bab ii kajian pustaka -...
TRANSCRIPT
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Ilmu Pengetahuan Alam
2.1.1. Pengertian IPA
Dalam Puskur, Balitbang Depdiknas (2009 : 4) bahwa Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-
fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat dapat menjadi wahana bagi peserta
didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari
tentang fenomena alam dan segala sesuatu yang ada di alam. IPA merupakan
pengetahuan yang ilmiah, yaitu pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah. Hal ini
sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler (dalam Winaputra, 2008. ).
Cara penyelidikan IPA meliputi observasi (observation), eksperimen
(experimentation), dan matematika (mathematics). Proses pembelajaran IPA
menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Secara
sistematis, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat
menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam
kehidupan sehari-hari. Pendidikan IPA dapat dimasukkan dalam klasifikasi ilmu
pendidikan karena dimensi pendidikan IPA sangat luas dan sekurang-kurangnya
meliputi unsur-unsur (nilai-nilai) sosial budaya, etika, moral dan agama. Oleh
sebab itu, belajar IPA bukan hanya sekedar memahami konsep ilmiah dan aplikasi
8
dalam masyarakat, melainkan juga untuk mengembangkan berbagai nilai yang
terkandung dalam dimensi Pendidikan IPA.
Pendidikan IPA adalah lebih dari sekedar kumpulan yang dinamakan
fakta. IPA merupakan kumpulan pengetahuan dan juga proses. Pembelajaran IPA
di sekolah di harapkan memberi berbagai pengalaman pada anak yang
mengijinkan mereka melakukan berbagai penelusuran ilmiah yang relevan (Agus.
S, 2003: 11).
Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, IPA merupakan ilmu yang
mempelajari tentang segala sesuatu yang terdapat di alam, baik itu zat yang
terkandung atau gejala yang terdapat di alam. IPA merupakan pengetahuan
mempunyai kebenaran melalui metode ilmiah baik secara induktif ataupun
deduktif, dengan ciri: objektif, metodik, sistimatis, universal, dan tentatif.
2.1.2. Hakikat IPA
Dalam Puskur, Balitbang Depdiknas (2009 : 4), merujuk pada pengertian
IPA itu maka disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu:
a. Sikap
Rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta
hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat
dipecahkan melalui prosedur yang benar.
b. Proses
Prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah
meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan,
evaluasi pengukuran dan penarikan kesimpulan.
c. Produk
Produk berupa fakta, prinsip, teori dan hokum atau dalil.
d. Aplikasi
Penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.
Keempat unsur tersebut merupakan cirri IPA yang utuh yang sebenarnya
tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam proses pembelajaran IPA
keempat unsur itu diharapkan dapat muncul sehingga peserta didik dapat
9
mengalami proses pembelajaran secara utuh, memehami fenomena alam
melalui pemecahan masalah, metode ilmiah, dan meniru cara ilmuan
bekerja dalam menemukan fakta baru.
2.1.3. Tujuan Pengajaran IPA
Menurut Dede Awan ( 2009 :1) tujuan pengajaran IPA adalah untuk
memehami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan pengetahuan sehari-
hari, memiliki ketrampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan gagasan
alam sekitar, mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda
serta kejadian dilingkungan sekitar, bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis,
mawas diri, bertanggung jawab, bekerja sama dan mandiri, mampu menerapakan
berbagai konsep IPA, mamapu menggunakan teknologi sederhana, mengenal dan
memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan
keagungan Tuhsn Yang Maha Esa.
Dalam Permen no 22 Tahun 2006 Mata Pelajaran IPA di SD bertujuan
agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang
Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan
keteraturan alam ciptaan-Nya
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-
konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan
kesadaran tentang adanya hubungan yang saling
mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki
alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam
memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan
IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke
SMP/MTs.
10
Menurut Kurikulim Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 ruang lingkup
mata pelajaran IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta
kesehatan.
2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair,
padat dan gas.
3. Energi dan perubahannya, yang meliputi: gaya, bunyi, panas,
magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.
4. Bumi dan alam semesta, yang meliputi: tanah, bumi, tata
surya, dan benda-benda langit lainnya.
Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi (1) makhluk hidup
dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan
lingkungan, serta kesehatan, (2) benda/materi, sifat-sifat dan kegunaanya
meliputi: cair, padat, dan gas, (3) energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi,
panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana, (4) bumi dan alam semesta,
meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya (BNSP: 2006).
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
pengajaran IPA mempunyai tujuan untuk menanamkan sikap ilmiah pada siswa
dan nilai positif melalui proses IPA dalam memecahkan masalah. Siswa akan
selalu tertarik dengan lingkungan dan siswa akan mengenal serta dapat
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber ilmu dan sumber belajar. Demikian
juga dalam diri siswa akan dapat mengembangkan pikiran melalui lingkungan
yang banyak memberikan pengalaman terhadap diri siswa dengan cara
berinteraksi langsung dan dapat dirasakan siswa.
2.2. Pembelajaran Kooperatif
2.2.1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Menurut Isjoni (2009:22) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif
berasal dari kata “kooperatif” yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-
sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau
satu tim. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang
mengelompokkan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran
11
yang berhasil yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan
akademik ( Isjoni 2009:23).
Menurut Agus Suprijono (2009:54) Pembelajaran kooperatif adalah
konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-
bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Pembelajaran
kooperatif dirancang bagi tujuan melibatkan pelajar secara aktif dalam proses
pembelajaran menerusi perbincangan dengan rekan-rekan dalam kelompok kecil
(Isjoni, 2009:21).
Berdasarkan definisi pembelajaran kooperatif menurut para ahli tersebut,
maka yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang
menekankan pembelajaran secara berkelompok, dimana setiap individu
mempunyai tanggung jawab masing-masing didalam kelompoknya untuk
mencapai tujuan bersama.
2.2.2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Beberapa ciri-ciri dari pembelajaran kooperatif Bennet dalam Isjoni
(2009:27), yaitu sebagai berikut.
1. Positive lnterdepedence
2. Interaction Face to Face
3. Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam
anggota kelompok
4. Membutuhkan Keluwesan
5. Meningkatkan keterampilan berkerja sama dalam memecahkan
masalah (proses kelompok)
6. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan
Roger dan David dalam Anita Lie (2004:31) mengatakan bahwa tidak
semua kerja kelompok bisa dianggap Cooperative Learning. Untuk mencapai
hasil yang maksimal, ada lima unsur pembelajaran kooperatif, yaitu:
1. Saling Ketergantungan Positif
Menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu
menyusun tugas sedemikian rupa sehungga setiap anggota
kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri, agar yang
lain bisa mencapai tujuan mereka.
12
2. Tanggung Jawab Perseorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang
pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut
prosedur model pembelajaran cooperative learning, setiap
siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang
terbaik.
3. Tatap Muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu
muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan
para pembelajar untuk membentuk kelompok yang
menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa
kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu
kepala saja.
4. Komunikasi Antar anggota
Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali
dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum
menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu
mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak semua siswa
mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara.
5. Evaluasi Proses Kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok
untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil
kerjasama mereka agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan
lebih efektif.
Dari pemaparan beberapa pendapat di atas, maka dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk
mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima
keragaman, dan pengembangkan keterampilan sosial. Lalu untuk mencapai hasil
belajar tersebut model pembelajaran kooperatif menuntut kerja sama dan
interdependensi siswa dalam struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur reward-
nya. Kemudian salah satu aksentuasi model pembelajaran kooperatif adalah
interaksi kelompok. Interaksi kelompok merupakan interaksi interpersonal
(interaksi antaranggota). Interaksi kelompok dalam pembelajaran kooperatif
bertujuan mengembangkan inteligensi interpersonal. Inteligensi ini berupa
kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi,
motivasi, sifat, temperamen orang lain. Interaksi kelompok dalam interaksi
13
pembelajaran kooperatif dengan kata lain bertujuan mengembangkan
keterampilan sosial (social skill). Beberapa komponen keterampilan sosial
adalah kecakapan berkomunikasi, kecakapan bekerja kooperatif dan kolaboratif,
serta solidaritas.
2.2.3. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Berikut ini ada beberapa langkah-langkah pembelajaran kooperatif
menurut Rusman (2012:211), dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.1
Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap 1
Menyampaikan tujuan dan
motivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang
akan dicapai pada kegiatan pelajaran dan
menekankan pentingnya topik yang akan
dipelajari dan memotivasi siswa belajar.
Tahap 2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi atau materi kepada
siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui
bahan bacaan.
Tahap 3
Mengorganisasikan siswa ke
dalam kelompok kelompok
belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
caranya membentuk kelompok belajar dan
membimbing setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efektif dan efisien.
Tahap 4
Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar
pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Tahap 5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang telah dipelajari atau masing-masing
kelompok mempersentasikan hasil kerjanya.
Tahap 6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik
upaya maupun hasil belajar individu dan
kelompok.
Sumber : Rusman 2012:211
2.3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CRH
2.3.1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CRH
Menurut Dwitantra (2010) model pembelajaran Course Review Horay
adalah Suatu metode pembelajaran dengan pengujian pemahaman menggunakan
14
kotak yang diisi dengan nomor untuk menuliskan jawabannya, yang paling dulu
mendapatkan tanda benar langsung berteriak horay. Sedangkan menurut (Nur
Malechah, 2011) Model pembelajaran Course Review Horey merupakan suatu
model pembelajaran dengan pengujian pemahaman menggunakan kotak yang
diisi dengan nomor untuk menuliskan jawabannya, yang paling dulu
mendapatkan tanda benar vertikal atau horisontal, atau diagonal langsung
berteriak horey. Berbekal dari pengertian para ahli diatas bahwa model
pembelajaran Course Review Horay (CRH) adalah suatu model atau disain
pembelajaran untuk menguji pemahaman siswa dengan menggunakan strategi
games yang mana jika siswa mampu menjawab benar maka siswa akan berteriak
''horey''.
Model Course Review Horay (CRH) juga merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif yang bersifat menyenangkan dan meningkatkan
kemampuan siswa dalam berkompetisi secara positif dalam pembelajaran, selain
itu juga dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa, serta
membantu siswa untuk mengingat konsep yang dipelajari secara mudah. Model
pembelajaran CRH ini juga merupakan suatau model pembelajaran yang dapat
digunakan guru untuk mengubah suasana pembelajaran di dalam kelas dengan
lebih menyenangkan, sehingga siswa merasa lebih tertarik. Karena dalam model
pembelajarn CRH ini, apabila siswa dapat menjawab secara benar maka siswa
tersebut diwajibkan meneriakan kata “hore” ataupun yel-yel yang disukai dan
telah disepakati oleh kelompok maupun individu siswa itu sendiri.
Model pembelajaran CRH juga merupakan suatu model pembelajaran
dengan pengujian pemahaman siswa menggunakan soal dimana jawaban soal
dituliskan pada kartu atau kotak yang telah dilengkapi nomor dan untuk siswa
atau kelompok yang mendapatkan jawaban atau tanda dari jawaban yang benar
terlebih dahulu harus berteriak ‘horay’ atau menyanyikan yel-yel kelompoknya.
Dalam aplikasinya metode pembelajaran Course Review Horay (CRH) tidak
hanya menginginkan siswa untuk belajar keterampilan dan isi akademik. Course
Review Horay sebagai salah satu proses learning to know, learning to do,
15
learning to be and learning to live together untuk mendorong terciptanya
kebermaknaan belajar bagi peserta didik (Suprijono, 2010).
2.3.2. Tujuan Pembelajaran model Course review Horay (CRH) :
Adapaun tujuan dari pembelajaran kooperatif model Course review horay
(CRH) adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan kinerja siswa dalam menyelesaikan tugas akademik;
2) Siswa dapat belajar dengan aktif;
3) Agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai
berbagai macam perbedaan latar belakang dan perbedaan cara
pandang penyelesaian masalah;
4) Mengetahui langkah-langkah yang akan digunakan guru ketika
menggunakan model pembelajaran Course Review Horay(CRH);
2.3.3. Prinsip Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH)
Dalam proses belajar mengajar, kegiatan siswa menjadi pusat perhatian
guru. Untuk itu agar kegiatan pengajaran dapat merangsang siswa untuk aktif dan
kreatif belajar tentu saja diperlukan lingkungan belajar yang kondusif. Salah satu
upaya kearah itu adalah dengan cara memperhatikan beberapa prinsip
penggunaan variasi dalam mengajar. Prinsip-prinsip tersebut adalah :
1) Model pembelajaran CRH sebaiknya digunakan dengan suatu tujuan
tertentu yang relevan dengan tujuan yang akan dicapai,
sehingga pembelajaran akan sejalan dengan perencanaan awal
pembelajaran;
2) Direncanakan secara baik dan eksplisit dicantumkan dalam rencana
pelajaran. Jadi penggunaan model pembelajaran CRH ini harus
benar-benar berstruktur dan direncanakan. Karena dalam
menggunakan model pembelajaran CRH ini memerlukan keluwesan,
spontan sesuai dengan umpan balik yang diterima dari siswa. Umpan
balik ini ada dua yaitu :
Umpan balik tingkah laku yang menyangkut perhatian dan
keterlibatan siswa.
Umpan balik informasi tentang pengetahuan dan pelajaran.
16
2.3.4. Kekurangan dan Kelebihan Course Review Horay (CRH)
Dalam setiap model pembelajaran pasti memiliki kelemahan ataupun
kelebihannya masing-masing.
1) Kelebihan model pembelajaran Course Review Horay (CRH)
Pembelajaran lebih menarik;
Artinya, dengan menggunakan model pembelajaran CRH siswa
akan lebih bersemangat dalam menerima materi yang akan
disampaikan oleh guru karena banyak diselingi dengan games
ataupun simulasi lainnya.
Mendorong siswa untuk dapat terjun kedalam situasi
pembelajaran;
Artinya, siswa diajak ikut serta dalam melakukan suatu games
atau simulasi yang diberikan guru kepada peserta didiknya yang
berkaitan dengan materi yang akan disampaikan guru.
Pembelajaran tidak monoton karena diselingi dengan hiburan
atau game, dengan begitu siswa tidak akan merasakan jenuh yang
bisa menjadikannya tidak berkonsentrasi terhadap apa yang
dijelaskan oleh guru.
Siswa lebih semangat belajar karena suasana belajar lebih
menyenangkan;
Artinya, kebanyakan dari siswa mudah merasakan jenuh apabila
metode yang digunakan oleh guru adalah metode ceramah. Oleh
karena itu, dengan menggunakan model pembelajaran course
review horay (CRH) mampu membangkitkan semangat belajar
terutama anak Sekolah Dasar yang notabene masih ingin
bermain-main.
Adanya komunikasi dua arah;
Artinya, siswa dengan guru akan mampu berkomunikasi dengan
baik, dapat melatih siswa agar dapat berbicara secara kritis,
kreatif dan inofatif. Sehingga tidak akan menutup kemungkinan
17
bahwa akan semakin banyak terjadi interaksi diantara guru dan
siswa.
2) Kekurangan model pembelajaran Course Review Horay (CRH)
Siswa aktif dan siswa yang tidak aktif nilai disamakan;
Artinya, guru hanya akan menilai kelompok yang banyak
mengatakan horey. Oleh karena itu, nilai yang diberikan guru
dalam satu kelompok tersebut sama tanpa bisa membedakan mana
siswa yang aktif dan yang tidak aktif.
Adanya peluang untuk berlaku curang.
Artinya, guru tidak akan dapat mengontrol siswanya dengan baik
apakah ia menyontek ataupun tidak. Guru akan memperhatiakan
per-kelompok yang menjawab horey, sehingga peluang adanya
kecurangan sangat besar
2.3.5. Langkah-langkah model pembelajaran Course Review Horay (CRH)
Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh oleh guru dalam
menggunakan model pembelajaran Course Review Horayadalah sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru menyajikan atau mendemonstrasikan materi aritmatika
sederhanadengan tanya jawab;
3. Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil 4-5 orang dalam
satu kelompok.
4. Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kartu atau kotak
sesuai dengan kebutuhan dan diisi dengan nomor yang ditentukan guru.
5. Guru membaca soal secara acak dan siswa menuliskan jawabannya
didalam kartu atau kotak yang nomornya disebutkan guru.
6. Setelah pembacaan soal dan jawaban siswa telah ditulis didalam kartu
atau kotak, guru dan siswa mendiskusikan soal yang telah diberikan tadi.
7. Bagi yang benar,siswa memberi bintang dan lansung berteriak horay
atau menyanyikan yel-yelnya.
18
8. Nilai siswa dihitung dari jawaban yang benar dan yang banyak berteriak
horay
9. Guru memberikan reward pada yang memperoleh nilai tinggi atau yang
banyak memperoleh horay.
10. Penutup
2.3.6. Penerapan Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH) Pada
IPA
Untuk melaksanakan pembelajaran Course Review Horay (CRH), guru
perlu melakukan persiapan yang memadai, agar pelaksanaannya berjalan dengan
lancar sehingga siswa tertarik untuk mengikuti pembelajaran tersebut.Kegiatan
dalam pembelajaran menggunakan model CRH yaitu untuk menyelesaikan soal
pemecahan masalah meliputi rangkaian kegiatan bersama yang spesifik, yaitu: (1).
Salah satu anggota atau beberapa kelompok membaca soal, (2). Membuat prediksi
atau menafsirkan isi soal pemecahan masalah, termasuk menuliskan apa yang
diketahui, apa yang ditanyakan dan memisalkan yang ditanyakan dengan suatu
variabel, (3). Saling membuat ikhtisar/rencana penyelesaian soal pemecahan
masalah, (4). Menuliskan penyelesaian soal pemecahan masalah secara urut,
dan (5). Saling merevisi dan mengedit pekerjaan/penyelesaian (Suyitno, 2005:4).
Penerapan model pembelajaranCourse Review Horay (CRH) untuk
meningkatkan hasil pemahaman siswa pada materi adalah sebagai berikut:
1. Menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. Guru menyampaikan
semua tujuan yang ingin dicapai dan memotivasi siswa agar siswa
senantiasa belajar dengan sungguh-sungguh.
2. Menyajikan atau mendemonstrasikan materi sesuai topik dengan tanya
jawab. Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan metode
pembelajaran klasik, kemudian siswa diharapkan mampu menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru.
3. Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Guru
menjelaskan kepada siswa cara membentuk kelompok belajar dan
19
membantu siswa agar melakukan transisi secara efisien sehingga
pembelajaran dapat dimulai dengan segera.
4. Membuat kartu atau lembaran kertas. Untuk menguji pemahaman
siswa,guru menyuruh siswa membuat kartu atau lembaran kertas yang
diserahkan kepada guru yang nantinya akan diisi nomor, kemudian
dikembalikan pada tiap-tiap kelompok;
5. Guru membacakan soal aritmatika sederhana. Guru akan membacakan
soal secara acak dan siswa menuliskan jawabannya didalam kartu atau
kertas yang nomornya disebutkan guru.
6. Mendiskusikan soal-soal materi. Setelah pembacaan soal dan jawaban
yang telah ditulis oleh sisawa didalam kartu atau lembaran kertas, guru
dan siswa mendiskusikan materi yang telah diberikan tadi.
7. Bagi yang jawaban benar, siswa memberi tanda ceklist dan lansung
berteriak horay atau menyanyikan yel-yel yang dibuat atas
dasarkesepakatan dari kelompoknya masing-masing;
8. Nilai siswa dihitung dari jawaban yang benar dan yang banyak berteriak
horay . Guru memberikan hadiah (reward) pada siswa yang memperoleh
nilai tinggi atau yang banyak mengatakan horay.
9. Guru membubarkan kelompok dan siswa kembali ke tempat duduknya
masing-masing; Guru mengulang secara klasikal tentang strategi
penyelesaian soal peluanng;
10. Guru memberikan kuis.
Dari langkah-langkah pembelajaran diatas, dapat kita ketahui kekurangan
dan kelebihan dari pembelajaran yang telah dilakukan.
Kelebihan : Siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada kepada siswa lain
satu kelompoknya, dapat mengeluarkan ide-ide yang ada di dalam pikirannya
secara spontanitas sehingga lebih dapat memahami materi tersebut. Siswa dilatih
untuk dapat bekerjasama dan menghargai pendapat orang lain. Siswa mampu
berfikir dengan cepat.
20
Kekurangan : Adanya kecurangan yang dilakukan siswa, dikarenakan posisi
duduk yang berkelompok sehingga guru tidak banyak mengontrol tiap kelompok,
siswa merasa lebih tertekan dibandingkan dengan mengerjakan soal masing-
masing.Jadi dalam pembelajaran model Course Review Horay (CRH), terdapat
kesempatan yang sama bagi setriap anggota kelompok untuk berhasil.Dukungan
kelompok dalam belajar, dan tanggung jawab individual digunakan untuk
penampilan atau penentuan hasil akhir.Secara kongkrit penerapan pembelajarab
Course Review Horay, yakni sebagai berikut:
1. Mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar dengan lebih
bermakna dengan cara belajar secara berkelompok atau team;
2. Mengembangkan keterampilan dan kecepatan berfikir siswa;
3. Menciptakan kelompok belajar;
4. Melakukan penilaian dengan cara memperhatikan suatu kelompok yang
sering mengatakan horay.
2.4. Hasil Belajar
2.4.1. Pengertian Belajar
Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku,
akibat interaksi individu dengan lingkungan. Jadi perubahan perilaku adalah
hasil belajar. Artinya seorang dikatakan telah belajar, jika ia dapat melakukan
sesuatu yang tidak dapat dilakukan sebelumnya. (Sumiati dan Asra 2008:38).
Selanjutnya menurut Sumarjhono (2012:13) mengartikan pembelajaran sebagai
pengetahuan peristiwa yang berada diluar dari pengetahuan siswa, sedangkan
menurut Sugandi (2000:16) Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan
secara sadar dan sengaja.
Menurut Slameto (2010:2) belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungan, sedangkan menurut Heri ( 2012:5) belajar adalah perubahan tingkah
laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan dan pengalaman. Belajar
21
dalam hal ini merupakan proses yang bisa mengubah tingkah laku seseorang
disebabkan adanya reaksi terhadap suatu situasi tertentu atau adanya proses
internal yang terjadi dalam diri seseorang. Menurut Morgan ( Anni, 2005:2)
menyatakan bahwa “belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi
karena hasil dari praktek atau pengalaman”.Slavin (dalam Anni, 2005:2)
menyatakan bahwa “Belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan
oleh pengalaman”.
Berdasarkan pendapat-pendapat mengenai batasan-batasan pengertian
belajar maka dapat disimpulkan bahwa belajar pada dasarnya pengalaman yang
sama dan berulang-ulang dalam situasi tertentu serta berkaitan dengan
perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku tersebut meliputi perubahan
keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan dan pemahaman. Sedang yang
dimaksud pengalaman adalah proses belajar tidak lain adalah interaksi antara
individu dengan lingkungannya.
2.4.2. Prinsip-Prinsip Belajar
Belajar menurut Wingo dalam Sumiati dan Asra (2008:41-43)
didasarkanatas prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Hasil belajar sepatutnya menjangkau banyak segi
Dalam suatu proses belajar, banyak segi yang sepatutnya dicapai sebagai
hasil belajar, yaitu meliputi pengetahuan dan pemahaman tentang konsep,
kemampuan menjabarkan dan menarik kesimpulan serta menilai
kemanfaatan suatu konsep, menyenangi dan memberi respon yang positif
terhadap sesuatu yang dipelajari, dan diperoleh kecakapan melakukan
suatu kegiatan tertentu.
2) Hasil belajar diperoleh berkat pengalaman
Pemahaman dan struktur kognitif dapat diperoleh seseorang melalui
pengalaman melakukan suatu kegiatan.Dalam khasanah peristilahan
pendidikan, hal ini dikenal dengan “learning by doing-yaitu belajar
dengan jalan melakukansuatu kegiatan”.Pemahaman itu bersifat abstrak.
Sesuatu yang abstrak akan mudah diperoleh dengan jalan melakukan
22
kegiatan-kegiatan yang nyata atau konkrit, sehingga orang yang
bersangkutan memperoleh pengalaman yang menuntun pada pemahaman
yang abstrak.
3) Belajar merupakan suatu kegiatan yang mempunyai tujuan
Dalam proses belajar, apa yang ingin dicapai sepatutnya dirasakan dan
dimiliki oleh setiap siswa.
Prinsip belajar pada aktivitas Siswa. Prinsip belajar yang menekankan pada
aktivitas siswa antara lain :
1) Belajar dapat terjadi dengan proses mengalami
2) Belajar merupakan transaksi aktif
3) Belajar secara aktif memerlukan kegiatan yang bersifat fital, sehingga
dapat berupaya mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan pribadinya
4) Belajar terjadi melalui proses mengatasi hambatan (masalah) sehingga
mencapai pemecahan atau tujuan
5) Hanya dengan melalui penyodoran masalah memungkinkan diaktifkanya
motivasi dan upaya, sehingga siswa berpengalaman dengan kegiatan yang
bertujuan
6) Faktor-faktor yang mempengaruhi Belajar siswa
2.4.3. Pengertian Hasil Belajar
Menurut (Sudjana, 2008 : 22 ) Hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dikuasai anak didik dalam
proses belajar mengajar disebut juga dengan hasil belajar.
Menurut Purwanto (2009:44) hasil belajar adalah penilaian pendidikan
tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenan dengan penguasaan
bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka dan nilai-nilai yang terdapat di
dalam kurikulum. Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk
mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan.
Menurut Sudjana, Nana (2009:22) Hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
23
Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar meliputi tiga domain, yaitu
kognitif, efektif, dan psikomotor.
Menurut Suprijono (2009:5-6) secara garis besar terbagi menjadi 3
ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.
a. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual.
b. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap.
c. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasilbelajar keterampilan dan
kemampuan bertindak.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalahkemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya, dimana kemampuan itu terjadi pada aspek kognitif
afektif dan psikomotorik. Mesikpun demikian, dalam penelitian hasil belajar
lebih dibatasi pada aspek kognitif, dimana hasilnya di ukur melalui pemberian
Proses pembelajaran merupakan sebuah aktivitas sadar untuk membuat
siswa belajar, yang berarti pembelajaran merupakan sebuah proses yang
direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Sehingga dapat dikatakan bahwa
hasil belajar merupakan porolehan dari dari proses belajar siswa sesuai dengan
tujuan pembelajaran. Keberhasilan suatu pembelajaran dapat dilihat dari hasil
belajar siswa.Bila hasil belajar tinggi pembelajaran tersebut dikatakan berhasil,
tetapi jika hasil belajar rendah pembelajaran tersebut dikatakan tidak berhasil.
Menurut Winkel (dalam Purwanto 2008: 45), “hasil belajar adalah
perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah
lakunya, perubahan itu mencakup aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik.”Sepaham dengan Winkel, Purwanto (2008: 46) mengungkapkan
“hasil belajar adalah perubahan perilaku manusia akibat belajar, dapat berupa
perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.”Winkel menekankan
bahwa hasil belajar merupakan perubahan mengenai sikap dan tingkah
lakunya.Sedangkan Purwanto hanya menyebutkan perubahan perilaku manusia
setelah belajar.Meskipun demikian, mereka mempunyai kesepahaman bahwa
24
perubahan akibat belajar tersebut berupa 3 aspek, yaitu aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik.
Perubahan perilaku aspek kognitif, afektif dan psikomotorik disebabkan
karena telah mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam
proses belajar mengajar. Perubahan akibat pengalaman belajar, tidak semata-mata
hanya pada perubahan secara kognitif (pengetahuan) saja, tetapi siswa juga dapat
mengalami perubahan secara afektif (sikap) serta mampu melaksanakan tugas –
tugas yang berhubungan dengan performanya (psikomotorik).
Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya
salah satu aspek kompetensi kemanusiaan saja.Hasil belajar yangdiharapkan
dicapai siswa pada ranah kognitif yaitu siswa dapat mengetahui atau menyebutkan
konsep, misalnya dari menghitung luas dan menggunakannya dalam masalah yang
berkaitan dengan luas.Pada ranah afektif yaitu siswa dapat mengembangkan
karakter yang diharapkan (tekun, kerjasama, dan tanggung jawab), siswa juga
dapat berpikir kreatif dan berlatih berkomunikasi.Pada ranah psikomotor yaitu
siswa mampu menggunakan alat peraga dan memecahkan aktivitas pemecahan
masalah menggunakan alat peraga.Jadi ketiga ranah menurut taksonomi Bloom
tersebut, kesemuanya harus dapat dicapai oleh siswa setelah mendapatkan
pembelajaran.Jika ketiga ranah tersebut telah tercapai, dapat dikatakan bahwa
siswa telah berhasil dalam belajarnya.
Dari pendapat para ahli di atas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa
yang disebut dengan hasil belajar adalah perubahan tingkah laku belajar pada
siswa, dimana untuk mengukur perubahan tingkah laku belajar tersebut digunakan
alat yang disebut tes. Nilai yang diperoleh dari hasil tes tersebut kemudian yang
diukur untuk melihat siswa tersebut telah berhasil mencapai belajarnya atau masih
belum. Agar lebih terukur, kriteria nilai sebagai bukti keberhasilan bahwa siswa
tersebut telah berhasil mengikuti proses pembelajaran.
2.4.4. Pengukuran Hasil Belajar
Dilihat dari fungsinya, jenis penilaian ada beberapa macam menurut Sudjana
(2011:5) yaitu penilaian formatif, penilaian sumatif, penilaian diagnostik,
25
penilaian selektif dan penilaian penempatan. Dalam penelitian ini penilaian yang
dilakukan adalah penilaian formatif yaitu penilaian yang dilaksanakan pada akhir
program belajar-mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar
mengajar. Dari segi alatnya, penilaian hasil belajar dapat dibedakan menjadi tes
dan bukan tes (nontes).Tes ini ada yang diberikan secara lisan (menuntut jawaban
secara lisan) ada tes tulisan (menuntut jawaban secara tulisan), dan ada tes
tindakan (menuntut jawaban dalam bentuk perbuatan).Soal-soal tes ada yang
disusun dalam bentuk objektif, ada juga yang dalam bentuk esai dan
uraian.Sedangkan bukan tes sebagai alat penilaian mencakup observasi,
kuesioner, wawancara, skala, dan lain-lain.
2.4.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor
dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 1989 : 39). Dari
pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan
kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark (1981 : 21)
menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh
kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor
dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas
pembelajaran (Sudjana, 2002 : 39). "Belajar adalah suatu perubahan perilaku,
akibat interaksi dengan lingkungannya" (Ali Muhammad, 2004 : 14). Perubahan
perilaku dalam proses belajar terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan.
Interaksi biasanya berlangsung secara sengaja.Dengan demikian belajar dikatakan
berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu.Sebaliknya apabila terjadi
perubahan dalam diri individu maka belajar tidak dikatakan berhasil.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas
pengajaran.Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki
oleh guru.Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual),
bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik).
Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi oleh
dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal) dan
26
faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar
adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran
yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan
kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupa sehingga nampak
pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan
kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak
pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.
2.5. Kajian Penelitian Yang Relevan
Jusman Lapatta, Siti Nuryanti, dan Yusuf Kendek. 2014. Peningkatan
Hasil Belajar Siswa Melalui Penggunaan Model Course Review Horay Pada Mata
Pelajaran IPA Kelas IV SD Inpres Sintuwu. Hasil penelitian menunjukan bahwa
model pembelajaran Course Review Horay dapat meningkatkan ketuntasan belajar
siswa yaitu pada siklus I daya serap klasikal 64,75% dan ketuntasan belajar
klasikal 55%. Hasil belajar pada tindakan siklus II daya serap klasikal 86% dan
ketuntasan belajar klasikal 90%. Berdasarkan hasil ini, dapat ditarik kesimpulan
bahwa Penggunaan Model Course Review Horay pada Mata Pelajaran IPA dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Inpres Sintuwu.
Wiwin Susiati. 2012. Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model
Pembelajaran CRH (Crouse Review Horay) Pada Siswa Kelas V Di SD Negeri
Mojogedang Tahun Ajaran 2011/2012. Hasil dari penelitiannya menunjukkan
adanya peningkatan terhadap hasil belajar siswa yang ditunjukan dengan pada
kondisi awal yang mendapat nilai 6 sebanyak 14 anak, pada siklus I sebanyak 6
anak, pada siklus II sebanyak 0. Pada tahap pra siklus siswa yang mendapat nilai 7
sebanyak 7 anak, pada siklus I sebanyak 10 anak, pada siklus II sebanyak 6 anak.
Pada tahap pra siklus siswa yang mendapat nilai 8 sebanyak 5 anak, pada siklus I
sebanyak 10 anak, pada siklus II sebanyak 13 anak, sedangkan siswa yang
mendapat nilai 9 hanya ada pada siklus II sebanyak 7 anak. Keaktifan siswa dalam
mengungkapkan pendapat meningkat, yaitu: pada tahap pra siklus sebesar 15,3%,
pada tahap siklus I sebesar 53,8%, dan pada tahap siklus II sebesar 65,3%.
Keaktifan siswa dalam bertanya mengalami peningkatan, yaitu: pada tahap pra
27
siklus sebesar 19,2%, pada tahap siklus I sebesar 57,6%, dan pada tahap siklus II
sebesar 57,6%. Keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan juga mengalami
peningkatan, yaitu: pada tahap pra siklus sebesar 26,9%, pada tahap siklus I
sebesar 57,6%, dan pada tahap siklus II sebesar 92,3%.
Detik Dwi Prasetyo. 2015. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA
Melalui Model Course Review Horay (CRH) Berbantuan Media CD Interaktif
Pada Siswa Kelas SDN Gunungpati 01 Semarang. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa: (1) keterampilan guru siklus 1 memperoleh rata-rata skor
25, meningkat pada siklus 2 dengan perolehan rata-rata skor 32,5 (sangat baik);
(2) aktivitas siswa siklus I memperoleh rata-rata skor 20,15 (cukup), meningkat
pada siklus 2 dengan rata-rata skor 23,75 (baik); (3) hasil belajar siswa pada siklus
1 mengalami ketuntasan klasikal sebesar 60,5%, meningkat pada siklus 2
ketuntasan belajar menjadi 84%. Penelitian ini menunjukan model Course Review
Horay berbantuan media CD Interaktif dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
IPA pada siswa kelas IV SDN Gunungpati 01.
Dari beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan diatas, penelitian akan
melakukan penelitian yang sama yaitu dengan menerapakan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Course Review Horay (CRH). Fokus penelitian ini adalah
menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Course Review Horay (CRH)
pada mata pelajaran IPA pada siswa kelas IV di SDN Salatiga 8 pada Semester II
Tahun pelajaran 2015/2016, kemudian penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Course Review Horay (CRH) terkhusus pada siswa kelas IV di SDN Salatiga
8 pada Semester II Tahun pelajaran 2015/2016.
2.6. Kerangka Berpikir
Berdasarkan latar belakang, pada pembelajaran IPA dikelas IV yang masih
menggunakan metode ceramah yang konvensional, guru belum memberikan
kegiatan yang bisa membuat siswa berinteraksi dalam pembelajaran sehingga
menyebabkan masih ada siswa yang belum bisa mendapat hasil belajar yang
memuaskan dan tidak fokus dalam pembelajaran. Hal ini mengakibatkan 16 orang
28
anak (43,24%) dari 37 siswa hasil belajarnya masih dibawah KKM (70)
khususnya untuk mata pelajaran IPA.
Diduga kuat ketuntasan hasil belajar yang tersebut karena pembelajaran
yang masih konvesional, guru masih mendominasi kelas dengan menggunakan
metode ceramah, sehingga siswa kurang berminat pada proses pembelajaran dan
akibatnya hasil belajar siswa yang menjadi rendah. Dalam mengatasi hal tersebut,
peneliti melakukan perbaikan proses pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe CRH (Course Review Horay).Penggunaan model
kooperatif tipe CRH (Course Review Horay)akan dilakukan atau diterapkan oleh
guru pada siklus I, dan bilamana pada siklus hasil belajar siswa belum maksimal
atau meningkat secara signifikan, maka akan dilakukan perbaikan pada kesalahan
siklus I dan melakukan pembelajaran kooperatif tipe CRH (Course Review Horay)
pada siklus ke II. Diharapkan setelah menerapkan pembelajaran dengan model
kooperatif tipe CRH (Course Review Horay) tersebut maka siswa akan lebih aktif
dalam pembelajaran, minat dalam mengikuti pembelajaran dapat meningkat
sehingga hasil belajar siswa dapat dapat meningkat secara signifikan sehingga
mencapai kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan, serta keterampilan guru dan
aktivitas siswa dalam pembelajaran juga dapat meningkat.
2.7. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis
sementara dalam penelitian ini yaitu diduga dengan (1) menggunakan model
pembelajaran Kooperatif Tipe CRH (Course Review Horay) dapat meningkatkan
hasil belajar IPA siswa kelas IV di SDN Salatiga 8 semester II tahun pelajaran
2015/2016. (2) Penerapan model kooperatif tipe CRH dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas IV di SDN Salatiga 8 semester II tahun pelajaran 2015/2016.