bab ii kajian pustaka -...

22
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.1. Pengertian IPA Dalam Puskur, Balitbang Depdiknas (2009 : 4) bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta- fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena alam dan segala sesuatu yang ada di alam. IPA merupakan pengetahuan yang ilmiah, yaitu pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler (dalam Winaputra, 2008. ). Cara penyelidikan IPA meliputi observasi (observation), eksperimen (experimentation), dan matematika (mathematics). Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Secara sistematis, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan IPA dapat dimasukkan dalam klasifikasi ilmu pendidikan karena dimensi pendidikan IPA sangat luas dan sekurang-kurangnya meliputi unsur-unsur (nilai-nilai) sosial budaya, etika, moral dan agama. Oleh sebab itu, belajar IPA bukan hanya sekedar memahami konsep ilmiah dan aplikasi

Upload: lebao

Post on 30-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Ilmu Pengetahuan Alam

2.1.1. Pengertian IPA

Dalam Puskur, Balitbang Depdiknas (2009 : 4) bahwa Ilmu Pengetahuan

Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-

fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat dapat menjadi wahana bagi peserta

didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek

pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari

tentang fenomena alam dan segala sesuatu yang ada di alam. IPA merupakan

pengetahuan yang ilmiah, yaitu pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah. Hal ini

sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler (dalam Winaputra, 2008. ).

Cara penyelidikan IPA meliputi observasi (observation), eksperimen

(experimentation), dan matematika (mathematics). Proses pembelajaran IPA

menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan

kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Secara

sistematis, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat

menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam

sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam

kehidupan sehari-hari. Pendidikan IPA dapat dimasukkan dalam klasifikasi ilmu

pendidikan karena dimensi pendidikan IPA sangat luas dan sekurang-kurangnya

meliputi unsur-unsur (nilai-nilai) sosial budaya, etika, moral dan agama. Oleh

sebab itu, belajar IPA bukan hanya sekedar memahami konsep ilmiah dan aplikasi

8

dalam masyarakat, melainkan juga untuk mengembangkan berbagai nilai yang

terkandung dalam dimensi Pendidikan IPA.

Pendidikan IPA adalah lebih dari sekedar kumpulan yang dinamakan

fakta. IPA merupakan kumpulan pengetahuan dan juga proses. Pembelajaran IPA

di sekolah di harapkan memberi berbagai pengalaman pada anak yang

mengijinkan mereka melakukan berbagai penelusuran ilmiah yang relevan (Agus.

S, 2003: 11).

Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, IPA merupakan ilmu yang

mempelajari tentang segala sesuatu yang terdapat di alam, baik itu zat yang

terkandung atau gejala yang terdapat di alam. IPA merupakan pengetahuan

mempunyai kebenaran melalui metode ilmiah baik secara induktif ataupun

deduktif, dengan ciri: objektif, metodik, sistimatis, universal, dan tentatif.

2.1.2. Hakikat IPA

Dalam Puskur, Balitbang Depdiknas (2009 : 4), merujuk pada pengertian

IPA itu maka disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu:

a. Sikap

Rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta

hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat

dipecahkan melalui prosedur yang benar.

b. Proses

Prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah

meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan,

evaluasi pengukuran dan penarikan kesimpulan.

c. Produk

Produk berupa fakta, prinsip, teori dan hokum atau dalil.

d. Aplikasi

Penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.

Keempat unsur tersebut merupakan cirri IPA yang utuh yang sebenarnya

tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam proses pembelajaran IPA

keempat unsur itu diharapkan dapat muncul sehingga peserta didik dapat

9

mengalami proses pembelajaran secara utuh, memehami fenomena alam

melalui pemecahan masalah, metode ilmiah, dan meniru cara ilmuan

bekerja dalam menemukan fakta baru.

2.1.3. Tujuan Pengajaran IPA

Menurut Dede Awan ( 2009 :1) tujuan pengajaran IPA adalah untuk

memehami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan pengetahuan sehari-

hari, memiliki ketrampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan gagasan

alam sekitar, mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda

serta kejadian dilingkungan sekitar, bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis,

mawas diri, bertanggung jawab, bekerja sama dan mandiri, mampu menerapakan

berbagai konsep IPA, mamapu menggunakan teknologi sederhana, mengenal dan

memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan

keagungan Tuhsn Yang Maha Esa.

Dalam Permen no 22 Tahun 2006 Mata Pelajaran IPA di SD bertujuan

agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang

Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan

keteraturan alam ciptaan-Nya

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-

konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan

kesadaran tentang adanya hubungan yang saling

mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan

masyarakat

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki

alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam

memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan

IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke

SMP/MTs.

10

Menurut Kurikulim Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 ruang lingkup

mata pelajaran IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,

tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta

kesehatan.

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair,

padat dan gas.

3. Energi dan perubahannya, yang meliputi: gaya, bunyi, panas,

magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.

4. Bumi dan alam semesta, yang meliputi: tanah, bumi, tata

surya, dan benda-benda langit lainnya.

Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi (1) makhluk hidup

dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan

lingkungan, serta kesehatan, (2) benda/materi, sifat-sifat dan kegunaanya

meliputi: cair, padat, dan gas, (3) energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi,

panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana, (4) bumi dan alam semesta,

meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya (BNSP: 2006).

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

pengajaran IPA mempunyai tujuan untuk menanamkan sikap ilmiah pada siswa

dan nilai positif melalui proses IPA dalam memecahkan masalah. Siswa akan

selalu tertarik dengan lingkungan dan siswa akan mengenal serta dapat

memanfaatkan lingkungan sebagai sumber ilmu dan sumber belajar. Demikian

juga dalam diri siswa akan dapat mengembangkan pikiran melalui lingkungan

yang banyak memberikan pengalaman terhadap diri siswa dengan cara

berinteraksi langsung dan dapat dirasakan siswa.

2.2. Pembelajaran Kooperatif

2.2.1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Menurut Isjoni (2009:22) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif

berasal dari kata “kooperatif” yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-

sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau

satu tim. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang

mengelompokkan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran

11

yang berhasil yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan

akademik ( Isjoni 2009:23).

Menurut Agus Suprijono (2009:54) Pembelajaran kooperatif adalah

konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-

bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Pembelajaran

kooperatif dirancang bagi tujuan melibatkan pelajar secara aktif dalam proses

pembelajaran menerusi perbincangan dengan rekan-rekan dalam kelompok kecil

(Isjoni, 2009:21).

Berdasarkan definisi pembelajaran kooperatif menurut para ahli tersebut,

maka yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang

menekankan pembelajaran secara berkelompok, dimana setiap individu

mempunyai tanggung jawab masing-masing didalam kelompoknya untuk

mencapai tujuan bersama.

2.2.2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Beberapa ciri-ciri dari pembelajaran kooperatif Bennet dalam Isjoni

(2009:27), yaitu sebagai berikut.

1. Positive lnterdepedence

2. Interaction Face to Face

3. Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam

anggota kelompok

4. Membutuhkan Keluwesan

5. Meningkatkan keterampilan berkerja sama dalam memecahkan

masalah (proses kelompok)

6. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan

Roger dan David dalam Anita Lie (2004:31) mengatakan bahwa tidak

semua kerja kelompok bisa dianggap Cooperative Learning. Untuk mencapai

hasil yang maksimal, ada lima unsur pembelajaran kooperatif, yaitu:

1. Saling Ketergantungan Positif

Menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu

menyusun tugas sedemikian rupa sehungga setiap anggota

kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri, agar yang

lain bisa mencapai tujuan mereka.

12

2. Tanggung Jawab Perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang

pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut

prosedur model pembelajaran cooperative learning, setiap

siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang

terbaik.

3. Tatap Muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu

muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan

para pembelajar untuk membentuk kelompok yang

menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa

kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu

kepala saja.

4. Komunikasi Antar anggota

Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali

dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum

menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu

mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak semua siswa

mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara.

5. Evaluasi Proses Kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok

untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil

kerjasama mereka agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan

lebih efektif.

Dari pemaparan beberapa pendapat di atas, maka dapat ditarik suatu

kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk

mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima

keragaman, dan pengembangkan keterampilan sosial. Lalu untuk mencapai hasil

belajar tersebut model pembelajaran kooperatif menuntut kerja sama dan

interdependensi siswa dalam struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur reward-

nya. Kemudian salah satu aksentuasi model pembelajaran kooperatif adalah

interaksi kelompok. Interaksi kelompok merupakan interaksi interpersonal

(interaksi antaranggota). Interaksi kelompok dalam pembelajaran kooperatif

bertujuan mengembangkan inteligensi interpersonal. Inteligensi ini berupa

kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi,

motivasi, sifat, temperamen orang lain. Interaksi kelompok dalam interaksi

13

pembelajaran kooperatif dengan kata lain bertujuan mengembangkan

keterampilan sosial (social skill). Beberapa komponen keterampilan sosial

adalah kecakapan berkomunikasi, kecakapan bekerja kooperatif dan kolaboratif,

serta solidaritas.

2.2.3. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Berikut ini ada beberapa langkah-langkah pembelajaran kooperatif

menurut Rusman (2012:211), dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.1

Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap 1

Menyampaikan tujuan dan

motivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang

akan dicapai pada kegiatan pelajaran dan

menekankan pentingnya topik yang akan

dipelajari dan memotivasi siswa belajar.

Tahap 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi atau materi kepada

siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui

bahan bacaan.

Tahap 3

Mengorganisasikan siswa ke

dalam kelompok kelompok

belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana

caranya membentuk kelompok belajar dan

membimbing setiap kelompok agar melakukan

transisi secara efektif dan efisien.

Tahap 4

Membimbing kelompok

bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar

pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Tahap 5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi

yang telah dipelajari atau masing-masing

kelompok mempersentasikan hasil kerjanya.

Tahap 6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik

upaya maupun hasil belajar individu dan

kelompok.

Sumber : Rusman 2012:211

2.3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CRH

2.3.1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CRH

Menurut Dwitantra (2010) model pembelajaran Course Review Horay

adalah Suatu metode pembelajaran dengan pengujian pemahaman menggunakan

14

kotak yang diisi dengan nomor untuk menuliskan jawabannya, yang paling dulu

mendapatkan tanda benar langsung berteriak horay. Sedangkan menurut (Nur

Malechah, 2011) Model pembelajaran Course Review Horey merupakan suatu

model pembelajaran dengan pengujian pemahaman menggunakan kotak yang

diisi dengan nomor untuk menuliskan jawabannya, yang paling dulu

mendapatkan tanda benar vertikal atau horisontal, atau diagonal langsung

berteriak horey. Berbekal dari pengertian para ahli diatas bahwa model

pembelajaran Course Review Horay (CRH) adalah suatu model atau disain

pembelajaran untuk menguji pemahaman siswa dengan menggunakan strategi

games yang mana jika siswa mampu menjawab benar maka siswa akan berteriak

''horey''.

Model Course Review Horay (CRH) juga merupakan salah satu model

pembelajaran kooperatif yang bersifat menyenangkan dan meningkatkan

kemampuan siswa dalam berkompetisi secara positif dalam pembelajaran, selain

itu juga dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa, serta

membantu siswa untuk mengingat konsep yang dipelajari secara mudah. Model

pembelajaran CRH ini juga merupakan suatau model pembelajaran yang dapat

digunakan guru untuk mengubah suasana pembelajaran di dalam kelas dengan

lebih menyenangkan, sehingga siswa merasa lebih tertarik. Karena dalam model

pembelajarn CRH ini, apabila siswa dapat menjawab secara benar maka siswa

tersebut diwajibkan meneriakan kata “hore” ataupun yel-yel yang disukai dan

telah disepakati oleh kelompok maupun individu siswa itu sendiri.

Model pembelajaran CRH juga merupakan suatu model pembelajaran

dengan pengujian pemahaman siswa menggunakan soal dimana jawaban soal

dituliskan pada kartu atau kotak yang telah dilengkapi nomor dan untuk siswa

atau kelompok yang mendapatkan jawaban atau tanda dari jawaban yang benar

terlebih dahulu harus berteriak ‘horay’ atau menyanyikan yel-yel kelompoknya.

Dalam aplikasinya metode pembelajaran Course Review Horay (CRH) tidak

hanya menginginkan siswa untuk belajar keterampilan dan isi akademik. Course

Review Horay sebagai salah satu proses learning to know, learning to do,

15

learning to be and learning to live together untuk mendorong terciptanya

kebermaknaan belajar bagi peserta didik (Suprijono, 2010).

2.3.2. Tujuan Pembelajaran model Course review Horay (CRH) :

Adapaun tujuan dari pembelajaran kooperatif model Course review horay

(CRH) adalah sebagai berikut:

1) Meningkatkan kinerja siswa dalam menyelesaikan tugas akademik;

2) Siswa dapat belajar dengan aktif;

3) Agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai

berbagai macam perbedaan latar belakang dan perbedaan cara

pandang penyelesaian masalah;

4) Mengetahui langkah-langkah yang akan digunakan guru ketika

menggunakan model pembelajaran Course Review Horay(CRH);

2.3.3. Prinsip Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH)

Dalam proses belajar mengajar, kegiatan siswa menjadi pusat perhatian

guru. Untuk itu agar kegiatan pengajaran dapat merangsang siswa untuk aktif dan

kreatif belajar tentu saja diperlukan lingkungan belajar yang kondusif. Salah satu

upaya kearah itu adalah dengan cara memperhatikan beberapa prinsip

penggunaan variasi dalam mengajar. Prinsip-prinsip tersebut adalah :

1) Model pembelajaran CRH sebaiknya digunakan dengan suatu tujuan

tertentu yang relevan dengan tujuan yang akan dicapai,

sehingga pembelajaran akan sejalan dengan perencanaan awal

pembelajaran;

2) Direncanakan secara baik dan eksplisit dicantumkan dalam rencana

pelajaran. Jadi penggunaan model pembelajaran CRH ini harus

benar-benar berstruktur dan direncanakan. Karena dalam

menggunakan model pembelajaran CRH ini memerlukan keluwesan,

spontan sesuai dengan umpan balik yang diterima dari siswa. Umpan

balik ini ada dua yaitu :

Umpan balik tingkah laku yang menyangkut perhatian dan

keterlibatan siswa.

Umpan balik informasi tentang pengetahuan dan pelajaran.

16

2.3.4. Kekurangan dan Kelebihan Course Review Horay (CRH)

Dalam setiap model pembelajaran pasti memiliki kelemahan ataupun

kelebihannya masing-masing.

1) Kelebihan model pembelajaran Course Review Horay (CRH)

Pembelajaran lebih menarik;

Artinya, dengan menggunakan model pembelajaran CRH siswa

akan lebih bersemangat dalam menerima materi yang akan

disampaikan oleh guru karena banyak diselingi dengan games

ataupun simulasi lainnya.

Mendorong siswa untuk dapat terjun kedalam situasi

pembelajaran;

Artinya, siswa diajak ikut serta dalam melakukan suatu games

atau simulasi yang diberikan guru kepada peserta didiknya yang

berkaitan dengan materi yang akan disampaikan guru.

Pembelajaran tidak monoton karena diselingi dengan hiburan

atau game, dengan begitu siswa tidak akan merasakan jenuh yang

bisa menjadikannya tidak berkonsentrasi terhadap apa yang

dijelaskan oleh guru.

Siswa lebih semangat belajar karena suasana belajar lebih

menyenangkan;

Artinya, kebanyakan dari siswa mudah merasakan jenuh apabila

metode yang digunakan oleh guru adalah metode ceramah. Oleh

karena itu, dengan menggunakan model pembelajaran course

review horay (CRH) mampu membangkitkan semangat belajar

terutama anak Sekolah Dasar yang notabene masih ingin

bermain-main.

Adanya komunikasi dua arah;

Artinya, siswa dengan guru akan mampu berkomunikasi dengan

baik, dapat melatih siswa agar dapat berbicara secara kritis,

kreatif dan inofatif. Sehingga tidak akan menutup kemungkinan

17

bahwa akan semakin banyak terjadi interaksi diantara guru dan

siswa.

2) Kekurangan model pembelajaran Course Review Horay (CRH)

Siswa aktif dan siswa yang tidak aktif nilai disamakan;

Artinya, guru hanya akan menilai kelompok yang banyak

mengatakan horey. Oleh karena itu, nilai yang diberikan guru

dalam satu kelompok tersebut sama tanpa bisa membedakan mana

siswa yang aktif dan yang tidak aktif.

Adanya peluang untuk berlaku curang.

Artinya, guru tidak akan dapat mengontrol siswanya dengan baik

apakah ia menyontek ataupun tidak. Guru akan memperhatiakan

per-kelompok yang menjawab horey, sehingga peluang adanya

kecurangan sangat besar

2.3.5. Langkah-langkah model pembelajaran Course Review Horay (CRH)

Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh oleh guru dalam

menggunakan model pembelajaran Course Review Horayadalah sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

2. Guru menyajikan atau mendemonstrasikan materi aritmatika

sederhanadengan tanya jawab;

3. Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil 4-5 orang dalam

satu kelompok.

4. Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kartu atau kotak

sesuai dengan kebutuhan dan diisi dengan nomor yang ditentukan guru.

5. Guru membaca soal secara acak dan siswa menuliskan jawabannya

didalam kartu atau kotak yang nomornya disebutkan guru.

6. Setelah pembacaan soal dan jawaban siswa telah ditulis didalam kartu

atau kotak, guru dan siswa mendiskusikan soal yang telah diberikan tadi.

7. Bagi yang benar,siswa memberi bintang dan lansung berteriak horay

atau menyanyikan yel-yelnya.

18

8. Nilai siswa dihitung dari jawaban yang benar dan yang banyak berteriak

horay

9. Guru memberikan reward pada yang memperoleh nilai tinggi atau yang

banyak memperoleh horay.

10. Penutup

2.3.6. Penerapan Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH) Pada

IPA

Untuk melaksanakan pembelajaran Course Review Horay (CRH), guru

perlu melakukan persiapan yang memadai, agar pelaksanaannya berjalan dengan

lancar sehingga siswa tertarik untuk mengikuti pembelajaran tersebut.Kegiatan

dalam pembelajaran menggunakan model CRH yaitu untuk menyelesaikan soal

pemecahan masalah meliputi rangkaian kegiatan bersama yang spesifik, yaitu: (1).

Salah satu anggota atau beberapa kelompok membaca soal, (2). Membuat prediksi

atau menafsirkan isi soal pemecahan masalah, termasuk menuliskan apa yang

diketahui, apa yang ditanyakan dan memisalkan yang ditanyakan dengan suatu

variabel, (3). Saling membuat ikhtisar/rencana penyelesaian soal pemecahan

masalah, (4). Menuliskan penyelesaian soal pemecahan masalah secara urut,

dan (5). Saling merevisi dan mengedit pekerjaan/penyelesaian (Suyitno, 2005:4).

Penerapan model pembelajaranCourse Review Horay (CRH) untuk

meningkatkan hasil pemahaman siswa pada materi adalah sebagai berikut:

1. Menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. Guru menyampaikan

semua tujuan yang ingin dicapai dan memotivasi siswa agar siswa

senantiasa belajar dengan sungguh-sungguh.

2. Menyajikan atau mendemonstrasikan materi sesuai topik dengan tanya

jawab. Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan metode

pembelajaran klasik, kemudian siswa diharapkan mampu menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru.

3. Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Guru

menjelaskan kepada siswa cara membentuk kelompok belajar dan

19

membantu siswa agar melakukan transisi secara efisien sehingga

pembelajaran dapat dimulai dengan segera.

4. Membuat kartu atau lembaran kertas. Untuk menguji pemahaman

siswa,guru menyuruh siswa membuat kartu atau lembaran kertas yang

diserahkan kepada guru yang nantinya akan diisi nomor, kemudian

dikembalikan pada tiap-tiap kelompok;

5. Guru membacakan soal aritmatika sederhana. Guru akan membacakan

soal secara acak dan siswa menuliskan jawabannya didalam kartu atau

kertas yang nomornya disebutkan guru.

6. Mendiskusikan soal-soal materi. Setelah pembacaan soal dan jawaban

yang telah ditulis oleh sisawa didalam kartu atau lembaran kertas, guru

dan siswa mendiskusikan materi yang telah diberikan tadi.

7. Bagi yang jawaban benar, siswa memberi tanda ceklist dan lansung

berteriak horay atau menyanyikan yel-yel yang dibuat atas

dasarkesepakatan dari kelompoknya masing-masing;

8. Nilai siswa dihitung dari jawaban yang benar dan yang banyak berteriak

horay . Guru memberikan hadiah (reward) pada siswa yang memperoleh

nilai tinggi atau yang banyak mengatakan horay.

9. Guru membubarkan kelompok dan siswa kembali ke tempat duduknya

masing-masing; Guru mengulang secara klasikal tentang strategi

penyelesaian soal peluanng;

10. Guru memberikan kuis.

Dari langkah-langkah pembelajaran diatas, dapat kita ketahui kekurangan

dan kelebihan dari pembelajaran yang telah dilakukan.

Kelebihan : Siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada kepada siswa lain

satu kelompoknya, dapat mengeluarkan ide-ide yang ada di dalam pikirannya

secara spontanitas sehingga lebih dapat memahami materi tersebut. Siswa dilatih

untuk dapat bekerjasama dan menghargai pendapat orang lain. Siswa mampu

berfikir dengan cepat.

20

Kekurangan : Adanya kecurangan yang dilakukan siswa, dikarenakan posisi

duduk yang berkelompok sehingga guru tidak banyak mengontrol tiap kelompok,

siswa merasa lebih tertekan dibandingkan dengan mengerjakan soal masing-

masing.Jadi dalam pembelajaran model Course Review Horay (CRH), terdapat

kesempatan yang sama bagi setriap anggota kelompok untuk berhasil.Dukungan

kelompok dalam belajar, dan tanggung jawab individual digunakan untuk

penampilan atau penentuan hasil akhir.Secara kongkrit penerapan pembelajarab

Course Review Horay, yakni sebagai berikut:

1. Mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar dengan lebih

bermakna dengan cara belajar secara berkelompok atau team;

2. Mengembangkan keterampilan dan kecepatan berfikir siswa;

3. Menciptakan kelompok belajar;

4. Melakukan penilaian dengan cara memperhatikan suatu kelompok yang

sering mengatakan horay.

2.4. Hasil Belajar

2.4.1. Pengertian Belajar

Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku,

akibat interaksi individu dengan lingkungan. Jadi perubahan perilaku adalah

hasil belajar. Artinya seorang dikatakan telah belajar, jika ia dapat melakukan

sesuatu yang tidak dapat dilakukan sebelumnya. (Sumiati dan Asra 2008:38).

Selanjutnya menurut Sumarjhono (2012:13) mengartikan pembelajaran sebagai

pengetahuan peristiwa yang berada diluar dari pengetahuan siswa, sedangkan

menurut Sugandi (2000:16) Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan

secara sadar dan sengaja.

Menurut Slameto (2010:2) belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungan, sedangkan menurut Heri ( 2012:5) belajar adalah perubahan tingkah

laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan dan pengalaman. Belajar

21

dalam hal ini merupakan proses yang bisa mengubah tingkah laku seseorang

disebabkan adanya reaksi terhadap suatu situasi tertentu atau adanya proses

internal yang terjadi dalam diri seseorang. Menurut Morgan ( Anni, 2005:2)

menyatakan bahwa “belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi

karena hasil dari praktek atau pengalaman”.Slavin (dalam Anni, 2005:2)

menyatakan bahwa “Belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan

oleh pengalaman”.

Berdasarkan pendapat-pendapat mengenai batasan-batasan pengertian

belajar maka dapat disimpulkan bahwa belajar pada dasarnya pengalaman yang

sama dan berulang-ulang dalam situasi tertentu serta berkaitan dengan

perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku tersebut meliputi perubahan

keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan dan pemahaman. Sedang yang

dimaksud pengalaman adalah proses belajar tidak lain adalah interaksi antara

individu dengan lingkungannya.

2.4.2. Prinsip-Prinsip Belajar

Belajar menurut Wingo dalam Sumiati dan Asra (2008:41-43)

didasarkanatas prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Hasil belajar sepatutnya menjangkau banyak segi

Dalam suatu proses belajar, banyak segi yang sepatutnya dicapai sebagai

hasil belajar, yaitu meliputi pengetahuan dan pemahaman tentang konsep,

kemampuan menjabarkan dan menarik kesimpulan serta menilai

kemanfaatan suatu konsep, menyenangi dan memberi respon yang positif

terhadap sesuatu yang dipelajari, dan diperoleh kecakapan melakukan

suatu kegiatan tertentu.

2) Hasil belajar diperoleh berkat pengalaman

Pemahaman dan struktur kognitif dapat diperoleh seseorang melalui

pengalaman melakukan suatu kegiatan.Dalam khasanah peristilahan

pendidikan, hal ini dikenal dengan “learning by doing-yaitu belajar

dengan jalan melakukansuatu kegiatan”.Pemahaman itu bersifat abstrak.

Sesuatu yang abstrak akan mudah diperoleh dengan jalan melakukan

22

kegiatan-kegiatan yang nyata atau konkrit, sehingga orang yang

bersangkutan memperoleh pengalaman yang menuntun pada pemahaman

yang abstrak.

3) Belajar merupakan suatu kegiatan yang mempunyai tujuan

Dalam proses belajar, apa yang ingin dicapai sepatutnya dirasakan dan

dimiliki oleh setiap siswa.

Prinsip belajar pada aktivitas Siswa. Prinsip belajar yang menekankan pada

aktivitas siswa antara lain :

1) Belajar dapat terjadi dengan proses mengalami

2) Belajar merupakan transaksi aktif

3) Belajar secara aktif memerlukan kegiatan yang bersifat fital, sehingga

dapat berupaya mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan pribadinya

4) Belajar terjadi melalui proses mengatasi hambatan (masalah) sehingga

mencapai pemecahan atau tujuan

5) Hanya dengan melalui penyodoran masalah memungkinkan diaktifkanya

motivasi dan upaya, sehingga siswa berpengalaman dengan kegiatan yang

bertujuan

6) Faktor-faktor yang mempengaruhi Belajar siswa

2.4.3. Pengertian Hasil Belajar

Menurut (Sudjana, 2008 : 22 ) Hasil belajar adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dikuasai anak didik dalam

proses belajar mengajar disebut juga dengan hasil belajar.

Menurut Purwanto (2009:44) hasil belajar adalah penilaian pendidikan

tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenan dengan penguasaan

bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka dan nilai-nilai yang terdapat di

dalam kurikulum. Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk

mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan.

Menurut Sudjana, Nana (2009:22) Hasil belajar adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

23

Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar meliputi tiga domain, yaitu

kognitif, efektif, dan psikomotor.

Menurut Suprijono (2009:5-6) secara garis besar terbagi menjadi 3

ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.

a. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual.

b. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap.

c. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasilbelajar keterampilan dan

kemampuan bertindak.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adalahkemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya, dimana kemampuan itu terjadi pada aspek kognitif

afektif dan psikomotorik. Mesikpun demikian, dalam penelitian hasil belajar

lebih dibatasi pada aspek kognitif, dimana hasilnya di ukur melalui pemberian

Proses pembelajaran merupakan sebuah aktivitas sadar untuk membuat

siswa belajar, yang berarti pembelajaran merupakan sebuah proses yang

direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Sehingga dapat dikatakan bahwa

hasil belajar merupakan porolehan dari dari proses belajar siswa sesuai dengan

tujuan pembelajaran. Keberhasilan suatu pembelajaran dapat dilihat dari hasil

belajar siswa.Bila hasil belajar tinggi pembelajaran tersebut dikatakan berhasil,

tetapi jika hasil belajar rendah pembelajaran tersebut dikatakan tidak berhasil.

Menurut Winkel (dalam Purwanto 2008: 45), “hasil belajar adalah

perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah

lakunya, perubahan itu mencakup aspek kognitif, afektif dan

psikomotorik.”Sepaham dengan Winkel, Purwanto (2008: 46) mengungkapkan

“hasil belajar adalah perubahan perilaku manusia akibat belajar, dapat berupa

perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.”Winkel menekankan

bahwa hasil belajar merupakan perubahan mengenai sikap dan tingkah

lakunya.Sedangkan Purwanto hanya menyebutkan perubahan perilaku manusia

setelah belajar.Meskipun demikian, mereka mempunyai kesepahaman bahwa

24

perubahan akibat belajar tersebut berupa 3 aspek, yaitu aspek kognitif, afektif dan

psikomotorik.

Perubahan perilaku aspek kognitif, afektif dan psikomotorik disebabkan

karena telah mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam

proses belajar mengajar. Perubahan akibat pengalaman belajar, tidak semata-mata

hanya pada perubahan secara kognitif (pengetahuan) saja, tetapi siswa juga dapat

mengalami perubahan secara afektif (sikap) serta mampu melaksanakan tugas –

tugas yang berhubungan dengan performanya (psikomotorik).

Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya

salah satu aspek kompetensi kemanusiaan saja.Hasil belajar yangdiharapkan

dicapai siswa pada ranah kognitif yaitu siswa dapat mengetahui atau menyebutkan

konsep, misalnya dari menghitung luas dan menggunakannya dalam masalah yang

berkaitan dengan luas.Pada ranah afektif yaitu siswa dapat mengembangkan

karakter yang diharapkan (tekun, kerjasama, dan tanggung jawab), siswa juga

dapat berpikir kreatif dan berlatih berkomunikasi.Pada ranah psikomotor yaitu

siswa mampu menggunakan alat peraga dan memecahkan aktivitas pemecahan

masalah menggunakan alat peraga.Jadi ketiga ranah menurut taksonomi Bloom

tersebut, kesemuanya harus dapat dicapai oleh siswa setelah mendapatkan

pembelajaran.Jika ketiga ranah tersebut telah tercapai, dapat dikatakan bahwa

siswa telah berhasil dalam belajarnya.

Dari pendapat para ahli di atas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa

yang disebut dengan hasil belajar adalah perubahan tingkah laku belajar pada

siswa, dimana untuk mengukur perubahan tingkah laku belajar tersebut digunakan

alat yang disebut tes. Nilai yang diperoleh dari hasil tes tersebut kemudian yang

diukur untuk melihat siswa tersebut telah berhasil mencapai belajarnya atau masih

belum. Agar lebih terukur, kriteria nilai sebagai bukti keberhasilan bahwa siswa

tersebut telah berhasil mengikuti proses pembelajaran.

2.4.4. Pengukuran Hasil Belajar

Dilihat dari fungsinya, jenis penilaian ada beberapa macam menurut Sudjana

(2011:5) yaitu penilaian formatif, penilaian sumatif, penilaian diagnostik,

25

penilaian selektif dan penilaian penempatan. Dalam penelitian ini penilaian yang

dilakukan adalah penilaian formatif yaitu penilaian yang dilaksanakan pada akhir

program belajar-mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar

mengajar. Dari segi alatnya, penilaian hasil belajar dapat dibedakan menjadi tes

dan bukan tes (nontes).Tes ini ada yang diberikan secara lisan (menuntut jawaban

secara lisan) ada tes tulisan (menuntut jawaban secara tulisan), dan ada tes

tindakan (menuntut jawaban dalam bentuk perbuatan).Soal-soal tes ada yang

disusun dalam bentuk objektif, ada juga yang dalam bentuk esai dan

uraian.Sedangkan bukan tes sebagai alat penilaian mencakup observasi,

kuesioner, wawancara, skala, dan lain-lain.

2.4.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor

dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 1989 : 39). Dari

pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan

kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark (1981 : 21)

menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh

kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor

dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas

pembelajaran (Sudjana, 2002 : 39). "Belajar adalah suatu perubahan perilaku,

akibat interaksi dengan lingkungannya" (Ali Muhammad, 2004 : 14). Perubahan

perilaku dalam proses belajar terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan.

Interaksi biasanya berlangsung secara sengaja.Dengan demikian belajar dikatakan

berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu.Sebaliknya apabila terjadi

perubahan dalam diri individu maka belajar tidak dikatakan berhasil.

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas

pengajaran.Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki

oleh guru.Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual),

bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik).

Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi oleh

dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal) dan

26

faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar

adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran

yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan

kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupa sehingga nampak

pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan

kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak

pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.

2.5. Kajian Penelitian Yang Relevan

Jusman Lapatta, Siti Nuryanti, dan Yusuf Kendek. 2014. Peningkatan

Hasil Belajar Siswa Melalui Penggunaan Model Course Review Horay Pada Mata

Pelajaran IPA Kelas IV SD Inpres Sintuwu. Hasil penelitian menunjukan bahwa

model pembelajaran Course Review Horay dapat meningkatkan ketuntasan belajar

siswa yaitu pada siklus I daya serap klasikal 64,75% dan ketuntasan belajar

klasikal 55%. Hasil belajar pada tindakan siklus II daya serap klasikal 86% dan

ketuntasan belajar klasikal 90%. Berdasarkan hasil ini, dapat ditarik kesimpulan

bahwa Penggunaan Model Course Review Horay pada Mata Pelajaran IPA dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Inpres Sintuwu.

Wiwin Susiati. 2012. Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model

Pembelajaran CRH (Crouse Review Horay) Pada Siswa Kelas V Di SD Negeri

Mojogedang Tahun Ajaran 2011/2012. Hasil dari penelitiannya menunjukkan

adanya peningkatan terhadap hasil belajar siswa yang ditunjukan dengan pada

kondisi awal yang mendapat nilai 6 sebanyak 14 anak, pada siklus I sebanyak 6

anak, pada siklus II sebanyak 0. Pada tahap pra siklus siswa yang mendapat nilai 7

sebanyak 7 anak, pada siklus I sebanyak 10 anak, pada siklus II sebanyak 6 anak.

Pada tahap pra siklus siswa yang mendapat nilai 8 sebanyak 5 anak, pada siklus I

sebanyak 10 anak, pada siklus II sebanyak 13 anak, sedangkan siswa yang

mendapat nilai 9 hanya ada pada siklus II sebanyak 7 anak. Keaktifan siswa dalam

mengungkapkan pendapat meningkat, yaitu: pada tahap pra siklus sebesar 15,3%,

pada tahap siklus I sebesar 53,8%, dan pada tahap siklus II sebesar 65,3%.

Keaktifan siswa dalam bertanya mengalami peningkatan, yaitu: pada tahap pra

27

siklus sebesar 19,2%, pada tahap siklus I sebesar 57,6%, dan pada tahap siklus II

sebesar 57,6%. Keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan juga mengalami

peningkatan, yaitu: pada tahap pra siklus sebesar 26,9%, pada tahap siklus I

sebesar 57,6%, dan pada tahap siklus II sebesar 92,3%.

Detik Dwi Prasetyo. 2015. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA

Melalui Model Course Review Horay (CRH) Berbantuan Media CD Interaktif

Pada Siswa Kelas SDN Gunungpati 01 Semarang. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa: (1) keterampilan guru siklus 1 memperoleh rata-rata skor

25, meningkat pada siklus 2 dengan perolehan rata-rata skor 32,5 (sangat baik);

(2) aktivitas siswa siklus I memperoleh rata-rata skor 20,15 (cukup), meningkat

pada siklus 2 dengan rata-rata skor 23,75 (baik); (3) hasil belajar siswa pada siklus

1 mengalami ketuntasan klasikal sebesar 60,5%, meningkat pada siklus 2

ketuntasan belajar menjadi 84%. Penelitian ini menunjukan model Course Review

Horay berbantuan media CD Interaktif dapat meningkatkan kualitas pembelajaran

IPA pada siswa kelas IV SDN Gunungpati 01.

Dari beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan diatas, penelitian akan

melakukan penelitian yang sama yaitu dengan menerapakan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Course Review Horay (CRH). Fokus penelitian ini adalah

menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Course Review Horay (CRH)

pada mata pelajaran IPA pada siswa kelas IV di SDN Salatiga 8 pada Semester II

Tahun pelajaran 2015/2016, kemudian penelitian ini bertujuan untuk

meningkatkan hasil belajar dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Course Review Horay (CRH) terkhusus pada siswa kelas IV di SDN Salatiga

8 pada Semester II Tahun pelajaran 2015/2016.

2.6. Kerangka Berpikir

Berdasarkan latar belakang, pada pembelajaran IPA dikelas IV yang masih

menggunakan metode ceramah yang konvensional, guru belum memberikan

kegiatan yang bisa membuat siswa berinteraksi dalam pembelajaran sehingga

menyebabkan masih ada siswa yang belum bisa mendapat hasil belajar yang

memuaskan dan tidak fokus dalam pembelajaran. Hal ini mengakibatkan 16 orang

28

anak (43,24%) dari 37 siswa hasil belajarnya masih dibawah KKM (70)

khususnya untuk mata pelajaran IPA.

Diduga kuat ketuntasan hasil belajar yang tersebut karena pembelajaran

yang masih konvesional, guru masih mendominasi kelas dengan menggunakan

metode ceramah, sehingga siswa kurang berminat pada proses pembelajaran dan

akibatnya hasil belajar siswa yang menjadi rendah. Dalam mengatasi hal tersebut,

peneliti melakukan perbaikan proses pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe CRH (Course Review Horay).Penggunaan model

kooperatif tipe CRH (Course Review Horay)akan dilakukan atau diterapkan oleh

guru pada siklus I, dan bilamana pada siklus hasil belajar siswa belum maksimal

atau meningkat secara signifikan, maka akan dilakukan perbaikan pada kesalahan

siklus I dan melakukan pembelajaran kooperatif tipe CRH (Course Review Horay)

pada siklus ke II. Diharapkan setelah menerapkan pembelajaran dengan model

kooperatif tipe CRH (Course Review Horay) tersebut maka siswa akan lebih aktif

dalam pembelajaran, minat dalam mengikuti pembelajaran dapat meningkat

sehingga hasil belajar siswa dapat dapat meningkat secara signifikan sehingga

mencapai kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan, serta keterampilan guru dan

aktivitas siswa dalam pembelajaran juga dapat meningkat.

2.7. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis

sementara dalam penelitian ini yaitu diduga dengan (1) menggunakan model

pembelajaran Kooperatif Tipe CRH (Course Review Horay) dapat meningkatkan

hasil belajar IPA siswa kelas IV di SDN Salatiga 8 semester II tahun pelajaran

2015/2016. (2) Penerapan model kooperatif tipe CRH dapat meningkatkan hasil

belajar siswa kelas IV di SDN Salatiga 8 semester II tahun pelajaran 2015/2016.