bab ii kajian pustaka a. penelitian yang relevanrepository.ump.ac.id/2824/3/eri astuti - bab...

29
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevan Praanggapan sebagai salah satu bagian dari unsur eksternal wacana sangat menarik untuk diteliti. Dalam penelitian terdahulu mengenai praanggapan tidak terdapat penelitian yang khusus membahasa tentang kajian mengenai praanggapan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang selanjutnya. Agar peneliti dapat membedakan penelitian dengan judul Analisis Praanggapan Wacana Iklan Busana Wanita pada Tabloid Wanita Indonesia Edisi April-Juni 2013dengan penelitian sebelumnya, peneliti meninjau empat hasil penelitian Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto, : Penelitian yang berjudul “Analisis Eksternal Wacana pada Iklan Obat -Obat Warung di Televisioleh Agung Pambudi Satriawan (2008) Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Penelitian tersebut membahas tentang analisis eksternal wacana pada iklan obat-obat warung di televisi. Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk memperoleh deskripsi tentang unsur eksternal wacana pada iklan obat-obat warung di televisi berdasarkan implikatur, pressuposisi, referensi, inferensi dan konteks wacana. Data yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu tuturan pada iklan obat-obat warung yang muncul di televisi yang mengandung unsur eksternal wacana. Sumber data dalam penelitian tersebut diperoleh dari delapan stasiun televisi di Indonesia, baik stasiun pemerintah (TVRI) maupun stasiun milik swasta (RCTI, SCTV, Indosiar, ANTV, Trans 7, Trans TV dan Lativi). 9 ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014

Upload: others

Post on 22-Oct-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 9

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Penelitian yang Relevan

    Praanggapan sebagai salah satu bagian dari unsur eksternal wacana sangat

    menarik untuk diteliti. Dalam penelitian terdahulu mengenai praanggapan tidak

    terdapat penelitian yang khusus membahasa tentang kajian mengenai praanggapan.

    Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang selanjutnya. Agar

    peneliti dapat membedakan penelitian dengan judul “Analisis Praanggapan Wacana

    Iklan Busana Wanita pada Tabloid Wanita Indonesia Edisi April-Juni 2013” dengan

    penelitian sebelumnya, peneliti meninjau empat hasil penelitian Mahasiswa

    Universitas Muhammadiyah Purwokerto, :

    Penelitian yang berjudul “Analisis Eksternal Wacana pada Iklan Obat-Obat

    Warung di Televisi” oleh Agung Pambudi Satriawan (2008) Program Studi

    Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu

    Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Penelitian tersebut membahas

    tentang analisis eksternal wacana pada iklan obat-obat warung di televisi. Tujuan

    dalam penelitian ini yaitu untuk memperoleh deskripsi tentang unsur eksternal wacana

    pada iklan obat-obat warung di televisi berdasarkan implikatur, pressuposisi, referensi,

    inferensi dan konteks wacana. Data yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu

    tuturan pada iklan obat-obat warung yang muncul di televisi yang mengandung unsur

    eksternal wacana. Sumber data dalam penelitian tersebut diperoleh dari delapan

    stasiun televisi di Indonesia, baik stasiun pemerintah (TVRI) maupun stasiun milik

    swasta (RCTI, SCTV, Indosiar, ANTV, Trans 7, Trans TV dan Lativi).

    9

    ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014

  • 10

    Dalam tahap penyediaan data, penelitian tersebut digunakan metode simak.

    Dalam praktiknya penyimakan atau metode simak itu diwujudkan dengan penyadapan

    penelitian. Kegiatan menyadap sebagai teknik dasarnya dan disebut teknik sadap.

    Adapun teknik selanjutnya yaitu teknik Simak Bebas Libat Cakap, teknik rekam dan

    teknik catat. Dalam tahap analisis data, penelitian tersebut digunakan metode

    deskriptif kualitatif. Dalam tahap penyajian hasil analisis data digunakan penyajian

    data dalam wujud laporan tertulis.

    Penelitian yang berjudul “Analisis Eksternal Wacana pada Iklan Kosmetik di

    Televisi‟ oleh Elis Kristiyanti (2010) Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra

    Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

    Muhammadiyah Purwokerto membahas tentang analisis eksternal wacana pada iklan

    kosmetik di televisi. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi tentang

    unsur eksternal wacana pada iklan kosmetik di televisi berdasarkan implikatur,

    pressuposisi, referensi, inferensi dan konteks wacana. Data yang digunakan dalam

    penelitian tersebut yaitu tuturan pada iklan kosmetik yang muncul di televisi yang

    mengandung unsur eksternal wacana. Sumber data yang digunakan dalam penelitian

    tersebut diperoleh dari enam stasiun televisi Indonesia milik swasta yaitu RCTI,

    SCTV, Indosiar, Trans 7, Global dan Trans TV.

    Tahap penyediaan data penelitian tersebut menggunakan metode simak. Dalam

    praktiknya penyimakan atau metode simak itu diwujudkan dengan penyadapan

    penelitian. Kegiatan menyadap biasa disebut teknik sadap. Adapun teknik selanjutnya

    yaitu teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC), teknik rekam dan teknik catat. Dalam

    tahap analisis data menggunakan metode padan. Teknik analisis yang digunakan

    adalah teknik padan referensial dan teknik padan pragmatik. Dalam tahap penyajian

    hasil analisis data menggunakan penyajian data dalam wujud laporan tertulis.

    ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014

  • 11

    Penelitian yang berjudul “Kajian Praanggapan Iklan Makanan pada Enam

    Stasiun Televisi” oleh Setia Cristiana (2012) Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra

    Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

    Purwokerto membahas kajian praanggapan iklan makanan pada enam stasiun televisi.

    Tujuan penelitian ini yaitu mendeskripsikan bentuk-bentuk dan macam-macam

    praanggapan yang terdapat dalam iklan makanan pada enam stasiun televisi. Sumber

    data yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu tuturan-tuturan iklan makanan

    pada enam stasiun televisi: RCTI, SCTV, Indosiar, Global TV, ANTV dan Trans7.

    Tahap penyediaan data, penelitian tersebut menggunakan metode simak.

    Peneliti kemudian menyadap dengan menggunakan alat secara terang-terangan.

    Dalam teknik sadap ini diikuti dengan teknik lanjutan berupa teknik Bebas Libat

    Cakap (SBLC), teknik rekam dan teknik catat. Untuk tahap analisis data

    menggunakan metode padan pragmatis. Teknik dasar yang digunakan yaitu teknik

    Pilah Unsur Penentu yaitu memilah data yang akan dianalisis atau yang menjadi

    penentu dalam penelitian. Teknik lanjutan dari teknik Pilah Unsur Penentu

    menggunakn teknik Hubung Banding Menyamakan (HBS) yaitu mengolah data

    dengan teori yang digunakan. Sedangkan tahap penyimpulan hasil ialah melakukan

    penyimpulan dari keseluruhan hasil analisis yang telah dikerjakan.

    Penelitian yang berjudul “Kajian Praanggapan pada Tokoh Utama dalam

    Film “Habibi dan Ainun” Karya Faozan Rizal oleh Ervina Khoerowati (2013)

    Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu

    Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto membahas kajian praanggapan

    pada tokoh utama dalam film “Habibi dan Ainun”. Tujuan penelitian ini yaitu

    mendeskripsikan bentuk-bentuk dan macam-macam praanggapan yang terdapat dalam

    ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014

  • 12

    film “Habibi dan Ainun” karya Faozan Rizal. Data dalam penelitian berupa tuturan-

    tuturan tokoh utama dalam film “Habibi dan Ainun” karya Faozan Rizal yang

    mengandung praanggapan. Sumber data yang digunakan adalah bersumber dari film

    “Habibi dan Ainun” karya Faozan Rizal.

    Dalam penyediaan data, peneliti tersebut menggunakan metode simak. Pada

    penelitian tersebut teknik yang digunakan adalah teknik simak dan teknik lanjutan

    yang berupa teknik simak bebas libat cakap (SBLC) dan teknik catat. Dalam analisis

    data menggunakan metode padan pragmatis. Teknik dasarnya yaitu teknik Pilah Unsur

    Penentu (PUP). Langkah selanjutnya adalah menggunakan teknik Hubung Banding

    Menyamakan (HBS) yaitu mengolah data dengan teori yang digunakan. Sedangkan

    tahap penyimpulan hasil analisis yaitu melakukan suatu tindakan menyimpulkan dari

    keseluruhan hasil analisis yang terdapat dalam tuturan-tuturan tokoh utama pada film

    “Habibi dan Ainun” karya Faozan Rizal yang telah diselesaikan.

    Berdasarkan keempat hasil penelitian di atas, maka penelitian yang dilakukan

    oleh Agung Pambudi Satriawan dengan penelitian yang dilakukan oleh Elis

    Kristiyanti memiliki perbedaan. Penelitian yang dilakukan oleh Agung Pambudi

    Satriawan menggunakan data berupa tuturan pada iklan obat-obat warung yang

    muncul di Televisi yang mengandung unsur eksternal wacana. Sumber data dalam

    penelitian tersebut diperoleh dari 8 stasiun televisi Indonesia milik pemerintah dan

    milik swasta. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Elis Kristiyanti menggunakan

    data berupa tuturan pada iklan kosmetik yang muncul di televisi yang mengandung

    unsur eksternal wacana. Sumber data dalam penelitian tersebut diperoleh dari 6

    Stasiun televisi Indonesia milik swasta. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh

    Agung Pambudi Satriawan dan Elis Kristiyanti juga terletak pada tahap analisis data

    ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014

  • 13

    yang digunakan. Pada tahap analisis data penelitian yang dilakukan oleh Agung

    Pambudi Satriawan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Adapun penelitian

    yang dilakukan oleh Elis Kristiyanti menggunakan metode padan dengan teknik

    analisis teknik padan referensial dan teknik padan pragmatik.

    Penelitian yang dilakukan oleh Setia Cristiana dan Ervina Khoerowati

    memiliki perbedaan. Perbedaannya yaitu terletak pada data dan sumber data yang

    digunakan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Setia Cristiana, data dan sumber data

    berupa tuturan-tuturan iklan makanan pada enam stasiun televisi (RCTI, SCTV,

    Indosiar, Global TV, ANTV dan Trans7). Penelitian yang dilakukan oleh Ervina

    Khoerowati data dan sumber data berupa tuturan-tuturan tokoh utama dalam film

    “Habibi dan Ainun” karya Faozan Rizal. Dengan adanya penelitian yang dilakukan

    oleh Setia Cristiana dan penelitian yang dilakukan oleh Ervina Khoerowati tersebut,

    maka penelitian tersebut dengan penelitian kali ini memiliki perbedaan. Dalam

    penelitian kali ini data dan sumber data diperoleh dari wacana busana wanita pada

    tabloid Wanita Indonesia. Pada tahap penyediaan data, perbedaan penelitian yang

    dilakukan oleh Setia Cristiana dengan penelitian kali ini terletak pada teknik

    sadapnya. Penelitian Setia Cristiana menggunakan teknik SBLC dan dilanjutkan

    dengan teknik rekam. Pada penelitian kali ini hanya dilanjutkan dengan menyimak

    data, yaitu berupa tulisan yang terdapat pada tabloid Wanita Indonesia.

    Penelitian yang dilakukan oleh Ervina Khoerowati, data dan sumber data

    berupa tuturan-tuturan tokoh utama dalam film “Habibi dan Ainun” karya Faozan

    Rizal. Tahap penyediaan data, Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Ervina

    Khoerowati dengan penelitian kali ini terletak pada tekniknya. Penelitian tersebut

    menggunakan teknik rekam yaitu merekam data yang akan diteliti dari film “Habibi

    dan Ainun”, tetapi pada penelitian kali ini hanya dilanjutkan dengan menyimak data,

    yaitu berupa tulisan yang ada pada tabloid Wanita Indonesisia

    ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014

  • 14

    B. Wacana

    1. Pengertian Wacana

    Widdowson (dalam Ekoyanantiasih, 2002: 1) mengatakan bahwa wacana

    merupakan telaah atas teks yang mempunyai kohesi (perpautan semantis) yang

    pemarkahnya terlihat pada permukaan (lahir) dan koherensi (keutuhan) yang menjadi

    dasar telaah wacana secara batin. Oleh karena itu, pembicaraan tentang wacana tidak

    akan terlepas dari pembicaraan tentang kohesi dan koherensi. Hoed (dalam

    Ekoyanantiasih, 2002: 2) mengemukakan bahwa pada tataran teks, kohesi merupakan

    kaitan semantis antara satuan ujaran dan ujaran yang lainnya pada teks tersebut,

    sedangkan pada tataran wacana, kohesi merupakan keterkaitan semantis antara satu

    proposisi dan proposisi lainnya dalam wacana. Wacana adalah satuan bahasa

    terlengkap, dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau

    terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku,

    seri ensiklopedia, dan sebagainya), paragraf, kalimat atau kata yang membawa amanat

    yang lengkap (Kridalaksana, 2011: 259). Tarigan (Mulyana, 2005: 6) mengemukakan

    bahwa wacana adalah satuan bahasa yang paling lengkap , lebih tinggi dari klausa dan

    kalimat, memiliki kohesi dan koherensi yang baik, mempunyai awal dan akhir yang

    jelas, berkesinambungan, dan dapat disampaikan secara lisan atau tertulis. Jadi, suatu

    kalimat atau rangkaian kalimat, misalnya dapat disebut sebagai wacana atau bukan

    wacana tergantung pada keutuhan unsur-unsur makna dan konteks yang

    melingkupinya.

    Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa wacana merupakan

    suatu penyelidikan, kajian, pemeriksaan atau penelitian yang mempunyai (kohesi)

    hubungan yang erat atau perpaduan yang kokoh dan (koherensi) yang berhubungan

    ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014

  • 15

    atau bersangkut paut dalam teks. Penelitian dalam teks yaitu berupa wacana tertulis.

    Dalam wacana antara kohesi dan koherensi tidak boleh terlepas di karena kan adanya

    hubungan yang erat dan bersangkut paut. Pada teks, antara suatu ujaran dengan ujaran

    yang lainya harus bersangkut-paut dengan makna. Adapun pada wacana, suatu isi dari

    wacana itu sendiri harus memiliki makna suatu ungkapan yang dapat dipercaya,

    disangsikan, disangkal atau harus dibuktikan benar tidaknya suatu ungkapan dalam

    wacana. Wacana juga merupakan urutan tingkatan pertama dalam tingkatan tata

    bahasa. Wacana dapat dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, paragraf hingga

    karangan utuh. Suatu wacana juga dapat disampaikan secara lisan melalui ujaran dan

    dapat juga disampaikan secara tertulis melalui media cetak.

    2. Unsur-Unsur Wacana

    Mulyana (2005: 7) mengemukakan bahwa wacana memiliki dua unsur

    pendukung utama, yaitu unsur dalam (internal) dan unsur luar (eksternal). Unsur

    internal berkaitan dengan aspek formal kebahasaan. Adapun unsur eksternal

    berkenaan dengan hal-hal di luar wacana itu sendiri. Unsur dalam (internal) sebuah

    wacana dapat diartikan sebagai sesuatu yang melekat atau yang harus ada dalam

    sebuah wacana. Adapun unsur luar (eksternal) merupakan unsur yang mendukung dari

    wacana tersebut. Kedua unsur tersebut membentuk satu kepaduan dalam suatu

    struktur yang utuh dan lengkap.

    a. Unsur-Unsur Internal Wacana

    Unsur internal suatu wacana adalah unsur dalam suatu wacana. Istilah lainnya

    yaitu unsur yang harus ada dalam sebuah wacana. Unsur internal wacana ini terdiri

    ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014

  • 16

    atas satuan kata atau kalimat. Yang dimaksud dengan satuan kata adalah kata yang

    berposisi sebagai kalimat, atau yang juga dikenal dengan sebutan “kalimat satu kata”.

    Untuk menjadi satuan wacana yang besar, satuan kata atau kalimat tersebut akan

    bertalian, dan bergabung membentuk wacana. Untuk membentuk sebuah wacana ini,

    maka diperlukan unsur-unsur yang ada dalam sebuah wacana tersebut, yaitu meliputi

    kata dan kalimat, teks dan konteks.

    1) Kata dan Kalimat

    Menurut (Depdiknas, 2008: 692) kata merupakan unsur bahasa yang

    diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran

    yang dapat digunakan dalam berbahasa. Istilah lainnya adalah satuan unsur bahasa

    yang terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas, satuan unsur bahasa

    yang berupa morfem bebas. Kata, dilihat dalam sebuah struktur yang lebih besar

    merupakan bagian dari kalimat. Sebagaimana dipahami selama ini, kalimat selalu

    diandaikan sebagai susunan yang terdiri dari beberapa kata yang bergabung menjadi

    satu pengertian dengan intonasi sempurna (final). Pada kenyataannya, suatu kalimat

    mungkin saja hanya terdiri atas satu kata. Namun, perlu diketahui bahwa “kalimat satu

    kata” adalah bentuk ungkapan atau tuturan terpendek yang juga harus memiliki esensi

    sebagai kalimat. Dalam konteks analisis wacana, kata atau kalimat yang berposisi

    sebagai wacana disyaratkan memiliki kelengkapan makna, informasi dan konteks

    tuturan yang jelas dan mendukung. Sementara itu, menurut Gie dan Widyamartaya

    (Mulyana, 2005: 8) berdasarkan aspek semantisnya, kalimat memiliki makna sebagai

    serangkaian kata yang menyatakan pikiran, dan gagasan yang lengkap dan logis.

    Adapun menurut Fokker (dalam Mulyana, 2005: 8) menyatakan bahwa kalimat adalah

    ucapan bahasa yang memiliki arti penuh dan batas keseluruhannya ditentukan oleh

    intonasi (sempurna).

    ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014

  • 17

    2) Teks dan Konteks

    Menurut Oetomo (Mulyana, 2005: 9) mengemukakan bahwa istilah teks lebih

    dekat pemaknaannya dengan bahasa tulis. Dalam tradisi tulis, teks bersifat “monolog

    noninteraksi”. Teks dapat disamakan dengan naskah yaitu semacam bahasa tulisan

    yang berisi materi tertentu, seperti naskah materi kuliah, pidato, atau lainnya.

    Sebenarnya teks adalah esesnsi wujud bahasa. Dengan kata lain, teks direalisasi

    (diucapkan) dalam bentuk wacana. Adapun konteks merupakan situasi atau latar

    terjadinya suatu komunikasi. Konteks dapat dianggap sebagai sebab dan alasan

    terjadinya suatu pembicaraan atau dialog.

    Kesimpulan dari uraian di atas adalah bahwa teks adalah suatu wujud dari

    bahasa yang direalisasikan dalam bentuk naskah atau tulisan lainnya. Istilah lainnya

    adalah bahasa tulis yang bersifat monolog dan noninteraksi. Monolog artinya

    pembicara tunggal yang tidak memberikan kesempatan kepada orang lain untuk ikut

    berbicara. Istilah lainnya yaitu melakukan kegiatan berbicara seorang diri.

    Noninteraksi maksudnya tanpa adanya aksi timbal balik. Adapun konteks adalah

    situasi atau latar yang dapat dilihat dari teks. Jadi antara teks dan konteks saling

    berkaitan.

    b. Unsur-Unsur Eksternal Wacana

    Unsur eksternal (unsur luar) wacana adalah sesuatu yang menjadi bagian

    wacana, namun tidak nampak secara eksplisit. Unsur eksternal berkenaan dengan hal-

    hal di luar wacana itu sendiri. Unsur ini merupakan unsur yang akan dianalisis

    berdasarkan kajian tertentu dalam sebuah wacana. Sesuatu itu berada di luar satuan

    lingual wacana. Kehadirannya berfungsi sebagai pelengkap keutuhan wacana. Unsur-

    unsur eksternal ini adalah praanggapan dan konteks. Analisis dan pemahaman

    terhadap unsur-unsur tersebut dapat membantu pemahaman tentang suatu wacana.

    ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014

  • 18

    1) Praanggapan (Pressuposition)

    a) Pengertian Praanggapan

    Menurut Nababan (dalam Mulyana, 2005: 14) istilah presuposisi adalah

    turunan dari bahasa Inggris presupposition, yang berarti „perkiraan, persangkaan‟.

    Konsep ini muncul bermula dari perdebatan panjang tentang „hakikat rujukan‟ (apa-

    apa, sesuatu, benda, keadaan, dan sebagainya) yang dirujuk oleh kata, frasa, kalimat,

    atau ungkapan lainnya. Sejalan dengan hal tersebut Frege (Nababan dalam Mulyana,

    2005: 14) mengemukakan bahwa semua pernyataan memiliki praanggapan yaitu

    rujukan atau referensi dasar. Rujukan dimaksud sebagai “praanggapan‟ yaitu

    anggapan dasar atau penyimpulan dasar mengenai konteks dan situasi berbahasa yang

    membuat bentuk bahasa menjadi bermakna bagi pendengar atau pembaca.

    Praanggapan membantu pembicara menentukan bentuk-bentuk bahasa (kalimat) untuk

    mengungkapkan makna atau pesan yang ingin dimaksudkan. Sebuah kalimat dapat

    mempresuposisikan dan mengimpikasikan kalimat yang lain. Sebuah kalimat

    dikatakan mempresuposisikan kalimat yang lain jika ketidakbenaran kalimat yang

    kedua (yang dipresuposisikan) mengakibatkan kalimat yang pertama (yang

    mempresuposisikan) tidak dapat dikatakan benar atau salah. Contoh praanggapan

    dalam kalimat :

    (1) “Buku Siti Nurbaya sangat memikat”. (2) “Istri pejabat itu cantik sekali”.

    Kalimat (1) mempresuposisikan bahwa ada buku yang berjudul Siti Nurbaya.

    Bila memang ada buku yang berjudul seperti itu, kalimat (1) dapat dinilai benar dan

    salahnya. Akan tetapi, bila tidak ada buku yang berjudul Siti Nurbaya kalimat (1)

    tidak dapat dinilai benar dan salahnya. Sementara itu, kalimat (2) mempreposisikan

    ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014

  • 19

    pejabat itu mempunyai istri. Bila memang pejabat yang dimaksudkan mempunyai

    istri, kalimat (2) dapat dinilai benar dan salahnya. Akan tetapi, bila hal sebaliknya

    menjadi kenyataan, kalimat (2) tidak dapat ditentukan kebenarannya. Dalam konteks

    dialogis, Stalnager (Soeseno dalam Mulyana, 2005: 15) menyatakan bahwa

    praanggapan adalah „pengetahuan bersama‟ (common ground) antara pembicara dan

    pendengar. Sumber praanggapan adalah pembicara. Artinya, perkiraan pengetahuan

    tentang sesuatu dimulai oleh pembicara ketika pembicara tersebut memulai

    mengutarakan suatu tuturan. Hal itu bisa terjadi karena pembicara memperkirakan

    orang yang diajak bicara sudah mengetahui hal yang akan diucapkannya.

    Contoh :

    (3) Joko : “Ayam bangkokku sudah laku lagi”. (4) Amin : “Harganya seperti kemarin?”.

    Pembicara ketiga dalam dialog tersebut tidak perlu mengutarakan terlebih

    dahulu suatu pemberitahuan bahwa ia mempunyai ayam Bangkok. Hal itu disebabkan,

    pembicara sudah berpraanggapan (memperkirakan) bahwa orang yang diajak bicara

    sudah mengetahui hal yang dimaksudkannya. Bahkan, jawaban Amin mengisyaratkan

    bahwa besar kemungkinan Amin sudah mengetahui ayam Bangkok yang dijual

    temannya pada waktu sebelumnya. Oleh karenanya, Amin tidak perlu bertanya lagi:

    “Apa kamu punya ayam Bangkok?” Dari contoh tersebut dapat diambil

    kesimpulannya bahwa makin akrab (minimal adanya keterkaitan) hubungan antara

    pembicara dengan pasangan bicaranya, maka akan makin banyak kedua pihak berbagi

    pengalaman, pengetahuan dan makin banyak pula praanggapan di antara mereka yang

    tidak perlu diutarakan secara verbal. Oleh karena itu, penggunaan praanggapan hanya

    ditujukan kepada pendengar yang menurut pembicara memiliki pengetahuan seperti

    yang dimiliki pembicara.

    ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014

  • 20

    Dari beberapa uraian mengenai praanggapan, maka dapat disimpulkan bahwa

    praanggapan merupakan anggapan dasar, dugaan, perkiraan, persangkaan yang

    menunjuk pada suatu ujaran atau ungkapan lisan atau tertulis yang tujuannya agar

    pendengar atau pembaca mengerti apa yang dimaksudkan. Dalam semua pernyataan

    memiliki rujukan atau referensi dasar. Rujukan dalam praanggapan maksudnya

    mempunyai keterangan lanjutan mengenai suatu hal. Rujukan yang dimaksud dalam

    praanggapan itu mengenai situasi atau latar terjadinya suatu komunikasi dalam

    pembicaraan atau dialog (konteks) agar pendengar atau pembaca mengerti dari apa

    yang dibicarakan.

    b) Bentuk Praanggapan

    Menurut (Chaniago, 1997: 2.15) menyatakan praanggapan dibagi menjadi dua

    jenis yaitu praanggapan semantik dan praanggapan pragmatik. Praanggapan semantik

    adalah praanggapan yang dapat ditarik dari pernyataan atau kalimat melalui leksikon

    atau kosakatanya. Praanggapan semantik merupakan praanggapan yang dapat dilihat

    dari benar tidaknya suatu kalimat atau ujaran mengenai makna dan arti dalam suatu

    bahasa. Istilah lainnya praanggapan semantik adalah pendapat atau keyakinan

    mengenai makna atau arti dalam suatu kalimat atau ujaran. Adapun praanggapan

    pragmatik adalah praanggapan yang ditarik berdasarkan atas konteks ketika suatu

    kalimat atau pernyataan itu diucapkan. Konteks dalam praanggapan pragmatik dapat

    dilihat dari latar atau situasi dalam pembicaraan atau dialog. Latar atau situasi dalam

    praanggapan pragmatik juga bisa dilihat dari tertulis.

    ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014

  • 21

    1) Praanggapan Semantik

    Praanggapan semantik (Chaniago, 1997: 2.15) adalah praanggapan yang dapat

    ditarik dari pernyataan atau kalimat melalui leksikon atau kosakatanya. Contoh

    praanggapan semantik dalam kalimat yaitu “Ade tidak jadi pergi, Sepeda motornya

    mogok”. Dari kata-kata yang ada dalam pernyataan tersebut maka dapat kita tarik

    praanggapan bahwa Ade seharusnya pergi dan Ade mempunyai sepeda motor. Contoh

    lain juga terdapat pada kalimat “Dodo telah berhenti merokok”. Dari kata-kata

    tersebut terkandung praanggapan bahwa Dodo selama ini biasa merokok dan Dodo

    tidak merokok lagi.

    Kesimpulan pengertian praanggapan semantik menurut peneliti merupakan

    suatu maksud yang ingin disampaikan oleh pembicara kepada lawan bicara dengan

    tujuan agar lawan bicara mengerti apa yang disampaikan oleh pembicara mengenai

    maksud dan makna kalimat dalam sebuah ujaran atau tertulis. Praanggapan semantik

    merupakan praanggapan yang dapat dilihat dari benar tidaknya suatu kalimat atau

    ujaran mengenai makna atau arti dalam suatu bahasa. Istilah lainnya praanggapan

    semantik adalah pendapat atau keyakinan mengenai makna atau arti dalam suatu

    kalimat atau ujaran. Praanggapan semantik merupakan praanggapan yang

    berhubungan dengan makna kata dan kalimat. Jadi, Praanggapan semantik adalalah

    praanggapan yang berhubungan dengan makna ungkapan atau struktur makna suatu

    wicara.

    2) Praanggapan Pragmatik

    Menurut (Chaniago, 1997: 2.15) praanggapan pragmatik adalah praanggapan

    yang dapat ditarik berdasarkan atas konteks ketika suatu kalimat atau pernyataan itu

    ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014

  • 22

    diucapkan. Konteks tersebut dapat berupa situasi, pembicara, lokasi dan lain-lain.

    Mengenai situasi, pembicara dan lokasi tidak bisa dipisahkan dari praanggapan

    pragmatik. Konteks dapat dianggap sebagai sebab dan alasan terjadinya suatu

    pembicaraan atau dialog. Konteks tidak bisa terlepas dari praanggapan pragmatik

    dikarenakan unsur ini merupakan sesuatu yang akan diuraikan atau dijabarkan dalam

    sebuah analisis yaitu analisis praanggapan pragmatik. Contoh praanggapan pragmatik

    yaitu pada percakapan sebagai berikut :

    Pada suatu waktu datang seorang tamu laki-laki ke rumah Tono. Tono adalah

    seorang direktur suatu perusahaan. Tono pun mempersilakan tamu itu untuk masuk

    dan duduk di ruang tamu. Tamu itu ternyata teman Tono ketika sekolah di SMA. Dia

    bernama Santo yang saat ini belum bekerja. Sambil duduk Santo mengatakan :

    (5) Santo : “Aku merasa lelah sekali karena berjalan kaki terlalu jauh.tidak ada kendaraan.”

    (6) Tono : “(segera ke belakang mengambil air minum dan mempersilakan Santo meneguknya) “Silakan diminum Santo!”

    (7) Santo : “Terima kasih kau tahu benar aku merasa haus.”

    Dari percakapan (5) dapat diketahui bahwa ketika Santo bercerita tentang

    proses sampainya ke rumah Tono, Tono beranggapan bahwa ada sesuatu yang diminta

    oleh Santo dan Santo ingin minum. Selain itu, berdasarkan percakapan (5) dapat

    diketahui praanggapan semantik kalimat tamu “Santo merasa capai dan tidak ada

    kendaraan di jalan.”

    Sedangkan pengertian praanggapan pragmatik menurut peneliti adalah

    merupakan suatu maksud yang ingin disampaikan oleh pembicara kepada lawan

    bicara dengan maksud agar lawan bicara mengerti apa yang disampaikan oleh

    pembicara mengenai suatu hal berdasarkan atas konteks yang ada pada suatu kalimat

    atau ujaran. Konteks adalah sesuatu yang melatarbelakangi suatu pembicaraan dalam

    ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014

  • 23

    praanggapan pragmatik. Oleh karena itu antara konteks dan praanggapan pragmatik

    harus saling melekat dan berhubungan dikarenakan unsur ini merupakan sesuatu yang

    akan diuraikan atau dijabarkan dalam sebuah analisis yaitu analisis praanggapan

    pragmatik.

    c) Macam-Macam Praanggapan

    Soemarno (dalam Chaniago, 1997: 4.21) memberikan contoh beberapa macam

    praanggapan. Beberapa praanggapan tersebut antara lain : Pertama (1) praanggapan

    yang menjelaskan gambaran yang ditentukan. Kedua (2) kata verbal yang

    mengandung kenyataan (faktive). Ketiga (3) kata verbal implikatur. Keempat (4) kata

    verbal yang mengganti keadaan. Kelima (5) pengulangan. Keenam (6) kata waktu.

    Ketujuh (7) kalimat yang ada topik atau fokusnya. Kedelapan (8) kata bandingan.

    Kesembilan (9) apposisi renggang. Kesepuluh (10) konditional yang berlawanan dan

    yang terakhir kesebelas (11) praanggapan pertanyaan.

    1) Praanggapan yang Menyatakan Gambaran yang ditentukan

    Praanggapan yang menyatakan gambaran yang ditentukan merupakan suatu

    praanggapan yang melukiskan, menceritakan, menguraikan, memberi keterangan atau

    penjelasan yang telah ditentukan dalam suatu kalimat atau ujaran. Istilah lain dari

    praanggapan yang menyatakan gambaran yang ditentukan adalah praanggapan yang

    menerangkan, menunjukkan dan memperlihatkan adanya suatu gambaran yang telah

    ditentukan dalam suatu kalimat atau ujaran. Dalam praanggapan yang menyatakan

    gambaran yang ditentukan, suatu peristiwa, kondisi, keadaan atau tindakan itu

    dilukiskan atau dinyatakan melalui suatu gambaran tertentu. Contoh praanggapan

    yang menyatakan gambaran yang ditentukan terdapat dalam kalimat di bawah ini.

    ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014

  • 24

    (8) “Tono (tidak) melihat orang yang berkepala dua”. Pada kalimat (8) yang bergaris bawah tersebut mengandung praanggapan

    yang menyatakan gambaranyang ditentukan yaitu “Ada orang berkepala

    dua.”

    (9) “Anak di belakang rumah itu anak manja. Pada kalimat (9) tersebut mengandung praanggapan yang menyatakan

    gambaran yang ditentukan yaitu “Ada anak di belakang rumah.” Contoh

    tersebut adalah contoh bentuk praanggapan yang didasarkan pada

    gambaran yang sudah ditentukan. Frase yang bergaris bawah tersebut

    memberikan gambaran dari makna kalimat tersebut. Dengan demikian

    praanggapannya dapat digambarkan dari frase tersebut.

    2) Kata Verbal yang Mengandung Kenyataan (Faktive)

    Kata verbal yang mengandung kenyataan (faktive) merupakan kata verba (kata

    kerja) yang menggambarkan proses, perbuatan atau keadaan sesuai dengan fakta atau

    kenyataan yang ada. Jadi dalam praanggapan ini kata verbanya mengandung suatu

    kenyataan yang benar-benar terjadi. Dalam praanggapan ini suatu perbuatan itu telah

    dilakukan sesuai dengan keadaan yang benar-benar nyata. Pembuktian dari

    praanggapan kata verbal yang mengandung kenyataan ini berdasarkan fakta yang

    benar-benar nyata atau terjadi. Sesuatu yang nyata dalam praanggapan ini berarti

    harus ada buktinya. Contoh bentuk praanggapan yang didasarkan pada kata verbal

    yang mengandung kenyataan (factive) yaitu terdapat pada kalimat berikut ini.

    (10) “(Tidak) aneh kalau orang Amerika itu suka durian”. Frasa“tidak aneh” dalam kalimat (10) tersebut mengandung kenyataan bahwa “Orang

    Amerika itu suka durian.”

    (11) “Marta (tidak) menyesal membuang benda itu.” Frasa“tidak menyesal” dalam kalimat (11) tersebut mengandung kenyataan bahwa “Marta

    membuang benda itu.”

    Contoh pada kalimat (10) dan (11) adalah bentuk praanggapan yang

    didasarkan pada kata verbal yang mengandung kenyataan (faktive). Perhatikan

    kata yang digaris bawah, kata kerja tersebut menyatakan suatu kondisi atau

    keadaan.

    ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014

  • 25

    3) Kata Verba Implikatur

    Kata verba merupakan kata kerja. Adapun implikatur merupakan ujaran yang

    menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan. Dengan kata

    lain implikatur merupakan maksud, keinginan atau ungkapan-ungkapan hati yang

    tersembunyi. Dalam implikatur seseorang diharapkan menuruti kehendak penutur.

    Jadi kata verba implikatur merupakan kata verba atau kata kerja yang menyiratkan

    sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan. Dalam kata verbal

    implikatur mengandalkan penalaran karena ujaran, tuturan atau kalimat itu secara

    tersembunyi. Kata verba implikatur juga merupakan kata verba atau kata kerja yang

    terdapat pada suatu kalimat atau ujaran yang telah mengalami proses atau perbuatan

    yang telah dilakukan (telah terjadi). Dalam kata verbal implikatur menggunakan

    predikat berupa kata kerja. Dalam praanggapan kata verbal implikatur ini bersifat

    perintah atau saran agar melakukan sesuatu hal. Kata perintah yang terdapat dalam

    kata verbal ini tidak dinyatakan secara langsung. Oleh karena itu dinamakan kata

    verba implikatur. Contoh praanggapan yang merupakan kata verba implikatur yaitu

    terdapat dalam kalimat di bawah ini.

    (12) “Saya tidak lupa beli buku”. Frasa“tidak lupa” merupakan frasa kerja implikatur dari kalimat (12) tersebut, maka praanggapannya adalah “saya

    harus membeli buku.”

    (13) “Saya berhasil menipu anak itu.” Kata “berhasil” merupakan kata kerja implikatur dari kalimat (13) tersebut, maka praanggapannya yaitu “saya

    menipu anak itu.”

    Contoh pada kalimat (12) dan kalimat (13) adalah bentuk praanggapan yang

    didasarkan pada kata verbal implikatur. Kata “(tidak) lupa” dan kata “berhasil”

    adalah kata kerja implikatur.

    4) Kata Verbal yang Mengganti Keadaan

    Kata verbal yang mengganti keadaan merupakan kata kerja yang telah

    mengalami proses, cara atau perbuatan yang mengganti suatu keadaan. Dalam

    ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014

  • 26

    praanggapan kata verbal ini predikatnya berproses dan berubah sesuai dengan

    keadaan. Dalam kata verbal ini suatu keadaan dapat berubah keadaannya menjadi

    lebih baik. Jadi dalam kata verbal yang mengganti keadaan ini, suatu kalimat atau

    ujaran itu bersifat merubah atau memperbarui. Oleh karena itu dinamakan kata verbal

    yang mengganti keadaan. Contoh praanggapan yang merupakan kata verbal yang

    mengganti keadaan yaitu terdapat dalam kalimat di bawah ini.

    (14) “Dia sudah/belum berhenti membaca surat itu”. Frasa dia sudah/belum berhenti menunjukkan frasa verbal yang

    mengganti keadaan, atau menggambarkan keadaan yang dibentuk dari

    kata verbal. Maka praanggapannya “dia membaca surat itu”.

    (15) “Dia sudah/belum selesai membaca surat itu”. Praanggapannya yaitu “Dia membaca surat itu”.

    Pada kalimat (14) dan kalimat (15) menggambarkan keadaan yang dibentuk

    dari kata verbal.

    5) Kata Verba yang Menyatakan Pengulangan

    Kata verba merupakan kata kerja. Pengulangan berarti proses, cara atau

    perbuatan „mengulang‟. Jadi kata verba yang menyatakan pengulangan merupakan

    kata verba atau kata kerja yang telah mengalami proses pengulangan suatu keadaan,

    kejadian atau peristiwa atau aktivitas yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam kata

    verba yang menyatakan pengulangan ini suatu keadaan atau peristiwa itu akan

    dilakukan lagi, baik itu sekali atau berulang kali. Dalam kata kerja ini bersifat

    mengulang atau berhenti melakukan suatu hal. Contoh praanggapan yang menyatakan

    kata verba pengulangan yaitu terdapat dalam kalimat di bawah ini.

    (16) “Dia kembali berkuasa.” Kata “kembali” pada kalimat (16) tersebut menggambarkan suatu

    aktivitas yang dilakukan atau keadaan yang pernah terjadi.

    Praanggapannya adalah “Dia pernah berkuasa.”

    (17) “Dia (tidak) akan mencuri lagi.” Frasa“(tidak) akan “pada kalimat (17) tersebut menggambarkan suatu

    aktivitas yang dilakukan atau keadaan yang pernah terjadi.

    Praanggapannya adalah “Dia pernah mencuri.”

    ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014

  • 27

    6) Kata Waktu

    Waktu merupakan seluruh rangkaian (saat, ketika), proses perbuatan atau

    keadaan yang sedang berlangsung. Waktu merupakan saat yang tertentu untuk

    melakukan sesuatu. Istilah lainnya dari waktu adalah kesempatan, tempo, peluang atau

    keadaan (hari). Jadi kata waktu merupakan kata yang digunakan dalam suatu kalimat

    atau ujaran yang memiliki suatu rangkaian peristiwa dengan menggunakan kata

    penunjuk waktu (ketika, saat) dalam suatu waktu tertentu. Dengan waktu akan

    menentukan suatu peristiwa yang sedang terjadi atau sedang berlangsung. Jadi

    praanggapan kata waktu merupakan suatu praanggapan yang menggunakan kata

    penunjuk waktu (ketika, saat) dalam kalimat atau suatu ujaran. Contoh praanggapan

    yang menyatakan kata waktu yaitu terdapat dalam kalimat di bawah ini.

    (18) “Aku (tidak) mencuci piring, ketika Ali tidur”. Praanggapan dalam kalimat (18) adalah Ali Tidur.

    (19) “Sejak saya pindah ke Amerika, Amat (tidak) membenci Ibunya.” Praanggapan dalam kalimat (19) adalah “Saya pindah ke Amerika.”

    Contoh pada kalimat (18) dan kalimat (19) menunjukan bentuk

    praanggapan yang menggambarkan keadaan waktu yang ditunjukkan

    pada kata “ketika” dan “sejak.”

    7) Kalimat yang Ada Topik atau Fokusnya

    Topik merupakan pokok pembicaraan atau sesuatu yang menarik khalayak

    (umum). Istilah lain dari topik adalah bahan pembicaraan. Adapun fokus berarti unsur

    yang menonjolkan suatu bagian kalimat sebagai perhatian pendengar atau pembaca

    sehingga tertarik pada bagian itu (yang sedang dibicarakan). Jadi praanggapan yang

    dibangun berdasarkan kalimat yang ada topik atau fokusnya merupakan praanggapan

    yang berisi pokok pembicaraan atau tema yang sedang dibicarakan. Jadi dalam

    praanggapan ini, suatu kalimat atau ujaran itu mempunyai inti sari dari apa yang

    sedang dibicarakan. Dalam praanggapan ini suatu kalimat atau ujaran ini harus dapat

    ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014

  • 28

    menarik perhatian atau pembicaraan. Contoh praanggapan yang dibangun berdasarkan

    kalimat yang mempunyai topik atau fokusnya yaitu terdapat dalam kalimat di bawah

    ini.

    (20) “(Bukan) Ali yang mencuri uang itu.” Praanggapan dalam kalimat (20) adalah “Ada orang yang mencuri

    uang.”

    (21) “Yang menyanyi itu bukan Ali.” Praanggapan dalam kalimat (21) adalah “Ada orang yang menyanyi.”

    (22) “Yang dicuri anak itu (bukan) uang.” Praanggapan dalam kalimat (22) adalah “Anak itu mencuri sesuatu.”

    Kata dan frasa yang bergaris bawah pada kalimat (20), (21) dan (22)

    merupakan kalimat yang ada topik atau fokusnya dari kalimat tersebut. Dari kalimat-

    kalimat tersebut akan menghasilkan praanggapan seperti tersebut di atas.

    8) Kata Bandingan

    Perbandingan berarti perbedaan selisih. Membandingkan berarti menilai antara

    dua pilihan atau lebih agar terlihat bedanya atau mengetahui selisihnya. Jadi kata

    bandingan merupakan kata yang digunakan dalam suatu kalimat atau ujaran yang

    bersifat membandingkan antara dua hal atau lebih yang sifatnya lebih baik. Kata

    bandingan biasanya digunakan untuk menyatakan sesuatu hal yang sifatnya lebih dari.

    Kata yang digunakan untuk membandingkan biasanya menggunakan kata “lebih”.

    Contoh praanggapan yang menyatakan kata bandingan yaitu terdapat dalam kalimat di

    bawah ini.

    (23) “Anak saya (tidak) bisa melompat lebih jauh dari Ali.” Praanggapan dalam kalimat (23) adalah “Ali bisa melompat.”

    (24) “Anak saya (tidak) bisa melompat sejauh Ali.” Praanggapan dalam kalimat (24) adalah “Ali bisa melompat.”

    Kata “sejauh” dan frasa “lebih jauh” pada kalimat (23) dan (24) adalah

    bentuk kata perbandingan. Dari kalimat yang mengandung makna

    perbandingan itu akan menghasilkan praanggapan seperti pada contoh

    tersebut.

    ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014

  • 29

    9) Apposisi Renggang

    Apposisi renggang merupakan kata atau frasa yang dipakai dalam apposisi

    yang dibatasi oleh jeda sebentar dalam ujaran atau oleh koma dalam tulisan. Istilah

    lain dari apposisi adalah ungkapan yang berfungsi menambah keterangan atau

    penjelasan pada ungkapan lain. Istilah lainnya lagi dari apposisi yaitu menggantikan

    atau menerangkan ungkapan lain. Dalam apposisi renggang ini, makna suatu kalimat

    atau ujaran bersifat ambigu. Dalam apposisi renggang diperlukan penalaran agar

    dalam sebuah kalimat itu bisa dimengerti dengan mudah karna sifatnya yang agak

    membingungkan. Contoh praanggapan yang menggambarkan apposisi renggang yaitu

    terdapat dalam kalimat di bawah ini.

    (25) “Paijem, yang saya perkenalkan kepadamu kemarin, (tidak) akan pulang pagi ini”. Praanggapan dalam kalimat (25) adalah “saya memperkenalkan Paijem

    kepadamu kemarin.” (26) “Pencuri itu, yang sedang ditangkap itu, masih muda”.

    Praanggapan dalam kalimat (26) adalah “orang itu ditangkap.” Klausa “yang saya perkenalkan kepadamu kemarin” dan “yang sedang ditangkap itu‟ dalam kalimat (25) dan kalimat (26) merupakan perluasan subjek yang dalam hal ini merupakan apposisi renggangnya.

    10) Konditional yang Berlawanan

    Konditional yang berlawanan merupakan bentuk praanggapan yang maknanya

    berlawanan atau bertentangan dengan makna yang lain. Istilah lainnya dari

    konditional yang berlawanan adalah bentuk verba yang menunjukkan “pengandaian‟.

    Dalam praanggapan ini suatu kalimat atau ujaran akan bersifat bertentangan, bertolak

    belakang dan berbalik arah atau arti. Dalam konditional yang berlawanan ini

    menggunakan kata atau kalimat yang menunjukkan suatu keadaan yang berlawanan.

    Kata yang terdapat dalam praanggapan konditional yang berlawanan mengandung

    unsur “pengandaian”. Misalnya kata jika, namun, kalau atau andaikata, seumpama

    ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014

  • 30

    dan seandainya. Contoh bentuk praanggapan yang dibangun berdasarkan kondisi yang

    berlawanan yaitu terdapat pada kalimat di bawah ini.

    (27) “Kalau/Andaikata anak itu bangun sebelum jam lima dia (tidak) akan terlambat.” Praanggapan dalam kalimat (27) adalah „Anak itu tidak bangun sebelum jam lima.”

    (28) “Kalau/Andaikata anak itu tidak bangun sebelum jam lima dia (tidak) akan melihat pencurian itu.” Praanggapan dalam kalimat (28) adalah “Anak itu bangun sebelum jam lima.” Kata “kalau” atau kata “andaikata” pada contoh kalimat (27) dan kalimat (28) adalah kata yang menunjukan keadaan yang berlawanan. Kata-kata tersebut akan membentuk praanggapan seperti tersebut di atas.

    11) Praanggapan Pertanyaan

    Praanggapan pertanyaan merupakan praanggapan yang berisi tentang suatu

    pertanyaan. Dalam praanggapan pertanyaan ini harus dicari keterangan atau jawaban

    dalam suatu kalimat atau ujaran. Dalam praanggapan ini suatu kalimat atau ujaran

    harus dicari keterangan atau penjelasan dikarenakan praanggapan pertanyaan adalah

    praanggapan yang memerlukan suatu jawaban. Oleh karena itu dalam praanggapan ini

    harus diberikan penjelasan atau keterangan. Kata yang digunakan dalam praanggapan

    pertanyaan ini menggunakan kata tanya dan berakhir dengan tanda tanya (?). Contoh

    bentuk praanggapan yang dibangun berdasarkan bentuk pertanyaan yaitu terdapat

    pada kalimat di bawah ini.

    (29) “Kamu membeli apa di toko itu” Kalimat (29) merupakan kalimat pertanyaan. Dari kalimat pertanyaan (29) akan muncul praanggapannya yaitu “Kamu membeli sesuatu di toko itu.”

    (30) “Mengapa dia membencimu.” Kalimat (30) merupakan kalimat pertanyaan. Dari kalimat pertanyaan (30) akan muncul praanggapannya yaitu “Dia membencimu.”

    2) Konteks Wacana

    Wacana menurut (Mulyana, 2005: 21) adalah wujud atau bentuk bahasa yang

    bersifat komunikatif, interpretatif dan kontekstual. Artinya, pemakaian bahasa ini

    ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014

  • 31

    selalu mengandaikan terjadi secara dialogis, perlu adanya kemampuan

    menginterpretasikan, dan memahami konteks terjadinya wacana. Pemahaman

    terhadap konteks wacana, diperlukan dalam proses menganalisis wacana secara utuh.

    Konteks ialah situasi atau latar terjadinya suatu komunikasi. Konteks dapat dianggap

    sebagai sebab dan alasan terjadinya suatu pembicaraan atau dialog. Segala sesuatu

    yang berhubungan dengan tuturan yang berkaitan dengan arti, maksud, maupun

    informasinya, sangat tergantung pada konteks yang melatarbelakangi peristiwa tuturan

    itu. Menurut Moeliono (dalam Mulyana, 2005: 23) konteks terdiri atas beberapa hal,

    yakni situasi, partisipan, waktu, tempat, adegan, topik, peristiwa, bentuk, amanat,

    kode dan saluran.

    C. Iklan

    1. Pengertian Iklan

    Menurut Depdiknas (2007: 421) iklan merupakan berita pesanan untuk

    mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yang

    ditawarkan. Pengertian lainnya yakni bahwa iklan merupakan pemberitahuan kepada

    khalayak mengenai barang atau jasa yang dijual, dipasang di dalam media masa

    seperti surat kabar dan majalah atau di tempat umum. Iklan menurut Depdiknas (2008:

    572) merupakan advertensi, reklame dan pemberitahuan. Basu Swastha (1999: 245)

    mengemukakan bahwa iklan merupakan suatu alat persuasi (alat untuk membujuk).

    Jadi, seseorang atau lembaga dapat mengadakan periklanan untuk membujuk

    masyarakat agar mau membeli atau mencoba produk yang diiklanklan. Iklan menurut

    Istitut Praktisi Periklanan Inggris (dalam Jefkins, 2007: 5) mendefinisikan istilah iklan

    merupakan pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang diarahkan kepada para

    ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014

  • 32

    calon pembeli yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan

    biaya yang semurah-murahnya. Menurut (Jefkins, 2007: 15) iklan merupakan salah

    satu bentuk khusus komunikasi untuk memenuhi fungsi pemasaran. Menurut (Jefkins,

    2007: 15) mendefinisikan istilah iklan merupakan cara menjual melalui penyebaran

    informasi.

    Dari beberapa uraian mengenai iklan, maka peneliti menyimpulkan bahwa

    iklan merupakan suatu informasi yang sengaja dibuat dengan tujuan untuk

    menginformasikan atau memberitahukan kepada khalayak (masyarakat) tentang

    barang atau jasa yang ditawarkan oleh pengiklan. Tujuan utama dengan adanya iklan

    yaitu agar khalayak (masyarakat) tertarik dengan iklan yang ditawarkan oleh pihak

    pengiklan. Definisi lain iklan merupakan suatu alat yang digunakan untuk

    menyampaikan suatu informasi yang berisi pesan agar pembeli atau khalayak

    (masyarakat) dengan biaya yang paling murah dan agar khalayak (masyarakat) tertarik

    dengan iklan tersebut. Iklan adalah reklame yang artinya iklan tersebut diberitahukan

    kepada umum tentang barang dagangan dengan kata-kata yang menarik berupa

    gambar agar lebih menarik khalayak (masyarakat). Iklan yang dibuat dengan

    menggunakan papan reklame biasanya lebih menarik dan khalayak (masyarakat) lebih

    tertarik dan tergiur karena daya persuasifnya tinggi dibandingkan dengan iklan yang

    lain yang hanya menawarkan barang atau jasa tanpa media.

    2. Jenis-Jenis Iklan

    Secara garis besar, iklan dapat digolongkan menjadi tujuh kategori pokok,

    yakni (a) iklan konsumen (consumer advertising). Iklan konsumen merupakan iklan

    yang umum dibeli masyarakat antara lain barang-barang konsumen, (b) iklan bisnis ke

    ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014

  • 33

    bisnis atau iklan antarbisnis (business-to-business advertising. Iklan ini merupakan

    iklan barang antara yang harus diolah atau menjadi unsur produksi, (c) iklan

    perdagangan (trade advertising). Iklan ini merupakan iklan barang yang sifatnya

    untuk dijual kembali, (d) iklan eceran (retail advertising). Contoh dari iklan eceran

    yakni iklan yang dilancarkan oleh swalayan, (e) iklan keuangan (financial

    advertising), meliputi : iklan-iklan umum di bank, jasa tabungan, asuransi dan

    investasi, (f) iklan langsung (direct response marketing), misalnya : iklan televisi atau

    teleks dan (g) iklan lowongan kerja (recruitment advertising). Iklan ini bertujuan

    merekrut calon pegawai. Dari beberapa jenis iklan tersebut, penelitian ini termasuk

    jenis iklan perdagangan.

    a. Iklan Perdagangan

    1). Iklan Busana

    Iklan perdagangan merupakan iklan yang membeli barang-barang yang

    tujuannya untuk dijual kembali agar dapat memperoleh suatu keuntungan. Contoh ke

    dalam iklan perdagangan kali ini adalah iklan busana wanita. Busana terutama busana

    wanita adalah bagian dari kebutuhan pokok hidup manusia. Dari waktu ke waktu

    tingkat kebutuhan dan kepentingan semakin beragam yang otomatis membutuhkan

    tampilan jenis busana, model busana, kelengkapan busana yang selalu berkembang

    seiring dengan kemajuan zaman. Iklan busana terutama busana wanita tergolong ke

    dalam iklan perdagangan karena busana merupakan barang hasil produksi dari suatu

    konveksi yang tujuannya tidak lain ialah untuk dijual kembali. Oleh karena itu, iklan

    busana wanita tergolong ke dalam iklan perdagangan.

    ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014

  • 34

    2). Iklan Tabloid

    Secara umum pembagian iklan berdasarkan media yang digunakan terbagi dua

    yaitu iklan above the line dan iklan below the line. Iklan media above the line adalah

    media yang bersifat massa. Massa yang dimaksud adalah bahwa khalayak sasaran

    berjumlah besar dan menerpa pesan iklan secara serempak. Media yang termasuk

    kategori above the line yaitu: surat kabar, majalah, tabloid, televisi, film, radio, dan

    internet. Iklan below the line adalah iklan yang menggunakan media khusus. Yang

    termasuk media-media below the line adalah: leaflet, poster, spanduk, baliho, bus

    panel, bus stop, point of purchase (POP), sticker, shop sign, flayers, display, dan lain-

    lain. Selain berdasarkan kategori umum, iklan juga dibagi dalam kategori khusus

    berdasarkan jenis media yang dipakai. Iklan ini disebut juga iklan cetak. Iklan Cetak

    yaitu iklan yang dibuat dan dipasang dengan menggunakan teknik cetak, baik cetak

    dengan teknologi sederhana maupun teknologi tinggi. Beberapa bentuk iklan cetak

    yaitu: iklan cetak surat kabar, ikaln cetak baliho, iklan cetak poster, iklan spanduk,

    dan lain-lain.

    Wacana busana wanita tergolong juga ke dalam iklan perdagangan. Selain

    iklan perdagangan, ada juga istilah pers perdagangan. Istilah pers perdagangan

    kadang-kadang dipakai sekenanya sehingga seringkali menyamaratakan segala jenis

    terbitan non konsumen. Artinya bahwa pers perdagangan itu mengacu kepada jenis

    terbitan yang meliputi surat kabar, majalah dan tabloid. Yang tergolong ke dalam pers

    perdagangan misalanya iklan yang terdapat dalam tabloid khususnya dalam hal ini

    adalah tabloid Wanita Indonesia yang berisi tentang wacana iklan busana wanita.

    a) Pengertian Tabloid

    Menurut Depdiknas (2008: 1581) tabloid merupakan surat kabar ukuran kecil

    (setengah dari ukuran surat kabar biasa) yang banyak memuat berita secara singkat,

    ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014

  • 35

    padat dan bergambar, mudah dibaca umum. Salah satu pakar komunikasi (Effendi,

    2007: 145) menyebutkan pers dalam pengertian sempit adalah media massa cetak.

    Seperti, surat kabar, majalah mingguan, tabloid dan buletin kantor berita. Berarti

    tabloid merupakan salah satu alat komunikasi massa dalam media cetak. Menurut

    Effendy (dalam Bild Zeitung, 2010) menyatakan ciri-ciri surat kabar yang diantaranya

    secara tidak langsung menyebutkan ciri dari tabloid. Penerbitan yang sifatnya khusus

    selain surat kabar misalnya tabloid politik dan agama. Adapun tabloid menurut

    Juanaedhie (Ensiklopedi Pers Indonesia) merupakan surat kabar yang terbit dengan

    ukuran setengah dari ukuran surat kabar biasa. Tabloid di Indonesia lebih di artikan

    pada pengertian ukuran dan format, bukan dalam pengertian pers barat. Sejak tahun

    1940-an, banyak surat kabar di Indonesia terbit dalam ukuran tabloid.

    http://deniborin.blogdetik.com/2010/05/30/telaah-tabloid/

    Menurut peneliti dapat diambil kesimpulannya bahwa pengertian tabloid

    merupakan suatu alat komunikasi masa yang memuat berita (secara singkat, padat)

    dan bergambar mempunyai ukuran dan format lebih kecil dari surat kabar biasa.

    Tabloid banyak menyajikan informasi atau berita dengan tampilan gambar. Bahasa

    yang digunakan juga singkat, padat, jelas dan menarik. Oleh karena itu, masyarakat

    tertarik untuk membaca. Tabloid merupakan salah satu media masa cetak. Ciri-ciri

    dari tabloid adalah penerbitannya bersifat khusus, 1x dalam seminggu. Dalam tabloid

    biasanya terdapat bermacam-macam informasi atau berita yang disajikan. Informasi

    yang menarik dalam tabloid ini salah satunya mengenai iklan.

    b) Jenis Tabloid

    1). Tabloid Wanita Indonesia

    Tabloid Wanita Indonesia merupakan tabloid yang banyak mendominasi sisi

    masalah wanita. Salah satunya yakni mengenai busana. Busana pada hakikatnya tidak

    ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014

  • 36

    akan terlepas dari kehidupan manusia. Busana menjadi salah satu kebutuhan pokok

    manusia. Sehubungan dengan busana ini, pada tabloid Wanita Indonesia banyak

    mengupas tentang mode dan gaya wanita di Indonesia salah satunya mengenai busana.

    Di dalam tabloid Wanita Indonesia ini banyak ditemukan iklan busana wanita.

    Tabloid Wanita Indonesia terbit 1x dalam seminggu.

    3. Tujuan Iklan

    Tujuan iklan yang terutama adalah menjual atau meningkatkan penjualan

    barang, jasa atau ide. Adanya kegiatan periklanan sering mengakibatkan terjadinya

    penjualan dengan segera, meskipun banyak juga penjualan yang baru terjadi pada

    waktu mendatang. Dari segi lain, tujuan periklanan yang riil adalah mengadakan

    komunikasi secara efektif. Yang menjadi sasaran dalam periklanan adalah masyarakat.

    Masyarakat sebagai penerima berita atau iklan sering dapat terpengaruh dan ingin

    merubah sikap atau tingkah laku mereka. Tujuan iklan yang lain adalah untuk

    mempengaruhi masyarakat agar tertarik dengan sesuatu yang diiklankan.

    D. Edisi Mingguan

    Edisi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 283) merupakan bentuk

    buku yang diterbitkan (buku, saku) atau keluaran (buku, surat kabar, majalah, kamus

    dan sebagainya yang diterbitkan) dari macam yang sama dan dalam waktu yang sama

    pula (pertama Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan Poerwadarminta). Pengertian

    edisi yang lain merupakan sas versi karya sastra yang diterbitkan pada waktu dan

    tempat tertentu. Mingguan berarti tiap minggu atau sekali seminggu. Jadi dapat

    disimpulkan bahwa edisi mingguan berarti buku, surat kabar atau majalah yang

    penerbitannya sekali dalam seminggu atau tiap minggu. Oleh karena itu dalam edisi

    mingguan menyajikan informasi terbaru dan terkini.

    ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014

  • 37

    Bagan 1. Kerangka Pikir 37

    Iklan

    Perdagangan

    Iklan

    Busana

    Iklan Tabloid

    Pengertian

    Tabloid

    Jenis

    Tabloid

    Tabloid Wanita

    Indonesia

    Edisi Mingguan

    Analisis Praanggapan Wacana Iklan

    Wacana

    Pengertian

    Wacana Unsur-Unsur

    Wacana

    Unsur-Unsur

    Internal Wacana

    Unsur-Unsur

    Eksternal Wacana

    Kata dan

    Kalimat

    Teks dan

    Konteks

    Praanggapan Konteks Wacana

    Pengertian

    Praanggapan

    Bentuk

    Praanggapan

    Macam

    Praanggapan

    Praanggapan

    Semantik

    Praanggapan

    Pragmatik

    Iklan

    Pengertian Iklan Jenis Iklan Tujuan Iklan

    Analisis Praangapan Wacana Iklan

    Tabloid

    1. Praanggapan yang Menyatakan gambaran

    yang ditentukan.

    2. Kata Verbal yang Mengandung

    kenyataan (Faktive).

    3. Kata Verbal Implikatur.

    4. Kata verbal yang mengganti keadaan.

    5. Kata verba yang menyatakan

    pengulangan.

    6. Kata Waktu.

    7. Kalimat yang ada Topik atau Fokusnya.

    8. Konditional yang berlawanan.

    9. Praangapan Pertanyaan.

    ANALISIS PRAANGGAPAN WACANA...,ERI ASTUTI, PBSI FKIP, UMP 2014