajak secara formal menurut Undang-Undang KUP

dalam Erly Suandy (2011:119) adalah sebagai berikut:

1. “Kewajiban untuk mendaftarkan diri

Pasal 2 Undang-Undang KUP menegaskan bahwa setiap Wajib Pajak

wajib mendaftarkan diri pada Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah

kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak

dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Khusus

terhadap pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-

Undang PPN, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai

Pengusaha Kena Pajak (PKP).

2. Kewajiban mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan

Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang KUP menegaskan bahwa setiap Wajib

Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan (SPT) dalam bahasa

Indonesia serta menyampaikan ke kantor pajak tempat Wajib Pajak

terdaftar.

3. Kewajiban membayar atau menyetor pajak

Kewajiban membayar atau menyetor pajak dilakukan di kas negara

melalui kantor pos atau bank BUMN/BUMD atau tempat pembayaran

lainnya yang ditetapkan Menteri Keuangan.

4. Kewajiban membuat pembukuan dan/atau pencatatan

Bagi Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau

pekerjaan bebas dan Wajib Pajak badan di Indonesia diwajibkan

membuat pembukuan (Pasal 28 ayat (1)). Sedangkan pencatatan

dilakukan oleh Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan

usahanya atau pekerjaan bebas yang diperbolehkan menghitung

penghasilan neto dengan menggunakan Norma Penghitungan

Penghasilan Neto dan Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan

kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

5. Kewajiban menaati pemeriksaan pajak

Terhadap Wajib Pajak yang diperiksa, harus menaati ketentuan dalam

rangka pemeriksaan pajak, misalnya Wajib Pajak memperlihatkan

dan/atau meminjamkan buku atau catatan dan dokumen lain yang

berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, memberi kesempatan

untuk memasuki tempat ruangan yang dipandang perlu dan memberi

bantuan guna kelancaran pemeriksaan, serta memberikan keterangan

yang diperlukan oleh pemeriksa pajak.

6. Kewajiban melakukan pemotongan atau pemungutan pajak

Page 46: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

65

Wajib Pajak yang bertindak sebagai pemberi kerja atau penyelenggara

kegiatan wajib memungut pajak atas pembayaran yang dilakukan dan

meyetorkan ke kas negara. Hal ini sesuai dengan prinsip withholding

system.”

Adapun kepatuhan material menurut Undang-Undang KUP dalam Erly

Suandy (2011:120) disebutkan bahwa:

“Setiap Wajib Pajak membayar pajak terutang sesuai dengan ketentuan

peraturan perUndang-Undangan perpajakan dengan tidak menggantungkan

pada adanya surat ketetapan pajak dan jumlah pajak yang terutang menurut

Surat Pemberitahuan yang disampaikan oleh Wajib Pajak adalah jumlah

pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perUndang-

Undangan perpajakan”.

Sementara itu, menurut Safri Nurmantu dalam Widodo (2010:68) terdapat

dua macam kepatuhan yaitu sebagai berikut:

1. “Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi

kewajibannya secara formal sesuai dengan ketentuan dalam undang-

undang perpajakan. Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak

secara formal dapat dilihat dari aspek kesadaran Wajib Pajak untuk

mendaftarkan diri, ketepatan waktu Wajib Pajak dalam menyampaikan

SPT tahunan, ketepatan waktu dalam membayar pajak, dan pelaporan

Wajib pajak melakukan pembayaran pajak dengan tepat waktu.

2. Kepatuhan material adalah waktu keadaan dimana Wajib Pajak secara

substantif (hakekat) memenuhi semua ketentuan material perpajakan,

yakni sesuai isi dan jiwa Undang-Undang perpajakan. Jadi Wajib pajak

yang memenuhi kepatuhan material dalam mengisi SPT PPh, adalah

Wajib Pajak yang mengisi dengan jujur, baik dan benar atas SPT tersebut

sehingga sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang perpajakan

dan menyampaikan ke KPP sebelum batas waktu”

2.1.5.6 Syarat-Syarat Menjadi Wajib Pajak Patuh

Menurut Peraturan Menteri Keuangan RI No.74/PMK.03/2012 Pasal 3

Syarat-syarat menjadi wajib pajak patuh, yaitu:

Page 47: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

66

1. “Yang dimaksud dengan tepat waktu dalam penyampaian Surat

Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a meliputi:

a. Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan selama 3 (tiga) Tahun

Pajak terakhir yang wajib disampaikan sampai dengan akhir tahun

sebelum tahun penetapan Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu

dilakukan tepat waktu;

b. Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa yang terlambat dalam tahun

terakhir sebelum tahun penetapan Wajib Pajak Dengan Kriteria

Tertentu untuk Masa Pajak Januari sampai November tidak lebih dari

3 (tiga) Masa Pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak berturut-turut;

c. Seluruh Surat Pemberitahuan Masa dalam tahun terakhir sebelum

tahun penetapan Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu untuk Masa

Pajak Januari sampai November telah disampaikan dan

d. Surat Pemberitahuan Masa yang terlambat sebagaimana dimaksud

pada huruf b telah disampaikan tidak lewat dari batas waktu

penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Masa Pajak berikutnya.

2. Yang dimaksud dengan tidak mempunyai tunggakan pajak sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 huruf b adalah keadaan Wajib Pajak pada

tanggal 31 Desember tahun sebelum penetapan sebagai Wajib Pajak

dengan kriteria tertentu.

3. Yang dimaksud dengan laporan keuangan yang di audit oleh akuntan

publik atau lembaga pengawasan keuangan pemerintah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 huruf c adalah laporan keuangan yang

dilampirkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan

yang wajib disampaikan selama 3 (tiga) tahun berturut-turut sampai

dengan akhir tahun sebelum tahun penetapan Wajib Pajak dengan kriteria

tertentu.”

2.1.5.7 Proses Penetapan Wajib Pajak Patuh

Penetapan Wajib Pajak Patuh diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan RI

No.74/PMK.03/2012 Pasal 4, yaitu:

1. “Penetapan sebagai Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 dilakukan:

a. Berdasarkan permohonan dari Wajib Pajak atau

b. Berdasarkan kewenangan Direktur Jenderal Pajak secara jabatan.

Page 48: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

67

2. Batas waktu pengajuan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat 1

huruf a, diajukan paling lambat tanggal 10 Januari pada tahun penetapan

Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu.

3. Berdasarkan hasil penelitian atas pemenuhan persyaratan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3, Direktur Jenderal Pajak:

a. Menerbitkan keputusan mengenai penetapan Wajib Pajak Dengan

Kriteria Tertentu, dalam hal permohonan Wajib Pajak sebagaimana

dimaksud pada ayat 1 memenuhi persyaratan atau

b. Memberitahukan secara tertulis kepada Wajib Pajak mengenai

penolakan permohonan, dalam hal permohonan Wajib Pajak

sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak memenuhi persyaratan.

4. Penerbitan keputusan atas Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu dan

pemberitahuan secara tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat 3 huruf

b, dilakukan paling lambat tanggal 20 Februari pada tahun penetapan

Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu.

5. Apabila sampai dengan tanggal 20 Februari pada tahun penetapan

sebagaimana dimaksud pada ayat 4 Direktur Jenderal Pajak tidak

memberikan keputusan, permohonan Wajib Pajak sebagaimana

dimaksud pada ayat 1 dianggap disetujui dan Direktur Jenderal Pajak

menerbitkan keputusan mengenai penetapan Wajib Pajak Dengan

Kriteria Tertentu.

6. Keputusan mengenai penetapan Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu

sebagaimana dimaksud pada ayat 5 diterbitkan paling lambat 5 (lima)

hari kerja setelah berakhirnya batas waktu sebagaimana dimaksud pada

ayat 4.

7. Keputusan Direktur Jenderal Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 3

huruf a berlaku untuk jangka waktu 2 (dua) tahun kalender, terhitung

sejak tanggal 1 Januari pada tahun penetapan Wajib Pajak Dengan

Kriteria Tertentu.

8. Keputusan Direktur Jenderal Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 3

huruf a sesuai dengan contoh format sebagaimana tercantum dalam

lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

Menteri ini.

9. Surat pemberitahuan penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat 3

huruf b sesuai dengan contoh format sebagaimana tercantum dalam

lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

Menteri ini. “

2.1.5.8 Pencabutan Wajib Pajak Patuh

Pencabutan Wajib Pajak Patuh diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan

RI No.74/PMK.03/2012 Pasal 11, yaitu:

Page 49: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

68

1. “Wajib Pajak yang telah ditetapkan sebagai Wajib Pajak Dengan Kriteria

Tertentu dicabut penetapannya dalam hal Wajib Pajak:

a. Dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka atau

dilakukan tindakan Penyidikan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan

b. Terlambat menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa untuk suatu

jenis pajak tertentu 2 (dua) Masa Pajak berturut-turut;

c. Terlambat menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa untuk suatu

jenis pajak tertentu 3 (tiga) Masa Pajak dalam 1 (satu) tahun kalender;

atau

d. Terlambat menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan.

2. Direktur Jenderal Pajak menerbitkan keputusan mengenai pencabutan

penetapan Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu sebagaimana dimaksud

pada ayat 1 dan memberitahukan secara tertulis kepada Wajib Pajak.

3. Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu yang telah dicabut penetapannya

sebagaimana dimaksud pada ayat 1, tidak dapat diberikan pengembalian

pendahuluan kelebihan pembayaran pajak. “

2.1.5.9 Manfaat Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2013:142), Wajib Pajak yang berpredikat

patuh dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya tentu akan mendapatkan

kemudahan dan fasilitas yang lebih daripada Wajib Pajak yang belum atau tidak

patuh. Fasilitas yang diberikan oleh Dirjen Pajak terhadap Wajib Pajak patuh adalah

sebagai berikut:

1. “Pemberian batas waktu penerbitan Surat Keputusam Pengembalian

Pendahuluan Kelebihan Pajak (SKPPKP) paling lambat 3 (tiga) bulan

sejak permohonan kelebihan pembayaran pajak yang diajukan Wajib

Pajak diterima untuk Pajak Penghasilan dan 1 (satu) bulan untuk Pajak

Pertambahan Nilai, tanpa melalui penelitian dan pemeriksaan oleh

Direktorat Jenderal Pajak.

2. Adanya kebijakan percepatan penerbitan Surat Keputusan Pengembalian

Pendahuluan Kelebihan Pajak (SKPPKP) menjadi paling lambat 2 (dua)

bulan untuk Pajak Penghasilan dan 7 (tujuh) hari untuk Pajak

Pertambahan Nilai.”

Page 50: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

69

2.1.6 Penerimaan Pajak

2.1.6.1 Pengertian Penerimaan Pajak

Definisi penerimaan pajak Menurut Pasal 1 Angka 3 UU Nomor 4 Tahun

2012 tantang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yaitu:

” Penerimaan perpajakan adalah semua penerimaan negara yang terdiri atas

pajak dalam negeri dan pajak perdagangan internasional.”

Menurut John Hutagaol (2007:325) penerimaan pajak adalah:

“Sumber Penerimaan yang dapat diperoleh secara terus menerus dan dapat

dikembangkan secara optimal sesuai kebutuhan pemerintah serta kondisi

masyarakat”

Dari beberapa pendapat menurut para ahli di atas, maka pengertian

penerimaan pajak adalah semua penerimaan perpajakan dalam negeri dan luar

negeri diperoleh secara terus menerus yang digunakan untuk belanja rutin maupun

pembangunan negara.

2.1.6.2 Sumber Penerimaan Pajak

Terdapat 4 sumber penerimaan pajak antara lain:

1. Pajak Penghasilan (PPh)

Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 pajak penghasilan

adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau

diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari

luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah

Page 51: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

70

kekayaan Wajb Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam

bentuk apapun. Pajak penghasilan juga merupakan pungutan resmi oleh

pemerintah yang ditujukan kepada masyarakat yang berpenghasilan

untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah.

2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Berdasarkan Undang-Undang No 42 Tahun 2009 PPN adalah pajak

yang dikenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak

di dalam Daerah Pabean (dalam wilayah Indonesia). Orang Pribadi,

perusahaan, maupun pemerintah yang mengkonsumsi Barang Kena

Pajak atau Jasa Kena Pajak dikenakan PPN.

3. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)

Selain dikenakan PPN, atas pengkonsumsian Barang Kena Pajak

tertentu yang tergolong mewah, juga dikenakan PPnBM. Menurut

Undang-Undang No 42 Tahun 2009 yang dimaksud dengan Barang

Kena Pajak yang tergolong mewah adalah:

a. Barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan pokok atau

b. Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu atau

c. Pada umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat

berpenghasilan tinggi atau

d. Barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukkan status atau

e. Apabila dikonsumsi dapat merusak kesehatan dan moral

masyarakat, serta mengganggu ketertiban masyarakat.

4. Bea Materai

Page 52: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

71

Berdasarkan Undang-Undang No 13 Tahun 1985 Bea Materai adalah

pajak yang dikenakan atas pemanfaatan dokumen, seperti surat

perjanjian, akta notaries, serta kwitansi pembayaran, surat berharga,

dan efek, yang membuat jumlah uang atau nominal diatas jumlah

tertentu sesuai dengan ketentuan.

2.1.6.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2013: 27-29) menyebutkan faktor-faktor

yang mempengaruhi penerimaan pajak adalah:

1. “Kejelasan, kepastian dan kesederhanaan peraturan perUndang-

Undangan perpajakan Undang-Undang yang jelas, sederhana dan mudah

dimengerti akan memberikan penafsiran yang sama bagi wajib pajak dan

fiskus. Dengan adanya kepastian hukum dan kejelasan Undang-Undang

tidak akan menimbulkan salah interprestasi, selanjutnya akan

menimbulkan motivasi pemenuhan kewajiban perpajakan sebagaimana

mestinya. Ketentuan perpajakan yang dibuat sempurna mudah dipahami

tentunya hak dan kewajiban perpajakan wajib pajak dapat dilaksankan

secara efektif dan efisien. Dengan demikian hal ini akan memperlancar

penerimaan negara dari sektor pajak. Kesadaran dan kepatuhan

pemenuhan kewajiban perpajakan akan terbentuk dengan peraturan yang

tidak berbelit-belit. Prosedur yang tidak rumit dengan formulir yang

mudah dimengerti pengisiannya oleh wajib pajak

2. Kebijakan pemerintah dalam mengimplementasikan Undang-Undang

perpajakan Kebijakan pemerintah dalam implementasi Undang-Undang

perpajakan merupakan suatu cara atau alat pemerintah di bidang

perpajakan yang memiliki suatu sasaran tertentu atau untuk mencapai

suatu tujuan tertentu di bidang sosial dan ekonomi. Kebijakan dalam hal

ini adalah dengan adanya keputusan menteri keuangan maupun surat

edaran dari DJP untuk hal-hal tertentu dalam perpajakan yang tidak

dijelaskan secara rinci dalam Undang-Undang. Pemerintah diberikan

asas Freies Ermessen (kebebasan bertindak) dalam bentuk tertulis yang

berupa peraturan kebijaksanaan, berupa peraturan lain yang menjelaskan

petunjuk pelaksanaan peraturan perUndang-Undangan.

3. Sistem administrasi perpajakan yang tepat sistem administrasi hendaklah

merupakan prioritas tertinggi karena kemampuan pemerintah untuk

Page 53: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

72

menjalankan fungsinya secara efektif bergantung kepada jumlah uang

yang dapat diperolehnya melalui pemungutan pajak. Sistem administrasi

memegang peran penting. Kantor pelayanan pajak harus memiliki sistem

administrasi yang tepat. Sistem administrasi diharapkan tidak rumit

tetapi ditekankan pada kesederhanaan prosedur. Kerumitan sistem akan

membuat wajib pajak semakin enggan membayar pajak.

4. Pelayanan Kualitas pelayanan yang dilakukan pemerintah beserta aparat

perpajakan merupakan hal yang sangat penting dalam upaya optimalisasi

penerimaan pajak. Kualitas pelayanan yang dimaksud adalah

memberikan pelayanan prima kepada wajib pajak dalam

mengoptimalkan penerimaan negara.

5. Kesadaran dan pemahaman warga negara rasa nasionalisme tinggi,

kepedulian kepada bangsa dan negara serta tingkat pengetahuan

perpajakan masyarakat yang memadai, maka secara umum akan makin

mudah bagi wajib pajak untuk patuh kepada peraturan perpajakan.

6. Kualitas petugas pajak (intelektual, keterampilan, integritas, moral

tinggi) Kualitas petugas sangat menentukan efektivitas Undang-Undang

dan peraturan perpajakan. Petugas pajak memiliki reputasi yang baik

sepanjang yang menyangkut kecakapan teknis, efisien dan efektif dalam

hal kecepatan, tepat dan keputusan yang adil. Petugas pajak yang

berhubungan dengan masyarakat pembayar pajak harus memiliki

intelektualitas tinggi, terlatih baik, digaji baik dan bermoral tinggi”.

2.1.6.4 Tujuan Penerimaan Pajak

Indikator penerimaan pajak yang digunakan dalam penelitian ini adalah

tujuan dari penerimaan pajak. Menurut Ilyas dan Burton (2013:13) tujuan dari

penerimaan pajak adalah:

1. Membiayai pengeluaran-pengeluaran negara seperti:

a. Pengeluaran rutin dan,

Pengeluaran rutin terdiri dari pengeluaran untuk pembelian barang

dan jasa,pengeluaran untuk biaya gaji pegawai dan transfer payment

yaitu berupa bantuan langsung kepada masyarakat

b. Pengeluaran untuk pembangunan dan,

Page 54: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

73

Sementara pengeluaran untuk pembangunan terdiri dari, pengeluaran

pemerintah untuk pembangunan infrastruktur dan fasilitas publik.

2. Bila ada sisa (surplus) akan digunakan sebagai tabungan pemerintah

untuk investasi.

2.1.6.5 Ukuran Penerimaan Pajak

Adapun yang menjadi indikator dalam penerimaan pajak penghasilan

tersebut adalah jumlah pajak penghasilan yang disetor, tercapainya target pajak

penghasilan, kekurangan atau kelebihan pembayaran pajak penghasilan:

a. Jumlah pajak penghasilan yang disetor adalah seluruh penerimaan

Negara yang bersumber dari pajak penghasilan yang telah dilakukan oleh

wajib pajak.

b. Tercapainya target pajak penghasilan yaitu suatu kondisi yang

menggambarkan tercapainya rencana penerimaan pajak penghasilan.

c. Kekurangan atau kelebihan pemabayaran pajak penghasilan yaitu selisih

antara setoran pajak penghasilan yang telah dilakukan oleh wajib pajak

dengan pajak penghasilan yang seharusnya terutang.

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Pengaruh Pemeriksaan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Pajak adalah suatu iuran wajib/kontribusi wajib yang terutang oleh orang

pribadi/badan kepada kas negara yang sifatnya memaksa berdasarkan ketentuan

Page 55: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

74

peraturan perUndang-Undangan, dengan tidak mendapat timbal balik langsung

melainkan dapat dirasakan melalui pembangunan nasional sehingga tercipta

kesejahteraan umum.

Hubungan antara pemeriksaan pajak dengan kepatuhan Wajib Pajak dalam

penelitian ini berdasarkan dari pernyataan Siti Kurnia Rahayu (2013 :245) yang

menyatakan bahwa:

“Kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan merupakan

tujuan utama dari pemeriksaan pajak, sehingga dari hasil pemeriksaan akan

diketahui tingkat kepatuhan wajib pajak , bagi Wajib Pajak yang tingkat

kepatuhannya tergolong rendah, diharapkan dengan dilakukannya

pemeriksaan pajak terhadapnya dapat memberikan motivasi positif agar

untuk masa-masa selanjutnya menjadi lebih baik”

Sedangkan pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak

menurut Widi Widodo, dkk (2010: 212-213) adalah sebagai berikut:

“Pemeriksaan merupakan upaya Direktorat Jenderal Pajak untuk menguji

kepatuhan pemenuhan kewajiban wajib pajak”.

Sementara menurut Erly Suandy (2014:140) menyatakan bahwa:

“Tujuan Pemeriksaan pajak adalah menguji kepatuhan pemenuhan

kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan untuk tujuan lain dalam rangka

melaksanakan peraturan perUndang-Undangan perpajakan.”

Menurut Chairil Anwar Pohan (2014:96) mengemukakan bahwasannya:

“Tujuan Pemeriksaan pajak untuk menguji kepatuhan pemenuhan

kewajiban perpajakan Wajib Pajak, pelaksanaan dilakukan dengan

menelusuri kebenaran Surat Pemberitahuan, pembukuan dan pencatatan,

Page 56: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

75

dan pemenuhan kewajiban perpajakan lainnya dibandingkan dengan

keadaan atau kegiatan usaha sebenarnya dari Wajib Pajak.”

Dari berbagai teori yang sudah dijelaskan diatas, mengenai teori

penghubung antara pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak, terdapat

pula dalam tujuan kebijakan pemeriksaan pajak menurut Siti Kurnia Rahayu

(2013:248), antara lain:

1. “Membuat pemeriksaan menjadi lebih efektif dan efisien.

2. Meningkatkan kinerja pemeriksaan pajak.

3. Meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak sebagai konsekuensi pemungutan

pajak di Indonesia.

4. Secara tidak langsung menjadi aspek pendorong untuk meningkatkan

penerimaan negara sektor pajak.”

2.2.2 Pengaruh Sosialsasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Sosialisasi adalah proses interaksi antara manusia dengan manusia dan

proses interaksi dengan mahkluk hidup lain sepanjang waktu guna memperoleh

informasi. Peran sosialisasi dalam konteks perpajakan sangat penting atau yang

biasa disebut Sosialisasi Perpajakan yang merupakan bagian dari upaya

mencerdaskan kehidupan bangsa yaitu membangun masyarakat khususnya Wajib

Pajak yang cerdas, jujur, dan benar-benar menyadari perannya di dalam

pembangunan bangsa dan negara.

Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Gunadi (2007 : 10) yang

menjelaskan bahwa:

Page 57: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

76

“Sosialisasi perpajakan sangat diperlukan untuk menambah jumlah wajib

pajak dan dapat menimbulkan kepatuhan dari wajib pajak sehingga secara

otomatis penerimaan pajak juga akan meningkat”.

Pendapat yang senada diungkapkan juga oleh Marisa dan Agus (2013) yang

mengatakan bahwa :

“Untuk meningkatkan penerimaan pajak, bisa dilakukan dengan cara

memberikan penyuluhan kepada masyarakat sebagai wajib pajak agar

kesadaran perpajakannya meningkat.”

Sosialisasi memiliki peran penting untuk meningkatkan kepatuhan Wajib

Pajak, karena dengan adanya Sosialisasi Wajib Pajak mengerti atas kewajibannya

untuk menyetorkan dan melaporkan kewajiban perpajakannya secara rutin. Wirda

Salisa Yuliasari, dkk. (2015:3).

2.2.3 Pengaruh Penerapan e-filing Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang dikelola oleh

Direktorat Jenderal Pajak. Untuk dapat memaksimalkan sumber penerimaan

negara, dibutuhkan Wajib Pajak yang patuh melaksanakan kewajibannya yaitu

membayarkan pajaknya kepada negara. Maka dari itu, Direktorat Jenderal Pajak

selalu berupaya mengoptimalkan pelayanannya supaya Wajib Pajak tidak enggan

melaksanakan kewajibannya. Salah satu cara mengoptimalkan pelayanan tersebut

adalah dengan memperbarui atau menyempurnakan sistem administrasi perpajakan

atau biasa dikenal dengan istilah sistem administrasi perpajakan modern yang

dilakukan melalui reformasi administrasi perpajakan yang diharapkan dapat

Page 58: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

77

memberikan kemudahan dan kenyamanan dalam pelayanannya kepada Wajib Pajak

untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.

Menurut pendapat yang dikemukakan Husnurrosyidah (2017:99) yaitu :

“E-filing merupakan bagian dari reformasi administrasi perpajakan yang

bertujuan dalam pembuatan dan penyerahan laporan SPT kepada Direktorat

Jenderal Pajak. Diterapkannya sistem e-filing diharapkan mampu

memberikan kepuasan dan kenyamanan kepada wajib pajak sehingga

meningkatkan kepatuhan wajib.”

Menurut Kartika Ratna Handayani (2016:61) e-filing sangat berpengaruh

untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak tetapi e-filing belum tentu

meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

2.2.4 Pengaruh Pemeriksaan Pajak, Sosialisasi Perpajakan dan Penerapan

e-filing Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Pajak (2015) Peningkatan

kepatuhan Wajib Pajak, terutama kepatuhan Wajib Pajak orang pribadi dan Wajib

Pajak badan, antara lain melalui pembinaan dan pengawasan terhadap Wajib Pajak

melalui penggunaan e-filing disertai dengan sosialisasi yang intensif serta

kampanye peniadanaan sanksi keterlambatan untuk Wajib Pajak yang melaporkan

SPT dengan menggunakan e-filing. mengupayakan peningkatan tax ratio dan tax

buoyancy melalui kegiatan ekstensifikasi, intensifikasi, peningkatan efektivitas

penegakan hukum, perbaikan administrasi, penyempurnaan regulasi, termasuk

melalui upaya penagihan dan pemeriksaan pajak, serta peningkatan kapasitas DJP.

Page 59: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

78

Salah satu upaya dalam meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak selain

pemeriksaan pajak adalah memberikan pelayanan yang baik kepada wajib pajak

dengan cara peningkatan kualitas pelayanan dapat dilakukan dengan cara

peningkatan kualitas dan kemampuan teknis pegawai dalam bidang perpajakan,

perbaikan infrastruktur seperti perluasan tempat pelayanan terpadu (TPT),

penggunaan sistem informasi dan teknologi. Strategi seperti ini lebih dikenal

sebagai modernisasi administrasi perpajakan. Siti Kurnia Rahayu (2010: 109)

2.2.5 Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010: 137), kepatuhan wajib pajak

mempunyai pengaruh terhadap penerimaan pajak dijelaskan sebagai berikut:

“Kepatuhan diperlukan dalam self assesment system dengan tujuan pada

penerimaan pajak yang optimal”.

Teori Penghubung yang menghubungkan pengaruh tingkat kepatuhan

Wajib Pajak badan terhadap Penerimaan Pajak yang dikemukakan oleh Irwansyah

Lubis (2011:85) sebagai berikut:

“Kepatuhan Wajib Pajak merupakan elemen penting dalam rangka

peningkatan penerimaan pajak. Sehingga salah satu fondasi dalam

penguatan penerimaan pajak, kepatuhan pajak berperan dalam

meningkatkan animo dan respon masyarakat terhadap kewajiban

perpajakan.”

Bahwa kepatuhan wajib pajak mempunyai pengaruh terhadap penerimaan

pajak menurut Widi Widodo, dkk (2010: 67) sebagai berikut:

Page 60: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

79

“Jika angka kepatuhan pajak rendah, maka secara otomatis akan

berdampak pada rendahnya penerimaan pajak”.

Masih menurut Widi Widodo, dkk (2010: 67) kepatuhan wajib pajak

mempunyai pengaruh terhadap penerimaan pajak dijelaskan seperti dibawah ini:

“Faktor kepatuhan wajib pajak merupakan faktor penting bagi penerimaan

pajak”.

2.2.6 Pengaruh Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Melalui

Variabel Intervening Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Oktaviani (2007), pemeriksaan pajak merupakan instrumen

penting untuk menentukan tingkat kepatuhan Wajib Pajak, baik formal maupun

material, yang memiliki tujuan untuk menguji dan meningkatkan tax compliance

seorang Wajib Pajak, dimana kepatuhan Wajib Pajak merupaan posisi strategis

dalam meningkatkan penerimaan pajak.

Setelah kepatuhan wajib pajak, maka faktor yang mempengaruhi

penerimaan pajak selanjutnya adalah pemeriksaan pajak. Pemeriksaan

pajak adalah kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk menguji kepatuhan

wajib pajak dengan mengacu pada peraturan perUndang-Undangan

perpajakan (Mardiasmo 2011:52).

John Hutagaol (2007:73) pun memberikan pendapat terkait hubungan

pemeriksaan pajak,kepatuhan Wajib Pajak dan penerimaan pajak, bahwasannya

tujuan pemeriksaan adalah melakukan pengujian terhadap kepatuhan Wajib Pajak

atau untuk tujuan lain. Pemeriksaan pajak memberikan deterrent effect terhadap

Page 61: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

80

Wajib Pajak untuk peningkatan kepatuhan sukarela Wajib Pajak yang secara

langsung memberikan pengaruh atas peningkatan tax coverafe ratio dan

penerimaan negara sektor perpajakan.

2.2.7 Pengaruh Sosialisai Perpajakan Terhadap Penerimaan Pajak Melalui

Variabel Intervening Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Yeny Kopong, SE.,M. Acc.,Ak, CA dan Indah Widyaningrum

(2016) Sosialisasi merupakan hal yang sangat penting dilakukan oleh Direktorat

Jendral Pajak untuk bertujuan memberikan informasi terbaru mengenai hal

perpajakan dan dengan pendekatan kepada masyarakat hal ini dilakukan dengan

tujuan agar masyarakat paham mengenai pajak semakin masyarakat mengetahui

manfaat pajak maka akan semakin banyak masyarakat membayar pajak dan

semakin pula peningkatan dalam penerimaan pajak. Sosialisasi berpengaruh

terhadap penerimaan dan tingkat keptuhan berpengaruh signifikan terhadap

penerimaan pajak.

Menurut Jounica Zsezsa Sabhatini Warouw, dkk (2015). Proses sosialisasi

dan penyuluhan perpajakan diharapkan berdampak pada pengetahuan perpajakan

masyarakat secara positif sehingga dapat juga meningkatkan jumlah Wajib Pajak,

meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak, yang pada akhirnya meningkatkan

penerimaan negara dari sektor publik.

Page 62: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

81

2.2.8 Pengaruh Penerapan e-Filing Terhadap Penerimaan Pajak Melalui

Variabel Intervening Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Wulandari Agustiningsih (2016) Masih ada beberapa Wajib Pajak

yang tidak sepenuhnya memahami tentang peraturan perpajakan akan berdampak

pada penerimaan pajak di Indonesia. Seorang Wajib Pajak dapat dikatakan patuh

dalam kegiatan perpajakan apabila memahami secara penuh tentang peraturan

perpajakan antara lain: mengetahui dan berusaha memahami Undang-Undang

Perpajakan, cara pengisian formulir perpajakan, cara menghitung pajak, cara

melaporkan SPT dan selalu membayar pajak tepat waktu. E-filing adalah suatu cara

penyampaian SPT atau Pemberitahuan.

Perpanjangan SPT Tahunan yang dilakukan secara online dan real time

melalui Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service Provider (ASP).

Menurut Toma Yanuar Putra, dkk. (2015:4) Tujuan Layanan Pelaporan

Pajak Secara e-filing yaitu:

1. Membantu Wajib Pajak untuk menyediakan fasilitas pelaporan SPT secara

elektronik melalui media internet kepada Wajib Pajak, sehingga Wajib

Pajak dapat melakukannya dimana saja dan kapan saja.

2. Memberikan dukungan kepada KPP dalam hal laporan SPT yang diterima

secara cepat dan perampingan kegiatan administrasi, pendataan, distribusi

dan pengarsipan laporan SPT.

Page 63: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

82

3. Meningkatkan jumlah Wajib Pajak yang melaporkan jumlah pajaknya dan

meningkatkan jumlah pemasukan Negara dari pajak.

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Landasan Teori Pajak: Pemeriksaan Pajak: 1. Waluyo (2011:2-3,12) 1. Siti Kurnia Rahayu (2013:245, 286, 306,)

2. Siti Resmi (2014:3,11) 2. Ilyas dan Wicaksono (2015:32, 34, 37, 39)

3. Mardiasmo (2016:1,4,6) 3. Erly Suandy (2014:203)

4. Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 4. Siti Resmi (2014:63)

5. Siti Kurnia Rahayu (2013:22) 5. Waluyo (2012:373)

6. Diana Sari (2013:37,40) 6. Mardiasmo (2011:54)

Sosialisasi Perpajakan: Penerapan e-filing:

1. Kartika Ratna Handayani (2016:63) 1. Keputusan DJP No.KEP-05/PJ/2005

2. Yeny Kopong (2016:98) 2. Peraturan DJP No. 47/PJ/2008

3. Sugeng Wahono (2012:80) 3. Peraturan DJP No. PER-1/PJ/2014

4. SE DJP No. SE-05/PJ/2013

5. Mardiasmo (2011:16)

Kepatuhan Wajib Pajak: Penerimaan Pajak:

1. Moh. Zain (2007:31) 1. UU No. 4 Tahun 2012

2. Siti Kurnia Rahayu (2013:138-139, 142) 2. John Hutahaol (2007:325)

3. PeMenKeu 74/PMK.03/2012 3. Siti Kurnia Rahayu (2013:27-29)

4. Erly Suandy (2011:119-120)

5. Widodo (2010:68)

Data Penelitian

1. Pemeriksaan pajak dan Account Representative pada Kantor

Pajak di Kota Bandung

2. Kuisioner 65 responden

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak

Page 64: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

83

Premis

1. Husnurrosyidah (2017:99)

2. Kartika Ratna Handayani (2016:61)

Hipotesis 1

Penerapan

e-filing

Kepatuhan

wajib pajak Hipotesis 3

Premis

1. Laporan Tahunan DJP 2015

2. Siti Kurnia Rahayu (2010:109)

Pemeriksaan

pajak

Sosialisasi

Perpajakan

Penerapan

e-filing

Kepatuhan

wajib pajak Hipotesis 4

Premis

1. Oktaviani (2007)

2. Mardiasmo (2011:52)

3. John Hutagaol (2007:73)

Premis

1. Siti Kurnia Rahayu (2010:137)

2. Irwansyah Lubis (2011:85)

3. Widi Widodo,dkk (2010:67)

Kepatuhan

wajib pajak

Premis

1. Siti Kurnia Rahayu (2014:245, 248)

2. Widi Widodo, dkk (2010:212-213)

3. Erly Suandy (2014:140)

4. Chairil Anwar Pohan (2014:96)

Penerimaan

Pajak Hipotesis 5

Pemeriksaan

pajak Hipotesis 6

Premis

1. Gunandi (2007:10)

2. Marisa dan Agus (2013)

3. Wirda Salisa Yuliasari,dkk (2015:3)

Sosialisasi

Perpajakan

Kepatuhan

wajib pajak Hipotesis 2

Pemeriksaan

pajak

Kepatuhan

wajib pajak

Penerimaan

Pajak

Page 65: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

84

Premis

1. Yeny Kopong (2016)

2. Jounica Zsezsa Sabhatini

Warouw(2015)

Sosialisasi

Perpajakan

Hipotesis 7

Premis

Sugiyono (2016)(2015)

Arikunto (2014)(2010)

Narimawati (2010)

Ghozali (2011)

Analisis Data Metode Deskriptif dan

Verifikatif dengan

pendekatan Kuantitatif

1. Analisis

Deskriptif

Mean

Uji Validitas

dan Reabilitas

2. Analisis

Verifikatif dengan

menggunakan

Path Analysis

Mengunakan

SPSS vr.20.

Uji Normalitas

Uji Korelasi

Uji Korelasi

Determinasi

Premis

Siti Kurnia Rahayu (2013:93)

Wulandari Agustiningsih (2016)

Toma Yanuar Putra, dkk. (2015:4)

Penerapan

e-filing Hipotesis 8

Penerimaan

Pajak

Penerimaan

Pajak

Page 66: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISrepository.unpas.ac.id/36456/5/Bab 2.pdf · 2018. 9. 18. · Menurut Waluyo (2011:3) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut:

85

2.3 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2015:93) mengungkapkan bahwa :

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam

bentuk kalimat pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang

diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada

fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis

juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah

penelitian, belum jawaban yang empirik”.

Berdasarkan Kerangka berpikir yang dijelaskan di atas, maka penulis dapat

menarik hipotesis penelitian sebagai berikut:

H1 : pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak

H2 : sosialisasi perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak

H3 : penerapan e-filing berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak

H4 : pemeriksaan pajak, sosialisasi perpajakan dan penerapan e-filing

berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak

H5 : kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak

H6 : pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak

H7 : sosialisasi perpajakan berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak

H8 : penerapan e-filing berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak