bab ii kajian pustaka a. landasan teori 1. motivasi belajar fileterjadi proses perubahan sebagai...
TRANSCRIPT
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi Belajar
Berbagai pendapat para ahli tentang pengertian motivasi antara lain menurut
Santrok (2008:510) bahwa motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan
kegigihan perilaku. Adapun pendapat menurut Sardiman (2007:73) adalah daya
penggerak dari dalam diri untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai
suatu tujuan. Selanjutnya menurut Mc. Donald (dalam Sardiman:2007:73), motivasi
adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “felling”
dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tentang pengertian motivasi dapat
disimpulkan bahwa motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri
siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan, dan yang memberikan arah dalam
kegiatan belajar. Sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai dengan baik dan
maksimal.
Belajar ada sejak manusia dilahirkan sampai usia lanjut, dalam kehidupan sehari-
hari manusia banyak melakukan kegiatan yang sebenarnya merupakan suatu gejala
belajar. Menurut Slameto (2010: 2), “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya.”
7
Hal ini menunjukkan bahwa jika seseorang melakukan gejala belajar dengan baik maka
terjadi proses perubahan sebagai hasil belajar dan terjadi dalam jangka waktu tertentu.
Perubahan dari belum tahu menjadi tahu, belum mampu menjadi mampu adalah
perubahan tingkah laku yang menandai telah terjadinya proses belajar. Belajar menurut
pengertian secara psikologis, merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkunganya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Dari pengertian motivasi dan belajar dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar
merupakan keseluruhan daya penggerak yang terdapat dalam diri siswa yang
mendorong, memantapkan, dan mengarahkan untuk melakukan aktivitas pada kegiatan
belajar siswa sebagai hasil pengalamanya sendiri guna mencapai suatu tujuan
(kebutuhan) dan memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru. Motivasi juga
bisa disebut sebagai penumbuh gairah, merasa senang, dan semangat untuk belajar.
Dengan motivasi yang kuat, siswa akan mempunyai banyak energi untuk melakukan
kegiatan belajar dan mencapai prestasi yang tinggi. Siswa yang motivasi berprestasinya
tinggi akan mencapai prestasi akademis yang tinggi apabila:
a. Rasa takutnya akan kegagalan lebih rendah daripada keinginannya untuk berhasil.
b. Tugas-tugas di dalam kelas cukup memberi tantangan, tidak terlalu mudah tetapi
juga tidak terlalu sukar, sehingga memberi kesempatan untuk berhasil.
b. Cara-cara Meningkatkan Motivasi Belajar
Menurut Slameto (2010:176-179), ada beberapa cara yang dapat digunakan
untuk meningkatkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, yaitu:
b. Pemberian angka
c. Pujian
d. Saingan atau Kompetensi
e. Tujuan yang diakui
Berdasarkan pendapat Slameto di atas, cara meningkatkan motivasi belajar siswa
dapat dikembangkan sebagai berikut; 1) Pemberian angka, pada umumnya setiap siswa
ingin mengetahui hasil pekerjaanya, yaitu berupa angka yang diberikan oleh guru. Siswa
yang mendapat nilai atau angkanya baik, akan mendorong motivasi belajarnya menjadi
lebih besar. Sebaliknya siswa yang mendapat nilai atau angka kurang, akan
menimbulkan frustasi atau dapat juga menjadi pendorong agar belajar lebih baik; 2)
Pujian, pemberian pujian pada siswa atas hal-hal yang telah dilakukan dengan berhasil
sangat besar manfaatnya sebagai pendorong dalam belajar. Dengan pujian ini merupakan
suatu bentuk penguatan yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik.
Dengan pujian yang tepat akan menumbuhkan suasana yang menyenangkan dan
mempertinggi gairah belajar pada diri siswa.
Selanjutnya 3) Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi
untuk mendorong belajar siswa. Dengan adanya persaingan, baik persaingan individual
maupun kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, karena dengan persaingan
akan tertanam dalam diri siswa untuk menjadi yang terbaik dan pertama; 4) Tujuan yang
diakui. Rumusan tujuan yang baik dan diakui oleh siswa, merupakan alat motivasi yang
penting. Sebab, dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat
berguna dan menguntungkan bagi siswa, maka akan timbul keinginan yang kuat pada
diri siswa untuk terus belajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi sangat mempengaruhi
keberhasilan belajar siswa untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi belajar tidak cukup
dari diri sendiri melainkan motivasi dari sekelilingnya baik itu dari guru, teman sebaya,
maupun tujuan pembelajaran dapat mempengaruhi keberhasilan siswa untuk
mendapatkan prestasi belajar yang baik dan memuaskan.
c. Ciri-ciri Motivasi Belajar
Dalam suatu proses belajar mengajar, guru menghadapi banyak siswa. Masing-
masing siswa memiliki karakteristik dan motivasi belajar yang berbeda-beda. Menurut
Freud (dalam Sardiman, 2007: 83) motivasi yang ada pada setiap orang itu memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
1. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus- menerus dalam waktu yang lama,
tidak pernah berhenti sebelum selesai).
2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putusasa). Tidak memerlukan dorongan dari
luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah
dicapai).
3. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah “untuk orang dewasa
(misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan,
pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak kriminal, amoral, dan
sebagainya).
4. Lebih senang bekerja mandiri.
5. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-
ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).
6. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).
7. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.
8. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Apabila seseorang memiliki ciri-ciri seperti di atas, berarti orang itu selalu
memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri motivasi seperti itu akan sangat penting
dalam kegiatan belajar-mengajar akan berhasil baik, kalau siswa tekun mengerjakan
tugas, ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri, selain itu
siswa juga harus mampu mempertahankan pendapatnya, kalau ia sudah yakin dan
dipandangnya cukup rasional.
d. Fungsi Motivasi Belajar
Menurut Sardiman (2007:85) ada tiga fungsi motivasi dalam belajar yaitu:
1. Mendorong siswa untuk melakukan suatu perbuatan. Tanpa adanya motivasi maka
tidak akan timbul suatu perbuatan, yaitu belajar.
2. Motivasi berfungsi sebagai penentu arah. Arah yang dimaksud adalah tujuan yang
akan dicapai, yaitu hasil belajar yang optimal.
3. Motivasi berfungsi sebagai penyeleksi perbuatan. Seseorang yang mempunyai
motivasi yang tinggi pasti akan mampu membedakan dan menentukan perbuatan
yang harus dikerjakan terlebih dahulu guna mencapai tujuan belajar dengan
mengesampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat.
Selain itu, motivasi juga berfungsi sebagai pendorong usaha dalam pencapaian
prestasi belajar. Dengan kata lain, prestasi belajar yang baik akan berhasil dicapai jika
dalam proses pencapaian didasari dengan usaha dan motivasi yang kuat. Adanya
motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik pula.
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Menurut Arifin (2009:12) Prestasi Belajar berasal dari bahasa Belanda yaitu
prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti hasil usaha
yang dicapai, dalam hal ini yang dimaksud dengan kegiatan tersebut adalah belajar.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya
sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya (Slameto, 2010: 2).
Dari pengertian prestasi dan belajar di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
prestasi belajar adalah hasil yang dapat dicapai oleh seseorang setelah melakukan
kegiatan belajar dalam kurun waktu tertentu yang menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pengetahuan, keterampilan, dan nilai sikap. Seorang siswa yang telah melakukan
kegiatan belajar, dapat diukur prestasinya setelah melakukan kegiatan belajar tersebut
dengan menggunakan suatu alat evaluasi.
b. Fungsi Prestasi Belajar
Menurut Arifin (2009:12 ada beberapa fungsi utama prestasi belajar yaitu:
1. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah
dikuasai siswa.
2. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu, termasuk kebutuhan
siswa didik dalam suatu program pendidikan.
3. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inivasi pendidikan.
4. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan.
5. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) peserta
didik.
Dapat disimpulkan bahwa fungsi prestasi bukan saja sebagai indikator suatu
keberhasilan pengetahuan siswa saja, tetapi prestasi juga dapat berfungsi sebagai
penunjang keberhasilan suatu institusi pendidikan. Sekolah dikatakan berkualitas jika
prestasi siswanya tinggi dan baik.
c. Faktor-faktor Prestasi Belajar
Menurut Ahmadi dan Supriyono (2003: 138) Faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar yaitu:
1. Faktor intern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang
timbul dari dalam diri siswa.
a) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh.
Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh,
dan sebagainya.
b) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh terdiri atas:
1) Faktor intelektif yang meliputi:
(a) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat
(b) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki.
2) Faktor non-intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap,
kebiasaan, minat, kebutuhan, emosi, dan penyesuaian diri.
2. Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang
sifatnya diluar diri siswa. Berikut ini beberapa faktor ekstern, yang meliputi
pengalaman-pengalaman, keadaan lingkungan keluarga, masyarakat dan
sebagainya.
1) Keadaan keluarga
2) Keadaan sekolah
3) Lingkungan masyarakat
Berdasarkan pendapat Ahmadi dan Supriyono di atas dapat dikembangkan
sebagai berikut: 1) Keadaan keluarga, keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam
masyarakat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Adanya rasa aman dalam keluarga
sangat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar. Rasa aman itu akan mendorong
untuk siswa belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan
pendorong dari luar yang menambah motivasi dalam belajar. Perhatian dari orang tua
juga sangat mempengaruhi belajar siswa. Dengan perhatian, siswa akan terdorong dan
termotivasi, sehingga siswa dapat belajar dengan tekun. Dalam keluarga anak
memerlukan, waktu, tempat, dan keadaan yang baik untuk belajar.
Berikutnya 2) Keadaan sekolah, sekolah merupakan lembaga formal pertama
yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu
lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar lebih giat. Keadaan
sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat
pelajaran dan kurikulum. Faktor ekstern selanjutnya 3) Lingkungan masyarakat,
disamping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit
pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan.
Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan
pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul
dengan lingkungan dimana anak tinggal atau berada.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar dapat timbul dari dalam diri maupun luar. Lingkungan sangat berpengaruh
dalam membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak
akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan lingkunganya. Apabila anak
bertempat tinggal dilingkungan yang temanya rajin belajar, anak tersebut akan ikut rajin
belajar, tapi sebaliknya jika lingkungan tempat tinggalnya anaknya malas, maka anak
tersebut akan terpengaruh malas juga.
3. Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Menurut Karli (2004:48) model belajar kooperatif adalah suatu strategis belajar-
mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau
membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok,
yang terdiri atas dua orang atau lebih untuk memecahkan masalah. Keberhasilan kerja
sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Dalam
pendekatan ini, siswa merupakan bagian dari suatu sistem kerjasama dalam mencapai
hasil yang optimal dalam belajar.
Dalam proses pembelajaran, keberhasilan dalam belajar bukan hanya dari guru
saja, melainkan bisa dari pihak lain yang ikut terlibat dalam pembelajarn itu, yaitu
teman sebaya. Jadi, keberhasilan dalam pendekatan ini bukan hanya ditentukan oleh
kemampuan individu secara utuh, melainkan perolehan itu akan baik bila dilakukan
bersama-sama dalam kelompok kecil yang terstruktur dengan baik. Beberapa
karakteristik pendekatan belajar kooperatif, antara lain:
1. Individual Accountability atau tanggung jawab individu yaitu: bahwa individu di dalam kelompok mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi kelompok secara tuntas, sehingga keberhasilan kelompok sangat ditentukan oleh tanggung jawab setiap anggota.
2. Social Skill, meliputi seluruh hidup sosial, kepekaan sosial dan mendidik siswa untuk menumbuhkan pengekangan diri dan pengarahan diri demi kepentingan
kelompok. Keterampilan ini mengajarkan siswa untuk belajar memberi dan menerima, mengambil dan menerima tanggung jawab, sikap saling menolong, menghormati hak orang lain dan membentuk kesadaran sosial.
3. Positive Interdependence yaitu sifat yang menunjukkan saling ketergantungan satu terhadap yang lain di dalam kelompok secara positif.
4. Group Processing, proses perolehan jawaban permasalahan dikerjakan oleh kelompok secara bersama – sama.
b. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif menurut Karli
(2004:50) adalah sebagai berikut:
1. Guru membentuk kelompok yang terdiri dari 4-5 orang.
2. Guru merancang pembelajaran, mempertimbangkan dan menetapkan target
pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran.
3. Dalam aplikasi pembelajaran di kelas, guru merancang lembar observasi
kegiatan siswa dalam belajar secara besama-sama dalam kelompok-kelompok
kecil.
4. Dalam melakukan observasi kegiatan siswa baik secara individu maupun
kelompok, dalam pemahaman materi maupun mengenai sikap dan perilaku
siswa selama kegiatan belajar.
5. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil
kerjanya.Keberhasilan kerja kelompok akan terlihat dari jumlah skor atau nilai
yang diperoleh kelompok pada saat dilakukan post-test yang dikerjakan secara
individual.
Menurut Rusman (2010:208) unsur-unsur yang diperlukan agar model
pembelajaran kooperatif atau kerja kelompok dapat mencapai hasil yang baik adalah
sebagai berikut.
1. Siswa dalam kelompoknya harus beranggapan mereka “sehidup sepenanggungan bersama”.
2. Siswa bertanggungjawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya seperti milik mereka sendiri.
3. Siswa harus melihat bahwa semua anggota kelompoknya mempunyai tujuan yang sama.
4. Siswa harus membagi tugas dan tanggungjawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
5. Siswa akan dikenakan evaluasi atau akan diberikan hadiah/ penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.
6. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama.
7. Siswa akan diminta mempertanggungjawabankan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif bukan merupakan belajar
secara individu saja melainkan belajar secara tim. Hal itu bertujuan untuk melatih
siswa untuk bekerjasama dan berkolaborasi untuk meningkatkan sikap sosial antar
siswa. Pembelajaran kooperatif juga memberi kesempatan pada siswa dengan kondisi
latar belakang yang berbeda untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-
tugas bersama dan belajar untuk menghargai satu sama lain.
4. Pembelajaran Kooperatif tipe NHT
a. Pengertian NHT
NHT (Numbered Head Together) merupakan salah satu tipe dalam
pembelajaran kooperatif dan pertama kali dikenalkan oleh Spencer Kagan (1993).
Menurut Lie (2010: 59) NHT merupakan suatu teknik pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Sedangkan menurut A’la
(2010:100) Number Heads Together (NHT) adalah suatu metode belajar secara
berkelompok dan setiap siswa diberi nomor kemudian guru memanggil nomor
dari siswa secara acak.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah
merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif struktural yang menekankan
pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa
dalam memperoleh materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran.
b. Langkah-langkah NHT
Menurut Trianto (2010:82) langkah –langkah penerapan pembelajaran
kooperatif tipe NHT adalah sebagai berikut:
1. Penomoran (Numbering)
2. Pengajuan Pertanyaan (Questioning)
3. Berpikir bersama (Head Together)
4. Pemberian jawaban (Answering)
Penomoran merupakan langkah pertama dalam pembelajaran kooperatif tipe
NHT. Pada tahap ini, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang
beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi mereka nomor, sehingga tiap
siswa dalam tim tersebut memiliki nomor yang berbeda-beda.
Langkah berikutnya, guru mengajukan suatu pertanyaan kepada siswa.
Pertanyaan dapat diambil dari materi pelajaran yang memang sedang dipelajari,
pertanyaan yang dibuat bervariasi dari yang bersifat spesifik hingga yang bersifat
umum.
Pada langkah yang ketiga ini siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban
pertanyaan yang diajukan guru dan memastikan bahwa tiap anggota dalam
kelompok/timnya sudah mengetahui jawabannya. Langkah yang terakhir guru
memanggil satu nomor dan siswa dari tiap kelompok yang nomornya sesuai,
mengangkat tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
Sampai saat ini belum ada pedoman penilaian NHT, maka pada
evaluasi/penilaian dan pemberian penghargaan pada kelompok, penulis menggunakan
pedoman penilaian dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dengan dengan
langkah-langkah dalam Slavin (2008:151) sebagai berikut :
1. Menghitung Skor Individu
Langkah 1 : Menetapkan skor dasar
Setiap siswa diberikan skor berdasarkan skor yang lalu atau skor diambil dari
kuis yang pertama kali diadakan oleh guru.
Langkah 2 : Menghitung skor terkini
Siswa memperoleh poin untuk kuis yang berkaitan dengan pelajaran terkini.
Langkah 3 : Menghitung skor peningkatan/perkembangan
Siswa memperoleh poin perkembangan yang besarnya ditentukan apakah skor
kuis mereka melampaui skor dasar mereka atau justru menurun dengan
menggunakan skala yang ditunjukan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Perhitungan Perkembangan Skor Individu
No Nilai Tes Skor Perkembangan
1. Lebih dari 10 poin dibawah skor dasar/awal 0 poin 2. 10 sampai 1 poin di bawah skor dasar/awal 10 poin
3. Skor 0 sampai 10 poin di atas skor dasar/awal 20 poin
4. Lebih dari 10 poin di atas skor dasar/awal 30 poin
5. Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan skor dasar/awal) 30 Poin
Sumber Rusman (2010:216)
2. Menghitung skor kelompok
Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan
anggota kelompok, yaitu dengan menjumlahkan semua skor perkembangan
individu anggota kelompok tersebut.
Tabel 2.2 Penghitungan perkembangan skor kelompok
No Rata-rata Skor Kelompok Kualifikasi 1. 0 – 5 2. 6 – 15 Tim Baik (Good Team) 3. 16 – 20 Tim Baik Sekali (Great Team) 4. 21 – 30 Tim Istimewa (Super Team)
Sumber: Rusman (2010:216)
3. Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok
Setelah masing-masing kelompok memperoleh predikat, guru memberikan
hadiah atau penghargaan kepada masing-masing kelompok.
c. Kelebihan dan Kelemahan NHT
Menurut A’la (2010:100) pembelajaran kooperatif tipe NHT mempunyai
kelebihan dan kelemahan sebagai berikut:
1. Kelebihan
a. Setiap siswa dalam belajar menjadi siap semua.
b. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
c. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
2. Kelemahan
a. Kemungkinan nomor yang sudah dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
b. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
Dari kelebihan dan kelemahan di atas dapat disimpulkan bahwa NHT tidak
terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan waktu yang lama,
namun begitu proses pembelajaran siswa tidak hanya sekedar paham dengan konsep
yang diberikan, tetapi juga memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dengan teman-
temannya. Siswa juga belajar untuk mengemukakan pendapat dan menghargai
pendapat teman.
Rasa kepedulian pada teman satu kelompok agar dapat menguasai konsep,
siswa dapat saling berbagi ilmu dan informasi, serta suasana kelas yang
menyenangkan dan tidak terdapatnya siswa yang mendominasi dalam kegiatan
pembelajaran karena semua siswa memiliki peluang yang sama untuk tampil
menjawab pertanyaan.
5. Ilmu Pengetahuan Alam
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
Berbagai pendapat para ahli tentang pengertian IPA antara lain menurut
Carin dan Sund (dalam Trianto, 2007:100) mendefinisikan IPA sebagai
pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum
(universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. Adapun
pendapat Aly (1998:18) IPA merupakan ilmu yang sistematis dan dirumuskan,
yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan atas
pengamatan dan induksi.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
IPA merupakan suatu pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan dalam
penggunaanya secara umum pada gejala-gejala alam, dengan cara melakukan
eksperimen atupun observasi.
b. Hakikat IPA
Menurut Sulistyorini (2007:9-10) hakikat IPA meliputi tiga unsur utama
yaitu:
1. IPA Sebagai Produk
IPA sebagai produk merupakan akumulasi dari hasil upaya para perintis IPA
dan pada umumnya telah tersusun secara lengkap dan sistematis. Biasanya
berupa fakta, prinsip, teori dan hukum. Dalam pengajaran IPA guru juga
harus bisa dan mampu memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber belajar,
karena alam sekitar merupakan sumber belajar yang paling otentik dan tidak
akan habis digunakan.
2. IPA Sebagai Proses
Proses yang dimaksud adalah prosedur pemecahan masalah melalui metode
ilmiah. Metode Ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan
eksperimen, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan. Untuk anak
SD, metode ilmiah dikembangkan secara bertahap dan berkesinambungan,
dengan harapan anak akan terbentuk paduan yang lebih utuh sehingga anak
SD dapat melakukan penelitian sederhana.
3. IPA Sebagai Pemupukan Sikap
Sikap yang dimaksud “ sikap ilmiah terhadap alam sekitar”. Ada sembilan
aspek sikap dari ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak usia SD/MI,
yaitu:
a. Sikap ingin tahu
b. Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru
c. Sikap kerja sama
d. Sikap tidak putus asa
e. Sikap tidak berprasangka
f. Sikap mawas diri
g. Sikap bertanggung jawab
h. Sikap berpikir bebas
i. Sikap kedisiplinan diri.
Berdasarkan sembilan aspek di atas dapat disimpulkan, bahwa maksud
dari sikap ingin tahu adalah suatu sikap yang selalu ingin mendapatkan jawaban
yang benar dari objek yang diamati, dengan cara bertanya kepada guru, teman
atau kepada diri sendiri atupun dengan kerja kelompok. Melalui kerja kelompok
maka, ketidaktahuan siswa dapat diungkapkan untuk memperoleh pengetahuan,
siswa akan belajar bersikap kooperatif, dan menyadari bahwa pengetahuan yang
dimiliki orang lain mungkin lebih banyak dan lebih sempurna daripada yang
dimilikinya.
Dalam pembelajaran IPA ketiga unsur itu diharapkan dapat muncul
sehingga siswa dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, memahami
fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah, dan meniru
cara ilmuan bekerja dalam menemukan fakta baru. Kecenderungan pembelajaran
IPA pada masa sekarang adalah siswa hanya mempelajari IPA sebagai produk,
menghafalkan konsep, teori dan hukum, keadaan ini diperparah oleh pembelajaran
yang berorientasi pada tes/ujian. Akibatnya IPA sebagai proses dan sikap tidak
tersentuh dalam pembelajaran.
c. Materi Energi Listrik
Standar kompetensi; mempraktekan pola penggunaan dan perpindahan
energi. Kompetensi dasar; menyajikan informasi tentang perpindahan dan
perubahan energi listrik. Indikator 1) menunjukkan gejala kelistrikan, misalnya
pengaruh menggosokkan benda; 2) mengidentifikasi berbagai sumber listrik; 3)
menyebutkan macam-macam rangkaian listrik; 4) membuat rangkaian listrik
sederhana; 5) menggolongkan berbagai benda konduktor dan isolator; 6)
menunjukkan berbagai perubahan bentuk energi listrik menjadi gerak, bunyi, dan
panas.
Hidup kita saat ini sangat bergantung pada energi listrik. Untuk menerangi
ruangan, untuk menyetrika pakaian, untuk menghidupkan televisi semuanya butuh
listrik. Materi pokok dalam penelitian tindakan kelas ini adalah materi pokok
energi dan perubahan dengan kompetensi dasar energi listrik, dengan rincian
materi sebagai berikut (Tim BKG,2007: 94-106).
Energi listrik merupakan salah satu pokok bahasan IPA yang diajarkan
pada siswa kelas VI Sekolah Dasar/MI. Diantara cakupan materi yang terdapat
pada pokok bahasan Energi Listrik adalah sebagai berikut:
1. Gejala Kelistrikan
Listrik merupakan salah satu bentuk energi yang dihasilkan oleh
sumber listrik. Listrik sebenarnya sudah ditemukan sejak 2.500 tahun yang
lalu oleh filsuf Yunani yang bernama Thales (625-547SM). Thales
mengamati adanya suatu keanehan ketika sepotong batu ambar digosok
dengan kain sutra. Akibat gosokan itu, batu ambar menarik benda-benda
ringan seperti debu, jerami, bulu, serta sobekan-sobekan kerta. Hal ini berarti,
batu ambar tersebut menjadi bermuatan listrik.
Akan tetapi listrik yang dihasilkan batu ambar tersebut hanya bertahan
untuk waktu yang singkat. Listrik seperti itu disebut listrik statis atau listrik
tetap (diam). Listrik statis tidak dapat mengalir melalui kawat.
2. Sumber Energi Kelistrikan
a. Generator
Listrik yang kita gunakan di rumah dialirkan dari Pembangkit
Listrik Tenaga Air (PLTA). Pada sebuah pembangkit listrik tenaga air,
air yang jatuh dari bendungan memutar turbin. Poros yang dihubungkan
ke turbin yang berupa baling-baling menggerakkan generator. Pada
generator, kumparan kawat berputar di antara kutub-kutub magnet dan
menghasilkan arus listrik. Arus listrik ini yang disalurkan ke rumah-
rumah dan pabrik-pabrik.
Gambar 2.1 PLTA sebagai salah satu pembangkit listrik
b. Baterai
Sumber energi listrik yang sering digunakan dalam kehidupan
sehari-hari yaitu baterai. Baterai merupakan elemen kering karena berisi
zat kimia berbentuk padat. Perhatikan gambar 2.2.
Gambar 2.2 Bagian-bagian Baterai
(Sumber, IPA SD kelas VI, Ibayati, dkk, 2008:107)
Baterai tersusun dari beberapa lapisan. Bagian luar baterai adalah
seng. Bagian dalamnya ada zat kimia berbentuk serbuk hitam terdiri dari
campuran larutan salmiak dan batu kawi. Di tengah-tengah baterai
terdapat batang arang atau batang karbon yang keras. Ujung baterai yang
menonjol disebut kutub positif. Ujung yang satu lagi, yaitu dasar baterai
disebut kutub negatif. Jika kedua kutub itu dihubungkan dengan seutas
kabel, maka terjadilah aliran listrik pada kabel itu. Pada baterai terjadi
perubahan energi kimia menjadi energi listrik. Tegangan listrik pada
baterai sekitar 1,5 Volt.
c. Aki (Akumulator)
Sumber energi listrik yang menggunakan cairan ialah akumulator
(accu) atau aki. Aki dibuat dari lempeng timbal yang dimasukkan dalam
larutan asam sulfat encer. Perhatikan gambar di bawah ini. Sebelum
digunakan, terlebih dahulu aki dialiri dengan arus listrik. Pada saat
mengisi aki, energi listrik diubah menjadi energi kimia.
Gambar 2.3 Accu atau Aki
(Sumber, IPA SD kelas VI, Ibayati, dkk, 2008:108)
d. Dinamo Sepeda
Gambar 2.4 Dinamo sepeda
(Sumber, IPA SD kelas VI, Ibayati, dkk, 2008:108)
Pada saat sepeda digerakkan, dinamo mengubah energi gerak
menjadi energi listrik sehingga lampu dapat menyala. Sebuah dinamo
terdiri dari sebuah magnet dan kumparan. Jika kumparan tersebut diputar,
maka akan timbul energi listrik.
3. Rangkaian Listrik
a. Rangkaian Seri
Pada rangkaian seri, lampu atau baterai disusun secara berurutan.
Arus listrik pada rangkaian seri hanya memiliki satu jalan. Arus listrik
dari baterai mengalir ke lampu A, kemudian ke lampu B, dan kembali
lagi ke baterai.Rangkaian seri lampu atau baterai digambarkan sebagai
berikut.
Gambar 2.5 Rangkaian Seri
(Sumber, IPA SD kelas VI, Rositawati dan Muharam, 2008:115)
b. Rangkaian Paralel
Alat-alat listrik dapat pula dihubungkan secara paralel atau
sejajar. Pada rangkaian paralel, lampu atau baterai dipasang sejajar. Arus
listrik dari baterai mengalir secara bersamaan melalui lampu A dan
lampu B, kemudian balik lagi ke baterai.
Rangkaian listrik yang ada pada rumah, gedung perkantoran, dan
lain-lain pada umumnya disusun secara paralel. Keuntungan penggunaan
rangkaian paralel adalah ketika ada salah satu alat elektronik, misalnya
lampu, dimatikan, maka alat elektronik lain tidak padam.
Gambar 2.6 Rangkaian Listrik Paralel
(Sumber, IPA SD kelas VI, Rositawaty dan Muharam, 2008:115)
4. Benda Konduktor Listrik dan Benda Isolator Listrik
Konduktor listrik adalah benda yang dapat menghantarkan arus listrik,
misalnya benda dari logam. Adapun isolator listrik adalah benda yang tidak
dapat menghantarkan arus listrik, misalnya plastik dan karet. Perhatikan
gambar 2.10
Gambar 2.7 Benda Konduktor dan Isolator
(IPA SD kelas VI, Rositawaty dan Muharam, 2008:113)
5. Perubahan Energi Listrik
a. Energi Listrik Menjadi Energi Cahaya
Gambar 2.8 Bohlam
(IPA SD kelas VI, Rositawaty dan Muharam, 2008:123)
Lampu bohlam atau neon adalah contoh alat elektronik yang
mengubah energi listrik menjadi cahaya. Begitu juga dengan senter, energi
listrik baterai diubah menjadi energi cahaya.
b. Energi Listrik Menjadi Energi Panas
Setrika listrik mengubah energi listrik menjadi panas. Selain setrika, alat
elektronik yang mengubah listrik menjadi panas, misalnya penanak nasi
(rice cooker), pemanas nasi (magic jar), kompor listrik dan oven listrik.
Gambar 2.9 Setrika
(sumber IPA SD Kelas VI, Ibayati,dkk, 2008:71)
c. Energi Listrik Menjadi Energi Gerak
Benda-benda yang memanfaatkan perubahan energi listrik menjadi energi
gerak antara lain penyedot debu, kipas angin, dan blender.
Gambar 2.10 Kipas Angin
(sumber IPA SD Kelas VI, Ibayati,dkk, 2008:105)
d. Energi Listrik Menjadi Energi Bunyi
Alat-alat elektronik yang memanfaatkan perubahan energi listrik menjadi
energi bunyi antara lain televisi dan tape recorder.
Gambar 2.11 TV mengubah energi listrik menjadi energi bunyi
(IPA SD Kelas VI, Ibayati,dkk, 2008:119)
B. Penelitian yang Relevan
Berdasarkan hasil penelitian Muhamad Taufik Akbar (2008) yang berjudul
“Peningkatan Peran Aktif Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered
Heads Together) Pada Siswa kelas VI di MI Muhammadiyah 1 Pingit Banjarnegara”
disimpulakan bahwa peran aktif siswa dalam pembelajaran dengan mengggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan skor
rata-rata sebesar 1,65 poin dari 2,94 dengan kriteria kurang baik menjadi 4,59 dengan
kriteria baik.
C. Kerangka Berfikir
Keberhasilan siswa dalam belajar bukan hanya dari penguasaan materi semata,
namun motivasi yang dimiliki siswa juga sangat mempengaruhinya. Pada umunnya setiap
individu mempunyai keinginan dan kebutuhan belajar sendiri-sendiri. Setiap keinginan dan
kebutuhan untuk belajar perlu diarahkan agar mencapai prestasi belajar yang optimal. Selain
motivasi, kelompok teman sebaya juga sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa, untuk
membantu keberhasilan siswa dalam belajar. Dalam kenyataanya menunjukkan bahwa
dalam proses belajar yang berlangsung belumlah sesuai dengan yang diharapkan.
Rendahnya motivasi dan prestasi belajar siswa merupakan permasalahan yang harus segera
diatasi, salah satunya yaitu dengan pembaharuan dalam pembelajaran.
Number Head Together (NHT) merupakan suatu pendekatan yang berorientasi pada
kerjasama, diskusi kelompok dan berfikir bersama, dengan cara melibatkan lebih banyak
siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk bekerja sama dan saling membantu dalam
memahami materi yang tercakup dalam pelajaran serta mengecek pemahaman siswa
terhadap isi pelajaran. Kelompok belajar yang beranggotakan 3-5 siswa terdiri dari siswa
yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Dibentuknya kelompok-kelompok
kecil bertujuan agar siswa bertanggungjawab baik terhadap kelompok maupun dirinya
sendiri. Kemudian agar siswa mampu memberikan hasil fikirannya dengan berani
mengungkapkan pendapatnya, menjawab dan menanggapi pertanyaan yang diberikan guru.
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT dimaksudkan untuk meningkatkan motivasi
dan prestasi belajar siswa.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian dan kerangka berfikir diatas dapat dirumuskan hipotesis tindakan
dalam penelitian ini adalah “Dengan menerapkan Pembelajaran kooperatif tipe NHT pada
pembelajaran IPA materi energi listrik kelas VI SD Negeri 3 Wangon maka motivasi dan
prestasi belajar siswa akan meningkat”.