bab ii kajian pustaka a. media pembelajaran 1. definisi...

18
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan tentang kajian teori yang dapat dijadikan sebagai pendukung dalam penelitian pengembangan ini. Selain kajian teori peneliti juga memaparkan kajian penelitian yang relevan dan kerangka berfikir. A. Media Pembelajaran 1. Definisi dan Kegunaan Media Belajar Sadiman, dkk (2009: 6) mengungkapkan kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secarah harfiah berarti perantara atau pengantar. Sementara itu menurut Gagne dalam Sadiman (2009: 6) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Menurut Sadiman, dkk (2009: 7) media belajar adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan perhatian minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga peroses belajar terjadi. Senada dengan hal tersebut Mahnun (2012: 27) dalam Jurnal Pemikiran Islam mengungkapkan media belajar atau pengajaran merupakan salah satu pendukung yang efektif dalam membantu terjadinya proses belajar Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa media belajar adalah keseluruhan komponen yang dapat digunakan sebagai alat bantu menyampaikan informasi sehingga terjadi proses interaksi yang efektif dan efisien antara guru dan

Upload: phungngoc

Post on 05-Mar-2019

245 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran 1. Definisi ...eprints.umm.ac.id/35609/3/jiptummpp-gdl-bayuanugro-49416-3-babii.pdf · Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia buku saku adalah

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini akan diuraikan tentang kajian teori yang dapat dijadikan sebagai

pendukung dalam penelitian pengembangan ini. Selain kajian teori peneliti juga

memaparkan kajian penelitian yang relevan dan kerangka berfikir.

A. Media Pembelajaran

1. Definisi dan Kegunaan Media Belajar

Sadiman, dkk (2009: 6) mengungkapkan kata media berasal dari bahasa

Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secarah harfiah berarti

perantara atau pengantar. Sementara itu menurut Gagne dalam Sadiman (2009: 6)

menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa

yang dapat merangsangnya untuk belajar.

Menurut Sadiman, dkk (2009: 7) media belajar adalah segala sesuatu yang

dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga

dapat merangsang pikiran, perasaan perhatian minat serta perhatian siswa

sedemikian rupa sehingga peroses belajar terjadi. Senada dengan hal tersebut

Mahnun (2012: 27) dalam Jurnal Pemikiran Islam mengungkapkan media belajar

atau pengajaran merupakan salah satu pendukung yang efektif dalam membantu

terjadinya proses belajar

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa media belajar adalah

keseluruhan komponen yang dapat digunakan sebagai alat bantu menyampaikan

informasi sehingga terjadi proses interaksi yang efektif dan efisien antara guru dan

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran 1. Definisi ...eprints.umm.ac.id/35609/3/jiptummpp-gdl-bayuanugro-49416-3-babii.pdf · Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia buku saku adalah

9

peserta didik dalam pembelajaran. Dengan demikian penggunaan media dalam

pembelajaran merupakan sebuah kebutuhan yang tidak dapat diabaikan.

Menurut Danim dalam Mahnun (2012: 27) bahwa hasil penelitian telah

banyak membuktikan efektivitas penggunaan alat bantu atau media dalam proses

belajar-mengajar di kelas, terutama dalam hal peningkatan prestasi siswa. Senada

dengan hal tersebut Sadiman (2009: 17) mengungkapkan kegunaan media secara

tepat dan bervariasi dapat memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu

verbalistis dan dapat mengatasi sikap pasif peserta didik.

2. Pemilihan Media

Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus

disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Jenis

media pembelajaran sangat beragam, namun secara garis besar dapat dikelompokan

menjadi tiga yaitu media cetak, media audio-visual dan media proyeksi. Setiap

media pembelajaran tentu memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan yang

berbeda. Namun masing-masing jenis media belajar harus dapat meningkatkan

perkembangan belajar siswa secara individual maupun kelompok. Pendapat ini

diperkuat oleh Supriatna (2009: 72) menyatakan bahwa media pembelajaran dapat

dikelompokan ke dalam empat kelompok, yaitu: (1) media hasil teknologi cetak,

(2) media hasil teknologi audio-visual (3) media teknologi audiovisual, (4) media

hasil gabungan teknologi cetak dan computer.

Anderson dalam Sadiman (2009: 89-90) menyatakan bahwa pemilihan

media terdiri dari beberapa prosedur yaitu (1) Pesan yang disampaikan bersifat

media sebagai hiburan atau pesan instruksional, (2) fungsi media sebagai sarana

belajar (media) atau sarana mengajar (peraga), (3) menentukan strategi belajar yaitu

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran 1. Definisi ...eprints.umm.ac.id/35609/3/jiptummpp-gdl-bayuanugro-49416-3-babii.pdf · Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia buku saku adalah

10

akan memberikan pengalaman belajar sikap, pskimotorik atau kognitif, (4)

Menentukan media yang dipilih, (5) Mempertimbangkan kemudahan diperolehnya,

keluwesan pemakaiannya dan lain-lain. Dalam hal ini peneliti menggunakan

diagaram dan tabel prosedur pemilihan media menurut Anderson dalam Sadiman

(2009: 90 dan 95).

Gambar 2.1 Diagram Prosedur Pemilihan Media (Anderson dalam Sadiman 2009 : 90)

Tabel 2.1 Kelompok Media (Anderson dalam Sadiman 2009)

KELOMPOK MEDIA MEDIA INTRUKSIONAL I. Audio - Pita audio (rol atau kaset)

- Piringan audio - Radio rekaman siaran

II. Cetak - Buku teks terprogram - Buku pegangan manual - Buku tugas

III. Audio-Cetak - Buku latihan dilengkapi kaset atau pita audio - Pita gambar bahan (dilengkapi) dengan suara

pita audio IV. Proyek visual diam - Film bingkai (slide)

- Film rangkai (berisi pesan verbal) V. Proyeksi visual diam dengan audio - Film bingkai (slide) suara

- Film rangkai suara

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran 1. Definisi ...eprints.umm.ac.id/35609/3/jiptummpp-gdl-bayuanugro-49416-3-babii.pdf · Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia buku saku adalah

11

VI. Visual Gerak - Film bisu dengan judul (caption) VII. Visual gerak dengan audio - Film suara

- Video VIII. Benda - Benda nyata

- Benda tiruan IX. Manusia dan sumber lingkungan X. Komputer - Program intruksional komputer

Dari beberapa pertimbangan pemilihan media di atas maka peneliti memilih

kelompok media II yaitu buku pegangan/manual yang akan dikembangkan dalam

media buku saku agar lebih efisien, mudah dipahami dan praktis.

B. Buku Saku

Merujuk pada Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 2 tahun 2008 pasal 6

yang menyatakan bahwa:

Pasal 1) Buku teks digunakan sebagai acuan wajib oleh pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Pasal 2) Selain buku teks sebagaimana dimaksud adalah pendidik dapat menggunakan buku panduan pendidik, buku pengayaan, dan buku referensi dalam proses pembelajaran. Pasal 3) Untuk menambah pengetahuan dan wawasan peserta didik, pendidik dapat menganjurkan peserta didik untuk membaca buku pengayaan dan buku referensi.

Berdasarkan uraian di atas bermaksud untuk mengembangkan sumber

belajar alternatif untuk para pendidik dan peserta didik. Sumber belajar yang

dikembangkan melalui penelitian ini adalah buku saku yang berjudul “Buku Saku

Tembang Dolanan” yang merupakan buku saku untuk pembelajaran Seni Budaya

dan Keterampilan yang berisikan Tembang Dolanan, tafsir maknanya serta gambar

ilustrasi yang menarik.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia buku saku adalah buku berukuran

kecil yang mudah dibawa dan dapat dimasukkan ke dalam saku. Sependapat dengan

hal tersebut, www.artikata.com buku saku juga bisa diartikan buku dengan

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran 1. Definisi ...eprints.umm.ac.id/35609/3/jiptummpp-gdl-bayuanugro-49416-3-babii.pdf · Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia buku saku adalah

12

ukurannya yang kecil, ringan, dan bisa disimpan di saku. Sehingga praktis untuk

dibawa kemana mana, dan kapan saja.

Dari beberapa pengertian tersebut, buku saku adalah suatu buku yang

berukuran kecil yang mana berisi informasi, sumber belajar alternatif yang dapat

disimpan di saku sehingga mudah dibawa kemana-mana.

C. Tembang Dolanan

1. Tembang

Sebelum membicarakan Tembang Dolanan, terlebih dahulu akan

disampaikan tentang definisi dan bentuk tembang. Kartiman (t.t) memaparkan

definisi tentang tembang dalam artikelnya tembang dapat diartikan sebagai sekar

atau kembang. Jadi orang yang membawakan sebuah tembang disebut nembang

atau nyekar. Tembang dapat juga disebut tabuh gitik, pupuh, laguning tembung.

Kemudian tembang disimpulkan menjadi olah suara dengan menggunakan media

suara manusia. Prawiroatmojo juga mengungkapkan dalam jurnal Muljono (2012:

102) tentang definisi tembang yaitu:

Tembang artinya “syair, nyanyian, puisi”. Lebih lengkap diuraikan dalam Ngengrengan Kasusastran Djawa II, adalah: Reriptan utawa dhapukaning basa mawa paugeran tartamtu (gumathok) kang pamacane (olehe ngucapake) kudu dilagokake nganggo kagunan swara. Maksudnya kurang lebih: Ciptaan (buah pikiran) atau susunan bahasa dengan aturan-aturan baku (gumathok) yang cara membacanya harus dilagukan dengan menggunakan keindahan suara yang dimiliki. Tembang Jawa menurut Kartiman (t.t) khususnya untuk daerah Surakarta

dan Yogyakarta dibagi menjadi beberapa bentuk, antara lain: (1) Sekar Ageng yang

merupakan salah satu bentuk sastra pada jaman kuno. (2) Sekar Tengahan dimana

yang muncul pada jaman Majapahit, bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa

Tengahan. (3) Tembang macapat, bentuk ini muncul setelah adanya tembang

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran 1. Definisi ...eprints.umm.ac.id/35609/3/jiptummpp-gdl-bayuanugro-49416-3-babii.pdf · Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia buku saku adalah

13

tengahan. (4) Sekar Dolanan, lagu yang sering dibawakan oleh anak-anak, bisa

disajikan menggunakan tari, dan diiringi gamelan. Lagu dolanan antara lain

berkarakter gembira, riang, komunikatif. (5) Sekar Gending, bentuk ini dibuat

menjadi sebuah gending. Dalam pembuatannya mengacu pada lagu pokok dari

lagu yang bersangkutan. (6) Sindhenan, bentuk ini yakni vokal tunggal yang

bersifat metris, awal dan berakhirnya tidak terlalu terikat oleh ketukan gending.

(7) Gerongan, merupakan vokal bersama (koor) bersifat ritmis, awal dan

berakhirnya terikat oleh ketukan gending. (8) Bawa, yaitu sajian vokal tunggal

untuk mengawali sebuah gending disajikan. Jenis bawa ada 2, yaitu bawa gawan

gending dan bawa srambahan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan tembang merupakan lirik/sajak buah

ciptaan yang dilagukan dengan hamonisasi suara aturan-aturan yang baku. Pada

kali ini peneliti akan memaparkan definisi, fungsi dan manfaat atu nilai sekar atau

Tembang Dolanan secara khusus.

2. Definisi Tembang Dolanan

Tembang diajarkan baik melalui jalur pendidikan formal maupun

pendidikan non- formal. Dari beberapa bentuk tembang Jawa yang disebutkan, ada

yang disebut dengan Tembang Dolanan. Menurut Purwadi dan Waryanti (2015)

dalam kata pengantarnya: Tembang Dolanan merupakan sajian lagu tradisional

yang mengandung unsur permainan dan pembelajaran. Unsur permainan dalam

Tembang Dolanan itu berwujud kata-kata yang mudah untuk diingat dan indah

untuk didengar. Unsur pembelajaran dalam Tembang Dolanan dipilih kata-kata

yang mengandung nilai luhur. Lagu-lagunya berisi ajaran untuk rajin belajar

berbakti pada orang tua, guyub, rukun dan menjaga lingkungan sekitar. Tembang

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran 1. Definisi ...eprints.umm.ac.id/35609/3/jiptummpp-gdl-bayuanugro-49416-3-babii.pdf · Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia buku saku adalah

14

Dolanan bisa menjadi sarana untuk melakukan learning by playing, belajar sambil

bermain.

Terkait dengan hal tersebut Yunita mengungkapkan (2014: 472) dalam

jurnal penelitiannya mengungkapkan Tembang Dolanan Jawa adalah tembang yang

liriknya indah dan isinya berfungsi sebagai nasihat, petuah, dan nilai pendidikan

karakter yang baik bagi anak-anak. Jadi menurut paparan dari beberapa ahli di atas

dapat disimpulkan bahwa Tembang Dolanan merupakan kekayaan budaya leluhur

berupa lirik yang dilakukan dalam bentuk sederhana sebagai sarana permainan,

nasihat, dan internalisasi nilai-nilai ajaran yang luhur. Tembang Dolanan, seperti

juga lagu pada umumnya, hadir di dalam masyarakat sebagai hasil dari sebuah

ciptaan. Untuk bisa diterima oleh masyarakat lingkungannya, penciptaan tembang

harus mempertimbangkan berbagai hal, di antaranya memahami berbagai faktor

sosial sekitar.

3. Fungsi dan Nilai pada Tembang Dolanan

Tembang atau musik merupakan sebuah elemen yang penting dalam

kehidupan manusia. Tembang memegang peranan penting dalam beberapa fungsi

yang mendasar. Salah satunya dari penelitian Winarti (2010: 3) yang mengkaji

bahasa pada Tembang Dolanan memiliki berbagai fungsi antara lain: (1) Fungsi

Regulatoris, dimana dalam lagu dolanan ditandai dengan adanya bentuk

kebahasaan yang berupa afiksasi dan adanya kata perintah yang bermakna

menyuruh orang lain. Fungsi ini terkait dengan perintah maupun larangan untuk

melakukan tindakan tertentu. (2) Fungsi Interaksi, yaitu bentuk sapaan atau bentuk-

bentuk pertanyaan yang bersifat interaktif antara penutur dengan petutur. (3) Fungsi

Personal, dimana pada liriknya menceritakan tentang diri anak-anak itu sendiri. (4)

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran 1. Definisi ...eprints.umm.ac.id/35609/3/jiptummpp-gdl-bayuanugro-49416-3-babii.pdf · Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia buku saku adalah

15

Fungsi Heuristik, merupakan fungsi penggunaan bahasa untuk memperoleh ilmu

pengetahuan, mempelajari lingkungan dan bersifat mendidik. (5) Fungsi Imajinatif,

fungsi ini menggunakan bahasa untuk menciptakan gagasan-gagasan yang bersifat

khayal atau imajinasi. (6) Fungsi Informatif, adalah penggunaan bahasa untuk

meng-informasikan sesuatu, memberikan pernyataan-pernyataan atau menjelaskan

sesuatu kepada orang lain. (7) Fungsi Puitik, dalam lagu dolanan banyak sekali

ditemukan adanya unsur keindahan pengguna bahasa. Unsur-unsur keindahan

bahasa tersebut antara lain berupa persamaan bunyi pada setiap baris lirik lagu dan

penggunaan gaya bahasa atau lebih dikenal dengan majas.

Dari penilitian Winarti (2010: 3) di atas yang mengkaji dalam sudut pandang

fungsi bahasa, Tembang Dolanan cukup kompleks jika di implementasikan pada

pendidikan karakter sehari-hari. Selain itu Tembang Dolanan juga mengandung

nilai-nilai positif yang terkandung dalam lirik-lirik lagunya. Pada artikel hasil

penelitian Tsalis, dkk (2013: 5) Tembang Dolanan pada masyarakat Osing

Banyuwangi mendeskripsikan empat nilai yang terkandung dalam Tembang

Dolanan diantaranya:

a. Nilai Tanggung Jawab Nilai tanggung jawab dalam Tembang Dolanan memiliki peran penting dalam perkembangan karakter anak. Melalui Tembang Dolanan tersebut anak diajarkan berani menerima kekalahan. Kekalahan biasanya akan diwujudkan sebagai sebuah hukuman dan anak yang kalah harus mau dihukum sebagai wujud tanggung jawabnya dalam sebuah permainan.

b. Nilai Percaya Diri dalam Bergaul Tembang Dolanan mengandung nilai percaya diri dalam bergaul. Kepercayaan diri dan keberanian dibutuhkan oleh seorang anak dalam setiap permainan. Kepercayaan diri dan keberanian dalam bergaul seorang anak akan diuji ketika memainkan permaianan.

c. Nilai Gotong Royong Tembang Dolanan mengandung nilai gotong royong

d. Nilai Menghargai Hak Asasi Manusia dan Perlindungan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran 1. Definisi ...eprints.umm.ac.id/35609/3/jiptummpp-gdl-bayuanugro-49416-3-babii.pdf · Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia buku saku adalah

16

Tembang Dolanan Poh-Pohan merupakan Tembang Dolanan yang berbentuk dialog. Budaya perlindungan anak terdapat dalam dialog tersebut dimana salah satu peserta permainan berperan sebagai seorang Ibu yang melindungi anaknya dari kejaran pemain lain yang berperan sebagai musuh. Ibu tersebut melindungi anaknya karena pemain yang berperan sebagai musuh hendak mengambil anaknya.

Dari paparan di atas tentang fungsi dan nilai pada Tembang Dolanan

sangat bervariatif. Ada berbagai fungsi dari Tembang Dolanan yang tepat

guna jika diterapkan pada pendidikan karakter untuk anak-anak. Selain itu,

makna yang ditawarkan lewat Tembang Dolanan dapat bermanfaat bagi

kehidupan, baik makna yang disampaikan secara tersurat maupun tersirat,

yang pada umumnya terkait dengan kondisi masyarakat dan lingkungan

sewaktu tembang itu diciptakan.

D. Pendidikan Karakter

1. Definisi Pendidikan

Sebelum berbicara mengenai apa itu pendidikan karakter, terlebih dahulu

akan dilihat definisi dari pendidikan itu sendiri. Ada berbagai pengertian

pendidikan yang diungkapkan oleh sejumlah pakar pendidikan. Ki Hadjar

Dewantara, telah menjelaskan bahwa “Pendidikan adalah daya upaya untuk

memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek)

dan tubuh anak. Bagian-bagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita dapat

memajukan kesempurnaan hidup anak-anak kita” (Kemendikbud, 2017: 4).

Merujuk pada undang-undang Sisdiknas No.20 tahun 2003 pendidikan

merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mampu mengembangkan potensi yang ada didalam dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian yang baik, pengendalian diri, berakhlak

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran 1. Definisi ...eprints.umm.ac.id/35609/3/jiptummpp-gdl-bayuanugro-49416-3-babii.pdf · Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia buku saku adalah

17

mulia, kecerdasan, dan keterampilan yang diperlukan oleh dirinya dan masyarakat.

Dalam konteks ini, makna pendidikan adalah menanamkan nilai-nilai tertentu ke

dalam kepribadian anak didik atau siswa.

2. Definisi Karakter

Menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2010: 3) Karakter adalah

watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil

internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai

landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Sehubungan

dengan itu karakter menurut Tadkiratun Musfiroh (2008:27) “Karakter mengacu

pada serangkaian sikap perilaku (behavior), motivasi (motivations), dan

ketrampilan (skills), meliputi keinginan untuk melakukan hal yang terbaik”.

Dari pemaparan di atas tampak bahwa pengertian karakter yakni terkait

dengan nilai-nilai yang diyakini seseorang dan selanjutnya diterapkan dalam

hubungannya dengan tanggung jawab sosial.

3. Pendidikan Karakter

Menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2010:4) pendidikan karakter

dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan dan karakter bangsa pada diri

peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya,

menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota

masyarakat, dan warganegara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif.

Definisi program pendidikan karakter menurut Mendikbud ialah program

pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi olah

hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan dukungan pelibatan publik dan kerja

sama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat yang merupakan bagian dari

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran 1. Definisi ...eprints.umm.ac.id/35609/3/jiptummpp-gdl-bayuanugro-49416-3-babii.pdf · Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia buku saku adalah

18

Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM). Gerakan pendidikan karakter

menempatkan nilai-nilai karakter sebagai tujuan pendidikan yang membudayakan

dan memberadabkan para pelaku pendidikan. Ada lima nilai utama karakter yang

perlu dikembangkan sebagai prioritas gerakan pendidikan karakter. Kelima nilai

utama karakter bangsa yang dimaksud adalah sebagai berikut: (1) Religius, (2)

Nasionalis, (3) Mandiri, (4) Gotong Royong, dan (5) integritas.

Dari paparan di atas pendidikan karakter diartikan sebagai segala upaya

yang dilakukan guru untuk mengembangkan karakter peserta didik. Guru

membantu mengembangkan nilai-nilai yang terkandung dalam konsep berbangsa

secara sederhana dan esensial. Dalam gerakan pengutan pendidikan karakter di

sekolah, semua komponen harus dilibatkan.

4. Dasar Pendidikan Karakter

Mengenai kegiatan pendidikan karakter, komitmen nasional tentang

perlunya pendidikan karakter tertuang pada UU Nomor 20 Tahun 2003 bab II Pasal

3 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang dengan tegas menyatakan

bahwa “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Senada dengan hal tersebut pendidikan karakter merupakan kelanjutan dan

kesinambungan dari Gerakan Nasional Pendidikan Karakter Bangsa Tahun 2010

juga merupakan bagian integral Nawacita. Dalam hal ini butir 8 Nawacita: Revolusi

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran 1. Definisi ...eprints.umm.ac.id/35609/3/jiptummpp-gdl-bayuanugro-49416-3-babii.pdf · Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia buku saku adalah

19

Karakter Bangsa dan Gerakan 8 Revolusi Mental dalam pendidikan yang hendak

mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk mengadakan perubahan

paradigma yaitu perubahan pola pikir dan cara bertindak, dalam mengelola sekolah

(Kemendikbud, 2017: 5).

5. Tujuan Pendidikan Karakter

Analisis yang dilakukan oleh Pusat Pengkajian Pedagogia (Dharma

Kesuma, 2011: 6) dapat dijadikan sebagai salah satu tinjauan tentang tujuan

pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional tidak boleh melupakan landasan

konseptual filosofi pendidikan yang membebaskan dan mampu menyiapkan

generasi masa depan untuk dapat bertahan hidup (survive) dan berhasil menghadapi

tantangan-tantangan zaman.

Pendidikan nasional seharusnya mengembangan berbagai karakter agar

menjadi manusia Indonesia yang seutuhnya, sehingga pendidikan karakter bukan

pendidikan akademik semata. Sependapat dengan hal itu, Sunaryo Kartadinata

(Dharma Kesuma, 2011: 8) menyatakan bahwa ukuran keberhasilan pendidikan

yang berhenti pada angka ujian, seperti halnya Ujian Nasional, adalah kemunduran.

Dengan demikian pembelajaran akan menjadi sebuah proses menguasai

keterampilan dan mengakumulasi pengetahuan.

Senada dengan hal itu, Dharma Kesuma (2011: 9) juga mengungkapkan

bahwa tujuan pendidikan karakter dalam seting sekolah antara lain adalah: (1)

Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan

perlu sehingga menjadi kepribadian atau kepemilikan peserta didik yang khas

sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan. (2) Mengoreksi perilaku peserta didik

yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah. (3)

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran 1. Definisi ...eprints.umm.ac.id/35609/3/jiptummpp-gdl-bayuanugro-49416-3-babii.pdf · Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia buku saku adalah

20

Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam

memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.

Tujuan utama pendidikan karakter adalah memfasilitasi penguatan dan

pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik

ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah (setelah lulus dari sekolah).

Pendidikan Karakter dalam buku Konsep dan Pedoman: Penguatan Pendidikan

Karakter memiliki tujuan sebagai berikut:

a. Mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan makna dan nilai karakter sebagai jiwa atau generator utama penyelenggaraan pendidikan.

b. Membangun dan membekali Generasi Emas Indonesia 2045 menghadapi dinamika perubahan di masa depan dengan keterampilan abad 21.

c. Mengembalikan pendidikan karakter sebagai ruh dan fondasi pendidikan melalui harmonisasi olah hati (etik dan spiritual), olahrasa (estetik), olah pikir (literasi dan numerasi), dan olah raga (kinestetik).

d. Merevitalisasi dan memperkuat kapasitas ekosistem pendidikan (kepala sekolah, guru, siswa, pengawas, dan komite sekolah) untuk mendukung perluasan implementasi pendidikan karakter.

e. Membangun jejaring pelibatan masyarakat (publik) sebagai sumber-sumber belajar di dalam dan di luar sekolah.

f. Melestarikan kebudayaan dan jati diri bangsa Indonesia dalam mendukung Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).

Jadi dapat disimpilkan bahwa tujuan pendidikan karakter di sekolah

bukanlah mengecat warna kepribadian kepada anak, tapi merupakan proses

interaksi alamiah yang didasarkan pada nilai-nilai kebenaran. Tujuan pendidikan

karakter ialah sebagai sebuah proses yang membawa peserta didik untuk

memahami dan merefleksi bagaimana suatu nilai begitu penting untuk diwujudkan

dalam perilaku keseharian manusia.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran 1. Definisi ...eprints.umm.ac.id/35609/3/jiptummpp-gdl-bayuanugro-49416-3-babii.pdf · Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia buku saku adalah

21

E. Karakteristik Peserta didik

Perkembangan individu berlangsung sepanjang hayat, dimulai sejak masa

pertemuan sel ayah dengan ibu dan berakhir pada saat kematiannya. Perkembangan

individu ini bersifat dinamis, perubahannya kadang-kadang lambat tetapi bisa juga

cepat, hanya berkenaan dengan salah satu aspek ataupun beberapaaspek

perkembangan. Perkembangan tiap individu juga tidak selalu seragam, seorang

berbeda dengan yang lainnya.

Sehubungan dengan hal tersebut menurut Danim (2010: 30) perkembangan

peserta didik mengikuti alur perkembangan manusia pada umumnya. Perbedaanya,

mereka menerima sentuhan lebih dibandingkan dengan yang tidak meniti bangku

sekolah. Karena itu, peserta didik memerlukan pengembangan sesuai dengan

keterampilan, sikap, perilaku, pengetahuan, dan nilai-nilai pribadi anggota

masyarakat. Dalam makna luas, perkembangan peserta didik mencakup 5 ranah,

yaitu sebagai berkut:

a. Perkembangan fisik, dimana lajunya relatif sesui dengan faktor genetis, menu makanan, pelatihan yang diperoleh, kebiasaan hidup, dan kondisi lingkungan.

b. Perkembangan sosial, dimana anak dapat berkembng sesuai dengan bantuan masyarakat.

c. Perkembangan mental, dimana peserta didik tumbuh makin bermental stabil, arif, dewasa, dan bijaksana. Sebagai bagian dari masyarakat, peserta didik menjadi lebih canggih dalam aplikasinya ilmu pengetahuan dan teknologi.

d. Perkembangan budaya atau spiritual, di mana peserta didik harus menumbuhkan toleransi terhadap orang-orang dengan keyakinan yang berbeda, pengakuan hak asasi manusia, dan nilai-nilai umum.

e. Perkembangan intelektual, khususnya pergeseran dari kemampuan penalaran konkrit ke abstark, mengolah data menjadi informasi, memecahkan masalah-masalah yang rumit, serta membuat solusi atas dasar informasi yang mirip, sama atau bertentangan.

Istilah kebutuhan lebih digunakan untuk menunjukkan adanya suatu

kekuatan yang bersifat memotivasi yang mendorong terbentuknya suatu

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran 1. Definisi ...eprints.umm.ac.id/35609/3/jiptummpp-gdl-bayuanugro-49416-3-babii.pdf · Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia buku saku adalah

22

ketertarikan dalam diri peserta didik karena adanya kekurangan-kekurangan

tertentu yang ada pada dirinya. Berikut 4 ranah kebutuhan anak usia SD menurut

Sugiyanto (t. t.): (1) Anak SD senang bermain, Karakteristik ini menuntut guru

SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan. (2)

Anak SD senang bergerak, guru hendaknya merancang model pembelajaran yang

memungkinkan anak berpindah atau bergerak. (3) Anak usia SD senang bekerja

dalam belompok, pada usi ini anak belajar aspek‐ aspek yang penting dalam proses

sosialisasi (4) Anak SD senang merasakan, melakukan atau memperagakan sesuatu

secara langsung.

Sehubungan dengan perkembangan dan kebutuhan peserta didik di atas hal

tersebut perlu pendidik terapkan dengan berinovasi dalam pembelajannya. Selain

itu pendidik perlu mengenal aspek-aspek peserta didiknya guna mengetahui

tugas-tugas perkembengan peserta didik.

F. Penelitian yang Relevan

Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggit

Pengestuty (2010) dengan judul “Perancangan Media Interaktif Lagu Dolanan

Sebagai Media Pengenalan Kembali dengan Memberi Informasi Pesan Moral untuk

Siswa Sekolah Dasar” dan penelitian yang dilakukan oleh Bangkit Khoirul

Mutahirin (2015) dengan judul “Aplikasi Tembang Dolanan Jawa Berbasis

Mobile”.

Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Anggit Pengestuty (2010) dengan

judul “Perancangan Media Interaktif Lagu Dolanan Sebagai Media Pengenalan

Kembali dengan Memberi Informasi Pesan Moral untuk Siswa Sekolah Dasar”

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran 1. Definisi ...eprints.umm.ac.id/35609/3/jiptummpp-gdl-bayuanugro-49416-3-babii.pdf · Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia buku saku adalah

23

yaitu konten dari media interaktif yang mengenalkan kembali lagu dolanan kurang

memberi wawasan jika hanya dikenalkan secara musikal dan visual. Akan lebih

menarik lagi jika ada tambahan informasi mengenai wawasan, makna yang

terkandung dan pesan moral yang terdapat pada lagu dolanan. Hal itu sekaligus

dapat membantu orang tua, pengajar, maupun pendidik untuk mengajarkan nilai-

nilai moral kepada anak.

Pada media interaktif lagu dolanan, anak tidak hanya diperdengarkan

kembali lagu-lagu dolanan yang pada saat ini kurang akrab di telinga mereka,

namun anak-anak juga diajarkan kosakata dalam Bahasa Jawa, makna yang

terkandung dalam lagu dolanan, pengetahuan tentang alat musik Jawa, serta

permainan tangga nada dalam alat musik Jawa. Persamaan penelitian yang

dilakukan oleh Anggit Pengestuty (2010) dengan penelitian ini adalah sama-sama

menggunakan materi lagu atau Tembang Dolanan dan siswa Sekolah Dasar (SD)

sebagai subjek penelitian. Sedangkan perbedaannya adalah terletak pada

pengembangannya. Anggit Pengestuty (2010) mengembangkan media interaktif

dalam penelitiannya, sedangkan pada penelian ini peneliti mengembangkan sumber

belajar alternatif berupa buku saku.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bangkit Khoirul Mutahirin (2015)

dengan judul “Aplikasi Tembang Dolanan Jawa Berbasis Mobile” dapat diketahui

bahwa aplikasi Pembelajaran Tembang Dolanan Jawa dapat digunakan sebagai

media pembelajaran untuk budi pekerti, moral dan akhlak bagi anak melalui media

Tembang Dolanan. Aplikasi tersebut merupakan salah satu media alternatif untuk

mengenalkan salah satu budaya Indonesia terutama budaya jawa. Aplikasi bersifat

free atau tidak berbayar, jadi dapat dengan mudah dipasang pada perangkat android

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran 1. Definisi ...eprints.umm.ac.id/35609/3/jiptummpp-gdl-bayuanugro-49416-3-babii.pdf · Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia buku saku adalah

24

yang dapat diunduh pada playstore. Persamaan antara penelitian yang dilakukan

Bangkit Khoirul Mutahirin (2015) dengan penelitian ini adalah sama-sama

menggunakan materi lagu atau Tembang Dolanan. Sedangkan perbedaannya

adalah terletak pada pengembangan-nya. Bangkit Mutahirin (2015)

mengembangkan media berupa aplikasi dalam penelitiannya, sedangkan pada

penelian ini peneliti mengembangkan Sumber belajar alternatif berupa buku saku.

G. Kerangka Berfikir

Upaya mendukung keberhasilan proses pembelajaran dan pemahaman

mengenai suatu materi, perlu adanya peran guru, siswa, media atau alat, dan sumber

belajar. Salah satu sumber belajar yang mudah, praktis dan dapat dijadikan bagian

dari fasilitas belajar yaitu sumber belajar berupa buku saku. Buku saku disusun

dengan proses pengembangan dengan memanfaatkan literatur yang ada untuk

dijadikan sumber belajar alternatif buku saku yang sesuai dengan kebutuhan siswa.

Karakteristik produk buku saku Tembang Dolanan dapat menjadi daya pendorong

siswa dalam belajar materi Tembang Dolanan. Penyajian buku saku menggunakan

gambar dan warna sehingga memberikan tampilan yang menarik. Kegiatan belajar

SBK lebih praktis karena produk buku saku ini dapat dipelajari di dalam dan di luar

kelas dengan waktu yang lebih leluasa bagi siswa.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran 1. Definisi ...eprints.umm.ac.id/35609/3/jiptummpp-gdl-bayuanugro-49416-3-babii.pdf · Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia buku saku adalah

25

Secara skematis, kerangka berfikir penelitian ini digambarkan pada bagan

dibawah ini:

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berfikir (Peneliti, 2017)

Analisis Kebutuhan

Sumber belajar di SDN Girimoyo 02 yang digunakan terbatas buku paket dan LKS.

Dari 36 responden, 21 responden hanya dapat menyebutkan satu hingga tiga Tembang Dolanan.

33 responden setuju jika diadakan pengembangan produk buku saku Tembang Dolanan.

Perancangan Desain

Merancang produk dengan menyadur materi dari beberapa literatur yang ada.

Validasi Rancangan

Dilakukan oleh Ahli Media dan Materi tentang Tembang Dolanan.

Uji Kelompok

Kecil

Uji Kelompok

Besar

Instrumen

Pengujian

Produk Akhir

Berupa sumber belajar

alternatif “Buku Saku

Tembang Dolanan”

Perbaikan

Pertama