bab ii kajian pustaka 2.1. kajian teori 2.2 pengertian … › bitstream › 123456789...terhadap...

19
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.2 Pengertian Menulis Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya (Suparno dan Yunus 2006 :1). Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Tulisan merupakan sebuah simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya. Dengan demikian, dalam komunikasi tulis paling tidak terdapat empat unsur yang terlibat yaitu : penulis sebagai penyampai pesan (penulis), pesan atau isi tulisan, saluran atau media berupa tulisan dan pembaca sebagai penerima pesan. Asul Wiyanto mengatakan bahwa menulis adalah mengungkapkan gagasan secara tertulis. Orang yang melakukan kegiatan ini dinamakan penulis dan hasil kegiatannya berupa tulisan. Tulisan dibuat untuk dibaca orang lain agar gagasan yang disampaikan penulis dapat diterima oleh pembaca. (Wiyanto, 2006: 2) Aktivitas menulis adalah suatu bentuk manifetasi kemampuan dan keterampilan berbahasa yang paling akhir dikuasai oleh pembelajar bahasa setelah kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Kemampuan menulis mengandalkan kemampuan berbahasa yang bersifat aktif dan produktif (Wassid, 2008: 248). Menurut Maria Bakalis tulisan adalah sebentuk pemikiran dan alat untuk berpikir. Pemahaman historis dibentuk, dikembangkan dan didemonstrasikan dengan tulisan. Menulis bukanlah kemampuan tambahan. Menulis merupakan bagian dari proses pertimbangan dan pemikiran historis (Bakalis, 2003: 18). Menulis merupakan aktivitas untuk menuangkan ide, pikiran, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman ke dalam bahasa tulis yang jelas, runtut, ekspresif, enak dibaca, dan dipahami orang lain. Melalui menulis, proses melahirkan pikiran dan perasaan ke dalam bahasa tulis dapat tersalurkan dengan maksud agar pikiran dan

Upload: others

Post on 03-Feb-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  •  

    BAB II KAJIAN PUSTAKA

    2.1. Kajian Teori 2.2 Pengertian Menulis

    Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya (Suparno dan Yunus 2006 :1). Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Tulisan merupakan sebuah simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya. Dengan demikian, dalam komunikasi tulis paling tidak terdapat empat unsur yang terlibat yaitu : penulis sebagai penyampai pesan (penulis), pesan atau isi tulisan, saluran atau media berupa tulisan dan pembaca sebagai penerima pesan.

    Asul Wiyanto mengatakan bahwa menulis adalah mengungkapkan gagasan secara tertulis. Orang yang melakukan kegiatan ini dinamakan penulis dan hasil kegiatannya berupa tulisan. Tulisan dibuat untuk dibaca orang lain agar gagasan yang disampaikan penulis dapat diterima oleh pembaca. (Wiyanto, 2006: 2)

    Aktivitas menulis adalah suatu bentuk manifetasi kemampuan dan keterampilan berbahasa yang paling akhir dikuasai oleh pembelajar bahasa setelah kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Kemampuan menulis mengandalkan kemampuan berbahasa yang bersifat aktif dan produktif (Wassid, 2008: 248).

    Menurut Maria Bakalis tulisan adalah sebentuk pemikiran dan alat untuk berpikir. Pemahaman historis dibentuk, dikembangkan dan didemonstrasikan dengan tulisan. Menulis bukanlah kemampuan tambahan. Menulis merupakan bagian dari proses pertimbangan dan pemikiran historis (Bakalis, 2003: 18).

    Menulis merupakan aktivitas untuk menuangkan ide, pikiran, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman ke dalam bahasa tulis yang jelas, runtut, ekspresif, enak dibaca, dan dipahami orang lain. Melalui menulis, proses melahirkan pikiran dan perasaan ke dalam bahasa tulis dapat tersalurkan dengan maksud agar pikiran dan

  •  

    perasaan dapat dikembangkan sesuai dengan aturan yang berlaku. Untuk mewujudkan keterampilan menulis yang baik dan dapat diterima oleh orang lain, perlu usaha sungguh-sungguh.

    Menurut Stephanie J.Tobin, bila siswa mempunyai sifat yang tidak positif terhadap karangan atau keterampilan menulis, mereka tidak akan aktif. Tetapi bila mereka berpendapat bahwa menulis itu penting, mereka akan lebih aktif menulis (Tobin, 2008: 22). Hal ini juga berlaku untuk jenis karangan yang lain.

    Hal senada juga dikemukakan oleh Paula C. Stacey. Menurutnya pelatihan berdasarkan kata dan kalimat akan mengarah pada perkembangan yang jelas pada kemampuan mengidentifikasi kata dalam kalimat yang lebih besar dibandingkan dengan perkembangan yang dihasilkan oleh pelatihan berdasarkan fonim (Stancey, 2008: 51).

    Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan aktivitas untuk menuangkan ide, pikiran, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman ke dalam bahasa tulis yang jelas, runtut, ekspresif, enak dibaca, dan dipahami oleh orang lain. Melalui menulis, proses melahirkan pikiran dan perasaan ke dalam bahasa tulis dapat tersalurkan dengan maksud agar pikiran dan perasaan dapat dikembangkan sesuai dengan aturan yang berlaku. Untuk mewujudkan keterampilan menulis yang baik dan dapat diterima oleh orang lain, perlu usaha sungguh-sungguh baik siswa dan guru.

    Hasil tulisan atau karangan dapat disajikan dalam 5 bentuk atau ragam wacana: deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi dan persuasi. Kenyataannya, masing-masing bentuk itu tidak selalu dapat berdiri sendiri. Misalnya dalam sebuah karangan narasi mungkin saja terdapat bentuk deskripsi atau eksposisi dan seterusnya. Penamaan ragam suatu karangan lebih didasarkan atas corak yang paling dominan pada karangan tersebut.

    2.3. Pengertian Narasi (penceritaan atau pengisahan)

    Narasi adalah ragam wacana yang menceriterakan proses kejadian suatu peristiwa. Sasarannya adalah memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai fase, langkah, urutan atau rangkaian terjadinya sesuatu hal.

  •  

    Bentuk karangan ini dapat kita jumpai misalnya pada karya prosa atau drama, biografi atau autobiografi, laporan peristiwa, serta resep atau cara membuat dan melakukan sesuatu hal.

    Menurut Acep Sukirman, yang disebut paragraf narasi adalah paragraf yang berisi tentang cerita suatu peristiwa (Acep Sukirman, 1987:107). Sedangkan menurut KBBI, narasi adalah penceritaan suatu cerita atau kejadian, deskripsi suatu kejadian atau peristiwa, kisahan, atau menyajikan sebuah kejadian yang disusun berdasarkan urutan waktu. (KBBI, 1989:683)

    Narasi yaitu karangan yang berbentuk cerita atau kisahan. Karangan jenis narasi menyajikan sebuah rangkaian kejadian yang dialami oleh tokoh tertentu, yang biasanya disusun menurut urutan waktu tertentu. Contoh : roman, novel, drama (Edy Prayogo, 1991: 160)

    Dari pendapat-pendapat tersebut penulis menyimpulkan karangan narasi adalah karangan yang mengisahkan sebuah kejadian atau peristiwa berdasakan urutan waktu. Paragraf narasi bisa disebut paragraf cerita. Pengembangan paragraf dengan pola ini menempuh cara melukiskan /mendiskripsikan dan mengisahkan sesuatu. Paragraf yang mengisahkan obyek termasuk pola narasi.

    2.4. Manfaat Menulis Manfaat menulis yang ada hubungannya dengan belajar mengajar adalah 2.4.1. Memperluas dan meningkatkan pertumbuhan kosa kata.

    Langkah-langkah yang ditempuh untuk pertumbuhan kosa kata dengan cara : a. Kata-kata yang terasa baru dikenal, diperoleh dari surat kabar atau majalah-

    majalah harus dicatat. b. Kata-kata yang baru yang telah dipahami harus sering digunakan dalam

    menulis. 2.4.2. Meningkatkan kelancaran tulis-menulis sekaligus meningkatkan praktik dalam

    membentuk kalimat. Meningkatkan tulis-menulis dalam menyusun kalimat adalah kepekaan dalam berpikir atau menanggapi gagasan seseorang.

    2.4.3. Menghubungkan bahasa dalam kehidupan Upaya agar bisa menulis dengan baik dan menarik, harus waspada dan memperhatikan keadaan di sekelilingnya dengan cermat sehingga mampu dan senang memceritakan keadaan, mampu

  •  

    menceritakan kesan-kesan dari pengalaman-pengalaman yang dapat dimanfaatkan untuk menyusun sebuah karangan.

    2.4.4. Meningkatkan kemampuan untuk mengatur dan pengorganisasian Pengembangan tulisan yang sederhana mengenai masalah sederhana memerlukan perencanaan kalimat-kalimat yang efektif.

    2.4.5. Mengembangkan suatu pengorganisasian secara sistematik Sebagian dari penulis memiliki kegemaran menggunakan kata-kata pilihan sesuai dengan keinginannya (Henry Guntur Tarigan, 1982: 3-5).

    2.5. Pengajaran Menulis Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa pengajaran yakni

    proses, perbuatan, cara mengajar dan mengajarkan.Sedangkan menulis yaitu melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang menulis surat) dengan tulisan. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengajaran menulis yaitu cara mengajarkan pelajaran dengan melahirkan pikiran, gagasan, ide, atau perasaan dalam menulis. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1999 : 32). Menurut Krashen dalam Henry Guntur Tarigan, penerapan pelajaran mengarang terdapat masalah-masalah yang harus diidentifikasi (Henry Guntur Tarigan, 1993: 55). Masalah tersebut adalah: a. Masalah kekurangan “ kemampuan kode” (materi) tulisan. b. Masalah pemerolehan mengarang yang kurang baik. Pemecahan masalah dilakukan dengan:

    1. Banyak membaca Pengembangan proses mengarang yang lebih efisien dengan cara : - Menangguhkan mengadakan penyuntingan (editing), - Menangguhkan karangan yang berorientasi pada pembaca (reader based)

    1. Dari sudut pandang guru, mengajar mengarang harus melalui tahap-tahap sebagai berikut : - Mencari topik yang sesuai dengan tingkat kebahasan siswa dengan ruang

    lingkup kehidupannya;

  •  

    - Menentukan tujuan; - Menentukan kepada siapa karangan itu dituju; - Membuat rencana penulisan; - Mewujudkan karangan di atas kertas.

    2. Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam menyajikan mengarang ialah sebagai berikut: - Guru memberi motivasi; - Guru mendapat perhatian sepenuhnya karena kegiatan yang dilakukan

    siswa erat hubungannya dengan apa yang diterangkan atau diperagakan oleh guru.

    - Guru menulis bentuk-bentuk tulisan di papan tulis; - Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mencamkan bentuk-bentuk

    itu dalam hati (Sri Utari Subyakto Nababan, 1993: 183-189) 3. Pada umumnya penulis sebelum melakukan kegiatan menulis, pertama-tama

    membuat perencanaan yaitu dengan kerangka karangan atau outline. Kerangka karangan dapat membantu penulis dalam hal-hal sebagai berikut: - Membantu penulis untuk melihat gagasan dalam sekilas pandang,

    sehingga dapat dipastikan susunannya. - Memudahkan penulis untuk mencapai klimak yang berbeda-beda; - Menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih; - Memudahkan penulis untuk mencari materi pengganti dengan

    menggunakan perincian-perincian dalam kerangka karangan penulis dengan mudah mencari data-data atau fakta;

    - Bila seorang pembaca kelak menghadapi karangan yang telah siap, ia dapat mengurutkan kembali dengan kerangka karangan yang telah dibuat pengarangnya

    5. Langkah-langkah yang harus diikuti oleh penulis yang belum mahir dalam penyusunan kerangka karangan menurut Gorys Keraf adalah sebagai berikut: - Merumuskan tema yang jelas berdasarkan topik dan tujuan yang akan

    dicapai;

  • 10 

     

    - Mengadakan inventarisasi topik-topik bawahan yang dianggap merupakan perincian;

    - Mengadakan evaluasi semua topik yang sudah tercatat pada langkah kedua;

    - Mengulang-ulang langkah ke dua dan ke tiga untuk menyusun topik-topik yang lebih rendah tingkatannya.

    - Menentukan sebuah pola susunan pola yang paling cocok untuk mengurutkan semua perincian. Keraf (1980: 65).

    6. Pengajaran menulis atau mengarang diberikan kepada siswa agar siswa memiliki ketrampilan menulis. Menurut Marwoto, dkk. syarat-syarat ketrampilan menulis sebagai berikut : - Harus kaya akan ide, ilmu pengetahuan, dan pengalaman hidup.Kekayaan

    modal dan bahan pokok penulisan. Kekayaan itu bisa dicapai dengan membina secara intensif ketrampilam membaca, menyimak, merekam, mengolah, dan merespon berbagai masukan.

    - Harus mempunyai intuisi yang tajam dan jiwa yang arif. Intuisi yang tajam guna untuk menangkap berbagai fenomena kehidupan yang sensitif, jeli dan tepat, sedangkan jiwa yang arif akan memberikan nilai dan kemampuan menyeleksi atas hal-hal yang pantas dimiliki dan dilakukan atau tidak. Harus mempunyai kekayaan bahasa. Faktor bahasa tetap merupakan faktor prima dalam dunia tulis-menulis. Apalah artinya kedalaman dan keluasan ilmu pengetahuan, ide-ide cemerlang , dan pengalaman hidup yang kaya raya, jika tidak diimbangi dengan kekayaan bahasa. (Marwoto, dkk, 1995: 16)

    7. Masih menurut Marwoto, dkk. pengajaran menulis atau mengarang mempunyai banyak manfaat yaitu: - Untuk memperdalam suatu ilmu dan penggalian hikmah pengalaman-

    pengalaman atau menulis secara kontinyu dan kreatif, seseorang dapat merasa berkewajiban mengasah dan memproses ilmunya secara tajam.

    - Untuk membuktikan sekaligus menyadari potensi ilmu pengetahuan, ide dan pengalaman hidupnya;

  • 11 

     

    - Untuk menyumbangsihkan pengalaman hidup ilmu pengetahuan serta ide-idenya yang berguna bagi mayarakat luas;

    - Untuk meningkatkan prestasi kerja, memperluas media profesi; - Untuk memperlancar media mekanisme kerja masyarakat intelektual, dialog

    ilmu pengetahuan, pelestarian, pengembangan, dan penyempurnaan ilmu pengetahuan (Marwoto, dkk. 1985 : 19 ).

    2.6. Faktor Kebahasan dalam Tulisan

    Dalam menulis, kedudukan bahasa sebagai penyampai amat penting. Agar gagasan/ide yang dituangkan dapat dipahami pembaca, seorang penulis harus memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan unsur-unsur dalam bahasa seperti ejaan, pilihan kata atau diksi, penyusunan kalimat efektif, dan pengembangan paragraf. Keempat unsur bahasa tersebut memiliki kedudukan yang amat penting dalam mendukung terciptanya tulisan yang baik.

    2.6.1 Ejaan Harimurti memberikan batasan ejaan sebagai gambaran bahasa dengan

    kaidah tulis menulis yang distandarisasikan, yang lazimnya mempunyai tiga aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan penusunan abjad; aspek morfologis yang menggambarkan satuan-satuan morfimis; aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca. Menyangkut ejaan yang berlaku saat ini adalah Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD), tulisan siswa kelas 5 Sekolah Dasar sebagai tulisan semi ilmiah mensyaratkan penggunaan ejaan sesuai dengan kaidah yang ditentukan dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) secara benar. Penggunaan ejaan yang dimaksud dalam tulisan siswa ini mencakup: a. pemakaian dan penulisa huruf; b. penulisan kata; c. penulisan unsur serapan, dan d. tanda baca. Harimurti (1982: 38).

    2.6.2 Kosa kata

  • 12 

     

    Seorang penulis yang baik dituntut memiliki pengetahuan tentang kata. Hal ini sesuai pendapat Purwadarminta yang menyatakan bahwa pengetahuan tentang kata yang luas amat penting artinya sebagai seorang penulis (Purwadarminta, 1985:17).

    Dalam kaitannya dengan pemilihan, Sabarti menyatakan bahwa ada dua syarat pokok yang harus diperhatikan yaitu ketepatan dan kesesuaian. Ketepatan menyangkut makna, aspek logika, kata-kata, yang dipilih harus secara tepat mengungkapkan apa yang ingin diungkapkan. Berbeda dengan syarat ketepatan, persyaratan kesesuaian menyangkut kecocokan antara kata-kata yang dipakai dengan kesempatan atau situasi dan keadaan pembaca. Sabarti ( 1987: 83 ) Tulisan siswa kelas V Sekolah Dasar yang dimaksud dalam penelitian ini mensyaratkan menggunakan kosakata baku Bahasa Indonesia. Dengan kata lain, siswa dituntut menggunakan kata-kata secara konsisten sesuai dengan aturan yang berlaku.

    2.6.3 Kalimat

    Seorang penulis harus mampu menuangkan idenya dalam kalimat yang baik dan efektif. Tarigan menyatakan bahwa kalimat yang baik adalah kalimat yang jelas menyatakan kesatuan gagasan dan bukan merupakan penggabungan dua kesatuan yang tidak mempunyai hubungan sama sekali. (Tarigan, 1986 : 20). Dalam kaitannya dengan kalimat yang baik, Sabarti menyatakan kalimat yang baik adalah kalimat yang disusun berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku. (Sabarti, 1987:116). Lebih lanjut Sabarti menyatakan bahwa kaidah yang harus ditaati oleh seorang penulis meliputi: 1. unsur-unsur penting yang harus dimiliki setiap kalimat (unsur subyek dan

    predikat); 2. aturan-aturan tentang ejaan (EYD); 3. cara memilih kata dalam kalimat. Sabarti menyatakan bahwa kalimat efektif memiliki ciri-ciri : 1. kesepadanan dan kesatuan, 2. kesejajaran bentuk (paralelisme ), 3. penekanan, 4. penghematan dalan penggunaan kata, dan

  • 13 

     

    5. kevariasian dalam struktur kalimat. (Sabarti, 1986:116) Dari ciri-ciri yang dikemukan Sabarti di atas, jelaslah bahwa kalimat yang efektif memiliki kemampuan untuk menimbulkan gagasan-gagasan pada diri pembaca seperti apa yang terdapat pada pikiran penulis.

    2.6.4 Paragraf Paragraf pada hakikatnya merupakan rangkaian kalimat yang mengacu pada

    Masalah, gagasan, dan pokok pembicaraan yang sama. Sabarti berpendapat bahwa paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karanga. Dalam paragraf mengandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf. (Sabarti, 1987:144). Dalam pengembangkan paragraf, seorang penulis harus menyajikan dan mengorganisasikan gagasan menjadi satu paragraf yang baik. Paragraf yang baik menurut Sabarti adalah paragraf yang memenuhi persyaratan, kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan (Sabarti,1987:149). Paragraf dikatakan memiliki kesatuan apabila paragraf tersebut hanya mengandung satu gagasan pokok. Dengan demikian paragraf dianggap mempunyai kesatuan jika kalimat-kalimat dalam paragraf tidak terlepas dari topiknya atau selalu relevan dengan topiknya.

    Kepaduan sebuah paragraf ditandai dengan hadirnya kalimat-kalimat yang mempunyai hubungan timbal balik. Sabarti menyatakan bahwa kepaduan dalam sebuah paragraf dibangun dengan memperhatikan unsur-unsur kebahasan dan perincian serta urutan isi paragraf. (Sabarti, 1987:150). Lebih lanjut Sabarti menyatakan bahwa unsur bahasan yang mendukung kepaduan paragraf dapat digambarkan dengan: (a) repetisi atau pengulangan kata kunci, (b) kata ganti, (c) kata transisi atau ungkapan penghubung, dan (d) paralilisme

    Akhirnya paragraf dikatakan lengkap apabila berisi kalamat-kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang kejelasankalimat utama. Dengan kata lain paragraf dikatakan tidak lengkap apabila hanya diperluas dengan pengulangan-pengulangan kalimat.

    2.7 Evaluasi Keterampilan Menulis

  • 14 

     

    Ketrampilan menulis siswa dapat diukur melalui tes. Soenardi menyatakan bahwa secara umum tes menulis dapat diselenggarakan secara terbatas dan bebas. (Soenardi, 1996: 73). Tes menulis yang diselenggarakan secara bebas menurut Soenardi adalah tes menulis yang diselenggarakan dengan batasan-batasan tertentu seperti masalah, judul, maupun panjang tulisan. Sebaliknya pada tes menulis bebas , batasan-batasan yang diberikan hanya berupa rambu-rambu yang ditetapkan secara minimal. Senada dengan Soenardi, Burhan Nugiantoro menyatakan bahwa tes menulis yang baik haruslah bersifat pragmatik. Maksud yang bersifat pragmatik tes tersebut harus memungkinkan terlibatnya unsur linguistik dan ekstralinguistik, memberi kesempatan pelajar untuk tidak saja berfikir tentang gagasan apa yang akan dikemukakan. Tugas yang sesuai dengan kriteria di atas menurut Burhan adalah tugas menulis secara esai (Nugiantoro ,1988: 281).

    Dari dua pendapat disimpulkan bahwa tes menulis yang paling tepat adalah tes bentuk esai atau tes secara terbatas. Dengan kata lain, siswa disuruh membuat tulisan dengan batasan-batasan tertentu yang mencakup: (a) tema, (b) jumlah kosakata atau panjang karangan, (c) ragam bahasa yang dipergunakan,ejaan, dan (d) waktu pengerjaan.

    2.7.1 Teknik Penilaan

    Penilaian yang dilakukan terhadap tulisan siswa bersifat holistik, impresif, dan selintas. Burhan Nugiantoro berpendapat bahwa dalam melakukan penilaian terhadap tulisan siswa hendaknya dilakukan dengan pendekatan holistik dan analisis. (Nugiantoro,1988:279) berbicara tentang pendekatan analisis, Zaini sebagaimana dikutip Burhan Nugiantoro menyatakan bahwa penilaian dengan pendekatan analisis merinci tulisan ke dalam aspek-aspek atau kategori-kategori tersebut bervariasi, namun hendaknya meliputi: (a) kualitas dan ruang lingkup isi, (b) organisasi dan penyajian isi, (c) gaya dan bentuk bahasa, (d) mekanik, dan (e) respon efektif guru terhadap karya tulis. (Nugiantoro, 1988: 280)

    Pemberian nilai dengan pendekatan analisis ini dapat dilakukan dengan menggunakan skala penilaian 1 sampai 10 untuk masing-masing kategori. Selain model analisis di atas, dikenal pula model analitis yang lain, misalnya analitis unsur-

  • 15 

     

    unsur tulisan seperti dikemukakan oleh Harris maupun Amran Halim. Unsur-unsur yang maksud baik oleh Harris maupun Amran Halim meliputi: a. content (isi, gagasan, yang dikemukakan), b. form (organisasi isi), c. grammar (tata bahasa dan pola kalimat), d. style (gaya, pilihan struktur, dan kosa kata, dan mechanics (ejaan). (Harris, 1979: 68-69)

    Untuk keperluan praktis menurut Burhan, perlu ditentukan bobot untung masing-masing unsur yang dinilai. (Burhan, 1988: 280). Berbeda dengan Zaini memberi bobot sama untuk setiap unsur atau kategori yang dinilai. Burhan berpendapat bahwa tidak ada jika setiap unsur diberi bobot yang sama. Idealnya menurut Burhan, pembobotan haruslah mencerminkan tingkat pentingnya masing-masing unsur dalam tulisan. Dengan demikian, unaur yang lebih penting diberi bobot yang lebih tinggi.

    Berdasarkan uraian di atas, dalam penilaian ini untuk menilai tulisan siswa digunakan kategori sebagaimana dikemukakan oleh Harris dan Amran Halim. Yang meliputi: (a). isi, (b). alur/organisasi isi, (c). tata bahasa, (d). diksi, dan (e). ejaan.

    Penilaian dari masing-masing kategori dengan pembobotan sebagaimana yang diungkapkan oleh Burhan, yakni masing-masing kategori diberi bobot yang berbeda-beda.

    2.7.2 Dimensi dan Indikator

    Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa ketrampilan menulis adalahketrampilan siswa untuk menuangkan ide/gagasan serta menganalisis masalah dengan menggunakan media tulis dengan tepat. Komponen-komponen yang dinilai dalam karangan siswa mencakup: (a). isi, (b). alur/organisasi, (c). tata bahasa, (d). kosa kata, dam (e). ejaan.

    Pendapat tersebut dalam pelaksanaannya dikelompokkan dalam empat pokok penilaian, yakni: (a). isi, (b). alur, dan (c). kaidah bahasa Indonesia.

    Skor maksimal untuk masing-masing komponen mengacu pada pendapat Nurgiantara dan dari petunjuk penilaian mengarang untuk Sekolah Dasar seperti berikut: (a). isi = skor 9; (b). alur = skor 8; (c). kosa kata skor = 3; (d). kaidah bahasa =

  • 16 

     

    skor 10, dan (e). Dengan jumlah skor maksimal 30. (Nurgiantara, 1988: 281 ), Untuk nilai akhir diperoleh dari skor perolehan dibagi skor maksimum dikalikan seratus.

    2.8 Metode Diskusi

    Hisyam Zaini dkk. Mengatakan bahwa metode diskusi merupakan salah satu alat yang paling efektif dalam strategi atau metode yang dipergunakan. Metode ini dapat diterapkan di hampir semua kelas lebih-lebih pada kelas yang kecil. (Hisyam, dkk., 2007:120).

    2.8.1 Pengertian Diskusi Diskusi adalah salah satu metode pembelajaran agar siwa dapat berbagai

    pengetahuan, pandangan, dan keterampilannya.(Sumiati, 2009:141). Tujuan diskusi adalah untuk mengekplorasi pendapat atau panangan yang berbeda dan untuk mengidentifikai berbagai kemungkinan.

    Penggunaan metode diskusi dalam pembelajaran memungkinkan adamua keterlibatan siswa dalam proses interaksi yang lebih luas. Proses interaksi berjalan melalui komunikasi verbal.

    2.8.2 Manfaat metode diskusi Metode diskusi bermanfaat untuk melatih kemampuan memecahkan maalah secara verbal, dan memupuk sikap demokratis. Diskusi dilakukan bertolak dari adaanya masalah. Ciri pertanyaan yang perlu didiskusikan, pertanyaan yang layak didiskusikan mempunyai ciri sebagai berikut: a. Menarik minat siswa yang sesuai dengan tarafnya. b. Mempunyai kemungkinan jawaban lebih dari sebuah yang dapat dipertahankan

    kebenarannya. c. Pada umumnya menyatakan mana jawaban yang benar, tetapi lebih banyak

    mengutamakan hal mempertimbangkan dan membandingkan.

    2.3 Teknik pelaksanaan diskusi Dilihat dari teknik pelaksanaannya, diskusi dapat digolongkan ke dalam dua macam, yaitu : 1. Debat

  • 17 

     

    Di dalam debat terdapat dua kelompok mempertahankan pendapatnya masing-masing yang bertentangan. Pendengar (audience) dijadikan sebagai kelompok yang memutuskan mana yang benar dan mana yang salah dalam keputusan akhir. Agar debat tidak berkepanjangan harus dibatasi sesuai dengan waktu yang tersedia.

    2. Diskusi Diskusi pada dasarnya merupakan musyawarah untuk mencari titik pertemuan pendapat, tentang suatu masalah. Ditinjau dari pelaksanaannya dapat digolonglan ke dalam: a. Diskusi kelas

    Diskusi kelas adalah semacam brain storming (pertukaran pendapat). Hal ini guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas. Jawaban dari siswa diajukan lagi kepada siswa lain atau dapat pula meminta pendapat siswa lain tentang hal itu sehingga terjadi pertukaran pendapat secara serius dan wajar.

    b. Diskusi kelompok Guru mengemukakan suatu masalah. Masalah dipecahkan ke dalam sub masalah. Siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil mendiskusikan sub-sub masalah tersebut. Hasil diskusi dilaporkan di depan kelas dan ditanggapi.

    c. Panel Panel merupakan diskusi yang dilakukan oleh beberapa orang saja. Biasanya antara 3 sampai 7 orang panelis. Siswa lain hanya bertindak sebagai pendengar.

    d. Konferensi Dalam konferensi anggota duduk saling menghadap, mendiskusikan suatu masalah. Setiap peerta harus memahami bahwa kehadirannya harus sudah mempersiapkan pendapat yang akan diajukan.

    e. Simposium

  • 18 

     

    Pelaksanaan symposium dapat menempuh dua cara. Cara pertama mengundang dua orang pembicara atau lebih. Setiap pembicara diminta untuk menyajikan prasaran yang sudah ditulis. Masalah yang dibahas sama namun masing-masing menyoroti dari sudut pandang yang berbeda. Cara kedua membagi masalah ke dalam beberapa aspek. Setiap aspek dibahas oleh seorang pemasaran.

    f. Seminar Seminar merupakan pembahasan ilmiah yang dilaksanakan dalam meletakkan dasar-dasar pembinaan tentang masalah yang dibahas.

    g. Workshop Workshop dilaksanakan oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang pekerjaan atau profesi yang sejenis.

    2.4 Petunjuk Praktis Pelaksanaan Diskusi Hal-hal yang perlu diperhatikan agar diskusi dapat berjalan dengan lancara

    perlu memperhatikan hal-hal berikut: 2.4.2 Mempersiapkan sebuah diskusi

    1) Akomodasi Persiapan akomodasi bergantung pada jenis diskusi yang akan dilaksanakan. Secara garis besar persiapan akomodasi meliputi: a. Tempat b. Perlengkapan c. Tata ruang d. Lembar kertas kerja e. Perlengakapan lain yang diperlukan

    2) Administrasi 3) Peserta

    2.4.3 Pelaksanaan Diskusi Sebuah diskusi setidak-tidaknya melibatkan moderator, sekretaris dan peserta 1) Moderator

  • 19 

     

    Sebuah diskusi dipimpin oleh seorang moderator yang didampingi sekretaris. Tugas moderator antara lain: a. Memimpin pelaksanaan diskusi b. Memperkenalkan seluruh peserta diskusi c. Mengatur lalu lintas pembicaraan d. Memulai dan menghentikan diskusi sesuai dengan agenda acara. e. Membuat dan/atau membacakan kesimpulan

    2) Sekretaris, tugas dari sekretaris adalah: a. Membacakan tata tertib dan/atau agenda acara, b. Mencatat semua inti pembicaraan

    3) Peserta, sikap peserta diskusi yang baik adalah: a. Menghargai pendapat peserta lain, b. Terbuka dan tidak mau menang sendiri, c. Bersungguh hati untuk mencari pemecahan masalah yang didiskusikan, d. Menaati semua tata tertib yang ditetapkan.

    2.5 Gambar Seri

    Pengertian gambar menurut KBBI adalah tiruan (orang, binatang, tumbuhan, dan sebagainya) yang dibuat dengan coretan pensil dan sebagainya pada kertas dan sebagainya; lukisan (KBBI, 1989:288). Sedangkan pengertian seri masih menurut KBBI adalah rangkaian yang berturut-turut tentang cerita, buku, peristiwa, dan sebagainya (KBBI, 989: 925).

    Dari kedua pengertian tersebut peneliti menyimpulkan gambar seri adalah lukisan atau tiruan benda yang dibuat dengan coretan pada kertas yang susun secara berurutan.

  • 20 

     

    Hutan Lebat Penebangan Liar

    Bencana banjir Penghijauan

    2.6 Penelitian Yang Relevan Penelitian mengenai peningkatan kemampuan menulis pada siswa dan

    mahasiswa telah banyak dilakukan oleh peneliti maupun oleh para pakar sebelumnya. Peneliti tersebut antara lain: Suparno (1991), Buchori (1995), Raharja (1999), Ridwan (2001), Suryanto (2004), Mafrukhi (2005), Main Sufanti dkk.(2007) dan Sumardi Saragih (2007).

    Suryanto (2004) meneliti keterampilan menulis karangan narasi pada siswa kelas IID SLTP Sukareja Kendal. Hasil penelitiannya menunjukkan adanya peningkatan keterampilan menulis karangan narasi sebesar 64,4% pada siklus pertama dan 7,8% pada siklus kedua.

    Mafrukhi (2005) dalam tesisnya yang berjudul ”Penggunaan Teknik Pemetaan Konsep dengan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Kompetensi Menulis Ekspositori pada Siswa SMA 1 Semarang” meneliti tentang kelemahan aspek keterampilan menulis dalam pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan secara eksperimental di SMA 1 Semarang dengan desain factorial. Mafruki memilih dua kelas, yaitu kelas XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 4 sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen dikenai variabel perlakuan pembelajaran menulis menggunakan teknik pemetaan kognitif dengan pendekatan kontekstual.

  • 21 

     

    Mafruki menemukan tiga hal dalam penelitiannya. Pertama, kompetensi menulis ekspositori kelas eksperimen pada saat tes awal lebih jelek dibandingkan kelas kontrol dengan capaian rata-rata 95,95 < 107,46. Perbedaan rerata sebesar -2,216 dengan taraf signifikasi sebesar 0,032 < 0,05. kedua, Kompetensi menulis ekspositori kelas eksperimen pada saat tes akhir, yakni setelah ada perlakuan ternyata lebih baik dari kelas kontrol dengan capaian rata-rata 146,32 > 118,10. Perbedaan rerata 6,892 dengan taraf signifikan 0,000 < 0,05. Ketiga, semua aspek penilaian menulis, yakni hubungan topik dengan isi, hubungan antarkalimat, hubungan antarparagraf, penggunaan kalimat, penggunaan diksi, dan penggunaan EYD saat tes akhir dari kelas eksperimen ternyata lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol.

    Ely Prihmono Suwarso Putro (2007) meneliti kemampuan menulis surat lamaran pekerjaan melalui metode Team Game Tournament (TGT) pada siswa kelas XII I 3 SMA Kristen 1 Surakarta. Hasil yang diperoleh Ely menyebutkan bahwa metode TGT ternyata cukup efektif digunakan dalam pembelajaran menulis surat lamaran pekerjaan.

    Sufanti dkk. (2006) dalam penelitiannya yang berjudul ”Peningkatan Kompetensi Menulis Pengalaman Siswa Kelas VII A SMP Negeri Gatak Kabupaten Sukoharjo Melalui Pola Latihan Berjenjang” meneliti kemampuan menulis siswa yang meliputi kemampuan membuat kalimat, membuat paragraf, dan menulis wacana. Sufanti dkk. menggunakan 2 siklus dalam penelitiannya. Dari dua siklus tersebut terbukti bahwa aktivitas siswa dapat ditingkatkan sebesar 5,57%, kinerja guru dapat ditingkatkan 8,00%, dan kompetensi menulis siswa dapat ditingkatkan ketuntasan belajarnya 1,25%.

    Saragih (2007) dalam tesisnya yang berjudul ”Pengembangan Strategi Portofolio dalam Pembelajaran Menulis Karangan Eksposisi (Penelitian Tindakan Kelas di SMA Negeri Pematangsiantar)” meneliti tentang kemampuan menulis karangan eksposisi siswa kelas XI 1A3 SMA Negeri II Pematangsiantar. Penelitian yang dilakukan terdiri dari dua siklus. Berdasarkan analisis data penelitian, kemampuan menulis karangan eksposisi siswa dari siklus I sampai dengan siklus II mengalami peningkatan. Nilai rata-rata kelas dalam menulis karangan eksposisi pada

  • 22 

     

    siklus I : 5,42 dan pada siklus II : 8,03. Nilai rata-rata hasil menunjukkan peningkatan sebesar 2,62. Jadi, peningkatan kemampuan menulis karangan eksposisi dari siklus I sampai siklus II sebesar 27,5%.

    Lilis Suryani, 2004. “Ketrampilan Siswa Kelas 5 Sekolah Dasar dalam menulis (Stydy Korerasioanal antara Kemampuan Memahami Struktur Bahasa dan Motivasi Belajar)”. Relevansinya dengan penelitian ini yaitu pada kesimpulan ada hubungan positif antara kemampuan memahami struktur bahasa dan motivasi belajar secara bersama-sama dengan ketrampilan menulis siswa. Artinya semakin baik memahami struktur bahasa dan semakin baik motivasi siswa maka semakin baik ketrampilan menulisnya.

    Suharyanti 2001. ”Hubungan atara Penguasaan Struktur Bahasa dan Kemampuan Penalaran dengan Kemampuan Menulis Eksposisi pada Mahasiswa jurusan MIPA FKIP, “ esis. Surakarta: Pasca Sarjana UNS. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa antara kemampuan memahami struktur bahasa dan kemampuan penalaran mempunyai hubungan dengan ketrampilan menulis siswa.

    Berdasarkan beberapa kajian pustaka di atas dapat diketahui bahwa para peneliti telah menggunakan teknik maupun metode yang bervariasi dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis siswa. Penelitian ini dimaksudkan untuk melengkapi hasil penelitian sebelumnya sehingga hasilnya diharapkan dapat menambah pengetahuan para peneliti selanjutnya.

    2.7. Kerangka Pikir

    Keterampilan siswa kelas V SD Negeri 02 Sidomulyo Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013 dalam menulis karangan narasi masih rendah. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain faktor guru dan siswa. Salah satu cara meningkatkan kemampuan siswa tersebut adalah dengan metode diskusi melalui gambar seri. Dengan metode ini diharapkan kemampuan siswa dapat meningkat.

    Untuk memperjelas kerangka pikir penelitian tindakan kelas ini dapat divisualisasikan pada bagan 2.1 berikut ini;

  • 23 

     

    Menurunnya kualitas pembelajaran dalam menulis  narasi di kelas 5 SDN 2 Sidomulyo 

    Hasil belajar dalam menulis narasi terbukti hasil belajar siswa kurang dari KKM 

    Siswa kurang bekerja sama dengan teman lain. Siswa bosan dan kelas ramai  

    Bagan 2.1 Kerangka Berpikir

    2.8.Hipotesis Tindakan

    Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir, hipoteis tindakan yang diajukan adalah “Melalui metode diskusi dapat meningkatkan hasil belajar menulis narasi siswa kelas 5 SDN 02 Sidomulyo Gunungwungkal Semester I Tahun Pelajaran 2012/2013.

     

    Guru kurang maksimal mengkondisikan kelas  

    Diterapi dengan pembelajaranmenggunakan gambar seri 

    Kelebihan penerapan gambar seri

    1. Kelebihan penerapan kreativitas, sportivitas, dan rasa percaya diri 

    2. Siswa terlibat aktif dalam belajar 3. Menimbulkan kreativitas dalam ide dan 

    pendapat dalam menulis narasi 

    Aktivitas dalammenulis narasi menin

    Hasil belajar dalam menulis narasi meningkat gkat