bab ii kajian pustaka - ii.pdf · pdf file... konsep-konsep dan prinsip-prinsip, ... tes...
Post on 13-Mar-2019
216 views
Embed Size (px)
TRANSCRIPT
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1.1 Kajian Teori
1.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA
a. Hakikat IPA
Ilmu Pengetahuan Alam adalah penyelidikan yang terorganisir untuk mencari
pola atau keteraturan dalam alam. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai produk tidak dapat
dipisahkan dari hakikatnya sebagai proses. Produk Ilmu Pengetahuan Alam adalah
fakta-fakta, konsep-konsep dan prinsip-prinsip, serta teori-teori. (Iskandar, 1996: 1).
Proses ilmiah tersebut antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-
gagasan.
Ilmu Pengetahuan Alam untuk anak-anak SD harus dimodifikasi agar anak-anak
dapat mempelajarinya. Ide dan konsep-konsep harus disederhanakan agar sesuai
dengan kemampuan anak untuk memahaminya.
Pendidikan IPA menjadi suatu bidang ilmu yang memiliki tujuan agar setiap
siswa terutama yang ada di SD memiliki kepribadian yang baik dan dapat menerapkan
sikap ilmiah serta dapat mengembangkan potensi yang ada di alam untuk dijadikan
sebagai sumber ilmu dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian pendidikan IPA bukan hanya sekedar teori akan tetapi dalam
setiap bentuk pengajarannya lebih ditekankan pada bukti dan kegunaan ilmu tersebut.
Bukan berarti teori-teori terdahulu tidak digunakan, ilmu tersebut akan terus digunakan
sampai menemukan ilmu dan teori baru. Teori lama digunakan sebagai pembuktian dan
penyempurnaan ilmu-ilmu alam yang baru. Hanya saja teori tersebut bukan untuk
dihafal namun di terapkan sebagai tujuan proses pembelajaran. Melihat hal tersebut di
atas nampaknya pendidikan IPA saat ini belum dapat menerapkannya.
Standar Kompetensi ( SK ) dan Kompetensi Dasar ( KD ) IPA di SD/MI
merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan
menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan.
10
Pencapaian SK dan KD di dasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk
membangun kemampuan bekerja ilmiah dan yang di fasilitasi oleh guru.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan pembelajaran IPA di
SD adalah ilmu pelajaran di SD yang terorganisir untuk mencari pola atau keteraturan
dalam alam sesuai standar kompetensi lulusan siswa SD yang harus dimodifikasi, ide
dan konsep disederhanakan, dengan tujuan agar siswa SD dapat memiliki kepribadian
yang baik dan dapat menerapkan sikap ilmiah serta dapat mengembangkan potensi
yang ada di alam.
b. Pembelajaran IPA
Dalam pembelajaran IPA mencakup semua materi yang terkait dengan objek
alam serta persoalannya. Ruang lingkup IPA yaitu makhluk hidup, energi dan
perubahannya, bumi dan alam semesta serta proses materi dan sifatnya.
Darmodjo Hendro (1991: 3) menyebutkan secara singkat IPA adalah
pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya.
Purnells (dalam Iskandar, 1996: 2) menyatakan Science the broad field of
human knowledge, acquired by systematic observation and experiment, and explained
by means of rules, laws, principles, theories, and hypotheses, artinya Ilmu
Pengetahuan Alam adalah pengetahuan manusia yang luas dan didapatkan dengan cara
observasi dan eksperimen yang sistematik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-
aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori, dan hipotesa-hipotesa. Ada pula
yang mendefinisikan demikian : IPA adalah apa yang dilakukan oleh para ahli IPA.
Bernal (dalam Darmodjo Hendro: 1991: 4) menyatakan bahwa IPA dapat
dipandang sebagai institusi, metode, kumpulan pengetahuan, suatu faktor yang
berpengaruh terhadap peningkatan produksi, salah satu faktor penting yang
mempengaruhi sikap dan pandangan manusia terhadap alam.
Dari beberapa definisi diatas pembelajaran IPA merupakan pengetahuan yang
rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya yang didapatkan
dengan cara observasi dan eksperimen.
11
c. Tujuan Pembelajaran IPA
Dalam kurikulum 2006, tujuan untuk tiap mata pelajaran yang harus dicapai
peserta didik di tingkat SD/MI didasarkan pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
No.23 Tahun 2006 untuk mata pelajaran IPA seperti yang dikemukakan oleh Naniek
Sulistya Wardani (2012: 32) dalam bukunya sebagai berikut.
1. Melakukan pengamatan terhadap gejala alam dan menceritakan hasil
pengamatannya secaraa lisan dan tertulis
2. Memahami penggolongan hewan dan tumbuhan, serta manfaat hewan dan
tumbuhan bagi manusia, upaya pelestariannya, dan interaksi antara makhluk hidup
dengan lingkungannya
3. Memahami bagian-bagian tubuh pada manusia, hewan, dan tumbuhan, serta
fungsinya dan perubahan pada makkhluk hidup
4. Memahami beragam sifat benda hubungannya dengan penyusunnya, perubahan
wujud benda, dan kegunaannya
5. Memahami berbagai bentuk energy, perubahan dan manfaatnya
6. Memahami matahari sebagai pusat tata surya, kenampakan dan perubahan
permukaan bumi, dan hubungan peristiwa alam dengan kegiatan manusia.
Pencapaian tujuan IPA dapat dimiliki oleh kemampuan peserta didik yang
standar dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam Kompetensi
Dasar (KD). Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) di SD merupakan
standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi
acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan
Tabel 2.1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata pelajaran IPA Sekolah Dasar
Negeri Pojoksari Ambarawa kelas 5 semester II tahun 2011/2012
Kelas 5, Semester II
12
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Bumi dan Alam
Semesta
7. Memahami perubahan
yang terjadi di alam
dan hubungannya
dengan penggunaan
sumber daya alam
7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan
7.2 Mengidentifikasi jenis-jenis tanah
7.3 Mendeskripsikan struktur bumi
7.4 Mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan
manusia yang dapat mempengaruhinya
7.5 Mendeskripsikan perlunya penghematan air
7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di
Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan
lingkungan
7.7 Mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia yang
dapat mengubah permukaan bumi (pertanian,
perkotaan, dsb)
2.1.2 Aktivitas belajar
Keaktifan anak didik tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi juga dari segi
kejiwaan. Bila hanya fisik anak yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif,
maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. (Djamarah, 2010: 38)
Pembelajaran aktif lebih banyak melibatkan aktifitas siswa dalam mengakses
berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses
pembelajaran di kelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat
meningkatkan pemahaman dan kompetensinya. Lebih dari itu, pembelajaran aktif
memungkinkan siswa mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi, seperti
menganalisis dan melakukan penilaian terhadap berbagai peristiwa belajar dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pembelajaran aktif, guru lebih banyak memosisikan dirinya sebagi
fasilitator, yang bertugas memberikan kemudahan belajar kepada siswa. Siswa terlibat
secara aktif dan berperan dalam proses pembelajaran, sedangkan guru lebih banyak
13
memberikan arahan dan bimbingan, serta mengatur sirkulasi dan jalannya proses
pembelajaran.
Penerapan pembelajaran yang mengaktifkan siswa dapat dilakukan melalui
pengembangan berbagai keterampilan belajar esensial yang antara lain sebagai berikut:
(1) berkomunikasi secara lisan dan tertulis secara efektif, (2) berfikir logis, kritis, dan
kreatif, (3) rasa ingin tahu, (4) penguasaan teknologi dan informasi, (5) pengembangan
personal dan sosial, dan (6) belajar mandiri. (Rusman, 2012: 388)
Proses pembelajaran dikatakan sedang berlangsung, apabila ada aktifitas siswa
di dalamnya. Dave Meier (dalam Martinis Yamin, 2008:74) mengemukakan bahwa:
Belajar harus dilakukan dengan aktifitas, yaitu menggerakkan fisik ketika belajar, dan
memanfaatkan indera siswa sebanyak mungkin, dan membuat seluruh tubuh/pikiran
terlibat dalam proses belajar.
Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa belajar harus melibatkan seluruh
potensi yang dimiliki siswa, yang meliputi potensi gerakan fisik, potensi panca indera,
dan potensi kemampuan intelektual. Sebagian besar siswa memiliki gaya belajar yang
kolaboratif, yaitu menggabungkan potensi visual, audio, dan kinestik. Pembelajaran
yang melibatkan aktifitas siswa secara langsung merupakan implementasi dari gaya
belajar yang mengaktifkan siswa. Karena dengan aktifitas langsung dalam proses
pembelajaran, maka siswa secara otomatis melibatkan gerakan fisik, indera, mental,
dan intelektual secara bersmaan.
Belajar secara aktif, baik mental maupun fisik. Di dalam belajar siswa harus
mengalami aktivitas mental, misalnya pelajar dapat mengembangkan kemampuan
intelektualnya, kemampuan berfikir kritis, kemampuan menganalisis, kemampuan
mengucapkan pengetahuannya