bab ii kajian pustaka a. pengertian tentang implementasirepository.ub.ac.id/111389/3/bab_ii.pdf ·...
TRANSCRIPT
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Tentang Implementasi
Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan.
Majone dan Wildavsky, mengemukakan implementasi sebagai evaluasi, Browne dan
Wildavsky mengemukakan bahwa implementasi adalah perluasan aktivitas yang
saling menyesuaikan, pengertian implementasi sebagai aktivitas yang saling
menyesuaikan juga dikemukakan oleh Mclaughin, adapun Schubert mengemukakan
bahwa implementasi adalah sistem rekayasa.1 Pengertian-pengertian di atas
memperlihatkan bahwa kata implementasi berpusat pada aktivitas, adanya aksi,
tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti
bahwa implementasi bukan sekadar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana
dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk
mencapai tujuan kegiatan.
Oleh karena itu, implementasi tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh
obyek berikutnya yaitu hukum. Dalam kenyataannya, implementasi peraturan
perundang-undangan merupakan proses untuk melaksanakan ide, program atau
seperangkat aktivitas baru dengan harapan orang lain dapat menerima dan melakukan
perubahan. Dalam konteks implementasi peraturan perundang-undangan pendekatan-
pendekatan yang telah dikemukakan di atas memberikan tekanan pada proses.
Esensinya implementasi adalah suatu proses, suatu aktivitas yang digunakan untuk
mentransfer ide/gagasan, program atau harapan-harapan yang dituangkan dalam
bentuk tertulis agar dilaksanakan sesuai dengan bentuk tertulis tersebut.
1 2011, Definisi Implementasi(online), Dikutip http://www.google.com, diakses tanggal 8 Maret 2011
Menurut Lawrence M. Friedman sistem hukum terdiri dari tiga komponen
yaitu perangkat struktur hukum (lembaga hukum), substansi hukum (peraturan
perundang-undangan), dan kultur hukum atau budaya hukum.2Antara srtuktur
hukum, substansi hukum dan kultur hukum seharusnya terdapat garis merahdan
diantara ketiganya saling mempengaruhi.
Implementasi suatu aturan hukum tidak dapat lepas dari tipe-tipe hukum atau
tipologi hukum yang berpengaruh pada penegakan hukum. Terdapat tipe-tipe hukum,
yaitu:
1. Hukum yang bersifat represif
Merupakan hukum yang bersifat menekan masyarakat dan cenderung
ditentang oleh masyarakat, misalnya Undang-Undang Anti Pornografi (APP) dan
biasanya tidak mencerminkan keadilan dalam masyarakat, misalnya undang-undang
pada masa Orde Baru.
2. Hukum yang bersifat responsif
Merupakan hukum yang bersifat menampung aspirasi masyarakat dan
cenderung dipatuhi, misalnya Undang-Undang Pemilu, Undang-Undang Otonomi
Daerah.
3. Hukum yang bersifat progresif
Merupakan hukum yang memberikan manfaat bagi masyarakat dan yang
menyejahterakan masyarakat dan cenderung dapat diterima masyarakat, misalnya
Undang-Undang Pangan, Undang-Undang Kesehatan, Undang-Undang Perlindungan
Konsumen.
4. Hukum yang menitikberatkan pada supremasi hukum
2 Saifullah, Refleksi Sosiologi Hukum, Refika Aditama, Bandung, 2007, hlm 26.
Dapat dikatan sebagai hukum yang mengedepankan aturan hukum atau rule of
law, merupakan pengaturan oleh hukum, hukum yang berkuasa dan hukum yang
memerintah. Unsur-unsurnya dapat berupa hak asasi yang dijamin oleh undang-
undang, persamaan di hadapan hukum dan tidak ada kesewenang-wenangan tanpa
aturan hukum yang jelas.
Untuk mengefektifkan implementasi kebijakan yang ditetapkan, maka
diperlukan adanya tahap-tahap implementasi kebijakan. M. Irfan Islamy membagi
tahap implementasi dalam dua bentuk, yaitu :
a. Bersifat self-executing, yang berarti bahwa dengan dirumuskannya dan
disahkannya suatu kebijakan maka kebijakan tersebut akan
terimplementasikan dengan sendirinya, misalnya pengakuan suatu negara
terhadap kedaulatan negara lain.
b. Bersifat non self-executing yang berarti bahwa suatu kebijakan publik
perlu diwujudkan dan dilaksanakan oleh berbagai pihak supaya tujuan
pembuatan kebijakan tercapai.3
Ahli lain, Brian W. Hogwood dan Lewis A. Gunn mengemukakan sejumlah
tahap implementasi sebagai berikut :
Tahap I terdiri atas kegiatan-kegiatan :
a. Menggambarkan rencana suatu program dengan penetapan tujuan
secara jelas ;
b. Menentukan standar pelaksanaan ;
c. Menentukan biaya yang akan digunakan beserta waktu pelaksanaan.
Tahap II : Merupakan pelaksanaan program dengan mendayagunakan struktur
staf, sumber daya, prosedur, biaya serta metode ;
3 2011, Definisi Implementasi(online), Dikutip http://www.google.com, diakses tanggal 8 Maret 2011
Tahap III Merupakan kegiatan-kegiatan :
a. Menentukan jadual ;
b. Melakukan pemantauan ;
c. Mengadakab pengawasan untuk menjamin kelancaran pelaksanaan
program. Dengan demikian jika terdapat penyimpangan atau
pelanggaran dapat diambil tindakan yang sesuai, dengan segera. 4
Jadi implementasi kebijakan akan selalu berkaitan dengan perencanaan
penetapan waktu dan pengawasan. Sedangkan menurut Mazmanian dan Sabatier
dalam Solichin Abdul Wahab, (1991) Mempelajari masalah implementasi kebijakan
berarti berusaha untuk memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu
program diberlakukan atau dirumuskan.5 Yakni peristiwa-peristiwa dan kegiatan-
kegiatan yang terjadi setelah proses pengesahan kebijakan baik yang menyangkut
usaha-usaha untuk mengadministrasi maupun usaha untuk memberikan dampak
tertentu pada masyarakat. Hal ini tidak saja mempengaruhi perilaku lembaga-
lembaga yang bertanggung jawab atas sasaran (target grup) tetapi juga
memperhatikan berbagai kekuatan politik, ekonomi, sosial yang berpengaruh pada
impelementasi kebijakan negara.
Menurut George C. Edward III ada empat faktor yang berpengaruh
terhadap keberhasilan atau kegagalan implementasi suatu kebijakan, yaitu faktor
sumber daya, birokrasi, komunikasi, dan disposisi.6
1. Faktor sumber daya (resources)
Faktor sumber daya mempunyai peranan penting dalam
implementasi kebijakan, karena bagaimanapun jelas dan konsistennya
4Ibid . 5Ibid. 6Edward, George C, Implementing Public Policy, 1980, hlm 111.
ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan suatu kebijakan, jika para
personil yang bertanggung jawab mengimplementasikan kebijakan
kurang mempunyai sumber-sumber untuk melakukan pekerjaan secara
efektif, maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan bisa efektif.
Sumber-sumber penting dalam implementasi kebijakan yang
dimaksud antara lain mencakup :
a. Staf yang harus mempunyai keahlian dan kemampuan untuk bisa
melaksanakan tugas ;
b. Perintah
c. Anjuran atasan/pimpinan
Disamping itu, harus ada ketepatan atau kelayakan antara jumlah staf
yang dibutuhkan dan keahlian yang harus dimiliki dengan tugas yang
akan dikerjakan.
Dana untuk membiayai operasionalisais implementasi kebijakan
tersebut, informasi yang relefan dan yang mencukupi tentang
bagaimana cara mengimplementasikan suatu kebijakan, dan kerelaan
atau kesanggupan dari berbagai pihak yang terlibat dalam
implementasi kebijakan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar para
implementor tidak akan melakukan suatu kesalahan dalam bagaimana
caranya mengimplementasikan kebijakan tersebut. Informasi yang
demikian ini juga penting untuk menyadarkan orang-orang yang
terlibat dalam implementasi, agar diantara mereka mau melaksanakan
dan mematuhi apa yang menjadi tugas dan kewajibannya.
Kewenangan untuk menjamin atau meyakinkan bahwa kebijakan
yang diimplementasikan adalah sesuai dengan yang mereka kehendaki,
dan fasilitas atau sarana yang digunakan untuk
mengoperasionalisasikan implementasi suatu kebijakan yang meliputi:
Gedung, tanah, sarana dan prasarana yang kesemuanya akan
memberikan pelayanan dalam implementasi kebijakan. Kurang
cukupnya sumber-sumber ini berarti ketentuan-ketentuan atau aturan-
aturan tidak akan menjadi kuat, pelayanan tidak akan diberikan dan
pengaturan yang rasional tidak dapat dikembangkan.
2. Struktur Birokrasi
Meskipun sumber untuk mengimplementasikan suatu kebijakan
sudah mencukupi dan para implementor mengetahui apa yang harus
dilakukan dan bagaimana cara melakukannya, serta mereka mempunyai
keinginan untuk melakukannya, implementasi bisa jadi masih belum
efektif, karena ketidakefisienan struktur birokrasi yang ada.
3. Faktor Komunikasi
Komunikasi adalah suatu kegiatan manusia untuk menyampaikan
apa yang menjadi pemikiran dan perasaannya, harapan atau
pengalamannya kepada orang lain. Faktor komunikasi dianggap sebagai
faktor yang amat penting, karena dalam setiap proses kegiatan yang
melibatkan unsur manusia dan sumber daya akan selalu berurusan
dengan permasalahan “Bagaimana hubungan yang dilakukan”.
4. Faktor Disposisi (sikap)
Disposisi ini diartikan sebagai sikap para pelaksana untuk
mengimplementasikan kebijakan. Dalam implementasi kebijakan, jika
ingin berhasil secara efektif dan efisien, para implementor tidak hanya
harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan dan mempunyai
kemampuan untuk implementasi kebijakan tersebut, tetapi mereka juga
harus mempunyai kemauan untuk mengimplementasikan kebijakan
tersebut.7
B. Pengertian Tentang Pelaksanaan Program Pelayanan Satu Pintu
Pelaksanaan adalah suatu proses, cara, perbuatan melaksanakan (rancangan,
keputusan, dsb). Secara sederhana pelaksanaan bisa diartikan implementasi atau
penerapan. Majone dan Wildavsky (dalam Nurdin dan Usman, 2002), mengemukakan
implementasi sebagai evaluasi, Browne dan Wildavsky (dalam Nurdin dan Usman,
2004:70) mengemukakan bahwa implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling
menyesuaikan, pengertian implementasi sebagai aktivitas yang saling menyesuaikan
juga dikemukakan oleh Mclaughin (dalam Nurdin dan Usman, 2004), adapun
Schubert (dalam Nurdin dan Usman, 2002:70) mengemukakan bahwa implementasi
adalah sistem rekayasa. Pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata
implementasi berpusat pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu
sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan sekadar
aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh
berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.
Oleh karena itu, implementasi tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh
obyek berikutnya yaitu hukum. Dalam kenyataannya, implementasi peraturan
perundang-undangan merupakan proses untuk melaksanakan ide, program atau
seperangkat aktivitas baru dengan harapan orang lain dapat menerima dan melakukan
perubahan.Dalam konteks implementasi peraturan perundang-undangan pendekatan-
pendekatan yang telah dikemukakan di atas memberikan tekanan pada proses.
7 2011, Konsep Implementasi(online), Dikutip http//:www.google.com, diakses tanggal 8 Maret 2011
Esensinya implementasi adalah suatu proses, suatu aktivitas yang digunakan untuk
mentransfer ide/gagasan, program atau harapan-harapan yang dituangkan dalam
bentuk tertulis agar dilaksanakan sesuai dengan bentuk tertulis tersebut.
Menurut Lawrence M. Friedman sistem hukum terdiri dari tiga komponen
yaitu perangkat struktur hukum (lembaga hukum), substansi hukum (peraturan
perundang-undangan), dan kultur hukum atau budaya hukum.8Antara srtuktur hukum,
substansi hukum dan kultur hukum seharusnya terdapat garis merahdan diantara
ketiganya saling mempengaruhi
Peneliti membahas mengenai pelaksanaan program pelayanan satu
pintu,dimana program pelayanan satu pintu yang merupakan kegiatan
penyelenggaraan perizinan dan non perizinan yang proses pengelolaannya mulai dari
tahap permohonan sarnpai ke tahap terbitnya dokumen dilakukan dalam satu tempat.9
Program Pelayanan Satu Pintu dapat berarti satu agen pemerintah yang
memiliki semua otoritas yang diperlukan untuk memberi berbagai perijinan (lisenses,
permits, approvals dan clearances).Dan Tanpa otoritas yang mampu menangani semua
urusan tersebut, agen pemerintah tidak dapat mengatur berbagai pengaturan selama
proses. Oleh sebab itu, dalam hal ini agen tersebut tidak dapat menyediakan semua
bentuk perizinan yang diperlukan dalam berbagai tingkat administrasi, sehingga harus
bergantung pada otoritas lain.10
Pelayananadalah suatu bentuk kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh
instansi pemerintah baik di pusat, di daerah, BUMN, dan BUMD dalam bentuk
barang maupun jasa dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.Kegiatan yang dilakukan oleh instansi tersebut
berupa pelayanan publik,dimana pelayanan publik berarti segala kegiatan pelayanan
8 Saifullah, Refleksi Sosiologi Hukum, Refika Aditama, Bandung, 2007, hlm 26. 9Permendagri No.24 Tahun 2006 Pasal (1) poin 11
10Riawan Tjandra W, Hukum Administrasi Negera, Universitas Atmajaya, Yogyakarta, hlm 19.
yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan
kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-
undangan.Dapat pula diartikan sebagai pemberian layanan(melayani) keperluan orang
atau masyarakat yang mempunyaikepentingan pada organisasi itu sesuai dengan
aturan pokok dantata cara yang telah ditetapkan.Pelayanan publik oleh birokrasi
publik adalah merupakan salah satu perwujudan dari fungsi aparatur negara sebagai
abdi masyarakat disamping sebagai abdi negara,birokrasi sepewrti ini ditujukan un
tuk mensejahterakan masyarakat,dimana dalam pembahasan diatas dapat di ambil
contoh yaitu dengan adanya Program Pelayanan Satu Pintu.
Pelayanan publik yang profesional, artinya pelayanan publikyang dicirikan
oleh adanya akuntabilitas dan responsibilitas daripemberi layanan (aparatur
pemerintah). Dengan ciri sebagai berikut:
1.Efektif, lebih mengutamakan pada pencapaian apa yang menjadi tujuan dan sasaran;
2.Sederhana, mengandung arti prosedur/tata cara pelayanan diselenggarakan secara
mudah, cepat, tepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan
oleh masyarakat yang meminta pelayanan;
3.Kejelasan dan kepastian (transparan), mengandung akan arti adanya kejelasan dan
kepastian mengenai :
a.Prosedur/tata cara pelayanan;
b.Persyaratan pelayanan, baik persyaratan teknis maupun persyaratan
administratif;
c.Unit kerja dan atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab
dalam memberikan pelayanan
d.Rincian biaya/tarif pelayanan dan tata cara pembayarannya;
e.Jadwal waktu penyelesaian pelayanan.
4. Keterbukaan, mengandung arti prosedur/tata cara persyaratan,satuan kerja/pejabat
penanggungjawab pemberi pelayanan,waktu penyelesaian, rincian waktu/tarif serta
hal-hal lain yangberkaitan dengan proses pelayanan wajib diinformasikan
secaraterbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat,baik diminta
maupun tidak diminta;
5.Efisiensi, mengandung arti :
a.Persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal berkaitan
langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan
b.Dicegah adanya pengulangan pemenuhan persyaratan,dalam hal proses
pelayanan masyarakat yang bersangkutanmempersyaratkan adanya
kelengkapan persyaratan darisatuan kerja/instansi pemerintah lain yang
terkait.
6.Ketepatan waktu, kriteria ini mengandung arti pelaksanaanpelayanan masyarakat
dapat diselesaikan dalam kurun waktuyang telah ditentukan;
7.Responsif, lebih mengarah pada daya tanggap dan cepatmenanggapi apa yang
menjadi masalah, kebutuhan dan aspirasimasyarakat yang dilayani;
8.Adaptif, cepat menyesuaikan terhadap apa yang menjadituntutan, keinginan dan
aspirasi masyarakat yang dilayaniyangsenantiasa mengalami tumbuh kembang.
C. Pengertian Tentang Perijinan
Perijinan disini berarti izin,mengapa izin ada,semua itu karena adanya norma
ataupun norma umum.Norma umum yaitu peraturan perundang – undangan.
Izin adalah persetujuan dari penguasa berdasarkan Undang-Undang atau peraturan
pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari larangan umum tersebut.
Izin menurut pengertiannya dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1. Izin dalam arti sempit izin saja
2. Dalam arti luas yaitu :
a. Izin merupakan Persetujuan
b. Dispensasi yaitu pembebasan
c. Lisensi digunakan dalam bidang perdagangan
d. Konsensi perjanjian antara pemerintah dan swasta dalam bidang pertambangan
untuk menyerahkan tugas-tugas pemerintah kepada pihak swasta yang menyangkut
kepentingan umum.
Tujuan Perizinan dalam arti luas
Tujuan izin yaitu untuk mempengaruhi masyarakat untuk mengikuti keinginan
pemerintah.
1. Mengarahkan aktifitas tertentu (Sturen).
2. Mencegah bahaya bagi lingkungan.
3. Keinginan melindungi objek tertentu.
4. Hendak membagi benda-benda yang sedikit.
Mengarahkan dengan meyeleksi orang-orang dan aktivitas-aktivitas.Adapun berbagai
jenis perijinan seperti lisensi, permit, approvals.
Lisensi dapat diartikan secara umum sebagai pemberian izin terhadap barang atau
jasa kepada penerima lisensi untuk menggunakan barang atau jasa tersebut.11
Permit adalah izin yang diperlukan dalam kebanyakan yurisdiksi untuk konstruksi
baru, atau menambahkan ke struktur yang sudah ada, dan dalam beberapa kasus untuk
renovasi besar.12
11Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, di akses tanggal 17 July 2012 12Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, di akses tanggal 17 July 2012
Approvals atau Persetujuan adalah suatau kata sepakat antar kedua belah pihak atau
lebih mengenai harta benda kekayaan mereka yang bertujuan mengikat kedua belah
pihak13
13Menurut R subekhi dan R Tjitrosudibio, http://tips-belajar-internet.blogspot.com