bab ii kajian pustaka 2.1.1 1) · 2017. 2. 17. · pembicaraan, dan f). konsisten dalam sistemnya....

16
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Kajian Tentang Pembelajaran Matematika a. Pengertian Matematika Sekolah Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani mathein atau manthenein yang artinya mempelajari, namun diduga kata itu erat pula hubungannya dengan kata sansekerta medha atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan atau intelehensi (Andi Hakim, dalam Ariyanto 2011: 27). Sujadi (dalam Ariyanto 2011 : 27) mengatakan bahwa matematika adalah : 1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematis. 2) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. 3) Matematika adalah pengetahuan dasar tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentnag ruangg dan bentuk. 4) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logic dan berhubungan dengan bilangan. 5) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logic 6) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa matematika sekolah adalah matematika yang telah dipilah-pilah dan disesuaikan dengan tahap perkembangan intelektual siswa, serta digunakan sebagai salah satu sarana untuk mengembangkan kemampuan berpikir bagi para siswa. b. Karakteristik Matematika Sekolah Agar dalam penyampaian materi matematika dapat mudah diterima dan dipahami oleh siswa, guru harus memahami tentang karakteristik matematika sekolah. Menurut Ariyanto (2011:29) matematika memiliki karakteristik : a) memiliki obyek kajian abstrak, b) Bertumpu pada kesepakatan, c) berpola piker

Upload: others

Post on 07-Mar-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 1) · 2017. 2. 17. · pembicaraan, dan f). Konsisten dalam sistemnya. Sedang menurut Depdikbud (1993:1) matematika memiliki ciri-ciri, yaitu a). Memiliki

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1 Kajian Tentang Pembelajaran Matematika

a. Pengertian Matematika Sekolah

Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani mathein atau manthenein yang

artinya mempelajari, namun diduga kata itu erat pula hubungannya dengan kata

sansekerta medha atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan atau intelehensi

(Andi Hakim, dalam Ariyanto 2011: 27).

Sujadi (dalam Ariyanto 2011 : 27) mengatakan bahwa matematika adalah :

1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara

sistematis.

2) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.

3) Matematika adalah pengetahuan dasar tentang fakta-fakta kuantitatif dan

masalah tentnag ruangg dan bentuk.

4) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logic dan berhubungan

dengan bilangan.

5) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logic

6) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa matematika sekolah adalah

matematika yang telah dipilah-pilah dan disesuaikan dengan tahap perkembangan

intelektual siswa, serta digunakan sebagai salah satu sarana untuk

mengembangkan kemampuan berpikir bagi para siswa.

b. Karakteristik Matematika Sekolah

Agar dalam penyampaian materi matematika dapat mudah diterima dan

dipahami oleh siswa, guru harus memahami tentang karakteristik matematika

sekolah. Menurut Ariyanto (2011:29) matematika memiliki karakteristik : a)

memiliki obyek kajian abstrak, b) Bertumpu pada kesepakatan, c) berpola piker

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 1) · 2017. 2. 17. · pembicaraan, dan f). Konsisten dalam sistemnya. Sedang menurut Depdikbud (1993:1) matematika memiliki ciri-ciri, yaitu a). Memiliki

8

deduktif, d) Memiliki symbol yang kosong dari arti, e) Memperhatikan semesta

pembicaraan, dan f). Konsisten dalam sistemnya.

Sedang menurut Depdikbud (1993:1) matematika memiliki ciri-ciri, yaitu

a). Memiliki obyek yang abstrak, b). Memiliki pola piker deduktif dan konsisten,

dan c) tidak dapat dipisahkan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

(IPTEK).

Berdasarkan hal tersebut di atas dalam pembelajaran matematika perlu

disesuaikan dengan perkembangan kognitif siswa, dimulai dari yang konkrit

menuju abstrak. Namun demikian meskipun obyek pembelajaran matematika

adalah abstark, tetapi mengingat kemampuan berpikir siswa Sekolah Dasar yang

masih dalam tahap operasional konkrit, maka untuk memahami konsep dan

prinsip masih diperlukan pengalaman melalui obyek konkrit.

Pembelajaran matematika hendaknya menganut kebenaran konsistensi

yang didasarkan kepada kebenaran-kebnaran terdahulu yang telah diterima, atau

setiap struktur dalam matematika tidak boleh terdapat kontradiksi. Matematika

sebagai ilmu yang deduktif aksiomatis, dimana dalil-dalil atau prinsip-prinsip

harus dibuktikan secara deduktif. Tetapi mengingat kemampuan berpikir siswa

SD, penerapan pola deduktif tidak dilakukan secara ketat.

c. Tujuan Pembelajaran Matematika

Di dalam GBPP mata pelajaran matematika SD disebutkan bahwa tujuan yang

hendak dicapai dari pembelajaran matematika sekolah adalah:

1) Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan

bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari.

2) Menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan, melalui

kegiatan matematika.

3) Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal lanjut di

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).

4) Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin. (Depdikbud,

1993:40)

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 1) · 2017. 2. 17. · pembicaraan, dan f). Konsisten dalam sistemnya. Sedang menurut Depdikbud (1993:1) matematika memiliki ciri-ciri, yaitu a). Memiliki

9

Sedangkan tujuan mata pelajaran matematika yang tercantum dalam KTSP pada

SD/MI adalah sebagai berikut:

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan

tepat, dalam pemecahan masalah.

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan

gagasan dan pernyataan matematika.

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan

solusi yang diperoleh.

4) Mengkomunkasikan gagasan dengan simbol, table, diagram, atau media lain

untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari

matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah

(Depdiknas, 2006 : 417).

2.1.2 Kajian tentang Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan cara penyajian yang digunakan guru

dalam proses pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran. Dalam

pembelajaran, beberapa masalah sering dialami oleh guru. Untuk mengatasi

masalah-masalah dalam pembelajaran, maka perlu adanya model-model

pembelajaran yang dipandang dapat membantu guru dalam proses belajar

mengajar. Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus dipilih

model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh

karena itu dalam memilih suatu model pembelajaran harus memiliki

pertimbangan-pertimbangan. Seperti: materi pelajaran, tingkat perkembangan

kognitif siswa, dan sarana atau fasilitas yang tersedia, sehingga tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 1) · 2017. 2. 17. · pembicaraan, dan f). Konsisten dalam sistemnya. Sedang menurut Depdikbud (1993:1) matematika memiliki ciri-ciri, yaitu a). Memiliki

10

Model pembelajaran memiliki 8 prinsip yaitu: 1). Berorientasi pada tujuan

2).mendorong aktifitas siwa 3).memperhatikan aspek individual siswa 4).

Mendorong aktifitas siswa 5). Menantang siswa untuk berpikir yang kreatif dan

inovatif 6). Menimbulkan inspirasi siswa untuk berbuat dan menguji 7).

Menimbulkan proses belajar yang menyenangkan, serta 8). Mampu memotivasi

siswa untuk belajar lebih lanjut

Berdasarkan karakteristik siswa SD dimana anak masih senang bermain,

model pembelajaran yang sesuai digunakan dalam pembelajaran adalah model

pembelajaran Cooperative Learning atau pembelajaran kooperatif. Menurut

Slavin (2011:4) Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode

pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk

saling membantu satu sama lainya dalam mempelajari materi pembelajaran.

Belajar dalam kelompok kecil menggunakan model pembelajaran kooperatif

berlangsung dalam interaksi saling percaya, terbuka, dan menyenangkan sehingga

memberikan kesempatan bagi siswa untuk memperoleh dan memberi masukan di

antara siswa untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, dan moral, serta

keterampilan yang ingin dikembangkan dalam pembelajaran.

Model pembelajaran kooperatif dibedakan menjadi empat, antara lain

metode STAD (Student Teams Achivement Divisions), metode Jigsaw, metode

GI (Group Investigasion) dan metode struktural.

.

2.1.3 Kajian Tentang Cooperative Learning Tipe Group Investigation

(GI)

Santyasa mengungkapkan pembelajaran kooperatif tipe GI didasari oleh

gagasan John dewey tentang pendidikan, bahwa kelas merupakan cermin

masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan

di dunia nyata yang bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial dan antar pribadi.

Menurut Depdiknas (2005:18) pada pembelajaran ini guru seyogyanya

mengarahkan, membantu para siswa menemukan informasi, dan berperan sebagai

salah satu sumber belajar, yang mampu menciptakan lingkungan sosial yang

dicirikan oleh lingkungan demokrasi dan proses ilmiah.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 1) · 2017. 2. 17. · pembicaraan, dan f). Konsisten dalam sistemnya. Sedang menurut Depdikbud (1993:1) matematika memiliki ciri-ciri, yaitu a). Memiliki

11

Ibrahim, dkk. (2000:23) menyatakan dalam kooperatif tipe GI guru membagi

kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa heterogen

dengan mempertimbangkan keakraban dan minat yang sama dalam topik tertentu.

Siswa memilih sendiri topik yang akan dipelajari, dan kelompok merumuskan

penyelidikan dan menyepakati pembagian kerja untuk menangani konsep-konsep

penyelidikan yang telah dirumuskan. Dalam diskusi kelas ini diutamakan

keterlibatan pertukaran pemikiran para siswa.

Tahapan-tahapan dalam menerapkan pembelajaran kooperatif GI adalah

sebagai berikut:

1) Tahap Pengelompokan (Grouping)

Yaitu tahap mengidentifikasi topik yang akan diinvestigasi serta mebentuk

kelompok investigasi, dengan anggota tiap kelompok 4 sampai 5 orang. Pada

tahap ini: siswa mengamati sumber, memilih topik, dan menentukan kategori-

kategori topik permasalahan. Siswa bergabung pada kelompok-kelompok belajar

berdasarkan topik yang mereka pilih atau menarik untuk diselidiki. Guru

membatasi jumlah anggota masing-masing kelompok antara 4 sampai 5 orang

berdasarkan keterampilan dan keheterogenan.

2) Tahap Perencanaan (Planning)

Tahap Planning atau tahap perencanaan tugas-tugas pembelajaran siswa.

Pada tahap ini siswa bersama-sama merencanakan tentang: Apa yang mereka

pelajari? Bagaimana mereka belajar? Siapa dan melakukan apa? Untuk tujuan

apa mereka menyelidiki topik tersebut?

Misalnya pada topik Bangun Datar, pada tahap ini: siswa belajar tentang

jenis-jenis bangun datar beserta cara menghitung luasnya . Siswa belajar dengan

menggali informasi, bekerjasama dan berdiskusi, Siswa membagi tugas untuk

memecahkan masalah topik tersebut, mengumpulkan informasi, menyimpulkan

hasil investigasi dan mempresentasikan di kelas, dan Siswa belajar untuk

mengetahui asal mula dari rumus luas bangun datar tersebut.

3) Tahap Penyelidikan (Investigation)

Tahap Investigation, yaitu tahap pelaksanaan proyek investigasi siswa. Pada

tahap ini, siswa melakukan kegiatan sebagai berikut: Siswa mengumpulkan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 1) · 2017. 2. 17. · pembicaraan, dan f). Konsisten dalam sistemnya. Sedang menurut Depdikbud (1993:1) matematika memiliki ciri-ciri, yaitu a). Memiliki

12

informasi, menganalisis data dan membuat simpulkan terkait dengan

permasalahan-permasalahan yang diselidiki. Masing-masing anggota kelompok

mmberikan masukan pada setiap kegiatan kelompok. Siswa saling bertukar,

berdiskusi, mengklarifikasi dan mempersatukan ide dan pendapat. Misalnya:

Siswa menemukan cara-cara pembuktian rumus luas bangun datar. Siswa mecoba

cara-cara yang ditemukan dari hasil pengumupulan informasi terkait dengan topik

bahasan yang diselidiki. Siswa berdiskusi, mengklarifikasi tiap cara atau langkah

dalam pemecahan masalah tentang topik bahasan yang diselidiki.

4 ) Tahap Pengorganisasian (Organizing)

Yaitu tahap persiapan laporan akhir. Pada tahap ini kegiatan siswa di kelompok

sebagai berikut: anggota kelompok menentukan pesan-pesan penting dalam

proyeknya masing-masing, anggota kelompok merencanakan apa yang akan

mereka laporkan dan bagaimana mempresentasikannya, wakil dari masing-

masing kelompok membentuk panitia diskusi kelas dalam presentasi investigasi.

Misalnya: Siswa menemukan bahwa rumus luas bangun datar segitiga adalah ½

alas x tinggi. Siswa menemukan bahwa rumus luas bangun datar segitiga adalah ½

alas x tinggi yang dibuktikan melalui rumus bangun datar persegi panjang. Siswa

membagi tugas sebagai pemimpin, moderator, notulis dalam presentasi

investigasi.

5) Tahap Presentasi (Presenting)

Tahap presenting yaitu tahap penyajian laporan akhir. Kegiatan pembelajaran

di kelas pada tahap ini adalah sebagai berikut: Penyajian kelompok pada

keseluruhan kelas dalam berbagai variasi bentuk penyajian. Kelompok yang tidak

sebagai penyaji terlibat secara aktif sebagai pendengar, Pendengar mengevaluasi,

mengklarifikasi dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan terhadap topik yang

disajikan. Misalnya: Siswa yang bertugas untuk mewakili kelompok menyajikan

hasil atau simpulan dari investigasi yang telah dilaksanakan, Siswa yang tidak

sebagai penyaji, mengajukan pertanyaan, saran tentang topik yang disajikan.

Siswa mencatat topik yang disajikan oleh penyaji.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 1) · 2017. 2. 17. · pembicaraan, dan f). Konsisten dalam sistemnya. Sedang menurut Depdikbud (1993:1) matematika memiliki ciri-ciri, yaitu a). Memiliki

13

6) Tahap evaluasi (evaluating)

Pada tahap evaluating atau penilaian proses kerja dan hasil proyek siswa. Pada

tahap ini, kegiatan guru atau siswa dalam pembelajaran sebagai berikut: Siswa

menggabungkan masukan-masukan tentang topiknya, pekerjaan yang telah

mereka lakukan, dan tentang pengalaman-pengalaman efektifnya. Guru dan siswa

mengkolaborasi, mengevaluasi tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan,

Penilaian hasil belajar haruslah mengevaluasi tingkat pemahaman siswa.

Langkah-langkah model pembelajaran Group Investigation lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.1

Langkah-Langkah Group Investigation

No Langkah-langkah Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

1 Tahap

Pengelompokan

(Grouping)

Guru membentuk

kelompok investigasi,

dengan anggota tiap

kelompok 4 sampai 5

orang. (kelompok terdiri

atas: kelompok segitiga,

jajar genjang, laying-

layang, trapezium, belah

ketupat)

-. Siswa bergabung pada

kelompok belajar

berdasarkan topik bangun

yang mereka pilih atau

menarik untuk diselidiki.

-. Siswa mengamati

sumber, memilih topik, dan

menentukan kategori-

kategori topik

permasalahan.

2 Tahap

Perencanaan

(Planning)

Guru memberikan

penjelasan tentang

perencanaan dan

pembagian tugas dalam

kelompok.

-. Siswa belajar dengan

menggali informasi,

bekerjasama dan berdiskusi.

-. Siswa membagi tugas

untuk memecahkan masalah

topik tersebut.

3 Tahap

Penyelidikan

(Investigation)

Guru memberikan

motivasi pada siswa

dalam penyelidikan

Siswa mengumpulkan

informasi, menganalisis data

dan membuat simpulkan

terkait dengan

permasalahan-permasalahan

yang diselidiki. Masing-

masing anggota kelompok

memberikan masukan pada

setiap kegiatan kelompok.

Siswa saling bertukar,

berdiskusi, mengklarifikasi

dan mempersatukan ide dan

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 1) · 2017. 2. 17. · pembicaraan, dan f). Konsisten dalam sistemnya. Sedang menurut Depdikbud (1993:1) matematika memiliki ciri-ciri, yaitu a). Memiliki

14

pendapat. Misalnya: Siswa

menemukan cara-cara

pembuktian rumus luas

bangun datar (luas bangun

datar sesuai dengan nama

kelompoknya)

4 Tahap

Pengorganisasian

(Organizing)

Guru mengamati hasil

temuan siswa yaitu luas

bangun datar.

Siswa menemukan bahwa

rumus luas bangun datar

(misalnya: segitiga adalah ½

alas x tinggi. Siswa

menemukan bahwa rumus

luas bangun datar segitiga

adalah ½ alas x tinggi yang

dibuktikan melalui rumus

bangun datar persegi

panjang). Siswa membagi

tugas sebagai pemimpin,

moderator, notulis dalam

presentasi investigasi.

5 Tahap Presentasi

(Presenting)

Guru sebagai pendengar

dan penengah bila terjadi

beda pendapat antar

siswa

Siswa yang bertugas untuk

mewakili kelompok

menyajikan hasil atau

simpulan dari investigasi

yang telah dilaksanakan,

Siswa yang tidak sebagai

penyaji, mengajukan

pertanyaan, saran tentang

topik yang disajikan. Siswa

mencatat topik yang

disajikan oleh penyaji.

6 Tahap evaluasi

(evaluating)

Guru mengevaluasi

dengan memberikan tes

uraian pada akhir siklus.

Siswa merangkum dan

mencatat setiap topik yang

disajikan. Siswa

menggabungkan tiap topik

yang diinvestigasi dalam

kelompoknya dan kelompok

yang lain

2.1.4 Kajian tentang Hasil Belajar

Belajar menurut Robert M. Gagne (dalam Agus Budi Wahyudi, 2011:7)

belajar sebagai “a natural process that leads tochanges in what we know, what we

can do and how we behave” (Belajar sebagai proses alami yang dapat membawa

perubahan pada pengetahuan, tindakan, dan perilaku seseorang). Belajar adalah

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 1) · 2017. 2. 17. · pembicaraan, dan f). Konsisten dalam sistemnya. Sedang menurut Depdikbud (1993:1) matematika memiliki ciri-ciri, yaitu a). Memiliki

15

preses yang dialami seseorang secara alami yang membawa perubahan dalam

pengetahuan , tindakan dan perilaku.

Lebih lanjut Abdillah (2002) dalam Aunurrahman (2010 :35)

menyimpulkan bahwa “belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh

individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang

menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh

tujuan tertentu”.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan kegiatan

penting yang harus dilakukan setiap orang secara maksimal untuk dapat

menguasai atau memperoleh sesuatu. Belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh

seseorang dalam rangka merubah tingkah laku ke arah yang lebih baik sesuai

dengan apa yang diharapkan dan dicita-citakan.

Tujuan belajar dirangkum kedalam tiga kawasan yaitu sebagai berikut :

1) Domain kognitif, terdiri atas 6 tingkatan yaitu :

a) Pengetahuan (mengingat, menghafal).

b) Pemahaman (mengiterprestasikan).

c) Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan masalah).

d) Analisis (menjabarkan suatu konsep).

e) Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep

utuh).

f) Evaluasi ( menggabungkan nilai-nilai, ide, metode,dsb.).

2) Domain psikomotor, terdiri atas 5 tingkatan yaitu:

a) Peniruan (menirukan gerak).

b) Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak ).

c) Ketepatan (melakukan gerak dengan benar)

d) Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar).

3) Domain efektif, terdiri atas 5 tingkatan yaitu :

a) Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu)

b) Merespon (aktif berpartisipasi).

c) Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia kepada nilai-nilai tertentu).

d) Pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang dipercayai).

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 1) · 2017. 2. 17. · pembicaraan, dan f). Konsisten dalam sistemnya. Sedang menurut Depdikbud (1993:1) matematika memiliki ciri-ciri, yaitu a). Memiliki

16

e) Pengalaman (menjadikan nilai-nilai sebagian bagian dari pola hidupnya).

Hasil belajar siswa adalah nilai yang diperoleh siswa selama kegiatan

belajar mengajar, belajar diartikan sebagai gejala perubahan tingkah laku yang

relative permanent dari seseorang dalam mencapai tujuan tertentu. De Cecco

(dalam Witjaksono,1985:6). Menurut Gagne ( dalam Witjaksono,1985 : 6 ) belajar

adalah suatu perubahan yang terjadi dalam disposisi atau kapabilitas seseorang,

dalam kurun waktu tertentu, dan bukan semata-mata sebagai proses pertumbuhan.

Pendapat senada juga di utarakan oleh Susanto (1991 : 1) yang menyatakan bahwa

belajar merupakan proses dimana otak atau pikiran mengandalkan reaksi terhadap

kondisi-kondisi luar dan reaksi itu dapat di modifikasi dengan pengalaman-

pengalaman yang dialami sebelumnya. Melalui proses belajar anak dapat

mengadaptasikan dirinya pada lingkungan hidupnya. Adaptasi itu dapat berupa

perubahan pikiran, sikap, dan ketrampilan.

Hasil belajar yang diukur pada pembelajaran yang berlandaskan kurikulum

2004 meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Maka guru tidak

hanya menilai siswa dari aspek intelektual tetapi dari aspek kemampuan social,

sikap siswa selama proses belajar mengajar serta keaktifan siswa dalam kegiatan

pembelajaran juga dinilai oleh guru. Siswa yang telah mengalami pembelajaran

diharapkan memiliki pengetahuan dan ketrampilan baru sarta perbaikan sikap

sebagai hasil pembelajaran yang telah dialami siswa tersebut. Pengukuran hasil

belajar bertujuan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa dalam menyerap

materi. Sebaliknya hasil belajar yang telah dinilai oleh guru diberitahukan kepada

siswa agar siswa mengetahui kemajuan belajar yang telah dilakukannya serta

kekurangan yang masih perlu diperbaiki. Penilaian hasil belajar pada akhirnya

sebagai bahan refleksi guruterhadap kemampuan mengajarnya serta mengevaluasi

pencapaian target kurikulum.

2.1.4.1 Domain Hasil Belajar

Benjamin S.Bloom (Winkel, 1996 : 274) membagi hasil belajar kedalam

tiga Ranah:

1) Ranah Kognitif

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 1) · 2017. 2. 17. · pembicaraan, dan f). Konsisten dalam sistemnya. Sedang menurut Depdikbud (1993:1) matematika memiliki ciri-ciri, yaitu a). Memiliki

17

Ranah Kognitif (berkaitan dengan daya pikir, pengetahuan, dan penalaran)

berorientasi pada kemampuan siswa dalam berfikir dan bernalar yang mencakup

kemampuan siswa dalam mengingat sampai memecahkan masalah, yang

menuntut siswa untuk menggabungkan konsep-konsep yang telah dipelajari

sebelumnya. Ranah kognitif ini berkenaan dengan prestasi belajar dan dibedakan

dalam enam tahapan, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis

dan evaluasi. Pada siswa SMP diutamakan pada ranah pengetahuan, pemahaman

dan penerapan.

Pengetahuan mencakup kemampuan mengingat tentang hal yang telah

dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta,

peristiwa kaidah, prinsip, teori dan rumus. Pengetahuan yang telah tersimpan

dalam ingatan, di gali pada saat dibutuhkan dalam bentuk mengingat (recall) atau

mengenal kembali (recognition).

Pemahaman mencakup kemampuan untuk menyerap makna dan arti dari

bahan yang telah dipelajari. Kekampuan seseorang dalam memahami sesuatu

dapat dilihat dari kemampuannya menyerap suatu materi, kemudian

mengkomunikasikannya dalam bentuk lainnya dengan kata-kata sendiri.

Pengetahuan mencakup kemampuan untuk menerapkan pengetahuan yang

telah diperoleh dalam kegiatan pembelajaran untuk menghadapi situasi baru

dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat penerapan ini dapat diukur dari kemampuan

menggunakan konsep, prinsip, teori dan metode untuk menghadapi maalah-

masalah dalam kehidupan sehari-hari.

2) Ranah Psikomotor

Ranah psikomotor berorientasi kepada ketrampilan fisik, ketrampilan

motorik, atau kemampuan tangan yang berhubungan dengan anggota tubuh atau

tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot. Simson (dalam

Winkel, 1996:278) menyatakan bahwa ranah psikomotor terdiri dari tujuh jenis

perilaku yaitu : persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa,

gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreaktifitas.

Sedangkan menurut Kibler, Barker,dan Miles ( dalam Dimyati dan

Mudjiono, 1994:195-196)ranah psikomotor mempunyai taksonomi berikut ini:

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 1) · 2017. 2. 17. · pembicaraan, dan f). Konsisten dalam sistemnya. Sedang menurut Depdikbud (1993:1) matematika memiliki ciri-ciri, yaitu a). Memiliki

18

a) Gerakan tubuh yang mencolok, merupakan kemampuan gerakan tubuh yang

menekankan pada kekuatan, kecepatan,dan ketepatan tubuh yang mencolok.

b) Ketepatan gerakan dikoordinasikan, merupakan keterampilan yang

berhubungan dengan gerakan mata, telinga, dan badan.

c) Perangkat komunikasi non verbal, merupakan kemampuan mengadakan

komunikasi tanpa kata.

d) Kemampuan berbicara, merupakan kemampuan yang berhubungan dengan

komunikasi secara lisan. Untuk kemampuan berbicarasiswa harus mampu

menunjukkan kemahirannya memilih dan menggunakan kata atau kalimat

sehingga informasi, ide atau yang dikomunikasikannya dapat diterima dengan

mudah oleh pendengarnya.

3) Ranah Afektif

Ranah efektif (berkaitan dengan perasaan/ kesadaraan, seperti perasaan

senang atau tidak senang yang memotivasi seseorang untuk memilih apa yang

disenangi) berorientasi pada kemampuan siswa dalam belajar menghayati nilai

objek-objek yang dihadapi melalui perasaan, baik objek itu berupa orang, benda

maupun peristiwa. Cirri lain terletak dalam belajar mengungkapkan perasaan

dalam bentuk ekspresi yang wajar. Menurut Krochwall Bloom (dalam Winkel

1996:276) ranah efektif terdiri dari penerimaan, partisipasi, penilaian dan

penentuan sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup. Untuk ranah kognitif,

guru menilai kemampuan kognitif siswa berdasarkan hasil test yang diberikan

kepada siswa pada akhir pelaksanaan perbaikan.

2.1.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Untuk memahami tentang hasil belajar, perlu didalami faktor-faktor yang

mempengaruhinya, Mulyasa. (2005: 189-196) mengemukakan beberapa faktor

1) Pengaruh faktor eksternal

Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik dapat

digolongkan ke dalam faktor sosial dan non-sosial. Faktor sosial menyangkut

hubungan antarmanusia yang terjadi dalam berbagai situasi sosial. Kedalam faktor

ini termasuk lingkungan keluarga, sekolah, teman dan masyarakat pada umumnya.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 1) · 2017. 2. 17. · pembicaraan, dan f). Konsisten dalam sistemnya. Sedang menurut Depdikbud (1993:1) matematika memiliki ciri-ciri, yaitu a). Memiliki

19

Sedangkan faktor non-sosial seperti lingkungan alam fisik misalnya: kjeadaan

rumah, ruang belajar, fasilitas belajar, buku-buku sumber, dan sebagainya.

2) Pengaruh faktor internal

Faktor internal menyangkut: a) faktor-faktor fisiologis, yang menyangkut

keadaan jasmani atau fisik individu, yang dapat dibedakan menjadi dua macam

yaitu keadaan jasmani pada umumnya dan keadaan fungsi jasmani tertentu

terutama panca indera, b) faktor-faktor psikologis, yang berasal dari dalam diri

seperti inteligensi, minat, sikap, dan motivasi.

Menurut pendapat A. Tabrani Rusyan, (2007: 68) faktor internal yang

mempengaruhi hasil belajar yaitu:

a) Keinginan untuk mencapai apa yang telah dicita-citakan

b) Minat pribadi yang mempengaruhi belajar

c) Pola kepribadian yang mempengaruhi jenis dan kekuatan aspirasi

d) Nilai pribadi yaitu yang menentukan apa saja dari kekuatan aspirasi

e) Jenis kelamin

f) Latar belakang keluarga

2.2 Kajian Penilitian yang Relevan

Penelitian yang relevan yang pernah dilaksanakan adalah Penelitian

Tindakan Kelas yang dilakukan oleh Warsi, S. Pd guru di SD N Bakaran Kulon

01, dengan judul PTK: “Penerapan Model Kooperatif Group Investigation sebagai

Alternatif Meningkatkan Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran Sains Pada Siswa

Kelas 5 SD Bakaran Kulon 01 Tahun Pelajaran 2008/2009.”

Perbedaan yang mendasar penelitian yang dilakukan Warsi, S.Pd dengan

penelitian yang peneliti lakukan adalah : dalam penelitian ibu Warsi Mata

Pelajaran yang diteliti adalah Sains. Indikator pencapaiannya adalah KKM

Klasikal 85% yang artinya jika 85% siswa di kelas itu mendapat nilai minimal

sama dengan KKM maka PTK dianggap sudah berhasil dan selesai. Sedangkan

peneliti menitik beratkan pada hasil belajar yaitu meningkatnya keaktifan siswa

dan meningkatnya hasil belajar yang ditandai denganan menggunakan KKM

Individual pada mata pelajaran matematika. KKM Individual Pelajaran atematika

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 1) · 2017. 2. 17. · pembicaraan, dan f). Konsisten dalam sistemnya. Sedang menurut Depdikbud (1993:1) matematika memiliki ciri-ciri, yaitu a). Memiliki

20

yang peneliti pakai adalah 75.Penelitian yang relevan ini lebih jelasnya dapat

dilihat pada matrik di bawah ini.

Tabel 2.2

Penelitian yang Relevan

NO Nama Variable

X1 X2 X3 X4 Y

1. WARSI, S. Pd. SD

2 KRISTINA ERNA F

3 POYO JOKO SAPUTRO

Keterangan :

X1 = SAINS X2 = MATEMATIKA

X3 = KKM KLASIKAL X4 = KKM INDIVIDUAL

Y = HASIL BELAJAR

2.3.Kerangka Berfikir

Pada umumnya pengajaran matematika di sekolah sampai saat ini masih

konvensional yaitu guru aktif menjelaskan materi pelajaran sedangkan siswa

hanya mendengar, mencatat, dan mengerjakan latihan yang diberikan guru.

Tentunya pendekatan seperti ini tidak sesuai dengan tuntutan zaman karena

dimungkinkan akan berpengaruh pada rendahnya tingkat kemampuan bernalar

siswa. Padahal pelajaran matematika dari tahun ke tahun semakin kompleks dan

lebih berkembang.

Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group

Investigation (GI) maka hasil belajar siswa khususnya di bidang mata pelajaran

matematika dapat ditingkatkan, karena model pembelajaran ini merupakan suatu

model pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman

dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan

bekerja secara bersama-sama diantara sesama anggota kelompok akan

peningkatan motivasi, produktivitas, perolehan belajar dan pembelajaran akan

semakin memberikan hasil belajar yang baik.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 1) · 2017. 2. 17. · pembicaraan, dan f). Konsisten dalam sistemnya. Sedang menurut Depdikbud (1993:1) matematika memiliki ciri-ciri, yaitu a). Memiliki

21

Adapun kerangka berpikir dapat ditunjukkan melalui peta konsep sebagai berikut:

Gambar 2.1.

Peningkatan Hasil Belajar Matematika

Melalui Model Pembelajaran GI

2.4. Hipotesis Tindakan

Dari kerangka berpikir yang telah dikemukakan dapat dirumuskan

hipotesis tindakan yaitu peningkatan hasil belajar matematika materi luas bangun

datar diduga dapat diupayakan melalui model pembelajaran Group Investigation

PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Guru menyampaikan

materi dengan ceramah

Siswa malas,

jenuh, bosan,

materi tidak

dikuasai

Pembelajaran

Konvensional

Guru sebagai fasilitator Model Pembelajaran

Group Investigation Siswa kurang

aktif dalam

proses

pembelajaran Membentuk kelompok

Perencanaan

Tingkat

pemahaman

siswa rendah,

hasil belajar <

KKM

Penyelidikan

Pengorganisasian

Presensasi

Evaluasi

Hasil belajar

meningkat

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 1) · 2017. 2. 17. · pembicaraan, dan f). Konsisten dalam sistemnya. Sedang menurut Depdikbud (1993:1) matematika memiliki ciri-ciri, yaitu a). Memiliki

22

siswa kelas 5 SD Negeri Agungmulyo Kecamatan Juwana Pati semester I tahun

pelajaran 2015/2016.