bab ii kajian pustaka dan hipotesis penelitian 2.1 ... … · satu kelas saham saja, saham tersebut...

22
14 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuitas (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain seperti pemerintah dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi dengan demikian, pasar modal menfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya (Tandelilin, 2010:26). Undang-undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal mendefinisikan pasar modal sebagai Kegiatan yang bersangkutan dengan umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek. Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan instrumen jangka panjang yaitu jangka waktu yang lebih dari 1 tahun seperti saham, obligasi, waran, right, reksa dana, dan berbagai instrumen derivatif seperti option, futures dan lain-lain. (www.idx.co.id). Menurut Samsul (2006:43), tujuan dan manfaat pasar modal dapat dilihat dari 3 sudut pandang, yaitu:

Upload: others

Post on 14-Aug-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... … · satu kelas saham saja, saham tersebut biasanya dalam bentuk saham biasa (common stock). Pemegang saham adalah pemilik

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Landasan Teori dan Konsep

2.1.1 Pengertian Pasar Modal

Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen

keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi),

ekuitas (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun lainnya. Pasar modal

merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain seperti

pemerintah dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi dengan demikian, pasar

modal menfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan

terkait lainnya (Tandelilin, 2010:26).

Undang-undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal

mendefinisikan pasar modal sebagai “Kegiatan yang bersangkutan dengan umum

dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang

diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek”. Instrumen

keuangan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan instrumen jangka

panjang yaitu jangka waktu yang lebih dari 1 tahun seperti saham, obligasi,

waran, right, reksa dana, dan berbagai instrumen derivatif seperti option, futures

dan lain-lain. (www.idx.co.id).

Menurut Samsul (2006:43), tujuan dan manfaat pasar modal dapat dilihat

dari 3 sudut pandang, yaitu:

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... … · satu kelas saham saja, saham tersebut biasanya dalam bentuk saham biasa (common stock). Pemegang saham adalah pemilik

15

1) Sudut Pandang Negara

Pasar modal dibangun dengan tujuan untuk menggerakkan perekonomian

suatu negara melalui kekuatan swasta dan mengurangi beban negara.

Negara memiliki kekuatan swasta dan kekuasaan untuk mengatur bidang

perekonomian tetapi tidak harus memiliki perusahaan sendiri. Di negara

maju, pasar modal merupakan sarana utama dalam pembangunan

perekonomiannya, negara maju tidak membutuhkan Badan Usaha Milik

Negara (BUMN), tetapi butuh usaha swasta yang profesional yang

tercermin dalam pasar modal. Perusahaan perkebunan, telekomunikasi,

transportasi, dan sebagainya yang dianggap vital serta menyangkut

kepentingan publik juga dimiliki dan dikelola oleh pihak swasta, tetapi

persyaratan penjualan diatur oleh perundangan yang sangat ketat. Negara

tidak perlu membiayai pembangunan ekonominya dengan cara meminjam

dana dari pihak asing, sepanjang pasar modal dapat difungsikan dengan

baik.

2) Sudut Pandang Emiten

Pasar modal merupakan sarana untuk mencari tambahan modal. Perusahaan

berkepentingan untuk mendapatkan dana dengan biaya yang lebih murah

dan hal itu hanya bisa diperoleh di pasar modal. Modal pinjaman dalam

bentuk obligasi jauh lebih murah daripada kredit jangka panjang perbankan.

Meningkatkan modal sendiri jauh lebih baik daripada meningkatkan modal

pinjaman, khususnya untuk menghadapi persaingan yang semakin tajam di

era globalisasi. Perusahaan yang pada awalnya memiliki utang lebih tinggi

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... … · satu kelas saham saja, saham tersebut biasanya dalam bentuk saham biasa (common stock). Pemegang saham adalah pemilik

16

daripada modal sendiri dapat berbalik memiliki modal sendiri yang lebih

tinggi daripada utang apabila memasuki pasar modal, sehingga dapat

dikatakan pasar modal adalah sarana untuk memperbaiki struktur modal

perusahaan.

3) Sudut Pandang Masyarakat

Masyarakat memiliki sarana baru untuk menginvestasikan uangnya.

Investasi yang semula dilakukan dalam bentuk deposito, tanah, emas, atau

rumah sekarang dapat dilakukan dalam bentuk saham dan obligasi. Pada

saat investor melakukan investasi dalam bentuk rumah atau tanah butuh

ratusan juta rupiah, maka investasi dalam bentuk efek dapat dilakukan

dengan dana di bawah lima juta rupiah. Jadi, pasar modal merupakan sarana

yang baik untuk melakukan investasi dalam jumlah yang tidak terlalu besar

bagi kebanyakan masyarakat. Jika pasar modal itu berjalan dengan baik,

jujur, pertumbuhannya stabil dan harganya tidak terlalu bergejolak, maka

sarana itu akan mendatangkan kemakmuran bagi masyarakat.

2.1.2 Pengertian Saham

Salah satu instrumen pasar modal di Indonesia adalah Saham. Saham

merupakan sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan dan

pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan

serta berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Menerbitkan

saham merupakan salah satu pilihan perusahaan dalam memutuskan pendanaan

perusahaannya (Tandelilin, 2010:31). Terdapat dua jenis saham yang

diperdagangkan di pasar modal yaitu sebagai berikut.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... … · satu kelas saham saja, saham tersebut biasanya dalam bentuk saham biasa (common stock). Pemegang saham adalah pemilik

17

1) Saham preferen

Hartono (2014:111) menyatakan saham preferen mempunyai sifat gabungan

(hybrid) antara obligasi (bond) dan saham biasa. Seperti bond yang

membayarkan bunga atas pinjaman, saham preferen juga memberikan hasil

yang tetap berupa dividen preferen. Seperti saham biasa, dalam hal likuidasi,

klaim pemegang saham preferen dibawah klaim pemegang obligasi (bond).

Dibandingkan dengan saham biasa, saham preferen mempunyai beberapa

hak, yaitu hak atas dividen tetap dan hal pembayaran terlebih dahulu jika

terjadi likuidasi, oleh karena itu saham preferen dianggap mempunyai

karakteristik ditengah-tengah antara bond dan saham biasa.

2) Saham biasa

Hartono (2014:116) menyatakan apabila perusahaan hanya mengeluarkan

satu kelas saham saja, saham tersebut biasanya dalam bentuk saham biasa

(common stock). Pemegang saham adalah pemilik dari perusahaan yang

mewakilkan kepada manajemen untuk menjalankan operasi perusahaan.

sebagai pemilik perusahaan pemegang saham biasa memiliki beberapa hak

diantaranya yaitu sebagai berikut.

(1) Hak kontrol

Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memilih dewan direksi. Ini

berarti bahwa pemegang saham mempunyai hak untuk mengontrol siapa

yang akan memimpin perusahaannya. Pemegang saham dapat melakukan

hak kontrolnya dalam bentuk memveto dalam pemilihan direksi di rapat

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... … · satu kelas saham saja, saham tersebut biasanya dalam bentuk saham biasa (common stock). Pemegang saham adalah pemilik

18

tahunan pemegang saham atau memveto pada tindakan-tindakan yang

membutuhkan persetujuan pemegang saham.

(2) Hak menerima pembagian keuntungan

Pemilik perusahaan pemegang saham biasa berhak mendapat bagian dari

keuntungan perusahaan. Tidak semua laba dibagikan, sebagian laba akan

ditanamkan kembali ke dalam perusahaan. Laba yang ditahan ini

merupakan sumber dana internal perusahaan. Laba yang tidak ditahan

dibagikan dalam bentuk dividen. Jika perusahaan memutuskan untuk

membagi keuntungan dalam bentuk dividen, semua pemegang saham

biasa mendapatkan haknya yang sama. Pembagian dividen untuk saham

biasa dapat dilakukan jika perusahaan sudah membayarkan dividen untuk

saham preferen.

(3) Hak preemtif

Hak preemtif merupakan hak untuk mendapatkan persentasi kepemilikan

yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham.Jika

perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham, maka jumlah saham

beredar akan lebih banyak dan akibatnya persentase kepemilikan

pemegang saham yang lama akan turun. Hak preemtif memberi prioritas

kepada pemegang saham lama untuk membeli tambahan saham yang

baru sehingga persentase kepemilikannya tidak berubah.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... … · satu kelas saham saja, saham tersebut biasanya dalam bentuk saham biasa (common stock). Pemegang saham adalah pemilik

19

2.1.3 Return Saham

Menurut Tandelilin (2010:102), return adalah keuntungan yang merupakan

kompensasi atas waktu dan risiko terkait dengan investasi yang dilakukan. Return

dibedakan menjadi dua, yaitu pengembalian yang telah terjadi (actual return)

yang dihitung berdasarkan data historis dan pengembalian yang diharapkan

(expected return) akan diperoleh investor di masa depan. Komponen return

tersebut meliputi:

1) Untung/rugi modal (capital gain/loss) merupakan keuntungan (kerugian) bagi

investor yang diperoleh dari kelebihan harga jual (harga beli) di atas harga

beli (harga jual) yang keduanya terjadi di pasar sekunder.

2) Imbal hasil (yield) merupakan pendapatan atau aliran kas yang diterima

investor secara periodik, misalnya berupa dividen atau bunga. Yield

dinyatakan dalam persentase dari modal yang ditanamkan.

Capital gain merupakan selisih antara harga saham saat ini (Closing price

bulanan pada periode t) dengan harga saham periode sebelumnya (Closing price

bulanan pada periode t-1) dibagi dengan harga saham periode sebelumnya

(Closing price bulanan pada periode t-1). Closing price adalah harga penutup atau

harga perdagangan terakhir untuk suatu periode. Karena ketersediaanya, closing

price adalah harga yang paling sering digunakan untuk analisis (Nugroho, 2012).

2.1.4 Analisis Fundamental

Melakukan analisis dan memilih saham terdapat dua pendekatan dasar,

yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis teknikal merupakan

upaya untuk memperkirakan harga saham (kondisi pasar) dengan mengamati

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... … · satu kelas saham saja, saham tersebut biasanya dalam bentuk saham biasa (common stock). Pemegang saham adalah pemilik

20

perubahan harga saham tersebut di waktu lalu. Analisis fundamental merupakan

analisis yang memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan

mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di

masa yang akan datang dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut

sehingga diperoleh taksiran harga saham (Husnan, 2009:307). Banyak faktor yang

mempengaruhi harga saham, maka untuk melakukan analisis fundamental

diperlukan beberapa tahapan analisis yang diawali dengan analisis ekonomi atau

pasar, kemudian dilanjutkan analisis industri dan terakhir dilakukan analisis

terhadap perusahaan (Husnan, 2009:309).

Analisis ekonomi dilakukan dengan mengamati perubahan yang terjadi

pada kondisi ekonomi di suatu negara. Analisis kondisi ekonomi adalah dasar dari

analisis sekuritas, dimana jika kondisi ekonomi buruk maka kemungkinan besar

tingkat kembalian saham-saham yang beredar akan merefleksikan penurunan yang

sebanding. Namun jika kondisi ekonomi baik, maka refleksi harga saham akan

baik juga (Husnan, 2009:313).

Analisis Industri merupakan tahap selanjutnya dalam analisis fundamental.

Dalam analisis industri, investor mencoba membandingkan kinerja dari berbagai

industri untuk mengetahui jenis industri apa saja yang memberikan prospek paling

menjanjikan ataupun sebaliknya. Industri dianalisis melalui penelaahan berbagai

data yang menyangkut tentang penjualan, laba, dividen, struktur modal, jenis

produk yang dihasilkan, regulasi, inovasi dan sebagainya. Terdapat beberapa

langkah dalam melakukan analisis industri. Langkah pertama, yang dapat

dilakukan adalah dengan mengidentifikasi tahap kehidupan produknya. Langkah

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... … · satu kelas saham saja, saham tersebut biasanya dalam bentuk saham biasa (common stock). Pemegang saham adalah pemilik

21

berikutnya adalah menganalisis industri dalam kaitannya dengan kondisi

perekonomian. Langkah ketiga adalah analisis kualitatif terhadap industri tersebut,

yang dimaksudkan untuk membantu pemodal menilai prospek industri di masa

yang akan datang (Husnan, 2009:321-322).

Analisis perusahaan dapat dilakukan dengan melakukan analisis terhadap

kinerja perusahaan dengan melihat laporan keuangan perusahaan. Analisis laporan

keuangan mencangkup apakah suatu aktiva dan pasiva perusahaan dikelola secara

benar, termasuk juga aktivitas pendanaannya untuk meningkatkan nilai

perusahaan. Analisis kinerja keuangan perusahaan dapat dilakukan dengan

menggunakan analisis terhadap rasio-rasio dari laporan keuangan perusahaan

(Wiagustini, 2010:37).

2.1.5 Analisis Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan menjadi salah satu aspek penilaian yang fundamental

mengenai kondisi yang dimiliki perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan terdiri

dari hasil perhitungan rasio - rasio keuangan yang berdasar pada laporan keuangan

perusahaan yang dipublikasikan dan telah diaudit oleh akuntan publik. Rasio –

rasio keuangan dirancang untuk membantu para analis dalam mengevaluasi suatu

perusahaan berdasarkan atas laporan keuangannya (Wiagustini, 2010:37).

Berdasarkan laporan keuangan tersebut, investor dapat memberikan penilaian

terhadap kinerja keuangan perusahaan terutama dalam pengambilan keputusan

untuk melakukan investasi. Bagi para pemilik atau pemegang saham, laporan

keuangan berfungsi untuk melihat tingkat pengembalian yang tercermin dalam

laporan rugi laba dan besarnya dividen yang menjadi hak para pemegang saham.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... … · satu kelas saham saja, saham tersebut biasanya dalam bentuk saham biasa (common stock). Pemegang saham adalah pemilik

22

Analisis rasio adalah cara yang umum dipakai dalam analisis laporan

keuangan. Rasio keuangan merupakan analisis kinerja keuangan yang

menghubungkan antara satu pos dengan pos lainnya baik dalam neraca atau rugi

laba maupun kombinasi dari kedua laporan keuangan (Wiagustini, 2010:75).

Rasio – rasio yang bermanfaat dapat menunjukkan perubahan dalam kondisi

keuangan atau kinerja operasi dan membantu menggambarkan kecenderungan

serta pola perubahan tersebut, yang pada waktunya dapat menunjukkan kepada

investor tentang peluang untuk berinvestasi dan dapat memberikan informasi atas

hasil interpretasi mengenai kinerja yang dicapai perusahaan.

Rasio keuangan perusahaan dapat dikelompokan menjadi 5 (lima) bagian

yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas/leverage, rasio profitabilitas/rentabilitas,

rasio aktivitas usaha dan rasio penilaian pasar (Wiagustini, 2010:75). Rasio

keuangan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Debt to Equity Ratio (DER)

yang merupakan proksi dari rasio solvabilitas, Return on Assets (ROA) yang

merupakan proksi dari rasio profitabilitas dan Price Earning Ratio (PER) yang

merupakan proksi dari rasio penilaian pasar.

Pengukuran kinerja keuangan yang umumnya dilakukan dengan

menganalisa laporan keuangan seperti pengukuran dengan rasio keuangan, jarang

menggunakan perhitungan nilai tambah terhadap biaya modal yang ditanamkan.

Dalam mengatasi hal tersebut, maka digunakan konsep Economic Value Added

(EVA) yang mencerminkan kinerja suatu perusahaan dan sebagai indikator

tentang adanya penciptaan nilai dari suatu investasi.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... … · satu kelas saham saja, saham tersebut biasanya dalam bentuk saham biasa (common stock). Pemegang saham adalah pemilik

23

2.1.6 Debt to Equity Ratio (DER)

Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio solvabilitas yang digunakan

untuk mengukur seberapa besar operasi perusahaan dibiayai oleh hutang bila

dibandingkan dengan operasi yang dibiayai oleh ekuitas (Kasmir, 2010:158). Debt

to Equity Ratio dapat memberikan informasi mengenai seberapa besar ekuitas dari

pemegang saham yang digunakan untuk menutupi keseluruhan hutang perusahaan

sehingga para investor pada saat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dapat

menyepakati jumlah dana perusahaan yang dibiayai dengan hutang sehingga

return yang sesuai tetap dapat diperoleh. Debt to Equity Ratio menunjukkan

tentang imbangan antara beban hutang dibandingkan modal sendiri.

Menurut Brigham dan Houston (2009:101), seberapa jauh sebuah

perusahaan menggunakan pendanaan melalui utang atau pengungkit keuangan

(financial leverage), memiliki implikasi penting yaitu:

1) Dengan memperoleh dana melalui utang, para pemegang saham dapat

mempertahankan kendali mereka atas perusahaan tersebut dengan sekaligus

membatasi investasi yang mereka berikan.

2) Kreditor akan melihat pada ekuitas, atau dana yang diperoleh sendiri,

sebagai suatu batasan keamanan, sehingga semakin tinggi proporsi dari

jumlah modal yang diberikan oleh pemegang saham, maka semakin kecil

risiko yang harus dihadapi oleh kreditor.

3) Jika perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang didanai dengan dana

hasil pinjaman lebih besar daripada bunga yang dibayarkan, maka

pengembalian dari modal pemilik akan diperbesar.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... … · satu kelas saham saja, saham tersebut biasanya dalam bentuk saham biasa (common stock). Pemegang saham adalah pemilik

24

Bagi bank (kreditor), semakin besar rasio ini, maka perusahaan dianggap

kurang menguntungkan akibat besarnya beban hutang risiko yang ditanggung atas

kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan. Namun, bagi perusahaan justru

semakin besar rasio akan semakin baik. Sebaliknya dengan rasio yang rendah,

semakin tinggi tingkat pendanaan yang disediakan pemilik dan semakin besar

batas pengamanan bagi peminjam jika terjadi kerugian atau penyusutan terhadap

nilai aktiva. Rasio ini juga memberikan petunjuk umum tentang kelayakan dan

risiko keuangan perusahaan (Kasmir, 2012:158). Pernyataan tersebut didukung

penelitian yang dilakukan oleh Arista dan Astohar (2012), bahwa semakin besar

DER menandakan struktur permodalan lebih banyak memanfaatkan hutang-

hutang terhadap ekuitas sehingga mencerminkan risiko perusahaan yang relatif

tinggi.

Debt to equity ratio dipandang sebagai besarnya tanggung jawab

perusahaan terhadap pihak ketiga yaitu kreditor yang memberikan pinjaman

kepada perusahaan. Sehingga semakin besar nilai DER akan memperbesar

tanggungan perusahaan. Debt to equity ratio yang terlalu tinggi mempunyai

dampak buruk terhadap kinerja perusahaan, karena dengan tingkat utang yang

semakin tinggi berarti beban bunga perusahaan akan semakin besar dan akan

mengurangi keuntungan. Dengan tingkat utang yang tinggi dan dibebankan

kepada pemegang saham, tentu akan meningkatkan risiko investasi kepada para

pemegang saham (Malintan, 2012) dan hal tersebut akan berpengaruh pula dalam

memperkecil tingkat pengembalian yang diharapkan, sehingga potensial

mengurangi return saham.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... … · satu kelas saham saja, saham tersebut biasanya dalam bentuk saham biasa (common stock). Pemegang saham adalah pemilik

25

2.1.7 Return On Assets (ROA)

Analisis kinerja keuangan salah satunya dapat diukur melalui rasio

profitabilitasnya. Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan

perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat

efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal tersebut ditunjukkan oleh laba yang

dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan

rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan (Kasmir, 2012:196).

Return on assets (ROA) adalah salah satu rasio profitabilitas yang

digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan

keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya dan digunakan untuk

mengetahui kinerja perusahaan berdasarkan kemampuan perusahaan dalam

mendayagunakan jumlah aset yang dimiliki (Arista dan Astohar, 2012).

Farkhan dan Ika (2013) menjelaskan bahwa ROA memiliki pengaruh

terhadap return saham. Hasil penelitiannya mengidentifikasikan bahwa nilai

perusahaan ditentukan oleh earning power dari aktiva perusahaan. Semakin tinggi

earning power maka akan semakin tinggi pula tingkat efisiensi perputaran aktiva

dan semakin tinggi pula profit margin yang diperoleh oleh perusahaan, yang akan

berdampak pada peningkatan nilai perusahaan dan peningkatan terhadap return

saham. Para investor masih menggunakan ROA sebagai tolak ukur kinerja

perusahaan yang digunakan untuk memprediksi total return saham, dengan

demikian ROA yang semakin besar akan menunjukkan kinerja perusahaan yang

baik sehingga return saham juga akan meningkat.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... … · satu kelas saham saja, saham tersebut biasanya dalam bentuk saham biasa (common stock). Pemegang saham adalah pemilik

26

Mendukung pernyataan sebelumnya, Daljono (2013) juga menyatakan

semakin tinggi nilai ROA, menunjukkan semakin tinggi pula kinerja dan

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan, investor akan lebih

tertarik untuk memiliki saham perusahaan yang mampu menghasilkan keuntungan

lebih besar dan jika banyak investor yang tertarik untuk membeli saham

perusahaan yang memiliki kemampuan menghasilkan keuntungan yang tinggi,

maka harga saham dari perusahaan tersebut akan meningkat dan return sahamnya

juga akan meningkat. Sebaliknya, apabila ROA semakin kecil menunjukkan

bahwa dari total aktiva yang digunakan perusahaan mendapatkan kerugian, maka

investor kurang tertarik untuk melakukan investasi pada perusahaan tersebut dan

harga sahamnya akan rendah (Susilowati dan Turyanto, 2011).

2.1.8 Price Earning Ratio (PER)

Menurut Tandelilin (2010:320), price earning ratio adalah rasio atau

perbandingan antara harga saham terhadap earning perusahaan. Investor akan

menghitung berapa kali nilai earning yang tercermin dalam harga suatu saham.

Farkhan dan Ika (2013) menjelaskan PER dapat memberikan petunjuk

mengenai pandangan investor atas kinerja perusahaan di masa lalu dan prospek di

masa yang akan datang, karena PER menggambarkan kesediaan investor

membayar per lembar saham dalam jumlah tertentu untuk setiap rupiah perolehan

laba perusahaan. Semakin tinggi PER menunjukkan prospektus harga saham

dinilai tinggi oleh investor terhadap pendapatan per lembar sahamnya, sehingga

PER yang semakin tinggi juga menunjukkan semakin mahal saham tersebut

terhadap pendapatannya. Jika harga saham semakin tinggi maka selisih harga

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... … · satu kelas saham saja, saham tersebut biasanya dalam bentuk saham biasa (common stock). Pemegang saham adalah pemilik

27

saham periode sekarang dengan periode sebelumnya semakin besar, sehingga

capital gain yang dihitung dari selisih antara harga saham periode sekarang

dengan harga saham periode sebelumnya juga akan meningkat. berdasarkan

konsep tersebut menunjukkan bahwa semkain tinggi PER maka return saham juga

semakin meningkat.

2.1.9 Economic Value Added (EVA)

2.1.9.1 Pengertian Economic Value Added

Penggunaan alat ukur terhadap laba akuntansi memiliki kelemahan yaitu

tidak memperhatikan risiko yang dihadapi perusahaan dengan mengabaikan biaya

modal dan hanya terfokus pada laba perusahaan sehingga sulit untuk mengetahui

keberhasilan suatu perusahaan dalam menciptakan nilai perusahaan atau tidak.

Nilai perusahaan adalah salah satu acuan bagi investor dalam pengambilan

keputusan investasi. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, konsep baru yang

dikembangkan oleh Stewart dan Stern seorang analis keuangan dari perusahaan

Stern Stewart & Co pada tahun 1993 sebagai pengukuran kinerja keuangan

perusahaan adalah Economic Value Added (EVA) (Wiagustini, 2010:95).

Economic value added ditentukan oleh dua hal yaitu keuntungan bersih

operasional setelah pajak dan tingkat biaya modal. Laba operasi setelah pajak

menggambarkan hasil penciptaan nilai didalam perusahaan, sedangkan biaya

modal dapat diartikan sebagai suatu pengorbanan yang dikeluarkan dalam

penciptaan nilai tersebut. Laba yang dimaksud adalah Net Operating Profit After

Tax (NOPAT) yaitu laba operasi bersih setelah pajak. Sedangkan biaya kapital

adalah biaya bunga pinjaman dari biaya ekuitas yang digunakan untuk

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... … · satu kelas saham saja, saham tersebut biasanya dalam bentuk saham biasa (common stock). Pemegang saham adalah pemilik

28

menghasilkan NOPAT yang dihitung secara rata-rata tertimbang (Weighted

Average Cost of Capital = WACC). Economic value added yang positif

menandakan bahwa perusahaan berhasil menciptakan nilai (create value) bagi

pemilik modal, konsisten dengan tujuan memaksimalkan nilai perusahaan.

Sebaliknya, EVA yang negatif menandakan nilai perusahaan berkurang sebagai

akibat tingkat pengembalian yang dituntut investor (Brigham dan Houston,

2009:69-70).

2.1.9.2 Keunggulan dan Kelemahan Economic Value Added

EVA sebagai alternatif pengukuran kinerja perusahaan yang relatif baru,

memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan. Keunggulan dari EVA menurut

Govindarajan dalam Wiagustini (2010:99), antara lain:

1) Melalui pengukuran EVA, seluruh unit usaha memiliki sasaran laba untuk

perbandingan investasi yang sama. Meningkatnya EVA, maka investasi-

investasi akan menghasilkan laba diatas biaya modal sehingga akan lebih

menarik para manajernya untuk berinvestasi dalam perusahaan tersebut

2) Adanya tingkat suku bunga yang berbeda dapat digunakan untuk jenis asset

yang berbeda pula

3) Perhitungan EVA memiliki korelasi positif yang kuat terhadap perubahan-

perubahan nilai pasar perusahaan.

Wiagustini (2010:100) menjelaskan bahwa konsep EVA juga memiliki

kelemahan yaitu EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu periode

tahun tertentu. Padahal nilai perusahaan merupakan akumulasi EVA selama umur

perusahaan. Sehingga suatu perusahaan mempunyai nilai EVA yang positif pada

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... … · satu kelas saham saja, saham tersebut biasanya dalam bentuk saham biasa (common stock). Pemegang saham adalah pemilik

29

periode tertentu, namun nilai perusahaan tersebut rendah karena nilai EVA di

masa lalunya negatif.

Economic Value Added sebagai ukuran kinerja memiliki beberapa

keterbatasan, antara lain:

1) Ukuran kinerja masa lampau EVA tidak mampu memprediksi dampak

strategi yang kini diterapkan untuk masa depan perusahaan

2) Sifat pengukurannya merupakan potret jangka pendek, sehingga manajemen

cenderung enggan berinvestasi jangka panjang, karena bisa mengakibatkan

penurunan nilai EVA dalam periode yang bersangkutan. Hal ini dapat

mengakibatkan turunnya daya saing perusahaan di masa depan

3) Konsep EVA mengabaikan kinerja non keuangan yang sebenarnya bisa

meningkatkan kinerja keuangan

4) Tidak tepat diterapkan pada industri tertentu. Penggunaan EVA untuk

mengevaluasi kinerja keuangan, misalkan perusahaan dengan tingkat

pertumbuhan yang tinggi seperti pada sektor teknologi.

2.1.9.3 Langkah-Langkah Menentukan Economic Value Added

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan EVA dijelaskan

dalam Zahara dan Haryanti (2011) sebagai berikut:

1) Menghitung biaya utang (Cost of Debt)

Cost of debt merupakan rate yang harus dibayar oleh perusahaan di dalam

pasar sekarang untuk mendapatkan hutang jangka panjang yang baru

2) Menghitung biaya modal saham (Cost of Equity)

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... … · satu kelas saham saja, saham tersebut biasanya dalam bentuk saham biasa (common stock). Pemegang saham adalah pemilik

30

Cost of equity adalah perhitungan untuk menaksir biaya modal saham

perusahaan

3) Menghitung struktur permodalan dari neraca

Menghitung struktur permodalan dari neraca adalah menghitung jumlah

dana yang tersedia bagi perusahaan untuk membiayai perusahaannya.

Struktur modal biasanya terdiri dari utang dan ekuitas, sehingga dicari:

Komposisi utang = rasio utang terhadap jumlah modal

Komposisi utang = rasio modal saham terhadap jumlah modal

4) Menghitung NOPAT, yakni laba bersih yang telah disesuaikan sehingga laba

tersebut tidak memperhitungkan biaya bunga lagi, tujuan menghilangkan

komponen biaya bunga tersebut agar biaya bunga yang tergolong biaya

modal dapat diperhitungkan secara rata-rata tertimbang dengan biaya modal

yang lain, yaitu ekuitas

5) Menghitung tingkat pengembalian, tingkat pengembalian yang dimaksud

adalah pengembalian dalam bentuk bunga

6) Menghitung biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of

Capital), merupakan rata-rata tertimbang biaya hutang dan modal sendiri,

menggambarkan tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor

7) Menghitung EVA, yaitu laba operasi bersih sesudah pajak (NOPAT)

dikurangi biaya modal.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... … · satu kelas saham saja, saham tersebut biasanya dalam bentuk saham biasa (common stock). Pemegang saham adalah pemilik

31

2.2 Hipotesis Penelitian

2.2.1 Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Return Saham

Salah satu alat ukur kinerja keuangan perusahaan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah rasio solvabilitas. Rasio solvabilitas merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh

kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Pada penelitian ini

rasio solvabilitas diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER). Rasio ini

digunakan karena dapat memberikan informasi mengenai seberapa besar ekuitas

dari para pemegang saham yang digunakan untuk menutupi keseluruhan hutang

perusahaan sehingga para investor pada saat Rapat Umum Pemegang Saham

(RUPS) dapat menyepakati jumlah dana perusahaan yang dibiayai dengan hutang

sehingga return yang sesuai dapat diperoleh.

Investor cenderung menghindari saham yang memiliki nilai DER yang

tinggi karena nilai DER yang tinggi mencerminkan risiko perusahaan yang relatif

tinggi (Kasmir, 2012:158). Mendukung pernyataan tersebut, Sakti (2010) juga

menjelaskan bahwa keberanian manajer menggunakan hutang dalam struktur

modal membawa dampak yang kurang baik bagi investor yang berkeinginan

menanamkan modal (dana). Manajer dapat menggunakan hutang pada kondisi

yang optimal sebagai sinyal yang lebih kredible, namun pada posisi yang

berlebihan akan memberikan signal yang buruk bagi investor. Perusahaan yang

menggunakan hutang secara berlebihan dapat diketahui dengan melihat tingginya

nilai DER perusahaan tersebut.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... … · satu kelas saham saja, saham tersebut biasanya dalam bentuk saham biasa (common stock). Pemegang saham adalah pemilik

32

Semakin besar nilai DER, maka risiko gagal bayar yang dihadapi oleh

perusahaan akan semakin besar. Selain itu, semakin tinggi DER perusahaan juga

harus membayar biaya bunga yang tinggi. Apabila hal tersebut terjadi, maka dapat

mengakibatkan penurunan pembayaran dividen karena dianggap sebagai

informasi yang buruk oleh investor, sehingga permintaan terhadap saham

perusahaan akan mengalami penurunan yang berakibat pada penurunan harga

saham. Dalam kondisi tersebut menandakan saham perusahaan kurang diminati

yang secara langsung akan menurunkan tingkat return saham perusahaan (Kasmir,

2012:158).

Penjelasan tersebut didukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Gill et al.

(2010), Hermawan (2012), Rafique (2012), Sakti (2010) yang memperoleh hasil

penelitian dimana DER memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap

return saham.

H1 : Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

return saham pada perusahaan food and beverage di BEI.

2.2.2 Pengaruh Return On Assets (ROA) Terhadap Return Saham

Rasio Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan

perusahaan dalam mencari keuntungan. Pada penelitian ini rasio profitabilitas

diproksikan dengan Return On Assets (ROA) yang digunakan untuk mengukur

efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan

aktiva yang dimilikinya. Semakin tinggi ROA menunjukkan kinerja perusahaan

semakin baik dan para pemegang saham akan mendapat peningkatan keuntungan

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... … · satu kelas saham saja, saham tersebut biasanya dalam bentuk saham biasa (common stock). Pemegang saham adalah pemilik

33

dari dividen yang diterima atau return saham dan demikian pula sebaliknya

(Kasmir, 2012:202-205).

Perusahaan berupaya agar ROA dapat selalu ditingkatkan karena semakin

tinggi ROA menunjukkan semakin efektif perusahaan memanfaatkan aktivanya

untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak dan dengan semakin meningkatnya

ROA maka profitabilitas perusahaan semakin baik. Kemampuan perusahaan

dalam mengelola aktiva untuk menghasilkan keuntungan mempunyai daya tarik

dan mampu mempengaruhi investor untuk membeli saham dan menanamkan

dananya pada suatu perusahaan. Hal tersebut akan menyebabkan harga saham

perusahaan akan meningkat dengan kata lain ROA akan berdampak positif

terhadap return saham (Arista dan Astohar, 2012).

Penjelasan tersebut didukung penelitian yang dilakukan oleh Ghasempour

dan Mehdi (2013), Haghiri (2012) serta Malintan (2012) yang menyatakan bahwa

ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham.

H2 : Return On Assets (ROA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return

saham pada perusahaan food and beverage di BEI.

2.2.3 Pengaruh Price Earning Ratio (PER) Terhadap Return Saham

Rasio pasar yang berkaitan dengan return saham adalah Price Earning

Ratio (PER). Price earning ratio adalah cara mengukur seberapa besar investor

menilai laba yang dihasilkan perusahaan. Rasio ini menunjukkan berapa besar

investor menilai harga dari saham terhadap kelipatan dari laba perusahaan

(earnings) dan digunakan sebagai strategi untuk mengidentifikasi kewajaran harga

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... … · satu kelas saham saja, saham tersebut biasanya dalam bentuk saham biasa (common stock). Pemegang saham adalah pemilik

34

saham dimata pasar, apakah dinilai terlalu rendah (undervalued) atau terlalu

tinggi (overvalued) (Hartono, 2014:204).

Semakin tinggi PER menunjukkan prospek harga saham dinilai semakin

tinggi oleh investor terhadap pendapatan per lembar sahamnya, sehingga PER

yang semakin tinggi juga menunjukkan semakin mahal saham tersebut terhadap

pendapatan per lembar sahamnya. Perusahaan yang memiliki PER yang tinggi

biasanya memiliki peluang tingkat pertumbuhan yang tinggi, sehingga

menyebabkan ketertarikan investor untuk membeli saham perusahaan yang

kemudian dapat meningkatkan harga saham dan selanjutnya akan berdampak pada

perolehan return saham (Husnan, 2009:75).

Ketika harga saham semakin tinggi maka capital gain juga meningkat

yang mengakibatkan return saham naik, sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat

pengaruh positif antara PER terhadapa return saham. Penjelasan tersebut

didukung oleh Arslan (2014), Farkhan dan Ika (2013), Karami et al. (2013) serta

Usman (2013) yang menyatakan bahwa PER memiliki pengaruh positif dan

signifikan terhadap return saham.

H3 : Price Earning Ratio (PER) berpengaruh positif dan signifikan terhadap

return saham pada perusahaan Food and Beverage di BEI.

2.2.4 Pengaruh Economic Value Added (EVA) Terhadap Return Saham

Economic Value Added (EVA) adalah suatu estimasi dari laba ekonomis

yang sebenarnya dari bisnis untuk tahun yang bersangkutan. Economic value

added berbeda dari laba akuntansi. Alasan yang paling penting karena

dikurangkannya biaya modal ekuitas ketika menghitung EVA. Economic value

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... … · satu kelas saham saja, saham tersebut biasanya dalam bentuk saham biasa (common stock). Pemegang saham adalah pemilik

35

added mencerminkan laba residu yang tersisa setelah biaya dari seluruh modal,

termasuk modal ekuitas, telah dikurangkan, sedangkan laba akuntansi ditentukan

tanpa mengenakan beban untuk modal ekuitas. Dalam perhitungan EVA disajikan

suatu ukuran yang baik mengenai sampai sejauh mana perusahaan telah

memberikan tambahan pada nilai pemegang saham. Pada saat manajer berfokus

pada EVA, hal ini akan membantu memastikan bahwa mereka telah menjalankan

operasi dengan cara yang konsisten dengan tujuan memaksimalkan kekayaan

pemegang saham (Brigham dan Houston, 2009:69).

Meningkatnya EVA suatu perusahaan disimpulkan bahwa kinerja

perusahaan tersebut semakin baik dan hal tersebut dipandang sebagai prestasi

perusahaan yang selanjutnya akan meningkatkan harga saham yang kemudian

berdampak pada return pemegang sahamnya.

Penjelasan tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ismail

(2011), Kristiana dan Widodo (2012) serta Sharma dan Kumar (2010) yang

menyatakan bahwa EVA mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return

saham.

H4 : Economic Value Added (EVA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap

return saham pada perusahaan food and beverage di BEI.