bab ii kajian pustaka -...

17
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Model pembelajaran yang berkembang saat ini adalah pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning). Dalam pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) menggunakan kelompok-kelompok kecil sehingga siswa-siswi saling bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan. Siswa dalam kelompok kooperatif belajar berdiskusi, saling membantu, dan mengajak satu sama lain untuk mengatasi masalah belajar. Pembelajaran kooperatif mengkondisikan siswa untuk aktif dan saling memberi dukungan dalam kerja kelompok untuk menuntaskan materi masalah dalam belajar. Menurut Effandi Zakaria (dalam Isjoni, 2012: 21), “pembelajaran kooperatif dirancang bagi tujuan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran menelusuri perbincangan dengan rekan-rekan dalam kelompok kecil”. Pembelajaran kooperatif terdapat elemen-elemen yang saling terkait didalamnya, diantaranya adalah saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas individual, keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang sengaja diajarkan Nurhadi (dalam Isjoni, 2009). Anata Lie (dalam Isjoni, 2012: 23), menyebut pembelajaran kooperatif dengan istilah pembelajaran gotong-royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Menurut johnson (dalam Isjoni, 2012: 23), pembelajaran kooperatif adalah mengelompokkan siswa didalam kelas kedalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut. Berdasarkan beberapa pendapat tentang model pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) yang dikemukakan oleh para ahli. Peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran

Upload: dinhlien

Post on 19-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4358/3/T1_292009047_BAB II.pdf · Penghargaan dapat berupa pujian secara lisan maupun hadiah yang

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Model pembelajaran yang berkembang saat ini adalah pembelajaran

kooperatif (Cooperative Learning). Dalam pembelajaran kooperatif

(Cooperative Learning) menggunakan kelompok-kelompok kecil sehingga

siswa-siswi saling bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

sudah ditetapkan. Siswa dalam kelompok kooperatif belajar berdiskusi, saling

membantu, dan mengajak satu sama lain untuk mengatasi masalah belajar.

Pembelajaran kooperatif mengkondisikan siswa untuk aktif dan saling

memberi dukungan dalam kerja kelompok untuk menuntaskan materi masalah

dalam belajar. Menurut Effandi Zakaria (dalam Isjoni, 2012: 21),

“pembelajaran kooperatif dirancang bagi tujuan melibatkan siswa secara aktif

dalam proses pembelajaran menelusuri perbincangan dengan rekan-rekan

dalam kelompok kecil”.

Pembelajaran kooperatif terdapat elemen-elemen yang saling

terkait didalamnya, diantaranya adalah saling ketergantungan

positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas individual, keterampilan

untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial

yang sengaja diajarkan Nurhadi (dalam Isjoni, 2009).

Anata Lie (dalam Isjoni, 2012: 23), menyebut pembelajaran

kooperatif dengan istilah pembelajaran gotong-royong, yaitu sistem

pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk

bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur.

Menurut johnson (dalam Isjoni, 2012: 23), pembelajaran

kooperatif adalah mengelompokkan siswa didalam kelas kedalam

suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan

kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu

sama lain dalam kelompok tersebut.

Berdasarkan beberapa pendapat tentang model pembelajaran Kooperatif

(Cooperative Learning) yang dikemukakan oleh para ahli. Peneliti

menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4358/3/T1_292009047_BAB II.pdf · Penghargaan dapat berupa pujian secara lisan maupun hadiah yang

8

dimana siswa bekerja sama dalam kelompok yang heterogen dan didalam

kelompok siswa dituntut aktif untuk saling membantu dan mencapai tujuan

bersama.

Menurut Lungdren (dalam Isjoni 2012: 16) model

pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa unsur diantaranya

sebagai berikut :

1) Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam

atau berenang bersama”

2) Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain

dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri

daalam materi yang dihadapi.

3) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka memiliki tujuan

yang sama.

4) Para siswa berbagi tugas dan tanggung jawab diantara anggota

kelompok.

5) Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang ikut

berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.

6) Para siswa berbagi kepemimpinan dan mereka memperoleh

keterampilan bekerja sama selama belajar.

7) Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara

individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

2.1.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Tipe STAD

Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) didalamnya terdapat

berbagai tipe dari model tersebut, yang salah satunya adalah STAD (Student

Team Achievement Division). STAD (Student Team Achievement Division)

adalah “salah satu strategi aktif dalam pembelajaran kooperatif yang

mendorong peserta didik agar saling membantu untuk menguasai keterampilan

yang diajarkan oleh guru” Zainal Arifin (2012: 82). Tipe ini dikembangkan

oleh Slavin (dalam Isjoni 2012: 82) “merupakan salah satu tipe kooperatif

yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk

saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran

guna mencapai hasil yang maksimal”. STAD merupakan salah satu tipe

kooperatif yang dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil yang

berjumlah 4-5 orang siswa secara heterogen. STAD diawali dengan

penyampaian tujuan dan motivasi, pembagian kelompok, presentasi dari guru,

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4358/3/T1_292009047_BAB II.pdf · Penghargaan dapat berupa pujian secara lisan maupun hadiah yang

9

kegiatan belajar dalam (kerja tim), kuis/evaluasi, penghargaan prestasi tim

Rusman (2012: 215).

Menurut Rusman (2012: 215), terdapat langkah-langkah model

Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Tipe STAD, adalah sebagai

berikut.

1) Penyampaian Tujuan dan Motivasi.

Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran

tesebut dan memotivasi siswa untuk belajar.

2) Pembagian Kelompok.

Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompoknya

terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman)

kelas dalam prestasi akademik, jenis kelamin, ras atau etnik.

3) Presentasi dari Guru.

Guru menyampaikan materi pelajaran yang ingin dicapai pada

pertemuan tersebut. Didalam proses pembelajaran guru dibantu oleh

media, demonstrasi, pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi dalam

kehidupan sehari-hari. Dijelaskan juga tentang keterampilan dan

kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa, tugas dan pekerjaan yang

harus dilakukan serta cara-cara mengerjakannya.

4) Kegiatan Belajar dalam Tim (Kerja Tim).

Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan

lembar kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua

anggota menguasi dan masing-masing memberikan kontribusi. Selama

tim bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan,

dorongan dan bantuan bila diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri

terpenting dari STAD.

5) Kuis (Evaluasi).

Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis/evaluasi

tentang materi yang dipelajari ketika belajar dalam kelompok. Siswa

diberikan kursi secara individual dan tidak diperbolehkan bekerja sama.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4358/3/T1_292009047_BAB II.pdf · Penghargaan dapat berupa pujian secara lisan maupun hadiah yang

10

Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individual bertanggung

jawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan ajar tertentu.

6) Penghargaan Prestasi Tim.

Setelah pelaksanaan kuis/evaluasi, guru memberikan apresiasi/hadiah

kepada kelompok yang anggotanya banyak mendapat nilai rata-rata

kuis/evaluasi paling baik. Penghargaan dapat berupa pujian secara lisan

maupun hadiah yang sudah ditentukan sebelumnya.

Berdasarkan uraian tentang pengertian serta langkah-langkah model

pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Tipe STAD. Hal tersebut

menunjukkan bahwa model pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Tipe STAD dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk mengungkap ide

atau gagasan yang dimiliki siswa, mengajak siswa untuk berperan aktif dalam

pembelajaran, meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan

kemampuan belajar abstrak menjadi nyata, serta dapat meningkatkan hasil

belajar siswa.

Kelebihan model pembelajaran Kooperatif (Cooperative

Learning) Tipe STAD, menurut Slavin (dalam fhajar 2012)

1) Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan

menjunjung tinggi norma-norma kelompok.

2) Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk

berhasil bersama.

3) Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan

keberhasilan kelompok.

4) Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan

mereka dalam berpendapat.

5) Meningkatkan kecakapan individu.

6) Meningkatkan kecakapan kelompok.

Kekurangan model pembelajaran Kooperatif (Cooperative

Learning) Tipe STAD, menurut Slavin (dalam fhajar 2012).

1) Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang.

2) Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan

karena peran anggota yang pandai lebih dominan.

3) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga

pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran

kooperatif.

4) Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja

sama.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4358/3/T1_292009047_BAB II.pdf · Penghargaan dapat berupa pujian secara lisan maupun hadiah yang

11

2.1.2 Keaktifan Siswa

Diberbagai sekolah, para guru disarankan untuk mengemas

pembelajaran dengan strategi-strategi pembelajaran aktif. Menurut Jamal

Ma’mur Asmani (2011: 60) Aktif dimaksudkan “bahwa dalam proses

pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga

siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan”.

Aunurrahman (2010: 119) menyatakan “keaktifan siswa dalam belajar

merupakan persoalan penting dan mendasar yang harus dipahami, dan

dikembangkan setiap guru dalam proses pembelajaran”. Sehingga keaktifan

siswa perlu digali dari potensi-potensinya, yang mereka aktualisasikan melalui

aktifitasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Lindgren (dalam

Moh Uzer Usman, 1990: 20) mengemukakan “kadar keaktifan siswa itu dalam

interaksi diantara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa lainnya”.

Berdasarkan beberapa pengertian yang dikemukakan para ahli peneliti

menyimpulkan bahwa keaktifan siswa merupakan kegiatan yang dilakukan

siswa dalam merubah tingkah laku dengan melakukan interaksi dilingkungan

sekitarnya. Keaktifan siswa dalam belajar tidak akan muncul begitu saja tetapi

guru juga harus berusaha untuk memunculkan suasana belajar yang aktif

sehingga siswa dapat terpacu untuk aktif dalam belajar.

Keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari interaksi

antara guru dengan siswa maupun sebaliknya. Lindgren (dalam Moh Uzer

Usman, 1990: 20) menggambarkan “pola keaktifan siswa dalam interaksi

belajar mengajar siswa dengan guru dan siswa dengan siswa yang lainnya”,

pada gambar 2.1 berikut ini.

a. b.

G G

S S S S S S

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4358/3/T1_292009047_BAB II.pdf · Penghargaan dapat berupa pujian secara lisan maupun hadiah yang

12

c. d.

Gambar 2.1

Pola keaktifan siswa interaksi dalam belajar mengajar.

Keterangan:

= Guru.

= Siswa.

a) Komunikasi satu arah.

b) Ada balikan bagi guru, tidak ada interaksi diantara siswa.

c) Ada balikan bagi guru, siswa berinteraksi.

d) Interaksi optimal antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan

siswa lainnya.

Menurut Jamal Ma’mur Asmani (2011: 77), terdapat 3 aspek dalam

belajar aktif adalah sebagai berikut.

1) Pengalaman.

Anak akan belajar banyak melalui berbuat dan pengalaman dengan cara

mengaktifkan lebih banyak indra dari pada hanya melalui

mendengarkan.

G

S

G

S

S S

G

S S S

G

S

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4358/3/T1_292009047_BAB II.pdf · Penghargaan dapat berupa pujian secara lisan maupun hadiah yang

13

2) Interaksi.

Belajar akan terjadi dan meningkat kualitasnya bila terjadi dalam suatu

interaksi dengan orang lain, misalnya berdiskusi, saling bertanya dan

mempertanyakan, dan saling menjelaskan.

3) Refleksi.

Bila seseorang mengungkapkan gagasannya kepada orang lain dan

mendapat tanggapan, maka orang itu akan merenungkan kembali

(refleksi) gagasannya tersebut. Kemudian melakukan perbaikan

sehingga memiliki gagasan yang lebih mantap lagi.

Berdasarkan uraian tentang keaktifan yang dikemukakan dari

pengertian keaktifan siswa, pola keaktifan siswa dalam interaksi belajar

mengajar, serta aspek-aspek dalam belajar aktif. Pada penelitian ini pokok

bahasan keaktifan siswa yaitu untuk mengetahui keadaan dimana siswa

berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran. Dalam hal tersebut

keaktifan siswa terlihat dari bagaimana siswa merespon pertanyaan atau

perintah dari guru, siswa mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari

guru siswa melakukan pengamatan atau percobaan.

2.1.3 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan komponen penting dalam kegiatan

pembelajaran. Upaya meningkatkan kualitas pembelajaran dapat ditempuh

melalui peningkatan kualitas sistem penilaiannya. Menurut Purwanto (2011:

54) hasil belajar adalah “perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti

proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan”.

Winkel (dalam Purwanto, 2011: 45) hasil belajar adalah “perubahan

yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya”.

Bloom (dalam Moh Uzer Usman, 1990: 29) mengusulkan:

Hasil belajar dikelompokkan ke dalam tiga taksonomi yang

disebut dengan ranah belajar yaitu ranah kognitif, ranah afektif,

ranah psikomotorik. Ranah kognitif berkaitan dengan hasil belajar

berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah

kognitif mencakup kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan,

analisi, sintesis, dan penilaian. Kategori tujuan pembelajaran ranah

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4358/3/T1_292009047_BAB II.pdf · Penghargaan dapat berupa pujian secara lisan maupun hadiah yang

14

afektif meliputi penerimaan, pemberian respon, penilaian,

pengorganisasian, dan karakterisasi. Kategori tujuan pembelajaran

ranah psikomotorik meliputi peniruan, manipulasi, ketetapan,

artikulasi, dan pengalamiahan”.

Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan para ahli mengenai

hasil belajar. Peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar merupakan

kemampuan tingkat perkembangan mental siswa dengan membentuk pola

pemahaman, diterapkan dengan sikap dan diwujudkan dengan adanya

perbuatan setelah menerima pengalaman belajarnya.

Keberhasilan tingkat perkembangan dapat diukur dan dinilai

berdasarkan evaluasi hasil belajar siswa. Untuk dapat melakukan evaluasi

hasil belajar maka diadakan pengukuran terhadap hasil belajar. Pengukuran

adalah “kegiatan membandingkan sesuatu dengan alat ukurnya” Arikunto

(dalam Purwanto 2011: 34). Dalam pendidikan, teknik pengukuran hasil

belajar dilakukan dengan mengadakan tes untuk membandingkan kemampuan

siswa yang diukur dengan tes sebagai alat ukurnya. Selain tes, pengukuran

hasil belajar juga dapat dilakukan dengan non tes yang digunakan untuk

mendapatkan informasi tertentu tentang keadaan peserta tes.

Teknik pengukuran dibedakan menjadi dua, yaitu tes dan non tes.

1. Tes

Tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan

seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respon seseorang terhadap

stimulus atau pertanyaan. Tes juga dapat diartikan sebagai sejumlah

pertanyaan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan untuk mengukur

tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang

yang dikenai tes Djemari (dalam Eko Putro, 2012: 45).

2. Non Tes.

Menurut Hamdani (2011: 317) Penialian hasil belajar tidak hanya

dilakukan dengan tes, tetapi dapat juga dilakukan melalui alat atau

instrumen pengukuran bukan tes yang terdiri dari.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4358/3/T1_292009047_BAB II.pdf · Penghargaan dapat berupa pujian secara lisan maupun hadiah yang

15

1) Observasi.

Observasi merupakan suatu teknik yang dilakukan dengan mengamati

dan mencatat secaraa sistematik apa yang tampak dan terlihat

sebenarnya.

2) Wawancara.

Wawancara merupakan teknik yang dilakukan secara lisan yang

berisikan pertanyaan yang sesuai dengan tujuan informasi yang hendak

digali.

3) Racting scale atau chek list.

Racting scale atau cheklist dilakukan untuk mengumpulkan informasi

dalam bentuk semi terstruktur, yang sulit dilakukan dengan teknik lain

dan data yang dihasilkan bisa kuantitatif atau kualitatif, tergantung

format yang digunakan.

4) Kuesioner.

Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang terbagi dalam beberapa

kategori.

2.1.4 Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara

mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan

hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,

konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan

suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi

wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar,

serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya

didalam kehidupan sehari-hari (Permendiknas No. 22 Tahun 2006).

Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian

pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar

menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan

IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu

siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang

alam sekitar (Permendiknas No. 22 Tahun 2006).

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi

kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang

dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara

bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4358/3/T1_292009047_BAB II.pdf · Penghargaan dapat berupa pujian secara lisan maupun hadiah yang

16

Ditingkat SD diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas

(Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada

pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya

melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah

secara bijaksana (Permendiknas No. 22 Tahun 2006).

Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah

(scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir,

bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai

aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu, pembelajaran IPA

diSD menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara

langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan

proses dan sikap ilmiah (Permendiknas No. 22 Tahun 2006).

Mata Pelajaran IPA diSD bertujuan agar siswa memiliki

kemampuan sebagai berikut (Permendiknas No. 22 Tahun 2006).

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha

Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam

ciptaan-nya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep

IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran

tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara

IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelediki alam

sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk peranserta dalam memelihara,

menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk mengahrgai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA

sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS.

Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD meliputi aspek-

aspek berikut (Permendiknas No. 22 Tahun 2006).

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,

tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta

kesehatan.

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat

dan gas.

3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet,

listrik, cahaya dan pesawat sederhana.

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan

benda-benda langit lainnya.

Dari Permendiknas No. 22 Tahun 2006 mengenai mata

pelajaran IPA, maka dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran IPA

mempelajari fenomena-fenomena alam yang terjadi dalam

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4358/3/T1_292009047_BAB II.pdf · Penghargaan dapat berupa pujian secara lisan maupun hadiah yang

17

kehidupan sehari-hari dengan cara mencari tahu melalui pertanyaan

kritis (apa, mengapa, dan bagaimana) dan dilakukan dengan cara

sistematis untuk mengembangkan potensi siswa. Potensi siswa yang

dikembangkan mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan

yang nantinya dapat digunakan sebagai bekal kecakapan hidup

untuk menyesuaikan perubahan perkembangan IPTEK yang

berkembang pesat diera globalisasi.

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA

diSD mencakup standar minimum yang secara nasional harus

dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan

kurikulum disetiap satuan pendidikan. pencapaian SK dan KD

didasarkan pada pemberdayaan siswa untuk membangun

kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang

difasilitasi oleh guru. Secara rinci SK dan KD untuk mata pelajaran

IPA kelas 4 disajikan melalui Tabel 2.2 berikut ini (Permendiknas

No. 22 Tahun 2006).

Tabel 2.2

SK dan KD Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Kelas 4 Semester II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam

kehidupan sehari-hari

8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat dilingkungan

sekitar serta sifat-sifatnya

8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara penggunaannya

2.1.5 Hubungan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan Model

Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Tipe STAD

Pembelajaran adalah “cara guru memberikan kesempatan kepada siswa

untuk berfikir agar mengenal dan memahami sesuatu yang sedang dipelajari”

Darsono (dalam Hamdani, 2011: 23). Pembelajaran merupakan usaha guru

untuk menciptakan suatu pembelajaran yang dilakukan untuk memudahkan

siswa dalam menggali potensinya sehingga apa siswa dapat menguasai apa

yang telah diterima secara optimal. Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan

Alam guru harus berusaha menciptakan suasana pembelajaran yang

mempermudah serta memberi kesan siswa belajar dalam mengajarkan Ilmu

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4358/3/T1_292009047_BAB II.pdf · Penghargaan dapat berupa pujian secara lisan maupun hadiah yang

18

Pengetahuan Alam pada siswa-siswinya. Oleh karena itu, dalam pembelajaran

terutama pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam guru lebih hanya berperan sebagai

pembimbing dari pada sebagai pemberi informasi saja karena siswa dituntut

harus berperan aktif dalam pembelajaran.

Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Tipe STAD

merupakan model pembelajaran dengan membentuk kelompok kecil yang

terdiri dari 4-5 siswa yang heterogen dengan kemampuan berpikir yang

berbeda, dimana siswa bekerja secara berkelompok untuk menyelesaikan

tugas kelompoknya, dalam anggota kelompok harus saling bekerja sama dan

saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Cara tersebut, merupakan

upaya yang sangat baik untuk meningkatkan keaktifan, tanggungjawab, dan

bekerja sama antara individu dalam kelompok dan meningkatkan hasil belajar

siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, karena siswa masih

merasa kesulitan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Dalam model

pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Tipe STAD ditekankan pada

kerja tim, sarana pendukung yang digunakan dalam kerja tim ini

menggunakan LKS.

LKS merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai

sarana pendukung pelaksanaan rencana pembelajaran. Isi dalam LKS berupa

informasi maupun soal-soal. Dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan

Alam, LKS sangat baik dipakai untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam

belajar. Oleh karena itu dengan “LKS dapat membantu siswa dalam

penyelesaian tugas dengan cara kerjasama dalam kelompok” Hamdani (2011:

74). Maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Kooperatif

(Cooperative Learning) Tipe STAD dengan menggunakan LKS dapat

meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa, karena didalam pembelajaran

Kooperatif (Cooperative Learning) Tipe STAD siswa dalam kerja tim

diberikan kesempatan untuk saling bekerja sama untuk memahami suatu

materi dan berfikir berfikir secara individu, kemudian siswa saling

berinteraksi satu sama lain serta menyatukan pendapat menyelesaikan

masalah.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4358/3/T1_292009047_BAB II.pdf · Penghargaan dapat berupa pujian secara lisan maupun hadiah yang

19

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil Penelitian Tindakan Kelas Sulastri “Meningkatkan Hasil Belajar

IPA Melalui Pembelajaran Kooperatif STAD dan Penggunaan Alat Peraga

Konkret Tentang Energi Siswa Kelas 4 SD Negeri 3 Kandangan Kabupaten

Grobogan Tahun Pelajaran 2011/2012.” Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui apakah melalui pembelajaran kooperatif STAD dapat

meningkatkan hasil belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar khususnya

pembelajaran IPA tentang energi diSD Negeri 3 Kandangan. Jenis penelitian

yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari dua siklus.

Pada siklus I dilakukan dalam dua kali pertemuan dan pada siklus II juga

dilakukan dalam dua kali pertemuan. Teknik pengumpulan data yaitu dengan

menggunakan lembar observasi dan dengan mengadakan post tes untuk

mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari.

Teknik analisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan deskriptif

kuantitatif. Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini yaitu 80% dari seluruh

siswa kelas 4 telah mencapai atau melebihi Kriteria Ketuntasan Minimum

(KKM) yaitu 65 (≥65). Hasil penelitian menunjukkan pada kondisi awal siswa

yang nilainya memenuhi KKM terdapat 10 siswa (33,33%) dan yang belum

memenuhi KKM terdapat 20 siswa (66,67%). Siklus I menerapkan metode

belajar kelompok terjadi peningkatan cukup signifikan yaitu terdapat 21 siswa

memenuhi KKM (70%) dan 9 siswa (30%) belum memenuhi KKM yang

ditetapkan. Pada siklus II terdapat 26 siswa memenuhi KKM (86,67%) dan 4

siswa (13,33%) belum memenuhi KKM yang ditetapkan. Persentase

ketuntasan belajar 80,73%, sudah tuntas karena sudah mencapai ketuntasan

belajar ≥80%. Disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif STAD

dan penggunaaan alat peraga konkret pada pembelajaran IPA dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas 4 Semester II SD Negeri 3 Kandangan

Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan.

Hasil Peneltian Tindakan Kelas Praminah tentang “Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif

(Cooperative Learning) Tipe STAD Tentang Pemeliharaan Panca Indera Bagi

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4358/3/T1_292009047_BAB II.pdf · Penghargaan dapat berupa pujian secara lisan maupun hadiah yang

20

Siswa Kelas 4 SD Negeri Kepohkencono 01 Semester I Tahun Ajaran

2011/2012.” Penelitian ini didesain dalam dua siklus. Prosedur dalam setiap

siklus mencakup tahap-tahap: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,

observasi dan refleksi. Keefektifan tindakan pada setiap siklus diukur dari

hasil observasi daan tes. Data dari hasil observasi dideskripsikan,

diinterprestasikan, kemudian direfleksi untuk menentukan tindakan perbaikan

pada siklus berikutnya. Sementara itu data hasil tes dianalisis dengan cara

mendiskripsikan nilai tes antar siklus hingga hasilnya dapat mencapai batas

tuntas sesuai dengan indikator kinerja, yaitu minimal 80% siswa dapat

mengikuti pembelajaran dengan baik dan memperoleh nilai ≥75. Penelitian ini

diperoleh hasil bahwa rerata hasil observasi terhadap aktivitas siswa pada

siklus 1 sebesar 76% pada siklus 2 meningkat menjadi sebesar 91%. Rerata

hasil ulangan siswa pada kondisi awal 54 tingkat ketuntasan klasikal 32%.

Pada siklus 1 nilai rerata 73 tingkat ketuntasan klasikal 63%. Pada siklus 2

nilai rerata 81 tibgkat ketuntasan klasikal 89%. Berdasarkan tindakan yang

dilakukan, dapat disimpulkan bahwa melalui penggunaan model pembelajaran

Kooperatif (Cooperative Learning) Tipe STAD, guru dapat meningkatkan

keaktifan dan hasil belajar siswa dikelas 4 DS Negeri Kepohkencono 01

Kecamatan Puncakwangi Kabupaten Pati semester I Tahun Ajaran 2011/2012.

Berdasarkan analisis judul yang pernah digunakan peneliti maka

dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini dilakukan

lagi karena untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di SD Negeri 3 Brabo

lebih tepat digunakannya model pembelajaran Kooperatif (Cooperative

Learning) Tipe STAD. Sebab, model Kooperatif (Cooperative Learning) Tipe

STAD merupakan tindakan pemecahan yang dilakukan karena dapat

meningkatkan kemajuan belajar, keaktifan siswa, sikap siswa yang lebih

positif dalam menerima pelajaran, menambah motivasi siswa serta menambah

rasa senang terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Dengan

demikian, model Kooperatif (Cooperative Learning) Tipe STAD merupakan

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4358/3/T1_292009047_BAB II.pdf · Penghargaan dapat berupa pujian secara lisan maupun hadiah yang

21

model pembelajaran yang cocok untuk meningkatkan keaktifan dan hasil

belajar siswa.

2.3 Kerangka Berpikir

Upaya yang diperlukan untuk mendorong siswa aktif dalam kegiatan

belajar dikelas selalu bergantung pada guru. Keaktifan siswa belum

berkembang selama proses pembelajaran yang berdampak pada hasil belajar

siswa yang masih rendah dalam mempelajari mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam. Untuk mengatasi paradigma tersebut, peneliti mencoba

menerapkan suatu model pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Tipe STAD.

Karakteristik pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Tipe

STAD diantaranya adalah pembelajaran yang berpusat pada anak, menekankan

siswa bekerja sama memecahkan suatu masalah, saling bertukar pendapat

dalam tiap kelompok, semua siswa berperan aktif untuk meningkatkan

keberhasilan kelompok, serta meningkatkan kecakapan individu dan

kelompok. Untuk itu dalam pembelajaran dengan menerapkan model

pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Tipe STAD diharapkan

pembelajaran menjadi menyenangkan dan siswa menjadi aktif dalam

pembelajaran diantaranya siswa melakukan pengamatan atau percobaan,

terjadi interaksi dalam kegiatan pembelajaran, siswa dapat menilai dan

memperbaiki pekerjaan. Dengan demikian, siswa aktif mengikuti kegiatan

pembelajaran serta siswa dapat lebih mudah memahami materi sehingga hasil

belajar siswa dapat maksimal.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4358/3/T1_292009047_BAB II.pdf · Penghargaan dapat berupa pujian secara lisan maupun hadiah yang

22

Gambar 2.3

Skema Kerangka Berpikir

Model Pembelajaran

Kooperatif (Cooperative

Learning) Tipe STAD

Bekerja sama

memecahkan suatu

masalah

Semua siswa berperan aktif

untuk meningkatkan

keberhasilan kelompok

Meningkatkan

kecakapan individu

dan kelompok

Saling bertukar

pendapat dalam tiap

kelompok

Keaktifan

Hasil belajar

(Maksimal)

Siswa melakukan pengamatan dan

percobaan

Terjadi interaksi dalam kegiatan

pembelajaran

Menilai dan memperbaiki pekerjaan

Siswa aktif mengikuti kegiatan pembelajaran.

Meningkatkan

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4358/3/T1_292009047_BAB II.pdf · Penghargaan dapat berupa pujian secara lisan maupun hadiah yang

23

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori, penelitian yang relevan dan kerangka berpikir

terdapat berbagai permasalahan masalah. Maka dapat dirumuskan hipotesis

tindakan sebagai berikut:

1) Melalui Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Tipe STAD diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa pada mata

pelajaran IPA bagi siswa kelas 4 SD Negeri 3 Brabo Semester II

Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan Tahun Ajaran

2012/2013.

2) Melalui Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Tipe STAD diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada

mata pelajaran IPA bagi siswa kelas 4 SD Negeri 3 Brabo Semester II

Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan Tahun Ajaran

2012/2013.