bab ii kajian pustaka -...

20
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Baru (New Media) Perkembangan teknologi sekarang ini memberikan pengaruh yang cukup besar untuk kehidupan masyarakat era ini. Teknologi sendiri pada dasarnya sudah memiliki kontribusi dalam menciptakan keberagaman media. Mc Namus (dalam Severin dan Tankard, 2005: 4) mengatakan bahwa ada pergeseran dari ketersediaan media yang dahulu langka dengan akses yang juga terbatas menuju media yang melimpah. 1 John Vivian mengatakan keberadaan media baru seperti internet bisa melampaui pola penyebaran pesan media tradisional; sifat internet yang bisa berinteraksi mengaburkan batas geografis, kapasitas interaksi dan yang terpenting bisa dilakukan secara real time. 2 Yang dimaksud diatas adalah bagaimana media baru dapat mempermudah terjadinya interaksi antar individu. Tidak peduli dimana mereka berada, dan kapan saja mereka ingin melakukan interaksi maka bisa dilakukan pada saat itu juga. Holmes mengatakan jika di media baru khalayak tidak hanya menjadi objek sasaran dari pesan. Tetapi pada perubahan dan kemajuan teknologi media, khalayak diperbaharui perannya untuk menjadi lebih interaktif terhadap pesan tersebut. Kehadian media baru juga membawa kemajuan yang lain. Jika sebelumnya pola komunikasi yang terjadi adalah one-to-many dan one-to-one, maka sekarang bisa menjadi many-to-many dan few-to-few. 3 Istilah internet muncul karena adanya komunikasi terjadi karena ada koneksi perangkat komputer dengan perangkat komputer lainnya. Inilah mengapa internet dikatakan penghubung secara global. Global yang dimaksud bukan hanya dalam pengertian lintas Negara atau wilayah, tapi juga cara kerja yang terhubung dalam 1 Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (CYBERMEDIA) (Jakarta: Prenamedia Group, 2014), 1. 2 Ibid., hlm. 14. 3 Ibid., hlm. 23.

Upload: buihanh

Post on 09-May-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Media Baru (New Media)

Perkembangan teknologi sekarang ini memberikan pengaruh yang cukup besar

untuk kehidupan masyarakat era ini. Teknologi sendiri pada dasarnya sudah memiliki

kontribusi dalam menciptakan keberagaman media. Mc Namus (dalam Severin dan

Tankard, 2005: 4) mengatakan bahwa ada pergeseran dari ketersediaan media yang

dahulu langka dengan akses yang juga terbatas menuju media yang melimpah.1 John

Vivian mengatakan keberadaan media baru seperti internet bisa melampaui pola

penyebaran pesan media tradisional; sifat internet yang bisa berinteraksi mengaburkan

batas geografis, kapasitas interaksi dan yang terpenting bisa dilakukan secara real time.2

Yang dimaksud diatas adalah bagaimana media baru dapat mempermudah terjadinya

interaksi antar individu. Tidak peduli dimana mereka berada, dan kapan saja mereka

ingin melakukan interaksi maka bisa dilakukan pada saat itu juga.

Holmes mengatakan jika di media baru khalayak tidak hanya menjadi objek

sasaran dari pesan. Tetapi pada perubahan dan kemajuan teknologi media, khalayak

diperbaharui perannya untuk menjadi lebih interaktif terhadap pesan tersebut. Kehadian

media baru juga membawa kemajuan yang lain. Jika sebelumnya pola komunikasi yang

terjadi adalah one-to-many dan one-to-one, maka sekarang bisa menjadi many-to-many

dan few-to-few.3 Istilah internet muncul karena adanya komunikasi terjadi karena ada

koneksi perangkat komputer dengan perangkat komputer lainnya. Inilah mengapa

internet dikatakan penghubung secara global. Global yang dimaksud bukan hanya

dalam pengertian lintas Negara atau wilayah, tapi juga cara kerja yang terhubung dalam

1 Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (CYBERMEDIA) (Jakarta: Prenamedia Group, 2014), 1.

2 Ibid., hlm. 14.

3Ibid., hlm. 23.

9

jaringan (online) tanpa mempertimbangkan batasan lokasi, perangkat keras, atau

program yang digunakan.

Keberadaan media baru menawarkan kapasitas untuk memperluas volume

informasi yang memungkinkan individu melalui kontrol yang lebih besar dan suatu

kapasitas untuk menyeleksi informasi tertentu yang mereka harapkan dapat diterima.

Dalam artian dengan adanya media baru, masing-masing individu dapat memilih sendiri

informasi apa yang ingin mereka terima dan tidak terima. Karena masing-masing

individu dapat mengontrol volume informasi yang mereka dapatkan melalui media

baru.

Internet yang merupakan bagian dari media baru adalah salah satu sumber

informasi yang dapat memudahkan individu dalam memenuhi kebutuhannya. Dalam

kasus ini, internet sebagai media dimana para penonton drama Korea yang tidak

berdomisili di Korea dapat menyaksikan drama tersebut. Jika dulu drama Korea hanya

bisa dinikmati oleh warga Korea sendiri, sekarang hampir seluruh dunia bisa

menikmatinya. Tidak hanya drama Korea tapi juga dengan musik pop Korea atau yang

biasa disebut K-Pop dan apapun yang berasal dari Korea dapat kita dapatkan melalui

internet. Masuknya ‘demam Korea’ atau biasa disebut Korean Wave tau Gelombang

Korea ini, membuat banyak individu seperti tersihir dengan apapun yang disuguhkan.

Inilah mengapa Korean Wave menjadi salah satu hal yang paling diminati sekarang ini.

2.2 Gelombang Korea (Korean Wave)

Gelombang Korea atau Korean Wave adalah istilah yang digunakan untuk

penyebaran budaya pop Korea secara global.4 Korean Wave pada umumnya memicu

banyak penikmatnya dari seluruh dunia agar tertarik untuk mempelajari bahasa Korea

dan kebudayaan Korea. Fenomena ini dapat terlihat dengan maraknya penggunaan

4 Helda Yulita, Sarjana Sosial: “Studi Persepsi dan Implikasi dalam Hubungan Sosial pada Mahasiswa Unhas

(Studi Kasus Korean Wave)” (Makassar: Universitas Hasanuddin,2016), 33.

10

produk Korea dari mulai makanan hingga kosmetik, juga dengan barang elektronik,

hingga musik K-Pop dan juga film dan drama atau yang biasa disebut K-Drama.

Korean Wave tidak hanya berpengaruh dengan penggunaan produk Korea saja,

tapi juga dengan gaya hidup penikmatnya. Misalnya seperti perubahan gaya berpakaian,

gaya berbicara, dan juga pola interaksi antar penggemar yang terjadi. Contohnya dalam

pola interaksi adalah penggunaan istilah Korea seperti “Annyeonghaseyo

(안녕하세요)” yang memiliki arti Halo, dan “Kamsahamnida (감사합니다)” yang

memiliki arti Terima Kasih.5

2.2.1. Tayangan Drama Korea

Fenomena Korean Wave saat ini sedang menjadi merambah di beberapa

stasiun televisi Indonesia. Salah satunya dengan menayangkan drama seri Korea

dan acara variety show Korea. Drama seri Korea merupakan program yang

memiliki banyak peminat dengan keseruan ceritanya. Tidak jauh berbeda

dengan sinetron Indonesia, drama seri Korea juga memiliki berbagai konfliknya

masing-masing, yang kadang tidak terduga bagi para audiensnya. Perbedaan

yang cukup signifikan dibanding dengan sinetron Indonesia adalah dimana

drama Korea dibungkus hanya antara 16 - 25 episode saja. Meskipun beberapa

ada yang mencapai ratusan, tetapi kebanyakkan hanya sekitaran angka di atas

saja.6

Masyarakat yang mulai merasa jenuh dengan sinetron Indonesia,

kebanyakan beralih untuk menonton drama seri Korea. Keberhasilan drama seri

Korea mengambil hati penonton di Indonesia dimulai dengan drama Endless

5 http://asianwiki.com/Goblin_(Korean_Drama) diakses pada tanggal 3 Agustus 2017 pukul 01.01 WIB

6 Deansa Putri, Sarjana Komunikasi: “Hubungan Intensitas Menonton Tayangan Drama Seri Korea di Televisi

dan Motif Menonton Tayangan Drama Seri Korea di Televisi dengan Perilaku Berpakaian Remaja” (Semarang: Universitas Diponegoro, 2013), 2.

11

Love. Berdasarkan survey AC Nielsen Indonesia, serial Endless Love mencapai

rating 10 yang diperkirakan ditonton sekitar 2,8 juta audiens di lima kota besar.7

Rakhmat mengatakan dorongan kebutuhan yang berbeda akan membuat

orang memiliki motif yang berbeda pula dalam menggunakan televisi.8

Meskipun drama korea sekarang mulai masuk pertelevisian Indonesia. Tapi

sebagian besar audiensnya masih lebih sering menggunakan media internet

untuk dapat menonton drama-drama Korea. Motif yang berbeda dalam

pemilihan program yang ditonton inilah yang membuat perbedaan efek yang

terjadi pada setiap audiensnya.

2.2.2. Drama Goblin

Gambar 1. Poster Drama Goblin

Goblin adalah salah satu drama seri Korea yang memiliki rating yang

lumayan tinggi pada saat penayangannya. Goblin menjadi salah satu tontonan

7 Ibid., hlm. 3

8 Ibid., hlm. 3

12

wajib bagi para pecinta drama Korea di akhir tahun 2016 dan awal tahu 2017

ini. Drama Goblin sendiri memiliki beberapa nama lainnya seperti Goblin: The

Lonely and Great God dan Guardian: The Lonely and Great God. Sedangkan

dalam bahasa Korea berjudul Sseulsseulhago Chalranhashin-Dokkaebi dan jika

menggunakan Hangul (Alfabet yang digunakan untuk menulis bahasa Korea)

yaitu 쓸쓸하고 찬란하神-도깨비.9

Drama ini disiarkan mulai dari 2 Desember 2016 hingga episode

terakhirnya ditayangka pada 21 Januari 2017 kemarin. Drama ini menceritakan

tentang kehidupan seorang Goblin. Goblin sendiri dalama bahasa Korea disebut

dengan Dokkaebi. Dalam kebanyakan cerita rakyat Korea, Dokkaebi adalah

makhluk mitologi yang memiliki sifat jahil, agak bodoh dan senang

mempermainkan orang jahat. Dokkaebi sendiri berbeda dengan hantu karena

dirinya bukanlah manusia yang mengalami kematian.10

Tetapi jika dalam drama ini Goblin adalah seorang pria tampan yang

memiliki kehidupan abadi karena kutukan dari dewa akan apa yang pernah ia

lakukan pada masa hidupnya. Goblin akan menghilang jika dia sudah

menemukan pengantinnya. Ia pun harus menunggu hingga 900 tahun hingga

akhirnya ia bisa bertemu dengan pengantinnya. Goblin sendiri diperankan oleh

Gong Yoo, dan pengantin Goblin diperankan oleh Kim Go-Eun, ditambah juga

dengan beberapa peran pendukung lainnya.

Di Indonesia sendiri, drama-drama Korea sudah mulai banyak di

tayangkan di televisi lokal. Meskipun netizen banyak yang meminta drama ini

untuk ditayangkan tapi sampai saat ini belum ada yang menayangkan ulang

drama Korea “Goblin”. Sebagai gantinya 7 Agustus 2017 kemarin, drama

9 https://hanguladay.com/handy-expressions/ diakses pada tanggal 3 Agustus 2017 pukul 00.12 WIB

10 http://www.gadis.co.id/ngobrol/4-fakta-legenda-dokkaebi-goblin-korea-selatan- diakses pada tanggal 3 Agustus 2017 pukul 00.45 WIB

13

“Goblin” ditayangkan secara live di aplikasi Line. “Goblin” ditayangkan di Line

Today Channel setiap hari senin sampai jumat mulai pukul 20.00 WIB.11

Bahkan dalam tayang ulang yang dilakukan Line, drama “Goblin” sudah

dilengkapi dengan subtitle bahasa Indonesia.

Jalan cerita yang menghibur, tema yang unik, pemain utama dan pemain

pendukung yang mempunyai kharismanya sendiri, juga istilah-istilah unik dan

eye-catching seperti “Dokkaebi” dan “Ahjussi” (yang berarti paman) membuat

drama ini banyak menarik perhatian dari para penontonnya di seluruh dunia

hingga mendapatkan rating sampai 18.6% menurut AGB Nielsen Korea di

episode terakhirnya. Selain itu, drama ini memenangkan 2 penghargaan di acara

53rd

Baeksang Award, yaitu ajang pemberian penghargaan bagi pelaku industri

televisi dan film di Korea selatan. Dalam acara ini, penulis naskah “Goblin”

memenangkan penghargaan Grand Award yang merupakan penghargaan utama

dalam acara tersebut.

11

http://entertainment.kompas.com/read/2017/08/05/121625310/drama-korea-goblin-bakal-tayang-setiap-hari-di-line-today diakses pada tanggal 21 September 2017, pukul 19.14 WIB.

14

Gambar 2. Rating Drama Goblin

Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

pengaruh yang terjadi setelah menonton drama Goblin pada interaksi

audiensnya.

2.3 Interaksi Sosial

2.3.1 Komunikasi

Komunikasi secara etimologis berasal dari bahasa Inggris yaitu

communication dan juga dari bahasa Latin communicatio. Kata communicatio

memiliki arti sama, yang dimaksud sama disini adalah persamaan makna.

Kesamaan bahasa yang digunakan belum tentu akan memberikan kesamaan

makna. Maka seharusnya komunikasi itu minimal mengandung kesamaan

makna antara dua pihak yang terlibat.

15

Salah satu jenis komunikasi yang banyak mempengaruhi masyarakat

adalah komunikasi massa. Komunikasi massa menurut Bittner (1980: 10) adalah

pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.

Komunikasi massa memiliki proses komunikasi secara sekunder karena

bergantug pada peralatan teknis, baik media cetak (surat kabar) maupun media

elektronik (radio, televisi, media on line internet). Karena itu pesan yang

disampaikan bersifat searah dan kita tidak dapat memberikan tanggapan secara

langsung.

2.3.2 Sosiologi Komunikasi

Soerjono Soekanto dalam pandangannya mengatakan, sosiologi

komunikasi merupakan kekhususan sosiologi dalam mempelajari interaksi sosial

yaitu suatu hubungan atau komunikasi yang menimbulkan proses saling

pengaruh-mempengaruhi antara individu, individu dengan kelompok maupun

antar kelompok. (Soekanto,2002) Secara komprehensif sosiologi komunikasi

mempelajari tentang interaksi sosial dengan segala aspek yang berhubungan

dengan interaksi tersebut. Misalnya seperti bagaimana interaksi dilakukan

dengan menggunakan media, bagaimana efek media sebagai akibat dari

interaksi tersebut, bagaimana perubahan-perubahan sosial dalam masyarakat

yang terjadi karena efek media, dan juga efek sosial apa yang ditanggung

masyarakat sebagai akibat dari perubahan-perubahan tersebut.

Sosiologi komunikasi menempatkan manusia sebagai objek kajia

materiilnya. Tetapi objek kajian dari sosiologi komunikasi menekankan pada

aspek aktivitas manusia sebagai makhluk sosial yang melakukan aktivitas

sosiologi yaitu proses sosial dan komunikasi. Selain itu ada juga

kemajuanteknologi telekomunikasi, media, dan informatika yang membawa

dampak dan perubahan pada masyarakat.

16

2.3.3 Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis

yang menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-

kelompok manusia maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia

(Gillin dan Gillin dalam Soekanto, 2012).12

Sedangkan menurut Walgito,

interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan individu lain,

individu satu dapat mempengaruhi individu lain atau sebaliknya, jadi terdapat

adanya hubungan yang saling timbal balik. Dengan adanya interaksi sosial dapat

membuat individu memelihara tingkah laku sosialnya juga meningkatkan

kuantitas dan kualitas dari tingkah laku sosialnya di dalam situasi sosial. Semua

manusia berinteraksi dengan sesama dengan cara melakukan komunikasi.

Komunikasi tidak hanya dengan kata-kata yang terucap tetapi juga dengan

semua bentuk interaksi. Misalnya dengan senyuman, anggukan kepala, sikap

badan yang mendukung diterimanya pengertian, sikap dan perasaan yang sama.

Dengan diterimanya pengertian yang sama inilah yang disebut dengan

komunikasi.13

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya interaksi sosial.

Seperti apa yang dipaparkan Soerjono Soekanto dalam bukunya, interaksi sosial

akan berlangsung jika terjadi aksi dan reaksi antara kedua belah pihak14

.

Interaksi sosial tidak akan terjadi jika manusia mengadakan hubungan yang

langsung dengan sesuatu yang sama sekali tidak berpengaruh terhadap system

12

Virgia Ningrum Fatnar & Choirul Anam, "Kemampuan Interaksi Sosial Antara Remaja Yang Tinggal Di Pondok Pesantren Dengan Yang Tinggal Bersama Keluarga". Jurnal Fakultas Psikologi. Vol. 2 No. 2, 2014, 72.

13 Amrin Tegar Sentosa. "Pola Komunikasi Dalam Proses Interaksi Sosial di Pondok Pesantren Nurul Islam Samarinda". Jurnal Ilmu Komunikasi. Vol. 3 No. 3, 2015, 492.

14 Leni B. Amiri, Sarjana Sosiologi: "Interaksi Sosial Antar Etnis (Studi Kasus Interaksi Antar Etnis di Desa Kaaruyan)." (Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo, 2013), 9.

17

syarafnya sebagai akibat hubungannya tersebut. Proses interaksi sosial dapat

berlangsung dengan didasari beberapa faktor, antara lain:

a. Imitasi

Imitasi memiliki peranan yang kuat dalam interaksi sosial. Imitasi

sendiri merupakan peniruan secara langsung dari perilaku yang diamati. Hal

ini dapat terlihat jelas dalam dunia mode, adat istiadat, dunia usaha, perilaku

kejahatan dan lain sebagainya. Imitasi merupakan salah satu faktor yang

sangat berperan dalam pergaulan masyarakat.15

Jika dikaitkan dengan

penelitian ini, misalnya seperti menirukan istilah-istilah korea seperti

ahjussi, dokkaebi, dan lain-lain. Atau juga dengan menirukan gaya bicara

dari tokoh-tokoh yang ada di drama tersebut.

b. Sugesti

Sugesti yang dimaksud disini adalah sugesti secara psikologi, dimana

seorang individu menerima cara penglihatan atau pedoman tingkah laku dari

orang lain tanpa kritik. Sugesti juga merupakan proses pengoperan atau

penerimaan suatu hal yang dilakukan seseorang atau masyarakat tampak

kritik atau penelitian lebih cermat.16

Jika dikaitkan dengan penelitian ini

misalnya, dengan kita sebagai penonton mempercayai bahwa tokoh-tokoh

yang ada dalam drama tersebut adalah sesuatu yang nyata.

c. Simpati

Simpati adalah perasaan tertariknya seseorang dengan orang yang

lain. Simpati muncul dalam diri seorang individu tidak atas dasar rasional,

melainkan berdasarkan penilaian perasaan seperti juga pada proses

15

Septina Nur Istiqomah, Sarjana Psikologi: "Pengaruh Kematangan Emosi dan Kecerdasan Sosial Terhadap Interaksi Sosial Siswa Program Akselerasi" (Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2015), 18.

16 Septina Nur Istiqomah, Sarjana Psikologi: "Pengaruh Kematangan Emosi dan Kecerdasan Sosial Terhadap Interaksi Sosial Siswa Program Akselerasi" (Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2015), 18.

18

identifikasi. Dalam simpati, seseorang akan tiba-tiba tertarik kepada orang

lain bukan karena salah satu ciri tertentu, melainkan keseluruhan cara-cara

bertingkah laku yang menarik baginya.17

Jika dikaitkan dengan penelitian ini

misalnya kita sebagai penonton akan tertarik untuk berinteraksi dan

berkomunikasi dengan orang yang sama-sama menyukai drama Korea.

d. Identifikasi

Identifikasi dalam psikologi memiliki arti dorongan untuk menjadi

identik (sama) dengan orang lain, baik secara fisik maupun non fisik. Proses

identifikasi seringkali pertama kali berlangsung secara tidak sadar.

identifikasi juga bersifat irasional yaitu dengan berdasarkan perasaan-

perasaan atau kecenderungan-kecenderungan dirinya yang tidak

diperhitungkan secara rasional. terakhir, identifikasi berguna untuk

melengkapi sistem norma-norma, cita-cita dan pedoman-pedoman tingkah

laku orang yang mengidentifikasi.18

Jika dikaitkan dengan penelitian ini

misalnya penonton mencoba untuk menjadi tokoh yang ada dalam drama

tersebut di dalam kehidupannya sehari-hari. Juga dengan mencoba untuk

bisa berbahasa Korea agar bisa sama seperti tokoh-tokoh dalam drama

tersebut yang berkomunikasi menggunakan bahasa Korea.

Selain faktor-faktor, Soerjono juga menjelaskan bentuk-bentuk interaksi

sosial. Menurut Soerjono Soekanto bentuk-bentuk interaksi sosial dapat

menghasilkan proses sosial yang asosiatif dan disosiatif yaitu faktor yang

dipengaruhi dari dalam dan diluar itu sendiri.19

Ada beberapa proses interaksi

sosial menurut Soekanto yaitu:

17

Ibid., hlm. 19. 18

Ibid., hlm. 19. 19

Leni B. Amiri, Sarjana Sosiologi: "“Interaksi Sosial Antar Etnis” (Studi Kasus Interaksi Antar Etnis di Desa Kaaruyan)." (Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo, 2013), 10.

19

A. Proses Asosiatif:

a. Kerja Sama yang berarti suatu usaha bersama antara perorangan atau

kelompok untuk mencapai suatu tujuan.

b. Akomodasi sebagai suatu proses di mana orang perorangan saling

bertentangan kemudian saling mengadakan penyesuaian diri untuk

mengatasi ketegangan.

c. Asimilasi yaitu pengembangan sikap-sikap yang sama dengan tujuan

untuk mencapai kesatuan atau paling sedikit mencapai integrasi, pikiran

dan tindakan.

B. Proses Disosiatif:

d. Persaingan sebagai suatu proses di mana individu atua kelompok

bersaing mencari keuntungan melalui bidang kehidupan dengan cara

menarik perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada tanpa

mempergunakan kekerasan atau ancaman.

e. Konflik yaitu dimana individu atau kelompok berusaha memenuhi tujuan

dengan jalan menantang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan.

Akhirnya dapat disimpulkan jika interaksi sosial merupakan

kesanggupan individu untuk saling berhubungan dan bekerja sama dengan

individu lain maupun kelompok untuk dapat mempengaruhi, mengubah atau

memperbaiki individu lain dan sebaliknya, sehingga terjadi hubungan saling

timbal balik. Jika dikaitkan dengan penelitian yang akan diteliti oleh peneliti,

interaksi yang terjadi adalah dimana individu yang sudah menonton drama

Korea Goblin dapat berinteraksi dengan sesama individu yang sudah menonton

juga. Sehingga terjadi hubungan timbal balik dimana jika individu satu

menggunakan istilah Korea maka individu lainnya juga akan mengerti apa yang

dimaksud.

20

Selain itu dengan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya

interaksi sosial maka faktor-faktor ini yang akan digunakan oleh peneliti.

Peneliti hanya memilih 2 faktor sebagai bahan penelitian yaitu faktor imitasi dan

faktor identifikasi. Dalam kaitannya dengan judul penelitian ini, peneliti

mencoba untuk mengetahui apakan dengan menonton drama Korea “Goblin”

audiens akan dipengaruhi interaksi sosialnya dalam faktor imitasi dan

identifikasi.

2.4 Teori Kultivasi

Teori kultivasi menyatakan bahwa para pecandu (penonton berat/heavy viewers)

televisi membangun keyakinan yang berlebihan bahwa “dunia itu sangat

menakutkan”.20

Ini disebabkan oleh keyakinan bahwa apa yang audiens lihat di televisi

adalah apa yang mereka yakini terjadi juga di kehidupan sehari-hari. Teori ini

dikemukakan oleh George Gerbner yang melakukan penelitian terhadap perilaku

penonton televisi yang dikaitkan dengan materi berbagai program televisi yang ada di

Amerika Serikat. Marshall McLuhan juga menyatakan bahwa televisi merupakan suatu

kekuatan yang secara dominan dapat memengaruhi masyarakat modern.21

Kekuatan ini

didapatkan melalui berbagai symbol untuk memberikan berbagai gambaran yang

terlihat nyata dan penting seperti sebuah kehidupan sehari-hari.

Dalam teori ini dijelaskan dua tipe penonton televisi yang mempunyai

karakteristik saling bertentangan atau bertolak belakang, yaitu:

a. Para pecandu/penonton fanatik (heavy viewers)

20

Morrisan - Andy Corry Wardhani - Farid Hamid U, Teori Komunikasi Massa Media, Budaya, dan Masyarakat (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), 105.

21 Ibid., hlm. 106.

21

Para pecandu adalah mereka yang menonton televisi lebih dari 4 jam

setiap hari.

b. Penonton biasa (light viewers)

Penonton biasa adalah mereka yang menonton televisi 2 jam atau kurang

setiap harinya.

Jika dikaitkan dengan penelitian ini perbedaan yang ada merupakan medianya.

Dimana jika dalam teori ini medianya adalah televisi sedangkan di penelitian ini

menggunakan internet. Karena drama Korea lebih mudah diakses menggunakan

internet. Tipe yang dijelaskan juga sama untuk menentukan apakah audiens tersebut

seorang heavy viewers atau light viewers.

2.5 Daya Tarik

Daya tarik merupakan salah satu faktor yang harus dimiliki komunikator untuk

menentukan berhasil atau tidaknya komunikasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI), daya tarik adalah kemampuan menarik (memikat) perhatian. Tidak jauh

berbeda dengan KBBI, dalam Kamus Komunikasi daya tarik yaitu kekuatan yang

mampu memikat perhatian. Onong Uchjana Effendy mengatakan bahwa daya tarik

adalah kekuatan penampilan komunikator dalam memikat perhatian, sehingga

seseorang mampu untuk mengungkapkan kembali pesan yang ia peroleh dari media

komunikasi.22

Alo Liliweri dalam bukunya mengemukakan bahwa daya tarik

merupakan appeals pesan yang mengacu pada motif psikologis yang mengandung

pesan rasional emosional dengan himbauan akan ganjaran tertentu.23

Ada berbagai

macam daya tarik dalam tayangan, misalnya:

22

Vonny Lestari, Sarjana Komunikasi: "Daya Tarik dan Kepuasan Program Acara "Show Imah" di Trans TV Terhadap Remaja Rt.01/09 Kelurahan Sarua Indah, Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan." (Jakarta: Universitas Esa Unggul, 2013), 14.

23 Loc.cit.

22

a. Daya Tarik Selebritis

Suatu tayangan akan menarik jika selebritis yang penonton kenal

menjadi bintang dalam tayangan tersebut.

b. Daya Tarik Humor

Adanya selipan humor dalam suatu acara merupakan salah satu hal

yang dinanti dan diminati penonton.

c. Daya Tarik Musik

Musik dinikmati semua kalangan, sehingga dengan adanya musik

dapat menarik perhatian penonton untuk menonton tayangan tersebut.

d. Daya Tarik Artistik

Artistik disini dapat diartikan dengan semua aspek perfilman, mulai

dari sinematografi, lighting, hingga wardrobe yang ada di tayangan tersebut.

e. Daya Tarik Pesan

Pesan dapat dilihat dari jalan cerita yang dibuat oleh penulis.

Sehingga jika seseorang dapat mengerti pesan yang disampaikan dalam

tayangan tersebut maka terdapat daya tarik yang besar dalam tayangan

tersebut.

2.6 Teori Kognitif Sosial

Teori kognitif sosial ini digagas dan dikembangkan oleh seorang ahli psikologi

Albert Bandura. Teori ini berorientasi pada diri individu. Teori ini memberikan

kerangka pemikiran yang memungkinkan kita menganalisis pengetahuan manusia

(fungsi mental) yang akan menghasilkan perilaku tertentu. Proses mental yang bekerja

ketika seseorang belajar memahami lingkungannya secara lebih luas dan komprehensif

adalah penjelasan dari teori ini. Teori kognitif sosial memiliki argumentasi yaitu

23

manusia meniru perilaku yang dilihatnya, dan proses peniruan terjadi melalui dua cara,

imitasi dan identifikasi.24

Imitasi adalah replika atau peniruan secara langsung dari perilaku yang diamati.25

Sedangkan identifikasi adalah perilaku meniru yang bersifat khusus yang mana

pengamat tidak meniru secara persis seperti apa yang dilihatnya, tapi membuatnya

menjadi lebih umum dengan memiliki tanggapan yang berhubungan.26

Contoh dari

imitasi adalah jika seorang anak menonton Tom & Jerry dan melihat adegan pemukulan

menggunakan tongkat, maka anak itu akan meniru dengan memukul temannya

menggunakan tongkat juga. Lalu contoh dari identifikasi adalah, anak yang menonton

Tom & Jerry tadi menonton adegan pemukulan dengan tongkat, tetapi dia tidak

melakukan hal yang sama ke temannya, misalnya dia lebih memilih untuk menyiram

satu ember air kepada temannya.

2.7 Penelitian Terdahulu

24

Morrisan - Andy Corry Wardhani - Farid Hamid U, Teori Komunikasi Massa Media, Budaya, dan Masyarakat (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), 98.

25 Ibid.

26 Morrisan - Andy Corry Wardhani - Farid Hamid U, Teori Komunikasi Massa Media, Budaya, dan Masyarakat (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), 99.

24

Penelitian sebelumnya yang terkait dalam penelitian ini bisa dilihat dari tabel

dibawah ini:

Tabel 2.1

Tabel Penelitian Terdahulu

No. Nama Judul & Teori Hasil

1. Yessi Paradina Sella Analisa Perilaku

Imitasi Dikalangan

Remaja Setelah

Menonton

Tayangan Drama

Seri Korea di

Indosiar (Studi

Kasus Perumahan

Pondok Karya

Lestari Sei Kapih

Samarinda)

Teori Peluru atau

Jarum Hipodermik

Teori Agenda

Setting

Teori Kultivasi

Teori Perilaku

Adanya perilaku dasar remaja

yang mengalami perubahan akibat

paparan secara rutin oleh media

televisi melalui drama seri Korea

di Indosiar. Perubahan tersebut

adalah perilaku meniru cara

berpakaian dan memakai make up

secara keseluruhan atau kita sebut

dengan perilaku imitasi.

2. Deansa Putri Hubungan

Intensitas

Menonton

Tayangan Drama

Seri Korea di

Televisi dan Motif

Menonton

Tayangan Drama

Terdapat hubungan yang sangat

signifikan antara variabel

intensitas menonton tayangan

drama seri Korea dengan variabel

perilaku berpakaian remaja.

Terdapat hubungan yang sangat

signifikan antara variabel motif

menonton tayangan drama seri

25

Seri Korea di

Televisi dengan

Perilaku

Berpakaian Remaja

Powerfull Effect

Theory

Korea di televisi dengan variabel

perilaku berpakaian remaja.

Terdapat hubungan yang sangat

signifikan antara variabel

intensitas menonton tayangan

drama seri Korea di televisi dan

variabel motif menonton tayangan

drama seri Korea di televisi

dengan variabel perilaku

berpakaian remaja.

3. Helda Yulita Studi Persepsi dan

Implikasi dalam

Hubungan Sosial

pada Mahasiswa

Unhas (Studi Kasus

Korean Wave)

Teori

Interaksionisme

Simbolik

Teori Perubahan

Sosial dan

Kebudayaan

Terdapat berbagai perubahan gaya

hidup para penggemar terlihat dari

perubahan penampilannya. Secara

fisik terlihat bahwa para

penggemar merubah

penampilannya mengikuti

idolanya.

Dampak sosial disosiatif yang

terjadi persaingan diantara para

penggemar drama Korea dalam

mendapatkan drama Korea terbaru

dan memiliki asesoris drama

Korea terbaru. Sedangkan

konteraversi yang terjadi adalah

adanya pertentangan antara

penggemar dan bukan penggemar

dimana mereka menganggap

bahwa para penggemar drama

Korea terkesan berlebihan dalam

mengeskpresikan dirinya.

26

Penelitian-penelitian di atas merupakan sebagian kecil dari penelitian mengenai

efek media massa ataupun pengaruh dari isu Korean Wave. Penelitian-penelitian di atas

juga mengambil aspek yang berbeda-beda. Sehingga peneliti juga melakukan hal yang

hampir sama.

Persamaan yang ada dengan penelitian-penelitian terdahulu adalah dimana topik

yang di ambil sama yaitu mengenai dampak Korean Wave ataupun drama Korea. Lalu

perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah mengenai pengaruh

interaksi sosial yang terjadi di antara mahasiswa FISKOM UKSW setelah menonton

drama Korea "Goblin".

2.8 Kerangka Pikir

Gambar 3. Kerangka Pikir

Drama Korea

“Goblin”

Audiens / Penonton / Penyuka Drama Korea

(Mahasiswa/i FISKOM UKSW)

Teori Kultivasi

- Intensitas Menonton

- Daya Tarik

Pengaruh Interaksi Sosial

a. Imitasi

b. Sugesti

c. Simpati

d. Identifikasi

27

Keberadaan drama Korea yang mengambil perhatian dari seluruh dunia membuat

masyarakat menjadi antusias. Salah satu drama yang pada awal tahun ini sangat di

gemari oleh penontonnya adalah drama Korea "Goblin". Dengan alur cerita yang unik

dan juga istilah-istilah yang jarang dipergunakan dalam drama Korea pada umumnya,

membuat "Goblin" mempunyai banyak penggemarnya. Para penggemarnya tidak

hanya mengagumi dalam hal pemain ataupun jalan cerita saja, tapi juga sebutan-sebutan

unik yang jarang di dengar tersebut. Bahkan tidak jarang penyuka drama Korea juga

sesekali menggunakan istilah-istilah Korea dalam berkomunikasi satu dengan yang lain.

Seperti apa yang dijelaskan dalam bab 2 tentang interaksi sosial mengenai faktor-

faktor yang mempengaruhi interaksi sosial, maka audiens meniru perilaku seperti apa

yang dilihatnya, maka tidak heran jika sebagai penonton drama Korea maka akan

dengan senang hati jika menggunakan istilah-istilah Korea juga. Juga dengan teori

Kultivasi kita dapat mengetahui apakah seseorang termasuk dalam heavy viewers atau

light viewers yang dapat membantu dalam penelitian ini.

2.9 Hipotesis

H0: Drama Korea “Goblin” tidak berpengaruh terhadap interaksi sosial mahasiswa.

H1: Drama Korea “Goblin” berpengaruh terhadap interaksi sosial mahasiswa.