bab ii kajian pustaka a. kajian teori 1. pengembangan

20
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengembangan Instrumen Evaluasi Jenis Tes Bentuk Uraian a. Pengertian Evaluasi Evaluasi salah satu komponen yang penting dalam pembelajaran untuk mengetahui efektifitas pembelajaran. Evaluasi menurut Ralph Tyler merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan ketercapaian tujuan pendidikan. Selain itu menurut Cronbach dan Stufflebeam evaluasi tidak hanya untuk mengukur ketercapaian tujuan tetapi digunakan juga untuk membuat keputusan. Evaluasi adalah kegiatan mengukur dan menilai. Mengukur yaitu membandingkan sesuatu dengan satu ukuran bersifat kuantitatif. Sedangkan menilai adalah mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk dan bersifat kualitatif (Arikunto, 2013:3). Evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis, berkelanjutan dan menyeluruh yang dilakukan dalam rangka pengendalian, penjaminan dan penetapan kualitas pembelajaran terhadap berbagai komponen pembelajaran (Arifin, 2009:9). Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat diambil kesimpulan, evaluasi adalah suatu proses pengumpulan data yang sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan. Evaluasi sebagai salah satu komponen pembelajaran yang dilakukan untuk

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengembangan

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pengembangan Instrumen Evaluasi Jenis Tes Bentuk Uraian

a. Pengertian Evaluasi

Evaluasi salah satu komponen yang penting dalam

pembelajaran untuk mengetahui efektifitas pembelajaran. Evaluasi

menurut Ralph Tyler merupakan sebuah proses pengumpulan data

untuk menentukan ketercapaian tujuan pendidikan. Selain itu menurut

Cronbach dan Stufflebeam evaluasi tidak hanya untuk mengukur

ketercapaian tujuan tetapi digunakan juga untuk membuat keputusan.

Evaluasi adalah kegiatan mengukur dan menilai. Mengukur yaitu

membandingkan sesuatu dengan satu ukuran bersifat kuantitatif.

Sedangkan menilai adalah mengambil keputusan terhadap sesuatu

dengan ukuran baik buruk dan bersifat kualitatif (Arikunto, 2013:3).

Evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis, berkelanjutan dan

menyeluruh yang dilakukan dalam rangka pengendalian, penjaminan

dan penetapan kualitas pembelajaran terhadap berbagai komponen

pembelajaran (Arifin, 2009:9).

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat diambil

kesimpulan, evaluasi adalah suatu proses pengumpulan data yang

sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan. Evaluasi sebagai

salah satu komponen pembelajaran yang dilakukan untuk

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengembangan

10

pengendalian, penjaminan dan penetapan kualitas pembelajaran.

Proses evaluasi terdiri dari pengumpulan data, mengukur, menilai dan

mengambil keputusan.

b. Pengembangan Tes Bentuk Uraian

Tes adalah instrumen yang digunakan untuk melaksanakan

kegiatan pengukuran. Tes memiliki banyak sekali bentuk, dapat

dibagi berdasarkan siapa pembuatnya, kepada siapa tes diberikan,

jawaban yang diberikan, tujuan tes dan lain sebagainya. Pada

kesempatan ini kita akan membahas tentang tes uraian dibagi

berdasarkan bentuk jawaban siswa. Soal uraian sering dianggap lebih

sulit dari pada soal objektif atau pilihan ganda padahal materi yang

digunakan dalam menyusun soal sama saja. Penilaian untuk soal

bentuk uraian dianggap bersifat subjektif dan tidak adil, padalah hal

ini bisa diatasi dengan membuat pedoman penskoran.

Dilihat dari luas sempitnya materi yang ditanyakan, tes uraian

dibagi menjadi dua bentuk yaitu uraian terbatas dan uraian bebas.

Uraian terbatas merupakan bentuk soal uraian yang mengharuskan

siswa mengemukakan hal-hal yang sesuai sebagai batasnya. Harus ada

pokok-pokok penting yang terdapat dalam sitematika jawabannya

sesuai dengan batas-batas yang ditentukan dan dikehendaki dalam

soal. Misalnya siswa disuruh menyebutkan 5 tanaman berbiji.

Sedangkan uraian bebas merupakan bentuk soal uraian dimana siswa

bebas dalam menjawab soal dengan cara dan sistematika sendiri. Pada

bentuk soal ini siswa diberikan kebebasan mengemukakan pandapat

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengembangan

11

berdasarkan dengan pengetahuan dan kemampuannya. Tetapi guru

tetap memiliki acuan dalam mengoreksi jawaban (Arifin, 2009:125).

Sehubungan dengan kedua bentuk uraian diatas, Depdikbud

menggunakan istilah Bentuk Uraian Objektif (BUO) dan Bentuk

Uraian Non Objektif (BUNO). Bentuk uraian objektif (BUO) adalah

bentuk uraian yang memiliki jawaban dengan rumusan yang relatif

pasti sehingga jawaban benar dapat diberi skor 1 dan jawaban salah

diberi skor 0.

Contoh:

Indikator: Menghitung isi bangun ruang balok dan mengubah satuan

ukurannya.

Soal: Sebuah bak penampungan air berbentuk balok berukuran

panjang 100 cm, lebar 70 cm dan tinggi 60 cm. Berapa liter isi bak

penampung mampu menyimpan air?

Tabel 2.1 Pedoman Penskoran Bentuk Uraian Objektif

Langkah Kriteria Jawaban Skor

1 Rumus isi balok: panjang x lebar x tinggi 1

2 = 100 cm x 70 cm x 60 cm 1

3 = 420.000 cm2 1

4 Isi balok dalam liter = 420.000/1000 1

5 = 420 liter 1

Skor maksimum 5

Sumber: (Arifin, 2009:127)

Sedangkan Bentuk uraian non objektif (BUNO) memiliki

rumusan yang sama dengan rumusan jawaban uraian bebas.

Penskoran dijabarkan dalam rentang dimana skor minimal adalah 0

dan skor maksimum ditentukan oleh penyusun soal. Contohnya pada

soal berikut:

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengembangan

12

Indikator: Menjelaskan alasan kenapa kita harus bangga sebagai

bangsa Indonesia.

Soal: Jelaskan alasan yang membuat kita perlu bangga sebagai bangsa

Indonesia!

Tabel 2.2 Pedoman Penskoran Bentuk Uraian Non Objektif

Kriteria Jawaban Rentang Skor

Kebanggaan yang berkaitan dengan kekayaan alam

Indonesia 0-2

Kebanggaan yang berkaitan dengan keindahan tanah air

Indonesia 0-2

Kebanggaan yang berkaitan dengan Keanekaragaman

budaya, suku, adat istiadat tetapi dapat bersatu 0-3

Kebanggaan yang berkaitan dengan keramahtamahan

masyarakat Indonesia 0-2

Skor maksimum 9

Sumber: (Arifin, 2009:128)

2. Soal Open-Ended

a. Pengertian Soal Open-Ended

Pendekatan open-ended dikembangkan di Jepang antara tahun

1971 dan 1976. Berdasarkan tulisan Becker dan shimada (1997)

berjudul The Open-Ended Approach: A New Proposal for Teaching

Mathematics. Para ahli pendidikan matematika negara Jepang

melakukan serangkaian penelitian yang berfokus pada pengembangan

metode evaluasi untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi

dalam pendidikan matematika (Sudiarta, 2007).

Pendekatan open-ended yang dikembangkan untuk metode

evaluasi mata pelajaran matematika tetapi tidak menutup

kemungkinan pendekatan atau jenis soal ini diberikan dalam mata

pelajaran lain. Intinya memberikan permasalahan yang memiliki

ragam jawaban dan atau ragam cara penyelesaian. Open-ended jika

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengembangan

13

diterjemahkan dari bahasa Inggris kebahasa Indonesia memiliki arti

terbuka. Istilah ini juga mirip seperti open mind yaitu berpikiran

terbuka. Hubungan keduanya dapat dilihat pada saat memecahkan

permasalahan dengan menggunakan pikiran terbuka yang didapat dari

kemampuan atau pengalaman yang dimiliki. Sehingga diperoleh

jawaban menggunakan strategi yang digunakan melalui proses

berpikir.

Suherman dalam (Rumapea, 2018) menyatakan soal open-

ended adalah soal yang dibuat dengan memiliki beberapa jawaban

yang benar. Siswa memiliki peluang dalam menemukan beragam

kemungkinan penyelesaian dari suatu masalah menggunakan

pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. Menurut (Rohayati,

Dahlan, & Nurjanah, 2012) open-ended merupakan pendekatan

pembelajaran dengan memberikan masalah yang bukan rutin

diberikan dan bersifat terbuka. Sehingga jawaban soal-soal open-

ended tidak tersurat dalam stimulus. Masalah yang diberikan berupa

tipe soal yang mempunyai banyak cara penyelesaian yang benar.

Siswa dituntut menggembangkan metode atau cara yang bervariasi

dalam memperoleh jawaban dan diminta menjelaskan bagaimana

proses untuk mencapai jawaban tersebut.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat diambil

kesimpulan bahwa soal open-ended adalah soal yang memberikan

permasalahan yang mengharuskan siswa menggunakan segala

kemampuan ide dan cara untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengembangan

14

Soal open-ended dirancang memiliki beberapa jawaban dan cara yang

beragam serta melatih kemampuan tingkat tinggi karena jawabnya

tidak tertulis pada stimulus soal dan memerlukan proses berpikir

dalam menyelesaikan soal.

b. Karakteristik Soal Open-Ended

Suherman dalam (Rumapea, 2018) merumuskan kriteria soal

open-ended yang pertama soal harus kaya akan konsep matematika.

Kedua tingkat kesulitan soal harus menyesuaikan siswa. Ketiga soal

yang dibuat harus mendukung pengembangan konsep matematika

lebih lanjut. Kriteria tersebut dikhususkan untuk matematika, tetapi

tidak membatasi pembuatan soal open-ended untuk mata pelajaran

lain. Secara umum soal open-ended harus mencakup kaya akan

konsep, tingkat kesulitan soal menyesuaikan siswa dan soal yang

dibuat dapat mendukung pengembangan konsep lanjutan. Selain itu

soal open-ended menyajikan beberapa informasi atau stimulus yang

tidak lengkap sehingga siswa diminta menentukan keputusan yang

masuk akal dalam menjawab pertanyaan tersebut. Siswa juga diminta

memberikan solusi dan penjelasan atas alasan memilih solusi tersebut

dalam menyelesaikan masalah.

Syahban dalam (Yusuf, Zulkardi, & Saleh, 2009)

mengemukakan dua teknik yang dapat dilakukan dalam membuat soal

open-ended yaitu teknik bekerja terbalik (working backward) dan

menggunakan teknik pertanyaan standar (adapting a standart

question). Teknik bekerja terbalik terdiri dari tiga langkah yaitu

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengembangan

15

mengidentifikasi topik, memikirkan pertanyaan dan menuliskan

jawaban lebih dahulu, membuat pertanyaan open-ended didasarkan

jawaban yang telah dibuat. Sedangkan teknik menggunakan

pertanyaan standar terdiri dari mengidentifikasi topik, memikirkan

pertanyaan standar, membuat pertanyaan open-ended yang baik

berdasarkan pertanyaan standar yang dibuat.

c. Kelebihan dan Kekurangan Soal Open-Ended

Soal open-ended memiliki kelebihan seperti dapat menjadi

salah satu cara dalam mengevaluasi kemampuan siswa secara objektif

dalam keterampilan tinggat tinggi. Memberikan kesempatan kepada

siswa untuk memberikan jawaban yang berbeda. Sehingga dapat

mengembangkan kecakapan dalam berpikir logis dalam

menyelesaikan masalah yang lebih kompleks yang ada dalam

kehidupan sehari-hari. Selain itu menurut Becker dan Shimada dalam

(Nurlita, 2015) apabila soal terbuka (open-ended) diberikan kepada

siswa disekolah maka ada 5 keuntungan yang dapat diharapkan.

Pertama adalah siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran

dan dapat mengekspresikan ide-ide. Kedua siswa secara komprehensif

menggunakan pengetahuan dan keterampilan. Ketiga siswa akan

dapat melihat dan menyelesaikan masalah dengan cara mereka

sendiri. Keempat memberikan motivasi kepada siswa untuk dapat

memberikan bukti. Kelima siswa menjadi senang karena memiliki

pengalaman menemukan dan menerima persetujuan dari siswa lain

terhadap ide-idenya.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengembangan

16

Kekurangan dalam penggunaan soal open-ended adalah

pembuatan dan menyajikan soal yang tidak mudah. Pertimbangan soal

yang dapat menimbulkan respon yang berbeda-beda tiap siswa seperti

kemudahan atau kesulitan dalam memahami permasalah dan motivasi

siswa dalam mengerjakan.

3. High Order Thinking Skill (HOTS)

a. Pengertian HOTS

Soal HOTS adalah instrumen pengukuran yang digunakan

untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu

kemampuan berpikir yang dalam kegiatannya terdapat proses

pengolahan sehingga tidak hanya sekedar mengingat dan menyatakan

kembali (Setiawati, Asmira, Ariyana, Bestary, & Pudjiastuti,

2018:10).

Taksonomi bloom dimensi proses berpikir terdiri dari

kemampuan mengetahui (C1), memahami (C2), menerapkan (C3),

menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mengkreasi (C6). Soal

HOTS dalam taksonomi bloom berada pada ranah kognitif C4

(menganalisis), C5 (mengevaluasi), dan C6 (mengkreasi). Ranah

kemampuan tersebut didalamnya terdapat kata kerja operasional

(KKO) yang digunakan untuk membuat indikator dalam pembelajaran

dan soal-soal (Setiawati, Asmira, Ariyana, Bestary, & Pudjiastuti,

2018:11).

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengembangan

17

Berdasarkan pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan,

HOTS adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dalam

taksonomi bloom berada pada ranah C4, C5 dan C6. Soal HOTS

adalah tes yang memberikan permasalahan kepada siswa, sehingga

siswa melalui proses berpikir menganalisis, mengevaluasi dan

mencipta.

b. Karakteristik HOTS

Dalam buku penilaian yang dikeluarkan oleh Direktorat

Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud disebutkan

beberapa karakteristik soal HOTS yaitu sebagai berikut (Setiawati,

Asmira, Ariyana, Bestary, & Pudjiastuti, 2018).

1) Mengukur Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi

Kemampuan tingkat tinggi bukan kemampuan untuk

mengingat, mengetahui dan mengulang akan tetapi merupakan

proses menganalisis, merefleksi, memberi argumen (alasan),

menerapkan konsep pada situasi berbeda, menyusun dan

menciptakan. Namun dalam pengerjaannya memerlukan

kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti keterampilan

memecahkan masalah, keterampilan berpikir kritis dan kreatif serta

kemampuan mengambil keputusan. Hal yang harus dipahami

adalah tingkat kesukaran dalam butir soal tidak sama dengan

kemampuan berpikir tingkat tinggi sehingga soal HOTS belum

tentu adalah soal yang memiliki tingkat kesukaran yang tinggi.

Contohnya memberikan pertanyaan tentang arti dari kata yang

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengembangan

18

tidak umum dan memberikan soal perkalian dengan digit yang

banyak misal 5397 x 91835. Soal-soal tersebut mungkin memiliki

tingkat kesukaran yang tinggi tetapi dalam menjawab pertanyaan

tersebut tidak menggunakan kemampuan higher order thingking

skill.

2) Berbasis Permasalahan Kontekstual

Soal HOTS adalah penilaian yang menyajikan

permasalahan berbasis nyata dalam kehidupan sehari-hari sehingga

peserta didik dapat menerapkan konsep-konsep pembelajaran yang

diterima dikelas untuk menyelesaikan masalah. Karakteristik

asesmen konstektual disingkat REACT yaitu Relating (berkaitan

langsung dengan pengalaman kehidupan nyata), Experiencing

(menekankan pada penggalian, penemuan, dan penciptaan),

Applying (dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat untuk

menyelesaikan masalah nyata), Communicating (menuntut peserta

didik dalam mengkomunikasikan), Transfering (dapat

mentransformasi konsep pengetahuan dalam kelas kedalam situasi

atau konsep baru.

Ciri asesmen kontekstual berbasis asesmen autentik yaitu

peserta didik mengonstruksi responnya sendiri tidak sekedar

memilih jawaban yang tersedia, tugas yang diberikan merupakan

tantangan yang dihadapkan pada dunia nyata dan tugas yang

diberikan tidak hanya memiliki satu jawaban tetapi memiliki

kemungkinan-kemungkinan jawaban yang benar.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengembangan

19

3) Level Kognitif

Anderson dan Kathwohl (dalam Setiawati, Asmira,

Ariyana, Bestary, & Pudjiastuti, 2018:15) mengklasifikaskan

dimensi berpikir menjadi 3 yaitu Higher Order Thinking Skills

(HOTS), Midle Order Thinking Skills (MOTS), dan Lower Order

Thinking Skills (LOTS). Namun terdapat beberapa Kata Kerja

Operasional (KKO) yang sama berada pada ranah yang berbeda,

namun tetap berbeda karena proses berpikirnya berbeda. Pusat

Penilaian Pendidikan (2015) mengklasifikasikan dimensi berpikir

menjadi 3 level kognitif yaitu pengetahuan dan pengalaman (level

1), aplikasi (level 2), dan penalaran (level 3).

Tabel 2.3 Perbandingan Klasifikasi Kerangka Berpikir

Klasifikasi Anderson dan Kathwohl Kerangka

Berpikir

Klasifikasi

Puspendik

LOTS Mengingat kembali Mengetahui (Level 1)

MOTS

Menjelaskan ide atau konsep Memahami

Menggunakan informasi

pada domain berbeda

Mengaplikasi (Level 2)

HOTS

Menspesifikasi aspek-aspek Menganalisis

(Level 3)

Mengambil keputusan

sendiri

Mengevaluasi

Mengkreasi gagasan atau ide

sendiri

Mengkreasi

Sumber: Modifikasi dari (Setiawati, Asmira, Ariyana, Bestary, & Pudjiastuti,

2018:15)

Level 1, soal yang digunakan untuk mengukur pengetahuan

faktual, konsep dan prosedural sehingga peserta didik harus dapat

mengingat beberapa rumus atau peristiwa, menghafal definisi, atau

menyebutkan langkah-langkah (prosedur) dalam melakukan

sesuatu.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengembangan

20

Level 2, peserta didik menerapkan pengetahuan faktual,

konsep dan prosedural tertentu untuk menyelesaikan masalah

kontekstual. Contoh KKO yang sering digunakan adalah

menerapkan, menggunakan, menentukan, menghitung,

membuktikan dan lain-lain.

Level 3, merupakan level kemampuan berpikir tingkat

tinggi (HOTS). Peserta didik harus mampu mengingat, memahami,

dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual dan prosedural

serta memiliki logika, penalaran dan menyusun strategi untuk

menyelesaikan masalah kontekstual. KKO yang sering digunakan

adalah menguraikan, mengorganisir, membandingkan, menyusun

hipotesa, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji,

menyimpulkan, merancang, membangun, merencanakan,

memproduksi, menemukan, memperbaharui, menyempurnakan,

memperkuat, memperindah dan mengubah.

c. Indikator HOTS

Setiawati, Asmira, Ariyana, Bestary, & Pudjiastuti (2018:17)

menyebutkan beberapa kemampuan yang harus dimiliki siswa pada

setiap dimensi HOTS. Pada proses berpikir menganalisis (C4)

menuntut kemampuan siswa untuk menspesifikasi aspek/elemen,

menguraikan, mengorganisis, membandingkan, dan menemukan

makna tersirat. Proses berpikir mengevaluasi (C5) menuntut

kemampuan siswa untuk menyusun hipotesis, mengkritis, mengkritik,

memprediksi, menilai, menguji, membenarkan atau menyalahkan.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengembangan

21

Proses berpikir mengkreasi/mencipta (C6) menuntut kemampuan

siswa untuk merancang, membangun, merencanakan, memproduksi,

menemukan, memperbaharui, mengubah dll.

Anderson dan Kathwohl (dalam Kusdianti, 2019)

menyebutkan indikator atau kriteria yang termasuk proses berpikir

HOTS. Indikator yang dapat mengukur kemampuan menganalisis

yaitu: (1) Menganalisis informasi yang masuk dan menstrukturkan

atau membagi informasi kedalam bagian yang lebih kecil; (2) Mampu

mengenali dan membedakan sebab akibat dari sebuah skenario yang

rumit; (3) Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan. Indikator

yang dapat mengukur kemampuan mengevaluasi yaitu: (1)

Memberikan penilaian menggunakan kriteria yang sesuai untuk

memastikan nilai efektivitas dan manfaat pada solusi, gagasan, dan

metodologi atau prosedur yang diberikan; (2) Membuat hipotesis,

mengkritik dan melakukan pengujian; (3) Menerima atau menolak

sesuatu berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Indikator yang

dapat mengukur kemampuan mencipta yaitu: (1) Membuat

generalisasi suatu ide atau cara pandang terhadap sesuatu; (2)

Merancang suatu cara untuk menyelesaikan masalah; (3)

Mengorganisasikan unsur/bagian menjadi struktur baru yang belum

pernah ada sebelumnya.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengembangan

22

Indikator soal HOTS yang dibuat berdasarkan kedua pendapat

diatas, adalah sebagai berikut:

1) Menganalisis (C4)

a) Soal melibatkan siswa menelaah atau mengurutkan suatu

informasi.

b) Soal melibatkan siswa memilah bagian-bagian yang relevan

atau penting dari suatu informasi.

c) Soal melibatkan siswa mengembangkan kemampuan untuk

menghubungkan ide-ide.

d) Soal melibatkan siswa menentukan tujuan dibalik informasi.

e) Soal melibatkan siswa mengembangkan kemampuan

membuat keputusan.

2) Mengevaluasi (C5)

a) Soal melibatkan siswa mengambil keputusan berdasarkan

kriteria yang sesuai.

b) Soal melibatkan siswa menguji kesesuaian cara atau metode

yang digunakan sudah baik/tidak, sama/berbeda dll.

c) Soal melibatkan siswa membuat keputusan sesuai dengan

suatu prosedur atau informasi untuk menyelesaikan masalah.

d) Soal melibatkan siswa menerima/menolak sesuatu

berdasarkan kriteria yang ditetapkan.

e) Soal melibatkan siswa bertanggungjawab atas keputusan

yang diambil dengan memberikan pembuktian atau alasan

yang relevan.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengembangan

23

3) Mencipta (C6)

a) Soal melibatkan siswa membuat atau menyusun suatu ide

atau cara pandang baru.

b) Soal melibatkan siswa menggambarkan atau membayangkan

masalah dan membuat hipotesis berdasarkan kriteria tertentu.

c) Soal melibatkan siswa membuat rencana/langkah untuk

menyelesaikan masalah.

d) Soal melibatkan siswa menentukan suatu cara untuk

menentukan hasil dari cara yang baru.

e) Soal tidak hanya sekedar menulis atau membangun sesuatu

seperti yang ada dalam kategori memahami.

f) Soal tidak hanya sekedar menerapkan rumus ataupun cara

seperti yang ada dalam katagori mengaplikasi.

d. Langkah Penyusunan Soal HOTS

Pembuat soal HOTS harus menentukan prilaku yang hendak

diukur dan merumuskan materi yang akan dijadikan dasar pertanyaan

(stimulus). Oleh karena itu penulisan soal HOTS dibutuhkan

penguasaan terhadap materi ajar, keterampilan dalam menulis soal

(konstruksi), dan kreativitas dalam menentukan stimulus yang tepat

sesuai dengan situasi dan kondisi. Buku penilaian berorientasi HOTS,

menyebutkan lima langkah penyusunan soal HOTS yaitu sebagai

berikut (Setiawati, Asmira, Ariyana, Bestary, & Pudjiastuti, 2018).

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengembangan

24

1) Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS

Hal pertama yang harus dilakukan dalam membuat soal

HOTS adalah menentukan Kompetensi Dasar (KD) yang dapat

digunakan dalam pembuatan soal HOTS. Dikerenakan tidak

semua KD dapat digunakan.

2) Menyusun kisi-sisi soal

Kisi-kisi soal berisikan KD yang dapat dibuat soal HOTS,

Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK), materi pokok yang

terkait pada KD, indikator soal, level kognitif, bentuk soal dan

nomor soal.

3) Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual

Stimulus yang menarik maksudnya adalah menyajikan

stimulus yang baru misalnya peristiwa yang baru saja terjadi,

sehingga mendorong peserta didik untuk membaca stimulus yang

diberikan. Sedangkan stimulus kontekstual adalah menyajikan

stimulus sesuai dengan kenyataan yang ada pada kehidupan

sehari-hari.

4) Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal

Butir pertanyaan dibuat sesuai kaidah penulisan butir soal

HOTS, yang membedakan dari butir soal pada umumnya terletak

pada aspek materi sedangkan konstruksi dan bahasa relatif sama.

Butir soal ditulis pada kartu soal.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengembangan

25

5) Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban

Setiap butir soal yang dibuat dilengkapi dengan pedoman

penskoran atau kunci jawaban. Biasanya pedoman penskoran

digunakan untuk bentuk soal uraian sedangkan kunci jawaban

untuk bentuk soal pilihan ganda.

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Kajian penelitian yang relevan dengan yang akan diteliti yaitu penelitan

Kurnia Susilawati (2018) dengan judul “Pengembangan Lembar Kerja Siswa

Berbasis Open-Ended pada Pembelajaran Matematika Kelas 3 Di SDN

Girimoyo 02”. Penelitian ini menghasilkan LKS yang telah divalidasi oleh ahli

materi, ahli bahan ajar dan ahli pembelajaran dimana semuanya dinyatakan

layak serta mendapatkan respon positif dari siswa. Persamaan penelitian

tersebut dengan yang akan diteliti adalah penggunaan pendekatan Open-ended

dalam membuat pengembangan LKS dan subjek penelitian pada kelas 3 SD

serta model penelitian yang digunakan adalah model ADDIE. Sedangkan

perbedaannya terletak pada produk dan materi yang dikembangkan. Pada

penelitan ini produknya adalah soal open-ended berbasis HOTS pada materi

tema 1 subtema 3 pembelajan 3.

Kajian relevan selanjutnya adalah hasil penelitian Anggi Lestari, Asep

Saepulrohman dan Ghullam Hamdu (2016) yang berjudul “Pengembangan

Soal Tes Berbasis HOTS pada Model Pembelajaran Latihan Penelitian Di

Sekolah Dasar”. Penelitian ini menghasilkan pengembangan 10 butir soal

pilihan ganda dan 13 soal esai yang valid, praktis dan layak untuk digunakan.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengembangan

26

Perbedaan penelitian tersebut dengan yang akan diteliti adalah terletak pada

jenjang kelas yaitu pada kelas IV SD dan materi yang dibuat dalam

pengembangan soal. Sedangkan persamaannya terletak pada produk yang

dikembangkan yaitu soal berbasis HOTS.

Penelitian oleh Maria Vannny Febiana (2018) yang berjudul

“Pengembangan soal HOTS Materi Luas Bangun Datar dan Volume Bangun

untuk Siswa Kelas V SD”. Penelitian ini menghasilkan 15 soal uraian yang

valid, reliabel, memiliki daya pembeda yang baik dan tingkat kesukaran sedang

87% dan sulit 13 %. Perbedaan penelitian ini dengan yang akan diteliti terletak

pada objek penelitian dan materi yang dikembangkan dalam mengembangkan

soal HOTS. Persamaannya terletak pada pengembangan soal berbasis HOTS

dan soal yang dikembangkan berbentuk soal uraian.

Tabel 2.4 Analisis Penelitian yang Relevan

Nama Peneliti Tahun Judul Perbedaan Persamaan

Kurnia

Susilawati

2018 Pengembangan

Lembar Kerja

Siswa Berbasis

Open-Ended

pada

Pembelajaran

Matematika

Kelas 3 Di SDN

Girimoyo 02

1. Produk yang

dikembangkan

berupa LKS

2. Materi yang

digunakan dalam

pengembangan

LKS

1. Penggunakan

pendekatan

open-ended

dalam

mengembangk

an soal latihan.

2. Objek

penelitian pada

Kelas III SD

3. Model

penelitian

ADDIE

Anggi Lestari,

Asep

Saepulrohman

dan Ghullam

Hamdu

2016 Pengembangan

Soal Tes

Berbasis HOTS

pada Model

Pembelajaran

1. Materi yang

digunakan dalam

mengembangkan

produk

1. Objek

penelitian pada

siswa sekolah

dasar

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengembangan

27

Nama Peneliti Tahun Judul Perbedaan Persamaan

Latihan

Penelitian Di

Sekolah Dasar

2. Objek penelitian

pada kelas IV

2. Produk soal

yang

dikembangkan

berbasis HOTS

Maria Vannny

Febiana

2018 Pengembangan

soal HOTS

Materi Luas

Bangun Datar

dan Volume

Bangun untuk

Siswa Kelas V

SD

1. Materi yang

digunakan dalam

mengembangkan

soal (produk)

2. Objek penelitian

pada kelas V

3. Bentuk soal

uraian tertutup

1. objek penelitian

pada siswa

sekolah dasar

2. Produk yang

dikembengkan

berupa soal

HOTS

3. Bentuk soal

uraian

Sumber: (Olahan Peneliti)

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengembangan

28

C. Kerangka Pikir

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Sumber: (Olahan Peneliti)

Kondisi Ideal:

1. Kurikulum 2013 mempersiapkan peserta didik untuk menghadapi

masalah kompleks, sebagai kecakapan abad 21.

2. Kurikulum 2013 diimplementasikan dalam pembelajaran berbasis

kompetensi dan pendidikan karakter, dengan tujuan menjadikan

peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif

3. Penilaian dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses,

kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara

berkesinambungan.

4. Program PKP yaitu penilain berbasis HOTS untuk membiasakan

siswa dalam menggunakan kemampuan tingkat tinggi.

Kondisi lapang:

1. Evaluasi diberikan dengan bentuk soal isian,

dimana hanya memiliki satu jawaban yang

pasti.

2. Pelaksanaan evaluasi memiliki kendala pada

waktu dan beberapa siswa yang

mendapatkan hasil yang tidak murni.

3. Indikator penilaian yang digunakan masih

pada ranah LOTS, belum menggunakan soal

HOTS.

Permasalahan:

1. Bentuk soal yang diberikan hanya memiliki satu jawaban

yang pasti sehingga dalam pelaksanaannya masih terdapat

siswa yang tidak mengerjakan sendiri. Bentuk soal tersebut

diasumsikan sebagai soal yang belum bisa membedakan

siswa yang memahami materi atau tidak. Sehingga fungsi

evaluasi tidak terlaksana dengan baik.

2. Penggunaan alat ukur penilaian dengan indikator yang

rendah sedangkan dalam kurikulum 2013 peserta didik

dipersiapkan untuk menghadapi masalah yang kompleks

dengan melakukan berbagai peningkatan dalam proses

belajar mengajar. Selain itu Dikjen GTK telah membuat

program PKP yaitu penilaian berbasis HOTS untuk melatih

keterampilan tingkat tinggi.

Solusi:

Pengembangan soal open-ended

berbasis HOTS

Teknik Pengumpulan data:

Observasi, wawancara, dokumentasi, dan angket

Hasil:

1. Pengembangan soal open-ended berbasis HOTS pada tema 1 subtema 3

pembelajaran 3 untuk siswa kelas III SDN Mojolangu 5 Malang.

2. Kualitas tingkat kesukaran dan daya pembeda soal open-ended berbasis

HOTS pada tema 1 subtema 3 pembelajaran 3 untuk siswa kelas III SDN

Mojolangu 5 Malang.

Teknik Analisis data:

Kualitatif dan kuantitatif

Analyze Design Development Implementation Evaluation

Model Pengembangan: ADDIE