bab ii kajian pustaka a. pengertian kelas inklusif ...digilib.uinsby.ac.id/8920/3/bab. ii.pdf ·...

41
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kelas Inklusif, Landasan Lahirnya dan Komponen Pendidikan Inklusif 1. Pengertian Kelas Inklusif Kelas dapat dipandang dari dua sudut yakni: a. Kelas dalam arti sempit Yaitu ruangan yang dibatasi oleh empat dinding tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses mengajar belajar. b. Kelas dalam arti luas Yaitu suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisasi menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan mengajar belajar yang kreatif untuk mencapai sauatu tujuan 10 Pada masa sekarang ini pengertian kelas yang sesuai yakni pengertian kelas secara luas. Karena pada saat ini proses belajar mengajar tidak hanya di dalam ruangan akan tetapi di luar ruangan dan dengan mengguanakan metode pembelajaran yang kreatif. Inklusi atau Pendidikan Inklusif bukan nama lain untuk ‘pendidikan kebutuhan khusus’. Pendidikan inklusif menggunakan pendekatan yang 10 Hadari Nawawi, Organisasi..., h.116

Upload: trinhhanh

Post on 17-Feb-2018

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kelas Inklusif ...digilib.uinsby.ac.id/8920/3/Bab. II.pdf · Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar ... terselenggaranya pendidikan

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Kelas Inklusif, Landasan Lahirnya dan Komponen Pendidikan

Inklusif

1. Pengertian Kelas Inklusif

Kelas dapat dipandang dari dua sudut yakni:

a. Kelas dalam arti sempit

Yaitu ruangan yang dibatasi oleh empat dinding tempat sejumlah

siswa berkumpul untuk mengikuti proses mengajar belajar.

b. Kelas dalam arti luas

Yaitu suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari

masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisasi menjadi unit

kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan mengajar

belajar yang kreatif untuk mencapai sauatu tujuan10

Pada masa sekarang ini pengertian kelas yang sesuai yakni

pengertian kelas secara luas. Karena pada saat ini proses belajar mengajar

tidak hanya di dalam ruangan akan tetapi di luar ruangan dan dengan

mengguanakan metode pembelajaran yang kreatif.

Inklusi atau Pendidikan Inklusif bukan nama lain untuk ‘pendidikan

kebutuhan khusus’. Pendidikan inklusif menggunakan pendekatan yang

10 Hadari Nawawi, Organisasi..., h.116

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kelas Inklusif ...digilib.uinsby.ac.id/8920/3/Bab. II.pdf · Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar ... terselenggaranya pendidikan

12

berbeda dalam mengidentifikasi dan mencoba memecahkan kesulitan yang

muncul di sekolah. Konsep pendidikan inklusif memiliki lebih banyak

kesamaan dengan konsep yang melandasi gerakan ‘Pendidikan untuk Semua’

dan ‘Peningkatan mutu sekolah’.

Pendidikan inklusif merupakan pergeseran dari kecemasan tentang

suatu kelompok tertentu menjadi upaya yang difokuskan untuk mengatasi

hambatan untuk belajar dan berpartisipasi.11

Definisi Pendidikan Inklusif yang dirumuskan dalam Seminar

Agra disetujui oleh 55 peserta dari 23 negara (terutama dari ‘Selatan’) pada

tahun 1998. Definisi ini kemudian diadopsi dalam South African White Paper

on Inclusive Education dengan hampir tidak mengalami perubahan:

Definisi Seminar Agra dan Kebijakan Afrika Selatan tentang

Pendidikan Inklusif yakni:

• Lebih luas daripada pendidikan formal: mencakup pendidikan di rumah,

masyarakat, sistem nonformal dan informal. Mengakui bahwa semua anak

dapat belajar.

• Memungkinkan struktur, sistem dan metodologi pendidikan memenuhi

kebutuhan semua anak.

• Mengakui dan menghargai berbagai perbedaan pada diri anak: usia,

jender, etnik, bahasa, kecacatan, status HIV/AIDS dll. Merupakan proses

11Sue Stubbs, Pendidikan Inklusif Ketika Hanya Ada Sedikit Sumber, (Bandung: UPI Jurusan

Pendidikan Luar Biasa, ,2002), h. 38

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kelas Inklusif ...digilib.uinsby.ac.id/8920/3/Bab. II.pdf · Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar ... terselenggaranya pendidikan

13

yang dinamis yang senantiasa berkembang sesuai dengan budaya dan

konteksnya.

• Merupakan bagian dari strategi yang lebih luas untuk mempromosikan

masyarakat yang inklusif.12

Pendidikan inklusif yaitu pendidikan yang dilaksanakan di sekolah/

kelas reguler dengan melibatkan seluruh peserta didik tanpa kecuali13,

meliputi: anak yang memiliki perbedaan bahasa, beresiko putus sekolah

karena sakit, kekurangan gizi, tidak berprestasi, anak yang berbeda agama,

penyandang HIV/ AIDS, anak berkebutuhan khusus, anak yang berbakat dan

sebagainya. Mereka dididik dan diberikan layanan pendidikan yang sesuai

dengan cara yang ramah dan penuh kasih sayang tanpa diskriminasi.

Dari pengertian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa kelas inklusif

yaitu kelas dengan siswa yang hitrogen. Di kelas inklusif ini para siswa

memilik kemampuan yang bermacam-macam. Karena para siswa di samping

siswa yang normal juga terdapat siswa yang memiliki beragam

kelainan/penyimpangan, baik fisik, intelektual, sosial, emosional, dan/atau

sensoris neurologis ataupun siswa yang memiliki kecerdasan di atas siswa

pada umumnya.

12 Ibid., h.39 13Dede Kusnandar, Pentingnya Pendidikan Inklusif, (26 Maret 2011),

http://dedekusn.com/pendidikan/pentingnya-pendidikan-inklusif/

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kelas Inklusif ...digilib.uinsby.ac.id/8920/3/Bab. II.pdf · Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar ... terselenggaranya pendidikan

14

2. Landasan Lahirnya Pendidikan Inklusif

a. Landasan Filosofis

Landasan filosofis utama penerapan pendidikan inklusif di

Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar sekaligus cita-cita

yang didirikan atas pondasi yang lebih mendasar lagi, yang disebut

Bhineka Tunggal Ika.14

b. Landasan Yuridis

Landasan yuridis internasional penerapan pendidikan inklusif

adalah Deklarasi Salamanca (UNESCO, 1994) oleh para menteri

pendidikan sedunia. Deklarasi ini sebenarnya penegasan kembali atas

deklarasi PBB tentang HAM tahun 1948 dan berbagai deklarasi lanjutan

yang berujung pada peraturan standar PBB tahun 1993 tentang

kesempatan yang sama bagi individu bekelainan memperoleh pendidikan

sebagai bagian integral dari system pendidikan yang ada.

Deklarasi Salamanca menekankan bahwa selama memungkinkan

semua anak seyogyanya belajar bersama-sama tanpa memandang

kesulitan atau pun perbedaan yang mungkin ada pada mereka. Sebagai

bagian dari umat manusia yang mempunyai tata pergaulan internasional,

Indonesia tidak dapat begitu saja mengabaikan deklarasi UNESCO

tersebut.

14 BPP DEPDIKNAS, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, (Jakarta:2005), h.59

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kelas Inklusif ...digilib.uinsby.ac.id/8920/3/Bab. II.pdf · Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar ... terselenggaranya pendidikan

15

Di Indonesia, penerapan pendidikan inklusi dijamin oleh beberapa

pasal yaitu:

• Undang-undang dasar 1945. Pasal 31 (1) berbunyi, tiap-tiap warga

Negara berhak mendaptkan pengajaran.

• Undang-undang nomor 20 Tahun 2003, tentang pendidikan nasional,

pasal 4 (1) dinyatakan, bahwa pendidikan di Negara ini

diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan, serta tidak

diskriminatif dengan menjunjung tinggi HAM, nilai keagamaan, nilai

cultural, dan kemajemukan bangsa. Pasal 5 (2) menyatakan bahwa

warga Negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental dan

atau social berhak memperoleh pendidikan khusus. Dalam penjelasan

pasal 15 dinyatakan bahwa penyelenggaraan pendidikan khusus

tersebut dilakukan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan

khusus .pasal 11 yang menyatakan, bahwa pemerintah dan pemerintah

daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin

terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga Negara,

tanpa diskriminasi.

c. Landasan Pedagogies

Telah dirumuskan bahwa pendidikan pada hakekatnya adalah

usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan anak

didik di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kelas Inklusif ...digilib.uinsby.ac.id/8920/3/Bab. II.pdf · Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar ... terselenggaranya pendidikan

16

Jelaslah melalui rumusan tersebut bahwa pada hakekatnya pendidikan itu

perlu atau dibutuhkan oleh siapa saja dan dimana saja.15

Pada pasal 3 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, disebutkan

bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggung jawab.16

Jadi, melalui pendidikan, peserta didik berkelainan atau

berkebutuhan khusus dibentuk menjadi warga Negara yang demokratis

dan bertanggung jawab, yaitu individu yang mampu menghargai

perbedaan dan berpartisipasi dalam masyarakat. Tujuan ini mustahil

dicapai jika sejak awal mereka diisolasikan dari teman sebayanya di

sekolah-sekolah khusus. Walaupun minoritas, mereka harus diberi

kesempatan belajar bersama teman sebayanya tanpa ada perbedaan.

d. Landasan Empiris

Penelitian tentang pendidikan inklusif telah banyak dilakukan di

negara-negara barat sejak 1980-an. Penelitian yang bersekala besar

15 Sapariadi, dkk, Mengapa Anak Berkebutuhan Khusus Perlu Mendapat Pendidikan,

(Jakarta: Balai Pustaka, 1982), h.25 16 Himpunan Peraturan Perundang-undangan, (Bandung: Fokusmedia, 2005),h.98

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kelas Inklusif ...digilib.uinsby.ac.id/8920/3/Bab. II.pdf · Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar ... terselenggaranya pendidikan

17

dipelopori oleh the National Academy of Sciences (Amerika Serikat).

Hasilnya menunjukkan bahwa klasifikaasi dan penempatan anak

berkebutuhan khusus di sekolah, kelas atau tempat khsusus tidak efektif

dan diskriminatif. Penelitian ini merekomendasikan agar pendidikan

khsusus secara segregatif hanya diberikan terbatas berdasarkan hasil

identifikasi yang tepat, yang betul-betul dapat menentukan anak

berkebutuhan khusus yang tergolong berat.17

Beberapa penelitian kemudian melakukan meta analisis (analisis

lebih lanjut terhadap beberapa hasil penelitian yang telah ada) terhadap

beberapa hasil penelitian sejenis. Hasil meta analisis yang dilakukan oleh

Carlberg dan Kavel (1980) terhadap 50 buah penelitian, oleh Wang dan

Baker (1994/1995) terhadap 11 buah penelitian, dan oleh Baker (1994)

terhadap 13 penelitian, menunjukkan bahwa pendidikan inklusif

berdampak positif, baik terhadap perkembangan akademik maupun sosial

anak berkelainan dan teman sebayanya.

3. Komponen Pendidikan Inklusif

a. Kurikulum

Kurikulum memiliki kedudukan yang sangat strategis, karena

kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Melalui

kurikulum Sumber Daya Manusia dapat diarahkan untuk mencapai

kemajuan pendidikan. Oleh karena itu, kurikulum harus terus

17 BPP.DEPDIKNAS, Jurnal Pendidikan, h.61

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kelas Inklusif ...digilib.uinsby.ac.id/8920/3/Bab. II.pdf · Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar ... terselenggaranya pendidikan

18

dikembangkan sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik,

kebutuhan pembangunan nasional, serta perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi.

Adapun kurikulum yang diterapkan pada satuan pendidikan yang

menyelenggarakan pendidikan inklusif tetap menggunakan kurikulum

nasional untuk satuan pendidikan yang bersangkutan, misalnya Kurikulum

Taman Kanak-Kanak, sekolah Dasar, Sekolah Menengah dan seterusnya.

Hanya saja GBPP diperlukan format yang lebih sederhana.18

Dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang System

Pendidikan Nasional (UUSPN) pada Pasal 1 butir 19 disebutkan: Bahwa

kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu.

Secara umum menurut Budiyanto dalam bukunya Pengantar

Pendidikan Inklusif Berbasis Budaya Lokal, kerangka pendidikan inklusif

rambu-rambu yang harus diperhatikan dalam pengembangan kurikulum

agar dapat dipergunakan bagi semua peserta didik, khususnya bagi anak

berkebutuhan khusus sesuai dengan pernyataan Salamanca adalah sebagai

berikut:

18 Direktorat PLB, Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi, Pengembangan

Kurikulum, (Jakarta: Depdiknas, 2004), h.14

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kelas Inklusif ...digilib.uinsby.ac.id/8920/3/Bab. II.pdf · Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar ... terselenggaranya pendidikan

19

1) Kurikulum seyogyanya disesuaikan dengan kebutuhan anak, bukan

sebaliknya. Oleh karena itu sekolah seyogyanya memberikan

kesempatan kurikuler yang disesuaikan dengan anak yang memiliki

bermacam-macam kemampuan dan minat.

2) Anak penyandang berkebutuhan khusus seyogyanya memperoleh

dukungan pembelajaran tambahan dalam konteks kurikulum regular,

bukan kurikulum yang berbeda. Prinsip yang dijadikan pedoman

seyogyanya dapat memberikan bantuan dan dukungan tambahan bagi

anak yang memerlukannya.

3) Perolehan pengetahuan bukan sekedar masalah pembelajaran formal

dan teoritis. Pendidikan seyogyanya berisi hal-hal yang menimbulkan

kesanggupan untuk mencapai standar yang lebih tinggi dan memenuhi

kebutuhan individu demi memungkinkannya berpartisipasi secara

penuh dalam pembangunan. Pengajaran seyogyanya dihubungkan

dengan hal-hal yang praktis agar mereka lebih termotivasi.

4) Untuk mengikuti kemajuan masing-masing anak, prosedur assessment

harus dituju. Evaluasi format seyogyanya dimasukkan ke dalam proses

pendidikan regular agar siswa dan guru senantiasa teri formasi tentang

penguasaan pelajaran yang sudah dicapai maupun yang

mengidentifikasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan membantu

siswa menghadapinya.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kelas Inklusif ...digilib.uinsby.ac.id/8920/3/Bab. II.pdf · Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar ... terselenggaranya pendidikan

20

5) Bagi anak penyandang pendidikan khusus, seyogyanya disediakan

dukungan yang berkesinambungan, yang berkisar dari bantuan

minimal di kelas regular hingga program pelajaran tambahan di

sekolah itu dan bila perlu, disediakan bantuan dari guru spesialis dan

staf pendukung eksternal.

6) Teknologi yang tepat dengan biaya terjangkau seyogyanya

dipergunakan bila diperlukan untuk mempertinggi keberhasilan dalam

kurikulum sekolah dan untuk membantu komunikasi, mobilitas dan

belajar. Bantuan teknis dapat diberikan lebih ekonomis dan efektif bila

disediakan dari sebuah pusat sumber yang didirikan di tiap wilayah,

dimana terdapat seorang ahli yang dapat mencocokkan jenis alat bantu

dengan kebutuhan individu dan menjamin pemeliharaannya.

7) Kapabilitas seyogyanya dibangun dan penelitian dilakukan pada

tingkat nasional dan regional untuk mengembangkan system teknologi

pendukung yang tepat untuk pendidikan kebutuhan khusus.19

b. Guru

Guru atau pendidik dalam pengertian yang sederhana adalah orang

yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik.20 Dalam

pengertian lain, guru adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan

kehidupan anak didik. Pribadi susila yang cakap adalah yang diharapkan

19 Budiyanto, Pengantar Pendidikan Inklusif,( DEPDIKNAS,2005), h.163-164 20 Syaiful Bahri Djamarah, Gurun dan Anak Didik, h.31

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kelas Inklusif ...digilib.uinsby.ac.id/8920/3/Bab. II.pdf · Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar ... terselenggaranya pendidikan

21

ada pada diri setiap anak didik. Tidak ada satu orang gurupun yang

mengaharapkan anak didiknya menjadi sampah masyarakat.21

Dalam dunia pendidikan guru memiliki peran yakni anatara lain:

1) Guru sebagai demonstrator

Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau

pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi

pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya

dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang

dimilikinya karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang

akan dicapai oleh siswa.22

2) Guru sebagai pengelola kelas

Dalam peranannya sebagai pengelola kelas (learning manager),

guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar

serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu

diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan

belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan. 23

3) Guru sebagai mediator dan fasilitator

Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan

pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media

21 Ibid., h.34 22 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002),

h. 9 23 Ibid., h.10

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kelas Inklusif ...digilib.uinsby.ac.id/8920/3/Bab. II.pdf · Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar ... terselenggaranya pendidikan

22

pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan

proses belajar mengajar.

Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan

sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan

dan proses belajar mengajar, baik yang berupa narasumber, buku teks,

majalah, ataupun surat kabar.24

4) Guru sebagai evaluator

Sebagai evaluator, guru berperan untuk mengumpulkan data

atau informasi tentang keberhaasilan pembelajaran yang telah

dilakukan. Terdapat dua fungsi dalam memerankan perannya sebagai

evaluator. Pertama, untuk menentukan keberhasilan siswa dalam

mencapai tujuan yang telah ditentukan atau menentukan keberhasilan

siswa dalam menyerap materi kurikulum. Kedua, untuk menentukan

keberhasilan guru dalam melaksanakan seluruh kegiatan yang telah

diprogramkan.

Secara umum pada kelas inklusif di sekolah dasar terdiri dari guru

kelas, guru mata pelajaran dan guru pembimbing khusus (GPK).

a) Guru kelas

Guru kelas adalah pendidik atau pengajar pada suatu kelas

tertentu di sekolah dasar yang sesuai dengan kualifikasi yang

dipersyaratkan, bertanggung jawab pada pengelolaan pembelajaran

24 Ibid., h.11

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kelas Inklusif ...digilib.uinsby.ac.id/8920/3/Bab. II.pdf · Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar ... terselenggaranya pendidikan

23

dan administrasi kelasnya. Kelas yang dipegang tidak menetap. Tiap

tahun dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi sekolah.

b) Guru mata pelajaran

Guru mata pelajaran yaitu guru yang mengajar pada mata

pelajaran tertentu sesuai dengan kualifikasi yang dipersyaratkan. Di

sekolah biasanya guru mata pelajaran pendidikan agama Islam serta

jasmani dan kesehatan dipegang oleh guru mata pelajaran, selain itu

dipegang oleh guru kelas

c) Guru pembimbing khusus

Guru pembimbing khusus adalah guru yang mempunyai latar

belakang pendidikan luar biasa atau yang pernah mendapat pelatihan

khusus terkait dengan pendidikan luar biasa. Tugas pembimbing

khusus antara lain:

- Menyusun assessment pendidikan bersama guru kelas dan guru

mata pelajaran.

- Membangun sistem organisasi antara guru, pihak sekolah dengan

orang tua siswa

- Memberikan bimbingan kepada anak berkelainan, sehingga anak

mampu mengatasi hambatan/ kesulitannya dalam belajar.

- Memberikan bantuan kepada guru kelas dan guru mata pelajaran

agar dapat memberikan pelayanan pendidikan khusus kepada anak

yang luar biasa yang membutuhkan.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kelas Inklusif ...digilib.uinsby.ac.id/8920/3/Bab. II.pdf · Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar ... terselenggaranya pendidikan

24

c. Anak didik

Anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari

seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan

pendidikan.25 Anak didik bukan binatang akan tetapi manusia yang punya

akal. Anak didik menempati kedudukan yang menempati posisi yang

menentukan dalam interaksi pendidikan. Guru tidak berarti bila tanpa

kehadiran anak didik sebagai subjek pembinaan.

Dalam perspektif pedagogis, anak didik adalah sejenis mahluk

yang menghajatkan pendidikan, dalam artian anak didik disebut sejenis

“homo educandum”. Pendidikan merupakan suatu keharusan yang

diberikan kepada anak didik. Anak didik sebagai manusia yang perlu

dibina dan di bimbing oleh guru. Potensi anak didik yang bersifat laten

perlu diaktualisasikan agar anak didik tidak dikatakan lagi sebagai

“animal educable”, sejenis binatang yang memungkinkan untuk dididik,

tetapi anak didik harus dianggap sebagai manusia secara mutlak .26

Sebagai makhluk manusia, anak didik memiliki karakteristik.

Menurut Sutari Imam Barnadib, Suwarno, dan Siti Mechati, anak didik

memiliki karakteristik tertentu, yakni:

- Belum memiliki pribadi yang dewasa susila sehingga masih menjadi

tanggung jawab pendidik (guru);

25 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik, h.51 26 Ibid., h.52

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kelas Inklusif ...digilib.uinsby.ac.id/8920/3/Bab. II.pdf · Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar ... terselenggaranya pendidikan

25

- Masih menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaannya, sehingga

masih menjadi tanggung jawab pendidik;

- Memiliki sifat-sifat dasar manusia yang sedang berkembang secara

terpadu yaitu kebutuhan biologis, rohani, sosial, inteligensi, emosi,

kemampuan bicara, anggota tubuh untuk bekerja (kaki, tangan, jari),

latar belakang sosial, latar belakang biologis (warna kulit, bentuk

tubuh, dan lainnya), serta perbedaan individual.

Dalam kelas inklusif terdapat siswa yang normal dan berkebutuhan

khusus. Anak berkebutuhan khusus yaitu anak yang memiliki

karakteristik khusus. Keadaan khusus membuat mereka berbeda dengan

yang lainnya. Oleh karena itu pada kelas inklusif ini tidak ada pemisahan

anak yang tumbuh secara normal dan anak yang berkebutuhan khusus

(ABK).

Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang memiliki

karakteristik khusus. Keadaan khusus membuatnya mereka berbeda

dengan anak pada umumnya. Pemberian predikat “berkebutuhan khusus”

tentu saja tanpa selalu menunjukkan pada pengertian lemah mental atau

tidak identik juga dengan ketidakmampuan emosi atau kelainan fisik.

Anak yang termasuk ABK, antara lain tunanetra, tunarungu, tunagrahita,

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kelas Inklusif ...digilib.uinsby.ac.id/8920/3/Bab. II.pdf · Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar ... terselenggaranya pendidikan

26

tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan perilaku, anak berbakat,

serta anak dengan gangguan kesehatan.27

Adapun Jenis anak berkebutuhan khusus (ABK) dapat dipahami dengan

pemaparan berikut ini:

1. Tunarungu

Tunarungu merupakan istilah umum yang digunakan untuk menyebut

kondisis seseorang yang mengalami gangguan dalam indra pendengaran. 28

Dalam pengertian lain dijelaskan bahwa anak tunarungu adalah individu yang

memiliki hambatan dalam pendengaran permanen maupun temporer (tidak

permanen).29

Tunarungu diklasifikasikan berdasarkan tingkat gangguan

pendengaran yaitu gangguan pendengaran sedang (27-40 dB), gangguan

pendengaran ringan (41-55 dB), gangguan pendengaran sedang (56-70 dB),

gangguan pendengaran berat (71-90 dB), gangguan pendengaran ekstrem/ tuli

(di atas 91 dB). Pada anak tunarungu, tidak hanya gangguan pendengaran saja

yang menjadi kekurangannya akan tetapi mereka juga mengalami kesulitan

bicara.

27 Satmoko Budi Santosos, Sekolah Alternatif, h.127 28Aqila Smart, Anak Cacata Bukan Kiamat Metode Pembelajaran & Terapi Untuk Anak

Berkebutuhan Khusus, (Yogyakarta: Katahati, 2010), h.34 29 Satmoko Budi Santoso, Sekolah Alternatif, h.129

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kelas Inklusif ...digilib.uinsby.ac.id/8920/3/Bab. II.pdf · Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar ... terselenggaranya pendidikan

27

Agar terus bisa berkomunikasi anak tunarungu harus menggunakan

bahasa isyarat. Walaupun mereka mempunyai kekurangan akan tetapi mereka

juga mempunyai bakat yang bisa digali dan dikembangkan.

2. Tunanetra

Tunanetra merupakan sebutan individu yang mengalami gangguan

pada indra penglihatan. Pada dasarnya tunanetra dibagi menjadi dua

kelompok, yaitu buta total, dan kurang penglihatan (low vision).

Buta total bila tidak dapat melihat dua jari di depan mukanya atau

hanya melihat sinar atau cahaya yang lumayan dipergunakan untuk orientasi

mobilitas. Mereka tidak bisa menggunakan huruf lain selain huruf barel.

Sedangkan yang disebut low vision adalah mereka yang bila melihat

sesuatu, mata harus didekatkan, atau mata harus dijauhkan dari objek yang

dilihatnya, atau mereka yang memiliki pandangan kabur ketika melihat objek.

Untuk mengatasi permasalahan penglihatannya, pada penderita low vision ini

menggunakan kacamata.30

3. Tunadaksa

Tunadaksa merupakan sebutan halus bagi orang yang memiliki

kelainan fisik, khususnya anggota badan, seperti tangan, kaki, atau bentuk

tubuh. Dengan kata lain tunadaksa merupakan istilah lain dari dari tunafisik-

berbagai jenis gangguan fisik yang berhubungan dengan kemampuan motorik

dan beberapa gejala penyerta yang mengakibatkan seseorang mengalami

30 Aqila Smart , Anak Cacat Bukan Kiamat, h.36

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kelas Inklusif ...digilib.uinsby.ac.id/8920/3/Bab. II.pdf · Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar ... terselenggaranya pendidikan

28

hambatan dalam mengikuti pendidikan normal, serta dalam proses

penyesuaian diri dengan lingkungannya.31

Namun, tidak semua anak-anak tunadaksa memiliki keterbelakangan

mental. Malah, ada yang memiliki kemampuan daya pikir lebih tinggi

dibandingkan anak normal pada umumnya. Bahkan, tidak jarang kelainan

yang dialami oleh penyandang tunadaksa tidak membawa pengaruh buruk

terhadap perkembangan jiwa dan pertumbuhan fisik serta kepribadiannya.

Demikian pula ada diantara anak tunadaksa hanya mengalami sedikit

hambatan sehingga mereka dapat mengikuti pendidikan sebagaimana anak

normal lainnya.

Ada beberapa penggolongan tunadaksa. Menurut Djadja Raharja,

tunadaksa digolongkan menjadi dua golongan. Golongan pertama tunadaksa

murni. Golongan ini umumnya tidak mengalami gangguan mental atau

kecerdasan, poliomyelitis serta cacat ortopedis lainnya. Golongan yang kedua

adalah tunadaksa kombinasi. Golongan ini masih ada yang normal. Namun,

kebanyakan mengalami gangguan mental, seperti anak cerebal palsy.32

Ada beberapa macam penyebab yang menjadikan seseorang menjadi

tunadaksa. Salah satu contohnya adalah kerusakan yang terjadi pada jaringan

otak. Seperti yang telah diketahui, otak yang mengendalikan semua kerja

sistem pada tubuh. Jika jaringan otak rusak, jaringan yang lainpun ikut rusak.

31 Ibid., h.44 32 Ibid., h.45

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kelas Inklusif ...digilib.uinsby.ac.id/8920/3/Bab. II.pdf · Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar ... terselenggaranya pendidikan

29

Selain karena rusaknya jaringan otak, tunadaksa juga bisa disebabkan oleh

rusaknya jaringan sumsung tulang belakang. Yaitu pada sistem musculus

skeletal.

4. Tunagrahita

Tunagrahita merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut anak

atau orang yang memiliki kemampuan intelektual di bawah rata-rata atau bisa

saja disebut dengan retardsi mental. Tunagrahita ditandai dengan keterbatasan

inetegensi dan ketidak cakapan dalam ineraksi sosial.33

Berdasarkan tinggi rendahnya kecerdasan intelegensi yang diukur

dengan menggunakan tes Stanford Binet dan skala Wescheler (WISC),

tunagrahita digolongkan menjadi empat golongan:

• Kategori ringan (Moron atau Debil)

Pada kategori ringan memiliki IQ 50-55 sampai 70. Berdasarkan

tes Binet kemampuan IQ-nya menunjukkan angka 68-52, sedangkan

dengan tes WISC, kemampuan IQ-nya 69-55. Biasanya, anak ini

mengalami kesulitan di dalam belajar. Dia lebih sering tinggal dikelas

dibandingkan naik kelas.

• Kategori sedang (Imbesil)

Bisanya memiliki IQ 35-40 sampai 50-36, sedangkan tes WISC

54-40. Pada penderita sering ditemukan kerusakan otak dan penyakit

lainnya. Ada kemungkinan penderita juga mengalami disfungsi saraf yang

33 Ibid., h.49

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kelas Inklusif ...digilib.uinsby.ac.id/8920/3/Bab. II.pdf · Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar ... terselenggaranya pendidikan

30

mengganggu keterampilan motoriknya. Pada jenis ini, penderita dapat di

deteksi sejak lahir karena pada masa pertumbuhannya penderita

mengalami keterlambatan verbal dan sosial.

• Kategori berat (severe)

Kategori ini memiliki IQ 20-25 sampai 35-45. Menurut hasil tes

Binet IQ-nya 32-20, sedangkan menurut tes WISC, IQ-nya 39-25,

penderita mengalami abnormalits fisik bawaan dan control sensori motor

yang terbatas.

• Kategori sangat berat (Profound)

Pada kategori ini penderita memiliki IQ yang sangat rendah.

Menurut hasil skala Binet IQ penderita di bawah 19, sedangkan menurut

tes WISC IQ-nya di bawah 24. Banyak penderita yang mengalami cacat

fisik dan kerusakan saraf. Tidak jarang pula penderita yang meninggal.

5. Tunalaras

Tunalaras merupakan sebutan untuk individu yang mengalami

hambatan dalam mengendalikan emosi dan control sosial. Penderita biasanya

menunjukkan prilaku yang menyimpang dan tidak sesuai dengan aturan atau

norma yang berlaku disekitarnya.34 Secara garis besar, anak tunalaras dapat

diklasifikasikan menjadi anak yang mengalami kesukaran dalam

34 Ibid., h.53

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kelas Inklusif ...digilib.uinsby.ac.id/8920/3/Bab. II.pdf · Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar ... terselenggaranya pendidikan

31

menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan anak mengalami gangguan

emosi. 35

6. Autis

Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang yang didapatkannya

sejak lahir atau balita, yang membuat dirinya tidak dapat berhubungan sosial

atau komunikasi secaara normal. Ditinjau dari segi bahasa autis berasal dari

bahasa Yunani yang berarti sendiri. Hal ini dilatarbelakangi karena anak autis

pada umumnya hidup dengan dunianya sendiri.36

Dalam pengertian lain menjelaskan bahwa autisme adalah disabilitas

perkembangan neurologis yang mempengaruhi kemampuan orang untuk

berkomunikasi, memahami bahasa, dan berinteraksi dengan orang lain. Anak-

anak autis akan cenderung mengasingkan diri dari situasi sosial. Secara

intelektual, sebagian mungkin mengalami reterdasi mental, tetapi sebagian

lainnya mungkin cerdas dan bahkan sangat cerdas.37

Secara neurologi atau berhubungan dengan sistem persarafan, autis

dapat diartikan sebagai anak yang mengalami hambatan perkembangan otak,

terutama pada area bahasa, sosial dan fantasi. 38

35 Ibid., h.55 36 Ibid., h.56 37 Daniel Muijs dan David Reynolds, Effective Teaching Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2008), h.237 38 Aqila Smart, Anak Cacat Bukan Kiamat, h.57

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kelas Inklusif ...digilib.uinsby.ac.id/8920/3/Bab. II.pdf · Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar ... terselenggaranya pendidikan

32

7. Down syindrome

Down syndrome merupakan salah satu bagian tunagrahita. Down

syndrome merupakan kelainan kromosom, yakni terbentuknya kromosom 21.

Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom saling

memisahkan diri saat terjadi pembelahan.

Ciri-ciri down syndrome tampak nyata dilihat dari fisik penderita,

misalkan tinggi badan yang relative pendek, kepala mengecil, hidung yang

datar menyerupai orang Mongolia. Maka, anak down syndrome ini juga

dikenal dengan sebutan Mongoloid.

Gejala adanya down syndrome ini bisa tampak atau tidak tampak sama

sekali. Selain ciri-ciri diatas, down syndrome juga dapat dilihat dari lapisan

kulit penderita yakni tampak keriput meskipun usianya masih muda.

8. Kemunduran (retardaksi) mental

Retardaksi mental adalah keadaan ketika intelegensi individu

mengalami kemunduran atau tidak dapat berkembang dengan baik39.

Retardaksi mental juga disebut oligofrenia (oligo artinya ‘kurang’ atau

‘sedikit’ dan fren artinya ‘jiwa’ atau ‘tuna-mental’).

Kemunduran mental bukanlah penyakit yang berbahaya meskipun

kemunduran mental merupakan hasil dari proses patologik di dalam otak yang

memberi gambaran keterbatasan terhadap intelektualnya dan fungsi adaptif.

39 Ibid., h.64

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kelas Inklusif ...digilib.uinsby.ac.id/8920/3/Bab. II.pdf · Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar ... terselenggaranya pendidikan

33

Kemunduran juga terjadi dengan atau tanpa gangguan kejiwaan atau cacat

fisik.

Klasifikasi retardaksi mental menurut DSM-IV-TR, yaitu:

• Retardaksi Mental Berat Sekali

IQ di bawah 20 atau 25. Sekitar 1 sampai 2% dari orang yang

terkena retardaksi mental.

• Retardaksi Mental Berat

IQ sekitar 20-25 sampai 35-40. Sebanyak 4% dari orang yang

terkena retardaksi mental.

• Retardaksi Mental Sedang

IQ sekitar 35-40 sampai 50-55. Sekitar 10% dari orang yang

terkena retardaksi mental.

• Retardaksi Mental Ringan

IQ sekitar 50-55 sampai 70. Sekitar 85% dari orang yang terkena

retardaksi mental. Pada umumnya, anak-anak dengan retardaksi mental

ringan tidak dikenal sampai anak tersebut menginjak tingkat pertama atau

kedua di sekolah.40

40 Ibid., 65-66

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kelas Inklusif ...digilib.uinsby.ac.id/8920/3/Bab. II.pdf · Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar ... terselenggaranya pendidikan

34

B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Kelas Inklusif

1. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Menurut Oemar Hamalik, Pembelajaran ialah kombinasi yang

tersususun dan meliputi manusia, material, fasilitas perlengkapan dan

prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran.41

Dalam UU No.20 tahun 2003 BAB I Pasal 1 ayat (20) tentang sisdiknas

pembelajaran adalah Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Dalam pengertian lain menjelaskan pembelajaran adalah usaha sadar

dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu proses terjadinya perubahan

tingkah laku.42 Belajar juga dapat di artikan sebagai proses manusia untuk

mencapai berbagai macam kompetensi, keteranpilan dan sikap.43

Pendidikan secara umum adalah usaha sadar dan bertujuan untuk

mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan

tujuan, maka dalam pelaksanaannya berada dalam suatu proses yang

berkesinambungan dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan.44

Sementara Zakiyah Darajat mendefinisikan pendidikan agama Islam

sebagai bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah

selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan

41 Oemar Malik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h.57 42 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, h.57 43 Baharudin dan Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, h.11 44 Syaful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT

Rineka Cipta, 2005), h.22

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kelas Inklusif ...digilib.uinsby.ac.id/8920/3/Bab. II.pdf · Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar ... terselenggaranya pendidikan

35

ajaran-ajaran Islam secara menyeluruh. Serta menjadikan ajaran agama Islam

sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan dunia

akhirat.45

Pendidikan agama Islam diharapkan menghasilkan manusia yang

selalu berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak, serta aktif

membangun peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam

memajukan peradaban bangsa yang bermartabat. Manusia seperti itu

diharapkan tangguh dalam mengahadapi tantangan, hambatan dan perubahan

yang muncul dalam pergaulan masyarakat baik dalam lingkup lokal, nasional,

regional maupun global.46

2. Dasar dan Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Secara yuridis, dasar pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama

Islam di sekolah telah tercermin dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang

Sisdiknas Bab V tentang peserta didik Pasal 12 ayat (1): “setiap peserta didik

pada setiap satuan pendidikan berhak mendapat pendidkan agama sesuai

dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama”

Secara mendasar pendidikan agama Islam adalah Al-Quran, As-

Sunnah dan Ijtihad. Selanjutnya penulis akan menjelaskan masing-masing

landasan pendidikan agama Islam di atas :

45 Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, h.86 46 Depdiknas, Peraturan ..., h.1

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kelas Inklusif ...digilib.uinsby.ac.id/8920/3/Bab. II.pdf · Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar ... terselenggaranya pendidikan

36

a. Al-Quran

Al-Quran adalah firman Allah berupa wahyu yang di sampaikan

oleh jibril kepada Nabi Muhammad SAW.47 Di dalam Al-Quran

terkandung dua prinsip yakni aqidah yang berhubungan dengan keimanan

dan syari’ah berkaitan dengan amal.

Ajaran tentang amal lebih banyak dibahas di dalam Al-Quran. Ini

menunjukkan bahwa amal itulah yang paling banyak dilaksanakan. Sebab

semua amal perbuatan manusia mencakup hubungan dengan Allah,

dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia, dengan alam dan

lingkungannya, serta dengan mahluk lainnya termasuk amal sholeh

(syari’ah). Istilah-istilah yang biasa digunakan untuk membicarakan

syari’ah ini adalah (a) Ibadah untuk perbuatan yang langsung berhubungan

dengan Allah, (b) Mu’amalah untuk ibadah yang perbuatan yang

berhubungan selain dengan Allah, (c) Akhlak untuk tindakan yang

menyangkut etika dan budi pekerti dalam pergaulan.

Pendidikan merupakan salah satu tidakan atau usaha untuk

membentuk manusia, maka pendidikan termasuk dalam ruang lingkup

mu’amalah. Di dalam Al-Quran terdapat banyak ajaran yang berkaitan

dengan pendidikan. Oleh karena itu pendidikan agama Islam harus

menggunakan Al-Quran sebagai sumber yang utama dalam merumuskan

berbagai teori tentang pendidikan Islam.

47 Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, h.19

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kelas Inklusif ...digilib.uinsby.ac.id/8920/3/Bab. II.pdf · Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar ... terselenggaranya pendidikan

37

b. As-Sunnah

As-Sunnah adalah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan

Rosulullah SAW. Yang dimaksud dengan pengakuan Rosulullah ialah

kejaidian atau perbuatan orang lain yang diketahui Rosulullah dan beliau

membiarkan saja kejadian atau pertbuatan itu berjalan.48 As-Sunnah

merupakan landasan kedua sesudah Al-Quran yang di dalamnya berisi

aqidah dan syari’ah.

c. Ijtihad

Ijtihad adalah berfikir dengan menggunakan seluruh ilmu yang

dimiliki oleh ilmuwan syari’at Islam untuk menetapkan atau menentukan

sesuatu hukum syari’at Islam di dalam hal-hal yang ternyata belum

ditegaskan hukumnya oleh Al-Aquran dan Sunnah. Ijtihad dalam hal ini

meliputi semua aspek kehidupan termasuk juga pendidikan akan tetapi

tetap berpedoman dengan Al-Quran dan As-Sunnah.

Sementara tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam menurut

sisdiknas adalah:

1) Menumbuhkembangkan aqidah melalui pemberian, pemupukan, dan

pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan,

serta pengalaman peserta didik tentang agama islam sehingga menjadi

manusia muslim yang terus berkembang keimanaan dan ketaqwaannya

kepada Allah SWT;

48 Ibid.,

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kelas Inklusif ...digilib.uinsby.ac.id/8920/3/Bab. II.pdf · Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar ... terselenggaranya pendidikan

38

2) Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak

mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah,cerdas,

produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga

keharmonsian secara personal dan sosial serta mengembangkan

budaya agama dalam komunitas sekolah.49

3. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Kelas Inklusif

Metode yaitu cara yang digunakan untuk mengimplementasikan

rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang disusun

tercapai secara optimal.50 Dalam penggunaan metode guru diharapkan

menyesuaikan siswa yang diajaranya apalagi pada kelas inklusif. Metode

pembelajaran yang bisa digunakan dalam pembelajaran di kelas inklusif

anatara lain:

a. Metode Proyek

Metode proyek atau unit ialah cara penyajian pelajaran yang

bertitik tolak dari suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi

yang berhubungan sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan

bermakna.51

Metode proyek merupakan suatu cara mengajar yang memberikan

kesempatan kepada anak didik untuk menggunakan unit-unit kehidupan

49 Depdiknas, Peraturan...., hal.2 50 Wina Sanjaya, Strategi.., h.145 51 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik, h.233

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kelas Inklusif ...digilib.uinsby.ac.id/8920/3/Bab. II.pdf · Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar ... terselenggaranya pendidikan

39

sehar-hari sebagai bahan pelajarannya. bertujuan agar anak didik tertarik

untuk belajar.52

Pembelajaran dengan metode proyek dilakukan dengan cara

menghubungkan pengetahuan peserta didik dengan tema pelajarannya.

metode ini dapat memantapkan pengetahuan yang diperoleh peserta didik

serta mampu menyalurkan minat, dan melatih peserta didik menelaah

suatu materi pelajaran dengan wawasan yang lebih luas.

b. Metode Eksperimen

Metode Eksperimen adalah adalah metode pemberian kesempatan

kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan

suatu proses atau percobaan.53 Dengan metode ini diharapkan anak didik

terlibat langsung dalam merencanaklan eksperimen, melakukan

eksperimen, menemukan fakta, mengendalikan variabel dan

memecahkan masalah. Dan juga anak didik diharapkan tidak menerima

begitu saja fakta-fakta yang di temukan dalam proses percobaan.

c. Metode Pemberian tugas dan Resitasi

Metode pemberian tugas adalah suatu pekerjaan yang harus anak

didik selesaikan tanpa terikat dengan tempat. Sedangkan resitasi adalah

suatu persoalan yang bergayut dengan masalah pelaporan anak didik

setelah mereka selesai mengerjakan suatu tugas. Tugas yang diberikan

52 Ibid., 53 Ibid., h.234

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kelas Inklusif ...digilib.uinsby.ac.id/8920/3/Bab. II.pdf · Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar ... terselenggaranya pendidikan

40

bermacam-macam, tergantung dari kebijakan guru, yang penting adalah

tujuan pembelajaran tercapai.

d. Metode Diskusi

Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan

siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk

memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan

memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suaatu keputusan.54

e. Metode Bermain Peran

Metode bermain peran adalah suatu cara penguasaan bahan

pelajaran melalui pengembangan dan penghayatan anak

didik.Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan oleh anak didik

dengan memeranknnya sebagai tokoh hidup atau mati. 55

f. Metode Sosiodrama

Metode Sosiodrama ialah cara mengajar yang memberikan

kesempatan kepada anak didik untuk melakukan kegiatan memainkan

peran tertentu yang terdapat dalam kehidupan masyarakat (kehidupan

sosial). Pada prinsipnya metode sosiodrama hampir sama dengan metode

bermian peran. Dalam pemakaiannya sering disilih gantikan56.

54 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, h.154 55 Syaiful bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik, h.237 56 Ibid., h.238

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kelas Inklusif ...digilib.uinsby.ac.id/8920/3/Bab. II.pdf · Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar ... terselenggaranya pendidikan

41

g. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi ialah suatu metode yang digunakan untuk

memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang

berkenaan dengan bahan pelajaran. Metode ini menghendaki guru lebih

aktif daripada anak didik. Akan tetapi bisa sebaliknya, apabila yang

melakukan demonstrasi adalah murid perseorangan atau secara

kelompok.57

h. Metode Karyawisata

Metode karyawisata ialah suatu cara penguasaan bahan pelajaran

oleh para anak didik dengan jalan membawa mereka langsung keobyek

yang terdapat di luar kelas atau dilingkungan kehidupan nyata, agar

mereka dapat mengamati atau mengalami secara langsung.58

Metode karyawisata diterapkan antara lain karena obyek yang akan

dipelajari hanya terdapat ditempat tertentu: selain itu pengalaman

langsung dapat membuat setiap anak didik lebih tertarik kepada pelajaran

yang disajikan sehingga anak didik lebih ingin mendalami ikhwal yang

diminta dengan mencari informasi dari buku-buku sumber lainnya serta

menumbuhkan rasa cinta kepada alam sekitar sebagai ciptaan Tuhan.

Metode karyawisata juga berfungsi sebagai hiburan kepada anak didik dan

rekreatif.

57 Ibid., h.239 58 ibid., h.240

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kelas Inklusif ...digilib.uinsby.ac.id/8920/3/Bab. II.pdf · Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar ... terselenggaranya pendidikan

42

i. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab ialah suatu cara penyajian bahan pelajaran

melalui bentuk pertanyaan yang perlu dijawab oleh anak didik. Dengan

metode ini dapat melatih siswa mengamati, menginterpretasi,

mengklasifikasikan, membuat kesimpulan, menerapkan dan

mengkomunikasi.59

j. Metode Latihan

Metode latihan disebut juga metode training, yaitu cara mengajar

untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga, sebagai sarana

untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. selain itu metode ini

dapat digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketetapan,

kesempatan, dan keterampilan.60

k. Metode Bercerita

Metode bercerita ialah suatu cara mengajar dengan bercerita. Pada

hakikatnya metode bercerita sama halnya dengan metode ceramah. karena

informasi yang disampaikan melalui penuturan atau penjelasan lisan dari

seseorang kepada orang lain.61

Dalam metode bercerita, baik guru maupun anak didik dapat

berperan sebagai penutur. Guru dapat meminta salah satu siswa untuk

menceritakan suatu peristiwa atau topik. Ketika guru menggunakan

59 Ibid., h.241 60 Ibid., h.242 61 Ibid., h.243

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kelas Inklusif ...digilib.uinsby.ac.id/8920/3/Bab. II.pdf · Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar ... terselenggaranya pendidikan

43

metode bercerita hal-hal yang perlu diterapkan adalah kejelasan arah dan

tujuan cerita, bentuk penyampaian dan sistematika cerita, tingkat

kemampuan dan perkembangan anak (sesuai dengan usia anak), situasi

dan kondisi kelas, dan penyimpulan hasil cerita.

l. Ceramah

Metode Ceramah merupakan metode tradisioanal karena metode

ini telah dipakai sejak dulu sebagai alat komunikaasi lisan antara guru dan

anak didik dalam interaksi edukatif. metode ini menuntut guru lebih aktif

dari pada anak didik. Dalam masa sekarang ini, Metode Ceramah tidak

bisa di tinggalkan begitu saja dalam pembelajaran apalagi di daerah

pedesaan yang masih minim fasilitas belajar dan tenaga guru.62

4. Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Kelas Inklusif

Secara umum media merupakan kata jamak dari “medium” yang

berarti pranata atau pengantar. Dalam pembelajaran, Rossi Breidle

mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan

yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi,

buku, koran, majalah, dan sebagainya. Menurut Rossi alat-alat semacama

radio dan televisi kalau digunakan dan diprogram untuk pendidikan maka

merupakan media pembelajaran.63

62 Ibid., h.244 63 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran.., h.163

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kelas Inklusif ...digilib.uinsby.ac.id/8920/3/Bab. II.pdf · Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar ... terselenggaranya pendidikan

44

5. Sumber Belajar

Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa

data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam

belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga

mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai

kompetensi tertentu. Sumber belajar mencakup apa saja yang dapat digunakan

untuk membantu tiap orang untuk belajar dan manampilkan kompetensinya.

Sumber belajar meliputi, pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan latar. Menurut

Dirjen Dikti, sumber belajar adalah segala sesuatu dan dengan mana

seseorang mempelajari sesuatu. Degeng menyebutkan sumber belajar

mencakup semua sumber yang mungkin dapat dipergunakan oleh si-belajar

agar terjadi prilaku belajar.64

6. Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Kelas Inklusif

Secara umum, evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat

apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau, berharga

atau tidak dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya.

Evaluasi berhubungan erat dengan keputusan nilai (value judgment).65

Dalam hubungannya dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam,

evaluasi lebih diarahkan pada upaya untuk mengetahui dengan jelas dan

64 Singgih Prihadi, Pusat Sumber Belajar : Definisi dan Manfaatnya, (28 Juni 2011),

http://singgiheducation.blogspot.com/2009/11/pusat-sumber-belajar-definisi-dan.html. 65 Mimin Haryati, Model dan Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta:

Gaung Persada Press, 2008), h.15

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kelas Inklusif ...digilib.uinsby.ac.id/8920/3/Bab. II.pdf · Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar ... terselenggaranya pendidikan

45

obyektif terhadap keberhasilan pembelajaran yang telah dicapai oleh peserta

didik setelah mereka mengikuti kegiatan pembelajaran.

Evaluasi merupakan salah satu unsur penting dalam rangkaian proses

pembelajaran, karena dengan penilaian, maka guru dapat mengetahui sejauh

mana penguasaan materi peserta didik, efektifitas metode yang disampaikan,

keberhasilan materi yang disampaikan dan juga dengan evaluasi akan dapat

memperbaiki proses pembelajaran. Berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran

dalam mencapai tujuannya adalah dilihat setelah evaluasi terhadap produk

yang dihasilkan. Jika hasil suatu pembelajaran sesuai dengan yang

diprogramkan, maka pembelajaran tersebut dinilai berhasil tetapi jika

sebaliknya maka dinilai gagal. Dalam hubungannya ini, A. Tabrani Rasyan

dkk. Sebagaimana yang dikutip oleh Abuddin Nata, mengatakan bahwa

evaluasi pembelajaran mempunyai beberapa fungsi, yaitu:

a. Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional secara

komprehensif yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor

b. Sebagai umpan balik yang berguna bagi tindakan berikutnya di mana segi-

segi yang sudah dapat dicapai lebih ditingkatkan lagi dan segi-segi yang

dapat merugikan sebanyak mungkin dihindari

c. Bagi pendidik, evaluasi berguna untuk mengukur keberhasilan proses

pembelajaran. Bagi peserta didik, berguna untuk mengetahui bahwa

pelajaran yang diberikan telah dikuasainya. Dan bagi masyarakat untuk

mengetahui berhasil atau tidaknya program-program yang dilaksanakan

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kelas Inklusif ...digilib.uinsby.ac.id/8920/3/Bab. II.pdf · Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar ... terselenggaranya pendidikan

46

d. Untuk memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk

memperbaiki proses pembelajaran dan mengadakan program remedial

bagi peserta didik

e. Untuk menentukan angka kemajuan atau hasil belajar

f. Untuk menempatkan peserta didik dalam situasi belajar mengajar yang

tepat

g. Untuk mengenal latar belakang peserta didik yang mengalami

kesulitankesulitan belajar.66

Selama proses pembelajaran, guru dapat melaksanakan evaluasi

kepada peserta didik dengan tiga tahap, yaitu dapat dilaksanakan sebelum,

selama dan setelah materi disajikan.

Pelaksanaan evaluasi yang diberikan sebelum materi disajikan (pre-

tes) dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dan persepsi

eserta didik terhadap materi yang akan disampaikan, sehingga mudah bagi

guru menentukan dari mana materi harus diberikan kepada peserta didik agar

sesuai dengan kebutuhan peserta didik.67

Pelaksanaan evaluasi yang diberikan selama materi disajikan (sedang

berlangsung) biasanya melalui tes lisan, dengan tujuan-tujuan tertentu,

misalnya untuk membangkitkan motivasi anak pada permasalahan yang

66 Abuddin Nata, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), h. 187-

189 67 Soetomo, Dasar-Dasar ……, h. 70

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kelas Inklusif ...digilib.uinsby.ac.id/8920/3/Bab. II.pdf · Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar ... terselenggaranya pendidikan

47

sedang di bahas atau untuk mengetahui apakah materi yang disampaikan

sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan anak.

Di samping itu, guru juga bisa mengevaluasi performance siswa dalam

mempresentasikan hasil kerjanya serta memberikan penilaian sikap selama

pembelajaran. Sedangkan evaluasi yang diberikan setelah berakhirnya

penyajian materi (post-tes) mempunyai tujuan untuk mengetahui sejauh mana

penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah disajikan dan juga untuk

keperluan memperbaiki proses pembelajaran.

Untuk mengadakan evaluasi terhadap proses belajar-mengajar, guru

dapat menggunakan beberapa alat evaluasi. Namun pada garis besarnya dari

berbagai alat evaluasi itu dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

a. Evaluasi Tes

Evaluasi dengan tes ini untuk menilai tentang kemampuan hasil

belajar dan tingkat kecerdasan peserta didik. Dalam pelaksanaannya, guru

dapat melakukannya dengan tiga cara, yaitu: dengan tes tertulis, tes lisan

dan tes perbuatan.

Masing-masing cara pelaksanaan tes tersebut memiliki fungsi yang

berbeda. Tes tertulis diberikan untuk menilai kemampuan hasil belajar

peserta didik dari materi yang luas dan menyangkut dari segi afektif,

psikomotor dan kognitif. Tes lisan biasanya dilaksanakan untuk

mengetahui kemampuan hasil belajar peserta didik secara mendalam dan

biasanya dilaksanakan sebagai pendamping tes tertulis. Sedangkan tes

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kelas Inklusif ...digilib.uinsby.ac.id/8920/3/Bab. II.pdf · Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar ... terselenggaranya pendidikan

48

perbuatan dilaksanakan khususnya untuk mengukur kemampuan segi

psikomotor peserta didik misalnya tes untuk berwudlu, sholat, melafalkan

bacaan-bacaan Qur'an dan sebagainya.

b. Penilaian Dengan Non-tes

Dalam mengevaluasi kemampuan hasil belajar peserta didik, sikap

peserta didik dan tingkah laku peserta didik, di samping guru dapat

menggunakan dengan tes, maka guru dapat pula menggunakan alat non-

tes. Penilaian dengan non-tes dapat dilakukan dengan beberapa cara,

misalnya dengan pengamatan, daftar cek, skala penilaian, wawancara,

kuesioner dan sebagainya. Secara umum evaluasi dengan non-tes biasanya

untuk menilai tentang sikap, tingkah laku dan kepribadian peserta didik

secara menyeluruh.

C. Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada

Kelas Inklusif

Dalam setiap pembelajaran terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi

pembelajaran tersebut. Sehingga pembelajaran bisa berjalan dengan lancar bahkan

bisa sebaliknya yakni menghambat pembelajaran. Adapun faktor-faktor yang

mempengaruhi pembelajaran yaitu factor guru, siswa, sarana dan prasarana serta

lingkungan.

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kelas Inklusif ...digilib.uinsby.ac.id/8920/3/Bab. II.pdf · Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar ... terselenggaranya pendidikan

49

1. Faktor Guru

Dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya berperan sebagai model

atau teladan bagi siswa yang diajarinya, tetapi juga sebagai pengelola

pembelajaran (meneger of learning). Dengan demikian, efektivitas

pembelajaran ada di pundak guru.

Menurut Dunkin (1974) ada sejumlah aspek yang dapat

mempengaruhi kualitas proses pembelajaran dilihat dari factor guru, yaitu

teacher formatif experience, teacher training experience, and teacher

properties.68

Teacher formatif experience, meliputi jenis kelamin serta semua

pengamalan hidup guru yang menjadi latar belakang social mereka.

Sedangkan teacher training experience, meliputi pengalaman-pengalaman

yang berhubungan dengan aktivitas dan latar belakang pendidikan guru.

Adapun teacher properties merupakan segala sesuatu yang berhubungan

dengan sifat yang dimiliki oleh seorang guru terhadap provesinya, sikap guru

kepada siswa, kemampuan atau intelegensi guru, motivasi dan kemampuan

mereka baik kemampuan dalam pengelolaan pembelajaran.

2. Faktor Siswa

Seperti halnya guru, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses

pembelajaran dilihat dari aspek siswa meliputi aspek latar belakang siswa

68 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, h.53

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kelas Inklusif ...digilib.uinsby.ac.id/8920/3/Bab. II.pdf · Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar ... terselenggaranya pendidikan

50

yang menurut Dunkin disebut pupil formative experiences serta faktor sifat

yang dimiliki siswa (pupil properties).69

3. Faktor Sarana dan Prasarana

Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung

terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran, alat-

alat pembelajaran, perlengkapan sekolah, dan lain sebagainya. Sedangkan

prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat

mendukung keberhasilan proses pembelajaran. Dengan demikian sarana dan

prasarana merupakan komponen penting yang dapat mempengaruhi proses

pembelajaran.70

Terdapat beberapa keuntungan bagi sekolah yang memiliki

kelengkapan sarana dan prasarana. Pertama, kelengkapan sarana dan

prasarana dapat menumbuhkan gairah dan motivasi guru mengajar. kedua,

kelengkapan sarana dan prasarana dapat memberikan berbagai pilihan pada

siswa untuk belajar.

4. Faktor Lingkungan

Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat

mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu faktor organisasi kelas dan faktor

iklim sosial-psikologis.71

69 Ibid., h.54 70 Ibid., h.55 71 Ibid., h.56

Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kelas Inklusif ...digilib.uinsby.ac.id/8920/3/Bab. II.pdf · Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar ... terselenggaranya pendidikan

51

Faktor organisasi kelas yang di dalamnya meliputi jumlah siswa dalam

suatu kelas merupakan aspek penting yang bisa mempengaruhi proses

pembelajaran. Sedangkan iklim sosial-psikologis secara internal adalah

hubungan antara orang yang terlibat dalam lingkungan sekolah, misalnya

iklim social antara siswa dengan siswa, antara siswa dengn guru, antara guru

dengan guru, bahkan antara guru dengan pimpinan sekolah. Faktor sosial-

psikologis eksternal adalah keharmonisan hubungan antara pihak sekolah

dengan dunia luar, misalnya hubungan sekolah dengan orang tua siswa,

hubungan sekolah dengan lembaga-lembaga masyarakat, dan lain sebagainya.