bab ii kajian pustaka 2.1 kualitas udara

18
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Udara Kualitas udara yang baik tidak hanya sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia tetapi penting juga bagi tumbuhan, hewan, tanah dan air (Ahmad et al., 2020). Menurut Rasyidah (2018) kualitas udara yang menurun selain dapat mempengaruhi kesehatan manusia juga dapat mempengaruhi kondisi tumbuhan secara fisiologis, sehingga menyebabkan adanya suatu tingkatan kepekaan, peka dan kurang peka (resisten) serta dapat menyebabkan perubahan lingkungan khusunya kualitas udara. Secara umum pemantauaan kualitas lingkungan khususnya kualitas udara merupakan bagian dari upaya penanggulangan dan pencegahan terhadap pencemaran lingkungan (Hadiyati, 2013). 2.2. Indikator Biologi Ada bebrapa indikator dalam pemantauaan kualitas udara bisa melalui indikator kimia, fisika, biologi. Indikator biologi merupakan kelompok organisme yang saling berhubungan dan keberadaannya atau perilakunya sangat erat berhubungan dengan kondisi pada lingkungan tertentu. Hal ini dapat digunakan sebagai suatu petunjuk kualitas lingkungan atau uji kuantitatif. Efektif tidaknya suatu indikator yang digunakan dapat ditentukan melalui keterkaitan faktor lingkungan dan parameter biologis. Karakteristik parameter biologis yaitu komposisi jenis, tubuh yang terkontaminasi polutan dan gejala kerusakaan suatu organisme. Organisme yang dapat digunakan sebagi acuan atau petunjuk pencemaran dikenal sebagai indikator biologis (Husamah, 2019). Indikator biologis adalah penggunaan suatu organisme baik dari suatu individu atau suatu kelompok organisme untuk mendapatkan suatu informasi terhadap kualitas sebagian serta seluruh lingkungannya. Menurut (Roziaty, 2016) indikator biologis yaitu suatu sepesies yang mempengaruhi faktor-faktor biotik dan abiotik di suatu lingkungan, sebagai suatu keterwakilan atau yang mewakili dari dampak perubahan lingkungan terhadap perubahan habitat, komunitas atau ekosistem yang mengindikasikan keragaman taksa atau keragam hayati secara

Upload: others

Post on 27-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Udara

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kualitas Udara

Kualitas udara yang baik tidak hanya sangat penting untuk kelangsungan

hidup manusia tetapi penting juga bagi tumbuhan, hewan, tanah dan air (Ahmad et

al., 2020). Menurut Rasyidah (2018) kualitas udara yang menurun selain dapat

mempengaruhi kesehatan manusia juga dapat mempengaruhi kondisi tumbuhan

secara fisiologis, sehingga menyebabkan adanya suatu tingkatan kepekaan, peka

dan kurang peka (resisten) serta dapat menyebabkan perubahan lingkungan

khusunya kualitas udara. Secara umum pemantauaan kualitas lingkungan

khususnya kualitas udara merupakan bagian dari upaya penanggulangan dan

pencegahan terhadap pencemaran lingkungan (Hadiyati, 2013).

2.2. Indikator Biologi

Ada bebrapa indikator dalam pemantauaan kualitas udara bisa melalui

indikator kimia, fisika, biologi. Indikator biologi merupakan kelompok organisme

yang saling berhubungan dan keberadaannya atau perilakunya sangat erat

berhubungan dengan kondisi pada lingkungan tertentu. Hal ini dapat digunakan

sebagai suatu petunjuk kualitas lingkungan atau uji kuantitatif. Efektif tidaknya

suatu indikator yang digunakan dapat ditentukan melalui keterkaitan faktor

lingkungan dan parameter biologis. Karakteristik parameter biologis yaitu

komposisi jenis, tubuh yang terkontaminasi polutan dan gejala kerusakaan suatu

organisme. Organisme yang dapat digunakan sebagi acuan atau petunjuk

pencemaran dikenal sebagai indikator biologis (Husamah, 2019).

Indikator biologis adalah penggunaan suatu organisme baik dari suatu

individu atau suatu kelompok organisme untuk mendapatkan suatu informasi

terhadap kualitas sebagian serta seluruh lingkungannya. Menurut (Roziaty, 2016)

indikator biologis yaitu suatu sepesies yang mempengaruhi faktor-faktor biotik

dan abiotik di suatu lingkungan, sebagai suatu keterwakilan atau yang mewakili

dari dampak perubahan lingkungan terhadap perubahan habitat, komunitas atau

ekosistem yang mengindikasikan keragaman taksa atau keragam hayati secara

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Udara

9

keseluruhan dalam suatu area. Suatu sepesies atau kelompok spesies secara cepat

dapat menggambarkan suatu kondisi lingkungan dari sebuah habitat, ekosistem

atau mengindikasikan keragaman dari kelompok takson, atau keragaman secara

keseleruhan dalam suatu wilayah. Berbagai sepesies merespon pada sekala yang

beragam dengan cara yang paling sensitif, sensitif dan yang tahan resisten

seringkali dianggap sebagai indikator akumulasi.

2.2.1 Keuntungan Penggunaan Lichenes Sebagai Indikator

Lichenes memiliki peran yang sangat penting dalam kelestarian suatu

ekosistem. Lichenes berperan sebagai supplier oksigen dan manfaat lainnya

sebagai bioindikator pencemaran udara dan biomonitoring kualitas udara. Hal ini

yang menjadikan lichenes memiliki peranan yang sangat penting dalam

keseimbangan ekosistem lingkungan. Selain itu lichenes juga memproduksi

metabolit sekunder yang banyak dimanfaatkan sebagai salah satu komponen obat-

obatan (Parmelia sulcata) serta beberapa sepesies Usnea untuk obat batuk,

Certaria islandica sebagai obat diabetes, penyakit paru-paru, katarak,

antimutagenik, antibiotik dan sebagai bahan-bahan pembuatan kosmetik untuk

kecantikan (Muvidha, 2020).

Menurut Husamah (2019) keuntungan penggunaan Lichenes sebagai

bioindikator sebagai berikut:

1. Kebanyakan spesies Lichenes memiliki rentang geografis yang luas

sehingga memungkinkan studi gradien populasi jarak jauh.

2. Morfologi Lichenes tidak berfariasi dengan akumulasi polutan yang

dapat terjadi sepanjang tahun dan musim.

3. Usia lichenes biasanya berumur panjang.

4. Proses pertukaran air dan gas di seluruh thallus Lichenes membuat

mereka sensitif terhadap polusi.

5. Lichenes tidak memiliki akar dan juga tidak memiliki akses ke sumber

nutrien tanah dan bergantung pada endapan, atmosfer, rembesan air

dipermukaan substrat dan sumber nutrisi lain yang sangat encer.

Dengan demikian, kandungan jaringan mereka sebagian besar

mencerminkan sumber nutrisi di atmosfer dan kontaminasi.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Udara

10

6. Lichenes tidak memiliki jaringan pelindung atau jenis sel yang

diperlukan untuk menjaga kadar air internal agar tetap konstan.

Kebanyakan Lichenes yang melewati beberapa tahap siklus pembasahan

dan pengeringan selama sehari. Ketika Lichenes terhidrasi, nutrisi dan kontaminan

menyerap ke seluruh permukaan Lichenes. Selama dehidrasi, nutrisi dan banyak

kontaminan terkonsentrasi dengan diubah menjadi bentuk slow release, yaitu

diserap ke dinding sel, tertutup di dalam organel atau mengkristal di dalam sel-sel.

Nutrisi dan polutan secara bertahap tercuci selama hujan lebat. Keseimbangan

yang dinamis dengan demikian ada antara akumulasi atau pencemaran atmosif

dan kehilangan atmosfir, yang membuat Lichenes menjadi suatu alat analisis yang

sensitif dalam mendeteksi kualitas udara dalam suatu lingkungan. Jika dalam

mendeteksi kualitas udara dalam suatu lingkungan yang dibandingkan dengan

indikator fisika-kimia, penggunaan Lichenes sebagai bioindikator tidak mahal

untuk digunakan dalam mengevaluasi polusi udara. Menurut Abas (2017)

penggunaan Lichenes dan pembiakannya perlu dilakukan karena lichen dianggap

sebagai agen pembersih gas pencemaran di udara dan dapat membersihkan bahan-

bahan pencemar yang bebas di udara.

2.3 Lumut Kerak Lichenes

2.3.1 Definisi Lichenes

Lumut memiliki keragaman yang sangat luas di dunia ini, namun sedikit

orang yang memperhatikan keragaman lumut (Jannah, 2019). Salah satu lumut

yang jarang diperhatikan yaitu lumut kerak (Lichenes). Tumbuhan Lichenes

merupakan salah satu tumbuhan perintis yang memiliki keanekaragaman yang

cukup tinggi. Jumlah total spesies Lichenes di Indinoseia mencapai ± 17.000,

namun belum banyak di eksplorasi keberadaanya, sehingga konservasinya dan

pemanfaatannya belum maksimal (Muvidha, 2020). Ketika dilihat dengan sekilas

lichenes setipe dengan tumbuhan lumut (Roziaty, 2016). Lichenes merupakan

tumbuhan yang bersimbiosis antara fungi dan alga (Mulyadi, 2017). Simbiosis

tersebut dalam bentuk mutualistik dan helotisme. Disebut simbiosis mutualistik

karena alga memiliki klorofil untuk menyediakan energi melalui suatu proses

fotosintesis dan jamur mengambil air serta mineral lainnya dari lingkungan.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Udara

11

Namun disebut holotisme yaitu pada awlanya menguntungkan tapi selanjutnya

fungi bersifat parasit pada alga karena hanya fungi yang memiliki alat

perkembangbiakan berupa badan thalus atau buah (Roziaty, 2016).

2.3.2 Klasifikasi Lichenes

Klasifikasi merupakan suatu proses pengaturan tumbuhan dalam tingkat

tertentu berdasarkan ketidaksamaan dan kesamaannya. Pada dasarnya Lichenes

diklasifikasikan ke dalam tumbuhan Thallophyta yang merupakan tumbuhan

komposit dan perpaduan fisiologik dari dua makhluk hidup yaitu antara jamur dan

alga (Ernilasari, 2015). Menurut Laksono (2016) klasifikasi Lichenes menurut

cendawan yang menyusunnya dibedakan menjadi dua kelas sebagai berikut:

1. Kelas Ascolichenes

a. Pyrenomucetales yaitu menghasilkan tubuh buah berupa perisetum,

yang dapat hidup bebas dan berumur pendek. Contonya seperti

Dermatocarpon dan Verrucaria dengan klasifikasi sebagai berikut:

1. Dermatocarpon miniatum berbentuk bulat seperti piring spesies ini

termasuk dalam tipe morfologi Foliose karena sifatnya yang tidak

menempel erat pada substrat yang ditumbuhinya dan mudah

dipisah.

(Sumber: Utami, 2019)

2. Verrucaria ningrescens

Verrucaria ningrescens termasuk dalam tipe morfoogi crustose

karena sifatnya yang sulit dipisahkan dari substrat yang di

tumbuhinya.

Gambar 2. 1 Dermatocarpon miniatum

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Udara

12

(Sumber: Utami, 2019)

b. Discomycetes yang membentuk tubuh buah berupa aposetium.

Aposetium pada Lichenes berumur panjang yang bersifat seperti tulang

rawan dan mempunyai akus yang berdinding tebal. Misanyal seperti

Pamelia yang berupa lembaran-lembaran seperti kulit yang hidup pada

batu-batu dan pohon-pohon dan Usnea berbentuk semak kecil dan

banyak terdapat di pohon-pohon dalam hutan.

(Sumber: Utami, 2019)

(Sumber: Utami, 2019)

2. Kelas Basidiolichenes

Lichen ini memiliki talus yang memiliki lembaran-lembaran pada tubuh buah

berbentuk lapisan himenium yang mengandung basidium yang sangat

Gambar 2. 2 Verrucia ningrescens

Gambar 2. 3 Parmelia Sulcata

Gambar 2. 4 Usnea australis

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Udara

13

menyerupai tubuh buah hymenmycetales, Contohnya seperti Cora pavonia.

Lichenes dipisahkan dari fungi dan dijadikan suatu golongan yang berdiri

sendiri. Berasal dari alga Mycophyceae dan jamur Basidiomycetes. Famili

dari Basidiomycetes yaitu Thelephoraceae dengan tiga genus Corella, Cora

dan Dyctionema. Mycophyceae berupa filament yaitu scytinema dan tidak

berbentuk filamen yaitu Chrococcus.

(Sumber: Utami, 2019)

2.3.3 Morfologi Lichenes

Struktur morfologi Lichenes tidak memiliki lapisan kutikula, organ

absorptif dan stomata di bagian luar sehingga memaksa Lichenes untuk bertahan

hidup di lingkungan tercemar dan berpolusi (Fatimaturrohmah, 2020).

Kemampuan bertahan hidup di lingkungan tercemar dan berpolusi menjadikan

lumut sebagai bioindikator (Valina, 2019). Struktur Lichenes memiliki warna

yang bervariasi seperti hijau keabu-abuan, putih, oranye, coklat, kuning, hitam

dan merah. Tubuh Lichenes antara lain Thallus, Isidia, Aphothecia, Pynicidia dan

Rhizines. Tubuh Lichenes disebut dengan thallus yang tersusun atas hifa. Hifa ini

sangat penting dalam proses identifikasi. Hifa adalah organ vegetatif dari thallus

dan thallus merupakan bagian yang mirip dengan daun. Thallus memiliki fungsi

sebagai tempat berlangsungnya proses fotosintesis. Thallus yang menyebar dan

melengkung dari pusat tubuh Lichenes dinamakan dengan lobus (Muvidha, 2020).

Organ reproduksi aseksual pada tubuh Lichenes yang sukar dibedakan

yaitu Isidia dan soredia. Isidia umumnya berukuran kecil seperti tanduk yang

terletak pada permukaan thallus. Soredia merupakan ficobiont yang terlapis oleh

hifa mycobiont yang nantinya akan pecah dan keluar dari thallus. Soredia yang

Gambar 2. 5 Cora Pavonia

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Udara

14

keluar atau pecah dari thallusnya akan terbang dan jatuh ketempat baru di tempat

yang sesuai dan soredia akan tumbuh menjadi Lichenes baru (Muvidha, 2020).

Menurut Handoko (2012) Lichen dikelompokan dalam empat tipe

berdasarkan morfologi thallusnya sebagai berikut:

1. Thallus Crustosa yaitu dengan ukurannya bermacam-macam dengan

bentuk thallus tipis, rata dan pada umumnya memiliki bentuk askokarp

yang hampir sama (Handoko, 2012). Thallus Crustosa bentuknya mirip

dengan cangkang yang permukaannya keras dan datar. Tumbuhan pada

kulit batang pohon berbentuk seperti coret-coret kecil dan pada batang

kayu yang sudah mati. Jenis tipe seperti ini susah untuk mencabutnya

tanpa merusak substratnya. Jenis tallus tipe Crustosa contohnya seperti

Pleopsidium, Caraspora, Graphis scipta dan Haematomma puniceum

(Roziaty and Utari, 2017).

(Sumber: Hasanuddin, 2014)

2. Thallus Foliose yaitu antara bagian atas dan bagian bawah berbeda, yang

membedakan warna bagian bawah lebih terang dan pada pada bagian tepi

thallusnya biasanya menggulung ke atas (Handoko, 2012). Menurut

(Roziaty & Utari, 2017) bentuk tallus tipe ini seperti daun dengan korteks

atas dan bawah memiliki lapisan epidermal daun dan lapisan alga serta

medulla mewakili mesofil. Seperti contohnya Parmelia sulcata, Xantoria

elegans, Physcia apolia dan Peltigera malacea.

Gambar 2. 6 Haematomma accolens

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Udara

15

(Sumber: Hasanuddin, 2014)

3. Thallus Fructicose yaitu thallus hanya menempati bagian dasar dan

cakram bertingkat. Lichenes ini lebih menunjukan perkembangannya

hanya pada cabang pohon, batu-batuan dan daun (Handoko, 2012).

Menurut (Roziaty & Utari, 2017) hidup thallus tipe ini bergelantungan di

udara dan menempel pada pohon-pohon di pegunungan serta menempel

pada substrat satu akar atau lebih. Memiliki struktur yang sama dengan

jaringannya cenderung membentuk silinder, bukan lapisan hirizontal,

tegan dan bercabang. Contohnya seperti Ramalina, Stenospora dan Usnea

longissima.

(Sumber: Hasanuddin, 2014)

4. Thallus Squamulose yaitu memiliki struktur askokap disebut podetia dan

tidak memiliki rhizin (Handoko, 2012). Menurut (Roziaty & Utari, 2017)

bentuk thallusnya seperti neraca atau timbangan yang berbentuk dari

banyak lubang-lubang kecil squamules dan juga memliki bentuk seperti

crustose dengan pinggiran yang terangkat ke atas di tempat hidupnya.

Contohnya seperti Psora pseudorusselli dan Claodonia carneola.

Gambar 2. 7 Xantoria elegans

Gambar 2. 8 Ramalina stenospora

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Udara

16

(Sumber : Hasanuddin, 2014)

2.3.4 Habitat Lichenes

Lichenes pada umumnya hidup pada ekosistem teristerial dan dapat

tumbuh hidup di dataran rendah, pegunungan, pantai hingga dataran tinggi serta

keberadaan suatu jenis Lichenes sangat bergantung pada inangnnya. Akan tetapi

Lichenes tidak mengambil makanan dari organisme yang ditempelinya tetapi

memanggil makanan di atmofer. Ada tidaknya suatu Lichen bergantung pada

kelembaban atmosfir seperti kabut, hujan, dan embun yang dijadikan sebagai

model pertumbuhan Lichenes. (Muvidha, 2020).

Syarat hidup Lichenes tidak membutuhkan syarat hidup yang tinggi, tahan

terhadap suatu kondisi kekurangan air dalam jangka waktu yang cukup lama serta

tahan terhadap terik. Jika keadaan cuaca panas lichen akan berubah warna seperti

kekeringan namun tidak mati tetapi jika disiram hujan Lichenes akan hidup

kembali (Putri, 2020). Kebanyakan Lichenes menyukai tempat kelembaban

berkisar antara 40-69% sehingga kelembaban dan intesitas cahaya mempengaruhi

pertumbuhan Lichenes (Muvidha, 2020).

Berdasarkan substrat tempat tumbuhnya, menurut Fithri (2017) lichenes

dibagi menjadi 4 yaitu:

1. Komunitas Corticolous

Lichenes yang berkembang permukaan pohon, memiliki pertumbuhan

Lichenes di permukaan pohon tergantung pada kestabilan pohon tersebut, PH,

tekstur dan ketersediaan air. Permukaan yang kasar merangkap spora-nya atau

diaspora vegetatif dan menyediakan kelembaban dalam waktu yang lama.

Menurut Murningsih (2016) jenis species ini terbatas pada daerah tropis dan

Gambar 2. 9 Psora pseudorusselli

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Udara

17

subtropis dan sebagian besar dalam kondisi lingkungan yang lembab. Jenis

spesies yang tumbuh yaitu species foliose dan fruticose contohnya Usnea, Evernia

dan Parmelia.

(Sumber: Fithri, 2017)

2. Komunitas Follicolous

Lichenes ini tumbuh pada kebanyakan daun yang terkena sinar matahari,

licin, di bawah tegakan, di batas cahaya di dekat permukaan badan air dan

berwarna hijau sepanjang tahun yang terletak di bagian luar kanopi pohon.

(Sumber: Fithri, 2017)

3. Komunitas Saxicolous

Lichenes yang tumbuh dan berkembang di substrat bebatuan dan jenisnya

sangat tergantung tipe batu. Faktor tipe batu dan Ph yang penting dan bertanggung

jawab atas permukaan koloni komunitas species Caloplecta, Aspicilia, Lepraria,

Verrucaria dan Cystocoleus. Menempel pada substrat yang padat dan di daerah

yang dingin. Menurut Murningsih, (2016) spesies yang termasuk di dalamnya

seperti Caloplecta, Aspicilia yang tumbuh diatas permukaan batu akik. Spesies

Gambar 2. 10 Corticolous

Gambar 2. 11 Follicolous

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Udara

18

Lepraria, komunitas Cystocoleus dapat di temukan di batu silika serta spesies

Verrucaria dapat di temukan di permukaan batu silika.

(Sumber: Fithri, 2017)

4. Komunitas Tericolous

Lichenes yang tumbuh dan berkembang di permukaan halaman atau

tanah dan seringkali membentuk komponen yang dominan pada vegetasi lahan

biasa di lingkungan ekstrim. Komunitas ini semakin berkurang dari waktu ke

waktu yang di akibatkan kegiatan manusia. Menurut Murningsih (2016) Lichen

Tericolous tidak membutuhkan syarat-syarat hidup yang tinggi, tahan terhadap

panas terik atau cuaca yang panas serta tahan dalam kondisi kekurangan air dalam

jangka waktu yang lama. Ketika kondisi cuaca panas Lichenes akan berubah

warna seperti kekeringan namun tidak mati dan jika di siram air maka Lichenes

akan hidup kembali. Tumbuhan ini mampu dengan cepat menyimpan dan

menyerap air dari banyak sumber maka memungkinkan bagi Lichenes untuk

hidup di lingkungan yang keras seperti kutup dan gurun dan mampu hidup

terpapar pada suatu permukaan yang datar, atap dinding dan material buatan

manusia seperti logam, gelas dan lain-lainya.

(Sumber: Fithri, 2017)

Gambar 2. 12 Saxicolous

Gambar 2. 13 Tericolous

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Udara

19

2.3.5 Lichenes Sebagai Indikator Kualitas Udara

Lichenes sebgai organisme yang dapat dijadikan sebagai indikator kualitas

udara, karena struktur morfologi Lichenes tidak memiliki kutikula, stomata serta

organ absortif yang akan membuat Lichenes mampu mempertahankan hidup di

bawah cengkaman polutan yang ada di udara dalam suatu lingkungan. Memilki

permukaan thallus Lichenes yang sempit dan thallus yang tipis, sehingga

menyebabkan penguapan yang terjadi sangat kecil dan dapat menghambat

persediaan air. Morfologi Lichenes yang tidak memiliki kutikula sehingga

Lichenes dapat menyerap gas dan partikel polutan secara langsung melalui

permukaan talus (Muvidha, 2020). Meurut Husamah (2019) Lichenes sangat

sensitif terhadap polusi di udara karena Lichenes tidak memiliki akar

sehingga Lichen banyak menyerap bahan mentahannya langsung dari udara dan

uap air di dalam suatu lingkungan. Hal ini membuat Lichenes sangat sensitif

terhadap polusi udara dan hujan asam karena Lichenes tidak memiliki cara untuk

mengeluarkan polutan yang mereka serap sehingga bahan-bahan ini tetap berada

di dalam sel mereka. Karena polutan menumpuk didalamnya maka Lichenes dapat

digunakan untuk memantau akumulasi polutan jangka panjang. Jadi menurut

Muvidha (2020) sensitivitas Lichenes terhadap polutan udara berfungsi sebagai

indikator peringatan awal untuk membantu memberikan informasi kondisi suatu

lingkungan. Namun perbedaan sentivitas Lichenes terhadap polusi udara berkaitan

dengan kemmapuannya dalam mengakumulasikan polutan.

Jenis Lichenes yang toleran dapat hidup di tempat yang tercemar

sedangkan jenis Lichenes yang sensitif biasanya tidak dapat bertahan di

Lingkungan dengan kualitas udara yang buruk. Lichenes di daerah tercemar

pertumbuhannya kurang baik dengan warna menjadi pucat atau berubah warna.

Misalnya warna lumut kerak yang berwarna hijau cerah yang terpapar zat

pencemar secara terus menerus, lama kelamaan akan beruah warna menjadi hijau

pucat atau kusam. Persebaraan dan keberadaan Lichenes di suatu wilayah dapat

dijadikan sebagai identifikasi kulitas udara di suatu daerah. Jika suatu daerah

kualitas udaranya menurun, maka bisa dilihat dari perubahan keanekaragaman

Lichenes pada daerah tersebut (Muvidha, 2020).

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Udara

20

2.4 Indeks Keanekaragaman

Konsep keanekaragaman jenis tumbuhan (species diversity) dimulai dari

apa yang disebutkan sebagai keanekaragaman hayati (biodiversity). Berdasarkan

definisi yang luas keanekaragaman hayati merupakan keanekaragaman kehidupan

dalam berbagai bentuk dan tingkatan organisasi, termasuk fungsi, struktur serta

proses-proses ekologi di semua tingkatan. Suatu komunitas dikatakan memiliki

keanekaragaman spesies yang tinggi jika suatu komunitas tersebut disusun oleh

banyak spesies. Namun sebaliknya, jika suatu komunitas dikatakan memiliki

keanekaragaman spesies yang rendah dan komunitas itu di susun oleh sedikit

spesies maka hanya sedikit saja spesies yang dominanan. Jadi karakteristik

komunitas dalam suatu lingkungan adalah keanekaragaman (Laksono, 2016).

Indeks keanekaragaman merupakan suatu parameter vegetasi untuk

membandingkan berbagai komunitas tumbuhan yang berguna untuk mempelajari

pengaruh gangguan-gangguan faktor lingkungan atau abiotik terhadap komunitas

atau untuk mengetahui keadaan stabilitas komunitas. Jadi makin stabil keadaan

komunitas maka semakin tinggi keanekaragaman jenis tumbuhannya (Susilawati,

2017). Kelimpahan suatu tumbuhan dapat juga dihitung menggunakan indeks

keanekaragaman dengan menggunakan analisis kuantitatif menggunakan rumus

Shannonn-Wiener (H’) (Marianingsih,2017). Data keanekaragaman dalam

penelitian ini dilihat melalui jenis Lichens dihitung menggunakan rumus menurut

Panggabean (2020) yaitu Indeks Diversitus Shannon-Wiener (H’) sebagai berikut:

Keterangan:

H’ = Indeks Keanekaragaman.

Pi = ni/N, perbandingan antara jumlah individu spesies ke-I dengan

jumlah total individu.

ni = Jumlah individu dari suatu jenis ke-i

N = Jumlah total individu seluruh jenis

Dengan Kriteria:

H’<1 = Keanekaragaman rendah, penyebaran jumlah individu

tiap spesies rendah dan kestabilan komunitas rendah

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Udara

21

1<H’<3 = Keanekaragaman sedang, penyebaran jumlah individu

tiap spesies sedang dan kestabilan komunitas sedang

H’>3 = Keanekaragaman tinggi, penyebaran jumlah individu tiap

spesies tinggi dan kesetabilan komunitas tinggi

2.5 Pengaruh Lingkungan Terhadap Pertumbuhan Lichenes

Pengaruh distribusi lichenes dipengaruhi oleh banyaknya faktor yang

saling berinteraksi seperti topografi, substrat, kelembaban dan intensitas cahaya

(Jannah, 2019). Keberadaan Lichenes juga di pengaruhi oleh faktor abiotik

meliputi suhu, kelembaban intensitas cahaya dan faktor biotik meliputi substrat

Lichenes (Zuhri, 2020). Pertumbuhan Lichenes menurut Ulfira (2017)

dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan antara lain sebagai berikut:

1. Suhu udara

Suhu udara bervariasi menurut tempat dan dari waktu ke waktu di dalam

suatu lingkungan (Karyati, 2016). Lichenes memiliki kisaran toleransi suhu yang

cukup luas seperti dapat hidup baik pada suhu yang sangat rendah atau pada suhu

sangat tinggi. Lichenes dengan cepat akan menyesuaikan diri bila keadaan

lingkungan kembali normal. Faktor kondisi suatu tempat tumbuh Lichenes sangat

berpengaruh terhadap jumlah jenis Lichenes. Contoh dari alga jenis Trebouxia

tumbuh baik antara kisaran suhu 12-24ºC serta fungi penyusun Lichen tumbuh

baik kisaran 18-21ºC (Ulfira, 2017). Menurut Murningsih (2016) suhu optimal

untuk pertumbuhan Lichenes dibawah 40ºC namun untuk suhu di atas 45ºC dapat

merusak klorofil Lichenes sehingga aktifitas fotosintesis dapat terganggu.

2. Kelembaban Udara

Kelembaban udara merupakan faktor yang sangat penting untuk distribusi

Lichenes. Lichenes dapat tumbuh di lingkungan yang lemabab (Ulfira, 2017).

Kelembaban udara berkaitan dengan suhu, semakin rendah suhu umumnya akan

menaikkan kelembaban (Sudrajat, 2013). Tingkat kelembaban yang berbeda

menunjukan variasi spesies-spesies dalam suatu komunitas Lichenes. Ketika

thallus kering Lichenes banyak ditemukan pada pohon yang berdekatan dengan

sungai namun ketika dibandingkan dengan thallus Lichenes basah secara fisiologi

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Udara

22

lebih aktif dan sensitif terhadap pencemaran udara (Ulfira, 2017). Lichenes

menyukai tempat dengan kisaran kelembaban antara 70-98% (Sudrajat, 2013).

3. Intensitas Cahaya

Faktor penting yang membantu menentukan penyebaran dan pertumbuhan

keanekaragaman Lichenes yaitu intensitas cahaya. Terlalu banyak atau terlalu

sedikit intensitas cahaya berpengaruh terhadap tumbuhan dan hewan yang ada

disekitar lingkungan tersebut. Beberapa jenis tumbuhan ada yang memerlukan

cahaya penuh dan ada juga yang tidak memerlukan cahaya penuh. Intensitas

cahaya rendah yang diperlukan Lichenes untuk fotosintesis secara efektif 1025

Lux (Mafaza et al., 2019).

2.6 Penelitian Terdahulu Tentang Lichenes Sebagai Indikator Kualitas Udara

Berdasarkan penelitian terdahulu tentang keanekaragaman lumut kerak

(Lichenes) sebagai bioindikator pencemaran udara di taman wisata alam

Camplong kabupaten Kupang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pencemaran udara oleh aktivitas kendaraan bermotor dengan melihat

keanekaragaman Lichenes. Teknik pengambilan sampel secara purposive

sampling kemudian diidentifikasi berdasarkan ciri morfologi. Untuk mengetahui

jenis Lichenes dengan pengamatan makroskopik yaitu melihat bentuk, keadaan

serta warna talus dan dicocokan dengan pustaka. Indeks keanekaragaman

Lichenes yang ditemukan sebesar 0,72. (Madjeni, 2019).

Penelitian Moscow (2019) tentang potensi Lichenes sebagai bioindikator

kualitas udara di kawasan sentul Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

jenis Lichenes yang dapat dijadikan sebagai bioindikator untuk memonitoring

kualitas udara di kawasan sentul. Metode yang digunakan yaitu deskriptif

eksploratif dan pengambilan data menggunakan purposive sampling yaitu

memilih dengan sengaja yang dianggap tingkat polusi yang berbeda berdasarkan

aktivitas manusia. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat sembilan jenis

yang ditemukan dan dua jenis tipe tallus yaitu Foliose dan Crustose. Jenis

Parmelia paling sedikit ditemukan karena merupakan jenis Lichenes yang paling

sensitif sedangkan Crypotochenia effusa ditemukan paling banyak dan ada pada

semua lokasi penelitian sehingga jenis Lichenes ini tergolong toleran terhadap

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Udara

23

perubahan kualitas udara. Berdasarkan penelitian Valina (2019) identifikasi lumut

sebagai bioindikator kualitas udara di kampus Institut Agama Islam Negeri Raden

Intan Lampung. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi keragaman

lumut dan responnya sebagai bioindikator pencemaran udara. penelitian ini

merupakan penelitian deskriptif dan menggunakan metode transek. Hasil nilai

indeks keanekaragaman 1,98, jadi lumut tidak hanya berfungsi sebagai indikator

pencemaran udara tetapi mengetahui sejauh mana pencemaran-pencemaran udara

tersebut sehingga semakin buruk kualitas udara maka tingkat keragaman semakin

rendah.

2.7 Pemanfaatan Hasil Penelitian Sebagai Sumber Belajar

Sumber belajar adalah semua sumber daya yang dapat di gunakan dalam

proses pembelajaran baik secara tidak langsung maupun secara langsung sehingga

dapat memberikan perubahan yang positif. Sumber belajar dapat berupa bentuk,

data, orang atau suatu bentuk wujud apapun yang dapat diguankan dalam proses

pembelajaran. Pada umumnya sumber belajar saat ini terbatas hanya pada guru

dan buku paket, padahal banyak sumber belajar antara lain poster, benda nyata,

lingkungan alam dan sosial. Namun fakta di lapang di dalam lingkup

pembelajaran yang sering kita temukan yaitu sumber belajar yang hanya berasal

dari buku dan guru itu sendiri (Lilawati, 2017). Pemanfaatan lingkungan alam

yang ada disekitar kita merupakan segala sesuatu yang mempengaruhi

perkembangan dan tingkah laku organisme. Sumber belajar berbasis lingkungan,

alam yang dapat dimanfaatkan contohnya seperti materi lokal. Tentu juga materi

dalam sumber belajar yang digunakan relevan dengan materi bidang studi yang

dibahas.

Sumber belajar berupa penelitian dapat dimanfaatkan sebagai sumber

belajar yang harus melalui kajian proses dan identifikasi hasil penelitian. Syarat

agar dapat digunakan sebagai sumber belajar, maka penelitian tersebut harus

dilakukan peninjauan dari kajian proses dan hasil penelitian. Proses kajian

penelitiannya berkaitan dengan pengembangan keterampilan sedangkan hasil

penelitiannya berupa fakta dan konsep (Susilo, 2015). Penelitian ini tentang

Analisis kenaekaragaman lumut kerak sebagai indikator kualitas udara di taman

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Udara

24

wisata Waduk Gondang Lamongan sebagai sumber belajar biologi. Maka

penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar biologi oleh guru

ataupun siswa.

Ermawati (2019) menyatakan bahwa pemanfaatan hasil penelitian dapat

digunakan sebagai alternatif sumber belajar Biologi memiliki syarat pemanfaatan

hasil penelitiannya antara lain:

1. Kajian Potensi yaitu dengan syarat kejelasan potensi yang berhubungan

dengan masalah serta objek yang berhubungan dengan fakta ataupun konsep

penelitian.

2. Kesesuaian dengan tujuan belajar yaitu dengan sayarat hasil penelitian

dengan tujuan dalam kompetensi dasar (KD) harus memiliki kesesuaian.

3. Kejelasan sasaran yaitu dengan syarat memiliki kejelasan sasaran dalam

penelitian berupa objek dan subjek belajar yang ada.

4. Kejelasan informasi yang diungkap yaitu dengan syarat jelasnya suatu

informasi meliputi proses dan produk penelitian yang sesuai dengan

kurikulum.

5. Kejelasan pedoman eksplorasi diperlukan dalam melaksanakan kegiatan

penelitian meliputi penentuan sampel penelitian, alat dan bahan, cara kerja,

pengolahan data dan kesimpulan. Namun keterbatasan waktu disekolah dan

kemampuan peserta didik menjadi pertimbangan. Oleh sebab itu diperlukan

suatu pemilahan kegiatan yang akan dilaksanakan siswa.

6. Kejelasan perolehan yang diharapkan yang dimaksud meliputi kejelasan

perolehan proses dan produk penelitian yang didasarkan pada aspek-aspek

dalam tujuan pembelajaran meliputi aspek kognitif, aspek afektif dan aspek

psikomotorik sehingga bisa digunakan sebagai sumber belajar Biologi.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Udara

25

2.8 Kerangka Konsep

Gambar. 2.14. Kerangka Konsep

Kualitas udara di area Taman Wisata

Waduk Gondang Lamongan

Keanekaragaman Lumut Kerak (Lichenes)

berpotensi sebagai indikator kualitas udara

Parameter

Faktor Abiotik Faktor Biotik

Suhu

Kelembaban

Intensitas

Cahaya

Jenis pohon sebagai rana

habitat Lichenses

Indikator Biologi

Analisis Keanekaragaman Lumut Kerak (Lichens)

Sebagai Indikator Kualitas Udara

Sumber Belajar Biologi

Identifikasi Lichenes berdasarkan

morfologi

Bentuk Warna

Klasifiksi