bab ii kajian pustaka 2.1 landasan teori 2.1.1 bankii.pdfantara lain adalah kestabilan terhadap...

29
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Bank dalam menjalankan fungsinya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dalam bentuk kredit pada masyarakat, berkait dengan fungsinya menghimpun dana ini, bank sering disebut sebagai lembaga kepercayaan. Untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap bank maka jenis usaha ini banyak diatur oleh pemerintah. Pengaturan yang secara ketat oleh penguasa moneter terhadap kegiatan perbankan tidak lepas dari pelaksanaan kebijakan moneter. Berdasarkan Undang-Undang Bank Sentral tahun 1968 Bank Indonesia sebagai bank sentral mempunyai kedudukan dan tugas utama di bidang moneter, perbankan dan sistim pembayaran terpisah dari bank-bank lain yang melakukan tugas komersial. Selain tiga tugas pokok bank sentral, Bank Indonesia juga bertugas membantu Pemerintah sebagai agen pembangunan mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta memperluas kesempatan kerja guna meningkatkan taraf hidup rakyat. Undang-Undang No 3 tahun 2004 tetang Bank Indonesia diberi kewenangan dalam kebijakan moneter dengan tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah yang dimaksudkan antara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak tahun 2005 Bank Indonesia 22

Upload: duongcong

Post on 14-Aug-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 BankII.pdfantara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut,

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Bank

Bank dalam menjalankan fungsinya menghimpun dana dari masyarakat

dan menyalurkan kembali dalam bentuk kredit pada masyarakat, berkait dengan

fungsinya menghimpun dana ini, bank sering disebut sebagai lembaga

kepercayaan. Untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap bank maka jenis

usaha ini banyak diatur oleh pemerintah. Pengaturan yang secara ketat oleh

penguasa moneter terhadap kegiatan perbankan tidak lepas dari pelaksanaan

kebijakan moneter.

Berdasarkan Undang-Undang Bank Sentral tahun 1968 Bank Indonesia

sebagai bank sentral mempunyai kedudukan dan tugas utama di bidang moneter,

perbankan dan sistim pembayaran terpisah dari bank-bank lain yang melakukan

tugas komersial. Selain tiga tugas pokok bank sentral, Bank Indonesia juga

bertugas membantu Pemerintah sebagai agen pembangunan mendorong

kelancaran produksi dan pembangunan serta memperluas kesempatan kerja guna

meningkatkan taraf hidup rakyat.

Undang-Undang No 3 tahun 2004 tetang Bank Indonesia diberi

kewenangan dalam kebijakan moneter dengan tujuan untuk mencapai dan

memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah yang dimaksudkan

antara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin

pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak tahun 2005 Bank Indonesia

22

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 BankII.pdfantara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut,

23

menerapkan kerangka kebijakan moneter dangan inflasi sebagai sasaran

utama kebijakan moneter ITF (Inflation Targeting Framework) dengan menganut

sistim nilai tukar yang mengambang (free Floating). Peran kestabilan nilai tukar

sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan sistim keuangan. Oleh

karenanya, Bank Indonesia juga menjalankan kebijakan nilai tukar untuk

mengurangi volatilitas nilai tukar yang berlebihan, bukan untuk mengarahkan

nilai tukar pada level tertentu.

Dalam pelaksanaanya Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk

melakukan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-sasaran moneter seperti

uang beredar atau suku bunga, dengan tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi

yang ditetapkan oleh Pemerintah. Secara oprasional,pengendalian sasaran-sasaran

moneter tersebut menggunakan intrumen-intrumen, antara lain operasi pasar

terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing, penetapan tingkat

diskonto, penetapan cadangan wajib minimum dan pengaturan kredit atau

pembiayaan. Bank Indonesia juga dapat melakukan cara-cara pengendalian

moneter berdasarkan prinsip Syariah.

Kebijakan monoter yang diambil oleh Bank Indonesia akan memberikan

dampak pada bank-bank pelaksana dalam usaha sebagai pengejawantahan dari

kebijakan meneter. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14, tahun 1967 Bank

diartikan sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan

jasa dalam lalu lintas pembayaran dan dalam peredaran uang, Sudirman, (2013).

Kemudian didefinisikan menjadi badan usaha yang menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kembali dana yang

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 BankII.pdfantara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut,

24

terkumpul tersebut kemasyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang

banyak (Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan yang

disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998).

Gambar 2.1 Aliran alokasi dana

Masyarakat

peminjam

3. Angsuran pokok + 4. Bunga dari simpanan

Bunga dari kredit

Bank 2. Penyaluran kredit 1.Simpanan

Masyarakat

penyimpan

Sumber: Judisseno (2002)

1) Bank menerima simpanan dari masyarakat penyimpan dalam bentuk tabungan,

deposito dan giro.

2) Bank menyalurkan dana yang dihimpun dari masyarakat penyimpan kepada

mayarakat peminjam dalam bentuk kredit.

3) Masyarakat peminjam membayar angsuran pokok di tambah bunga atas

pinjaman yang di terima kepada bank.

4) Bank membayar bunga simpanan dari masyarakat penyimpan.

Menurut (Kasmir 2011) bank merupakan lembaga keuangan yang

kegiataan usahanya adalah:

1) Menghimpun dana (uang) dari masyarakat dalam bentuk simpanan,

maksudnya dalam hal ini sebagai tempat menyimpan uang atau berinvestasi

bagi masyarakat. Tujuan utama masyarakat menyimpan uang biasanya adalah

untuk keamanan uangnya. Sedangkan tujuan kedua untuk berinvestasi dengan

harapan mendapat bunga dari simpanannya. Tujuan lainnya untuk

memudahkan melakukan transaksi.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 BankII.pdfantara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut,

25

2) Menyalurkan dana ke masyarakat, maksudnya adalah bank memberikan

pinjaman (kredit) kepada masyarakat yang mengajukan permohonan. Dengan

kata lain bank menyediakan dana bagi masyarakat yang membutuhkannya.

3) Memberikan jasa-jasa bank lainnya, seperti pengiriman uang (transfer),

penagihan surat-surat berharga yang berasal dari dalam kota (clearing),

penagihan surat-surat berharga yang berasal dari luar kota dan luar negeri

(inkaso), letter of credit (L/C), safe deposit box, bank garansi, bank note,

travellers cheque dan jasa lainnya.

Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dan

ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang-Undang RI nomor 10 tahun 1998 maka

jenis perbankan fungsinya terdiri dari Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat

(BPR). Dimana Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha

secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam

kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang

diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan

yang ada, dengan wilayah kerja diseluruh wilayah Indonesia bahkan keluar negeri.

BPR adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya

dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan/atau bentuk lain yang

dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana dalam bentuk kredit atau dalam

bentuk lain dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat yang

melaksanakan kegiatan usahanya melalui prisip konvensional atau berdasarkan

prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran. ( Suryanto 2013)

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 BankII.pdfantara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut,

26

Usaha perbankan sangat dipengaruhi oleh kebijakan moneter yang saat ini

sepenuhnya dibawah kendali Bank Indonesia sesuai dengan UU Nomor 23 tahun

1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah disempurnakan lagi dengan UU

Nomor 3 Tahun 2004. Pemerintah tidak lagi bisa mengintervensi kebijakan

moneter. Sejalan dengan kewenangan indevendensi Bank Indonesia tersebut roda

perekonomian di Indonesia digerakan dengan memanfaatkan industri perbankan

melalui kebijakan moneter. Dengan kewenangan yang dimiliki oleh Bank

Indonesia tampaknya dinamika pasar keuangan akan sangat dipengaruhi oleh

respon industri perbankan disatu pihak, serta stimulus kebijakan yang diberikan

oleh Bank Indonesia terhadap industri perbankan dalam melaksanakan kegiatan

usaha mereka sebagai agent of development. Kebijakan moneter yang diambil

oleh Bank Indonesia bertujuan untuk mengefektifkan fungsi perbankan di satu

pihak dalam mendorong sektor riil, dilain pihak dunia perbankan akan bersaing

untuk memberikan pelayanan pada masyarakat dengan tujuan memperoleh laba

atas usaha perbankan tersebut.

Perbankan sangat peka terhadap situasi dan kondisi yang berkembang.

Indikator suku bunga acuan/BI rate menjadi salah satu tolak ukur dalam

menentukan suku bunga kredit, SBI akan menjadi pertimbangan strategis dalam

mengucurkan kredit konsumsi termasuk didalamnya kredit pemilikan rumah

(KPR) maupun kredit produktif/investasi yang tak kalah memiliki risiko tinggi.

Beresiko tinggi karena jika kuota penyalurannya tak dibatasi, sementara situasi

perekonomian belum memadai, maka potensi kredit macet/NPL akan terjadi

(Bisnis Bali 17 Oktober 2014 ).

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 BankII.pdfantara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut,

27

Kinerja usaha perbankan seperti LDR dan laba usaha ROA akan sangat

dipengaruhi oleh dinamika kebijakan moneter yang diambil oleh Bank Indonesia

seperti penentuan suku bunga SBI dalam memengaruhi jumlah uang yang beredar

dan pada gilirannya akan memengaruhi tingkat suku bunga simpanan dan

kemampuan perbankan menentukan suku bunga kredit kepada masyarakat dan

pengusaha. Perkembangan usaha BPR tidak saja dipengaruhi kondisi pasar yang

bersaing antar usaha perbankan itu sendiri, tetapi juga keberhasilan usaha BPR

ditentukan oleh dinamika pergerakan sektor riil pada lingkungan produksi sebagai

pengguna jasa BPR. Jika situasi perekonomian membaik akan terbuka lebar dan

sebaliknya jika situasi perekonomian melesu peluang usaha BPR akan

menghadapi resiko kredit macet yang relatif tinggi, sehingga kebijakan moneter

Bank Indonesia merupakan stimulus yang mungkin dapat dimanfaatkan BPR

untuk mengelola usaha lebih stabil. Menurut (Warjiyo 2004) Bank Indonesia

sebagai otoritas moneter yang mengawasi indutri perbankan dan melakukan

pengawasan atas pengelolaan uasaha BPR akan mempertimbangkan kebijakan

dan dampak kebijakan moneter berdasarkan mekanisme trasmisi kebijakan

moneter seperti pada jalur suku bunga, jalur kredit, jalur harga asset, jalur nilai

tukar serta jalur ekspektasi.

2.1.2 Pengertian Kredit

Menurut (Suyatno 1993) istilah “kredit” berasal dari bahasa Yunani yaitu

credere yang berarti kepercayaan (truth atau faith). Menurut (Hasibuan 1997)

kredit adalah semua jenis pinjaman yang harus dibayar kembali bersama dengan

bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati, oleh

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 BankII.pdfantara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut,

28

karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan. Pengertian kredit dalam Undang-

Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankkan adalah penyedia uang atau

tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan

pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan

pemberian bunga. Menurut (Suyanto dkk 2007) kredit dalam arti ekonomi adalah

penundaan pembayaran dari prestasi yang diberikan sekarang, baik dalam bentuk

barang, uang, maupun jasa.

Penyaluran kredit memungkinkan masyarakat untuk melakukan investasi,

distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa, mengingat semua kegiatan

investasi, distribusi, dan juga konsumsi selalu berkaitan dengan pemanfaatan

uang. Dengan fungsi ini bank berperan sebagai Agent of Development (Susilo dkk

2006). Sejumlah penelitin menyatakan bahwa penyaluran kredit mendorong

pertumbuhan ekonomi suatu Negara, menurut (Goldsmith 1969, Mc Kinon 1973

dan Shaw 1973) dana berlebih (surplus) yang disalurkan secara efisien bagi unit

yang mengalami defisit akan meningkatkan kegiatan produksi, selanjutnya akan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Dalam usaha perbankan sektor kredit menjadi sumber pendapatan utama

disamping usaha lainnya seperti pembelian surat-surat berharga seperti obligasi

maupun Sertifikat Bank Indonesia. Pendapatan akan diperoleh dari selisih bunga

pinjaman dengan suku Bungan simpanan. Menurut (Manurung 2004) kredit yang

disalurkan oleh sistim perbankan pada umumnya ditujukan untuk tiga

penggunaan, yaitu:

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 BankII.pdfantara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut,

29

1) Kredit Modal Kerja (KMK) diberikan untuk tujuan komersial, yaitu membuat

perusahaan mampu menjalakan usahanya sekalipun arus kas masuk untuk

sementara masih lebih kecil dari arus kas keluar.

2) Kredit investasi diberikan kepada debitur agar dapat membeli barang-barang

modal maupun jasa, yang diperlukan dalam rangka rehabilitasi, modernisasi,

ekspansi, relokasi dan pendirian usaha baru. Dilihat dari jangka waktu

pengembaliannya, kredit invesatasi termasuk kredit jangka menengah dan

jangka panjang.

3) Kredit konsumtif (consumer loan) yaitu kredit yang diberikan untuk

memenuhi kebutuhan dana bagi debitur yang ingin membeli barang atau

kebutuhan-kebutuhan kosumtif.

Menurut (Sudirman 2013) kredit menurut sifatnya, yang digolongkan

menjadi:

1) Kredit dengan perjanjian, yaitu suatu kredit yang disalurkan oleh bank dengan

suatu ikatan perjanjian yang menyangkut plafon, jumlah angsuran, bunga dan

jangka waktu serta sangsi jika tidak mengangsur dan lunas.

2) Kredit tanpa perjanjian, yaitu suatu kredit yang disalurkan oleh bank tanpa

suatu ikatan perjanjian yang menyangkut plafon, jumlah angsuran, bunga, dan

jangka waktu serta sangsi jika tidak mengangsur dan lunas.

Menurut (Kasmir 2003) fungsi kredit dalam kehidupan perekonomian

antara lain:

1) Untuk meningkatkan daya guna uang

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 BankII.pdfantara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut,

30

Adanya kredit yang dapat meningkatkan daya guna uang maksudnya jika uang

hanya disimpan saja tidak menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan

diberikan kredit uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang

atau jasa oleh penerima kredit.

2) Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu

wilayah kewilayah lainnya sehingga, suatu daerah yang kekurangan uang

dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan

uang dari daerah lainnya.

3) Uang meningkatkan daya guna barang

Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh debitur untuk

mengolah barang yang tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat.

4) Meningkatkan peredaran barang

Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari satu wilayah

lainnya, sehingga jumlah barang yang beredar dari satu wilayah kewilayah

lainnya bertambah atau kredit dapat pula meningkatkan jumlah barang yang

beredar.

5) Sebagai alat stabilitas ekonomi

Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi karena

dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang

diperlukan oleh masyarakat. Kemudian dapat pula kredit membantu dalam

mengekpor barang dari dalam negeri ke luar negeri sehingga meningkatkan

devisa Negara.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 BankII.pdfantara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut,

31

6) Untuk meningkatkan kegairahan berusaha

Bagi penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha.

7) Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan

Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan semakin baik, terutama

dalam hal meningkatkan pendapatan. Jika sebuah kredit diberikan untuk

membangun pabrik, maka pabrik tersebut tentu membutuhkan tenaga kerja

sehingga, dapat pula mengurangi pengangguran. Disamping itu bagi

masyarakat sekitar pabrik juga akan dapat meningkatkan pendapatannya

seperti membuka warung atau menyewakan rumah kontrakan atau jasa

lainnya.

8) Untuk meningkatkan hubungan internasional

Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling

membutuhkan antara penerima kredit dengan pemberi kredit. Pemberian

kredit oleh Negara lain akan meningkatkan kerja sama di bidang lainnya.

Penyaluran kredit memegang peranan penting dalam pertumbuhan

perekonomian suatu Negara, berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia

periode Desember 2008 – Desember 2014 LDR BPR di Provinsi Bali berkisar

79,69 persen –78,96 persen menurut ketentuan Bank Indonesia angka LDR

berkisar antara 85 persen – 110 persen (Manurung Raharja 2004). Semakin tinggi

LDR maka semakin tinggi kemampuan bank dalam menyalurkan kredit, yang

berarti fungsi itermediasi bank semakin baik, tapi LDR yang terlalu tinggi dapat

meningkatkan resiko likuiditas bank.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 BankII.pdfantara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut,

32

Menurut (Mulyono 1995), rasio LDR merupakan rasio perbandingan

antara jumlah dana yang disalurkan ke masyarakat dengan jumlah dana

masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. LDR sendiri merupakan indikator

dalam pengukuran fungsi intermediasi perbankan di Indonesia. Rasio LDR

dihitung dari total kredit yang diberikan dibagi dengan dana yang diterima

( Suyanto 2013). LDR merupakan indikator untuk mengukur fungsi intermediasi

perbankan sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal

31 Mei 2004, rasio LDR dihitung dari jumlah kredit yang diberikan kepada pihak

ketiga (tidak termasuk antar bank) dibagi dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang

mencakup tabungan dan deposito (tidak termasuk antar bank).

Jumlah kredit yang diberikan

LDR = ----------------------------------------X 100%

Dana pihak ketiga

Menurut (Sartono 2001), LDR yang tinggi menunjukan bahwa suatu bank

meminjamkan seluruh danannya (loan-up) atau menjadi tidak likuid (illiquid).

LDR yang rendah menunjukkan bank yang likuid dengan kelebihan kapasitas

dana untuk dipinjamkan. Jadi seberapa besar kredit yang dapat disalurkan tanpa

mengabaikan tingkat likuiditas bank dalam mengantisipasi penarikan dana oleh

para penyimpannya.

Menurut (Sudirman 2013) tingkat kesehatan bank juga dapat di ukur

dengan LDR, dimana rasio LDR 115 perseratus atau lebih diberi nilai kredit 0

(nol) dan setiap penurunan 1 perseratus mulai dari 115 persen, nilai kredit

ditambah 4 (empat) poin demikian seterusnya hingga 100 (seratus). Dari sisi

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 BankII.pdfantara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut,

33

LDR, usaha meningkatkan kesehatan BPR dapat ditempuh langkah, mengurangi

kredit yang disalurkan oleh BPR dengan dana yang diterima oleh BPR dalam

jumlah tertentu. Dengan jumlah kredit tertentu, jumlah dana yang diterima oleh

BPR dinaikkan, diusahakan peningkatan itu dari modal inti dan pinjaman.

Pengurangan atau penambahan kredit lebih dari pengurangan atau penambahan

dana yang di terima oleh BPR.

Sumber dana BPR berasal dari dalam BPR sendiri yaitu dari setoran

modal oleh pemegang saham, masyarakat luas dan dana yang bersumber dari

lembaga lain. Menurut (Kasmir 2011) sumber dana dari dalam BPR dapat berupa

setoran modal dari pemegang saham, cadangan-cadangan laba pada tahun lalu

yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham dan laba bank yang belum

dibagikan pada tahun yang bersangkutan. Dana BPR yang bersumber dari

masyarakat luas dapat berupa simpanan tabungan maupun simpanan deposito.

Menurut Undang-Undang Perbankan No 10 tahun 1998 tabungan adalah

simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat

tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau

alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Deposito merupakan simpanan

berjangka yang penarikannya hanya dapat dilakukan sesuai dengan jangka waktu

tertentu berdasarkan kesepakatan antara penyimpan dengan BPR.

2.1.3 NPL (Non Performing Loan)

Pengertian NPL atau kredit bermasalah adalah merupakan indikator kunci

untuk menilai kinerja fungsi bank dalam menyalurkan kredit. Salah satu fungsi

bank adalah sebagai lembaga intermediasi atau penghubung antara yang

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 BankII.pdfantara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut,

34

berkelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana. Menurut Darmawan,

(2004) NPL merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan

bank dalam meng-cover resiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur.

Resiko kredit dapat di ukur dengan NPL, jadi semakain tinggi tingkat NPL maka

semakin besar pula resiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank (Ali 2004).

Akibat tingginya NPL suatu bank akan mengharuskan pembentukan cadangan

yang lebih besar yang pada akhirnya akan menyebabkan modal bank akan

terkikis. Pedahal jumlah modal akan sangat mempengaruhi kemampuan bank

dalam menyalurkan kredit. Besarnya NPL menjadi salah satu penyebab sulitnya

perbankan untuk menyalurkan kredit (Sentausa 2009).

Kredit yang disalurkan dikatakan bermasalah bila pengembalian kredit

tidak sesuai dengan yang diperjanjikan dalam perjanjian kredit, bahkan tidak

dikembalikan sama sekali. Menurut (Manurung 2004) kredit bermasalah /NPL

dapat dikelompokkan menjadi kredit tidak lancar dan kredit macet. Dalam SE BI

No. 23/12/BPPP, Febroari 1991, klasifikasi kredit digolongkan menjadi 1). Kredit

lancar, 2). Kredit kurang lancar, 3). Kredit yang diragukan, 4). Kredit macet.

Definisi NPL menurut IMF (2005 dalam Wiwin 2006), “A loan is

nonferforming when payments of interest and principal are past due by 90

days or more, or at least 90 days of interest payments have been

capitalized, refinanced or delayed by agreement, or payments are less then

90 day overdue, but there are other good reasons to doubt that payments

will be made in full”

Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia kredit digolongkan berdasarkan

kolektibilitasnya dibagi menjadi:

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 BankII.pdfantara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut,

35

1). Lancar

Tidak terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga, atau terdapat

tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga tidak lebih dari tiga kali angsuran

dan kredit belum jatuh tempo.

2). Kurang lancar

Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga lebih dari tiga kali

angsuran tetapi tidak lebih dari enam kali angsuran, atau kredit telah jatuh

tempo tidak lebih dari satu bulan.

3). Diragukan

Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga lebih dari enam kali

angsuran tetapi tidak lebih dari dua belas kali angsuran, atau kredit telah jatuh

tempo lebih dari satu bulan tetapi tidak lebih dari dua bulan.

4). Macet

Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga lebih dari dua belas kali

angsura, kredit telah jatuh tempo lebih dari dua bulan, kredit telah diserahkan

kepada Badan Urusan Piutang Negara, atau kredit telah diajukan penggantian

ganti rugi kepada perusahaan asuransi kredit.

Dalam mengatasi kredit bermasalah usaha yang dapat dilakukan untuk

menyelamatkan kredit adalah:

1). Rescheduling

Adalah penjadwalan kembali sebagian atau seluruh kewajiban debitur, yang

merupakan langkah pertama dari pihak bank untuk menyelamatkan kredit

yang diberikannya kepada debitur.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 BankII.pdfantara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut,

36

2). Reconditioning

Tindakan dari pihak bank untuk menyelamatkan kredit yang diberikannya

dengan cara mengubah sebagian atau seluruh kondisi (persyaratan) yang

semula disepakati bersama pihak debitur dan dituangkan dalam perjanjian

kredit (PK).

3). Restructuring

Tindakan penyelamatan kredit yang terpaksa harus dilakukan bank dengan

cara mengubah komposisi pembiayaan yang mendasari pemberian kredit.

Pembiayaan suatu proyek atau bisnis tidak seluruhnya berasal dari modal

(dana) sendiri, tetapi sebagian besar dibiayai dengan kredit yang diperoleh

dari bank.

4). Kombinasi 3-R

Untuk penyelamatan kredit bermasalah (rescue program), bila dianggap perlu

bank dapat melakukan berbagai kombinasi dari tindakan rescheduling,

reconditioning, dan restructuring tersebut diatas, yakni:

(a) Rescheduling dan reconditioning,

(b) Rescheduling dan restructuring,

(c) Restructuring dan reconditioning,

(d) Rescheduling, reconditioning, dan restructuring sekaligus.

(e). Eksekusi

Jika semua usaha penyelamatan seperti diuraikan di atas sudah dicoba

namun nasabah masih juga tidak mampu memenuhi kewajibannya terhadap bank,

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 BankII.pdfantara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut,

37

maka jalan terakhir adalah bank melakukan eksekusi melalui berbagai cara, antara

lain:

(a) Menyerahkan kewajiban kepada BUPN (Badan Urusan Piutang Negara),

(b) Menyerahkan perkara ke pengadilan negeri (perkara perdata).

(Johnshyn 2009), dalam penelitiannya mengenai pengaruh prudential

banking terhadap proporsi penyaluran kredit pada Bank Mandiri (Pesero) Tbk.

Dimana berdasarkan hasil penelitian bahwa CAR dan NPL berpengaruh simultan

dan signifikan terhadap proposi penyaluran kedit. Rasio CAR dan NPL

berpengaruh secara partial dan signifikan terhadap proporsi penyaluran kredit.

Menurut (Pratama 2010) NPL berpengaruh signifiken negatiif terhadap

penyaluran kredit, dan menurut (Hermant dkk 2005) dan (Budiawan 2008) NPL

berpengaruh negatif terhadap kredit perbankkan. Dengan demikian NPL

diprediksi berpengaruh negatif terhadap kredit perbankkan.

2.1.4 Return On Asset (ROA)

ROA merupakan kemampuan dari modal yang diinvestasikan kedalam

seluruh aktiva perusahaan untuk menghasilakan keuntungan. ROA menggunakan

laba sebagai salah satu cara untuk menilai efektivitas dalam penggunaan aktiva

perusahaan dalam menghasilakan laba. Semakin tinggi laba perusahaan maka

semakin besar rasio ROA, hal ini berarti bahwa prusahaan semakin efektif dalam

menggunakan aktiva untuk menghasilkan laba. Setiap bank berusaha

meningkatkan laba atau keuntungannya dengan menempuh cara sebagai berikut

(Sudirman 2013):

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 BankII.pdfantara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut,

38

1) Meningkatkan pendapatan bank dengan cara meningkatkan jumlah aktiva

produktif seperti kredit, penanaman dana dan penempatan dana dibanding

dengan bentuk aktiva lainnya seperti rupa-rupa aktiva, aktiva tetap, dan

inventaris. Dengan tingginya aktiva produktif di balik aktiva lain yang

nonproduktif relatif rendah akan terbentuk pendapatan bank yang tinggi

sehingga rentabilitas menjadi tinggi atau sebaliknya.

2) Pendapatan bank yang tinggi dengan biaya oprasional yang rendah akan

meningkatkan rentabilitas atau sebaliknya.

3) Meningkatkan kualitas aktiva produktif sehingga meningkatkan pendapatan

bank yang akhirnya meningkatkan rentabilitas bank atau sebaliknya.

Laba BPR adalah merupakan seluruh penerimaan yang diterima dalam

setahun buku setelah dikurangi dengan semua biaya-biaya yang dikeluarkan

dalam satu tahun buku. Pendapatan bersih bank merupakan jumlah penghasilan

yang diperoleh bank karena bank merupakan badan usaha. Pendapatan bersih

tersebut dapat dipakai untuk menambah modal bank di samping juga untuk

dibagikan kepada pemegang saham yang disebut deviden. (Sudirman 2013) Laba

BPR akan meberikan pengaruh positif terhadap penguatan modal BPR sehingga

kemampuan BPR dalam menyalurkan kredit akan semakin meningkat. ROA dapat

dihitung berdasarkan perbandingan antara laba selama 12 bulan terahir dibagi

dengan jumlah seluruh aktiva bank selama 12 bulan terahir (SE BI No.

6/23/DPNP 2004).

Laba sebelum pajak

ROA = ------------------------------------ X 100%

Rata-rata total aset

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 BankII.pdfantara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut,

39

Salah satu parameter untuk mengukur tingkat kesehatan suatu bank adalah

tingkat kemampuan bank untuk menghasilkan laba yaitu ROA. Jadi ROA

merupakan salah satu unsur rasio untuk menentukan tingkat kesehatan BPR. (Ali

2013) Jika rasio ROA kurang atau sama dengan 0, maka nilai kredit adalah 0

(nol), untuk setiap kenaikan 0,015 persen nilai kredit ditambah 1 (satu) dari 0

(nol) dengan angka maksimal 100 (seratus). ROA lebih besar atau sama dengan

1,215 persen BPR dikatagorikan sehat, ROA dibawah 1,215 persen sampai

dengan 0,999 persen di katagorikan cukup sehat, ROA di bawah 0,999 persen

sampai dengan 0,765 persen di katagorikan kurang sehat dan untuk ROA dibawah

0,765 persen dikategorikan tidak sehat.

2.1.5 Bunga Dana Pihak Ketiga

Pengertian bunga menurut (Kasmir 2011) adalah balas jasa yang diberikan

oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli

atau menjual produknya. Bunga bagi bank dapat diartikan sebagai harga yang

harus dibayar kepada nasabah penyimpan dan harga yang harus dibayar oleh

nasabah kepada bank dari yang memperoleh pinjaman.

Dana bank yang bersumber dari luar bank atau dari masyarakat disebut

juga dana pihak ketiga atau DPK berbentuk giro, tabungan deposito, dan pinjaman

serta bentuk lain yang dipersamakan dengan itu (Sudirman, 2013). DPK

merupakan dana masyarakat yang dihimpun oleh BPR yang mana pada saatnya

dana tersebut akan ditarik oleh masyarakat. Yang dimaksudkan masyarakat adalah

perorangan, kelompok, dan lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan

bank.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 BankII.pdfantara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut,

40

Dana-dana yang dihimpun oleh BPR akan tercatat pada sisi sebelah kanan

neraca. Dana-dana tersebut berupa dana dari hasil kegiatan BPR yang dapat

berupa laba BPR, disamping itu dana yang bersumber dari setoran modal oleh

pemilik BPR, simpanan masyarakat di BPR dan pinjaman yang diterima dari

pihak lainnya. Laba BPR bersumber dari selisih antara jumlah pendapatan dengan

jumlah pengeluaran BPR. Menurut (Sudirman 2013) Dana Bank dapat dibedakan

menurut sumber dana dan cara penghimpunannya. Dana bank menurut sumbernya

dibedakan menjadi:

1) Dana pihak kesatu

Dana bank yang bersumber dari dalam bank sendiri disebut dana sendiri yang

berupa modal yang disetor oleh pemilik bank atau oleh pemegang saham bank,

laba ditahan, laba berjalan, dan cadangan. Modal yang disetor oleh pemilik bank

atau pemegang saham bank adalah sejumlah uang tunai yang dimilki oleh pemilik

bank atau pemegang saham bank yang bersumber dari bukan pinjaman yang

disetor tunai di bank sebagai tambahan modal dan dinotoriilkan. Laba ditahan

adalah laba bersih bank setelah dikurangi pajak. Laba berjalan adalah laba

sebelum tahun buku pada akhir tahun takwim yaitu 31 Desember. Cadangan

adalah bagian dari laba yang ditahan yang diperuntukan sebagai cadangan umum

maupun cadangan khusus.

2) Dana pihak kedua

Dana pihak kedua adalah dana yang berupa pinjaman dari pihak luar. Jadi

dana bank yang diperoleh dari pinjaman dengan jangka waktu panjang yang

diterima dari pihak luar bank.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 BankII.pdfantara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut,

41

3) Dana pihak ketiga

Dana bank yang bersumber dari luar atau dari masyarakat disebut juga

dana pihak ketiga atau DPK berbentuk giro, tabungan, deposito dan pinjaman,

serta bentuk lain yang dipersamakan dengan itu. DPK merupakan utang bagi bank

sehingga pada saatnya dana tersebut ditarik oleh masyarakat.

Menurut Suyanto i (2013) Bank Pekreditan Rakyat mempunyai fungsi

menghimpun dana dalam bentuk mata uang rupiah dari masyarakat untuk

kemudian melempar kembali dana itu dalam bentuk pinjaman kredit kepada

masyarakat yang membutuhkan dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

banyak. Dana itu disebut sebagai dana pihak ketiga. Jadi dana pihak ketiga adalah

dana yang diperoleh dari masyarakat, baik itu masyarakat sebagai individu,

perusahaan, pemerintah, rumah tangga, koperasi, yayasan, dan lain-lain, dalam

mata uang rupiah. Bagi sebagian besar atau bahkan setiap BPR, dana masyarakat

merupakan dana terbesar yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan fungsi BPR sebagai

penghimpun dana masyarakat.

Dari dana pihak ketiga yang terkumpul, BPR akan mengeluarkan biaya

balas jasa kepada pemilik dana berupa bunga. Bunga di bank konvensional dapat

disebut sebagai balas jasa yang diberikan oleh pihak bank kepada nasabah. Ada

beberapa faktor yang mempengaruhi suku bunga simpanan antara lain, kebutuhan

dana, persaingan, dan target laba yang diinginkan bank. Apabila permohonan

kredit meningkat, maka yang akan dilakukan oleh BPR agar dana tersebut cepat

terpenuhi dengan meningkatkan suku bunga simpanan, untuk menarik nasabah

agar menyimpan uangnya di BPR, maka tingkat Bungan dari lembaga lainnya

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 BankII.pdfantara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut,

42

akan menjadi pertimbangan juga. Menurut (Sudirman 2013) jika pada suatu saat

suku bunga menunjukkan kenaikan hingga melampaui angka yang ditetapkan,

maka Bank Indonesia akan segera melakukan kebijakan ekspansi menoter

sehingga tingkat suku bunga uang menunjukkan penurunan hingga di bawah

yang ditetapkan. Sebaliknya bila tingkat suku bunga berada di bawah tingkat suku

bunga yang ditetapkan maka Bank Indonesia akan melakukan kebijakan moneter

yang kontraktif sehingga tingkat suku bunga naik kembali pada suku bungan yang

ditetapkan atau sebaliknya. Suku bunga DPK akan sangat menetukan biaya yang

akan dikeluarkan oleh BPR dalam rangka biaya oprasional yang harus menjadi

beban BPR.

2.1.6 Bunga Kredit

Dari dana yang berhasil dihimpun oleh BPR akan dimanfaatkan untuk

menunjang aktifitas perusahaan seperti untuk likuiditas, untuk dibelikan

inventaris, ditempatkan di bank lain dan untuk disalurkan dalam bentuk kredit

pada masyarakat. Menurut (Sudirman 2013) penyaluran dana bank adalah dana

bank yang diproduktifkan untuk memperoleh pendapatan bank berupa bunga

uang. Pendapatan utama BPR lebih banyak berasal dari bunga kredit yang

diterima. Pengelolaan dana sebuah bank selalu dikaitkan dengan pendapatan bank

agar mampu untuk menutup biaya, risiko, pajak dan mampu memperoleh

keuntungan bank.

Bunga kredit adalah sejumlah besaran suku bunga yang dibebankan

kepada peminjam sebagai balas jasa atas modal yang dipergunakan. Tingkat suku

bunga kredit akan dipengaruhi oleh tingkat suku bunga dana yang berhasil

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 BankII.pdfantara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut,

43

dihimpun ditambah dengan biaya-biaya yang timbul dalam proses penghimpunan

dana tersebut. Menurut (Kasmir 2000) dalam bank dan lembaga lainnya bunga

kredit adalah harga yang harus dibayar oleh debitur kepada bank. Sedangkan

menurut (Muchdarsyah 1993) bahwa bunga kredit merupakan suatu ganti rugi

atas penggunaan dana oleh nasabah. Dari pengertian tersebut diatas, dapat

diartikan bahwa bunga kredit merupakan keuntungan Bank yang diterima atas

pinjaman uang kepada nasabah dan sebaliknya bagi nasabah merupakan biaya

modal yang harus dikeluarkan pihak nasabah atas penggunaan fasilitas kredit

bank.

Saat ini terlihat pada neraca BPR didominasi oleh kredit sehingga

pendapatan bunga kredit sangat mendominasi pendapatan bunga kredit

dibandingkan dengan non bunga atau free based income. Dengan demikian

penetapan bunga kredit suatu bank merupakan kebijaksanaan yang penting dan

strategis sehingga dalam pengambilan keputusan tingkat suku bunga yang harus

diberikan senantiasa memperhatikan seluruh factor yang mempengaruhinya dan

dalam pelaksanaannya harus didukung dengan perangkat administrasi yang baik.

Suku bunga kredit akan sangat dipengaruhi oleh factor internal yaitu tingkat

efisiensi pengelolaan dan faktor ekternal diantaranya berlakunya tingkat bunga

dipasar uang atau sumber dana bank.

2.1.7 Suku Bunga Bank Indonesia (SBI)

BI rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau

stance kebijakan moneter yang ditapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan

kepada publik. BI rate diumumkan oleh dewan Gubernur Bank Indonesia setiap

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 BankII.pdfantara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut,

44

Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter

yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity

management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan

moneter. Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan

suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku

bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga

deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan. Dengan

mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia

pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan

melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan

menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah

sasaran yang telah ditetapkan.

Pengaruh kebijakan moneter Bank Indonesia pada gilirannya akan

berdampak pada BPR seperti kinerja perolehan laba yang akan sangat ditentukan

oleh kebijakan penentuan suku bunga SBI (BI rate) dan kebijakan Bank Indonesia

dalam mengendalikan jumlah uang beredar melalui instrumen Giro Wajib

Minimum (GWM). Dinamika pergerakan SBI dan GWM pada gilirannya akan

mempengaruhi Net Interest Margin (NIM)/marjin bunga bersih dan LDR, yang

mempengaruhi suku bunga tabungan, serta pada saatnya memberi dampak kepada

kemampuan perbankan dalam menetapkan suku bunga pinjaman kepada

masyarakat pengusaha dan warga lainnya ( Sudirman 2013).

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 BankII.pdfantara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut,

45

2.2 Hubungan Antara SBI Dengan ROA

Perubahan suku bunga (SBI) yang tidak wajar akan secara langsung

menyebabkan terganggunya lembaga keuangan bank. Dengan bunga uang yang

tinggi akan menyebabkan minat masyarakat untuk menyimpan uangnya di bank

semakin tinggi sehingga jumlah likuditas bank akan besar sehingga kemampuan

bank untuk menyalurkan kredit juga besar. Meningkatnya suku bunga akan

menyebabkan biaya bunga yang dikeluarkan oleh BPR juga meningkat.

Bersamaan dengan itu suku bunga kredit juga akan meningkat sehingga akan

mengurangi minat masyarakat untuk melakukan investasi karena biaya dana untuk

berivestasi akan naik, sehingga permintaan kredit akan berkurang. Menurunnya

jumlah kredit yang dapat disalurkan akan mengurangi pendapatan dari bunga

kredit. Suku bunga yang terlalu tinggi dapat meyebabkan turunnya penerimaan

dari sisi pendapatan bunga kredit akibat dari jumlah kredit yang tersalur menurun

dan pada sisi lain tingginya suku bunga dana akan menyebabkan biaya bungan

DPK akan meningkat sehingga laba BPR akan menurun yang berakibat pada

ROA akan turun.

2.3 Hubungan antra LDR dengan ROA

(Kosmidou 2008) berpendapat bahwa bila tingkat kemakmuran

masyarakat meningkat, maka diharapkan akan semakin tinggi permintaan dan

penawaran akan pinjaman maupun tabungan dari masyarakatan kepada BPR.

Tingginya tingkat permintaan dan penawaran akan pinjaman dan tabungan

memiliki pengaruh positif terhadap ROA. Dari sisi likuiditas LDR yang terlalu

tinggi maka akan menurunkan tingkat likuiditas sehingga akan mendorong BPR

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 BankII.pdfantara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut,

46

untuk menyerap dana masyarakat sehingga akan terjadi persaingan dalam

memperoleh dana yang dapat berakibat kenaikan suku bungan dana, sebaliknya

LDR yang rendah akan menyebabkan BPR kelebihan likuiditas. Dari sisi

Profitabilitas, LDR yang tinggi mencerminkan pemanfaatan dana BPR secara

maksimal yang berarti penerimaan pendapatan bungan yang diterima dari kredit

yang disalurkan akan meningkat yang pada akhirnya bisa meningkatkan

profitabilitas BPR dan akan mempengaruhi ROA.

2.4 Hubungan antara NPL dengan ROA

LDR yang tinggi berarti pendapatan bunga yang diperoleh dari kredit yang

disalurkan juga akan tinggi, penilaian dalam pemberian kredit harus dilakukan

dengan baik karena akan menentukan kolektibilitas kredit yang diberikan. Bila

penilaian dalam pemberian kredit tidak dilakukan dengan baik, maka kredit macet

akan meningkat yang terindikasi dari NPL yang tinggi, demikian juga sebaliknya

bila penilaian dalam pemberian kredit dilakukan secara cermat, maka angka

kredit macet akan mengalami penurunan dan NPL juga rendah.

NPL yang tinggi menceminkan tingginya resiko kredit yang disalurkan

oleh BPR. Semakin tinggi tingkat resiko kredit maka semakin tinggi biaya

cadangan resiko kredit yang harus dibentuk oleh BPR, sebaliknya semakin rendah

resiko kredit biaya yang dicadangkan juga akan menurun. NPL yang tinggi

berpeluang menyebabkan kredit gagal bayar oleh nasabah yang dapat

menyebabkan kerugian bagi BPR. Naik turunya NPL akan berpengaruh pada

kemampuan perolehan laba bagi BPR yang dapat mempengaruhi ROA.

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 BankII.pdfantara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut,

47

2.5 Keaslian Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh Voordeckers dan Steijvers (2003) dengan

metode analisis model continuation-ratio logit justru menunjukkan bahwa pada

usaha kecil dan menengah di Belgia kondisi internal yang ada di dalam

perusahaan berpengaruh positif terhadap terbentuknya strategi yang ada di bagian

kredit. (Fedorenko dkk 2007) juga mengungkapkan di Taiwan sistem-sistem

internal yang digunakan oleh bank dalam memberikan kredit berpengaruh positif

terhadap jangka waktu dalam pemberian kredit. Penelitian ini menggunakan

analisis model empiris. (Ono dan Uesugi 2005) meneliti usaha peminjaman uang

berskala kecil dan menengah di Jepang. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

kondisi internal perusahaan berpengaruh negatif terhadap strategi pemberian

kredit, dimana terlalu banyak campur tangan dari pemilik/pengelola dalam

menjalankan strategi yang dijalankan sehingga banyak strategi yang dibuat untuk

kepentingan pribadi. Hal tersebut didukung pula oleh penelitian yang dilakukan

oleh (Klapper 2001). Kedua penelitian tersebut menggunakan analisa regresi

linear.

Hasil penelitian (Jiménez dkk 2007), kondisi calon debitur seperti kondisi

spesifik calon debitur turut mempengaruhi manajemen dalam menentukan strategi

yang akan dijalankan oleh suatu lembaga keuangan. Hasil tersebut diperoleh dari

penelitian yang dilakukan di Spanyol. Demikian juga yang diungkapkan oleh

(Kyaw 2008) yang melakukan penelitian pada lembaga keuangan yang melakukan

pembiayaan pada sektor usaha kecil dan menengah di Myanmar dengan

menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. (Elsas dan Krahnen 2002) dengan

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 BankII.pdfantara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut,

48

analisis model empiris mendapatkan hasil bahwa kondisi calon debitur

berpengaruh negatif terhadap pemberian kredit, yang justru mempunyai pengaruh

adalah kondisi internal atau kondisi yang ada di perusahaan tersebut. Selain itu,

yang bisa mengetahui kondisi pasti suatu bank adalah pihak internalnya sendiri,

sehingga mampu menyusun strategi-starategi untuk memaksimalkan kinerjanya,

sehingga dapat dikatakan strategi yang dijalankan suatu bank harus berdasarkan

sistem yang ada dalam bank tersebut. Hal tersebut didukung pula oleh penelitian

yang dilakukan oleh (Felix dan Claudine 2008). Penelitian tersebut

menggunakan analisis regresi linear.

Dengan metode analisis empiris (Jiménez 2007), kondisi eksternal

seperti kondisi pasar secara umum turut mempengaruhi manajemen dalam

menentukan strategi yang akan dijalankan oleh suatu lembaga keuangan. Hasil

tersebut diperoleh dari penelitian yang dilakukan di Spanyol. Hasil yang sama

diperoleh juga dari penelitian yang dilakukan oleh (Klapper 2001) dengan

menggunakan analisa regresi linear.

(Voordeckers dan Steijvers 2003) dengan metode analisis model

continuation-ratio logit justru menunjukkan bahwa pada usaha kecil dan

menengah di Belgia kondisi lingkungan di luar perusahaan berpengaruh negative

terhadap terbentuknya strategi yang ada di bagian kredit. Hal tersebut didukung

pula oleh penelitian yang dilakukan oleh (Felix dan Claudine 2008). Penelitian

tersebut menggunakan analisa regresi linear.

Penelitian di lembaga keuangan di Amerika oleh (Manove dkk 2001)

dengan menggunakan data equilibrium menunjukkan bahwa strategi pemberian

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 BankII.pdfantara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut,

49

kredit justru meningkatkan rasio NPL. Hal tersebut juga diungkapakan oleh

(Petersson dan Wadman 2004) yang meneliti pasar kredit di Italia dan Swedia

dengan menggunakan media interview. Dari dua penelitian di atas terungkap

bahwa NPL lebih dipengaruhi oleh faktor di luar manajemen, seperti keadaan

pasar yang terlambat diantisipasi oleh strategi yang dibuat oleh manajemen dalam

memaksimalkan kinerja perusahaan, terutama menekan rasio NPL.

Menurut (Chen 2003), yang meneliti perilaku lembaga keuangan di Cina,

strategi pemberian kredit justru mempunyai pengaruh negatif terhadap NPL.

Dimana strategi pemberian kredit yang baik dinilai mampu membuat

menurunkan NPL, dalam hal ini strategi pemberian kredit dan NPL mempunyai

arah yang berlawanan. Demkian juga yang diungkapkan oleh (Hwang dan Wu

2006) yang melakukan penelitian di Taiwan. Kedua penelitian ini sama-sama

menggunakan analisis deskriptif kualitatif.

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 BankII.pdfantara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut,

50