bab ii kajian pustaka a. penelitian yang relevan 1 ...repository.ump.ac.id/308/3/bab ii_vita...

Download BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/308/3/BAB II_VITA DWIJAYANTI_PBSI'16.pdf · KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevan ... Teks yang dianalisis

If you can't read please download the document

Upload: vongoc

Post on 06-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

  • BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Penelitian yang Relevan

    1. Penelitian dengan Judul Struktur dan Ciri Bahasa Teks Fabel dalam Karangan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Malang Tahun 2015 oleh Anitah

    Karisma Zaki 2015.

    Penelitian tersebut bertujuan mendeskripsikan kelengkapan struktur teks fabel

    karangan siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Malang. Selain itu, penelitian tersebut juga

    membahas tentang kelengkapan ciri kebahasaan teks pada teks fabel karangan siswa

    kelas VIII SMP Negeri 8 Malang. Penelitian ini memiliki dua tujuan. Tujuan yang

    pertama adalah mendeskripsikan struktur teks biografi karangan siswa kelas VIII B

    SMP Negeri 2 Adimulyo Kabupaten Kebumen. Tujuan yang kedua yaitu

    mendeskripsikan butir kebahasaan teks biografi karangan siswa kelas VIII B SMP

    Negeri 2 Adimulyo Kabupaten Kebumen.

    Persamaan penelitian ini adalah sama-sama membahas mengenai struktur dan

    butir kebahasaan teks karangan siswa. Subjek yang digunakan dalam penelitian sama-

    sama siswa SMP kelas VIII. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui struktur dan

    butir kebahasaan teks biografi karangan siswa kelas VIII B SMP Negeri 2 Adimulyo

    Kabupaten Kebumen. Kedua penelitian ini sama-sama membahas mengenai analisis

    teks. Teks yang dianalisis berupa teks karangan siswa.

    2. Penelitian dengan Judul Analisis Teks Pidato Bahasa Jawa dalam Buku Sekar Sumawur Ngewrat Pepak Patuladan Tanggap Wacana Basa Jawi Karya S.

    Rekso Panuntun oleh Matori 2011

    Penelitian yang berjudul Analisis Teks Pidato Bahasa Jawa dalam Buku

    Sekar Sumawur Ngewrat Pepak Patuladan Tanggap Wacana Basa Jawi Karya S.

    7

    Analisis Struktur Dan, Vita Dwijayanti, FKIP UMP, 2016

  • Rekso Panuntun tersebut bertujuan mendeskripsikan analisis teks pidato dalam

    konteks penyusunan atau struktur pidato. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Untuk

    mendeskripsikan struktur teks biografi karangan siswa kelas VIII B SMP Negeri 2

    Adimulyo Kabupaten Kebumen, (2) Untuk mendeskripsikan butir kebahasaan teks

    biografi karangan siswa kelas VIII B SMP Negeri 2 Adimulyo Kabupaten Kebumen.

    Data dalam penelitian tersebut meliputi struktur teks pidato bahasa Jawa. Data dalam

    penelitian ini adalah paragraf-paragraf pada teks biografi karangan siswa kelas VIII B

    SMP Negeri 2 Adimulyo Kabupaten Kebumen. Penelitian tersebut mengkaji teks

    dalam buku pidato, sedangkan penelitian ini mengkaji teks karangan siswa.

    Persamaaan penelitian ini adalah sumber data yang diperoleh dalam penelitian

    keduanya berupa data tertulis (dokumen). Sumber data pada penelitian tersebut berupa

    teks pidato bahasa Jawa dalam buku Sekar Sumawur Ngewrat Pepak Patuladan

    Tanggap Wacana Basa Jawi Kary S. Rekso Panuntun. Sumber data pada penelitian ini

    berupa teks biografi karangan siswa kelas VIII B SMP Negeri 2 Adimulyo Kabupaten

    Kebumen. Metode yang digunakan pada kedua penelitian ini adalah metode deskriptif.

    Metode deskriptif yaitu metode yang menguraikan atau yang mendiskripsikan serta

    memaparkan data yang ada, kemudian dilanjutkan penganalisisan yang disesuaikan

    dengan analisis datanya.

    B. Pengertian Bahasa dan Wacana

    Menurut Chaer dan Agustina (2004: 11) bahasa merupakan sebuah sistem,

    artinya bahasa dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat

    dikaidahkan. Bahasa di dalam wacana linguistik merupakan sistem simbol bunyi yang

    bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer (berubah-

    Analisis Struktur Dan, Vita Dwijayanti, FKIP UMP, 2016

  • ubah) dan konvensional yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok

    manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran (Sobur, 2009: 42). Bahasa

    mempunyai kekuatan yang begitu dahsyat dan lebih tajam dari sebuah pisau. Bahasa

    di mulut orang yang tidak beretika merupakan tiran (penguasa yang lalim dan

    sewenang-wenang) yang sulit dilacak. Dalam bahasa itu sendiri, yang hanya berupa

    tanda bunyi atau tanda grafis, membuat orang berjatuhan dan tidak sedikit pula yang

    melakukan bunuh diri. Dalam bahasa, terdapat kekuatan yang tidak tampak yang kita

    kenal dengan komunikasi (Sobur, 2009: 16). Berdasarkan berbagai pendapat di atas,

    dapat disimpulkan bahwa bahasa merupakan sebuah sistem yang bersifat arbitrer yang

    digunakan sekelompok orang sebagai alat komunikasi.

    Bahasa mempunyai fungsi-fungsi salah satunya, yaitu menyatakan ekspresi

    diri, sebagai alat komunikasi untuk berintegrasi, adaptasi sosial, dan sebagai alat untuk

    mengadakan kontrol sosial. Sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri, bahasa

    sebagai alat komunikasi, integrasi, dan kontrol sosial merupakan elemen yang

    terpenting dalam kehidupan manusia. Bahasa dapat menyatukan berbagai macam

    ragam budaya yang ada di Indonesia dan digunakan dalam berbagai media, baik

    media cetak maupun media elektronik. Tanpa bahasa manusia tidak dapat

    berkomunikasi dengan manusia yang lain dalam kegiatan sehari-hari. Oleh karena itu,

    bahasa merupakan komponen penting dalam melakukan berbagai hal apapun.

    Istilah wacana dipakai oleh banyak kalangan mulai dari studi bahasa,

    psikologi, politik, komunikasi, sastra, dan sebagainya. Mulyana (2005: 1) mengartikan

    wacana sebagai unsur kebahasaan yang relatif paling kompleks dan paling lengkap.

    Selain itu, wacana merupakan satuan bahasa terkecil yaitu kata, yang akan

    membentuk satuan bahasa yang lebih besar, yaitu frasa, kemudian frase-frase

    Analisis Struktur Dan, Vita Dwijayanti, FKIP UMP, 2016

  • membentuk klausa, dan klausa membentuk kalimat, maka kalimat-kalimat akan

    membentuk paragraf. Selanjutnya paragraf-paragraf ini akan membentuk satuan

    bahasa tertinggi dan terlengkap yang disebut wacana (Chaer, 2011: 29). Menurut

    Eriyanto (2009: 3) wacana merupakan unit bahasa yang lebih besar dari kalimat.

    Menurut Sobur (2009: 11) wacana adalah rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur

    yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis,

    dalam satu kesatuan yang koheren, dibentuk oleh unsur segmental maupun

    nonsegmental bahasa. Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan

    bahwa wacana merupakan satuan kebahasaan tertinggi yang relatif paling kompleks

    dan lengkap. Jadi dapat disimpulkan bahwa wacana merupakan suatu satuan bahasa

    yang kompleks yang terdiri dari kalimat hingga penggalan wacana yang berupa

    perkataan atau tuturan terbesar untuk tujuan berkomunikasi, baik secara lisan maupun

    tulisan. Wacana juga dapat diartikan sebagai ranah umum dari keseluruhan

    pernyataan, yaitu semua ujaran atau teks yang mempunyai makna. Wacana dapat

    direalisasikan dalam bentuk kata, kalimat, paragraf, atau karangan utuh sehingga

    menjadi sebuah buku, yang membawa amanat lengkap.

    C. Karangan Teks Biografi

    Teks adalah fiksasi atau kelembagaan sebuah peristiwa wacana lisan dalam

    bentuk tulisan (Hidayat dalam Sobur, 2009: 53). Salah satu jenis teks adalah teks

    biografi. Teks biografi termasuk jenis teks naratif. Menurut Mulyana (2005: 48) teks

    naratif adalah bentuk teks yang banyak dipergunakan untuk menceritakan suatu kisah.

    Uraian teks naratif cenderung ringkas. Salah satu jenis teks naratif adalah teks

    biografi. Hal ini serupa dengan yang dikemukakan oleh Zabadi dan Sutejo (2014: 32)

    Analisis Struktur Dan, Vita Dwijayanti, FKIP UMP, 2016

  • bahwa teks biografi merupakan teks yang termasuk dalam jenis teks naratif. Demikian

    pula Mahsun (2014: 18-19) yang mengemukakan bahwa teks dalam genre naratif

    meliputi teks penceritaan ulang, anekdot, eksemplum, pengisahan, cerpen, novel,

    dongeng, mite/legenda, cerita petualang, cerita fantasi, fabel, sejarah, dan

    biografi.Selaras dengan pendapat itu, menurut Rohimah (2014: 204) teks biografi

    termasuk jenis teks narasi (the genre of narating). Hal ini diperjelas olehKosasih

    (2014: 77) yang mengemukakan bahwa teks narasi yang menyajikan sejumlah

    peristiwa faktual, informasi, dan pengetahuan disebut dengan teks biografi ataupun

    teks kisah perjalanan. Selanjutnya menurut Kosasih (2014: 155) teks biografi

    termasuk dalam klasifikasi teks cerita ulang. Hal ini karena pada teks cerita ulang

    dapat berisikan kisah perjalanan seorang tokoh mulai dari lahir hingga meninggal.

    Menurut Kosasih (2014: 222) teks sejarah dalam kurikulum 2013 juga dapat

    digolongkan ke dalm teks biografi atau autobiografi. Hal ini karena teks biografi atau

    autobiografi terkadang dikaji dalam teks bentuk sejarah. Teks sejarah ini biasanya

    membahas sejarah tentang kehidupan seseorang.

    Pada dasarnya biografi adalah tulisan tentang riwayat hidup seseorang yang

    ditulis oleh orang lain (Rohimah, 2014: 204). Demikian pula menurut Zabadi dan

    Sutejo (2014: 30) teks biografi merupakan riwayat hidup seseorang atau tokoh yang

    ditulis oleh orang lain. Menurut Sucipto, dkk. (2014: 34) biografi merupakan

    pengisahan secara artistik tentang kesadaran, tingkah laku dan sikap seseorang. Teks

    biografi (biography) merupakan teks yang mengisahkan tokoh atau pelaku, peristiwa,

    dan masalah yang dihadapinya (Zabadi dan Sutejo, 2014: 30). Teks biografi

    menyajikan kisah tentang seseorang dengan menggunakan sudut pandang orang

    ketiga. Biografi tentang seseorang ditulis karena keunikan dan prestasi yang

    Analisis Struktur Dan, Vita Dwijayanti, FKIP UMP, 2016

  • dimilikinya sehingga kita dapat mengambil nilai-nilai kehidupan berdasarkan kisah

    yang dialami oleh tokoh dalam biografi. Biografi bukan teks yang sekadar daftar lahir

    atau mati, dan data pekerjaan seseorang. Menurut Sucipto, dkk. (2014: 34) dalam

    biografi dijelaskan secara lengkap kehidupan tokoh sejak kecil sampai tua, bahkan

    hingga tokoh tersebut meninggal. Semua jasa, karya, dan segala aspek yang dilakukan

    atau dihasilkan oleh tokoh tersebut juga dijelaskan. Dari beberapa pendapat di atas

    dapat disimpulkan bahwa teks biogafi merupakan teks yang berisikan tentang

    perjalanan hidup dan riwayat kehidupan seseorang yang ditulis oleh orang lain

    berdasarkan fakta yang penulis ketahui.

    D. Struktur Teks Biografi

    Pada dasarnya teks biografi terdiri atas struktur-struktur utama. Struktur teks

    biografi meliputi: (1) latar belakang, (2) rekaman tahapan kehidupan (Mahsun, 2014:

    19). Namun adapula pendapat yang mengemukakan bahwa struktur teks biografi

    meliputi: (1) orientasi, peristiwa dan masalah, reorientasi (Sucipto, dkk, 2014: 35).

    Hal ini berbeda pula dengan pendapat Rohimah (2014: 204) yang mengemukakan

    bahwa struktur teks biografi meliputi: (1) orientasi, (2) urutan peristiwa, dan (3)

    resolusi. Menurut kosasih (2014: 158) struktur teks cerita ulang/narasi/biografi

    meliputi: (1) orientasi, (2) kejadian-kejadian penting, (3) reorientasi. Selanjutnya

    menurut Kosasih (2014: 225) struktur teks sejarah/biografi/autobiografi meliputi: (1)

    pengenalan, (2) rekaman peristiwa, (3) penutup (akibat, kesimpulan, penilaian).

    Struktur teks biografi berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa ada dua

    kemungkinan struktur yaitu orientasi, peristiwa dan masalah, dan reorientasi;

    orientasi, dan peristiwa dan masalah.

    Analisis Struktur Dan, Vita Dwijayanti, FKIP UMP, 2016

  • 1. Latar Belakang/Orientasi

    Menurut Sucipto, dkk. (2014: 35) orientasi atau pengenalan tokoh berisi

    gambaran awal tentang tokoh atau pelaku di dalam teks biografi. Menurut Rohimah

    (2014: 204) orientasi berisi pendahuluan yang mengemukakan ringkasan (resume)

    kehidupan tokoh dalam biografi. Orientasi memberikan pengenalan tokoh secara

    umum, seperti nama lengkap, tempat tanggal lahir, latar belakang keluarga, dan

    riwayat pendidikan. Pada bagian ini intinya berisi ringkasan hidup tentang seseorang,

    rincian peristiwa dalam kehidupan seseorang merupakan penuturan atau kisah masa

    lampau (Rohimah, 2014: 204). Hal ini sama dengan yang disebutkan oleh Mahsun

    (2014: 19) bahwa latar belakang dalam teks biografi berisi tentang pengenalan tokoh.

    Jadi, orientasi atau latar belakang teks biografi merupakan bagian teks yang berisikan

    tentang pengenalan tokoh mulai dari nama, tempat tanggal lahir, latar belakang

    keluagra dan riwayat pendidikan secara singkat.

    2. Peristiwa dan Masalah

    Pada bagian peristiwa dan masalah berisi tentang penjelasan peristiwa-

    peristiwa yang terjadi atau pernah dialami oleh tokoh, termasuk masalah yang

    dihadapinya dalam mencapai tujuan dan cita-citanya (Sucipto, dkk., 2014: 35). Bagian

    ini mencakup aspek menarik, mengesankan, mengagumkan, dan mengharukan yang

    dialami tokoh. Menurut Rohimah (2014: 204) urutan peristiwa atau peristiwa dan

    masalah berisi tentang rincian peristiwa dari awal sampai akhir hidup tokoh dalam

    biografi. Rincian peristiwa kehidupan tokoh tersebut dijelaskan dari masa anak-anak,

    remaja, dewasa, dan bahkan sampai akhir khayatnya. Hal ini sesuai dengan yang

    dikemukakan oleh Mahsun (2014: 19) bahwa struktur bagian kedua pada teks biografi

    berupa rekaman tahapan kehidupan yang pada dasarnya bagian rekaman tahapan

    Analisis Struktur Dan, Vita Dwijayanti, FKIP UMP, 2016

  • kehidupan sama dengan bagian peristiwa dan masalah. Jadi dapat disimpulkan bahwa

    bagian peristiwa dan masalah teks biografi berupa rincian peristiwa dan perjuangan

    yang dialami tokoh dalam mencapai cita-citanya.

    3. Reorientasi

    Bagian reorientasi ini berisi pandangan penulis terhadap tokoh yang

    diceritakan (Sucipto, dkk., 2014: 35). Menurut Rohimah (2014: 204) bagian akhir teks

    biografi ini dapat berupa kesimpulan akhir tentang tokoh yang diceritakan oleh

    penulis. Reorientasi merupakan bagian struktur teks biografi yang berada di akhir

    teks. Reorientasi boleh ada dan boleh tidak ada dalam teks biografi. Jadi

    kesimpulannya bagian reorientasi teks biografi adalah bagian struktur teks yang

    berisikan tentang kesimpulan atau pandangan penulis terhadap tokoh yang diceritakan

    E. Butir Kebahasaan

    Pada penulisan teks biografi perlu diperhatikan adanya unsur-unsur

    kebahasaan yang digunakan dalam teks biografi. Penggunaan butir kebahasaan yang

    sudah menjadi ciri teks biografi dapat mempermudah pembaca untuk menangkap dan

    memahani makna teks biografi tersebut (Zabadi dan Sutejo, 2014: 30). Butir

    kebahasaan yang terdapat pada teks biograf meliputi adanya penggunaan kata

    konjungsi, kata sifat, kata kerja, kata depan, dan kata ganti. Sebuah teks baik itu teks

    biografi maupun teks lainnya pasti memiliki ciri khas dalam penulisannya. Berikut

    adalah butir kebahasaan yang terdapat pada teks biografi antara lain meliputi: kalimat,

    kata, dan frasa.

    Analisis Struktur Dan, Vita Dwijayanti, FKIP UMP, 2016

  • 1. Kalimat

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008: 609) kalimat adalah

    kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan. Hal ini sama

    dengan pendapat (Chaer, 2004: 239) yang menyatakan bahwa kalimat merupakan

    satuan yang langsung digunakan sebagai satuan ujaran di dalam komunikasi verbal

    yang hanya dilakukan oleh manusia. Sejalan dengan hal itu, Mulyana (2005: 8)

    mengemukakan bahwa dalam pandangan kewacanaan, setiap kalimat adalah bagian

    dari keeluruhan struktur yang lebih besar. Ada pula pendapat dari (Rahardi, 2000: 69)

    yang mengemukakan bahwa kalimat dapat dipahami sebagai rentetan kata yang

    disusun secara teratur berdasarkan kaidah pembentukan tertentu. Dari beberapa

    pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kalimat merupakan satuan bahasa yang

    tersusun dari beberapa kata yang dapat berdiri sendiri dan memiliki intonasi.

    Cook (Tarigan, 2009: 6) mengemukakan bahwa kalimat adalah satuan bahasa

    yang secara relatif dapat berdiri sendiri, yang mempunyai pola intonasi akhir dan yang

    terdiri dari klausa. Selanjutnya, menurut Parera (1980: 10) mengemukakan bahwa

    kalimat adalah sebuah bentuk ketatabahasaan yang maksimal yang tidak merupakan

    bagian dari sebuah konstruksi ketatabahasaan yang lebih besar dan lebih luas. Sejalan

    dengan hal itu, Putrayasa (2010: 20) berpendapat bahwa kalimat merupakan

    konstruksi besar yang terdiri atas satu kata, dua kata, atau lebih. Menurut Chaer (2011:

    22) kalimat lazim didefinisiskan sebagai satuan bahasa yang disususn oleh kata-kata

    yang memiliki pengertian yang lengkap. Menurut Chaer (2012: 240) kalimat adalah

    satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa,

    dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final.

    Mulyana (2005: 8) mengemukakan bahwa kebermaknaan suatu kalimat ditentukan

    Analisis Struktur Dan, Vita Dwijayanti, FKIP UMP, 2016

  • oleh ketergantungannya kepada makna kalimat lainnya yang menjadi rangkaiannya.

    Hal ini karena pada dasarnya, kata atau kalimat dikatakan bermakna karena

    mengandaikan adanya unsur lain yang menjadi pasangan ketergantungannya. Jika

    dilihat dari beberapa pendapat para ahli tersebut, maka dapat dikatakan bahwa kalimat

    merupakan satuan terkecil dalam wujud lisan maupun tulisan yang mengungkapkan

    suatu pikiran yang utuh dan dapat berdiri sendiri. Pada dasarnya kalimat juga tersusun

    atas beberapa unsur wajib, yaitu unsur subjek, dan unsur predikat. Selanjutnya, untuk-

    unsur tidak wajib dalam suatu kalimat adalah unsur objek, pelengkap, dan keterangan.

    a. Fungsi Unsur Kalimat

    Menurut (Alwi, 2003: 326) fungsi sintaksis unsur-unsur kalimat terdiri dari

    subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan. Unsur kalimat tersebut tidak selalu

    bersama-sama dalam satu kalimat. Terkadang, satu kalimat hanya terdiri dari subjek

    dan predikat. Selain unsur tersebut, sering ditemukan pula adanya kalimat yang terdiri

    dari unsur subjek, predikat, objek, pelengkap, keterangan. Untuk mengetahui fungsi

    unsur kalimat, perlu kita kenal ciri umum tiap fungsi-fungsi sintaksis itu.

    1) Fungsi Predikat

    Predikat merupakan konstituen pokok yang disertai konstituen subjek di

    sebelah kiri dan, jika ada, konstrituen objek, pelengkap, dan/atau keterangan wajib di

    sebelah kanan (Alwi, 2003: 326). Berbeda dengan hal tersebut, dalam Kamus Besar

    Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008: 1100) predikat merupakan bagian kalimat yang

    menandai apa yang dikatakan oleh pembicara mengenai subjek atau perbuatan yang

    dikenakan kepada subjek. Predikat kalimat biasanya berupa frasa verbal atau frasa

    Analisis Struktur Dan, Vita Dwijayanti, FKIP UMP, 2016

  • adjektival. Pada kalimat yang berpola SP, predikat dapat pula berupa frasa nominal,

    frasa numeral atau frasa preposisional. Predikat dalam bahasa Indonesia dapat

    mengisyaratkan makna jumlah dari subjek. Jadi, predikat merupakan bagian kalimat

    yang berfungsi untuk memperjelas apa yang dilakukan oleh subjek. Selain itu,

    keberadaan predikat dalam sebuah kalimat juga wajib ada.

    2) Fungsi Subjek

    Subjek merupakan fungsi sintaksis terpenting yang kedua. Dalam Kamus

    Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008: 1344) subjek merupakan bagian klausa

    yang menandai apa yang dikatakan oleh pembicara, pokok kalimat, pelaku dalam

    kalimat. Subjek biasanya berupa nomina, frasa nomina, atau klausa. Pada umumnya,

    subjek terletak di sebelah kiri predikat. Jika unsur subjek panjang dibandingkan

    dengan unsur predikatnya, subjek sering juga diletakkan di akhir kalimat. Menurut

    Alwi, dkk. (2003: 328) subjek pada kalimat aktif transitif akan menjadi pelengkap bila

    kalimat itu dipasifkan. Menurut Putrayasa (2010: 64-65) ciri-ciri subjek antara lain (a)

    tentangnya diberitahukan sesuatu, (b) dibentuk dengan kata benda atau sesuatu yang

    dibendakan, (c) dapat bertanya dengan kata tanya apa atau siapa di hadapan predikat.

    Jadi, subjek merupakan unsur penting kedua dalam sebuah kalimat yang biasanya

    berupa kata benda atau yang dibendakan.

    3) Fungsi Objek

    Objek adalah konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat

    yang berupa verba transitif pada kalimat aktif (Alwi, dkk., 2003: 328). Letak objek

    selalu setelah fungsi predikat. Dengan demikian, objek dapat dikenali dengan

    memperhatikan (a) jenis predikat yang dilengkapinya dan (b) ciri khas objek itu

    Analisis Struktur Dan, Vita Dwijayanti, FKIP UMP, 2016

  • sendiri. Kalimat yang terdiri dari golongan kata verba transitif, diperlukan adanya

    objek yang mengikuti predikat dalam kalimat tersebut. Verba transistif biasanya

    ditandai oleh kehadiran afiks tertentu. Sufiks kan dan i serta prefiks meng-

    umumnya merupakan pembentuk verba transitif. Objek merupakan hal, perkara, atau

    orang yang menjadi pokok pembicaraan. Objek biasanya berupa nomina atau frasa

    nominal. Objek pada kalimat aktif transitif akan menjadi subjek jika kalimat itu

    dipasifkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa objek dalam sebuah kalimat letaknya selalu

    mengikuti predikat dan biasanya berupa kata benda atau dibendakan.

    4) Fungsi Pelengkap

    Pada dasarnya objek dan pelengkap memiliki kemiripan. Baik objek maupun

    pelengkap sering berwujud nomina, dan keduanya juga sering menduduki tempat yang

    sama, yakni dibelakang verba. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas,

    2008: 814) pelengkap merupakan unsur kalimat yang melengkapi predikat verbal.

    Perbedaan antara pelengkap dengan objek ialah objek selalu terdapat dalam kalimat

    yang dapat dipasifkan, sedangkan pelengkap terdapat dalam kalimat yang tidak dapat

    diubah menjadi bentuk kalimat pasif. Hal ini karena kedudukan pelengkap selalu

    berada di belakang fungsi predikat. Kesimpulannya pelengkap pada suatu kalimat

    kedudukannya selalu mengkuti predikat dan tidak dapat berubah kedudukan menjadi

    subjek dalam kalimat pasif.

    5) Fungsi Keterangan

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008: 1448) keterangan

    merupakan kata atau kelompok kata yang menerangkan (menentukan) kata atau

    bagian kalimat yang lain. Keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling

    Analisis Struktur Dan, Vita Dwijayanti, FKIP UMP, 2016

  • beragam dan paling mudah berpindah letaknya, dapat berada di awal, tengah dan akhir

    kalimat. Kehadiran keterangan dalam kalimat bersifat manasukan. Biasanya berupa

    frasa nominal, preposisional atau adverbial. Meskipun kedudukan keterangan dapat

    berpindah-pindah, namun keterangan sudah tentu tidak mungkin terletak di antara

    predikat dan objek maupun di antara predikat dan pelengkap. Hal ini karena

    pelengkap boleh dikatakan selalu menduduki tempat langsung di belakang predikat.

    Fungsi keterangan terdiri dari adanya keterangan yang menunjukkan kata keterangan

    tempat, keterangan waktu, keterangan cara, dan keterangan suasana. Jadi

    kesimpulannya fungsi keterangan suatu kalimat kedudukannya dapat berubah-ubah

    dan biasanya ditandai dengan adanya penggunaan kata depan.

    b. Struktur Kalimat

    Kalimat terdiri dari unsur-unsur fungsional yang meliputi subjek, prdikat,

    objek, pelengkap, dan keterangan. Kelima unsur tersebut tidak selalu ada bersamaan

    dalam sebuah kalimat. Struktur fungsional dalam suatu kalimat memiliki banyak

    variasi. Menurut Ramlan (2005: 80) terkadang dalam satu kalimat hanya terdiri dari

    subjek dan predikat (SP); subjek, predikat, dan objek (SPO); subjek, predikat, dan

    pelengkap (SPPel); subjek, predikat, dan keterangan (SPKet); subjek, predikat, objek,

    dan keterangan (SPOKet); subjek, predikat, pelengkap, keterangan (SPPelKet). Selain

    pola tersebut terdapat pula pola kalimat yang hanya terdiri dari predikat (P) saja. Pada

    dasarnya unsur fungsional yang cenderung selalu ada dalam suatu kalimat adalah

    predikat (P), sedangkan unsur yang lainnya boleh ada maupun tidak ada.

    Pola dasar pada kalimat yang terdapat pada teks biografi tersebut dapat berupa

    SP, SPO, SPPel, SPK, SPOK. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugihastuti dan Saudah

    (2016: 235) pola kalimat dasar ialah kalimat yang berisi informasi pokok dalam

    Analisis Struktur Dan, Vita Dwijayanti, FKIP UMP, 2016

  • struktur inti, belum mengalami perubahan dan penambahan unsur kalimat. Perubahan

    itu dapat berupa penambahan unsur seperti penambhan keterangan kalimat ataupun

    keterangan subjek, predikat, objek, ataupun pelengkap. Selanjutnya, menurut

    Sugihastuti dan Saudah (2016: 235-236) pola dasar kalimat meliputi SP, SPO, SPPel,

    SPKet, SPOPel, SPOKet. Jadi struktur kalimat merupakan pengaturan pola-pola unsur

    fungsional yang terdapat pada suatu kalimat. Struktur atau pola kalimat yang paling

    sederhana adalah pola kalimat SP maupun sebaliknya.

    2. Kata

    Pada umumnya kata merupakan bagian dari kalimat. Hal ini selaras dengan

    pendapat Mulyana (2005: 7) yang mengemukakan bahwa kata dilihat dalam sebuah

    struktur yang lebih besar merupakan bagian dari kalimat. Kata merupakan satuan

    gramatikal bebas yang terkecil dalam kalimat dan memiliki makna. Menurut Chaer

    (2012: 162) kata adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian; atau kata adalah

    deretan huruf yang diapit oleh dua buah spasi dan mempunyai satu arti. Jadi, dapat

    disimpulkan bahwa kata merupakan satuan gramatikal terkecil yang memiliki makna.

    Kelas Kata

    Ramlan (1991: 58) Kridalaksana (1994: 51-124)

    1. Kata verbal 2. Kata nominal 3. Kata keterangan 4. Kata tambah 5. Kata bilangan 6. Kata penyukat 7. Kata sandang 8. Kata tanya 9. Kata suruh 10. Kata penghubung 11. Kata depan 12. Kata seruan

    1. Verba 2. Ajektiva 3. Nomina 4. Pronomina 5. Numeralia 6. Adverbia 7. Interogativa 8. Demonstrativa 9. Artikula 10. Preposisi 11. Konjungsi 12. Kategori fatis 13. Interjeksi 14. Pertindihan kelas

    Analisis Struktur Dan, Vita Dwijayanti, FKIP UMP, 2016

  • Dari kedua pendapat di atas, peneliti memilah-milah, sehingga peneliti

    memutuskan untuk mengambil lima jenis kata. Lima jenis kata tersebut dianggap

    sebagai kata yang sering digunakan dalam teks biografi. Lima jenis kata tersebut

    dianggap dapat mewakili berbagai jenis kata. Lima jenis kata tersebut, meliputi: kata

    verba (kata kerja), ajektiva (kata sifat), pronomina (kata ganti), preposisi (kata depan),

    dan konjungsi (kata penghubung). Pemaparan kelima jenis kata tersebut adalah

    sebagai berikut:

    a. Verba (Kata Kerja)

    Kata kerja merupakan kata yang menyatakan suatu pekerjaan atau tindakan.

    Menurut Ramlan (1991: 12) kata kerja (verba) dibagi menjadi dua yaitu kata kerja

    transitif dan intransitif. Namun selain kata kerja tersebut, adapula kata kerja kopula.

    Kata kerja kopula adalah kata kerja yang bertindak sebagai kopula, misalnya kata

    adalah, jadi, menjadi, jatuh. Kata kerja dibagi menjadi dua, yaitu kata kerja transitif

    dan kata kerja intransitif.

    1) Verba transitif yaitu kata kerja yang bisa mempunyai atau harus mendampingi

    objek. Kata kerja ini biasanya ditandai dengan adanya penggunaan imbuhan /me-

    /. Kata kerja transitif terkadang digunakan dalam kalimat aktif maupun pasif.

    Kata kerja transitif merupakan kata yang menjelaskan mengenai kegiatan dari

    subjek kalimat. Menurut Ramlan (1991: 12) kata kerja transitif yaitu kata kerja

    yang membutuhkan substantif supaya sempurna artinya. Contoh: kata memakan

    harus diikuti oleh objek seperti rumput.

    2) Verba intransitif yaitu verba yang menghindari objek. Di antara verba intransitif

    terdapat sekelompok verba yang berpadu dengan nomina, misalnya campur

    Analisis Struktur Dan, Vita Dwijayanti, FKIP UMP, 2016

  • tangan, cuci mata, bersepeda. Di samping itu, juga terdapat sekelompok verba

    yang tidak bisa bergabung dengan prefiks me-, ber- tanpa mengubah makna

    dasarnya. Kata kerja yang demikian disebut kata kerja aus. Menurut Ramlan

    (1991: 12) kata kerja intrasitif yaitu kata kerja yang sudah sempurna artinya,

    sehingga kata kerja jenis ini tidak dapat dibubuhi substantif sebagai

    pelengkapnya. Contoh kata kerja intransitif adalah kata belajar, menganis, dan

    tertawa.

    b. Ajektiva (Kata Sifat)

    Kridalaksana (1994: 59) ajektiva adalah kategori yang ditandai oleh

    kemungkinannya untuk bergabung dengan partikel tidak, mendampingi nomina, atau

    didampingi partikel. Partikel tersebut meliputi kata lebih, sangat, dan agak. Kata sifat

    mempunyai ciri-ciri morfologis, seperti er (dalam honorer), -if (dalam sensitif), -i

    (dalam alami). Kata sifat dapat dibentuk menjadi monina dengan konfiks ke-an.

    Menurut Ramlan (1991: 45) kata sifat dapat diterangkan oleh kata paling, lebih,

    sekali. Jadi kata sifat merupakan kata yang berfungsi untuk menjelaskan keadaan

    subjek kalimat.

    c. Pronomina (Kata Ganti)

    Menurut Kridalaksana (1994: 76) pronomina adalah kategori yang berfungsi

    untuk menggantikan nomina. Kata ganti ialah kata-kata yang menjadi pengganti nama

    orang atau nama benda (Ramlan, 1991: 15). Kata ganti dapat dikatakan sebagai kata

    penunjuk. Hal ini sesuai dengan pendapat Rohimah (2014: 207) yang mengemukakan

    bahwa kata rujukan atau kata penunjuk adalah kata ganti yang digunakan sebagai

    Analisis Struktur Dan, Vita Dwijayanti, FKIP UMP, 2016

  • rujukan kata sebelumnya. Kata rujukan ini dapat berupa bentuk kata ganti dia, beliau,

    dan /-nya/. Menurut Ramlan (1991: 11) kata ganti dapat berupa kata ganti persona.

    Kata ganti persona ialah kata-kata yang mengganti sujek yang berupa orang. Kata

    ganti persona dapat dibagi menjadi 3 yaitu (1) kata ganti persona pertama, misalnya

    aku, saya, kami; (2) kata ganti persona kedua, misalnya engkau, kamu, tuan, saudara;

    (3) kata ganti persona ketiga, misalnya ia, dia, mereka. Jadi kata ganti atau pengganti

    merupakan kata yang digunakan untuk mengganti subjek kalimat khususnya subjek

    dalam bentuk orang, sedangkan kata penunjuk biasanya ditandai dengan adanya

    penggunaan kata ini dan itu.

    d. Preposisi (Kata Depan)

    Menurut Kridalaksana (1994: 95) perposisi adalah kategori yang terletak di

    depan kategori lain (terutama nomina) sehingga terbentuk frase eksosentris. Preposisi

    meliputi di, ke, dari. Menurut Ramlan (1991: 37) kata depan ialah kata-kata yang

    menyatakan hubungan antara pengertian satu dengan yang lainnya. Kata penghubung

    digolongkan menjadi beberapa golongan, yaitu 1) kata depan yang menyatakan

    hubungan alat, misalnya kata dengan; 2) kata depan yang menyatakan hubungan

    bersama-sama, misalnya kata serta; 3) kata depan yang menyatakan hubungan

    pelaku, misalnya kata oleh; 4) kata depan yang menyatakan hubungan maksud atau

    tujuan, misalnya kata bagi, untuk, guna, dan akan; 5) kata depan yang menyatakan

    hubungan hal, misalnya kata tentang, hal; 6) kata depan yang menyatakan hubungan

    sebab, misalnya kata karena, sebab. Jadi kata depan merupakan kata yang digunakan

    untuk menunjukkan fungsi keterangan dalam kalimat.

    Analisis Struktur Dan, Vita Dwijayanti, FKIP UMP, 2016

  • e. Konjungsi (Kata Penghubung)

    Konjungsi dapat dikatakan sebagai kata penghubung. Kata penghubung ini

    digunakan untuk menghubungkan kalimat maupun klausa. Menurut Kridalaksana

    (1994: 102) konjungsi adalah kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan yang

    lain dalam konstruksi hipotaktis, dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau lebih

    dalam konstruksi. Konjungsi menghubungkan bagian-bagian ujaran yang setataran

    maupun yang tidak setataran. Menurut Ramlan (1991: 37) kata perangkai ialah kata-

    kata yang merangkaikan kalimat dengan kalimat lainnya, misalnya kata-kata dan, lalu,

    kemudian, bahkan, malahan, apalagi lagipula, bahwa, supaya, agar, akan, untuk, dan

    sebagainya. Jadi kata konjungsi merupakan kata yang digunakan untuk

    menghubungkan klausa dalam kalimat maupun di awal paragraf.

    3. Frasa

    Frasa merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih

    (Ramlan, 2005: 139). Pada hakikatnya frasa terdiri dari dua kata atau lebih yang

    menduduki satu unsur fungsi kalimat. Menurut Ramlan (2005: 139) frasa merupakan

    satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa, maksudnya frasa itu selalu

    terdapat dalam satu fungsi unsur klausa, yaitu S, P, O, PEL, atau KET. Menurut Chaer

    (2012: 225) jenis frasa dibedakan menjadi 1) frasa eksosentris, 2) frasa endosentris, 3)

    frasa koordinatif, 4) frasa apositif. Namun menurut Ramlan (2005: 141) jenis frasa

    dibedakan menjadi dua yaitu frasa endosentris dan frasa eksosentis.

    a. Frasa Eksosentris

    Frasa eksosentris adalah frasa yang komponen-komponennya tidak

    mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya (Chaer, 2012: 225).

    Analisis Struktur Dan, Vita Dwijayanti, FKIP UMP, 2016

  • Demikian pula menurut Ramlan (2005: 142) frasa eksosentris adalah frasa yang tidak

    mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya. Frasa eksosentris ditandai

    dengan adanya penggunaan kata depan. Kata depan ini biasanya meliputi kata dari, di,

    pada, dan ke. Jadi, frasa ekosentris adalah frasa yang kedudukannya dalam kalimat

    dapat berpindah-pindah dan ditandai dengan adanya penggunaan kata depan.

    b. Frasa Endosentris

    Frasa endosentris adalah frasa yang salah satu unsurnya atau komponennya

    memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya (Chaer, 2012: 226).

    Maksud dari pernyataan tersebut adalah salah satu komponennya itu dapat

    menggantikan kedudukan keseluruhannya. Frasa endosentris biasanya berkedudukan

    sebagai subjek, predikat, pelengkap, dan objek dalam kalimat. Frasa ini biasanya

    digunakan untuk memperjelas sebuah kata. Menurut Ramlan (2005: 142) frasa

    endosentris dibedakan menjadi menjadi tiga golongan, yaitu:

    1) Frasa Endosentris yang Koordinatif

    Frasa endosentris yang koordinatif adalah frasa yang komponen pembentuknya

    terdiri dari dua komponen atau lebih yang sama dan sederajat (Chaer, 2012: 228).

    Menurut Ramlan (2005: 142) frasa endosentris yang koordinatif ini terdiri dari unsur-

    unsur yang setara atau menyamakan. Kesetaraan unsur tersebut dapat dibuktikan oleh

    kemungkinan unsur-unsur tersebut dihubungkan dengan kata penghubung dan atau

    atau. Frasa ini biasanya berkedudukan sebagai subjek, predikat, objek, dan pelengkap

    dalam kalimat. Contoh frasa endosentris yang koordinatif meliputi frasa suami istri,

    dan bapak ibu.

    Analisis Struktur Dan, Vita Dwijayanti, FKIP UMP, 2016

  • 2) Frasa Endosentris yang Atributif

    Menurut Ramlan (2005: 143) frasa endosentris yang atributif ini tergolong

    dalam unsur-unsur yang tidak setara. Oleh karena itu unsur-unsur dalam golongan ini

    tidak dapat dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau. Pada jenis frasa ini

    dikenal adanya istilah unsur pusat (UP), dan atribut (Atr). Penggunaan unsur pusat

    biasanya berupa kata kerja atau kata sifat. Contoh frasa ini adalah frasa sedang

    menangis, dan sangat cantik.

    3) Frasa Endosentris yang Apositif

    Frasa apositif adalah frasa koordinatif yang kedua komponennya saling

    merujuk sesamanya, sehingga urutan komponennya dapat dipertukarkan. Menurut

    Ramlan (2005: 145) frasa ini tergolong jenis frasa yang memiliki sifat saling

    menggantikan. Pada jenis frasa ini dikenal adanya istilah unsur pusat (UP), dan

    apositif (Ap). Apositif pada frasa ini digunakan untuk memperjelas subjek, objek

    maupun pelengkap. Frasa ini sering digunakan untuk menjelaskan subjek. Contoh

    frasa ini adalah Putri, si gadis manis.

    F. Kerangka Berpikir

    Penelitian yang berjudul Analisis Struktur dan Butir Kebahasaan Teks

    Biografi Karangan Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Adimulyo Kabupaten

    Kebumen merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Data penelitian ini yaitu

    paragraf-paragraf teks biografi karangan siswa, sedangkan sumber data penelitiannya

    adalah teks biografi karangan siswa. Tahap penyediaan data penelitian ini adalah

    dengan metode dokumentasi. Tahap penganalisisan data yang digunakan adalah

    metode padan referensial, teknik dasar Pilah Unsur Penentu (PUP), dan teknik

    Analisis Struktur Dan, Vita Dwijayanti, FKIP UMP, 2016

  • lanjutannya yaitu teknik hubung banding menyamakan (teknik HBS). Kemudian,

    tahap penyajian hasil penganalisisan data yang digunakan adalah informal.

    Penelitian ini menggunakan teori tentang teks biografi yang memiliki struktur

    (orientasi, peristiwa dan masalah, dan reorientasi). Teks biografi memiliki butir

    kebahasaan yang meliputi pola kalimat. Selain butir kebahasaan tersebut, penelitian

    ini juga membahas mengenai penggunaan kata, dan frasa (eksosentris dan endosentris)

    yang dominan. Teks biografi yang digunakan pada penelitian ini adalah teks biografi

    karangan siswa kelas VIII B SMP Negeri 2 Adimulyo Kabupaten Kebumen.

    Pemaparan tersebut dapat dilihat pada bagan di bawah ini.

    Teks

    biografi

    1. Struktur teks biografi:

    a. Orientasi

    b. Peristiwa dan masalah

    c. Reorientasi

    2. Butir kebahasaan:

    a. Pola kalimat

    b. Kata

    c. Frasa

    1) Eksosentris

    2) Endosentris

    a) Endosentris koordinatif

    b) Endosentris atributif

    c) Endosentris apositif

    Metode

    Jenis penelitian:

    deskriptif kualitatif

    Analisis Struktur dan Butir Kebahasaan Teks

    Biografi Karangan Siswa Kelas VIII B SMP

    Negeri 2 Adimulyo Kabupaten Kebumen

    Karangan siswa

    Data: paragraf-paragraf teks

    biografi karangan siswa

    Sumber data: teks biografi

    karangan siswa

    1. Tahap penyediaan data: dokumentasi

    2. Tahap penganalisisan data: metode padan referensial,

    teknik dasar Pilah Unsur

    Penentu (PUP), teknik

    lanjutannya yaitu teknik

    hubung banding

    menyamakan (teknik HBS)

    3. Tahap penyajian hasil penganalisisan data: informal

    Hasil penelitian

    Analisis Struktur Dan, Vita Dwijayanti, FKIP UMP, 2016