bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 metode...

22
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Discovery Dalam pengertian dan pemahaman discovery banyak teori yang dibicarakan. Berikut ini ada beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli adalah: Discovery dalam bahasa Indonesia berarti penemuan. Menurut pendapat Sund (1975), yang dikutip Suryabrata (2002) dinyatakan bahwa metode discovery adalah proses mental dimana siswamengasimilasikan sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya. : mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Yang dimaksud konsep misalnya : segi tiga, demokrasi, panas, energi, dan sebagainya. Sedangkan prinsip misalnya : logam apabila dipanasi mengembang, lingkungan berpengaruh terhadap kehidupan organisme, dan sebagainya. Sedangkan pendapat Gagne dan Berliner ( 1984 ) yang dikutip Moedjiono dan Moh. Dimyati ( 1991 ) dinyatakan bahwa metode discovery adalah metode dimana para siswa memerlukan penemuan konsep, prinsip dan pemecahan masalah untuk menjadi miliknya lebih dari pada sekedar menerimanya atau mendapatkannya dari seorang guru atau sebuah buku. Metode discovery menurut Rohani (2004) adalah metode yang berangkat dari suatu pandangan bahwa peserta didik sebagia subyek di samping sebagai obyek pembelajaran. Mereka memiliki kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Proses pembelajaran harus dipandang sebagai suatu stimulus atau rangsangan yang dapat menantang peserta diidk untuk merasa terlibat atau berpartisipasi dalam aktifitas pembelajaran. Peranan guru hanyalah sebagai fasilitator dan pembimbing atau pemimpin pengajaran yang demokratis,sehingga diharapkan peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan masalah atas bimbingan guru. Penggunaan teknik

Upload: lelien

Post on 15-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Discoveryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8386/2/T1_292010606_BAB II.pdf · Dalam pengertian dan pemahaman . discovery

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Metode Discovery

Dalam pengertian dan pemahaman discovery banyak teori yang

dibicarakan. Berikut ini ada beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para

ahli adalah:

Discovery dalam bahasa Indonesia berarti penemuan. Menurut pendapat

Sund (1975), yang dikutip Suryabrata (2002) dinyatakan bahwa metode

discovery adalah proses mental dimana siswamengasimilasikan sesuatu konsep

atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya. : mengamati,

menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat

kesimpulan, dan sebagainya. Yang dimaksud konsep misalnya : segi tiga,

demokrasi, panas, energi, dan sebagainya. Sedangkan prinsip misalnya : logam

apabila dipanasi mengembang, lingkungan berpengaruh terhadap kehidupan

organisme, dan sebagainya. Sedangkan pendapat Gagne dan Berliner ( 1984 )

yang dikutip Moedjiono dan Moh. Dimyati ( 1991 ) dinyatakan bahwa metode

discovery adalah metode dimana para siswa memerlukan penemuan konsep,

prinsip dan pemecahan masalah untuk menjadi miliknya lebih dari pada

sekedar menerimanya atau mendapatkannya dari seorang guru atau sebuah

buku. Metode discovery menurut Rohani (2004) adalah metode yang berangkat

dari suatu pandangan bahwa peserta didik sebagia subyek di samping sebagai

obyek pembelajaran. Mereka memiliki kemampuan dasar untuk berkembang

secara optimal sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Proses

pembelajaran harus dipandang sebagai suatu stimulus atau rangsangan yang

dapat menantang peserta diidk untuk merasa terlibat atau berpartisipasi dalam

aktifitas pembelajaran. Peranan guru hanyalah sebagai fasilitator dan

pembimbing atau pemimpin pengajaran yang demokratis,sehingga diharapkan

peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk

kelompok memecahkan masalah atas bimbingan guru. Penggunaan teknik

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Discoveryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8386/2/T1_292010606_BAB II.pdf · Dalam pengertian dan pemahaman . discovery

7

discovery ini guru berusaha meningkatkan aktifitas siswa dalam proses belajar

mengajar.

Maka teknik ini memiliki keuntungan sebagai berikut:

1. Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan,

memperbanyak kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses

kognitif/pengenalan siswa.

2. Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi individual

sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut.

3. Dapat membangkitkan kegairahan belajar mengajar para siswa.

4. Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk

berkembang dan maju sesuai dengankemampuannya masing-masing.

5. Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi

yang kuat untuk belajar lebih giat.

6. Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri

sendiri dengan proses penemuan sendiri.

Strategi itu berpusat pada siswa tidak pada guru. Guru hanya sebagai

teman belajar saja, membantu bila diperlukan.

Walalupun demikian baiknya teknik ini toh masih ada pula kelemahan

yang perlu diperhatikan ialah:

1. Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar

ini. Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan

sekitarnya dengan baik.

2. Bila kelas terlalu besar penggunaan teknikini akan kurang berhasil.

3. Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencaan dan pengajaran

tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan teknik

penemuan.

4. Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini ada yang

berpendapat bahwa proses mental ini terlalu mementingkan proses

pengertiansaja, kurang memperhatikan perkembangan/pembentukan sikap

dan keterampilan bagi siswa.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Discoveryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8386/2/T1_292010606_BAB II.pdf · Dalam pengertian dan pemahaman . discovery

8

5. Teknik ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berpikir secara

kreatif.

Dari beberapa pendapat diatas penulis menyimpulkan metode discovery

adalah metode yang sengaja dirancang untuk meningkatkan keaktifan siswa

yang lebih besar, berorientasi pada proses untuk menemukan sendiri informasi

yang diperlukan untuk mencapai tujuan instruksional. Dengan demikian

metode discovery berorientasi pada proses dan hasil secara bersama-sama.

Metode discovery memiliki kebaikan-kebaikan seperti diungkapkan oleh

Suryabrata (2002), yaitu:

1. Dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak

persediaan dan penguasaan ketrampilan dan proses kognitif siswa,

andaikata siswa itu dilibatkan terus dalam penemuan terpimpin. Kekuatan

dari proses penemuan datang dari usaha untuk menemukan, jadi seseorang

belajar bagaimana belajar itu.

2. Pengetahuan diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan

mungkin merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh, dalam arti

pendalaman dari pengertian retensi dan transfer.

3. Strategi penemuan membangkitkan gairah pada siswa, misalnya siswa

merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan

kadang-kadang kegagalan.

4. Metode ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bergerak maju sesuai

dengan kemampuannya sendiri

5. Metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya

sehingga ia lebih merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar,

paling sedikit pada suatu proyek penemuan khusus.

6. Metode discovery dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan

bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses

penemuan. Dapat memungkinkan siswa sanggup mengatasi kondisi yang

mengecewakan.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Discoveryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8386/2/T1_292010606_BAB II.pdf · Dalam pengertian dan pemahaman . discovery

9

7. Strategi ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan pada siswa

dan guru berpartisispasi sebagai sesama dalam situasi penemuan yang

jawaban nya belum diketahui sebelumnya.

8. Membantu perkembangan siswa menuju skeptisisme yang sehat untuk

menemukan kebenaran akhir dan mutlak.

Kelemahan metode discovery Suryabrata (2002), adalah:

1. Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini.

Misalnya siswa yang lamban mungkin bingung dalam usanya

mengembangkan pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal yang abstrak,

atau menemukan saling ketergantungan antara pengertian dalam suatu

subyek, atau dalam usahanya menyusun suatu hasil penemuan dalam

bentuk tertulis. Siswa yang lebih pandai mungkin akan memonopoli

penemuan dan akan menimbulkan frustasi pada siswa yang lain.

2. Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. Misalnya sebagian

besar waktu dapat hilang karena membantu seorang siswa menemukan

teori-teori, atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata

tertentu.

3. Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru

dan siswa yang sudahy biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara

tradisional.

4. Mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai terlalu

mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan

diperolehnya sikap dan ketrampilan. Sedangkan sikap dan ketrampilan

diperlukan untuk memperoleh pengertian atau sebagai perkembangan

emosional sosial secara keseluruhan.

5. Dalam beberapa ilmu, fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide,

mungkin tidak ada.

6. Strategi ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berpikir

kreatif, kalau pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi

terlebih dahulu oleh guru, demikian pula proses-proses di bawah

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Discoveryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8386/2/T1_292010606_BAB II.pdf · Dalam pengertian dan pemahaman . discovery

10

pembinaannya. Tidak semua pemecahan masalah menjamin penemuan

yang penuh arti.

Langkah-Langkah Pelaksanaan Metode Discovery

Langkah-langkah penggunaan metode discovery menurut Richard

Scuhman yang dikutip oleh Suryabrata (2002 ) sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi kebutuhan siswa

2. Pemilihan pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan

generalisasi yang akan dipelajari.

3. Pemilihan bahan dari masalah atau tugas-tugas yang akan dipelajari.

4. Membantu memperjelas mengenai tugas atau masalah yang akan dipelajari

masing-masing siswa

5. Mempersiapkan tempat dan alat-alat untuk penemuan.

6. Mengecek pemahaman siswa tentang masalah yang akan dipecahkan dan

tugas-tugasnya dalam pelaksanaan penemuan.

7. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan penemuan

dengan melakukan kegiatan pengumpulan data dan pengolahan data.

8. Membantu siswa dengan informasi/data yang diperlukan oleh siswa untuk

kelangsungan kerja mereka, bila siswa menghendaki.

9. Membimbing para siswa menganalisis sendiri dengan pertanyaan,

pengarahan dan mengidentifikasi proses yang digunakan.

10. Membesarkan hati dan memuji siswa yang ikut serta dalam proses yang

digunakan.

11. Membantu siswa merumuskan kaidah, prinsip, ide generalisasi atau konsep

berdasarkan hasil penemuannya

Langkah-langkah discovery menurut Arends (dalam Haryono, 2001)

adalah:

1. Menyampaikan tujuan, mengelompokkan dan menjelaskan prosedur

discovery

2. Menyampaikan suatu masalah dan mejelaskan masalah secara sederhana

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Discoveryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8386/2/T1_292010606_BAB II.pdf · Dalam pengertian dan pemahaman . discovery

11

3. Eksperimen atau melakukan percobaan

4. Membuat hipotesis

5. Analisis proses penemuan

Langkah-langkah discovery menurut Mulyasa (2005) sebagai berikut:

1. Adanya masalah yang akan dipecahkan

2. Sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik

3. Konsep atau prinsip yang harus ditemukan oleh peserta didik melalui

kegiatan tersebut perlu dikemukakan dan ditulis secara jelas

4. Harus tersedia alat dan bahan yang diperlukan

5. Susunan kelas diatur sedemian rupa sehingga memudahkan terlibatnya

arus bebas pikiran peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar

6. Guru harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mengumpulkan data

7. Guru harus memberikan jawaban dengan tepat dengan data serta informasi

yang diperlukan peserta didik.

Dari beberapa langkah-langkah discovery menurut para ahli, maka kesimpulan

penulis adalah sebagai berikut :

1. Menyampaikan rumusan masalah yang akan dipelajari

2. Mendorong siswa untuk menyampaikan hipotesis dari permasalahan

3. Memfasilitasi siswa untuk melakukan kegiatan atau percobaan dalam

menyelesaikan permasalahan yang dipelajari

4. Menganalisis hasil kegiatan atau percobaan yang sudah dilakukan

5. Memberi kesempatan siswa untuk menyampaikan hal-hal yang belum

dimengerti yang berhubungan dengan permasalahan

6. Membimbing siswa untuk membuat kesimpulan

Selanjutnya, langkah-langkah hasil kesimpulan penulis digunakan untuk

penulisan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dalam pelaksanaan PTK.

2.1.2 Hasil Belajar

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Discoveryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8386/2/T1_292010606_BAB II.pdf · Dalam pengertian dan pemahaman . discovery

12

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2011). Hasil belajar menurut Wragg

(dalam Aunurrahman, 2009) adalah ditandai dengan perubahan tingkah laku.

Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar berkenaan dengan perubahan aspek-

aspek motorik, aspek afektif, dan kemampuan berpikir. Sedangkan menurut

Hamalik (2011) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-

pengertian dan sikap-sikap serta apresiasi dan abilitas. Dari pendapat tersebut,

hasil belajar adalah perbuatan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan

proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran.

Klasifikasi hasil belajar menurut Bloom dalam Agus Suprijono (2009)

secara garis besar membagi menjadi 3 ranah, yakni:

1. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual.

2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap.

3. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan bertindak.

Hasil belajar harus diidentifikasi melalui informasi hasil pengukuran materi

dan aspek perilaku baik melalui teknik tes maupun non tes. Ketiga ranah tersebut

dinamakan dengan taksonomi tujuan belajar kognitif. Taksonomi tujuan belajar

domain kognitif menurut Benyamin S. Bloom yang telah disempurnakan David

Krathwohl serta Norman E. Gronlund dan R.W. de Maclay ds (Wardani, Naniek

Sulistya, dkk, 2010) adalah menghafal (Remember), memahami (Understand),

mengaplikasikan (Aply), menganalisis (Analize), mengevaluasi (Evaluate), dan

membuat (create).

Dari pendapat para ahli di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa hasil

belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah mengalami pembelajaran

di kelas yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

Hasil belajar digunakan guru sebagai ukuran atau kriteria dalam mencapai

suatu tujuan pendidikan. Ukuran hasil belajar dapat diperoleh dari aktivitas

pengukuran. Secara sederhana pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau

upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau

peristiwa, atau benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka. Alat

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Discoveryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8386/2/T1_292010606_BAB II.pdf · Dalam pengertian dan pemahaman . discovery

13

untuk melakukan pengukuran ini dapat berupa alat ukur standar seperti meter,

kilogram, liter dan sebagainya, termasuk ukuran-ukuran subyektif yang bersifat

relatif, seperti depa, jengkal, “sebentar lagi”, dan lain-lain (Endang Poerwanti,

dkk, 2008). Menurut Cangelosi (1995) yang dimaksud dengan pengukuran

(Measurement) adalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan

empiris untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah

ditentukan. Jadi pengukuran memiliki arti suatu kegiatan yang dilakukan dengan

cara membandingkan sesuatu dengan satuan ukuran tertentu sehingga data yang

dihasilkan adalah data kuantitatif atau data angka. Untuk menetapkan angka

dalam pengukuran, perlu sebuah alat ukur yang disebut dengan instrumen. Dalam

dunia pendidikan instrumen yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan

siswa seperti tes, lembar observasi, panduan wawancara, skala sikap dan angket.

Dari pengertian pengukuran yang telah dipaparkan untuk mengukur hasil

belajar peserta didik digunakanlah alat penilaian hasil belajar. Teknik yang dapat

digunakan untuk mengukur hasil belajar ada 2 yaitu tes dan non tes.

1. Tes

Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

harus dijawab, pernyataan-pernyataan yang harus dipilih/ditanggapi, atau

tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta tes dengan tujuan untuk

mengukur suatu aspek tertentu dari peserta tes. Dalam kaitan dengan

pembelajaran aspek tersebut adalah indikator pencapaian kompetensi. Tes

berasal dari bahasa Perancis yaitu “testum” yang berarti piring untuk

menyisihkan logam mulia dari material lain seperti pasir, batu, tanah, dan

sebagainya. Kemudian diadopsi dalam psikologi dan pendidikan untuk

menjelaskan sebuah instrumen yang dikembangkan untuk dapat melihat dan

mengukur dan menemukan peserta tes yang memenuhi kriteria tertentu.

Cronbach (dalam Azwar, 2005) mendefinisikan tes sebagai “a systematic

procedure for observing a person’s behavior and describing it with the aid of a

numerical scale or category system”. Menurut Ebster’s Collegiate (dalam

Arikunto, 1995), tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Discoveryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8386/2/T1_292010606_BAB II.pdf · Dalam pengertian dan pemahaman . discovery

14

yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensia,

kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.

Menurut Endang Poerwanti, dkk (2008), tes adalah seperangkat tugas

yang harus dikerjakan atau sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh

peserta didik untuk mengukur tingkat pemahaman dan penugasannya terhadap

cakupan materi yang dipersyaratkan dan sesuai dengan tujuan pengajaran

tertentu.

Tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk

memperoleh informasi tentang trait atau sifat atau atribut pendidikan yang

setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang

dianggap benar (Suryanto Adi, dkk, 2009). Dari beberapa definisi di atas

peneliti menyimpulkan, tes adalah sejumlah pertanyaan atau soal-soal yang

harus dijawab, dilakukan dalam waktu tertentu dan memiliki tujuan tertentu

guna mengukur kemampuan seseorang.

Tes sangat bermacam-macam bentuk dan jenisnya. Menurut Endang

Poerwanti, dkk (2008) terdapat lima jenis-jenis tes, salah satunya adalah jenis

tes berdasarkan bentuk jawabannya, yaitu:

a. Tes esei (Essay-type test)

Tes bentuk uraian adalah tes yang menuntut siswa mengorganisasikan

gagasan-gagasan tentang apa yang telah dipelajarinya dengan cara

mengemukakannya dalam bentuk tulisan.

b. Tes jawaban pendek

Tes bisa digolongkan ke dalam tes jawaban pendek jika peserta tes diminta

menuangkan jawabannya bukan dalam bentuk esei, tetapi memberikan

jawaban-jawaban pendek, dalam bentuk rangkaian kata-kata pendek, kata-

kata lepas, maupun angka-angka.

c. Tes objektif

Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan untuk

menjawab tes telah tersedia.

2. Non Tes

Teknik non tes sangat penting dalam mengakses peserta didik pada ranah

afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan

pada aspek kognitif. Ada beberapa macam teknik non tes, yaitu: unjuk kerja

(performance), penugasan (proyek), tugas individu, tugas kelompok, laporan,

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Discoveryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8386/2/T1_292010606_BAB II.pdf · Dalam pengertian dan pemahaman . discovery

15

dan portofolio. Alat yang dipergunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan

pembelajaran dinamakan dengan alat ukur atau instrumen.

Teknik non tes sangat penting dalam mengakses siswa pada ranah afektif

dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan pada aspek

kognitif. Ada beberapa macam teknik non tes (Endang Poerwanti, 2008), yaitu:

1. Observasi

Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar dapat

dilakukan secara formal yaitu observasi dengan menggunakan instrumen

yang sengaja dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan kemajuan

belajar peserta didik, maupun observasi informal yang dapat dilakukan

oleh pendidik tanpa menggunakan instrumen.

2. Wawancara

Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi mendalam yang

diberikan secara lisan dan spontan, tentang wawasan, pandangan atau

aspek kepribadian peserta didik.

3. Angket

Suatu teknik yang dipergunakan untuk memperoleh informasi yang berupa

data deskriptif. Teknik ini biasanya berupa angket sikap (Attitude

Questionnaires).

4. Work Sample Analysis (Analisa Sampel Kerja)

Digunakan untuk mengkaji respon yang benar dan tidak benar yang dibuat

siswa dalam pekerjaannya dan hasilnya berupa informasi mengenai

kesalahan atau jawaban benar yang sering dibuat siswa berdasarkan

jumlah, tipe, pola, dan lain sebagainya.

5. TaskAnalysis (Analisis Tugas)

Dipergunakan untuk menentukan komponen utama dari suatu tugas dan

menyusun skills dengan urutan yang sesuai dan hasilnya berupa daftar

komponen tugas dan daftar skills yang diperlukan.

6. Checklists dan Rating Scales

Dilakukan untuk mengumpulkan informasi dalam bentuk semi terstruktur,

yang sulit dilakukan dengan teknik lain dan data yang dihasilkan bisa

kuantitatif ataupun kualitatif, tergantung format yang dipergunakan.

7. Portofolio

Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik dalam

karya tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat,

perkembangan belajar dan prestasi siswa.

8. Komposisi dan Presentasi

Peserta didik menulis dan menyajikan karyanya.

9. Proyek Individu dan Kelompok

Mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan serta dapat digunakan

untuk individu maupun kelompok

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Discoveryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8386/2/T1_292010606_BAB II.pdf · Dalam pengertian dan pemahaman . discovery

16

Ketercapaian tujuan pembelajaran akan diketahui melalui teknik atau

cara pengukuran yang sistematis melalui tes, observasi, skala sikap atau

penilaian portofolio. Alat yang dipergunakan untuk mengukur ketercapaian

tujuan pembelajaran dinamakan dengan instrumen. Instrumen sendiri terdiri

atas instrumen butir-butir soal apabila cara pengukuran dilakukan dengan

menggunakan tes, dan apabila pengukuran dilakukan dengan cara mengamati

atau mengobservasi dapat menggunakan instrumen lembar pengamatan atau

observasi, pengukuran dengan teknik skala sikap dapat menggunakan

instrumen butir-butir pernyataan. Instrumen sebagai alat yang digunakan untuk

mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran maupun kompetensi yang dimiliki

peserta didik haruslah valid, maksudnya adalah instrumen tersebut dapat

mengukur apa yang seharusnya diukur. Ketercapaian tujuan pembelajaran akan

diketahui melalui teknik atau cara pengukuran yang sistematis melalui tes,

observasi, skala sikap atau penilaian portofolio.

Jadi hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah besarnya

skor siswa yang diperoleh dari skor tes, diskusi, dan presentasi.

Dalam membuat alat ukur yang akan digunakan haruslah membuat kisi-

kisi. Kisi-kisi (test blue-print atau table of specification) adalah format atau

matriks pemetaan soal yang menggambarkan distribusi item untuk berbagai

topik atau pokok bahasan berdasarkan kompetensi dasar, indikator dan jenjang

kemampuan tertentu. Penyusunan kisi-kisi ini digunakan untuk pedoman

menyusun atau menulis soal menjadi perangkat tes. Adapun kisi-kisi tersebut

didalamnya meliputi:

1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

2. Indikator

3. Proses berfikir (C1 (ingatan), C2 (pemahaman), C3 (penerapan), C4

(analisis), C5 (evaluasi), C6 (kreasi))

4. Tingkat kesukaran soal (rendah, sedang, tinggi)

5. Bentuk instrumen

Hasil dari pengukuran tersebut dipergunakan sebagai dasar penilaian atau

evaluasi. Evaluasi berasal dari kata evaluation (bahasa Inggris). Stufflebeam

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Discoveryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8386/2/T1_292010606_BAB II.pdf · Dalam pengertian dan pemahaman . discovery

17

(Fernandes,1984) mengatakan bahwa evaluasi merupakan proses

penggambaran, pencarian, dan pemberian informasi yang sangat bermanfaat

bagi pengambil keputusan dalam menentukan alternatif keputusan (judgement

alternative). Sedangkan Tyler seperti dikutip oleh Mardapi, D. (2004)

menyatakan bahwa evaluasi merupakan proses penentuan sejauh mana tujuan

pendidikan telah tercapai. Wardani, Naniek Sulistya dkk (2010)

mengartikannya, bahwa evaluasi itu merupakan proses untuk memberi makna

atau menetapkan kualitas hasil pengukuran, dengan cara membandingkan

angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu. Kriteria sebagai

pembanding dari proses dan hasil pembelajaran tersebut dapat ditentukan

sebelum proses pengukuran atau ditetapkan setelah pelaksanaan pengukuran.

Kriteria ini dapat berupa proses atau kemampuan minimal yang dipersyaratkan

seperti KKM, atau batas keberhasilan, dapat pula berupa kemampuan rata-rata

unjuk kerja kelompok, atau berbagai patokan yang lain.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007 tentang

Standar Penilaian Pendidikan menyatakan bahwa Kriteria ketuntasan minimal

(KKM) adalah kriteria ketuntasan belajar (KKB) yang ditentukan oleh satuan

pendidikan. KKM pada akhir jenjang satuan pendidikan untuk kelompok mata

pelajaran selain ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan nilai batas ambang

kompetensi.

2.1.3 Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-

prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA

diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri

sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam

menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya

menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan

kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Discoveryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8386/2/T1_292010606_BAB II.pdf · Dalam pengertian dan pemahaman . discovery

18

Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu

peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang

alam sekitar.

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan

manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.

Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk

terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan

pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat)

yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu

karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara

bijaksana.

Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah

(scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan

bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan

hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada

pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan

pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI

merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta

didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan

pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta

didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri

yang difasilitasi oleh guru.

Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut.

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Discoveryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8386/2/T1_292010606_BAB II.pdf · Dalam pengertian dan pemahaman . discovery

19

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi dan masyarakat

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga

dan melestarikan lingkungan alam

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai

dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Ruang Lingkup Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek

berikut.

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan

dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas

3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda

langit lainnya.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA

Pencapaian tujuan IPA dapat dimiliki oleh kemampuan peserta didik

yang standar dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam

Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi dasar ini merupakan standar minium

yang secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam

pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD

didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan,

bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Secara rinci

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Discoveryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8386/2/T1_292010606_BAB II.pdf · Dalam pengertian dan pemahaman . discovery

20

SK dan KD untuk mata pelajaran IPA yang ditujukan bagi siswa kelas IV SD

disajikan melalui tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA Kelas IV Sekolah Dasar

Semester I Tahun Pelajaran 2012/2013

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Makhluk Hidup dan

Proses Kehidupan

1. Memahami

hubungan antara

struktur organ tubuh

manusia dengan

fungsinya, serta

pemeliharaannya

1.1 Mendeskripsikan hubungan antara struktur

kerangka tubuh manusia dengan fungsinya

1.2 Menerapkan cara memelihara kesehatan

kerangka tubuh

1.3 Mendeskripsikan hubungan antara struktur

panca indera dengan fungsinya

1.4 Menerapkan cara memelihara kesehatan

panca indera

2. Memahami hubungan

antara struktur bagian

tumbuhan dengan

fungsinya

2.1 Menjelaskan hubungan antara struktur akar

tumbuhan dengan fungsinya

2.2 Menjelaskan hubungan antara struktur batang

tumbuhan dengan fungsinya

2.3 Menjelaskan hubungan antara struktur daun

tumbuhan dengan fungsinya

2.4 Menjelaskan hubungan antara bunga dengan

fungsinya

3. Menggolongkan

hewan, berdasarkan

jenis makanannya

3.1 Mengidentifikasi jenis makanan hewan

3.2 Menggolongkan hewan berdasarkan jenis

makanannya

4. Memahami daur

hidup beragam jenis

makhluk hidup

4.1 Mendeskripsikan daur hidup beberapa hewan

di lingkungan sekitar, misalnya kecoa,

nyamuk, kupu-kupu, kucing

4.2 Menunjukkan kepedulian terhadap hewan

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Discoveryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8386/2/T1_292010606_BAB II.pdf · Dalam pengertian dan pemahaman . discovery

21

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

peliharaan, misalnya kucing, ayam, ikan

5. Memahami hubungan

sesama makhluk

hidup dan antara

makhluk hidup

dengan

lingkungannya

5.1 Mengidentifikasi beberapa jenis hubungan

khas (simbiosis) dan hubungan “makan dan

dimakan” antar makhluk hidup (rantai

makanan)

5.2 Mendeskripsikan hubungan antara makhluk

hidup dengan lingkungannya

Benda dan Sifatnya

6. Memahami beragam

sifat dan perubahan

wujud benda serta

berbagai cara

penggunaan benda

berdasarkan sifatnya

6.1 Mengidentifikasi wujud benda padat, cair, dan

gas memiliki sifat tertentu

6.2 Mendeskripsikan terjadinya perubahan wujud

cair - padat - cair; cair - gas - cair; padat -

gas

6.3 Menjelaskan hubungan antara sifat bahan

dengan kegunaannya .

Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar di atas, maka yang

digunakan peneliti dalam pelaksanaan PTK adalah SK: 1. Memahami hubungan

antara struktur organ tubuh manusia dengan fungsinya,serta pemeliharaannya.

Adapun KD yang digunakan adalah KD: 1.1. mendeskripsikan hubungan antara

struktur kerangka tubuh manusia dengan fungsinya, dan KD: 1.2. menerapkan

cara memelihara kesehatan kerangka tubuh.

2.1 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian tentang metode discovery yang diterapkan dalam usaha

meningkatkan hasil belajar siswa, diantaranya:

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rikananda Puspitasari (2009) dalam

skripsi yang berjudul “Upaya Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas III

Melalui Penerapan Metode Guided Inquiry-Discovery”. Penerapan metode guided

inquiry - discovery dapat meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas III SD

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Discoveryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8386/2/T1_292010606_BAB II.pdf · Dalam pengertian dan pemahaman . discovery

22

Negeri Karangbangun. Hal ini dilihat dari prosentase kenaikan nilai IPA siswa

kelas III dari siklus I sampai Siklus III. Pada siklus I siswa yang mendapat nilai

minimal 60 ada 9 anak atau 47,37%, pada siklus II siswa yang mendapat nilai

minimal 60 ada 10 anak atau 52,63% dari 19 siswa, dan siklus III siswa yang

mendapat nilai minimal 60 ada 17 anak atau 89,47% dari 19 anak. Dari siklus I

kemudian dilaksanakan siklus II prestasi siswa mengalami prosentase kenaikan

5,26%; dari siklus II kemudian dilaksanakan siklus III mengalami prosentase

kenaikan 36,84%.

Penelitian Astutik, Sri. 2009, dalam skripsi yang berjudul “Meningkatkan

Pemahaman Konsep Perubahan Benda Melalui Metode Discovery Pada Siswa

Kelas V SD N Tundosoro Kabupaten Pasuruan”. Keberhasilan guru dalam

mengajar dapat dinilai berdsarkan ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah

direncanakan tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar antara lain

mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Namun pada

kenyataannya, pembelajaran IPA yang dilakukan di SD N Tundasoro selama ini

menjadikan siswa sebagai subyek belajar yang pasif, tidak mampu mengingat

konsep yang telah dipelajari sehingga tidak mamp menjawab pertanyaan dengan

benar. Hal ini dapat dilihat dari nilai pretes yang dicapai 55,83 dengan 16 siswa

(53%) mencapai ketuntasan dan 14 siswa (47%) belum mancapai ketuntasan.

Untuk mengatasi masalah tersebut, digunakan metode pembelajaran discovery.

(http://karyailmiah.um.ac.id/index.php/KSDP/article/view/1485)

Penelitian Purwanti, Yulis.2010 dalam skripsi yang berjudul “Penerapan

Guided Discovery Learning dalam Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan

Penguasaan Konsep Bagian-bagian Tumbuhan pada Siswa Kelas II SDN Pringo

Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang”. Hasil penelitian menunjukkan

terjadi peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan Guided Discovery

Learning. Sebelum tindakan nilai rata-rata 65 dengan ketuntasan 60%. Setelah

penerapan Guided Discovery Learning nilai rata-rata siswa pada siklus I naik

menjadi 79 dengan ketuntasan belajar 80%. Pada siklus II nilai rata-rata siswa

meningkat menjadi 87,5 dengan ketuntasan belajar 100%. Penerapan Guided

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Discoveryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8386/2/T1_292010606_BAB II.pdf · Dalam pengertian dan pemahaman . discovery

23

Discovery Learning juga meningkatkan keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran. Rata-rata skor keaktifan siswa pada siklus I 3,5 atau 75% dan

dikatakan baik, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 3,75 atau 93,75%

dan dikatakan sangat baik. (http://karya-

ilmiah.um.ac.id/index.php/KSDP/article/view/6064).

Penelitian Kriswanti, Dhevi Puji. 2012 dalam skripsi yang berjudul

“Penerapan Model Discovery dalam Pembelajaran IPA sebagai Upaya

Membenahi Miskonsepsi Pada Konsep Cahaya di Kelas 5 SDN Turen 03

Kecamatan Turen”. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh hasil penelitian.

Pertama, ditemukan 19 miskonsepsi tentang konsep sifat-sifat cahaya pada

konsepsi awal siswa. Kedua, adanya perubahan aktivitas siswa dalam rangka

membenahi miskonsepsi pada tiap siklus ketika diterapkan enam tahap model

pembelajaran Discovery yaitu tahap stimulus, tahap problem statement,

data collection, data processing, verifikasi, dan generalisasi. Ketiga, konsep siswa

tentang sifat-sifat cahaya pada akhir pembelajaran setelah diterapkan model

pembelajaran Discovery. Sesuai hasil penelitian disimpulkan bahwa model

pembelajaranDiscovery dapat membenahi miskonsepsi siswa. Hal ini dibuktikan

dengan adanya perubahan konsep siswa yang berakibat pada peningkatan jumlah

siswa yang memahami konsep sumber cahaya dan cahaya merambat lurus dari

40% siswa menjadi 76,67% siswa, pada konsep sifat cahaya menembus benda

bening dari 10% siswa menjadi 83,33% siswa, pada konsep sifat cahaya dapat

dipantulkan dari 56,76% siswa menjadi 83,33% siswa, pada konsep sifat cahaya

dapat dibiaskan, dari 30% menjadi 86,67%, dan pada konsep sifat cahaya dapat

diuraikan, dari 100% siswa 93,33% siswa.

(http://karyailmiah.um.ac.id/index.php/KSDP/article/view/21407)

Penelitian Lailiyah, Cahya Riudlatul. 2012, dalam skripsi yang berjudul

“ Penerapan Model Discovery Untuk Meningkatkan Pembelajaran IPA Siswa

Kelas IV SDN Blimbing 4 Kota Malang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

penerapan model Discovery di kelas IV SDN Blimbing 4 Kota Malang tahun

ajaran 2011/2012 dapat dilaksanakan dengan baik. Terbukti dari skor kesesuaian

guru dengan RPP model Discovery pada siklus I memperoleh prosentase sebesar

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Discoveryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8386/2/T1_292010606_BAB II.pdf · Dalam pengertian dan pemahaman . discovery

24

82%, tampak mengalami peningkatan pada siklus II dengan prosentase 97%.

Demikian pula dengan aktivitas dan hasil belajar siswa telah meningkat setelah

menggunakan modelDiscovery. Dengan prosentase rata-rata keberhasilan aktivitas

siswa pada siklus I sebesar 53%. Sedangkan pada siklus II meningkat menjadi

85%. Untuk hasil belajar pada siklus I mendapat nilai prosentase 32%. Sedangkan

pada siklus II meningkat menjadi 92%. (http://karya-

ilmiah.um.ac.id/index.php/KSDP/article/view/21151).

2.2 Kerangka Berpikir

Dari kajian teori yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa

penggunaan metode discovery akan sangat membantu guru untuk menggali

pengetahuan dan kemampuan siswa, karena dalam proses belajar mengajar guru

memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi-informasi yang

secara tradisional bisadiberitahukan atau diceramahkan saja. Selain itu, motivasi

belajar siswa yang dimulai sejak awal mampu membentuk cara berpikir siswa

yang sangat bermanfaat bagi siswa itu sendiri, sehingga dapat meningkatkan hasil

belajar siswa.

Adapun tahapan-tahapan yang dilalui dalam pembelajaran menggunakan

metode discovery adalah tahap pertama menyampaikan rumusan masalah yang

akan dipelajari, tahap kedua mendorong siswa untuk menyampaikan hipotesis dari

permasalahan, tahap ketiga memfasilitasi siswa untuk melakukan kegiatan atau

percobaan dalam menyelesaikan permasalahan yang dipelajari, tahap keempat

menganalisis hasil kegiatan atau percobaan yang sudah dilakukan tahap kelima

memberi kesempatan siswa untuk menyampaikan hal-hal yang belum dimengerti

yang berhubungan dengan permasalahan, tahap keenam membimbing siswa untuk

membuat kesimpulan.

Dari tahapan-tahapan tersebut terlihat jelas bahwa siswa dituntut untuk aktif

dan kreatif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa akan merasa lebih senang dan

tertarik untuk belajar karena mereka melakukan percobaan langsung materi yang

dipelajari, sehingga secara langsung siswa memahami materi. Penilaian yang

dilakukan oleh guru tidak hanya berupa penilaian hasil melainkan juga

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Discoveryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8386/2/T1_292010606_BAB II.pdf · Dalam pengertian dan pemahaman . discovery

25

menggunakan penilaian proses sesuai dengan kegiatan yang dilakukan, guru dapat

mengukur penilaian proses dari pelaksanaan percobaan, baik secara langsung

maupun kerja kelompok. Penilaian hasil diperoleh dari skor tes formatif yang

dilakukan di akhir kegiatan pembelajaran. Maka diharapkan dengan penggunaan

metode discovery akan meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar akan

meningkat lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran menggunakan metode

konvensional. Penjelasan lebih rinci dijelaskan dalam gambar berikut ini:

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Discoveryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8386/2/T1_292010606_BAB II.pdf · Dalam pengertian dan pemahaman . discovery

26

GAMBAR 2.1: KERANGKA BERPIKIR

Pembelajaran IPA

Pembelajaran Konvensional

(Metode Ceramah)

Pembelajaran Menggunakan Metode Discovery

Siswa pasif mendengarkan

ceramah guru

a. Merumuskan masalah yang akan dipelajari

b. Menyampaikan hipotesis berdasarkan rumusan masalah

c. Memfasilitasi siswa untuk melakukan percobaan dalam

menyelesaikan permasalahan yang terjadi

Hasil Belajar < dari KKM

Tes Formatif

Tes Formatif

Hasil Belajar ≥ dari KKM

Partisipasi

Kebersamaan

Penilaian

Proses

Penilaian

Hasil

f. membimbing siswa untuk membuat kesimpulan

d. menganalisis hasil kegiatan atau percobaan yang

dilakukan

e. Memberi kesempatan siswa untuk menyampaikan hal-

hal yang belum dimengerti yang berhubungan dengan

masalah

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Discoveryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8386/2/T1_292010606_BAB II.pdf · Dalam pengertian dan pemahaman . discovery

27

2.3 Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah dipaparkan di atas,

maka hipotesis penelitian ini adalah metode discovery dapat meningkatkan hasil

belajar IPA siswa kelas IV di SD N 01 Gandon Kaloran Temanggung Semester I

Tahun Pelajaran 2012/2013.