bab ii kajian pustaka a. deskripsi teori 1. lembar kerja ...repository.ump.ac.id/6574/3/wahyu dwi...
TRANSCRIPT
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Lembar Kerja Siswa (LKS)
a. Pengertian LKS
LKS (Lembar Kerja Siswa) merupakan salah satu bentuk
dari bahan ajar. Bahan ajar adalah segala bentuk yang digunakan
oleh guru untuk melaksanakan proses pembelajaran pembelajaran.
Bahan ajar tersebut dapat berbentuk tertulis dan tidak tertulis.
Prastowo (2012: 298) mengemukakan bahwa:
Bahan ajar itu sendiri merupakan seperangkat materi atau
substansi pembelajaran (teaching material) yang disusun
secara sistematis dan menampilkan sosok utuh dari
kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
Lembar Kerja Siswa adalah bentuk bahan ajar tertulis
Pengertian LKS menurut Trianto (2012: 222) yaitu: “Panduan siswa
yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau
pemecahan masalah”. Adapun pendapat yang dikemukakan oleh
Prastowo (2014: 269) bahwa:
LKS merupakan suatu bahan ajar cetak yang berupa
lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan
petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus
dikerjakan siswa, baik berisfat teoritis dan atau praktis,
yang mengacu kepada kompetensi dasar yang harus dicapai
siswa dan penggunaannya tergantung bahan ajar lain.
10
Pengembangan Lembar Kerja..., Wahyu Dwi Utami, FKIP UMP, 2016
11
Pendapat dari beberapa teori di atas dapat menyimpulkan
bahwa LKS merupakan suatu substansi pembelajaran yang
berbentuk lembaran-lembaran yang berfungsi sebagai panduan kerja
bagi siswa agar dapat lebih mudah dalam melakukan pembelajaran
di kelas. LKS juga bermanfaat bagi siswa untuk menambah materi
yang tengah dipelajari melalui kegiatan pembelajaran yang
tersususun di dalamnya. Aktifitas siswa dalam proses belajar
diharapkan dapat meningkat dengan adanya LKS sehingga dapat
mengoptimalkan hasil belajar siswa itu sendiri.
b. Syarat Penyusunan LKS
Pembuatan Lembar Kerja Siswa harus mengacu kepada
syarat-syarat penyusunan LKS agar LKS yang dibuat lebih tepat dan
lebih akurat. Widjajanti (2008) mengemukakan bahwa: “Syarat
penyusunan LKS itu ada 3 yaitu syarat didaktik, syarat konstruksi,
dan syarat teknik”.
1) Syarat Didaktik
Syarat didaktif adalah syarat penyusunan LKS yang
bersifat universal yaitu dapat digunakan oleh semua siswa baik
yang lamban maupun pandai. LKS lebih menekankan pada
proses menemukan konsep, dan yang terpenting dalam LKS ada
variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa.
LKS diharapkan mengutamakan pada pengembangan
kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral dan estetika.
Pengembangan Lembar Kerja..., Wahyu Dwi Utami, FKIP UMP, 2016
12
Syarat-syarat didaktif penyusunan LKS antara lain:
LKS dapat mengajak siswa untuk aktif di dalam pembelajaran,
LKS dapat memberikan penekanan pada proses untuk
menemukan konsep bukan hasil semata, LKS memiliki variasi
stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa sesuai-
dengan ciri KTSP, LKS dapat membuat siswa mengembangkan
kemampuan di dalam berkomunikasi sosial, emosional, moral,
dan estetika pada diri siswa.
2) Syarat Konstruksi
Syarat konstruksi adalah syarat penyusunan LKS yang
berhubungan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat,
kosakata, tingkat kesukaran, dan kejelasan. LKS pada dasarnya
harus tepat guna dalam artian dapat dimengerti oleh pengguna.
Syarat-syarat konstruksi yang dimaksud antara lain
adalah: LKS disusun dengan menggunakan bahasa yang sesuai
dengan tingkat kedewasaan anak, LKS disusun dengan
menggunakan struktur kalimat yang jelas. LKS harus memiliki
tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan
anak. LKS disusun dengan tidak mengacu pada buku sumber
yang diluar kemampuan keterbatasan siswa. LKS harus mampu
menyediakan ruangan yang cukup untuk memberi keleluasaan
pada siswa untuk menulis maupun menggambarkan pada LKS.
Pengembangan Lembar Kerja..., Wahyu Dwi Utami, FKIP UMP, 2016
13
Penyusunan LKS selain itu juga membutuhkan
pemberikan bingkai dimana anak harus menuliskan jawaban
atau menggambar sesuai dengan yang diperintahkan. Hal ini
dapat juga memudahkan guru untuk memeriksa hasil kerja
siswa. LKS harus menggunakan kalimat yang sederhana dan
pendek agar siswa lebih dapat memahami petunjuk yang-
diperintahkan.
Gunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata.
Gambar lebih dekat pada sifat konkrit sedangkan kata-kata lebih
dekat pada sifat “formal” atau abstrak sehingga lebih sukar
ditangkap oleh anak. LKS memiliki tujuan yang jelas serta
bermanfaat sebagai sumber motivasi. LKS terdapat identitas
untuk memudahkan administrasiny, misalnya, kelas, mata
pelajaran, topik, nama atau nama-nama anggota kelompok,
tanggal, dan sebagainya.
3) Syarat Teknis
Syarat teknis merupakan syarat penyusunan LKS yang
berkaitan dengan tulisan, gambar, dan penampilan dalam LKS.
Tulisan yang digunakan pada LKS adalah huruf cetak dan tidak
menggunakan huruf latin ataupun romawi. Penulisan topik pada
LKS menggunakan huruf tebal dengan font cukup besar bukan
hanya huruf biasa yang diberi garis bawah. LKS menggunakan
kalimat pendek, tidak boleh lebih dari 10 kata dalam satu baris.
Pengembangan Lembar Kerja..., Wahyu Dwi Utami, FKIP UMP, 2016
14
LKS menggunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah
dengan jawaban siswa, usahakan agar perbandingan besarnya
huruf dengan besarnya gambar serasi.
Gambar yang sesuai untuk digunakan pada LKS yaitu
gambar yang dapat menyampaikan pesan secara efektif kepada
pengguna LKS. Gambar fotografi berkualitas tinggi belum tentu
dapat dijadikan gambar LKS yang efektif. Kejelasan gambar
atau isi dari gambar secara keseluruhanlah yang memegang
peran penting, sedangkan penampilan pada LKS mencakup
bentuk sajian dari LKS tersebut. Hal pertama yang dilihat oleh
siswa bukanlah isi dari LKS akan tetapi penampilannya terlebih
dahulu. LKS harus mempunyai tampilan yang menarik agar
dapat menarik perhatian siswa. Penampilan LKS yang baik
adalah LKS yang mempunyai kombinasi gambar, tulisan yang
disusun secara indah, jelas dan sesuai dengan pesan yang
hendak dicapai. Tampilan LKS yang menarik akan membuat
siswa lebih tertarik untuk mempelajari lebih jauh LKS.
c. Langkah-langkah Aplikatif Membuat LKS
Lembar Kerja Siswa dalam penyusunannya diperlukan
langkah langkah aplikatif.
Pengembangan Lembar Kerja..., Wahyu Dwi Utami, FKIP UMP, 2016
15
Berikut ini merupakan tabel langkah-langkah aplikatif
membuat LKS secara garis besar menurut Diknas (2008) :
Gambar 2.1 Diagram Alur Langkah-Langkah Penyusunan LKS
Sumber: Diknas (2008)
Analisis Kurikulum Tematik
Menyusun Kebutuhan LKS
Menentukan Judul LKS
MENULIS TEKS
Memetakan KD dan Indikator
antar- Mata Pelajaran
Menentukan Tema Sentral dan
Pokok Bahasan
Menentukan Alat Penilaian
Menyusun Materi
Memerhatikan Struktur Bahan Ajar
Pengembangan Lembar Kerja..., Wahyu Dwi Utami, FKIP UMP, 2016
16
1) Analisis Kurikulum
Langkah pertama dalam penyusunan LKS adalah
analisis kurikulum dengan cara melihat materi pokok,
pengalaman belajar, serta materi yang akan diajar. Hal ini
dilakukan agar dapat menentukan materi-materi yang akan
dibuat LKS.
2) Menyusun Peta Kebutuhan LKS
Langkah kedua adalah menyusun peta kebutuhan LKS
diawali dengan analisis kurikulum dan analisis sumber belajar
yang dibuat struktural. Hal ini bertujuan untuk memfokuskan
dan menentukan prioritas materi.
3) Menentukan Judul LKS
Langkah ketiga adalah menentukan judul LKS. LKS
ditentuan atas dasar kompetensi-kompetensi dasar, materi-
materi pokok, atau pengalaman belajar yang terdapat dalam
kurikulum. Satu kompetensi dasar dapat dijadikan sebagai judul
LKS apabila kompetensi tersebut tidak terlalu besar.
4) Penulisan LKS
Langkah terakhir adalah penulisan LKS yang terdiri
dari merumuskan kompetensi dasar terlebih dahulu kemudian
menentukan alat penilaian, lalu menyusun materi dan
dilanjutkan dengan memperhatikan struktur LKS.
Pengembangan Lembar Kerja..., Wahyu Dwi Utami, FKIP UMP, 2016
17
Tahap penulisan LKS secara rinci dapat dijabarkan
sebagai berikut :
Pertama, merumuskan kompetensi dasar. Dalam hal ini
dapat dilakukan dengan menurunkan rumusannya langsung dari
kurikulum yang berlaku. Contohnya adalah kompetensi yang
diturunkan dari KTSP 2006.
Kedua, menentukan alat penilaian. Penilaian dapat
dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja peserta didik,
karena pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah
kompetensi. Alat penilaian yang cocok dan sesuai adalah
menggunakan Pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP) atau
Criterion Refenced Assesment, dengan demikian, pendidik dapat
melakukan penilaian melalui proses dan hasilnya.
Ketiga adalah menyusun materi, ada beberapa hal
penting yang perlu diperhatikan untuk menyusun materi LKS,
perlu diketahui bahwa materi LKS sangat tergantung pada
kompetensi dasar yang akan dicapai. Materi LKS dapat berupa
informasi pendukung, yaitu gambaran umum atau ruang lingkup
substansi yang akan dipelajari dan dapat diambil dari berbagai
sumber. Tugas-tugas harus ditulis secara jelas untuk mengurangi
pertanyaan dari peserta didik tentang hal-hal yang seharusnya
peserta didik dapat melakukannya.
Pengembangan Lembar Kerja..., Wahyu Dwi Utami, FKIP UMP, 2016
18
Keempat, memperhatikan struktur LKS. Struktur LKS
terdiri atas enam komponen yaitu, judul, petunjuk belajar
(petunjuk siswa), kompetensi yang akan dicapai, informasi
pendukung, tugas-tugas dan langkah-langkah kerja, serta
penilaian.
2. Pembelajaran Bahasa Jawa SD
Pembelajaran bahasa Jawa di SD merupakan bagian dari
kurikulum Muatan Lokal. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Muhaimin (2008: 233) bahwa:
Muatan lokal dimaksudkan untuk mengembangkan potensi
daerahnya sebagai bagian dari upaya peningkatan mutu
pendidikan di SD atau MI seperti menyiapkan peserta didik
untuk memasuki bahasa global dan teknologi informasi.
Jadi pembelajaran bahasa Jawa di SD merupakan bagian dari
pelajaran muatan lokal yang bertujuan sebagai wahana untuk pelestarian
bahasa Jawa. Pembelajaran yang terkandung di dalam pelajaran bahasa
Jawa di Sekolah Dasar terdiri dari 4 aspek keterampilan berbahasa yaitu
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Aspek mendengarkan meliputi memahami instruksi, informasi
dan cerita sangat sederhana yang disampaikan secara lisan dalam konteks
kelas, sekolah dan lingkungan sekitar dalam bahasa Jawa. Aspek
mendengarkan meliputi memahami wacana lisan yang didengar baik teks
sastra maupun non sastra dalam berbagai ragam bahasa berupa cerita
teman, teks karangan, pidato, pesan, cerita rakyat, cerita anak, geguritan,
tembang macapat, dan cerita wayang.
Pengembangan Lembar Kerja..., Wahyu Dwi Utami, FKIP UMP, 2016
19
Aspek berbicara meliputi menggunakan wacana lisan untuk
mengungkapkan pikiran, perasaan, baik sastra maupun non sastra dengan
menggunakan berbagai keperluan, mengungkapkan keinginan,
menceritakan tokoh wayang, mendeskripsikan benda, menanggapi
persoalan faktual atau pengamatan, berpidato, dan mengapresiasikan
tembang. Aspek membaca meliputi menggunakan berbagai keterampilan
membaca untuk memahami teks sastra maupun non sastra dalam
berbagai ragam bahasa berupa teks bacaan, pidato, cerita rakyat,
percakapan, geguritan, cerita anak, cerita rakyat, cerita wayang, dan
huruf Jawa. Aspek menulis meliputi menuliskan kata, ungkapan, dan teks
fungsional pendek sangat sederhana dengan ejaan dan tanda baca yang
tepat dalam bahasa Jawa.
3. Unggah-Ungguh Basa
Unggah-Ungguh Basa yaitu sopan santun menggunakan Bahasa
Jawa. Unggah-Ungguh Basa juga disebut dengan Unggah-Ungguhing
Basa. Unggah-Ungguh Basa selalu berkaitan dengan ragam bahasa Jawa.
Ragam bahasa Jawa mencakup aturan-aturan dalam berkomunikasi
menggunakan bahasa Jawa yang terdiri dari basa Ngoko dan Krama serta
tatarannya.
Setiyanto (2007: 26) mengatakan bahwa Unggah-Ungguhing
Basa terdiri dari :
Basa Ngoko yaitu Ngoko Lugu dan Ngoko Andhap; Basa Madya
terdiri dari Madya Ngoko, Madya Krama, Madyantara, Basa
Krama terdiri dari Mudha Krama, Kramantara, Wredha Krama,
Krama Inggil, Krama Desa; Basa Kedhaton (bagongan); Basa
Jawa Ngoko.
Pengembangan Lembar Kerja..., Wahyu Dwi Utami, FKIP UMP, 2016
20
a. Basa Ngoko
Basa Ngoko merupakan bentuk dari Unggah-Ungguhing
Basa Jawa Ngoko. Basa Ngoko terdiri atas Basa Ngoko Lugu dan
Ngoko Andhap.
1) Ngoko Lugu
Basa Ngoko lugu disusun dari kata-kata Ngoko semua,
adapun kata; aku kowe dan ater ater; dak, ko , di juga
panambang;-ku,-mu,-e,-ake tidak berubah. Basa Ngoko Lugu
digunakan pada saat berbicara kepada: orang tua kepada anak,
cucu atau pada anak muda lainnya, percakapan orang-orang
sederajat, tidak memperhatikan kedudukan dan usia, seperti
anak-anak dengan temannya, atasan dengan bawahannya,
namun sekarang ini kebanyakan menggunakan bahasa krama
meskipun tidak lengkap dikandung maksud untuk menghormati
bawahannya sebagai rekan kerja, digunakan pada saat berbicara.
2) Ngoko Andhap
Ngoko Andhap dapat dibedakan menjadi 2 macam
bahasa yaitu Antya Basa dan Basa Antya.
Basa Ngoko Andhap merupakan bahasa campuran dari basa
Ngoko dan Basa Krama Inggil. Ngoko Andhap digunakan oleh
siapa saja yang telah akrab-dengan lawan berbicaranya akan
tetapi masih menunjukan rasa hormat dengan penggunaan Basa
Krama Inggil di dalamnya.
Pengembangan Lembar Kerja..., Wahyu Dwi Utami, FKIP UMP, 2016
21
a) Antya Basa
Basa Ngoko Andhap Antya Basa adalah bahasa yang
kata-katanya Ngoko dicampur degan kata-kata Krama
Inggil untuk orang yang diajak bicara, untuk menyatakan
hormat.
b) Basa Antya
Basa Antya dibentuk dari Ngoko dicampur dengan
kata Krama dan Krama Inggil.
Contoh:
Antya Basa : Sariramu tak aturi ngenteni dhisik, ora suwe.
Basa Antya :Panjenenganmu tak aturi ngentosi rumiyin,
ora dangu.
Ngoko Andhap Antya Basa sampai saat ini masih
biasa digunakan dan dilestarikan, sedangkan untuk Basa
Antya telah jarang sekali dipakai lagi bahkan dapat
dikatakan telah punah.
b. Basa Madya
1) Madya Ngoko
Basa Madya Ngoko merupakan bahasa madya yang
dicmpur dengan basa ngoko utuh. Ciri-cinya adalah kata Aku
diubah menjadi kula, Kowe diubah menjadi dika, Ater-ater
(awalan) tak- diubah menjadi kula, Ater-ater ko- diubah menjadi
dika. Penggunaan bahasa ini biasanya oleh orang-orang yang
Pengembangan Lembar Kerja..., Wahyu Dwi Utami, FKIP UMP, 2016
22
berada di pedesaan atau orang-orang yang berada di
pegunungan.
2) Madya Krama
Basa Madya Krama adalah bahasa yang digunakan
oleh orang desa yang satu dengan yang lain yang dianggap lebih
tua atau dianggap terhormat. Basa Madya Krama dibentuk dari-
kata-kata madya dicampur dengan kata-kata krama yang tidak
mempunyai kata madya. Penjelasannya yaitu; aku diubah
menjadi kula, kowe diubah menjadi sampeyan atau samang,
ater-ater (awalan) tak- diubah menjadi kula, kowe diubah
menjadi sampeyan, ater-ater tak- diubah menjadi kula,
panambangmu.
3) Madyantara
Basa Madyantara merupakan bahasa yang terbbentuk
dari Basa Madya Krama, tetapi yang ditujukan pada orang yang
diajak berbicara diubah menjadi Krama Inggil. Adapun
pemakaiannya biasanya dipakai percakapan priyayi dengan
suaminya. Bahasa seperti ini telah jarang sekali dipakai bahkan
sudah tidak pernah dipakai lagi.
c. Bahasa Jawa Krama Inggil
1) Mudha Krama
Basa Mudha Krama merupakan bahasa yang luwes
sekali, digunakan untuk semua orang tidak ada jeleknya.
Pengembangan Lembar Kerja..., Wahyu Dwi Utami, FKIP UMP, 2016
23
Orang yang diajak berbicara dihormati adapun dirinya sendiri
yaitu orang yang mengajak bicara merendahkan diri.
Bentuk Basa Mudha Krama terdiri dari krama semua
dicampur dengan Krama Inggil untuk orang yang diajak
berbicara. Basa Mudha Krama biasanya dipakai oleh orang
muda untuk berbicara kepada orang tua.
2) Kramantara
Basa Kramantara merupakan bahasa yang
menggunakan kata-kata krama semua tanpa dicampur dengan
Krama Inggil. Biasanya bahasa ini digunakan oleh orang tua
kepada orang yang lebih muda, karena merasa lebih tua usianya
atau lebih tinggi kedudukannya. Tetapi saat ini bahasa tersebut
sudah tidak biasa dipakai lagi meskipun demikian tidak
keberatan memakai Basa Mudha Krama.
3) Wredha Krama
Basa Wreda Krama hampir sama dengan Kramantara,
sama-sama tidak dicampur dengan kata-kata Krama Inggil
adapun perbedaannya ada pada ater-ater di-, panambang-e ,-
ake. Basa Wreda Krama digunakan oleh orang tua kepada orang
yang lebih muda atau orang yang derajatnya lebih tinggi. Bahasa
ini sudah jarang sekali dipakai karena pada umumnya lebih
memilih menguunakan basa mudhakrama.
Pengembangan Lembar Kerja..., Wahyu Dwi Utami, FKIP UMP, 2016
24
4) Krama Inggil
Basa Krama Inggil yang kata-katanya krama semua
dicampur dengan Krama Inggil untuk orang yang diajak bicara.
Basa Krama Inggil biasa digunakan oleh priyayi cilik kepada
priyayi gedhe. Orang muda kepada orang tua, ketika
membicarakan orang luhur.
5) Krama Desa
Basa Krama Desa merupakan basa yang kata-katanya
menggunakan basa krama dicampur dengan kata-kata Krama
Desa.
Diantara pembagian-pembagian Unggah-Ungguh Basa di atas
dalam pembelajaran di Sekolah Dasar disederhanakan menjadi 4 yaitu:
a. Basa Ngoko Lugu
Bentuk kalimatnya menggunakan ngoko semua tidak ada
basa kramanya. Penggunaannya:
1) Untuk sesama orang yang sudah terbiasa/kenal.
2) Untuk yang lebih muda.
3) Atasan kepada bawahannya.
4) Guru dengan murid.
Contoh:
– Yan kowe mengko sore sida ngampiri aku les?
– Dhik, yen arep ndelok pameran, aku mengko tulung ampirana ya!
Pengembangan Lembar Kerja..., Wahyu Dwi Utami, FKIP UMP, 2016
25
b. Basa Ngoko Alus
Bentuk kalimatnya menggunakan ngoko campuran dengan
krama inggil. Penggunaannya :
1) Saudara tua dengan saudara muda yang lebih tinggi derajatnya .
2) Istri berpengetahuan (berpendidikan) dengan suaminya.
3) Orang dengan orang yang mempunyai pengetahuan.
Tuladha:
– Dhik, sliramu mengko nek kondur arep nitih apa?
– Aku mau ngunduh pelem akeh, panjenengan apa kersa dak
aturi?
c. Basa Krama Lugu
Bentuk kalimat madya (ater-ater dan panambange krama).
Penggunaanya:
1) Untuk teman yang telah akrab, derajatnya dan saling
menghormati.
2) Istri yang mempunyai pengetahun (berpendidikan) dengan
suami.
3) Priyayi dengan saudara tua yang lebih rendah derajatnya.
Contoh:
– Sampeyan niku menawi kesah dhateng kantor napa taksih
kiyat nitih sepedha motor mas?
– Napa ndika saking desa ngriki mawon to mas?
Pengembangan Lembar Kerja..., Wahyu Dwi Utami, FKIP UMP, 2016
26
d. Basa Krama Alus
Bentuk kalimatnya krama (ater-ater lan panambang krama) dan
krama inggil (untuk orang yang diajak berbicara). Penggunaannya:
a) Orang muda kepada orang tua.
b) Murid dengan guru.
c) Bawahan dengan pimpinannya.
d) Teman dengan teman yang belum terlalu terbiasa.
Contoh :
– Kula badhe matur dhateng ibu, bilih menawi saestu sowan
dhateng eyang, kula badhe tumut.
– Tindak-tandukipun rencang kula ingkang naminipun Edo
punika lucu sanget.
4. Model Pembelajaran Picture and Picture
a. Pengertian Model Pembelajaran Picture and Picture
LKS berbasis model pembelajaran Picture and Picture
merupakan salah satu bagian dari media cetak. Arsyad (2007: 37)
mengatakan bahwa: “media cetakan meliputi bahan-bahan yang
disiapkan di atas kertas untuk pengajaran dan informasi”. Perpaduan
teks dan gambar yang ada diharapkan dapat menambah daya tarik
siswa terhadap bahasa Jawa dan dapat memperlancar pemahaman
informasi yang disajikan dalam format verbal non verbal.
Model pembelajaran Picture and Picture merupakan salah
satu model pembelajaran inovatif. Suyatno (2009: 6) berpendapat
bahwa:
Pengembangan Lembar Kerja..., Wahyu Dwi Utami, FKIP UMP, 2016
27
Pembelajaran inovatif merupakan pembelajaran yang
dikemas oleh guru yang merupakan wujud gagasan atau
teknik yang dipandang baru agar mampu memfasilitasi
siswa untuk memperoleh kemajuan dalam proses belajar.
Hamid (2014: 217) berpendapat bahwa model pembelajaran
Picture and Picture merupakan model pembelajaran dimana guru
menggunakan alat bantu atau media gambar untuk menerangkan
sebuah materi dan menanamkan pesan yang ada dalam materi
tersebut. Pendapat tersebut senada dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Suyatno (2009: 74) bahwa:
Model pembelajaran Picture and Picture merupakan model
pembelajaran inovatif yang menyajikan informasi,
menyajikan materi, memperlihatkan gambar sehingga
sistematik, mengkonfirmasi urutan gambar tersebut, guru
menanamkan konsep sesuai bahan ajar, penyimpulan,
evaluasi dan refleksi.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran Picture and Picture merupakan model
pembelajaraan dengan menggunakan gambar-gambar sebagai media
untuk menyampaikan materi.
b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Picture and Picture
Langkah langkah model pembelajaran Picture and Picture
merupakan tahap-tahap yang ada ketika hendak menerapkan model
pembelajaran Picture and Picture dalam kegiatan belajar mengajar.
Tanireja (2012: 100) dan Suyatno (2009: 116) berpendapat
bahwa dalam model pembelajaran Picture and Picture langkah-
langkah pembelajarannya adalah:
Pengembangan Lembar Kerja..., Wahyu Dwi Utami, FKIP UMP, 2016
28
1) Guru menyampaikan kompetensi yang hendak dicapai.
2) Guru menyampaikan materi sebagai pengantar.
3) Guru menunjukan atau memperlihatkan gambar-gambar menjadi
urutan yang logis.
4) Guru menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian,
memasang atau mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan
yang logis.
5) Guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran urutan gambar
tersebut.
6) Selanjutnya dari alasan atau urutan gambar tersebut guru mulai
menanamkan konsep atau materi sesuai dengan kompetensi
yang ingin dicapai.
7) Memberikan kesimpulan atau rangkuman dari pembelajaran
yang telah dilakukan.
Langkah-langkah model pembelajaran Picture and Picture
di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Penyampaian Kompetensi
Tahap penyampaian kompetensi merupakan tahap
dimana guru diharapkan menyampaikan kompetensi dasar mata
pelajaran yang bersangkutan. Penyampaian kompetensi dasar
tersebut dengan demikian dapat mengukur sampai sejauh mana
kompetensi yang harus siswa kuasai, selain itu juga guru juga
harus menyampaikan indikator-indikator ketercapaian
kompetensi tersebut untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa
dalam mencapainya.
2) Presentasi materi
Tahap penyajian materi merupakan tahap dimana guru
telah menciptakan momentum awal pembelajaran. Keberhasilan
proses pembelajaran dapat dimulai dari sini. Pada tahap inilah,
guru harus berhasil memberi motivasi pada beberapa siswa yang
kemungkinan masih belum siap.
Pengembangan Lembar Kerja..., Wahyu Dwi Utami, FKIP UMP, 2016
29
3) Penyajian Gambar
Tahap penyajian gambar, guru menyajikan gambar-
gambar dan mengajak siswa untuk terlibat aktif dalam proses
pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang
ditunjukkan. Pengajaran akan hemat energi dan siswa juga akan
lebih mudah memahami materi yang diajarkan dengan
menggunakan gambar.
4) Pemasangan Gambar
Tahap pemasangan gambar, guru menunjuk atau
memanggil siswa secara bergantian untuk memasang gambar-
gambar secara berurutan dan logis. Guru dapat melakukan
inovasi, karena penunjukan secara langsung kadang kurang
efektif sebab siswa cenderung merasa tertekan. Salah satu
caranya adalah dengan undian, sehingga siswa merasa memang
harus benar-benar siap untuk menjalankan tugas yang diberikan.
5) Penjajakan
Tahap penjajakan ini guru menanyakan kepada siswa
tentang alasan di balik urutan gambar yang telah disusunnya.
Siswa dapat diajak untuk menemukan rumus, tinggi, jalan cerita,
atau tuntutan kompetensi dasar berdasarkan indikator-indikator
yang ingin dicapai. Guru dapat mengajak sebanyak mungkin
siswa untuk membantu sehingga proses diskusi menjadi semakin
menarik.
Pengembangan Lembar Kerja..., Wahyu Dwi Utami, FKIP UMP, 2016
30
6) Penyajian Kompetensi
Guru dapat mulai menjelaskan lebih lanjut sesuai
dengan kompetensi yang ingin dicapai berdasarkan komentar
atau penjelasan atas urutan gambar-gambar. Guru harus
memberi penekanan pada keercapaian kompetensi tersebut
selama proses ini. Guru dalam hal ini dapat mengulangi,
menuliskan atau menejelaskan gambar-gambar tersebut agar
siswa mengetahui bahwa sarana tersebut penting dalam
pencapaian kompetensi dasar dan indikator-indikator yang telah
ditetapkan.
7) Penutup
Kegiatan penutup yaitu di akhir pembelajaran, guru dan
siswa saling berefleksi mengenai apa yang telah dicapai dan
dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat materi dan
kompetensi dalam ingatan siswa.
c. Kelebihan Model Pembelajaran Picture and Picture
Kelebihan dari model pembelajaran berbasis model
pembelajaran Picture and Picture yaitu:
1) guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa,
2) siswa dilatih berpikir logis dan sistematis,
3) siswa dibantu belajar berfikir berdasarkan sudut pandang suatu
subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa
dalampraktik berpikir dan motivasi siswa untuk belajar semakin
dikembangkan,
4) siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas.
Pengembangan Lembar Kerja..., Wahyu Dwi Utami, FKIP UMP, 2016
31
d. Kekurangan Model Pembelajaran Picture and Picture
Model pembelajaran berbasis model pembelajaran Picture
and Picture mempunyai beberapa kekurangan antara lain: memakan
banyak waktu, membuat sebagian siswa pasif, munculnya
kekhawatiran akan terjadi kekacauan kelas dan adanya beberapa
siswa tertentu yang terkadang tidak senang jika disuruh bekerja sama
dengan yang lain serta kebutuhan akan dukungan fasilitas, alat dan
biaya cukup memadai. Pelaksanaan model pembelajaran Picture and
Picture dapat melatih siswa untuk berpikir logis dan dapat
mengetahui kemampuan masing-masing peserta didik. Kelemahan
dari model Pembelajaran Picture and Picture dapat diantisipasi
dengan cara guru harus dapat memanajemen waktu sebaik mungkin
agar pembelajaran dapat berjalan dengan efektif. Guru harus dapat
mengelola kelas dengan baik dan melibatkan siswa agar semua siswa
dapat aktif dalam pembelajaran.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang terkait dengan pengembangan LKS berbasis model
pembelajaran Picture and Picture yang telah dilakukan diantaranya penelitian
oleh Tatin Wasiat Ernawati (2007) dalam jurnalnya yang berjudul “Penerapan
Model Pembelajaran Picture and Picture Untuk Meningkatkan Keterampilan
Berbicara Krama Lugu Pada Siswa Kekas II SDN Prajeksari 02”.
Pengembangan Lembar Kerja..., Wahyu Dwi Utami, FKIP UMP, 2016
32
Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa Picture and Picture dapat
meningkatkan keterampilan berbicara dan hasil belajar siswa. Adapun
penelitian yang dilakukan oleh Ika Siti Pramita, Mujiono, Sri Sukasih dengan
jurnal penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Berbicara
Krama Lugu Siswa Kelas II Melalui Model Pembelajaran Picture And
Picture” juga memperoleh hasil bahwa model pembelajaran Picture and
Picture dapat meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran berbicara
krama lugu.
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran dapat ditunjang selain dengan kegiatan pembelajaran
juga ditunjang dengan penggunaan bahan ajar. Salah satunya bentuk bahan
ajar yaitu berupa LKS (Lembar Kerja Siswa) atau sekarang ini lebih dikenal
sebagai LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik). Guru sendiri mempunyai
peranan penting di dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan observasi dan wawancara terhadap guru kelas V di SD
Negeri 1 Cihonje bahwa pembelajaran bahasa Jawa di SD tersebut kurang
didukung dengan pembelajaran yang menarik dan mengaktifkan siswa. Salah
satu alat pendukung pembelajaran adalah LKS ( Lembar Kerja Siswa). LKS
yang menarik juga penting sehingga anak senang dengan pelajaran bahasa
Jawa.
Pengembangan Lembar Kerja..., Wahyu Dwi Utami, FKIP UMP, 2016
33
Penelitian ini bermaksud untuk mengembangkan LKS yang menarik,
salah satu cara adalah dengan menggunakan media gambar-gambar sebagai
pengantar materi dan lembar aktifitas siswa. Model pembelajaran yang sesuai
dengan indikator tersebut adalah model pembelajaran Picture and Picture.
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
Merosotnya pemakaian dan ketidaktertarikan terhadap bahasa Jawa di
kalangan generasi muda
Pemanfaatan LKS oleh guru untuk meningkatkan prestasi
siswa
Berdasarkan penelitian yang relevan dapat diketahui
bahwa model pembelajaran Picture and Picture dapat
membantu siswa untuk meningkatkan prestasi siswa
dalam pembelajaran.
Pengembangan LKS bahasa Jawa Berbasis Model
pembelajaran Picture and Picture
Pengembangan LKS berbasis model pembelajaran
Picture and Picture ini diharapkan dapat
menghasilkan bahan ajar yang dapat meningkatkan
prestaasi siswa khususnya dalam materi Unggah-
Ungguh Basa.
Pengembangan Lembar Kerja..., Wahyu Dwi Utami, FKIP UMP, 2016
34
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan masalah yang dirumuskan, maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah :
1. Adanya penggunaan LKS pada pembelajaran bahasa Jawa di kelas V
Sekolah Dasar.
2. Adanya pengembangan LKS bahasa Jawa berbasis model pembelajaran
Picture and Picture pada materi Unggah-Ungguh Basa di kelas V
Sekolah Dasar.
3. Penilaian pakar baik LKS bahasa Jawa materi Unggah-Ungguh Basa
berbasis model pembelajaran Picture and Picture di kelas V Sekolah
Dasar.
4. Respon guru baik terhadap pembelajaran bahasa Jawa menggunakan
LKS Bahasa Jawa materi Unggah-Ungguh Basa berbasis model
pembelajaran Picture and Picture di kelas V Sekolah Dasar.
5. Respon siswa baik terhadap pembelajaran bahasa Jawa menggunakan
LKS bahasa Jawa materi Unggah-Ungguh Basa berbasis model
pembelajaran Picture and Picture di kelas V Sekolah Dasar.
6. Adanya pengaruh penggunaan LKS bahasa Jawa berbasis model
pembelajaran Picture and Picture terhadap prestasi belajar pada materi
Unggah-Ungguh Basa di kelas V Sekolah Dasar.
Pengembangan Lembar Kerja..., Wahyu Dwi Utami, FKIP UMP, 2016