bab ii kajian pustaka 2.1 konsep pertanian organik ii.pdf · 12 negara-negara maju seperti amerika...
TRANSCRIPT
10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pertanian Organik
Menurut Budiasa (2014), sistem pertanian organik adalah suatu sistem
pertanian holistik dimana manajemen produksi bertujuan meningkatkan kesehatan
agroekosistem termasuk keanekaragaman hayati, siklus biologi, dan aktivitas
biologi tanah untuk mengoptimalkan produksi tanaman. Dua aspek utama dalam
pertanian organik yaitu penggunaan pupuk dan pestisida organik.
Produksi organik bertujuan untuk mengembangkan usaha yang
berkelanjutan dan harmonis dengan lingkungan (CGSB, 2006 dalam Budiasa,
2014). Empat prinsip pertanian organik yaitu:
1. Pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesuburan tanah,
tanaman, hewan, manusia, dan alam semesta menjadi satu dan tak terpisahkan
(prinsip kesehatan).
2. Pertanian organik harus didasarkan pada sistem dan siklus hidup ekologi,
bekerja dengan mereka, meniru mereka, dan membantu mempertahankan
mereka (prinsip ekologi).
3. Pertanian organik harus membangun hubungan yang menjamin keadilan
terkait dengan lingkungan dan kehidupan (prinsip keadilan).
4. Pertanian organik harus dikelola secara hati-hati dan bertanggung jawab untuk
melindungi kesehatan dan kesejahteraan generasi sekarang dan masa depan
serta lingkungan (prinsip perawatan).
10
11
Menurut Budiasa (2014), perbedaan mendasar antara pengelolaan sistem
pertanian organik dan konvensional adalah cara penanganannya. Pertanian
konvensional lebih sering menargetkan pencapaian jangka pendek (misalnya
aplikasi pupuk cair atau herbisida). Pertanian organik tidak mengutamakan pada
ekonomi jangka pendek, tetapi juga mempertimbangkan konsep ekologi. Ini
menggunakan pendekatan strategis yang berbeda, yang bergantung pada tujuan
jangka panjang (pencegahan daripada reaktif). Contohnya adalah pentingnya
rotasi tanaman untuk siklus nutrisi dan perlindungan dari gulma, hama, dan
pengendalian penyakit (Ghimire 2002; Watson et al 2002 dalam Budiasa, 2014).
Komponen penting dari sistem pertanian organik adalah pengelolaan tanah dan
tanaman, daur ulang limbah pertanian, pengendalian gulma tanpa penggunaan zat
kimia, dan sistem pertanian terintegrasi yang intensif.
Pertanian organik adalah sistem pertanian berkelanjutan yang telah
ditetapkan secara hukum (Watson et al. 2002 dalam Budiasa, 2014). Produksi
pertanian, termasuk persiapan lahan dalam kegiatan penanaman, pengolahan dan
penanganan pasca panen, penyimpanan, dan transportasi. Hal ini sesuai dengan
standar sistem manajemen produksi produk organik untuk menjaga integritas
produk organik dan kualitas dari produk (CGSB, 2006 dalam Budiasa, 2014).
Untuk memenuhi standar umum pertanian organik adalah dengan menyediakan
Internal Control System (ICS). IMO mengembangkan kurikulum pelatihan
tentang pengaturan dan harmonisasi ICS untuk kelompok tani produsen (IMO,
2007 dalam Budiasa, 2014).
12
Negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Uni Eropa adalah
pasar terbesar produk organik. Di Uni Eropa, produk pertanian dan peternakan
yang dijual sebagai produk organik harus mendapatkan sertifikasi berdasarkan
Peraturan EC 2092/91 dan 1804/99. Di Inggris, Badan Standarisasi Makanan
Organik mengimplementasikan undang-undang seperti terdapat lisensi dari badan
sertifikasi, seperti Asosiasi Tanah, untuk memeriksa dan menyatakan serta
menjamin produk organik yang dihasilkan tersebut mengikuti prosedur pertanian
organik. Jepang telah memiliki dan menggunakan standar pertanian di Jepang
sejak 1 April 2001; Amerika Serikat telah menggunakan Standar Organik
Nasional AS sejak Oktober 2002. Meskipun peraturan yang berbeda-berbeda,
namun semua itu bertujuan untuk menciptakan suatu bentuk ekonomi dan
lingkungan berasaskan pertanian berkelanjutan yang menekankan pada sistem
biologis tanpa ketergantungan pada input eksternal (Watson et al. 2002 dalam
Budiasa, 2014).
Produsen atau eksportir yang menjual produk-produk organik harus
mengikuti proses sertifikasi organik. Artinya, lembaga sertifikasi terakreditasi
menyediakan jaminan tertulis bahwa produk atau sistem produksi sesuai dengan
persyaratan yang telah ditentukan. Sertifikasi produk mungkin didasarkan pada
berbagai kegiatan pemeriksaan, termasuk verifikasi praktek manajemen, audit
jaminan kualitas, dan ketersediaan produksi di dalam maupun di luar (CGSB,
2006 dalam Budiasa, 2014). Di Jepang, semua produk organik wajib berlabel
yang telah disertifikasi oleh lembaga sertifikasi terdaftar (RCO) harus
13
menyertakan logo JAS dan nama lembaga sertifikasi. Saat ini, sertifikasi organik
di negara berkembang dilakukan oleh inspektur dari lembaga sertifikasi.
Keuntungan di sisi produsen adalah bahwa nama dan logo dari lembaga
sertifikasi, penggunaan label, maka akan memberikan jaminan kepercayaan
terhadap konsumen terkait produk organik yang dihasilkan oleh produsen. Proses
sertifikasi cukup mahal, karena inspektur berasal dari negara pengimpor. Salah
satu cara produsen dapat meminimalkan biaya adalah melalui perekrutan staf
lokal sebagai petugas di lingkungan produsen tersebut oleh lembaga sertifikasi
organik. Sebuah lembaga sertifikasi di negara-negara berkembang yang
diakreditasi oleh negara pengimpor juga bisa menyatakan produksi organik.
Namun, ini mungkin lebih sulit dan memakan waktu yang cukup lama dalam
membangun akreditasi internasional untuk lembaga sertifikasi lokal. Cara terbaik
dengan bekerja sama antara lembaga sertifikasi lokal dan lembaga sertifikasi
internasional. Terlebih dahulu memeriksa dan menyatakan pertanian organik serta
yang terakhir akan mengevaluasi prosedur sertifikasi dan menerbitkan sertifikat.
2.2 Kegunaan Budidaya Organik
Kegunaan budidaya organik pada dasarnya membatasi kemungkinan
dampak negatif yang ditimbulkan oleh budidaya kimiawi. Pupuk organik dan
pupuk hayati memiliki daya ameliorasi ganda dengan bermacam-macam proses
yang saling mendukung untuk menyuburkan tanah serta menghindarkan
kemungkinan terjadinya pencemaran lingkungan (Sutanto, 2002). Pertanian
organik merupakan sistem pertanian yang ramah lingkungan karena
14
memanfaatkan pupuk organik dan dapat memberikan beberapa dampak positif
untuk masyarakat pedesaan (Kennvidy, 2010).
Menurut Notohadiprawiro, 1992 (dalam Sutanto, 2002), sistem pertanian
organik dengan segala aspeknya memiliki banyak keuntungan terhadap
pembangunan pertanian rakyat dan penjagaan lingkungan hidup termasuk
konservasi sumber daya lahan. Pertanian organik penerapannya tidak mudah dan
akan menghadapi banyak kendala.
Lebih lanjut Sutanto, 1997 (dalam Sutanto, 2002) menyebutkan dalam
penerapannya, pertanian organik banyak menghadapi kendala berupa keruahan
(bulkiness) bahan, takarannya harus banyak, dan dapat menghadapi persaingan
dengan kepentingan lain untuk memperoleh sisa tanaman dan limbah organik
dalam jumlah yang cukup.
2.3 Standar Organik Internal Kelompok Tani Padi Organik Somya Pertiwi
Hasil diskusi dengan Tim Penyusun Dokumen ICS dan Pembina Mutu dari
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali, Direktorat Mutu dan
Standarisasi, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Deptan Jakarta,
disepakati beberapa aturan yang harus dipenuhi oleh anggota kelompok
(Kelompok Tani Padi Organik Somya Pertiwi, 2009).
1. Lahan yang sudah terdaftar dalam sertifikat tidak dijual ataupun dipindah
tangan/disewakan kepada orang lain. Apabila tidak ada sertifikat maka harus
ada bukti kepemilikan yang sah.
2. Lahan organik yang bersebelahan dengan lahan non organik harus ada
pembatas yang mampu menghindari kontaminasi dari lahan non organik.
15
3. Benih atau bibit benih harus dari induk yang organik dan memenuhi syarat
induk yang layak.
4. Lahan dalam wilayah organik harus bebas dari pupuk dan pestisida kimia
serta bahan herbisida kimia.
5. Pengendalian hama/penyakit dan gulma harus dilakukan secara alamiah,
secara manual (menggunakan kearifan lokal).
6. Setiap anggota kelompok tidak boleh menyimpan bahan kimia di rumah,
kebun, dan gudang penyimpanan.
7. Tidak menerima proyek dari luar yang menggunakan paket kimia sintetis atau
membeli sendiri dari toko.
8. Pembersihan gulma/tanaman pengganggu tidak boleh menggunakan bahan
kimia sintetis.
9. Setiap anggota wajib mengontrol sawahnya dan sawah tetangga serta bersedia
diperiksa oleh petugas dan sesama anggota baik di rumah, kebun, dan tempat
penyimpanan gabah.
10. Petani anggota wajib memiliki data tentang lahan sawah.
11. Tidak menerima atau membeli produk yang berlabel organik tanpa
persetujuan petugas/Inspektur Internal.
12. Pemanenan dilakukan dengan thereser dan secara manual.
13. Tidak boleh menyimpan gabah pada tempat atau wadah bekas bahan kimia
sintetis termasuk wadah baru yang berlabel kimia sintetis.
14. Seluruh sarana yang digunakan dalam budidaya, penanganan pasca panen
sampai pengolahan harus bebas dari bahan kontaminan yang dapat
16
mengagalkan integritas keorganikan. Sarana yang telah digunakan untuk
produk non organik apabila mau digunakan untuk produk organik harus dicuci
lebih dahulu.(sprayer, cangkul, wadah-wadah, dan sebagainya).
15. Setiap anggota wajib menjual di kelompok meskipun terjadi persaingan harga
sesaat.
16. Tidak menerima gabah dari orang lain yang bukan anggota atau sawah yang
tidak terdaftar dalam sertifikat.
17. Setiap anggota kelompok wajib mengikuti pertemuan atau penyuluhan dari
pihak manapun terkait dengan pertanian organik.
18. Pengurus kelompok dan petugas ICS melakukan tugasnya secara jujur dan
transparan.
19. Hamparan padi organik perlu dibuatkan blok lahan milik anggota agar tidak
menimbulkan kerancuan jika terjadi pencemaran padi organik.
20. Pembelian, penyimpanan, penggilingan, dan pengepakan produk beras
organik berdasarkan blok yang telah disepakati.
21. Tidak menggunakan alat semprot bekas bahan kimia sintetis.
22. Setiap anggota wajib mengelola ternak (besar dan kecil) secara alamiah
dengan menggunakan model kandang yang sesuai yang tidak menimbulkan
dampak pencemaran terhadap lahan organik.
23. Tidak dibenarkan memberikan makanan ternak yang berasal dari lahan non
organik.
24. Setiap anggota wajib menjaga ternak yang masuk dari luar daerah.
17
25. Ternak sakit yang membutuhkan pengobatan pada kulit luar, maka tidak
diperkenankan menggunakan obat kimia semprot untuk proses penyembuhan.
26. Jika mengalami kesulitan dalam pengelolaan organik dapat berkonsultasi
dengan penyuluh dan petugas lapangan.
27. Setiap anggota berhak memberikan suara dalam memberikan usul saran serta
hak memilih dan dipilih menjadi pengurus.
28. Anggota dapat mempelajari administrasi pengurus jika membutuhkan.
29. Setiap anggota harus mengikuti aturan yang sudah disepakati bersama dan
jika melanggar akan diberi sanksi denda sesuai peraturan yang berlaku
(kesepakatan anggota kelompok).
30. Setiap anggota harus membuat surat pernyataan serta menandatanganinya dan
mentaati aturan dan keputusan kelompok.
31. Apabila menggunakan pupuk atau pestisida jenis baru harus sesuai dengan
lampiran SNI 01-6729-2002 tentang Sistem Pangan Organik atau
menanyakannya pada penyuluh atau pembina lapang.
32. Penyimpanan produk organik dan non organik tidak boleh dicampur, harus
ada pemisah yang jelas dan mampu menghindari kontaminasi dari produk non
organik.
33. Selama transportasi harus tetap adanya jaminan tidak terjadi kontaminasi yang
dapat mengagalkan nilai organiknya.
34. Lahan milik anggota yang ada di luar wilayah kelompok tani harus dikelola
secara organik.
18
35. Padi yang ada di luar kelompok tani (1 Kecamatan) tidak dicampur ke
kelompok meskipun dikelola organik.
36. Petani yang memiliki lahan di luar wilayah kelompok tani perlu membuat dan
menandatangani surat pernyataan.
37. Setiap anggota kelompok tidak boleh membuang bahan non organik (plastik,
kaleng, dan sebagainya) ke lahan padi organiknya.
2.4 Manajemen Strategi
2.4.1 Definisi strategi
Menurut Tripomo dan Udan (2005), strategi adalah suatu pola tindakan dan
alokasi sumberdaya yang dirancang dengan cara-cara untuk mencapai tujuan
jangka panjang suatu oganisasi sesuai dengan pilihan tentang apa yang ingin
dicapai suatu organisasi di masa depan dan bagaimana cara mencapai keadaan
yang diinginkan.
Menurut David (2004), strategi adalah cara atau bakal tindakan yang
menuntut keputusan manajemen dan dalam perumusannya diperlukan
mempertimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal yang dihadapi oleh
perusahaan tersebut. Strategi adalah pola sasaran, maksud maupun tujuan dan
kebijakan serta rencana-rencana penting untuk mencapai tujuan yang dinyatakan
dengan cara seperti menetapkan bisnis yang dianut atau yang akan dianut oleh
perusahaan ((Andrew, 1971 (dalam Craig dan Grant, 1993)).
Definisi strategi menurut Umar (2003), yaitu suatu tindakan yang bersifat
incremental (senantiasa meningkat) terus-menerus serta dilakukan dengan
berdasarkan sudut pandang mengenai apa yang diharapkan oleh para pelanggan di
19
masa depan. Berdasarkan definisi dari ketiga pakar tersebut di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa strategi merupakan suatu cara atau tindakan dan alokasi
sumber daya yang didasarkan pada sudut pandang mengenai apa yang diharapkan
para pelanggan di masa depan sehingga dapat mencapai tujuan-tujuan perusahaan
dalam jangka panjang.
2.4.2 Manfaat rumusan strategi
Apapun latar belakangnya, baik karena permasalahan maupun keinginan
dari masing-masing organisasi. Organisasi tersebut tetap memiliki strategi.
Selanjutnya menurut Tripomo dan Udan (2005), perumusan strategi yang baik
memiliki manfaat strategi sebagai berikut.
1. Mendorong pemahaman terhadap situasi
Pada saat suatu organisasi membuat, memahami, melaksanakan rumus
strategi, dan lebih responsif terhadap masalah sebelum terjadi sehingga
organisasi tersebut menjadi terangsang untuk memahami situasi yang terjadi di
masa depan yang mampu mempengaruhi organisasi tersebut.
2. Mengatasi konflik karena arah pengembangan yang tidak jelas
Konflik dalam suatu organisasi yang terjadi disebabkan oleh para anggota
organisasi tersebut tidak mengetahui atau belum menyepakati kondisi yang
ingin dicapai organisasi di masa depan serta bagaimana cara untuk mencapai
kondisi yang diinginkan organisasi tersebut. Strategi yang baik dapat
digunakan organisasi sebagai alat koordinasi karena hubungan sebab akibat
antara tujuan dan kegiatan/keputusan menjadi lebih jelas dan tepat.
20
3. Pendayagunaan dan alokasi sumber daya terbatas
Perumusan strategi digunakan untuk menggalang berbagai sumber daya
organisasi atau perusahaan serta mengarahkannya sesuai dengan strategi
organisasi.
4. Memenangkan kompetisi
Strategi dibutuhkan oleh suatu organisasi dengan tujuan untuk bertahan hidup
dan atau berkembang dengan harus menghadapi pesaing-pesaing yang lain.
5. Mampu mencapai keinginan dan memecahkan permasalahan besar
Dengan memusatkan perhatian permasalahan atau keinginan organisasi atau
perusahaan yang paling kritis, secara sistematis organisasi atau perusahaan
mampu memecahkan permasalahan atau mencapai keinginan yang mungkin
terkait satu sama lain.
2.4.3 Tahap perumusan strategi
Menurut Tripomo dan Udan (2005), tahapan perumusan strategi sebagai
berikut.
1. Perumusan strategi
Tahapan manajemen strategi diawali dengan perumusan strategi. Perumusan
strategi adalah suatu proses untuk memilih strategi dalam mewujudkan visi
suatu organisasi dalam jangka panjang. Proses pengambilan keputusan mulai
dari penetapan misi, visi, dan tujuan dari suatu organisasi atau perusahaan
tersebut dalam jangka panjang. Perumusan strategi melalui tahapan utama
yaitu:
21
a. Analisis arah yaitu analisis yang digunakan untuk menentukan misi, visi,
dan tujuan organisasi atau perusahaan dalam jangka panjang.
b. Analisis situasi yaitu tahapan untuk membaca situasi dan menentukan
kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang akan menjadi
dasar perumusan strategi.
c. Penetapan strategi yaitu tahapan untuk identifikasi alternatif dalam
memilih strategi.
2. Perencanaan tindakan
Langkah pertama untuk mengimplementasikan strategi yang telah ditetapkan
adalah dengan membuat perencanaan strategi. Pada perencanaan strategi, yang
harus dilakukan adalah bagaimana membuat rencana pencapaian (sasaran) dan
rencana kegiatan (program dan anggaran) yang benar-benar sesuai dengan
arahan (visi, misi, dan tujuan) serta strategi yang telah ditetapkan perusahaan.
3. Implementasi
Menjamin keberhasilan strategi yang telah berhasil dirumuskan harus
diwujudkan dalam tindakan implementasi yang cermat dan tepat. Strategi
harus tercermin pada rancangan struktur organisasi, budaya organisasi,
kepemimpinan, dan sistem pengelolaan SDM.
4. Evaluasi
Strategi diimplementasikan dalam suatu lingkungan yang terus berubah.
Implementasi yang sukses menuntut pengendalian dan evaluasi pelaksanaan.
Sehingga diperlukan melakukan perbaikan-perbaikan yang tepat.
22
2.4.4 Konsep strategi
Pemahaman yang baik mengenai konsep strategi dan konsep-konsep lain
yang berkaitan sangat menentukan suksesnya strategi yang disusun. Adapun
konsep-konsep strategi menurut Rangkuti (2005) sebagai berikut.
1. Distintinctive competence
Distintinctive competence merupakan tindakan yang dilakukan oleh organisasi
agar dapat melakukan kegiatan atau aktivitas yang lebih baik dibandingkan
pesaingnya. Menurut Day dan Wensley (Rangkuti, 2005), identifikasi
distintinctive competence dalam suatu organisasi atau perusahaan sebagai
berikut.
a. Keahlian tenaga kerja
b. Kemampuan sumber daya
Kedua faktor tersebut menyebabkan suatu perusahaan dapat lebih unggul
dibandingkan pesaingnya. Dengan memiliki kemampuan riset pemasaran yang
tepat maka suatu organisasi atau perusahaan dapat mengetahui secara tepat
semua keinginan para konsumen sehingga dapat menyusun dan merumuskan
strategi-strategi pemasaran yang lebih baik dari pesaingnya. Seluruh kekuatan
tersebut dapat diciptakan melalui penggunaan seluruh sumber daya yang
dimiliki oleh suatu organisasi atau perusahaan seperti peralatan dan proses
produksi yang canggih, penggunaan jaringan saluran distribusi yang cukup
luas, penggunaan sumber bahan baku yang berkualitas, dan penciptaan brand
image yang positif serta sistem reservasi yang terkomputerisasi.
23
2. Competitive advantages
Competitive advantages merupakan kegiatan spesifik yang dikembangkan
oleh perusahaan agar lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya.
Keunggulan bersaing disebabkan oleh pilihan-pilihan strategi yang dilakukan
oleh suatu organisasi atau perusahaan untuk merebut peluang pasar. Menurut
Porter (Rangkuti, 2005) ada tiga strategi yang dapat dilakukan oleh
perusahaan untuk memperoleh keunggulan bersaing yaitu:
a. Cost leadership
b. Diferensiasi
c. Fokus
Perusahaan dapat memperoleh keunggulan bersaing yang lebih baik
dibandingkan pesaingnya jika perusahaan tersebut mampu memberikan harga
jual yang lebih murah daripada harga yang diberikan oleh pesaingnya dengan
nilai/kualitas produk yang sama. Harga jual yang lebih rendah dapat dicapai
oleh perusahaan apabila perusahaan tersebut mampu memanfaatkan skala
ekonomis, efisiensi produksi, penggunaan teknologi, kemudahan akses dengan
bahan baku, dan sebagainya. Suatu perusahaan juga dapat melakukan
diferensiasi dengan menciptakan persepsi terhadap nilai tertentu pada
konsumennya seperti persepsi terhadap keunggulan kinerja produk, inovasi
produk, pelayanan yang lebih baik, dan brand image yang lebih unggul.
Strategi fokus juga dapat diterapkan oleh perusahaan untuk memperoleh
keunggulan bersaing sesuai dengan segmentasi dan sasaran pasar yang
diharapkan.
24
2.5 Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal
2.5.1 Analisis lingkungan internal
Menurut Umar (2003), aspek-aspek lingkungan internal suatu organisasi
dapat dilihat dari beberapa pendekatan yaitu:
1. Pasar dan pemasaran
Agar posisi produk di pasar sesuai dengan harapan, faktor-faktor yang perlu
diperhatikan antara lain pangsa pasar, pelayanan purna jual, kepemilikan
informasi tentang pasar, pengendalian distributor, kondisi satuan kerja
pemasaran, kegiatan promosi, harga jual produk, komitmen manajemen
puncak, loyalitas pelanggan, dan kebijakan produk baru.
2. Keuangan dan akuntansi
Faktor-faktor yang perlu diperhitungkan adalah kemampuan perusahaan
memupuk modal jangka pendek dan jangka panjang, hubungan baik dengan
penanam modal dan pemegang saham, pengelolaan keuangan, struktur modal
kerja, harga jual produk, pemantauan penyebab inefisiensi, dan sistem
akunting yang andal.
3. Kegiatan produksi dan operasi
Kegiatan produksi dan operasi suatu organisasi perlu memperhatikan
hubungan baik dengan pemasok, sistem logistik yang andal, lokasi fasilitas
yang tepat, organisasi yang memiliki kesatuan sistem yang bulat, pembiayaan,
pendekatan inovatif dan proaktif, kemungkinan terjadinya terobosan dalam
proses produksi, dan pengendalian mutu.
25
4. Sumber daya manusia
Berbagai faktor yang diperlukan dalam sumber daya manusia antara lain:
langkah-langkah yang jelas mengenai manajemen SDM, keterampilan dan
motivasi kerja, produktivitas, dan sistem imbalan.
5. Manajemen
Selanjutnya menurut David (2004), fungsi manajemen pada faktor internal
yang dinilai terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, motivasi, penyusunan
staf, dan pengawasan.
2.5.2 Analisis lingkungan eksternal
Menurut Umar (2003), lingkungan eksternal dibagi menjadi dua kategori
yaitu sebagai berikut.
1. Lingkungan jauh perusahaan terdiri dari dua faktor yang pada dasarnya di luar
dan terlepas dari perusahaan. Faktor-faktor utama yang biasa diperhatikan
adalah faktor politik, ekonomi, sosial, dan teknologi (PEST). Lingkungan jauh
ini dapat memberikan kesempatan besar bagi perusahaan untuk maju. Namun,
dapat juga menjadi hambatan dan ancaman bagi perusahaan untuk maju.
Berikut dijelaskan mengenai masing-masing faktor-faktor lingkungan jauh
tersebut.
a. Faktor politik
Pada faktor politik ini arah kebijakan dan stabilitas politik pemerintah
dapat menjadi faktor penting bagi suatu organisasi. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan agar suatu usaha atau bisnis mampu berkembang
dengan baik adalah undang-undang tentang lingkungan dan perburuhan,
26
peraturan tentang perdagangan luar negeri, stabilitas pemerintah, peraturan
tentang keamanan dan kesehatan kerja, dan sistem perpajakan.
b. Faktor ekonomi
Kondisi ekonomi suatu daerah atau negara sangat mempengaruhi iklim
berbisnis suatu perusahaan. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam
menganalisis ekonomi suatu daerah atau negara adalah siklus bisnis,
ketersediaan energi, inflasi, suku bunga, investasi, harga-harga produk dan
jasa, produktivitas, dan tenaga kerja.
c. Faktor sosial
Kondisi sosial suatu masyarakat memang berubah-ubah (dinamis). Kondisi
sosial ini banyak aspeknya seperti sikap, gaya hidup, adat-istiadat, dan
kebiasaan dari orang-orang di lingkungan eksternal perusahaan seperti
kondisi kultural, ekologis, demografis, religius, pendidikan, dan etnis.
d. Faktor teknologi
Teknologi pada dasarnya terus berkembang dan mengalami kemajuan
yang pesat. Setiap kegiatan usaha harus selalu mengikuti perkembangan-
perkembangan teknologi yang diterapkan pada produk atau jasa yang
dihasilkan.
2. Lingkungan industri
Aspek lingkungan industri lebih mengarah pada persaingan dimana bisnis
perusahaan berada. Faktor yang mempengaruhi kondisi persaingan seperti
ancaman dan kekuatan yang dimiliki perusahaan termasuk dalam kondisi
persaingan sehingga perlu dilakukan analisis. Porter mengemukan konsep
27
competitive strategy adalah konsep yang menganalisis persaingan bisnis
berdasarkan lima kekuatan bersaing yaitu ancaman masuk pendatang baru,
persaingan sesama perusahaan dalam industri, ancaman dari produk
pengganti, kekuatan tawar-menawar pembeli (buyers), dan kekuatan tawar-
menawar pemasok (suppliers).
Gambar 2.1
Model Lima Kekuatan Porter
Sumber: Porter (David, 2004)
Berikut dapat dijelaskan masing-masing faktor lingkungan industri
berdasarkan model lima kekuatan Porter.
a. Ancaman masuk pendatang baru
Masuknya perusahaan sebagai pendatang baru akan menimbulkan ancaman
bagi perusahaan yang sudah ada karena akan menyebabkan kapasitas
bertambah, terjadinya perebutan pangsa pasar, dan perebutan sumber daya
yang terbatas. Ada beberapa faktor penghambat pendatang baru yang disebut
Perseteruan di antara
perusahaan yang saling
bersaing
Potensi pengembangan
produk pengganti
Kekuatan tawar pemasok Kekuatan tawar konsumen
Potensi masuknya pesaing
baru
28
faktor hambatan masuk yaitu skala ekonomi, diferensiasi produk, kecukupan
modal, biaya peralihan, akses ke saluran distribusi, ketidakunggulan biaya
independen, dan peraturan pemerintah.
b. Persaingan sesama perusahaan dalam industri
Persaingan dalam industri akan mempengaruhi kebijakan dan kinerja
perusahaan. Dalam persaingan oligopoly, perusahaan mempunyai kekuatan
yang cukup besar untuk mempengaruhi pasar. Sedangkan pada pasar
persaingan sempurna, akan memaksa perusahaan menjadi follower termasuk
harga jual produk. Menurut Porter (Umar, 2003), tingkat persaingan
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jumlah kompetitor, tingkat
pertumbuhan industri, karakteristik produk, biaya tetap yang besar, kapasitas,
hambatan keluar.
c. Ancaman dari produk pengganti
Perusahaan-perusahaan yang berada dalam suatu industri tertentu akan
bersaing dengan produk pengganti. Barang substitusi dapat memberikan
fungsi atau jasa yang sama. Ancaman produk pengganti ini kuat bilamana
konsumen dihadapkan pada switching cost yang sedikit dan jika produk
pengganti mempunyai harga murah dengan kualitas sama, bahkan lebih tinggi
dari produk-produk suatu industri.
d. Kekuatan tawar-menawar pembeli (buyers)
Para pembeli dengan kekuatan yang mereka miliki, mampu mempengaruhi
perusahaan untuk menurunkan harga produk yang ditawarkan, meningkatkan
mutu dan servis, serta mengadu perusahaan dengan kompetitornya. Beberapa
29
kondisi yang mungkin dihadapi perusahaan dengan adanya kekuatan tawar-
menawar pembeli sebagai berikut.
a. Pembeli mampu memproduksi produk yang diperlukan.
b. Sifat produk tidak terdiferensiasi dan banyak pemasok.
c. Switching cost pemasok adalah kecil.
d. Pembeli mempunyai tingkat profitabilitas yang rendah.
e. Produk perusahaan tidak terlalu penting bagi pembeli, sehingga pembeli
dengan mudah mencari substitusinya.
e. Kekuatan tawar-menawar pemasok (suppliers)
Pemasok dapat mempengaruhi industri lewat kemampuan mereka menaikkan
harga atau pengurangan kualitas produk atau servis. Pemasok menjadi kuat
apabila beberapa faktor terpenuhi yaitu:
a. Jumlah pemasok sedikit.
b. Produk/servis yang ada adalah unik dan mampu menciptakan switching
cost yang besar.
c. Tidak tersedia produk substitusi.
d. Pemasok mampu melakukan integrasi ke depan dan mengolah produk
yang dihasilkan menjadi produk yang sama yang dihasilkan perusahaan.
2.6 Analisis Matriks SWOT
2.6.1 Pengertian analisis matriks SWOT
Menurut Rangkuti (2005), analisis matriks SWOT merupakan salah suatu
metode atau cara untuk menggambarkan kondisi dan mengevaluasi suatu masalah
proyek atau konsep bisnis yang berdasarkan faktor internal (dalam) dan faktor
30
eksternal (luar) yaitu strengths, weakness, oppurtunities, dan threats yang akan
dilakukan analisis. Analisis SWOT hanya menggambarkan situasi yang terjadi
bukan sebagai pemecah masalah.
Pengelolaan dan pengembangan suatu aktivitas memerlukan suatu
perencanaan strategis, yaitu suatu pola atau struktur sasaran yang saling
mendukung dan melengkapi menuju ke arah tujuan yang menyeluruh sebagai
persiapan perencanaan agar dapat memilih dan menetapkan strategi serta sasaran
sehingga tersusun program-program dan proyek-proyek yang efektif dan efisien
maka diperlukan suatu analisis yang tajam dari para pegiat organisasi. Salah satu
analisis yang cukup popular di kalangan pelaku organisasi adalah analisis SWOT.
Analisis SWOT terdiri dari empat faktor yaitu:
1. Strenghts (kekuatan)
Merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau
konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang
terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
2. Weakness (kelemahan)
Merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau
konsep bisnis yang ada. Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor yang
terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
3. Oppurtunities (peluang)
Merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang yang terjadi. Kondisi
yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi, proyek atau konsep
31
bisnis itu sendiri. Misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah, dan kondisi
lingkungan sekitar.
4. Threats (ancaman)
Merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat
mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
2.6.2 Langkah-langkah analisis data dalam matriks SWOT
Rangkuti (2006), menyatakan matrik SWOT merupakan identifikasi
berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi yaitu strategi
kekuatan-peluang (S-O strategies), strategi kelemahan-peluang (W-O strategies),
strategi kelemahan-ancaman (W-T strategies), dan strategi kekuatan-ancaman (S-T
strategies).
Langkah penelitian ini akan menerangkan bagaimana analisis dilakukan
mulai dari data mentah yang ada sampai pada hasil penelitian yang dicapai. Dalam
penelitian ini, langkah-langkah analisis data dilakukan sebagai berikut.
1. Melakukan pengklasifikasian data. Faktor apa saja yang menjadi kekuatan dan
kelemahan sebagai faktor internal organisasi, peluang, dan ancaman sebagai
faktor eksternal organisasi. Pengklasifikasian ini akan menghasilkan tabel
informasi SWOT.
2. Melakukan analisis SWOT yaitu membandingkan antara faktor eksternl
peluang (oppurtunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal
organisasi kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness).
3. Dari hasil analisis, kemudian diinterpretasikan dan dikembangkan menjadi
keputusan pemilihan strategi yang memungkinkan untuk dilaksanakan.
32
Strategi yang dipilih biasanya hasil yang paling memungkinkan (paling
positif) dengan risiko dan ancaman yang paling kecil.
2.7 Quantitative Strategies Planning Matrix (QSPM)
Menurut David (2004), selain membuat peringkat strategi untuk
memperoleh daftar prioritas, hanya ada satu teknik analitis dalam literatur yang
dirancang untuk menetapkan daya tarik relatif dari tindakan alternatif yang dapat
dijalankan. Teknik tersebut adalah matriks perencanaan strategis kuantitatif
(QSPM) yang merupakan tahap 3 dari kerangka analitis perumusan strategi.
Teknik tersebut secara objektif menunjukkan strategi alternatif yang paling baik.
QSPM menggunakan masukan dari analitis tahap 1 dan hasil-hasil pencocokan
dari analitis tahap 2 untuk memutuskan secara objektif strategi alternatif yang
dapat dijalankan.
Secara konseptual, QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai
strategi yang didasarkan sampai seberapa jauh faktor-faktor keberhasilan kritis
eksternal dan internal kunci dimanfaatkan atau ditingkatkan. Daya tarik relatif dari
masing-masing strategi dihitung dengan menentukan dampak kumulatif dari
masing-masing faktor keberhasilan kritis eksternal dan internal.
2.8 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Nasir, dkk (2012) mengenai kelayakan dan
strategi pengembangan usaha beras cimanuk melalui peningkatan mutu oleh PD
Jaya Saputra, Kecamatan Cimanuk, Kabupaten Pandenglang menggunakan
analisis data secara deskriptif dengan menggunakan teknik SWOT dan QSPM.
33
Analisis kelayakan melalui kriteria penilaian PBP, Net B/C, BEP, NPV, dan IRR.
Penelitian ini menghasilkan Internal Factor Evaluation (IFE) matriks
menghasilkan skor 2,688. External Factor Evaluation (EFE) matriks 2,758, dan
Internal-External (IE) matriks yang semuanya berada pada kuadran V yaitu
pertumbuhan/stabilisasi yang berarti perusahaan harus melakukan strategi
penetrasi pasar dan pengembangan.
Strategi yang direkomendasikan menerapkan teknologi produksi padi untuk
mendapatkan mutu, meningkatkan dan menjaga mutu sesuai dengan nilai beras,
peraturan mutu untuk mempertahankan loyalitas konsumen, meningkatkan mutu
sumber daya manusia (SDM) di bagian produksi dan pemasaran melalui distribusi
resmi. Hasil analisis kelayakan menunjukkan kriteria BEP Rp 84.866,00, PBP 32
bulan, Net B/C 1,044, NPV positif Rp 765.395,00, dan IRR 17%. Peningkatan
mutu dapat dilakukan melalui peningkatan manjemen SDM, budidaya, panen dan
pasca panen, termasuk perbaikan mesin dan kemasan yang tepat (Nasir, dkk,
2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Siahaan (2009), mengenai strategi
pengembangan padi organik Kelompok Tani Sisandi, Desa Baruara, Kabupaten
Toba Samosir, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini didasarkan pada teknologi
pertanian di Kelompok Tani Sisandi mengadopsi teknologi revolusi hijau yang
dilakukan dengan menggunakan benih hibrida, pupuk anorganik, pestisida
anorganik, dan pengolahan lahan yang menggunakan traktor. Penggunaan input
luar yang menyebabkan penurunan produktivitas lahan dan hasil panen kurang
memuaskan mengakibatkan petani kurang bersemangat dalam mengolah lahan.
34
Penelitian ini menganalisis faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan
faktor eksternal (peluang dan ancaman) serta merumuskan strategi pengembangan
padi organik dengan pendekatan arsitektur strategik di Kelompok Tani Sisandi.
Penelitian ini menggunakan teknik analisis lingkungan internal, lingkungan
eksternal, matriks SWOT, dan arsitektur strategik. Hasil analisis pada Kelompok
Tani Sisandi diperoleh analisis internal. Kelompok Tani Sisandi memiliki lima
kekuatan yaitu memiliki peralatan pertanian yang mendukung, memiliki ketua
kelompok tani yang aktif dan dinamis, telah mengikuti pelatihan teknologi
pertanian ramah lingkungan, telah mengikuti pelatihan budidaya padi yang baik,
dan lokasi usaha strategis.
Kelompok Tani Sisandi juga memiliki enam kelemahan yaitu modal kerja
yang terbatas, mayoritas lahan petani merupakan lahan sewaan, petani kurang
mampu mengimplementasikan budidaya padi organik, pemasaran yang kurang
efisien, kurang konsistennya anggota organisasi terhadap tugas-tugasnya, dan
sumberdaya manusia petani kurang kompeten.
Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal, Kelompok Tani Sisandi
memiliki delapan peluang yaitu hubungan yang baik dengan Dinas Pertanian
setempat, adanya konsultan pertanian yang memahami pertanian organik dan mau
membina petani, tersedianya sarana produksi pertanian seperti bibit, pestisida, dan
pupuk organik yang sudah bersertifikat, adanya lembaga (TB Silalahi Center)
yang peduli pada pertanian di Tobasa, meningkatkan pendidikan dan kesadaran
masyarakat akan pentingnya gizi untuk hidup sehat, peluang pasar yang masih
luas baik domestik maupun mancanegara, potensi sumberdaya alam yang
35
mendukung, dan adanya program pemerintah Go Organik 2010. Ancaman yang
dihadapi terdiri dari perubahan cuaca yang tidak menentu, banyaknya peredaran
produk padi organik palsu, dan maraknya konversi lahan pertanian.
Analisis matriks SWOT menghasilkan delapan alternatif strategi yaitu
mengembangkan produk padi organik dengan optimalisasi sumber daya yang ada,
mengembangkan pasar dengan mempertahankan hubungan sumber daya yang ada,
mengembangkan pasar dengan mempertahankan hubungan yang baik dengan
Dinas Pertanian dan menjalin kerjasama dengan TB Silalahi Center,
mengembangkan padi organik dengan meningkatkan permodalan produk dengan
cara meningkatkan keahlian budidaya padi organik melalui menjalin kerja sama
baik dengan Dinas Pertanian dan konsultan pertanian, penguatan kelembagaan
kelompok tani, pengembangan produk dengan adanya sertifikasi organik,
mengembangkan produk dengan adanya pemahaman pentingnya sektor pertanian
untuk menyangga produk ekonomi keluarga, menjalin kerjasama dengan para ahli
teknologi baik dari institusi pendidikan maupun instansi terkait untuk mendapat
teknologi yang sehat, cepat, dan tepat guna. Rancangan arsitektur strategik
dilakukan dengan memperjelas visi, misi, sasaran kelompok tani, dan
mengidentifikasi tantangan.
Perbedaan dan persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah
sebagai berikut.
1. Perbedaan penelitian Nazir, dkk (2012) dan penelitian ini adalah penelitian
Nazir, dkk (2012) meneliti beras cimanuk di Kecamatan Cimanuk, Kabupaten
Pandenglang. Sedangkan penelitian ini meneliti beras merah organik di Subak
36
Wongayabetan, Desa Mengesta, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan.
Persamaan penelitian ini dengan Nazir, dkk (2012) yaitu sama-sama
menggunakan teknik analisis matriks SWOT dan analisis QSPM.
2. Perbedaan penelitian Siahaan (2009) dengan penelitian ini adalah penelitian
Siahaan (2009) meneliti strategi pengembangan beras organik di Kelompok
Tani Sisandi, Desa Baruara, Kabupaten Toba Samosir. Sedangkan penelitian
ini meneliti strategi pengembangan agribisnis beras merah organik di Subak
Wongayabetan, Desa Mengesta, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian Siahaan (2009) yaitu sama-sama
menganalisis lingkungan internal maupun eksternal dan menggunakan analisis
matriks SWOT.