bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 pembelajaran ......bunyi pada benda padat, cair, dan...

20
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan kata-kata Inggris yaitu natural science, artinya ilmu pengetahuan alam (IPA). Berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science dapat disebut sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini. Seperti halnya setiap ilmu pengetahuan, Ilmu Pengetahuan Alam mempunyai objek dan permasalahan jelas yaitu berobjek benda-benda alam dan mengungkapkan misteri (gejala-gejala) alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Powler (Samatowa, 2006:2) ”IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala- gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen”. Ruang lingkup mata pelajaran IPA untuk SD/MI menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 meliputi aspek-aspek berikut: 1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. 2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas. 3. Energi dan perubahannya, yang meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana. 4. Bumi dan alam semesta, yang meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda- benda langit lainnya. Sulistyorini (2007:8) menarik kesimpulan sebagai berikut. Pembelajaran IPA harus melibatkan keaktifan anak secara penuh (active learning) dengan cara guru dapat merealisasikan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan pada anak didik untuk melakukan

Upload: others

Post on 24-Feb-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ......bunyi pada benda padat, cair, dan gas. 4. Menunjukkan bahwa bunyi dapat dipantulkan atau diserap. Berdasarkan indikator

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan kata-kata Inggris yaitu

natural science, artinya ilmu pengetahuan alam (IPA). Berhubungan dengan

alam atau bersangkut paut dengan alam, sedangkan science artinya ilmu

pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science dapat disebut

sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang

terjadi di alam ini. Seperti halnya setiap ilmu pengetahuan, Ilmu Pengetahuan

Alam mempunyai objek dan permasalahan jelas yaitu berobjek benda-benda

alam dan mengungkapkan misteri (gejala-gejala) alam yang disusun secara

sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang

dilakukan oleh manusia. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Powler

(Samatowa, 2006:2) ”IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-

gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur,

berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen”.

Ruang lingkup mata pelajaran IPA untuk SD/MI menurut Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 meliputi aspek-aspek berikut:

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan,

dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas.

3. Energi dan perubahannya, yang meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet,

listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.

4. Bumi dan alam semesta, yang meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-

benda langit lainnya.

Sulistyorini (2007:8) menarik kesimpulan sebagai berikut.

Pembelajaran IPA harus melibatkan keaktifan anak secara penuh (active

learning) dengan cara guru dapat merealisasikan pembelajaran yang

mampu memberi kesempatan pada anak didik untuk melakukan

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ......bunyi pada benda padat, cair, dan gas. 4. Menunjukkan bahwa bunyi dapat dipantulkan atau diserap. Berdasarkan indikator

10

keterampilan proses meliputi: mencari, menemukan, menyimpulkan,

mengkomunikasikan sendiri berbagai pengetahuan, nilai-nilai, dan

pengalaman yang dibutuhkan.

Asy’ari (2006:7) menyebutkan ”Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

berasal dari kata natural science”. Natural artinya alamiah dan berhubungan

dengan alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. IPA atau sains

secara umum dapat dikatakan sebagai pengetahuan manusia tentang alam

yang diperoleh dengan cara yang terkontrol. Penjelasan ini mengandung

makna bahwa IPA kecuali sebagai produk yaitu pengetahuan manusia juga

sebagai prosesnya yaitu bagaimana cara mendapatkan pengetahuan tersebut.

Aly dan Rahma (2008:18) menyimpulkan ”IPA adalah suatu

pendekatan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau

khusus yaitu melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan

teori, eksperimentasi, observasi, dan demikian seterusnya kait mengait antara

cara yang satu dengan yang lain”.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan pembelajaran

IPA adalah salah satunya sebagai proses dari upaya manusia untuk

memahami berbagai gejala alam. Artinya diperlukan suatu cara tertentu yang

sifatnya analitis, cermat, lengkap serta menghubungkan gejala alam yang satu

dengan gejala alam yang lain sehingga keseluruhannya membentuk sudut

pandang yang baru tentang obyek yang diamati oleh siswa. Di sini siswa

dituntut untuk lebih aktif dan terlibat secara langsung dalam kegiatan proses

pembelajaran agar mendapatkan hasil belajar yang optimal.

Tujuan mata pelajaran IPA menurut Permendiknas nomor 22 tahun

2006 adalah sebagai berikut:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya;

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari;

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi, dan masyarakat;

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ......bunyi pada benda padat, cair, dan gas. 4. Menunjukkan bahwa bunyi dapat dipantulkan atau diserap. Berdasarkan indikator

11

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan;

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga

dan melestarikan lingkungan alam;

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan;

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai

dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Berdasarkan panduan yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional

Pendidikan (BSNP) terkait dengan ruang lingkup bahan kajian IPA untuk

SD/MI kelas IV semester 2, standar kompetensi dan kompetensi dasar

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah sebagai berikut.

Kelas IV Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Energi dan Perubahannya

7. Memahami gaya dapat

mengubah gerak

dan/atau bentuk

suatu benda

7.1 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya

(dorongan dan tarikan) dapat mengubah

gerak suatu benda

7.2 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya

(dorongan dan tarikan) dapat mengubah

bentuk suatu benda

8. Memahami berbagai

bentuk energi dan

cara penggunaannya

dalam kehidupan

sehari-hari

8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi

yang terdapat di lingkungan sekitar serta

sifat-sifatnya

8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif dan

cara penggunaannya.

8.3 Membuat suatu karya/model untuk

menunjukkan perubahan energi gerak

akibat pengaruh udara, misalnya roket dari

kertas/baling-baling/pesawat kertas/parasut.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ......bunyi pada benda padat, cair, dan gas. 4. Menunjukkan bahwa bunyi dapat dipantulkan atau diserap. Berdasarkan indikator

12

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

8.4 Menjelaskan perubahan energi bunyi melalui

penggunaan alat musik.

Bumi dan Alam Semesta

9. Memahami perubahan

kenampakan

permukaan bumi dan

benda langit

9.1 Mendeskripsikan perubahan kenampakan

bumi.

9.2 Mendeskripsikan posisi bulan dan

kenampakan bumi dari hari ke hari.

10. Memahami perubahan

lingkungan fisik dan

pengaruhnya terhadap

daratan

10.1 Mendeskripsikan berbagai penyebab

perubahan lingkungan fisik (angin, hujan,

cahaya matahari, dan gelombang air laut)

10.2 Menjelaskan pengaruh perubahan

lingkungan fisik terhadap daratan (erosi,

abrasi, banjir, dan longsor)

10.3 Mendeskripsikan cara pencegahan

kerusakan lingkungan (erosi, abrasi,

banjir, dan longsor)

11. Memahami hubungan

antara sumber daya

alam dengan

lingkungan,

teknologi, dan

masyarakat

11.1 Menjelaskan hubungan antara sumber daya

alam dengan lingkungan

11.2 Menjelaskan hubungan antara sumber daya

alam dengan teknologi yang digunakan

11.3 Menjelaskan dampak pengambilan bahan

alam terhadap pelestarian lingkungan

Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah

disampaikan di atas, pada penelitian ini kompetensi dasar yang akan

digunakan adalah kompetensi dasar 8.1 yaitu mendeskripsikan energi panas

dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya, maka

indikator pembelajaran IPA kelas IV semester 2 yang digunakan adalah

sebagai berikut.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ......bunyi pada benda padat, cair, dan gas. 4. Menunjukkan bahwa bunyi dapat dipantulkan atau diserap. Berdasarkan indikator

13

Kompetensi Dasar Indikator Pembelajaran

8.1 Mendeskripsikan energi panas

dan bunyi yang terdapat di

lingkungan sekitar serta sifat-

sifatnya

1. Membuat daftar sumber-sumber

bunyi yang terdapat di lingkungan

sekitar.

2. Menyimpulkan bahwa bunyi

dihasilkan oleh benda yang

bergetar.

3. Menunjukkan bukti perambatan

bunyi pada benda padat, cair, dan

gas.

4. Menunjukkan bahwa bunyi dapat

dipantulkan atau diserap.

Berdasarkan indikator pembelajaran IPA di atas, materi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah mengenai energi. Materi yang

diajarkan dalam penelitian tindakan ini diambil dari Heri Sulistyanto dan Edy

Wiyono (2008), Poppy K. Devi dan Sri Anggraeni (2008), serta S. Rositawaty

dan Aris Muharam (2008).

2.1.2 Hasil Belajar

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

(Sisdiknas) pasal 58, evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh

pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar

peserta didik secara berkesinambungan.

Sudjana (2011:22) menyimpulkan ”hasil belajar adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya”.

Menurut Gagne dalam Purwanto (2013:2) ”hasil belajar adalah terbentuknya

konsep, yaitu kategori yang kita berikan pada stimulus yang ada

dilingkungan, yang menyediakan skema yang terorganisasi untuk

mengasimilasi stimulus-stimulus baru dan menentukan didalam dan diantara

kategori-kategori”. Menurut Winkel dalam Purwanto (2013:45)

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ......bunyi pada benda padat, cair, dan gas. 4. Menunjukkan bahwa bunyi dapat dipantulkan atau diserap. Berdasarkan indikator

14

menyimpulkan ”hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia

berubah dalam hal sikap dan tingkah lakunya”.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

merupakan kemampuan, sikap, dan keterampilan yang diperoleh siswa dan

terbentuknya konsep baru setelah siswa menerima perlakuan yang diberikan

oleh guru sehingga dengan pengalaman belajarnya siswa dapat

mengkonstruksikan pengetahuan yang diperoleh untuk dapat digunakan

dalam kehidupan sehari-hari.

Hasil dan proses belajar harus diidentifikasi melalui informasi hasil

pengukuran penguasaan bidang/materi dan aspek perilaku baik melalui

teknik tes maupun non tes. Penguasaan materi yang dimaksud adalah derajat

pencapaian kompetensi hasil belajar seperti yang dikehendaki dalam standar

proses dan dinyatakan dalam aspek perilaku yang terbagi dalam ranah

kognitif, afektif dan psikomotor (Naniek Sulistya Wardani dkk. 2009).

1. Bentuk Tes

Hakekat tes adalah sebagai alat ukur; tes adalah prosedur

pengukuran yang sengaja dirancang secara sistematis, untuk mengukur

indikator/kompetensi tertentu, dilakukan dengan prosedur administrasi dan

pemberian angka yang jelas dan spesifik, sehingga hasilnya relatif ajeg

bila dilakukan dalam kondisi yang relatif sama; tes pada umumnya

berisi sampel perilaku, cakupan butir tes yang bisa dibuat dari suatu materi

tidak terhingga jumlahnya, yang secara keseluruhan mungkin mustahil

dapat tercakup dalam tes, sehingga tes harus dapat mewakili indikator

dalam kawasan (domain) perilaku yang diukur, untuk itu perlu pem-

batasan yang jelas; tes menghendaki subjek agar menunjukkan apa

yang diketahui atau apa yang dipelajari dengan cara menjawab atau

mengerjakan tugas dalam tes.

Naniek Sulistya Wardani dkk. (2009) menarik simpulan sebagai berikut.

Tes tertulis adalah tes yang soalnya harus dijawab peserta

didik dengan memberikan jawaban tertulis. Jenis tes tertulis

secara umum dikelompokkan menjadi dua yaitu:

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ......bunyi pada benda padat, cair, dan gas. 4. Menunjukkan bahwa bunyi dapat dipantulkan atau diserap. Berdasarkan indikator

15

a. Tes objektif, ada yang pilihan ganda, jawaban singkat atau isian,

benar salah, dan bentuk menjodohkan;

b. Tes uraian, yang terbagi atas tes uraian objektif (penskorannya

dapat dilakukan secara objektif) dan tes uraian non-objektif

(penskorannya sulit dilakukan secara objektif)

2. Non tes

Teknik pengukuran melalui nontes mengandung pengertian tidak

ada jawaban yang benar dan tidak ada yang salah. Teknik non tes ini

umumnya memegang peranan yang penting dalam rangka mengevaluasi

hasil belajar peserta didik dari ranah sikap hidup (affective domain) dan

ranah ketrampilan (phsychomotoric domain) sedangkan untuk teknik tes

lebih kepada ranah proses berfikirnya (cognitive domain).

Bentuk teknik non tes menurut Ign. Masidjo (1995: 58-77):

a. Pengamatan atau observasi

Suatu teknik pengamatan yang dilaksanakan secara langsung

atau tidak langsung dan secara teliti terhadap suatu gejala dalam suatu

situasi disuatu tempat.

Jenis-jenis observasi terdiria atas 3 yaitu :

1) Observasi sistematis dan observasi non sistematis, observasi

sistematis adalah observasi yang digunakan dengan

mempergunakan pedoman observasi sebagai instrumen

pengamatan, sedangkan non sistematis dilakukan tanpa

menggunakan pedoman.

2) Observasi partisipatif dan non partisipatif, yang dimaksud dengan

partisipatif adalah dilakukan pengamat dengan ikut serta dalam

kegiatan yang dilakukan individu atau kelompok yang diamati.

Sedangkan non partisipatif pengamat tidak ikut serta dalam

kegiatan yang diamati.

3) Observasi eksperimental, yaitu observasi yang dilakukan secara

sistematis tetapi non partisipatif.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ......bunyi pada benda padat, cair, dan gas. 4. Menunjukkan bahwa bunyi dapat dipantulkan atau diserap. Berdasarkan indikator

16

b. Wawancara atau interview

Wawancara adalah suatu proses tanya jawab sepihak antara

pewawancara dan yang diwawancarai yang dilaksanakan secara tatap

muka baik secara langsung maupun tidak langsung.

Teknik pengukuran non tes yang digunakan dalam penelitian ini

sebagi proses belajar siswa dibatasi pada observasi aktivitas siswa dan guru

dalam melaksanakan pembelajaran. Tujuannya agar dalam setiap

pembelajaran dapat dilakukan pengukuran perkembangan aktivitas siswa

yang ada.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan

pembelajaran terdiri atas intrumen butir-butir soal apabila cara pengukuran

dengan menggunakan teknik tes, dan bila menggunakan teknik non tes

dilakukan dengan cara mengamati atau mengobservasi dapat menggunakan

lembar observasi dan wawancara.

Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang ditujukan untuk

mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan juga proses

pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap ini seorang guru dituntut

memiliki kemampuan dalam menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi,

penyusunan alat-alat evaluasi, pengolahan, dan penggunaan hasil evaluasi.

Pendekatan atau cara yang dapat digunakan untuk melakukan evaluasi atau

penilaian hasil belajar adalah melalui Penilaian Acuan Norma (PAN) dan

Penilaian Acuan Patokan (PAP).

Naniek Sulistya Wardani, dkk. (2012:384) mengemukakan ”PAN

adalah penilaian yang dilakukan dengan mengacu pada norma kelompok:

nilai-nilai yang diperoleh peserta didik diperbandingkan dengan nilai-nilai

peserta didik yang lain yang termasuk di dalam kelompok itu”. Jadi cara

penilaiannya tidak selalu tergantung pada jumlah soal yang diberikan atau

penilaian dimasudkan untuk mengetahui kedudukan hasil belajar yang dicapai

berdasarkan norma kelas. Siswa yang paling besar skor yang didapat di

kelasnya, adalah siswa yang memiliki kedudukan tertinggi di kelasnya.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ......bunyi pada benda padat, cair, dan gas. 4. Menunjukkan bahwa bunyi dapat dipantulkan atau diserap. Berdasarkan indikator

17

Naniek Sulistya Wardani, dkk. (2012:379) mengemukakan

”pendekatan PAP berarti membandingkan skor-skor hasil tes peserta didik

dengan kriteria atau patokan yang secara absolut/mutlak telah ditetapkan oleh

guru”. Jadi cara penilaiannya dimana nilai yang diperoleh siswa tergantung

pada seberapa jauh tujuan yang tercermin dalam soal-soal tes yang dapat

dikuasai siswa. Nilai tertinggi adalah nilai sebenarnya berdasarkan jumlah

soal tes yang dijawab dengan benar oleh siswa. Dalam PAP ada passing

grade atau batas lulus, apakah siswa dapat dikatakan lulus atau tidak

berdasarkan batas lulus yang telah ditetapkan.

Pendekatan PAN dan PAP dapat dijadikan acuan untuk memberikan

penilaian dan memperbaiki sistem pembelajaran. Kemampuan lainnya yang

perlu dikuasai guru pada kegiatan evaluasi atau penilaian hasil belajar adalah

menyusun alat evaluasi seperti tes tertulis. Bentuk tes tertulis yang banyak

dipergunakan guru adalah ragam benar/salah, pilihan ganda, menjodohkan,

melengkapi, dan jawaban singkat.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

yang dimaksud dalam penelitian ini adalah besarnya skor siswa melalui

teknik tes dan non tes yang diperoleh dari penilaian proses meliputi observasi

aktivitas siswa dan guru saat melakukan kegiatan pembelajaran dan penilaian

hasil yang berupa tes tertulis yaitu tes formatif. Hasil belajar tersebut

dibandingkan dengan kriteria tertentu yaitu KKM untuk mengetahui nilai

kompetensi yang dicapai siswa. Atau dapat pula dikatakan bahwa hasil

belajar merupakan perolehan skor kompetensi yang dicapai siswa

berdasarkan nilai proses dan nilai hasil belajar.

Hasil belajar dalam pembelajaran IPA dapat tercapai dengan

maksimal jika ada sebuah strategi pembelajaran yang mampu membangkitkan

motivasi belajar dan daya berpikir siswa lebih meningkat sehingga

pembelajaran bisa lebih menarik dan menyenangkan, salah satunya dengan

metode probing prompting.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ......bunyi pada benda padat, cair, dan gas. 4. Menunjukkan bahwa bunyi dapat dipantulkan atau diserap. Berdasarkan indikator

18

2.1.3 Metode Probing Prompting

Seorang guru yang profesional harus memiliki beberapa keterampilan

dasar dalam mengajar. Keterampilan dasar salah satunya adalah keterampilan

bertanya. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas, bertanya menjadi peranan

penting karena merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan

berpikir peserta didik. Keterampilan bertanya dibedakan atas keterampilan

bertanya dasar dan keterampilan bertanya lanjut. Keterampilan bertanya dasar

mempunyai beberapa komponen dasar yang perlu diterapkan dalam

mengajukan segala jenis pertanyaan. Komponen-komponen yang dimaksud

adalah pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat, pemberian acuan,

pemusatan, pemindah giliran, penyebaran, pemberian waktu berpikir, dan

pemberian tuntunan. Sedangkan keterampilan bertanya lanjut merupakan

lanjutan dari keterampilan bertanya dasar yang lebih mengutamakan usaha

mengembangkan kemampuan berpikir siswa, memperbesar partisipasi dan

mendorong siswa agar dapat berinisiatif sendiri.

Pertanyaan-pertanyaan yang termasuk dalam kemampuan dasar

bertanya diantaranya adalah pertanyaan menggali (probing question) dan

pertanyaan mengarahkan atau menuntun (prompting question). Yang

dimaksudkan dengan pertanyaan menggali (probing question) adalah suatu

pertanyaan yang diajukan dengan maksud mencari tahu pengalaman atau

pengamatan peserta didik yang berkaitan erat dengan materi belajar mereka.

Sedangkan pertanyaan mengarahkan atau menuntun (prompting question)

adalah suatu pertanyaan yang diajukan dengan maksud mengarahkan

pemahaman peserta didik dari hal-hal yang digali dari pengalaman atau

pengamatan mereka ke suatu pembentukan konsep baru. Dengan demikian

konsep baru yang ditemukan merupakan hasil rumusan sendiri oleh peserta

didik atau dapat juga dibimbing oleh guru

(http://edukasi.kompasiana.com/2009/10/19/delapan-kompetensi-dasar-

mengajar/).

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ......bunyi pada benda padat, cair, dan gas. 4. Menunjukkan bahwa bunyi dapat dipantulkan atau diserap. Berdasarkan indikator

19

Untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar,

guru perlu menunjukkan sikap yang baik pada waktu mengajukan pertanyaan

maupun ketika menerima jawaban siswa dan harus menghindari kebiasaan

seperti menjawab pertanyaan sendiri, mengulang jawaban siswa, mengulang

pertanyaan sendiri, mengajukan pertanyaan dengan jawaban serentak,

menentukan siswa yang harus menjawab sebelum bertanya dan mengajukan

pertanyaan ganda. Dalam proses pembelajaran di kelas setiap pertanyaan,

baik berupa kalimat tanya ataupun suruhan harus dapat menuntut respons

siswa sehingga dapat menambah pengetahuan dan meningkatkan kemampuan

berpikir siswa.

Probing menurut arti katanya adalah penyelidikan, pemeriksaan dan

prompting adalah mendorong atau menuntun. Penyelidikan atau pemeriksaan

disini bertujuan untuk memperoleh sejumlah informasi yang telah ada pada

diri siswa agar dapat digunakan untuk memahami pengetahuan atau konsep

baru.

Suwandi dan Tjetjep S. (1996:18) menarik simpulan sebagai berikut:

Probing secara bahasa kata ”probing” memiliki arti menggali atau

melacak. Sedangkan menurut istilah probing berarti berusaha memperoleh

keterangan yang lebih jelas atau lebih mendalam. Pengertian probing dalam

pembelajaran di kelas didefinisikan sebagai suatu teknik membimbing siswa

menggunakan pengetahuan yang telah ada pada dirinya guna memahami

gejala atau keadaan yang sedang diamati sehingga terbentuk pengetahuan

baru.

Teknik menggali (probing) ini dapat digunakan sebagai teknik untuk

meningkatkan kualitas dan kuantitas jawaban murid. Pertanyaan itu

bermaksud untuk menuntun murid agar isinya dapat menemukan jawaban

yang lebih benar. Teknik probing diawali dengan menghadapkan siswa pada

situasi baru yang mengandung teka-teki atau benda-benda nyata. Situasi baru

itu membuat siswa mengalami pertentangan dengan pengetahuan yang sudah

dimilikinya sehingga memberikan peluang kepada siswa untuk mengadakan

asimilasi, disinilah probing mulai diperlukan.

Prompting secara bahasa ”prompting” berarti “mengarahkan atau

menuntun”. Sedangkan menurut istilah adalah pertanyaan yang diajukan

untuk memberi arah kepada murid dalam proses berfikirnya. Bentuk

pertanyaan prompting dibedakan menjadi 3:

a. Mengubah susunan pertanyaan dengan kata-kata yang lebih sederhana

yang membawa mereka kembali pada pertanyaan semula.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ......bunyi pada benda padat, cair, dan gas. 4. Menunjukkan bahwa bunyi dapat dipantulkan atau diserap. Berdasarkan indikator

20

b. Menanyakan pertanyaan-pertanyaan dengan kata-kata berbeda atau

lebih sederhana yang disesuaikan dengan pengetahuan siswanya.

c. Memberikan suatu review informasi yang diberikan dan pertanyaan

yang membantu siswa untuk mengingat atau melihat jawabannya.

Dengan kata lain prompting adalah cara lain dalam merespon

(menanggapi) jawaban siswa apabila siswa gagal menjawab pertanyaan,atau

jawaban kurang sempurna. Dengan demikian salah satu bentuk prompting

adalah menanyakan pertanyaan lain yang lebih sederhana yang jawabannya

dapat dipakai menuntun siswa untuk menemukan jawaban yang tepat.

Metode pembelajaran ini, dalam proses tanya jawab dilakukan dengan

menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus

berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar dari proses pembelajaran,

setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab. Kemungkinan akan

terjadi suasana tegang, namun demikian bisa dibiasakan untuk mengurangi

kondisi tersebut, guru hendaknya memberi serangkaian pertanyaan disertai

dengan wajah ramah, suara dan nada yang lembut, ada canda, senyum dan

tertawa sehingga suasana menjadi nyaman, menyenangkan dan ceria. Perlu

diingat bahwa jawaban siswa yang salah harus dihargai karena salah adalah

ciri siswa sedang belajar dan telah berpartisipasi.

Suherman (2001) mengemukakan ”langkah-langkah metode probing

prompting” adalah sebagai berikut.

a. Menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

b. Menyampaikan materi ajar.

c. Memberikan serangkaian pertanyaan menggali secara acak kepada

siswa yang berkaitan dengan materi.

d. Menampung jawaban siswa. Jika jawabannya tepat maka guru meminta

tanggapan kepada siswa lain tentang jawaban tersebut untuk

meyakinkan bahwa seluruh siswa terlibat dalam kegiatan yang sedang

berlangsung. Namun jika siswa tersebut mengalami kemacetan jawab

dalam hal ini jawaban yang diberikan kurang tepat, tidak tepat, atau

diam, maka guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan lain yang

jawabannya merupakan petunjuk jalan penyelesaian jawaban.

e. Memberikan pertanyaan menuntun dengan pertanyaan bimbingan fokus

terarah.

f. Membimbing siswa untuk menyempurnakan jawaban.

Suherman (2008:6) mengemukakan ”pembelajaran probing prompting

adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan

yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ......bunyi pada benda padat, cair, dan gas. 4. Menunjukkan bahwa bunyi dapat dipantulkan atau diserap. Berdasarkan indikator

21

mengaitkan pengetahuan tiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan

baru yang sedang dipelajari”.

Suherman, dkk., (2001:160) menarik kesimpulan sebagai berikut.

Pembelajaran probing prompting sangat erat kaitannya dengan

pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan pada saat

pembelajaran ini disebut probing question yang bersifat menggali

untuk mendapatkan jawaban lebih lanjut dari siswa yang bermaksud

untuk mengembangkan kualitas jawaban, sehingga jawaban

berikutnya lebih jelas, akurat serta beralasan. Probing question ini

dapat memotivasi siswa untuk memahami lebih mendalam suatu

masalah hingga mencapai suatu jawaban yang dituju. Proses pencarian

dan penemuan jawaban atas masalah tersebut peserta didik berusaha

menghubungkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimilikinya

dengan pertanyaan yang akan dijawabnya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Priatna (Sudarti, 2008)

menyimpulkan:

Proses probing dapat mengaktifkan siswa dalam belajar yang penuh

tantangan, membutuhkan konsentrasi dan keaktifan sehingga aktivitas

komunikasi cukup tinggi. Selanjutnya, perhatian siswa terhadap

pembelajaran yang sedang dipelajari cenderung lebih terjaga karena

siswa selalu mempersiapkan jawaban sebab mereka harus siap jika

tiba-tiba ditunjuk oleh guru.

Suherman (2001:55) terdapat dua aktivitas siswa yang saling

berhubungan dalam pembelajaran probing prompting, yaitu aktivitas siswa

yang meliputi aktivitas berpikir dan aktivitas fisik yang berusaha membangun

pengetahuannya, serta aktivitas guru yang berusaha membimbing siswa

dengan menggunakan sejumlah pertanyaan yang memerlukan pemikiran

tingkat rendah sampai pemikiran tingkat tinggi.

Amer (2006:214) mengemukakan ”Taksonomi Bloom terdiri dari dua

dimensi, yaitu dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan. Dimensi

proses kognitif berkaitan dengan proses yang digunakan siswa untuk

mempelajari suatu hal, sedangkan dimensi pengetahuan adalah jenis

pengetahuan yang akan dipelajari oleh siswa.” Tingkatan proses kognitif hasil

belajar berdasarkan Taksonomi Bloom bersifat hierarkis, yang berarti

kategori pada dimensi proses kognitif disusun berdasar tingkat

kompleksitasnya.” Di awali dengan pengetahun (C1), pemahaman (C2),

penerapan (C3), analisi (C4), sintesis (C5), dan penilaian (C6). Berdasarkan

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ......bunyi pada benda padat, cair, dan gas. 4. Menunjukkan bahwa bunyi dapat dipantulkan atau diserap. Berdasarkan indikator

22

teori taksonomi Bloom, melalui metode probing prompting guru telah

menggunakan kata kerja operasional ranah kognitif di mulai dari C1, C2, C3,

C4, C5, dan C6.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode probing

prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian

pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali yang dilakukan secara acak

sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan siswa dan

pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari dan mau

tidak mau setiap siswa harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar

dari proses pembelajaran, karena setiap saat mereka akan dilibatkan dalam

proses tanya jawab. Melalui metode probing prompting mampu

membangkitkan motivasi belajar serta daya berpikir siswa lebih meningkat

sehingga pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan. Hal ini bisa

didukung oleh penggunaan media yang variatif seperti media realia.

2.1.4 Media Realia

Media realia adalah benda nyata yang digunakan bahan atau sumber

belajar. Solihatin & Raharjo (2007:27) mengemukakan ”pemanfaatan media

realia tidak harus dihadirkan secara nyata dalam ruang kelas, melainkan dapat

juga dengan cara mengajak siswa melihat langsung (observasi) benda nyata

tersebut ke lokasinya”. Sedangkan menurut Asra, dkk. (2007:5.9) ”media

realia adalah semua media nyata yang ada di lingkungan alam, baik

digunakan dalam keadaan hidup maupun keadaan diawetkan, seperti

tumbuhan, batuan, hewan, herbarium, air, sawah dan sebagainya”.

Menurut Henick, dkk., (http://younscientist.blogspot.com, 2011)

“media realia yaitu benda nyata yang digunakan sebagai bahan atau sumber

belajar. Pemanfaatan media realia tidak harus dihadirkan secara nyata dalam

ruang kelas, melainkan dapat juga dengan cara mengajak siswa melihat

langsung (observasi) benda nyata tersebut ke lokasinya”.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ......bunyi pada benda padat, cair, dan gas. 4. Menunjukkan bahwa bunyi dapat dipantulkan atau diserap. Berdasarkan indikator

23

Pengertian media realia di atas pada dasarnya sama sehingga penulis

dapat menyimpulkan bahwa media realia adalah media yang bersifat langsung

dalam bentuk objek nyata yang ada di lingkungan sebagai bahan atau sumber

belajar bagi siswa.

Langkah-langkah penggunaan media realia menurut Sumarno

(http://elearning.unesa.ac.id, 2011) mengemukakan ada tiga langkah yang

pokok yang dapat dilakukan dalam penggunaan media, adapun termasuk

media realia yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut.

1. Persiapan

Persiapan berupa menyiapkan materi dan media realia, media

realia yang digunakan adalah benda yang berada disekitar lingkungan

siswa. Guru sebelum memulai menggunakan media, guru menjelaskan

dan memberikan informasi mengenai materi yang akan dipelajari.

2. Pelaksanaan

Guru pada saat melakukan proses pembelajaran dengan

menggunakan media pembelajaran. Media sebagai alat bantu digunakan

saat bekerja berkelompok guna menggali pengetahuan. Guru mengawasi

siswa yang bekerja dalam kelompok dan membantu siswa jika mengalami

kesulitan.

3. Tindak lanjut

Aktivitas ini perlu dilakukan untuk menetapkan pemahaman siswa

tentang materi yang dibahas dengan menggunakan media.

Keunggulan penggunaan media realia dalam proses belajar mengajar

dikelas menurut Rusman (2005:3) mengatakan keunggulannya memperjelas

pesan agar tidak verbalitas, mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan

daya indra, menimbulkan gairah belajar. Interaksi langsung antara murid

dengan sumber belajar, memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan

bakat dan kemampuan visual, audiotori dan kinestetisnya, memberikan

ransangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan

persepsi yang sama. Sedangkan secara khusus keunggulannya mudah didapat

serta dapat memberi informasi yang jelas dan akurat karena informasi yang

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ......bunyi pada benda padat, cair, dan gas. 4. Menunjukkan bahwa bunyi dapat dipantulkan atau diserap. Berdasarkan indikator

24

didapat berasal dari benda asli yang dipelajari. Kelemahan dari media realia

seperti: ukuran, bila yang akan dipelajari memiliki ukuran yang sulit

ditampung didalam kelas, bila ada benda realia yang mahal tentu saja harus

diganti dengan media yang lain.

Berdasarkan uraian di atas media realia adalah media yang bersifat

langsung dalam objek nyata, sehingga akan memberikan rangsangan yang

amat penting bagi siswa dalam berbagai hal dengan indikator dengan

indikator keberhasilan (a) menunjukkan keterampilan dalam penggunaan

media realia, (b) melibatkan siswa dalam pemanfaatan media realia, (c)

memberikan kesan dan pesan yang menarik dengan media yang digunakan,

dan (d) menggunakan media secara efektif dan efisien. Dengan menggunakan

media realia serta penggunaan metode probing prompting dapat

meningkatkan hasil belajar yang berupa tes khususnya dalam pembelajaran

IPA.

2.2 Kajian Hasil Penelitian Relevan

Penelitian Tindakan Kelas mengenai Upaya Peningkatan Hasil

Belajar IPA melalui Metode Probing Prompting dengan Media Realia Siswa

Kelas IV SDN Purworejo Kec. Suruh Kab. Semarang Semester II 2014/2015

ini dilaksanakan dengan didukung oleh beberapa hasil penelitian sebelumnya

yaitu:

Kajian penelitian yang berkaitan dengan pembelajaran ini pernah

dilaksanakan oleh Inuk Sulastri mahasiswa S1 PGSD BI FKIP Universitas

Terbuka UPBJJ Semarang dengan judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar

IPA Materi Bagian Bunga Dengan Metode Probing Prompting dan Media

Konkret Siswa Kelas IV Semester I SDN Cukilan 03 Kecamatan Suruh

Kabupaten Semarang Tahun 2014/2015. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa metode probing prompting mempunyai pengaruh yang sangat

signifikan terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Cukilan 03.

Hal tersebut ditunjukkan oleh rata-rata nilai tiap siklus naik, mulai dari 2,56%

menjadi 48,72% kemudian 97 %. Hal ini dibuktikan dengan nilai yang

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ......bunyi pada benda padat, cair, dan gas. 4. Menunjukkan bahwa bunyi dapat dipantulkan atau diserap. Berdasarkan indikator

25

diperoleh siswa berdasarkan hasil tesnya. Dengan demikian dikatakan bahwa

metode probing prompting mempengaruhi hasil belajar IPA SD Negeri

Cukilan 03.

Kajian penelitian yang lainnya pernah dilaksanakan oleh Dyah Ayu

Widyastuti, Ni Nyoman Ganing, dan I Ketut Ardana mahasiswa PGSD FIP

Universitas Pendidikan Ganesha dengan judul Penerapan Model

Pembelajaran Probing Prompting untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPA

Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Antosari Kecamatan Selemadeg Barat dengan

hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa dengan rata-rata

secara klasikal pada tahap observasi awal sebesar 61 yang berada pada

kategori kurang dengan keterangan tidak tuntas. Pada siklus I rata-rata

prestasi belajar siswa sebesar 69. Terjadi peningkatan sebesar 8% yang

berada pada kategori cukup dengan keterangan cukup tuntas. Pada siklus II

rata-rata prestasi belajar siswa sebesar 78. Terjadi peningkatan dari siklus I ke

siklus II sebesar 9% yang berada pada kategori baik dengan keterangan

tuntas. Hal ini dibuktikan dengan hasil tes yang diperoleh siswa saat

mengerjakan soal evaluasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

model pembelajaran probing prompting dapat meningkatkan prestasi belajar

Ilmu Pengetahuan Alam siawa kelas IV SD Negeri 2 Antosari Kecamatan

Selemadeg Barat Kabupaten Tabanan.

Kajian penelitian lainnya pernah dilaksanakan oleh Megariati dengan

judul Peningkatan Hasil Belajar Matematika pada Materi Turunan Fungsi

Menggunakan Teknik Probing Prompting di Kelas XI IPA 1 Sekolah

Menengah Atas Negeri 2 Palembang dengan hasil penelitian ini menunjukkan

adanya peningkatan hasil belajar matematika, yaitu pada siklus 1 rata-rata

kelas 65,9 meningkat pada siklus 2 menjadi 78,8. Ketuntasan belajar klasikal

dengan KKM yang ditetapkan 75% , pada siklus 1 belum terpenuhi yaitu

hanya 68,25% namun pada siklus 2 menjadi 85,0% . Hal ini dibuktikan

dengan peningkatan hasil tes dari tiap siklusnya. Disamping itu aktivitas

belajar siswa selama proses pembelajaran juga mengalami kenaikan dari

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ......bunyi pada benda padat, cair, dan gas. 4. Menunjukkan bahwa bunyi dapat dipantulkan atau diserap. Berdasarkan indikator

26

siklus 1 ke siklus 2. Hal itu menunjukkan bahwa teknik probing prompting

dapat meningkatkan hasil belajar matematika.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu tersebut maka peneliti

memutuskan untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas untuk

menerapkan metode probing prompting dan media realia dalam upaya untuk

meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam penelitian ini, posisi peneliti adalah

mengulang materi yang telah diajarkan oleh guru kelas IV. Walaupun peneliti

bertindak sebagai pengulang, tetapi peneliti bisa mengembangkan materi

yang akan diajarkan. Tidak hanya dari LKS yang sudah dipegang oleh siswa,

tetapi peneliti harus menggunakan buku paket dari beberapa sumber serta

materi pendukung lain dari internet supaya pembelajaran lebih menarik dan

menyenangkan. Bedanya dengan hasil kajian peneliti terdahulu adalah jika

peneliti terdahulu hanya menggunakan hasil belajar saja yang berupa tes,

sedangkan dalam penelitian ini peneliti tidak hanya menggunakan hasil

belajar yang berupa tes saja melainkan dalam proses pembelajaran yaitu

keterampilan bertanya juga dinilai.

2.3 Kerangka Pikir

Pembelajaran di SD cenderung berpusat pada guru dan tidak

melibatkan siswa aktif bertanya dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran

yang dilakukan bersifat konvensional yaitu didominasi oleh metode ceramah

sehingga hasil belajar yang dicapai oleh siswa tidak optimal, bahkan 95,65%

tidak tuntas belajar. Untuk itu, permasalahan ini perlu segera dipecahkan

melalui pembelajaran inovatif yakni menggunakan metode probing

prompting dan media realia.

Metode probing prompting adalah pembelajaran dengan cara guru

menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali

yang dilakukan secara acak sehingga terjadi proses berfikir yang mengaitkan

pengetahuan siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang

sedang dipelajari.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ......bunyi pada benda padat, cair, dan gas. 4. Menunjukkan bahwa bunyi dapat dipantulkan atau diserap. Berdasarkan indikator

27

Langkah-langkah metode probing prompting adalah sebagai berikut.

a. Menyampaikan kompetensi tentang energi.

b. Menyampaikan materi energi.

c. Memberikan serangkaian pertanyaan menggali secara acak kepada

siswa yang berkaitan dengan materi energi.

d. Menampung jawaban siswa. Jika jawabannya tepat maka guru meminta

tanggapan kepada siswa lain tentang jawaban tersebut untuk

meyakinkan bahwa seluruh siswa terlibat dalam kegiatan yang sedang

berlangsung. Namun jika siswa tersebut mengalami kemacetan jawab

dalam hal ini jawaban yang diberikan kurang tepat, tidak tepat, atau

diam, maka guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan lain yang

jawabannya merupakan petunjuk jalan penyelesaian jawaban.

e. Memberikan pertanyaan menuntun dengan pertanyaan bimbingan fokus

terarah tentang energi.

f. Membimbing siswa untuk menyempurnakan jawaban tentang energi.

Penilaian yang dilakukan dalam pembelajaran ini bersifat menyeluruh,

yaitu mengukur aspek afektif, kognitif dan psikomotorik melalui pengukuran

unjuk kerja dan pengukuran hasil belajar yang berupa tes.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ......bunyi pada benda padat, cair, dan gas. 4. Menunjukkan bahwa bunyi dapat dipantulkan atau diserap. Berdasarkan indikator

28

Adapun skema itu adalah sebagai berikut:

Skema Peningkatan Hasil Belajar IPA tentang Energi

melalui Metode probing prompting dengan media realia

2.4 Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam tindakan ini adalah metode probing prompting

dengan media realia dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV

SDN Purworejo Kec. Suruh Kab. Semarang Semester II 2014/2015.

Kondisi awal

Guru:

Masih menggunakan

metode ceramah seta

minim media

pembelajaran

Siswa:

Hasil belajar serta

keterampilan

bertanya siswa

rendah

Tindakan Menerapkan metode

probing prompting

dengan media realia

Siklus I:

Menerapkan metode

probing prompting

dengan media realia

Siklus II:

Menerapkan metode

probing prompting

dengan media realia

Kondisi akhir

Melalui penerapan metode probing prompting dengan

media realia dapat meningkatkan hasil belajar IPA

siswa kelas IV SDN Purworejo Kec. Suruh Kab.

Semarang Semester II 2014/2015.