bab ii kajian pustaka -...
TRANSCRIPT
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam
1. IPA Sebagai Produk
IPA sebagai produk merupakan akumulasi hasil upaya para perintis IPA terdahulu
dan umumnya telah tersusun secara lengkap dan sistematis dalam bentuk buku
teks.Dalam pengajaran IPA seorang guru dituntut untuk dapat mengajak anak
didiknya memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber belajar. Alam sekitar
merupakan sumber belajar yang paling otentik dan tidak akan habis digunakan.
2. IPA Sebagai Proses
Yang dimaksud dengan proses di sini adalah proses mendapatkan IPA. IPA disusun
dandiperoleh melalui metode ilmiah. Jadi yang dimaksud proses IPA adalah metode
ilmiah. Sepuluhketerampilan proses meliputi : observasi,klasifikasi, interpretasi,
prediksi, hipotesis, mengendalikan variable, merencanakan dan melaksanakan
penelitian, inferensi, aplikasi dan komunikasi.
3. IPA Sebagai Pemupukan Sikap
Makna sikap pada pengajaran IPA dibatasi pengertiannya pada sikap ilmiah
terhadap alamsekitar. Ada Sembilan aspek sikap dari ilmiah yang dapat
dikembangkan pada anak usia SD/MI,yaitu : sikap ingin tahu, sikap ingin
mendapatkan sesuatu yang baru, sikap kerja sama, sikap tidak putus asa, sikap
tidak berprasangka, sikap mawas diri, sikap bertanggung jawab, sikap berfikir
bebas, sikap kedisiplinan diri. Sikap ilmiah ini dapat dikembangkan ketika siswa
melakukan diskusi, percobaan, simulasi, atau kegiatan di lapangan,(Sri Sulistyorini,
2007:9-10)
2.1.2 Definisi Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala alam yang dapat
dirumuskan kebenarannya secara empiris. Adapun definisi Ilmu Pengetahuan Alam
menurut beberapa ahli :
6
1. Fisher
Science adalah kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan
metode-metode yang berdasarkan observasi.
2. Nash
Nash seorang ahli kimia, menekankan bahwa science adalah suatu proses atau suatu
cara untuk meneropong dunia.
2.1.3Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006)
secara terperinci adalah:
1. memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaann-Nya,
2. mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,
3. mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat,
4. mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan,
5. meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan
melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu
ciptaan Tuhan, dan
6. memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.
2.1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup bahan kajian IPA di SD secara umum meliputi dua aspek yaitu
kerja ilmiah dan pemahaman konsep. Lingkup kerja ilmiah meliputi kegiatan
penyelidikan, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas, pemecahan masalah,
sikap, dan nilai ilmiah. Lingkup pemahaman konsep dalam Kurikulum KTSP relatif
sama jika dibandingkan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang
sebelumnya digunakan. Secara terperinci lingkup materi yang terdapat dalam
7
Kurikulum KTSP adalah: (1) makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia,
hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. (2) benda
atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas. (3) energi dan
perubahaannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat
sederhana. (4) bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-
benda langit lainnya. Dengan demikian, dalam pelaksanaan pembelajaran IPA kedua
aspek tersebut saling berhubungan. Aspek kerja ilmiah diperlukan untuk memperoleh
pemahaman atau penemuan konsep IPA.
2.1.5 Fungsi Dan Manfaat IPA
Untuk mengenal apa IPA itu, kita juga dapat menjelaskan melalui segi fungsinya.
Dari berbagai pustaka dapat dirangkum bahwa fungsi IPA itu ada lima, yaitu untuk:
1. Membangun pola berpikir
Dapat kita simak dari fakta sejarah, bagaimana IPA terbagun dari pola berpikir
manusia yang berkembang dari zaman ke zaman. Di sisi lain, IPA itu sendiri juga
dapat membangun pola berpikir manusia dengan ciri-ciri khusus.
2. Menjelaskan adanya hubungan antara berbagai gejala alam
Dalam menjelaskan sesuatu, IPA mempunyai ciri-ciri yang khusus, yaitu :
a. Analitis, artinya lengkap mendeskripsikan semua bagian dari objek
b. penelitiannya, serta hubungan antara satu bagian dengan bagian lainnya.
c. Logis, artinya dapat diterima oleh akal.
d. Sistematis, artinya disusun secara logis dan sistematis sehingga tampak
jelas tata urutan serta hubungan satu dengan yang lain dan jelas pula
bahwa tidak ada kebenaran ilmu pengetahuan yang bertumpang tindih
dalam arti berlawanan satu dengan yang lain.
e. Kausatif, maksudnya IPA menjelaskan mengapa segala gejala alam itu
terjadi.
f. Kuantitatif, yang meliputi tiga arti:
Kesimpulan yang diuji kebenarannya melalui statistika,
Penjelasannya disertai dengan angka-angka dengan besaran
hasil pengukuran atau dengan rumusan-rumusan matematika,
8
Kuantitatif dalam artiannya yang tak langsung menyatakan
kecermatan pengukuran.
Sedangkan maanfaat IPA sendiri adalah untuk mengembangkan sikap ilmiah antara
lain:
a. sikap ingin tahu (curiousity)
b. sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru (originality)
c. sikap kerja sama (cooperation)
d. sikap tidak putus asa ( perseverance)
e. sikap terbuka untuk menerima (open-mindedness)
f. sikap mawas diri (sel f cr i t ism)
g. sikap bertanggung jawab (responsibility)
h. sikap berpikir bebas (independence in thinking)
i. sikap kedisiplinan diri (sel f disc ip l ine)
2.1.6Pendekatan Pembelajaran IPA ( Sains )
Menurut Kurikulum KBK (2004) pendekatan pembelajaran IPA meliputi :
1. Pendekatan Belajar Aktif
Pendekatan belajar aktif yaitu pembelajaran yang menekankan aktivitas
siswasecara fisik, intelektual, dan emosional untuk memperoleh hasil belajar
yang maksimal, baik ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik.
2. Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu dimaksudkan agar siswa dapat mengetahui konsep dari
beberapa mata pelajaran yang dapat memberikan pengertian kebermaknaan dari
konsep yang bersangkutan.
3. Pendekatan Kontruktifis
Pembelajaran IPA secara kontruktifis merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran di
kelas melalui tiga fase yaitu fase eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi
konsep. Melalui tiga fase ini, siswa dibimbing membentuk pemahamannya.
4. Pendekatan Realistik
9
Pembelajaran IPA realistik adalah suatu pendekatan pembelajaran yang bertitik
tolak dari hal-hal yang riil bagi siswa, menekankan keterampilan proses,
berdiskusi dan berkolaborasi.berargumentasi dengan teman sekelas sehingga
mereka dapat menemukan sendiri dan pada akhirnya menggunakan IPA untuk
menyelesaikan masalah, baik secara individu maupun kelompok.
Dari pendapat diatas dapat di artikan IPA adalah teoritis diperoleh
dengan metode khusus untuk mendapatkan suatu konsep berdasarkan hasil
observasi dan eksperimen tentang gejala alam dan berusaha mengembangkan
rasa ingin tahu tentang alam serta berperan dalam memecahkan menjaga dan
melestarikan lingkungan
2.2 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah segala sesuatu yang dapat dilakukan atau dikuasai siswa
sebagai hasil pembelajaran (Nasution 1999).Menurut Darsono (2001) faktor-faktor
yang mempengaruhi proses pembelajaran dan hasilnya adalah sebagai berikut :
1. Kesiapan Belajar
Faktor kesiapan belajar baik fisik maupun psikologis, sikap guru yang penuh
pehatian dan mampu menciptakan situasi kelas yang menyenangkan
merupakan implikasi dari prinsip kesiapan ini.
2. Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis bertujuan pada suatu obyek.
Pehatian ini timbul karena adanya sesuatu yang menarik sehingga proses
pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.
3. Motivasi
Motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif saat orang melakukan suatu
aktivitas. Motif adalah kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang untuk
mendorong orang melakukan kegitan tertentu untuk mencapai tujuan.
4. Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa dapat dilihat dari suasana belajar yang tercipta dalam proses
pembelajaran yang berlangsung sehingga siswa terlihat aktif berperan.
5. Mengalami sendiri
10
Dalam melakukan sesuatu sendiri akan memberikan hasil belajar yang lebih
mendalam.
6. Pengulangan
Adanya latihan-latihan akan berarti bagi siswa untuk lebih meningkatkan
kemampuan dan pemahaman materi.
7. Balikan dan Penguatan
Balikan adalah masukan yang sangat penting bagi siswa maupun
guru.Penguatan adalah tindakan yang menyenangkan dari guru terhadap siswa
yang telah berhasil melakukan suatu perbuatan belajar.
8. Perbedaan individual
Karakteristik yang berbeda baik fisik maupun pebedaan tingkat kemampuan
dan minat belajar memerlukan perhatian khusus agar perkembangan siswa
tetap berlangsung baik sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa.
Slameto dalam Harminingsih (2008) menyatakan bahwa hasil belajar siswa
dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang
datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor dalam terdiri dari: (1)
jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh), (2) psikologis (intelegensi, perhatian, minat,
bakat, motif, kematangan, kesiapan), (3) dan kelelahan. Faktor luar yaitu: (1) keluarga
(cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan
ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan), (2) sekolah
(metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,
disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran,
keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah), (3) dan masyarakat (kegiatan siswa
dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat).
Sekolah merupakan salah satu faktor luar dalam mempengaruhi hasil belajar
siswa, sehingga guru sebagai anggota sekolah memiliki peran penting dalam
mempengaruhi hasil belajar siswa.Untuk itu, Guru harus memiliki kompetensi
dibidangnya, selain itu agar pembelajaran tidak monoton maka guru sebaiknya
mampu memvariasikan metode pembelajaran misalkan diskusi inkuiri, praktikum,
game dan jigsaw. Penggunaan media pembelajaran yang bervariasi juga dapat
11
mempengaruhi hasil belajar karena siswa merasa senang dalam belajar, motivasi
tinggi dan hasil belajarnya dapat maksimal.
Sadiman et al. (2007) menyatakan bahwa hasil belajar adalah adanya
perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut
baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor)
maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Oleh karena itu, apabila siswa
mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh
adalah tidak hanya berupa penguasaan konsep tetapi juga keterampilan dan sikap.
Ada 3 aspek atau ranah belajar yang dinilai dalam kegiatan belajar mengajar (Anni et
al. 2006) yaitu:
a. Ranah kognitif
Ranah kognitif berkaitan dengan hasil belajar berupa pengetahuan,
kemampuan dan kemahiran intelektual. Beberapa kategori yang mencakup
yaitu pengetahuan (knowlegde), pemahaman (comprehension), penerapan
(application), analisis (analysis), sintesis (syntesis) dan penilaian (evaluation).
b. Ranah afektif
Ranah afektif terkait dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategori dalam
ranah afektif yaitu penerimaan (receiving), penanggapan (responding),
penilaian (valuing), pengorganisasian (organization), dan pembentukan pola
hidup.
c. Ranah psikomotorik
Ranah psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan fisik seperti
keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek dan koordinasi syaraf.
Kategori dalam ranah psikomotorik yaitu persepsi (perception), kesiapan (set),
gerakan terbimbing (guided respons), penyesuaian (adaption), dan kreativitas.
Hasil belajar siswa dapat diketahui melalui penilaian kelas. Penilaian kelas
merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informasi untuk pemberian
keputusan terhadap hasil belajar siswa, berdasarkan tahapan kemajuan belajarnya
sehingga didapatkan potret atau profil kemampuan siswa sesuai dengan kompetensi
yang ditetapkan dalam kurikulum. Bentuk penilaian kelas yang digunakan dalam
12
penelitian ini yaitu penilaian kinerja (perfomance), penilaian tes tertulis (paper and
pen), dan penilaian sikap.
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah
mengalami aktivitas (Anni 2004) . Hasil belajar merupakan perwujudan perilaku
belajar yang biasanya terlihat dalam perubahan, kebiasaan, keterampilan, sikap,
pengamatan, dan kemampuan. Keberhasilan seseorang di dalam mengikuti proses
pembelajaran pada satu jenjang pendidikan tertentu dapat dilihat dari hasil belajar itu
sendiri. Hasil belajar adalah informasi tentang kemajuan dalam upaya mencapai
tujuan siswa lebih lanjut, baik keseluruhan kelas maupun masing-masing individu,
untuk mengetahui kemampuan siswa, menetapkan kesulitan-kesulitan dan
menyarankan kegiatan remidial atau perbaikan.
Dari uraian diatas dapat dikaji bahwa hasil belajardapat merubah perwujudan
perilaku belajar yang biasanya terlihat dalam perubahan, kebiasaan, keterampilan,
sikap, pengamatan, dan kemampuan.sehingga guru sebagai anggota sekolah
memiliki peran penting dalam mempengaruhi hasil belajar siswa. Untuk itu, Guru harus
memiliki kompetensi dibidangnya, selain itu agar pembelajaran tidak monoton maka
guru sebaiknya mampu memvariasikan metode
Dapat disimpulkan hasil belajar dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan
gembira, bebas, aktif, dan produktif, sehingga kendala psikologis yang sering
menghambat siswa seperti rasa enggan, takut, malu dapat teratasi.sehingga
kemampuan siswa dapat meningkat yang berpengaruh pada hasil ketuntasan hasil
yang meningkat juga.
2.3 Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang menitik
beratkan pada pengelompokkan siswa dengan tingkat kemampuan akademik yang
berbeda kedalam kelompok-kelompok kecil. Metode pembelajaran ini dapat diartikan
sebagai srategi pembelajaran yang terstruktur. Siswa diajarkan keterampilan-
keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya,
seperti menjelaskan kepada siswa lain, menghargai pendapat teman, berdiskusi
13
dengan teratur, siswa yang pandai membantu yang lebih lemah, dan sebagainya
(Handayani 2007).
Hindarto dan Anwar (2007), menyatakan bahwa pembelajaran yang dapat
meningkatkan aktivitas dan keterampilan berproses adalah model pembelajaran
kooperatif. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Winarno dalam Hindarto dan Anwar
(2007) yang menyimpulkan bahwa belajar kooperatif merupakan pendekatan
pembelajaran yang efektif di sekolah menengah dan baik diterapkan dalam setiap
pembelajaran.
Muslim dalam Putra (2006), untuk mencapai hasil maksimal unsur-unsur
pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Unsur-unsur dalam pembelajaran
kooperatif, yaitu:
a. Siswa dalam kelompoknya bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam
kelompok seperti milik mereka sendiri.
b. Siswa haruslah mengetahui bahwa mereka memiliki tujuan sama.
c. Siswa berbagi kemampuan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk
belajar bersama dalam proses belajarnya.
d. Siswa akan diminta pertanggungjawaban secara individual materi yang
ditangani dalam kelompok kooperatif.
Tugas kelompok dapat paralel atau komplementer. Tugas paralel berarti semua
kelompok mendiskusikan/membahas topik yang sama atau mengerjakan tugas yang
sama. Hasil diskusi atau pekerjaan tugas kelompok dibawa dalam diskusi kelas,
kemudian dibandingkan satu dengan yang lain untuk disimpulkan bersama. Tugas
komplementer berarti masing-masing kelompok mendapat satu topik atau satu tugas
yang berbeda dengan topik atau tugas yang diberikan pada kelompok lain. Setiap
kelompok dalam diskusi kelas akan mendapat tugas yang berbeda, tetapi masing-
masing topik atau tugas itu masih merupakan satu kesatuan dalam keseluruhan materi
pelajaran. Masing-masing kelompok memberikan laporan, sehingga siswa dalam
kelompok lain akan memperoleh informasi mengenai bagian materi pelajaran yang
tidak langsung mereka hadapi. Bagian-bagian itu dihubungkan satu sama lain dalam
pembahasan kelas, sehingga saling melengkapi membentuk satu kesimpulan dari
14
keseluruhan materi yang dipelajari (Djamarah & Zain 2006).Tugas yang akan
diterapkan dalam penelitian ini adalah tugas kelompok komplementer.
Roger dan David Johnson dalam Lie (2004) mengatakan bahwa tidak semua
kerja kelompok bisa dianggap Cooperative Learning. Ada lima unsur model
pembelajaran gotong royong harus diterapkan untuk mencapai hal yang maksimal,
yaitu sebagai berikut;
a. Saling ketergantungan positif
Keberhasilan suatu karya sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya.
Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas
sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan
tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan pembelajaran.
b. Tanggung jawab perseorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur saling ketergantungan positif. Jika
tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur strategi pembelajaran yang
sesuai, maka setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan
yang terbaik.
c. Tatap muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi.
Kegiatan interaksi ini dapat membentuk sinergi yang menguntungkan semua
anggota. Inti dan sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan
kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.
d. Komunikasi antar anggota
Unsur ini menghendaki agar siswa dibekali dengan berbagai keterampilan
berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu
mengajarkan cara-cara berkomunikasi.
e. Evaluasi proses kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi
proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja
sama dengan lebih efektif.
15
2.4 Pengertian Pembelajaran Cooperative script
Cooperative script merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yaitu siswa
dengan strategi belajar ini akan bekerja berpasangan dan secara lisan menerangkan
bagian-bagian dari materi yang dipelajari. Langkah-langkah dalam pembelajaran strategi
cooperative script adalah sebagai berikut;
a. Guru membagi siswa untuk berpasangan.
b. Guru membagikan wacana atau materi bahan pelajaran dan lembar diskusi
berupa Lembar Diskusi Siswa untuk didiskusikan bersama kelompoknya.
c. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara
dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
d. Pembicara menjelaskan materi yang telah diterima kepada pendengar. Sementara
pendengar menyimak, mengoreksi dan menanyakan bagian-bagian tertentu yang
belum dipahami.
e. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan
sebaliknya, kemudian melakukan kegiatan yang sama seperti di atas.
f. Guru memberikan kesimpulan (Kiranawati 2007).
Pembelajaran kooperatif dengan strategi cooperative script mempunyai
keungulan sebagai berikut;
a. Meningkatkan ketelitian dan kecermatan siswa serta tanggung jawab
perseorangan.
b. Memperdalam pemahaman terhadap materi atau bahan pelajaran
c. Setiap siswa akan mendapat peran masing-masing sehingga mempunyai
kesempatan untuk menjelaskan suatu bagian materi atau bahan pelajaran pada
teman satu kelompoknya.
d. Meningkatkan keberanian untuk mengungkapkan kesalahan orang lain secara lisan
dan menyampaikan pendapat kepada orang lain. Saling memahami adanya
perbedaan individu, karena masing-masing siswa memiliki tingkat ketelitian dan
pemahaman yang heterogen (Kiranawati 2007).
Penelitian yang telah dilakukan oleh Manchine et all. (1998) tentang analisis
pembelajaran strategi cooperative script yang telah dilakukan pada kelas pendidikan
16
psikologi menunjukkan bahwa pembelajarannya menjadi efektif dan dapat
meningkatkan pembelajaran secara optimal.
Script Cooperative ( Dansereau Cs., 1985 )
Metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan
mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
Langkah-Langkah :
1. Guru mengelompokan siswa untuk berpasangan
2. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat
ringkasan
3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara
dan siapa yang berperan sebagai pendengar
4. Pembicara menjelaskan materi yang telah diterima kepada pendengar
5. Bertukar peran
6. Guru memberikan kesimpulan
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
cooperative script ini adalah model yang menekankan pada aktivitas dan interaksi
siswa untuk saling memotivasi , membantu,menjadi tutor sebaya dalam menguasai
materi pelajaran untuk mencapai hasil yang maksimal secara individu,melalui kerja tim
atau kelompok.
2.6 Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang relevan
a) Nurdiansah, Dia. 2008. Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Model
Cooperative Script Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Ketuntasan Hasil Belajar
Pada Siswa
Kata Kunci: Cooperative script, Kemampuan berpikir kritis, Hasil belajar
Upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dan menyiapkan siswa agar
memiliki hubungan sosial yang sehat akhir-akhir ini banyak dikembangkan melalui
pembelajaran kooperatif.Salah satunya adalah cooperative script. Sejumlah studi
tentang cooperative script ini telah konsisten menemukan bahwa siswa yang belajar
dengan cara ini dapat belajar dan mengendapkan materi lebih banyak daripada siswa
yang membuat ringkasannya sendiri atau mereka yang hanya sekedar materi
17
pelajaran itu. Ada suatu hal yang menarik, siswa mendapatkan peningkatan hasil
belajar dari aktivitas ini, peningkatan yang lebih besar diperoleh untuk bagian materi
saat siswa mengajarkan bagian materi itu kepada pasangannya daripada materi saat
siswa berperan sebagai pendengar (Spurlin, dkk dalam Nur & Wikandari, 2004).
b) KUSMIATI RIRIN,(2009). MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA
SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT
Kata kunci: Cooperative Script, Motivasi, dan Hasil Belaja
Melihat masih banyaknya penerapan pembelajaran yang bersifat konvensional maka
perlu diadakannya pembaharuan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran,
khususnya pembelajran IPA. Maka perlu diterapkan suatu strategi yang
konstruktivistik.Konstruktivistik sendiri merupakan pembelajaran yang menggali
pengetahuan dan pemahaman awal peserta didik terhadap konsep tertentu. Salah
satu pembelajaran yang konstruktivistik adalah pembelajaran Cooperative Script.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar
siswa dalam penerapan model pembelajaran Cooperative Script dan mengetahui
peningkatan hasil belajara siswa dalam penerapan model pembelajaran Cooperative
Script
Hasil penelitian sebelum dan sesudah dikenai model pembelajaran Cooperative Script
menunjukkan prosentase rata-rata motivasi belajar dari kelima elemen motivasi, yaitu
tekun menghadapi tugas, minat, mandiri, percaya diri, dan senang memecahkan
masalah mengalami peningkatan. Prosentase sebelum model pembelajaran
Cooperative Script sebesar 44,786% dan sesudah dikenai model pembelajaran
Cooperative Script sebesar 75%, yang artinya mengalami peningkatan sebesar
30,214%. Sedangkan untuk ketuntasan belajar klasikal pada siklus I yaitu 32,26%;
mengalami kenaikan pada siklus II menjadi 61,29%; dan pada siklus III mengalami
kenaikan menjadi 87,096%. Hal ini berarti bahwa pembelajaran kooperatif model
Cooperative Script efektif dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA siswa.
2.7 Kerangka berpikir
Rutinitas pembelajaran yang berlangsung di kelas, adalah pembelajaran yang berpusat
pada guru. Guru mendominasi seluruh waktu pembelajaran dengan menyampaikan
18
materi IPA melalui ceramah. Kadang-kadang saja di tengah-tengah ceramah, guru
menyelipkan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab siswa.Respon siswa
terhadap pembelajaran yang dilakukan guru, adalah mengantuk, tidak segera dapat
peduli dengan situasi yang ada baik yang diadakan oleh guru atau siswa yang lain,
sehingga siswa cenderung untuk pasif saja.Kondisi ini jika siswa diberi pertanyaan
atau tes, hasilnya tidak dapat mengerjakan secara optimal, sehingga skor yang
diperoleh rendah.
Pembelajaran dengan metode konvensional yang pada umumnya
dilaksanakan oleh guru masih kurang memperhatikan ketercapaian kompetensi siswa.
Guru masih dominan sehingga membuat siswa menjadi pasif. Siswa tidak mengalami
pengalaman belajar sendiri untuk mendapatkan pengalaman baru dalam kegiatan
belajar mengajar di sekolah, akibatnya hasil belajar siswa rendah. Untuk mengatasi
paradigma di atas, guru mencoba menerapkan suatu model pembelajaran Cooperative
Script. Hasil yang diharapkan adalah optimal. Oleh karena itu, untuk mengukurnya
keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, maka pengukuran dilakukan
dengan unjuk kerja dan tes formatif. Skor capaian pengukuran ini akan menunjukkan
kenaikan skor yang signifikan. Untuk itu, perlu dilakukan dengan pemamntapan
tindakan yaitu mengulang kembali dengan modelCooperative Script.
19
KONDISI AWAL
GURU/PENELITI
Belum menggunakan alat perga apapun dan hanya
mengguakan metdoe
ceramah saja
Kerangka berpikir
1.8 Hipotesis
Penggunaan model pembelajaran Cooperative Scriptdapat meningkatkan
hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri Tombo 02Kecamatan Bandar
Kabupaten BatangSemester I Tahun Pelajaran 2013/2014