bab ii kajian pustaka dan hipotesis penelitian 2.1 ... ii.pdfperdagangan yang di lakukan oleh...

31
13 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Konsep perdagangan internasional Perdagangan yang di lakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama dapat disebut dengan perdagangan internasional. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar perorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Negara perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan GDP (Gross Domestic Product) atau PDB (Produk Domestik Bruto). Menurut Boediono (2000:48) perdagangan atau pertukaran dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain bukan antar suatu negara dengan negara lain. Perdagangan atau pertukaran dalam ilmu ekonomi diartikan sebagai proses tukar menukar yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak. Pemikiran tentang ekonomi dan sub sistem ekonomi didalamnya merupakan yang sangat panjang dan lama. Sejak manusia mengenal dan melakukan kerjasama untuk mencapai tujuannya, pemikiran tentang ekonomi dan pasar sudah mulai berkembang. Secara empiris dapat disimpulkan bahwa negara-negara maju memiliki karakteristik produk yang berbasis teknologi dan industri, sedangkan negara berkembang memiliki karakteristik produk yang berbasis sumber daya alam. Konsekuensi dari perbedaan karakter

Upload: lemien

Post on 01-Apr-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Landasan Teori dan Konsep

2.1.1 Konsep perdagangan internasional

Perdagangan yang di lakukan oleh penduduk suatu negara dengan

penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama dapat disebut dengan

perdagangan internasional. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar

perorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu

negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Negara

perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan

GDP (Gross Domestic Product) atau PDB (Produk Domestik Bruto).

Menurut Boediono (2000:48) perdagangan atau pertukaran dilakukan oleh

penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain bukan antar suatu negara

dengan negara lain. Perdagangan atau pertukaran dalam ilmu ekonomi diartikan

sebagai proses tukar menukar yang didasarkan atas kehendak sukarela dari

masing-masing pihak. Pemikiran tentang ekonomi dan sub sistem ekonomi

didalamnya merupakan yang sangat panjang dan lama. Sejak manusia mengenal

dan melakukan kerjasama untuk mencapai tujuannya, pemikiran tentang

ekonomi dan pasar sudah mulai berkembang. Secara empiris dapat disimpulkan

bahwa negara-negara maju memiliki karakteristik produk yang berbasis

teknologi dan industri, sedangkan negara berkembang memiliki karakteristik

produk yang berbasis sumber daya alam. Konsekuensi dari perbedaan karakter

14

produk yang diperdagangkan ini adalah gain of trade yang diterima masing-

masing negara juga mengalami perbedaan.

Negara maju cenderung mendapatkan gain of trade yang lebih besar

dibandingkan negara berkembang. Hal ini disebabkan value added yang

dihasilkan oleh produk-produk yang berbasis teknologi dan industri lebih besar

daripada produk yang berbasis sumber daya alam. Menurut Salvatore (2007:10)

adanya perdagangan internasional dapat menimbulkan manfaat dari

perdagangan (gains of trade). Gains of trade berbeda-beda di setiap negara

tergantung dari seberapa besar term of trade yang dihasilkan dari interaksi

perdagangannya. Menurut Nopirin (2009:26) perbedaan permintaan dan

penawaran yang timbul karena perdagangan antar dua negara disebabkan oleh

jumlah dan jenis kebutuhan, jumlah pendapatan, kebudayaan, dan sebagainya.

Perdagangan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara meningkatkan

output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber daya yang langka dan

pasar-pasar internasional yang potensial untuk berbagi produk.

Perdagangan membantu semua warga negara dalam menjalankan usaha-

usaha pembangunan mereka melalui promosi serta pengutamaan sektor-sektor

ekonomi yang mengandung keuntungan komperatif (Todaro,2008:85).Sukirno

(2005:16) mengatakan bahwa, ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari

kegiatan perdagangan (gains of trade) yaitu memperoleh barang yang tidak

diproduksi di daerah yang bersangkutan, memperluas pasar bagi produk yang

dihasilkan oleh suatu daerah, memperoleh keuntungan dari spesialisasi. Pada

dasarnya kegiatan perdagangan timbul karena adanya keinginan oleh pihak-

15

pihak yang terlibat didalamnya untuk memperoleh manfaat atau keuntungan

tambahan yang dapat diperoleh dari kegiatan perdagangan tersebut.

Motif manusia melakukan perdagangan adalah untuk memperoleh manfaat

atau keuntungan dari pelaksanaan kegiatan tersebut (Boediono,2000:22).

Selanjutnya Sukirno (2006:344) mengatakan bahwa, pada dasarnya ada

beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kegiatan perdagangan antar

negara yaitu, adanya keterbatasan sumberdaya yang dimiliki, baik kuantitas

maupun kualitas dan jenisnya, sehingga produsen di suatu perekonomian baik

dalam lingkup daerah maupun negara tidak mampu menghasilkan semua barang

dan jasa yang dibutuhkan penduduk di suatu negaranya, kemudian pasar yang

ada di suatu negara tidak mampu untuk menyerap seluruh barang dan jasa yang

dihasilkan oleh produsen di negara yang bersangkutan.Mereka yang merasa

diuntungkan akibat adanya perdagangan internasional yaitu mereka yang

memiliki informasi lebih banyak, seperti dalam hal tingkat harga.

Keberadaan perantara perdagangan yang telah masuk pasar disebabkan

karena adanya perantara yang cenderung memiliki informasi lebih banyak

seringkali memainkan harga, sehingga munculnya distorsi harga, dimana harga

yang diterima konsumen tidak mencerminkan harga pasar sebenarnya. Berikut

adalah beberapa teori yang berkaitan dengan adanya perdagangan internasional:

1) Teori Merkantilisme

Merkantilisme adalah suatu teori ekonomi yang menyatakan bahwa

kesejahteraan suatu negara hanya ditentukan oleh banyaknya aset atau modal

yang disimpan oleh negara yang bersangkutan, dan bahwa besarnya volume

16

perdagangan global yang sangat penting. Merkantilisme merupakan suatu

kelompok yang mencerminkan cita-cita dan ideologi kapitalisme komersial, serta

pandangan tentang politik kemakmuran suatu negara yang ditujukan untuk

memperkuat posisi dan kemakmuran negara melebihi kemakmuran

perseorangan. Suatu negara dapat mempertinggi kekayaan dengan cara menjual

produk – produk unggulan ke luar negeri (Sukirno, 2008:36). Teori perdagangan

internasional dari kaum merkantilisme berkembang pesat sekitar abad ke-16

berdasar pemikiran mengembangkan ekonomi nasional dan pembangunan

ekonomi, dengan mengusahakan jumlah ekspor harus melebihi jumlah impor.

Sektor perdagangan luar negeri, kebijakan merkantilisme berpusat pada

dua ide pokok, yaitu pemupukan logam mulia, yang tujuannya adalah

pembentukan negara nasional yang kuat dan pemupukan kemakmuran nasional

untuk mempertahankan dan mengembangkan kekuatan negara tersebut, selain itu

setiap politik perdagangan ditujukan untuk menunjang kelebihan ekspor di atas

impor, untuk memperoleh neraca perdagangan yang aktif maka ekspor harus

didorong impor yang harus dibatasi. Kebijakan merkantilisme lainnya adalah

kebijakan dalam usaha unutk monopoli perdagangan dan yang terkait lainnya,

dalam usahanya untuk memperoleh daerah-daerah jajahan guna memasarkan

hasil industri.

2) Teori Keunggulan Absolut

Teori keunggulan absolute (absolute advantages) dibangun oleh Adam Smith

sebagai perbaikan atas merkantilis. melalui perlindungan dan hak monopoli,

pengusaha tidak terdorong untuk melakukan efesiensi dan inovasi. Akibatnya,

17

produksi yang dihasilkan bukan saja jumlahnya menjadi lebih sedikit, tetapi

harga jualnya mahal, kualitasnya pun belum tentu baik. Harga yang harus dibayar

dari kebijakan perlindungan seperti yang diusulkan merkantilisme adalah

kesejahteraan rakyat.

Keunggulan suatu negara dari negara lainnya dalam memproduksi suatu jenis

barang disebabkan karena faktor alam, maka negara itu disebut mempunyai

keunggulan mutlak (absolute advantage). Teori keunggulan absolut disebut

sebagai teori murni perdagangan internasional. Menurut Hady (2004:29) setiap

negara memperoleh manfaat perdagangan internasional karena mengekspor

barang jika negara tersebut memiliki keunggulan mutlak. Hal ini juga

dikemukakan oleh Tambunan (2005:21) yang mengatakan teori ini menekankan

efisiensi dalam penggunaan input, tingkat keunggulan diukur berdasarkan nilai

tenaga kerja yang sifatnya homogen.

3) Teori Keunggulan Komparatif

Suatu negara dapat memproduksi suatu jenis barang lebih baik dan lebih

murah disebabkan karena lebih baiknya kombinasi dari faktor-faktor produksi

maka negara tersebut dapat pula memperoleh keunggulan ini disebabkan karena

produktivitasnya yang tinggi, yang memungkinkan untuk memproduksi suatu

barang dengan biaya yang lebih rendah dari negara lainnya. Hal ini disebut

sebagai keunggulan dalam perbandingan biaya (comparative advantage cost).

Oleh karena produksi dari suatu negara belum tentu dapat dikonsumsi seluruhnya

di dalam negeri, atau mungkin juga suatu hasil produksi dari suatu negara sama

sekali dapat dipergunakan untuk konsumsi di dalam negeri.

18

Semenjak berabad-abad yang lalu telah mendorong orang untuk

memperdagangkan hasil produksi dalam negeri ke negeri lain di luar batas

negaranya. Perdagangan barang-barang dari suatu negara ke lain negara di luar

batas negara itulah yang dimaksudkan dengan perdagangan luar negeri. Dari

sudut lain dapat pula dilihat, apakah kebutuhan di dalam negeri akan lebih baik

diproduksi di dalam negeri, ataukah akan lebih menguntungkan jika didatangkan

dari luar negeri, dan sebaliknya menjual hasil produksi dalam negeri yang akan

mendapat pasaran dan harga yang lebih baik di luar negeri. Dalam perdagangan

luar negeri faktor perbandingan biaya produksi ini adalah penting sekali yang

dalam bahasa asingnya disebut comparative cost, karena keunggulan-keunggulan

yang ada pada suatu negeri dalam memproduksi suatu jenis barang, ataupun

karena pertimbangan yang berhubungan dengan perbandingan biaya produksi.

Perdagangan internasional antara dua negara tetap terjadi, walaupun hanya satu

negara yang memiliki keunggulan absolute, asalkan masing-masing negara

memiliki perbedaan dalam cost comparative advantage atau production

comparative advantage (Hady, 2004:32-38).

4) Teori Heckscher – Ohlin (H-O)

Di dalam kelompok teori-teori modern mengenai perdagangan

internasional dikenal antara lain teori Heckscher dan Olin. Teori H-O ini disebut

juga factorproportion theory atau teori ketersediaan faktor. Dasar pemikiran dari

teori ini adalah bahwa perdagangan internasional, misalnya antara Indonesia dan

Jepang terjadi karena biaya alternatif berbeda antara kedua negara tersebut, yang

disebabkan oleh adanya perbedaan dalam jumlah faktor produksi yang dimiliki

19

oleh kedua negara tersebut. Indonesia memiliki tanah yang lebih luas dan tenaga

kerja dalam jumlah yang jauh lebih banyak dibandingkan Jepang. Sebaliknya,

Jepang memiliki modal yang lebih banyak daripada Indonesia. Sesuai hukum

pasar permintaan dan penawaran, harga dari faktor-faktor produksi tersebut juga

berbeda antara di Indonesia dan Jepang. Upah tenaga kerja dan harga tanah di

Indonesia lebih murah daripada di Jepang, sebaliknya harga modal di Indonesia

lebih mahal dibandingkan di Jepang. Perbedaan harga faktor tersebut belum tentu

dapat mengatakan bahwa Indonesia unggul atas Jepang dalam membuat suatu

barang. Hal ini tergantung daripada tingkat intensitas pemakaian tenaga kerja,

tanah, dan modal dalam memproduksi barang tersebut. Intensitas pemakaian

faktor produksi dapat diukur dengan rasio antara nilai faktor produksi dan nilai

output. Jelas bahwa kerajinan di Bali adalah jenis sektor yang proses produksinya

lebih padat tenaga kerja.

Oleh karena itu secara teori, Indonesia memiliki keunggulan atas Jepang

dalam menghasilkan komoditi-komoditi kerajinan. Menurut teori H-O ini,

struktur perdagangan luar negeri dari suatu negara tergantung pada ketersediaan

dan intensitas pemakaian faktor-faktor produksi dan yang terakhir ditentukan

oleh teknologi. Suatu negara akan berspesialisasi dalam produksi dan

mengekspor barang-barang yang input atau faktor produksi utamanya relatif

banyak di negara tersebut dan mengimpor barang yang input utamanya tidak

dimiliki oleh negara tersebut atau jumlahnya terbatas.

20

2.1.2 Pertumbuhan ekonomi

Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam

perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam

masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat (Sukirno,

2005:10). Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu

perekonomian. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan oleh pertambahan

faktor – faktor produksi baik dalam jumlah dan kualitasnya. Menurut Arsyad

(2010:15) menjelaskan bahwa pada intinya pertumbuhan ekonomi menunjukkan

perubahan kegiatan ekonomi yang terjadi dari tahun ke tahun. Dari pengertian

diatas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang dapat dilihat dari

adanya peningkatan produksi barang dan jasa serta pendapatan perkapita yang

terjadi dalam jangka waktu tertentu. Menurut Irawan (2002:5) pembangunan

ekonomi adalah usaha – usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang

seringkali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riil perkapita. Jadi

perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan

output riil. Disini dapat dilihat aspek dinamis dari suatu perekonomian yaitu

melihat bagaimana perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu

(Boediono, 2000:1).

Menurut Sukirno (2008:13) mendefinisikan pembangunan ekonomi

sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu

masyarakat meningkat dalam jangka panjang, yang artinya bahwa pembangunan

ekonomi merupakan suatu perubahan yang terjadi secara terus menerus melalui

serangkaian kombinasi proses demi mencapai sesuatu yang lebih baik yaitu

21

adanya pendapatan perkapita yang terus berlangsung dalam jangka panjang.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi

merupakan target yang ingin dicapai oleh perekonomian dalam jangka panjang,

dan semaksimal mungkin konsisten dengan pertumbuhan ekonomi dalam jangka

pendek. Pertumbuhan ekonomi dapat menerangkan dan sekaligus mengukur

prestasi perkembangan suatu perekonomian, baik dalam lingkup negara.

2.1.3 Konsep ekspor

Ekspor berasal dari produksi dalam negeri dijual atau dipakai oleh

penduduk luar negeri. Ekspor merupakan injeksi ke dalam aliran pendapatan

seperti halnya investasi. Ekspor akan mendorong kegiatan ekonomi karena orang

asing yang membeli barang produksi dalam negeri. Suatu negara perlu

menggalakkan ekspor untuk meningkatkan kekayaan negara yang berarti

meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat. Menurut Amir (2011:1) ekspor

adalah upaya untuk melakukan penjualan komoditi yang kita miliki ke negara lain

dengan mengharapkan pembayaran dalam bentuk valuta asing.

Menurut Todaro (2008:620), ekspor adalah kegiatan perdagangan

internasional yang memberikan rangsangan guna menumbuhkan permintaan

dalam negeri yang menyebabkan tumbuhnya industri-industri pabrik besar,

bersama dengan struktur politik yang tidak stabil dan lembaga sosial yang

fleksibel. Ekspor mencerminkan aktifitas perdagangan antar bangsa yang dapat

memberikan dorongan dalam dinamika pertumbuhan perdagangan internasional,

sehingga suatu negara yang sedang berkembang kemungkinan untuk mencapai

kemajuan perekonomian setara dengan negara yang lebih maju. Menurut

22

Baldwin (2005:31) ekspor adalah salah satu sektor perekonomian yang

memegang peranan penting melalui perluasan pasar antara beberapa negara

dimana dapat mengadakan perluasan dalam sektor industri sehingga mendorong

dalam industri lain, selanjutnya mendorong sektor lainnya dari perekonomian.

Ekspor sebagai bagian dari perdagangan internasional terjadi

dimungkinkan oleh beberapa kondisi, antara lain adanya kelebihan produksi

dalam negeri sehingga dapat dijual keluar negeri melalui kebijakan ekspor, adanya

permintaan luar negeri untuk suatu produk walaupun produk tersebut karena

adanya kekurangan produk dalam negeri, adanya keuntungan yang lebih besar

dari penjualan ke luar negeri daripada penjualan di dalam negeri karena harga di

pasar dunia lebih menguntungkan. Adanya kebijakan ekspor yang bersifat politik

dan adanya barter antara produk tertentu dengan produk lain yang diperlukan dan

tidak dapat diproduksi di dalam negeri. Harga ekspor negara bersangkutan, harga

domestik, produk, nilai tukar mata uang negara bersangkutan terhadap US$,

diasumsikan variabel-variabel penting yang mempengaruhi nilai ekspor kerajinan

Bali di pasar Internasional.

Menurut Djamin (2003:102), dalam melakukan pemasaran ekspor dapat

ditempuh dengan berbagai cara antara lain sebagai berikut:

1) Ekspor biasa

Dalam hal ini barang-barang dikirim ke luar negeri sesuai dengan

peraturan umum yang berlaku yang ditujukan kepada pembeli di luar negeri

untuk memenuhi suatu transaksi yang sebelumnya sudah diadakan dengan

importer di luar negeri.

23

2) Barter

Barter adalah pengiriman barang ke luar negeri untuk ditukarkan langsung

dengan barang yang dibutuhkan di dalam negeri. Dalam hal ini berarti yang

mengirimkan barang tidak menerima pembayaran dalam uang asing tetapi

dalam bentuk barang.

3) Konsinyasi

Konsinyasi adalah pengiriman barang ke luar negeri untuk dijual,

sedangkan hasil penjualannya diperlakukan sama dengan hasil ekspor biasa.

Dalam hal ini barang akan dikirim ke luar negeri bukan untuk ditukarkan

dengan barang atau untuk memenuhi transaksi, melainkan dijual di pasar

bebas.Secara umum, ada beberapa manfaat atau peranan yang dapat diperoleh

dari kegiatan ekspor (Djamin,2003:5), antara lain:

(1) Keuntungan komparatif, didasarkan pada hokum keuntungan komparatif yakni

suatu negara akan mengekspor hasil produksi yang darinya terdapat

keuntungan yang lebih besar dan mengimpor barang yang darinya terdapat

keuntungan lebih kecil.

(2) Sektor ekspor menjadi sektor utama dalam meningkatkan perekonomian.

(3) Ekspor merupakan sumber devisa bagi negara. Bila ekspor naik

mengakibatkan penerimaan dalam negeri akan meningkat.

(4) Ekspor menciptakan permintaan efektif yang baru, akibatnya permintaan

barang di pasar dalam negeri meningkat. Terjadinya persaingan mendorong

industri dalam negeri mencari inovasi yang ditujukan untuk menaikkan

produktivitas.

24

(5) Perluasan kegiatan ekspor mempermudah pembangunan, karena industri

tertentu tumbuh tanpa membutuhkan investasi dalam kapital sosial sebanyak

yang dibutuhkan.

2.1.4 Pengertian modal kerja

Perusahaan membutuhkan modal kerja dalam menjalankan aktifitasnya.

Modal kerja merupakan faktor yang sangat penting dalam perusahaan. Terdapat

tiga jenis badan usaha yaitu perusahaan dagang, perusahaan jasa, dan perusahaan

manufaktur. Perusahaan memiliki kebutuhan modal kerja yang berbeda – beda

tergantung jenis usaha yang dijalankan. Menurut Sukirno (2005;451)

menganalisis sumbangan dari perkembangan stok modal kerja dan perkembangan

teknologi dalam pertumbuhan ekonomi. Menurut Nanga (2001:124) Kredit modal

kerja merupakan kredit kebutuhan modal kerja yang habis dalam waktu satu

siklus usaha. Kredit investasi merupakan kredit yang digunakan untuk membeli

barang modal kerja yang tidak habis dalam waktu satu siklus usaha. Kredit

konsumsi adalah kredit yang digunakan untuk membeli sesuatu yang sifatnya

konsumtif.

Untuk memenuhi kebutuhan operasional suatu perusahaan, maka

perusahaan harus memiliki modal kerja yang cukup. Menurut penelitian Agnes

(2005:129) menyatakan bahwa modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang

dimiliki perusahaan, atau pula dapat dimaksudkan sebagai dana yang harus

tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari.Penelitian-

penelitian yang mencoba menghubungkan antara pengelolaan modal kerja dengan

kinerja menunjukkan hasil bahwa manajemen modal kerja mempengaruhi kinerja

25

perusahaan. Menurut penelitian Deloof (2003) dan Wang (2002) menemukan

bahwa pengelolaan modal kerja secara signifikan mempengaruhi profitabilitas dan

peningkatan. Hal ini diperjelas dalam penelitian Nilmawati (2011:2) menemukan

bahwa pengelolaan modal kerja mempengaruhi profitabilitas. Menurut Brigham

dan Houston (2006:107)ada tekanan untuk menahan modal kerja pada jumlah

minimum yang cukup untuk mendukung operasional bisnis yang lancar.

Penelitian yang dilakukan oleh Appuhami (2008) menyatakan bahwa

mengelola modal kerja merupakan komponen yang sangat penting bagi keuangan

perusahaan, ketika manajemen modal kerja yang efisien akan mengantarkan

perusahaan untuk bereaksi cepat dalam mengantisipasi perubahan yang tidak

dikehendaki.Menurut Lukman (2002:202) yang mendefinisikan modal kerja yaitu

Net Working Capital atau modal kerja bersih perusahaan seringkali didefinisikan

sebagai selisih antara aktiva lancar dengan utang lancar, selama aktiva lancar

melebihi utang lancar maka berarti perusahaan memiliki Net Working

Capitaltertentu, dimana jumlah ini sangat ditentukan oleh jenis usaha dari masing

– masing perusahaan.

Modal kerja juga disebut manajemen keuangan jangka pendek. Menurut

Gitman (2001:643) menjelaskan bahwa modal kerja adalah jumlah harta lancar

yang merupakan bagian dari investasi yang bersirkulasi dari satu bentuk ke bentuk

yang lain dalam suatu kegiatan bisnis. Menurut Weston dan Brigham (2006:131)

menjelaskan bahwa manajemen modal kerja adalah investasi perusahaan dalam

jangka pendek. Menurut Rajesh dan Ramana (2011:151-158) dalam penelitiannya

yang berjudul Impact of working Capital Management on Firm’s Profitability

26

dengan hasil penelitiannya menyatakan bahwa hubungan antara modal kerja dan

tingkat profitabilitas menghasilkan komponen seperti rasio aktiva lancar, dan rasio

perputaran modal kerja memiliki hubungan yang positif.

Penelitian tersebut diperkuat Estiasih (2005), Raheman dan Nasr (2007)

dan Wijaya (2012) yang menunjukkan bahwa perputaran modal kerja berpengaruh

positif terhadap profitabilitas.Perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk

memenuhi operasinya sehari – hari. Pengertian modal kerja menurut beberapa

ahli, antara lain:

1) Menurut Agnes (2005:129) modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang

dimiliki perusahaan atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus

tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari – hari.

2) Menurut Ingram (2005:F135) working capital is the difference between current

assets and current liabilities.

3) Menurut Riyanto (2011:57) terdapat tiga konsep pengertian modal kerja,

yaitu:

(1) Konsep kuantitatif

Konsep ini mendasarkan pada kualitas dari dana yang tertanam dalam

unsur-unsur aktiva lancar dimana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali

berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva dimana dana yang tertanam

didalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek. Dengan

demikian, modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah

aktiva lancar, atau sering juga disebut sebagai modal kerja kotor.

27

(2) Konsep kualitatif

Modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang

benar -benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa

mengganggu likuiditasnya atau disebut sebagai modal kerja bersih.

(3) Konsep fungsional

Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan

pendapatan. Setiap dana yang digunakan dalam perusahaan dimaksudkan

untuk menghasilkan pendapatan. Pada dasarnya dana – dana yang dimiliki

oleh perusahaan seluruhnya akan digunakan untuk menghasilkan laba sesuai

dengan usaha pokok perusahaan.

Menurut Riyanto (2011:61) modal kerja dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu

sebagai berikut:

1) Modal kerja permanen (Permanent working capital) yaitu modal kerja yang

harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya. Modal

kerja permanen ini dapat dibedakan dalam :

(1) Modal kerja primer, yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada

pada perusahaan untuk menjamin usahanya.

(2)Modal kerja normal, yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk

menyelenggarakan luas produksi yang normal.

2) Modal kerja variabel (variabel working capital) yaitu modal kerja yang

jumlahnya berubah – ubah sesuai dengan perubahan keadaan dan modal kerja

ini dibedakan antara lain:

28

(1) Modal kerja musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah – ubah

disebabkan karena fluktuasi musim.

(2) Modal kerja siklis, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah – ubah

disebabkan karena fluktuasi.

(3) Modal kerja darurat, yaitu modal kerja yang besarnya berubah – ubah

karena keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya.

Pengendalian jumlah modal kerja yang tepat akan menjamin operasi dari

perusahaan secara efisien dan ekonomis. Apabila modal kerja terlalu besar maka

dana yang tertanam dalam modal kerja melebihi kebutuhan sehingga terjadi dana

menganggur, tetapi apabila jumlah modal kerja terlalu kecil atau kurang maka

perusahaan akan kurang mampu memenuhi permintaan konsumen.

2.1.5 Jumlah tujuan negara ekspor

Negara – negara maju seperti Inggris, Perancis, Jerman, dan negara –

negara maju lainnya mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat karena

pertumbuhan ekonominya bersandar pada aktifitas perdagangan internasional

terutama ekspor. Hal ini membuktikan bahwa ekspor merupakan kegiatan

perdagangan internasional yang telah menjadi mesin pertumbuhan. Jika semakin

banyak permintaan barang dari luar negeri maka produksi akan meningkat,

meningkatnya produksi akan berimbas pada meningkatnya pula permintaan

terhadap tenaga kerja sehingga dapat meminimalisir angka pengangguran. Negara

memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional naik yang pada gilirannya

menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan tingkat output

29

yang lebih tinggi lingkaran kemiskinan dapat dipatahkan dan pembangunan

ekonomi dapat ditingkatkan (Jhingan, 2000:41).

Dengan adanya ekspor pemerintah memperoleh pendapatan berupa devisa.

Semakin banyak ekspor semakin besar devisa yang diperoleh negara. Menurut

Kotler (2000:36) pasar global adalah pasar dimana harga, jasa, orang – orang,

keahlian dan gagasannya bergerak dengan bebas lintas batas – batas geografis dan

pembeli yang terdapat di luar negeri termasuk konsumen, produsen, penjual

kembali dan pemerintah asing. Tujuan negara ekspor merupakan pasar yang

tersebar di berbagai negara – negara di dunia yang membutuhkan berbagai produk

dan jasa dalam jumlah yang sangat besar. Semakin banyak jumlah tujuan negara

maka semakin tinggi tingkat permintaan pda produk yang di ekspor.

2.1.6Jumlah tenaga kerja

Di Indonesia tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia

kerja. Menurut UU No.13 tahun 2003 Bab I pasal I ayat 2 disebutkan bahwa

tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna

menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun

untuk masyarakat. Pada dasarnya penduduk dapat dibagi menjadi dua kelompok

yaitu penduduk yang termasuk dalam kelompok angkatan kerja dan penduduk

bukan angkatan kerja. Menurut Dumairy (2000:74) jumlah tenaga kerja adalah

penduduk yang berumur di dalam batas usia kerja. Batasan usia kerja berbeda –

beda antara negara satu dengan negara yang lain. Batas kerja yang di Indonesia

adalah minimum 10 tahun tanpa batas maksimum. Setiap orang atau setiap

penduduk yang sudah berusia 10 tahun tergolong sebagai tenaga kerja. Berbagai

30

industri dari yang cakupan besar maupun kecil banyak sekali berkembang di

Indonesia karena menjadi patokan perekonomian masyarakat. Perannya juga

dioptimalkan oleh pemerintah karena mampu menyerap tenaga kerja yang cukup

banyak.

Kesempatan kerja adalah jumlah yang menunjukkan berapa orang yang

telah atau dapat tertampung dalam suatu perusahaan. Kesempatan kerja dapat

diwujudkan dengan tersedianya lapangan kerja yang memungkinkan

dilaksanakannya bentuk aktifitas yang dinamakan bekerja tersebut.Penciptaan

kesempatan kerja adalah langkah yang tepat mengingat penawaran tenaga kerja

yang lebih tinggi dari permintaannya. Penduduk yang bekerja terserap dan

tersebar di berbagai sektor, namun tiap sektor mengalami pertumbuhan yang

berbeda demikian juga kemampuan tiap sektor berbeda dalam menyerap tenaga

kerja. Perbedaan laju pertumbuhan tersebut mengakibatkan dua hal, yaitu terdapat

perbedaan laju peningkatan produktifitas kerja masing – masing sektor, dan secara

berangsur – angsur terjadi perubahan sektoral baik dalam penyerapan tenaga kerja

maupun dalam kontribusinya terhadap pendapatan nasional.

Setiap orang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar

hubungan tenaga kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat. Menurut P.Simanjuntak (dalam Iryadini, 2010:17) sumber

daya manusia mengandung dua pengertian usaha kerja atau Mjasa yang dapat

diberikan dalam proses produksi. Kedua, menyangkut manusia yang mampu

bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut. Menurut Schroeder

(dalam Herawati, 2008:33) mengelola tenaga kerja adalah suatu hal yang sangat

31

penting dalam operasi, karena tidak ada Sesutu yang dapat diselesaikan tanpa

manusia yang mengerjakan. Mengelola tenaga kerja yang baik dan efisien adalah

kunci keberhasilan dari bagian operasi. Menurut Todaro (2008:18) pertumbuhan

penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja secara tradisional dianggap sebagai

salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi.

Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah tingkat

produksi sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti ukuran

pasarnya lebih besar. Angkatan kerja yang tidak terampil dianggap bisa beralih

dari sektor tradisional ke sektor modern. Dalam keadaan demikian penawaran

tenaga kerja mengandung elastisitas yang tinggi. Meningkatnya permintaan

tenaga kerja bersumber pada kegiatan sektor modern. Salah satu faktor yang

berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi adalah tenaga kerja. Menurut

Nicholson (2002:160) bahwa suatu fungsi produksi suatu barang atau jasa tertentu

(q) adalah q = f (K,L) dimana K merupakan modal dan L adalah tenaga kerja yang

memperlihatkan jumlah maksimal suatu barang atau jasa yang dapat diproduksi

dengan menggunakan kombinasi alternative antara K dan L maka apabila salah

satu masukan ditambah satu unit tambahan dan masukan lainnya dianggap tetap

akan menyebabkan tambahan keluaran yang dapat diproduksi.

2.1.7 Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar

Nilai tukar adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya atau

nilai dari suatu mata uang terhadap nilai mata uang lainnya (Salvatore,

2007:10).Nilai tukar diartikan sebagai titik keseimbangan antara penawaran dan

permintaan dari suatu mata uang dipasar mata uang. Perdagangan luar negeri

32

baik ekspor maupun impor secara langsung akan menggunakan nilai tukar (kurs).

Menurut Krugman dan Obstfeld (2000:485), nilai tukar mata uang yang disebut

juga kurs adalah harga sebuah mata uang dari suatu negara yang diukur atau

dinyatakan dalam mata uang lainnya.

Kurs adalah harga mata uang domestik terhadap mata uang asing dihitung

berdasarkan rata-rata tertimbang nilai tukar riil dengan negara mitra dagang

Indonesia, nilai tukar rupiah Indonesia digunakan sebagai proyeksi dari nilai

tukar negara mitra dagang Indonesia (Syarif,2003:4). Jadi, nilai tukar adalah

perbandingan antara nilai mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain

atau mata uang asing. Nilai tukar (kurs) antara dua mata uang dari kedua negara

ditentukan oleh besar kecilnya perdagangan barang dan jasa yang berlangsung

diantara kedua negara tersebut. Kurs merupakan salah satu harga yang penting

dalam pereknomian terbuka mengingat pengaruhnya yang demikian besar bagi

neraca transaksi berjalan maupun variabel-variabel makro ekonomi yang lainnya.

Oleh karena itu kurs yakni harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya

juga merupakan sebuah harga aktiva atau harga aset, sehingga prinsip pengaturan

harga asset lainnya adalah suatu bentuk kekayaan atau cara pengalihan daya beli

dimasa sekarang menjadi daya beli di masa mendatang.

Maka dari itu harga suatu aset yang berlaku saat ini langsung berkaitan

dengan barang dan jasa yang diinginkan pihak pembeli di masa mendatang.

Kebijaksanaan nilai tukar uang adalah dimaksudkan untuk memperbaiki neraca

pembayaran yang devisit melalui peningkatan ekspor. Efek dari kebijaksanaan

nilai tukar uang adalah berkaitan dengan kebijaksanaan terhadap ekspor-impor

33

suatu negara dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah elastisitas harga

untuk ekspor, elastisitas harga untuk impor dan daya saing komoditas tersebut di

pasaran internasional. Apabila elastisitas harga untuk ekspor lebih tinggi

daripada elastisitas harga untuk impor maka devaluasi cenderung

menguntungkan. Menurut Mankiw (2003:25) nilai tukar adalah tingkat harga

yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan.

Nilai tukar dibedakan atas nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Menurut

Mankiw (2003:210) nilai tukar nominal adalah harga relatif dari mata uang dua

negara dan nilai tukar riil adalah harga relatif barang – barang antara kedua

negara. Nilai tukar riil menyatakan dimana dapat memperdagangkan barang –

barang dari suatu negara untuk barang lain.

Nilai tukar mata uang memainkan peranan sentral dalam hubungan

perdagangan internasional karena perdagangan yang dilakukan antara dua negara

harus memakai dua mata uang yang berbeda. Dalam sistem kurs mengambang,

depresiasi atau apresiasi nilai mata uang akan mengakibatkan perubahan keatas

baik ekspor maupun impor. Jika kurs Dollar Amerika Serikat mengalami

depresiasi maka nilai mata uang dalam negeri melemah dan berarti nilai mata

uang asing menguat kursnya yang akan menyebabkan ekspor meningkat dan

impor cenderung menurun. Kurs valuta asing mempunyai hubungan yang searah

dengan volume ekspor. Apabila nilai kurs Dollar Amerika Serikat meningkat,

maka volume ekspor juga akan meningkat (Sukirno, 2008:360).

34

2.1.8 Keseimbangan Kurs

Keseimbangan nilai tukar pada dasarnya mempunyai fungsi ganda,

pertama yaitu mempertahankan keseimbangan neraca pembayaran yang akhirnya

bermuara pada tingkat kecukupan cadangan devisa yang dikelola oleh Bank

Indonesia. Fungsi kedua adalah menjaga kestabilan pasar domestik. Pada

umumnya, kurs ditentukan oleh perpotongan kurva permintaan pasar dan kurva

penawaran dari mata uang asing tersebut. Permintaan valuta asing timbul

terutama bila kita mengimpor barang dan jasa dari luar negeri atau melakukan

investasi dan pinjaman luar negeri. Sesuai dengan modal struktural yang

dikembangkan oleh Messed an Rogof fluktuasi kurs di Indonesia dipengaruhi

oleh jumlah uang beredar (Kindleberger, 2000:379).

Pada umumnya keseimbangan kurs Valuta asing ditentukan oleh

perpotongan kurs valuta asing tersebut. Apabila nilai tukar terlalu tinggi maka

akan terjadi surplus, apabila nilai tukar terlalu rendah maka akan terjadi

kekurangan. Apabila permintaan dan penawaran nilai tukar berubah maka

keseimbangan nilai tukar juga akan berubah.

2.1.9Pengaruh modal kerja terhadap ekspor

Modal kerja adalah kekayaan atau aktiva yang diperlukan perusahaan

untuk menyelenggarakan kegiatan sehari – hari yang selalu berputar dalam

periode tertentu (Indriyo, 2002:35). Namun secara garis besar kebutuhan modal

kerja suatu industri dapat dipenuhi dari sendiri dan dari luar yang berupa pinjaman

atau kredit. Nico (2009:84) dalam penelitiannya mengenai hubungan modal kerja

dengan ekspor juga menyatakan bahwa ada hubungan positif antara modal kerja

35

dengan ekspor pada perusahaan. Suatu usaha tanpa adanya modal kerja sebagai

salah satu faktor produksinya tidak akan dapat berjalan. Semakin banyak jumlah

produk yang di ekspor maka semakin besar pula modal yang dibutuhkan.Sri

(2013) dalam penelitiannya juga mengatakan ada pengaruh positif terhadap modal

kerja dengan kegiatan ekspor kerajinan kayu di Ubud, Gianyar.

Hal ini juga dikemukakan oleh Levina (2013) dalam penelitiannya

mengatakan bahwa modal kerja berpengaruh signifikan terhadap ekspor. Untuk

menghadapi persaingan yang ketat perusahaan tentu saja perlu melaksanakan

fungsi-fungsi manajemennya yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, dan

pengendalian secara baik sehingga tujuan perusahaan tercapai.Perusahaan perlu

melakukan pengelolahan modal kerja dengan baik agar tersedia modal kerja yang

cukup dalam melaksanakan peningkatan kegiatan operasi. Pembangunan ekonomi

paling tidak harus memiliki tiga tujuan inti yaitu peningkatan ketersediaan modal

kerja serta perluasan distribusi berbagai barang kebutuhan hidup (Todaro dan

Smith, 2006:28). Setiap perusahaan termasuk perusahaan ekspor selalu

membutuhkan modal kerja untuk membelanjai operasinya sehari – hari.

Modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam bentuk uang tunai,

surat berharga, piutang, dan persediaan dikurangi kewajiban lancar. Pengelolaan

modal kerja yang baik sangat penting agar kelangsungan usaha pada suatu

perusahaan dapat dipertahankan sehingga tidak mengalami kebangkrutan. Modal

kerja dalam kegiatan ekspor ini diperlukan untuk meningkatkan penjualan, karena

dengan adanya pertumbuhan penjualan perusahaan harus memiliki dana untuk

membiayai aktiva lancar. Bila perusahaan mengalami peningkatan penjualan

36

secara kredit maka pada posisi aktiva lancar yaitu pada piutang perusahaan akan

mengalami peningkatan pula. Begitu juga dengan persediaan karena semakin

banyak barang yang dijual maka persediaan akan bertambah karena adanya

peningkatan penjualan.

Volume penjualan merupakan salah satu faktor yang sangat penting yang

mempengaruhi kebutuhan modal kerja. Maka dari itu perusahaan memerlukan

sumber pembiayaan atau dana dengan adanya peningkatan penjualan tersebut.

Sehingga dengan adanya peningkatan penjualan maka profitabilitas perusahaan

meningkat pula, karena salah satu yang mempengaruhi profitabilitas adalah

kegiatan penjualan dimana barang yang sudah diproduksi oleh perusahaan sudah

siap untuk dipasarkan dan digunakan oleh konsumen. Modal kerja yang cukup

sangat penting untuk pertumbuhan kelangsungan perusahaan, baik dalam jangka

pendek maupun jangka panjang. Apabila perusahaan kekurangan modal kerja

untuk memperluas produksinya, maka besar kemungkinan akan kehilangan

pendapatan dan keuntungan. Manajemen modal kerja yang tepat dan baik akan

lebih mendorong pencapaian sukses kegiatan perusahaan. Maka dari itu modal

kerja sangat berpengaruh terhadap kegiatan ekspor sebagai penunjang

keberrhasilan suatu perusahaan ekspor.

2.1.10Pengaruhjumlah tujuan negara terhadap ekspor

Dari sudut pandang eksternal, pemasaran ekspor adalah titik awal untuk

analisis suatu kegiatan industri hasil kerajinan. Tanpa ada permintaan terhadap

suatu kegiatan, misalnya kegiatan industri hasil kerajinan dan konsumsi, maka

tidak ada dasar ekonomi untuk melakukan kegiatan ke hilir (Saptana et al,2004:2).

37

Keadaan konsumsi dan permintaan komoditas kerajinan sangat menentukan

banyaknya komoditas kerajinan yang dapat digerakkan oleh sistem tataniaga dan

memberikan arah bagi produsen seberapa besar dalam merencanakan produksi

(Saptana et al,2004:4). Hal ini menyatakan bahwa keadaan ekspor ditentukan oleh

jumlah tujuan negara yang dituju.Yunita (2006) dalam penelitiannya mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan biji kakao Indonesia

mengatakan uji-t yang diperoleh variabel-variabel yang berpengaruh nyata

terhadap ekspor adalah jumlah populasi negara tujuan. Hal ini juga dikemukakan

oleh Pulungan (2005) yang dalam penelitiannya menganalisis mengenai faktor-

faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan arang tempurung kelapa Indonesia

bahwa negara-negara tujuan ekspor mempunyai hubungan yang positif terhadap

tingkat keberhasilan ekspor.

Hampir semua negara di dunia ini mengadakan hubungan ekonomi dengan

negara lain. Hubungan ekonomi ini dapat berbentuk hubungan perdagangan antar

negara. Hubungan perdagangan terjadi mengingat suatu negara tidak mungkin

dapat memenuhi semua kebutuhannya tanpa melakukan kerja sama dengan negara

lain. Demikian juga dengan negara sedang berkembang pada umumnya yang

melakukan transaksi ekspor dan impor dengan negara maju atau negara

berkembang lain. Permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang

pada berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu. Singkatnya

permintaan dari beberapa jumlah negara menentukan banyaknya jumlah barang

yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat pendapatan yang lebih

tinggi. Konsep pemasaran global dijelaskan JP. Jeannet dan HD. Henessey (dalam

38

Husein, 2000:31) menyatakan pemasaran global merupakan kegiatan pemasaran

Internasional yang sudah saling terpaut walaupun keduanya merupakan kegiatan

bisnis Internasional yang pada hakekatnya merupakan kinerja dari seluruh fungsi

kegiatan bisnis lintas negara termasuk kegiatan produksi Internasional dan

pemasaran Internasional.

Suatu perusahaan telah melakukan pemasaran global apabila perusahaan

tersebut telah melakukan proses seluruh kegiatan pemasaran yang lebih dari suatu

negara. Menurut penelitian Agung (2003) tujuan perusahaan ekspor dalam satu

sampai dua tahun terakhir ini adalah meningkatkan pemasaran dan berusaha agar

kinerja perusahaan – perusahaan berada pada tingkat yang sehat untuk pencapaian

laba yang sesuai dengan tingkat kegiatan perusahaan ekspor dalam persaingan

yang semakin ketat dengan meluncurkan jenis produk yang spesifik kepasar

Ineternasional terutama kepasar Eropa, Inggris, dan Amerika mengingat harga jual

produk ekspor kenegara tersebut masih cukup tinggi.

2.1.11 Pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap ekspor

Dalam Badan Pusat Statistik, tenaga kerja adalah penduduk usia kerja 15

tahun atau lebih yang bekerja atau punya pekerjaan namun sementara tidak

bekerja, dan yang sedang mencari pekerjaan. Mampu bekerja berarti mampu

melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yaitu bahwa kegiatan

tersebut menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Semakin tinggi kualitas faktor input, maka semakin besar peluang industri untuk

meningkatkan daya saing dan produktivitas. Hal ini sejalan dengan penelitian

Kuncoro dan Irwan (2003) bahwa tenaga kerja mempunyai hubungan yang positif

39

terhadap pasar ekspor.Perencanaan tenaga kerja merupakan bagian terpenting dari

perencanaan pembangunan.Sri (2013) dalam penelitiannya juga mengatakan ada

pengaruh yang positif terhadap jumlah tenaga kerja terhadap ekspor kerajinan

kayu di Ubud, Gianyar.

Untuk menjalankan strategi – strategi yang diputuskan perusahaan

dibutuhkan sumber daya manusia yang sesuai. Strategi tenaga kerja bertujuan

untuk meningkatkan kinerja operasional melalui penggunaan strategi (Amir,

2011:185). Tantangan yang dihadapi dunia industri saat ini menuntut peningkatan

dan perbaikan kinerja yang dilakukan secara berkelanjutan agar dapat terus

bertahan dan memenangkan persaingan bisnis terutama dalam kegiatan ekspor.

Keberhasilan suatu perusahaan ekspor tidak hanya dilihat dari besarnya

pendapatan yang dihasilkan melainkan melalui terciptanya proses yang efektif,

efisien, dan berkualitas untuk meningkatkan produktivitas perusahaan. Tenaga

kerja sebagai salah satu sumber daya yang sangat berpengaruh terhadap

keberhasilan perusahaan dituntut untuk terus meningkatkan produktivitasnya.

Tenaga kerja yang produktif memerlukan ketrampilan kerja yang sesuai dengan

beban dan deskripsi pekerjaan sehingga mampu menghasilkan tenaga kerja yang

baik dalam metode kerja (Sinungan, 2000:3).

Peningkatan produktivitas perusahaan ekspor dapat diwujudkan melalui

peningkatan produktivitas tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja

menggambarkan ukuran kinerja melalui pemanfaatan setiap tenaga kerjayang

digunakan untuk menghasilkan output kepada perusahaan.

40

2.1.12Pengaruh Kurs Dollar terhadap ekspor

Dalam sistem kurs mengambang, depresiasi atau apresiasi nilai mata uang

akan mengakibatkan perubahan ke atas ekspor maupun impor. Jika kurs

mengalami depresiasi yaitu nilai mata uang dalam negeri menurun dan berarti

nilai mata uang asing bertambah tinggi kursnya atau harganya akan menyebabkan

ekspor meningkat dan impor cenderung menurun. Jadi kurs valuta asing

mempunyai hubungan yang searah dengan volume ekspor. Apabila nilai kurs

Dollar meningkat, maka volume ekspor juga akan meningkat (Sukirno,

2005:319).Kenaikan nilai Dollar mendorong kenaikan nilai ekspor akibat para

eksportir akan cenderung membidik pasar Internasional akibat ekspektasi

keuntungan yang lebih besar apabila menjual ke pasar Internasional akibat

kenaikan Dollar.

Permintaan dan penawaran akan valuta asing akan membentuk tingkat

nilai tukar suatu mata uang domestik dengan mata uang negara lain. Penawaran

dan permintaan terhadap valuta asing timbul karena adanya hubungan

internasional dalam perdagangan barang, jasa, atau hibah dari luar negeri maupun

kapital masuk. Sedangkan permintaan valuta asing disebabkan adanya impor

barang, jasa maupun kapital, sehingga untuk menyelesaikan transaksi perlu

menukarkan suatu mata uang domestic dengan valuta asing dan sebaliknya

(Halwani, 2005:12). Kurs memegang peranan penting dalam perdagangan

Internasional karena dengan adanya kurs dapat membandingkan harga barang dan

jasa yang dihasilkan oleh berbagai negara. Apabila suatu barang ditukar dengan

barang lain tentu di dalamnya terdapat perbandingan nilai tukar antar keduanya.

41

Raharjo (2013) dalam penelitiannya mengenai ekspor kopi Indonesia, menyatakan

bahwa nilai tukar Rupiah terhadap USD memiliki hubungan yang positif dengan

volume ekspor kopi Indonesia. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa jika

Rupiah mengalami apresiasi maka volume ekspor kopi Indonesia mengalami

penurunan. Demikian pula sebaliknya, jika Rupiah mengalami depresiasi maka

volume ekspor kopi Indonesia mengalami kenaikan.

Nilai tukar ini sebenarnya merupakan harga didalam pertukaran tersebut.

Demikian pula pertukaran antara dua mata uang yang berbeda maka akan terdapat

perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut. Oleh karena itu

untuk memperlancar perdagangan Internasional diperlukan adanya standar mata

uang Internasional yaitu Dollar Amerika. Adanya perbedaan nilai mata uang

untuk masing – masing negara terhadap AS Dollar maka perlu diterapkan nilai

valuta asing atau kurs. Menurut Bristy (2013:121-133) dalam penelitiannya

mengenai hubungan kurs nilai tukar dengan ekspor di Bangladesh menyatakan

bahwa depresiasi nilai mata uang suatu negara berpengaruh positif terhadap

ekspor. Penelitian lain oleh Boroujerdi (2004:14) menyatakan pada perekonomian

Iran, jika mata uang Rial mengalami devaluasi maka akan menyebabkan

pertumbuhan yang positif terhadap ekspor non-migas. Pertumbuhan ekspor ini

hanya terjadi tidak lebih dari satu tahun setelah terjadinya apresiasi valuta

asing.Pengaruh fluktuasi nilai tukar terhadap ekspor ini menarik perhatian

beberapa ekonomi untuk menelitinya. Menurut Susilo (2001:28) mengatakan

bahwa fluktuasi nilai tukar memiliki dampak yang signifikan terhadap ekspor riil

42

non migas pada jangka pendek. Jika nilai Kurs dollar meningkat maka volume

ekspor juga akan meningkat (Sukirno, 2006:319).

Nilai tukar merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi

ekspor (Dolatti, 2012:6955-6961). Penelitian ini menggunakan kurs dollar

Amerika Serikat dikarenakan kurs dollar Amerika Serikat merupakan kurs mata

uang standar internasional yang nilainya relatif stabil dan merupakan mata uang

yang kuat dan dapat mudah untuk diperdagangkan serta dapat diterima oleh siapa

saja sebagai pembayaran untuk transaksinya (Latief, 2001:15). Lebih lanjut

penelitian yang dilakukan oleh Huchet-Bourdon dan Korinek (2012:67) tentang

pengaruh nilai tukar terhadap perdagangan antara negara Chilie dan New Zealand

juga menghasilkan analisis yang sama, yaitu perubahan nilai tukar mempengaruhi

neraca perdagangan pada perekonomian terbuka kecil.

MenurutSmith (2004:67) menyatakan bahwa volume ekspor dipengaruhi

oleh nilai tukar dan faktor-faktor lainnya. Pada penelitiannya yang berjudul

Impact of the Exchange Rate on Export Volumes yang menetapkan lokasi

penelitian di New Zealand, ditemukan bahwa nilai tukar memiliki respon yang

berbeda pada setiap sektor ekspor yaitu nilai tukar lebih sensitif terhadap volume

ekspor pada sektor jasa dibandingkan pada sektor pertanian. Pertumbuhan ekspor

ini hanya terjadi tidak lebih dari satu tahun setelah terjadinya apresiasi valuta

asing.

2.2Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pokok masalah dan tinjauan pustaka yang telah diuraikan,

maka dapat dirumuskan hipotesis yang akan diuji yaitu:

43

1) Modal kerja, jumlah tujuan negara, jumlah tenaga kerjadan kurs Dollar

Amerika berpengaruh secara simultanterhadap nilai ekspor produk

kerajinan Bali di pasar Internasional.

2) Modal kerja, jumlah tujuan negara, jumlah tenaga kerja, dan kurs Dollar

Amerika berpengaruh positifterhadap nilai ekspor produk kerajinan Bali di

pasar Internasional.