bab ii kajian pustaka 2.1 landasan teori 2.1.1 pengertian...
TRANSCRIPT
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Belajar
Pendapat tentang pengertian belajar ada bermacam-macam.
Pendapat tersebut lahir berdasarkan sudut pandang yang berbeda-beda.
Menurut Slameto (2010: 2) “belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi
dengan lingkunganya”.
Menurut Cronbach dalam Djamarah (2011: 13) “belajar sebagai
usaha aktifitas yang ditunjukan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari pengalaman”. Menurut Djamarah (2011: 13) “belajar juga dapat
diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua
unsur yaitu jiwa dan raga. Gerak raga yang ditunjukan harus sejalan dengan
proses jiwa untuk mendapatkan perubahan. Tentu saja perubahan yang
didapatkan itu bukan perubahan fisik, tetapi perubahan jiwa dengan sebab
masuknya kesan-kesan yang baru. Perubahan sebagai hasil dari proses
belajar adalah perubahan yang mempengaruhi tingkah laku seseorang”.
Belajar seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (2011: 28) “belajar
adalah upaya menyesuaikan diri yang sengaja dialami oleh warga belajar
dengan maksud untuk melakukan perubahan tingkah laku sesuai dengan
tujuan belajar”.
Dari penjelasan menurut Slameto dan Sudjana di atas faktor yang
sangat berpengaruh dalam proses dan hasil belajar adalah faktor lingkungan
sekolah yaitu lingkungan tempat siswa berinteraksi sehingga menimbulkan
kegiatan belajar pada dirinya. Lingkungan sekolah disini seperti guru,
sarana belajar, pembelajaran, teman-teman dan dan lain-lain, yang paling
utama adalah suatu pembelajaran yang dilakukan di kelas. Apabila
pembelajaran yang dilakukan tidak dapat menarik perhatian,
7
keaktifan dan motivasi untuk mempelajari materi yang disajikan maka akan
berdampak buruk pada hasil belajar yang diperoleh siswa.
Sedangkan menurut Djamarah, suatu kegiatan dikatakan belajar
apabila ditandai dengan adanya suatu perubahan tingkah laku seorang
individu secara keseluruhan bukan hanya sekedar perubahan pengetahuan
saja tetapi mencangkup aspek lainnya yaitu perubahan sikap dan
keterampilan. Belajar merupakan suatu cara yang menuju pada perubahan
kehidupan yang lebih baik dalam segala bidang karena dengan adanya
proses belajar terjadi penyesuaian tingkah laku dengan lingkungannya yang
dari waktu ke waktu seiring dengan perkembangannya pengalaman individu
akan dapat menyesuaikan dengan keadaan yang berkembang dan adanya
peningkatan dalam melakukan sesuatu yang dilakukan dengan melibatkan
jiwa dan raga. Dari gerak raga yang sejalan dengan proses jiwa diharapkan
akan mendapatkan perubahan, perubahan disini bukanlah perubahan fisik
tetapi perubahan jiwa sebagai hasil dari proses belajar yang mempengaruhi
proses belajar.
Dari pengertian distas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu
kegiatan yang dilakukan di lingkungan sekolah dengan melibatkan jiwa dan
raga dalam berinteraksi dengan keadaan lingkungan dam mengembangkan
dan meningkatkan suatu perubahan jiwa sebagai hasil dari proses belajar.
2.1.2 Hasil Belajar
2.1.2.1 Pengertian hasil belajar
Pengertian hasil belajar yang dikemukakan oleh W. S. Wingkel
(1996) yaitu “setiap macam kegiatan belajar mengajar menghasilkan suatu
perubahan yang khas yaitu hasil belajar”. Pengertian lain tentang hasil
belajar dikemukakan oleh Sudjana (2011: 22) yaitu: “hasil belajar adalah
kemampuan- kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya”.
Dari pengertian hasil belajar diatas dapat dikemukakan bahwa hasil
belajar merupakan perilaku sebagai akibat dari proses belajar mengajar.
8
Hasil belajar dapat diukur melalui kegiatan penilaian. Penilaian dapat
diartikan sebagai suatu tindakan atau kegiatan untuk menilai sejauh mana
tujuan- tujuan instruksional dapat tercapai atau sejauh mana materi yang
diberikan dikuasai siswa. Hasil penilaian dapat dilaporkan dalam bentuk
nilai atau angka.
Benyamin S. Bloom (Sudjana, 2011: 22) berpendapat bahwa “hasil
belajar dibagi menjadi tiga bagian menurut hasil yang dicapainya yaitu hasil
belajar yang bersifat kognitif, afektif, dan psikomotori”.
1) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi.
2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli
mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan
perubahannya, bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif
tingkat tinggi. Ranah ini terdiri dari lima aspek yakni penerimaan,
jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi.
3) Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan
dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek pada ranah ini yakni,
gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan
perseptual, keterampilan kompleks, gerakan ekspresif dan
interpretatif.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas menyatakan bahwa hasil
belajar merupakan akibat dari adanya suatu proses belajar, perubahan
perilaku, peningkatan pengetahuan. Salah satu fungsi hasil belajar siswa
diantaranya adalah siswa dapat mencapai prestasi yang sesuai dengan
kapasitas yang mereka miliki, serta siswa dapat mengatasi berbagai macam
kesulitan belajar yang mereka alami. Aktivitas siswa mempunyai peranan
yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, tanpa adanya aktivitas
siswa maka proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan baik,
akibatnya hasil belajar yang dicapai siswa rendah. Untuk mengetahui
keberhasilan proses dan hasil belajar siswa digunakan alat penilaian untuk
mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan tercapai atau tidak.
Hasil belajar yang berupa aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek
psikomotorik menggunakan alat penilaian yang berbeda-beda. Untuk aspek
kognitif digunakan alat penilaian yang berupa tes, sedangkan untuk aspek
9
afektif digunakan alat penilaian yaitu skala sikap (cek list) untuk
mengetahui sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan aspek
psikomotorik digunakan lembar observasi.
Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar merupakan hasil akhir dari proses belajar dari seluruh kegiatan dan
kemampuan dicapai oleh seseorang (siswa) dalam usaha belajarnya di dalam
kelas saat menerima suatu pelajaran untuk mencapai kompetensi yang
diharapkan dengan mengguakan suatu alat penilaian. Hasil belajar dapat
dikatakan baik apabila keberhasilan atau kemampuan dalam kegiatan
belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Setelah memperoleh
pengalaman belajar, hasil belajar dapat dilihat dari tingkah laku siswa dari
aspek kognitif, afektif , dan psikomotorik.
2.1.2.2 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Dalam pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem
lingkungan belajar yang kondusif, hal ini akan bekaitan dengan faktor dari
luar siswa. Adapun faktor yang mempengaruhinya adalah mendapat
pengetahuan, penanaman konsep, ketrampilan, dan pembentukan sikap.
Menurut Slameto (2010: 54-72) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar digolongkan menjadi dua, yaitu:
1. Faktor Intern.
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri siswa.
Faktor-faktor yang termasuk dalam faktor internal antara lain:
a. Faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh)
b. Faktor psikologis (intelegensi, minat, perhatian, bakat motif, dan
kematangan).
c. Faktor kelelahan (kelelahan jasmani dan kelelahan rohani).
2. Faktor Ekstern.
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri
individu. Yang termasuk dalam faktor eksternal adalah:
a. Faktor keluarga (cara mendidik orang tua, relasi antaranggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi, pengertian orang
tua, dan latar belakang kebudayaan).
b. Faktor sekolah (metode mengajar, relasi guru dan siswa, relasi
siswa dengan siswa, isiplin sekolah, alat pelajaran, waktu
sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung,
metode belajar dan tugas rumah).
c. Faktor masyarakat (keadaan siswa dalam masyarakat, massa
10
media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat).
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar adalah faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal terdiri dari: faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor
kelelahan. Sedangkan untuk faktor eksternal, terdiri dari: faktor keluarga,
faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Kedua faktor yang telah dijelaskan di
atas memberikan pengaruh yang banyak bagi siswa. Untuk dapat
memperoleh hasil belajar yang baik atau memuaskan siswa harus
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar di atas agar
terwujud kebiasaan belajar yang baik.
2.1.3 Keaktifan Belajar
Aktif menurut Alwi (2002) berarti giat (bekerja atau berusaha),
sedangkan keaktifan diartikan sebagai hal atau keadaan dimana siswa dapat
aktif. Keaktifan siswa dalam belajar IPA tampak dalam kegiatan berbuat
sesuatu untuk memahami materi pelajaran.
Menurut Usman (2002: 26) cara yang dapat dilakukan guru untuk
memperbaiki keterlibatan siswa antara lain sebagai berikut:
a. Tingkat persepsi siswa secara aktif dalam kegiatan belajar
mengajar yang membuat respon yang aktif dari siswa.
b. Masa transisi antara kegiatan dalam mengajar hendaknya
dilakukan secara cepat dan luwes.
c. Berikan pengajaran yang jelas dan tepat sesuai dengan tujuan
mengajar yang akan dicapai.
d. Usahakan agar pengajaran dapat lebih memacu minat siswa.
Menurut Lidgren (Usman, 2002) terdapat empat jenis interaksi
dalam kegiatan belajar mengajar diantaranya sebagai berikut:
Gambar 2.1
Berbagai interaksi dalam pembelajaran
11
Komunikasi satu arah (gambar 1.a) merupakan komunikasi
yang hanya dilakukan oleh guru terhadap siswa, sementara siswa
hanya pasif sebatas mendengarkan komunikasi dari guru.
Komunikasi dari guru sudah mendapat respon balikan dari siswa,
tetapi tidak ada interaksi antara siswa. Interaksi yang terjadi
hanya antara guru dan siswa selama pembelajaran (gambar 1.b).
komunikasi dari guru sudah mendapat respon balik dari siswa dan
ada interaksi diantara siswa, tetapi belum keseluruhan siswa yang
melakukan interaksi baik dengan guru maupun siswa lainnya
(gambar 1.c). komunikasi sudah berjalan baik antara guru dengan
siswa, maupun antara siswa dengan siswa lainnya. Dalam hal ini
interaksi sudah optimal selama proses pembelajaran (gambar 1.d).
Menurut Aries.S, E.F (2009) dalam weblog menyatakan bahwa
keaktifan belajar siswa dapat dilihat dari:
a. Perhatian siswa terhadap penjelasan guru
b. Kerjasamanya dalam kelompok
c. Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam
kelompok
d. Memberi kesempatan berpendapat kepada teman dalam
kelompok
e. Mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat
f. Memberi gagasan yang cemerlang
g. Membuat perencanaan dan pembagian kerja yang matang
h. Saling membantu dan menyelesaikan masalah
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, keaktifan
merupakan suatu keadaan dimana siswa berpartisipasi secara aktif dalam
pembelajaran. Dalam hal ini keaktifan dapat dilihat dari:
a. siswa memperhatikan penjelasan guru
b. respon siswa terhadap pertanyaan yang diberikan guru
c. sering bertanya kepada guru atau siswa lain mengenai hal yang belum
dimengerti
d. senang diberi tugas belajar
e. mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan baik dan tepat waktu
f. mampu bekerjasama dalam kelas
g. aktif mengemukakan pendapat
h. memberikan kesempatan kepada teman untuk berpendapat
12
i. memanfaatkan potensi yang ada dan saling membantu dalam
menyelesaikan masalah
j. aktif mencari informasi dan menunjukkan rasa ingin tahu yang besar.
2.1.4 Pembelajaran IPA
Proses pembelajaran IPA di sekolah dasar hendaknya memperhatikan
hakikat IPA itu sendiri. Menurut Prihantoro dalam weblog Arifuddin (2011)
mengemukakan bahwa nilai-nilai yang dapat ditanamkan dalam
pembelajaran IPA antara lain:
1. Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis
menurut langkah-langkah metode ilmiah;
2. Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan,
mempergunakan alat eksperimen untuk memecahkan masalah;
3. Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan
masalah baik dalam kaitannya dengan pembelajaran IPA maupun
dalam kehidupan.
Oleh karena itu, seorang guru hendaknya melaksanakan pembelajaran
IPA di sekolah dasar dengan merumuskan tujuan pembelajaran yang
memuat hakikat IPA serta dengan metode yang memungkinkan tercapainya
tujuan IPA. Salah satunya adalah metode eksperimen, karena dengan
metode ini siswa akan dilatih untuk melakukan kegiatan ilmiah, berpikir
sistematis dan rasional, dan membuktikan sesuatu yang selama ini menjadi
pertanyaan di dalam kehidupan.
2.1.5 Metode Eksperimen
Metode eksperimen merupakan metode mengajar dalam penyajian
atau pembahasan materinya melalui suatu percobaan atau mencobakan
sesuatu serta mengamati secara proses (Winataputra, 2005). Pengertian lain
metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dimana siswa
melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu
yang dipelajari (Djamarah, 2011). Moedjiono & Dimyati (2009) juga
mengemukakan bahwa:
13
Metode eksperimen merupakan format interaksi belajar-
mengajar yang melibatkan logika induksi untuk menyimpulkan
pengamatan terhadap proses dan hasil percobaan yang
dilakukan. Eksperimen yang dilakukan dalam metode
eksperimen dapat dilakukan secara perorangan ataupun
kelompok. Metode eksperimen dilakukan dengan kegiatan
percobaan untuk membuktikan suatu pertanyaan atau masalah
maupun hipotesis tertentu. Oleh karena itu, seorang guru
seharusnya kreatif dalam mengelola pembelajaran.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
metode eksperimen adalah suatu cara untuk menyajikan materi pelajaran
dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Siswa
melakukan suatu percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri
apa yang sedang dipelajari. Dengan metode eksperimen peserta didik akan
lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan hasil
percobaannya dari pada hanya mendapat info dari guru atau buku.
Menurut Roestiyah (2008: 80-82) metode eksperimen adalah suatu
cara mengajar, dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu
hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian
hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi guru. Tujuan
penggunaan metode ini adalah:
a. Siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai
jawaban atau persoalan – persoalan yang di hadapi dengan
mengadakan percobaan sendiri.
b. Siswa dapat terlatih dalam cara berfikir ilmiah.
c. Dengan metode eksperimen siswa menemukan bukti
kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya.
Menurut Dona agus setiawan (2011) dalam blognya menjelaskan
langkah- langkah pembelajaran menggunakan metode eksperimen dalam
PBM.
1) Kegiatan Persiapan
a. Merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
dengan metode eksperimen.
b. Menyiapkan materi pembelajaran yang diajarkan melalui
eksperimen.
c. Menyiapkan alat, sarana dan bahan yang diperlukan
dalam eksperimen.
14
d. Menyiapkan panduan prosedur pelaksanaan eksperimen,
termasuk Lembar Kerja Siswa (LKS).
2) Kegiatan Pelaksanaan Eksperimen
a. Kegiatan Pembukaan
Menanyakan materi pelajaran yang telah diajarkan
minggu lalu (opersepsi). Memotivasi siswa dengan
mengemukakan ceritera anekdot yang ada kaitannya
dengan materi pelajaran yang akan diajarkan.
Mengemukakan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai, dan prosedur eksperimen yang akan dilakukan.
b. Kegiatan Inti
Siswa diminta membantu menyiapkan alat dan bahan
yang akan dipakai dalam eksperimen. Siswa
melaksanakan eksperimen berdasarkan panduan dan
LKS yang telah disiapkan guru. Guru memonitor dan
membantu siswa yang mengalami kesulitan. Pelaporan
hasil eksperimen dan diskusi balikan.
c. Kegiatan Penutup
Guru meminta siswa untuk merangkum hasil
eksperimen. Guru mengadakan evaluasi, hasil dan proses
eksperimen.mTindak lanjut, yaitu meminta siswa yang
belum menguasai materi eksperimen untuk mengulang
lagi eksperimennya, dan bagi yang sudah menguasai
diberi tugas untuk pendalaman.
Keunggulan dan kelemahan metode eksperimen.
Ali (2000), mengemukukun metode eksperimen memiliki keunggul-
an disamping kelemahan, sebagai berikut:
1. Keunggulan
a. Siswa berkesempatan melaksanakan prosedur ilmiah,
dalam rangka menguji kebenaran hipotesis.
2. Kekurangan
a. Memerlukan sarana dan prasarana yang cukup banyak
b. Jika guru dan siswa kurang paham akan materi percobaan,
dimungkinkan percobaan akan menyita waktu terlalu lama
atau bahkan percobaan kemungkinan gagal.
c. Kegagalan eksperimen akan mengakibatkan perolehan
belajar yang salah atau menyimpang.
Menurut Ali, Untuk menekan kegagalan, sebaiknya menempuh
prosedur atau tahapan sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
Tahap ini berupa penetapan tujuan, penyediaan fasilitas
eksperimen dan menyusun skenario pembelajaran serta
perangkat pembelajaran yang menunjang.
15
2. Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini guru dan siswa mendiskusikan mengenai
prosedur eksperimen, alat dan bahan yang berbahaya, serta
membimbing siswa selama melakukan percobaan.
Bimbingan tersebut dilaksanakan selama proses
pembelajaran hingga siswa menarik simpulan
3. Tindak lanjut
Tahap ini berupa diskusi tentang hambatan-hambatan
eksperimen, menyimpan peralatan, hingga evaluasi akhir
kegiatan percobaan.
Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
eksperimen:
1. Persiapkan terlebih dahulu bahan-bahan yang di
butuhkan
2. Usahakan siswa terlibat langsung sewaktu
mengadakan eksperimen
3. Sebelum di laksanakan eksperimen siswa terlebih
dahulu di berikan penjelasan dan petunjuk- petunjuk
seperlunya
4. Lakukan pengelompokan atau masing-masing
individu melakukan percobaan yang telah
direncanakan bila hasilnya belum memuaskan dapat
di ulangi lagi untuk membuktikn kebenaranya
5. Setiap kelompok atau individu dapat melaporkan hasil
percobaanya secara tertulis
2.1.6 Kerja kelompok
Sagala (2006) mengatakan bahwa metode kerja kelompok adalah cara
pembelajaran dimana siswa dalam kelas dibagi dalam beberapa kelompok,
dimana setiap kelompok dipandang sebagai satu kesatuan tersendiri untuk
Strategi Pembelajaran mempelajari materi pelajaran yang telah ditetapkan
untuk diselesaikan secara bersama-sama. Pada umumnya materi pelajaran
yang harus dikerjakan secara bersama-sama dalam kelompok itu diberikan
atau disiapkan oleh guru. Materi itu harus cukup kompleks isinya dan cukup
luas ruang lingkupnya sehingga dapat dibagi-bagi menjadi bagian yang
cukup memadai bagi setiap kelompok. Materi hendaknya membutuhkan
bahan dan informasi dari berbagai sumber untuk pemecahannya. Masalah
yang bisa diselesaikan hanya dengan membaca satu sumber saja tentu tidak
cocok untuk ditangani melalui kerja kelompok. Kelompok dapat dibentuk
16
berdasarkan perbedaan individual dalam kemampuan belajar, perbedaan
bakat dan minat belajar, jenis kegiatan, materi pelajaran, dan tujuan yang
ingin dicapai. Berdasarkan tugas yang harus diselesaikan, siswa dapat dibagi
atas kelompok paralel yaitu setiap kelompok menyelesaikan tugas yang
sama, dan kelompok komplementer dimana setiap kelompok berbeda-beda
tugas yang harus diselesaikan.
Metode kerja kelompok digunakan dalam strategi pembelajaran
bertujuan untuk:
a. Memecahkan masalah pembelajaran melalui kelompok
b. Mengembangkan kemampuan bekerjasama diantara peserta didik.
Alasan Penggunaan Metode Kerja Kelompok
a. Membuat para peserta didik dapat bekerjasama dengan temannya.
b. Mengembangkan kekuatan untuk mencari dan menemukan bahan-
bahan untuk melaksanakan tugas tersebut.
c. Membuat peserta didik aktif
Kelebihan dan kekurangan Metode kerja kelompok
a. Kelebihan
1. Dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah
2. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan
keterampilan berdiskusi.
3. Dapat memberikan kesempatan peserta didik untuk lebih intensif
dalam mengadakan penyelidikan mengenai suatu kasus atau masalah
4. Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan peserta didik
sebagai individu serta kebutuhan belajarnya.
5. Peserta didik lebih aktif tergabung dalam pelajaran mereka.
6. Dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan rasa menghormati dan menghargai pribadi temannya
serta menghargai pendapat orang lain.
17
b. Kekurangan
1. Kerja kelompok sering hanya melibatkan siswa yang mampu, sebab
mereka cukup memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang.
2. Keberhasilan metode kerja kelompok bergantung pada kemampuan
siswa memimpin kelompok atau bekerja sendiri
3. Dalam belajar bersama-sama tidak terkendali sehingga penyimpangan
dari rencana yang berlarut-larut.
c. Cara mengatasi kelemahan Metode Kerja Kelompok
1. Bimbingan terhadap kelompok harus dilakukan terus menerus
2. Usahakan agar jumlah kelompok itu tidak terlalu besar.
2.1.7 Pelaksanaan Pembelajaran IPA menggunakan metode eksperimen
secara kerja kelompok.
Pelaksanaan pembelajaran diatur oleh menteri pendidikan nasional
republik Indonesia nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses.
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP.
Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti,
dan kegiatan penutup.
1) Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan ini merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan
pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi
dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi
aktif dalam proses pembelajaran. Dalam kegiatan pendahuluan
guru:
a. menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti
pembelajaran.
b. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan
pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari
c. menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD yang akan dicapai
d. menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian
kegiatan sesuai silabus
2) Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai
kompetensi dasar. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
18
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan
sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
Tabel 2.2
Proses Kegiatan Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi
Pembelajaran Eksplorasi Elaborasi Konfirmasi
melibatkan peserta didik
mencari informasi yang luas
dan dalam tentang
topik/tema materi yang akan
dipelajari dengan
menerapkan prinsip alam
takambang jadi guru dan
belajar dari aneka sumber
membiasakan peserta
didik membaca dan
menulis yang beragam
melalui tugas-tugas
tertentuyang bermakna
memberikan umpan balik
positif dan penguatan
dalam bentuk lisan, tulisan,
isyarat, maupun
menggunakan beragam
pendekatan pembelajaran,
media pembelajaran, dan
sumber belajar lain
memfasilitasi peserta
didik melalui pemberian
tugas, diskusi, dan lain-
lain untuk memunculkan
gagasan baru baik secara
lisan maupun tertulis
hadiah terhadap
keberhasilan peserta didik
memfasilitasi terjadinya
interaksi antarpeserta didik
serta antara peserta didik
dengan guru, lingkungan,
dan sumber belajar lainnya
memberi kesempatan
untuk berpikir,
menganalisis,
menyelesaikan masalah,
dan bertindak tanpa rasa
takut
memberikan konfirmasi
terhadap hasil eksplorasi
dan elaborasi peserta didik
melalui berbagai sumber
melibatkan peserta didik
secara aktif dalam setiap
kegiatan pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta
didik dalam pembelajaran
kooperatif dan kolaboratif
memfasilitasi peserta didik
melakukan refleksi untuk
memperoleh pengalaman
belajar yang telah
dilakukan memfasilitasi peserta didik
melakukan percobaan di
laboratorium, studio, atau
lapangan
memfasilitasi peserta
didik berkompetisi secara
sehat untuk
meningkatkan prestasi
belajar
memfasilitasi peserta didik
untuk memperoleh
pengalaman yang
bermakna dalam mencapai
kompetensi dasar Kutipan: Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007
3) Kegiatan Penutup
Kegiatan penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam
bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi,
umpan balik dan tindak lanjut.
19
Berdasarkan rencana pembelajaran di atas dapat diuraikan bahwa kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen secara kerja
kelompok merupakan pembelajaran yang pelaksanaannya disesuaikan
dengan standar proses yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti
(yang terdiri dari elaborasi, eksplorasi, konfirmasi), dan kegiatan penutup.
1. Rencana Pelaksanaan
Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah:
a. Membuat skenario pembelajaran IPA berupa RPP
b. Menyiapkan alat, sarana, dan bahan yang diperlukan dalam
eksperimen.
c. Menyiapkan panduan pelaksanaan eksperimen yang berupa Lembar
Kerja Siswa (LKS)
d. Sebelum melaksanakan kegiatan guru membuat lembar observasi
sesuai dengan indikator yang sudah ditentukan yang bertujuan
untuk meneliti seberapa jauh pengajar melakukan pembelajaran.
e. Membuat evaluasi untuk mengetahui seberapa jauh siswa menerima
pelajaran.
2. Pelaksanaan
Kegiatan Pendahuluan
a. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari sesuai dengan
RPP.
b. Guru menanyakan materi yang telah diajarkan minggu lalu
(apersepsi)
c. Guru memotivasi siswa dengan cerita yang ada kaitannya dengan
materi pelajaran yang akan dipelajari, agar siswa lebih senang dan
antusias dalam mengikuti pelajaran.
d. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan
prosedur eksperimen yang akan dilakukan.
20
Kegiatan Inti
Eksplorasi
a. Guru melakukan penjelasan materi ajar menggunakan bantuan
gambar yang sesuai dengan materi, agar siswa bersemangat dan
tidak jenuh saat menerangkan.
b. Guru melakukan tanya jawab materi yang akan diajarkan, untuk
menggali kemampuan siswa.
c. Siswa dibagi menjadi 3 kelompok yang terdiri dari 9 anggota
kelompok untuk melakukan eksperimen.
d. Sebelum dilaksanakan eksperimen siswa terlebih dahulu diberikan
penjelasan dan petunjuk seperlunya.
e. Guru menyiapkan alat dan bahan yang akan dipakai, dan
perwakilan kelompok mengambil alat dan bahan yang akan
digunakan.
f. Siswa didalam kelompok melakukan eksperimen dari materi yang
telah disampaikan guru melalui panduan dan LKS yang telah
disiapkan guru.
g. Masing- masing kelompok mencatat hasil pengamatannya.
h. Guru memonitor dan membantu siswa yang mengalami kesulitan.
Elaborasi
a. Setiap kelompok melaporkan hasil eksperimen dari materi yang
telah disampaikan guru dan perwakilan dari kelompok maju untuk
membacakan hasil dari eksperimen.
b. Guru memberikan tanggapan (diskusi balikan)
c. Guru meminta siswa untuk merangkum hasil eksperimen, dari
materi yang telah disampan guru.
Konfirmasi
a. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi setiap kelompok.
b. Guru memberikan pengayaan berupa tanya jawab kepada siswa.
3. Akhir Pelaksanaan
a. Melakukan evaluasi pembelajaran setelah melakukan tindakan.
21
b. Melakukan refleksi agar mengetahui kelemahan-kelemahan saat
melakukan tindakan.
2.2 Kajian hasil-hasil penelitian yang relevan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Danarti (2011) yang
berjudul “Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan Metode Eksperimen
Berbantuan Benda Nyata pada Siswa Kelas V SD Negeri Trangkil 06 Tahun
Pelajaran 2011/2012” memberi simpulan sebagai berikut:
Terbukti bahwa penerapan metode eksperimen berbantuan media benda nyata
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi benda magnetis dan non
magnetis.
Pada kondisi awal sebelum peneliti menggunakan metode eksperimen
secara kerja kelompok hasil belajar siswa rendah yaitu nilai rata-rata hanya
60,27 jumlah siswa yang mencapai standart KKM 70 hanya 6 dari 22 siswa
ketuntasan belajar 27%. Pada siklus I dengan menggunakan metode
eksperimen nilai rata-rata 69 jumlah siswa yang mencapai standart KKM 70
mencapai 15 siswa dari 22 siswa, ketuntasan belajar 68%. Pada siklus II nilai
rata-rata menjadi 84,8 jumlah siswa yang mencapai standart KKM 70
menjadi 22 siswa, ketuntasan belajar 100%.
Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa melalui metode
eksperimen berbantuan media benda nyata dapat meningkatkan hasil belajar
IPA siswa kelas V SD Negeri Trangkil 06 Kecamatan Trangkil Kabupaten
Pati, Tahun Pelajaran 2011/2012.
Menurut Sutrisni (2011) dengan PTK nya yang berjudul “Penerapan
metode eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas
IV SD Negeri Kajar 01 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati Semester I
Tahun Pelajaran 2011/2012.” Sebagai berikut:
Berdasarkan deskripsi hasil penelitian tentang Penerapan metode
eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD
Negeri Kajar 01 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati Semester I Tahun
Pelajaran 2011/2012, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
22
Dari hasil siklus I ternyata belum berhasil mendapatkan nilai yang
memuaskan, terbukti siswa yang tuntas hanya 17 siswa dari 25 siswa. Tingkat
ketuntasan baru 68%. Hasil siklus II anak yang tuntas 25 dari 25 tingkat
ketuntasan mencapai 96%.
Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan oleh Tri
Danarti (2011) dan Hery Sutrisni (2011) dengan metode eksperimen dapat
terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada SD tersebut. Dengan
melihat kelemahan dan kelebihan dari metode eksperimen dan pembelajaran
telah terbukti berhasil untik jenjang Sekolah Dasar. Berdasarkan masalah
yang dihadapi penulis dan hasil dari metode eksperimen menunjukkan
peningkatan, Maka penulis memutuskan untuk melakukan Penelitian
Tindakan Kelas di Sekolah Dasar dengan menambahkan variabel, yaitu
keaktifan.
2.3 Kerangka berfikir
Upaya yang diperlukan untuk mendorong siswa aktif dalam kegiatan
belajar di kelas, selalu bergantung pada guru. Keaktifan siswa belum
berkembang selama proses pembelajaran yang berdampak pada hasil belajar
siswa masih rendah dalam pembelajaran IPA. Hal ini yang menjadi upaya
perlunya membantu siswa agar dapat mempelajari pembelajaran IPA dengan
lebih baik sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Penerapan metode eksperimen secara kerja kelompok lebih mendorong
kemandirian, keaktifan dan tanggung jawab dalam diri siswa. Dalam
pembelajaran ini siswa lebih banyak berperan selama kegiatan berlangsung.
Melalui metode eksperimen secara kerja kelompok ini diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa pada pepembelajaran IPA
kelas IV SD Negeri Ledok 05, Kecamatan Argomulyo, Salatiga.
23
Berdasarkan paparan di atas, maka kerangka penelitian tindakan kelas ini
dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.3
Alur Kerangka Berpikir dalam Penelitian
2.4 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka berpikir, hipotesis tindakan
dalam penelitian ini adalah:
1. Penerapan metode eksperimen secara kerja kelompok pada
pembelajaran IPA diduga dapat meningkatkan hasil belajar siwa
kelas IV SD Negeri Ledok 05, Kecamatan Argomulyo, Salatiga.
2. Penerapan metode eksperimen secara kerja kelompok pada
pembelajaran IPA diduga dapat meningkatkan keaktifan siwa
kelas IV SD Negeri Ledok 05, Kecamatan Argomulyo, Salatiga.
Kondisi Awal Hasil Akhir Tindakan
Peningkatan hasil belajar
siswa dilihat dari hasil
belajar siswa
Peningkatan keaktifan
belajar siswa dilihat dari
aktivitas belajar selama
PBM berlangsung
Penjelasan tentang
penerapan metode eks-
perimen secara kerja
kelompok.
Penerapan pembelajar-
an menggunakan metode
eksperimen secara kerja
kelompok.
Refleksi dari hasil
penerapan pembelajaran
menggunakan metode
eksperimen secara kerja
kelompok
Masih menggunakan
metode ceramah dan
hanya berpusat pada guru
sehingga siswa kurang
aktif, tidak bersemangat,
bosan dan kecewa karena
ti-dak terlibat langsung
dalam PBM akibat-nya
hasil belajar siswa masih
rendah.
Evaluasi Akhir Evaluasi Efek Evaluasi Awal