bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1....

14
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran IPA Latar belakang pembelajaran IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari- hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk eksperimen dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas RI No. 22, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan faktual. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Saling temas 5

Upload: hanga

Post on 26-Apr-2018

214 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1. Pembelajaran IPA

Latar belakang pembelajaran IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang

alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi

juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi

wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta

prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-

hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung

untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar

secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk eksperimen dan berbuat sehingga dapat

membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang

alam sekitar.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang

tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas RI No.

22, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa

fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Selain

itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta

gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya

verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses

diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan faktual.

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan

manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.

Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap

lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Saling temas

5

6

(Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman

belajar.

Tujuan Pembelajaran IPA

Mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan yang Maha Esa berdasarkan

keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

b. mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c. mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan

masyarakat.

d. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan

melestarikan lingkungan alam.

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya

sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan ketrampilan IPA sebagai dasar

untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. (Depdiknas: 2011)

Ruang Lingkup

Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:

a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan

interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas.

c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bumi, panas, magnet, listrik, cahaya,

dan pesawat sederhana.

d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit

lainnya.

7

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Pencapaian tujuan IPA dapat dimiliki oleh kemampuan peserta didik yang

standar dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam Kompetensi

Dasar (KD). Kompetensi dasar ini merupakan standar minimum yang secara nasional

harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum disetiap

satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta

didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang

difasilitasi oleh guru. Secara rinci SK dan KD untuk mata pelajaran IPA yang di tujukan

bagi siswa kelas IV SD disajikan melalui tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1

SK dan KD mata pelajaran IPA Kelas IV Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Energi dan Perubahannya

7. Memahami gaya dapat

mengubah gerak dan/atau

bentuk suatu benda

7.1 Menyimpulkan hasil eksperimen bahwa gaya (dorongan

dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda

7.2 Menyimpulkan hasil eksperimen bahwa gaya (dorongan

dan tarikan) dapat mengubah bentuk suatu benda

8. Memahami berbagai bentuk

energi dan cara

penggunaannya dalam

kehidupan sehari-hari

8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di

lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya

8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara

penggunaannya

8.3 Membuat suatu karya/model untuk menunjukkan

perubahan energi gerak akibat pengaruh udara, misalnya

roket dari kertas/baling-baling/pesawat kertas/parasut

8.4 Menjelaskan perubahan energi bunyi melalui penggunaan

alat musik

Bumi dan Alam Semesta

9. Memahami perubahan

kenampakan permukaan

bumi dan benda langit

9.1 Mendeskripsikan perubahan kenampakan bumi

9.2 Mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakan bumi dari

hari ke hari

8

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

10. Memahami perubahan

lingkungan fisik dan

pengaruhnya terhadap

daratan

10.1 Mendeskripsikan berbagai penyebab perubahan

lingkungan fisik (angin, hujan, cahaya matahari, dan

gelombang air laut)

10.2 Menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik

terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor)

10.3 Mendeskripsikan cara pencegahan kerusakan lingkungan

(erosi, abrasi, banjir, dan longsor)

11. Memahami hubungan

antara sumber daya alam

dengan lingkungan,

teknologi, dan masyarakat

11.1 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan

lingkungan

11.2 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan

teknologi yang digunakan

11.3 Menjelaskan dampak pengambilan bahan alam terhadap

pelestarian lingkungan

(Permendiknas No. 22 Tahun 2006)

2.1.2 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004:22). Hasil belajar mempunyai peranan penting

dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan

informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan

belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat

menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan

kelas maupun individu.

Hasil belajar merupakan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami

aktivitas belajar (Chatarina, dkk, 2004:4). Perolehan aspek-aspek perilaku tergantung

pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku

yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik (Sudjana 1999:3). Pada

dasarnya kemampuan kognitif merupakan hasil belajar. Secara keseluruhan hasil

belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa, setelah ia menerima

pengalaman belajarnya

9

Benyamin S. Bloom (dalam Anni 2005: 9) mengusulkan hasil belajar

dikelompokkan ke dalam tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar yaitu ranah

kognitif, ranah afektif, ranah psikomotorik. Ranah kognitif berkaitan dengan hasil belajar

berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup

kategori pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan

(application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan penilaian (evaluation).

Kategori tujuan pembelajaran ranah afektif meliputi penerimaan (receiving),

penanggapan (responding), penilaian (evaluing), pengorganisasian (organization), dan

pembentukan pola hidup (organization by a value complex). Tujuan pembelajaran

ranah psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan fisik seperti kemampuan motorik

dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Kategori jenis perilaku untuk ranah

psikomotorik menurut Elizabeth Simpson (Anni 2005: 9) meliputi persepsi (perseption),

kesiapan(set), gerakan terbimbing (guided response), gerakan terbiasa (mechanism),

gerakan kompleks (complex overt response), penyesuaian (adaptation), dan kreativitas

(creativity).

Jadi hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

menerima pengalaman belajar dan dapat dinilai atau diukur melalui tes. Hasil belajar

dapat dilihat seteah seseorang melakukan aktivitas belajar baik sesuatu yang baru atau

penyempurnaan dari yang pernah dipelajari sebelumnya yang akhirnya akan

membentuk suatu kepribadian dan dapat digambarkan dengan prestasi yang berkaitan

dengan tujuan pembelajaran.

Pengukuran

Besarnya pencapaian suatu kompetensi dasar dapat dilakukan melalui

pengukuran. Pengukuran dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian hasil

bekajar, baik berupa domain kognitif, efektif, maupun psikomotor (Balitbang Depdiknas,

2006). Pengukuran adalah secara sederhana, menurut Wardani,NS (2010;2.4)

pengukuran diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan

angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda.

Penetapan angka kemampuan belajar peserta didik dapat dilakukan dengan

berbagai cara atau teknik yang sistematis, baik berhubungan dengan proses belajar

10

maupun hasil belajar. Teknik penetapan angka tersebut pada prinsipnya adalah cara

penilaian kemajuan belajar peserta didik terhadap pencapaian standar kompetensi dan

kompetensi dasar. Penilaian suatu kompetensi dasar dilakukan berdasarkan indikator-

indikator pencapaian hasil belajar, baik berupa domain kognitif, afektif, maupun

psikomotor (Balitbang Depdiknas, 2006). Secara umum teknik penilaian dapat di

kelompokkan menjadi dua, yaitu teknik tes dan nontes.

1. Tes Tes bisa terdiri atas tes lisan (menuntut jawaban secara lisan), tes tulisan

(menuntut jawaban secara tulisan), dan tes tindakan (menuntut jawaban dalam

bentuk perbuatan). Soal-soal tes ada yang disusun dalam bentuk (a) objektif, ada

juga yang disusun dalam bentuk (b) esai atau uraian. Tes adalah salah satu contoh

instrumen atau alat pengukuran yang paling banyak dipergunakan untuk

mengetahui kemampuan intelektual seseorang. Tes adalah seperangkat

pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait

atau sifat atau atribut pendidikan yang setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai

jawaban atau ketentuan yang dianggap benar (SuryantoAdi, dkk., 2009).

2. Bukan tes (nontes). Bukan tes sebagai alat penilaian mencakup observasi atau

pengamatan, angket, kuesioner, interviews (wawancara), skala penilaian,

sosiometri, studi kasus, work sample analysis (analisa sampel kerja), task analysis

(analisis tugas), checklists dan rating scales dan portofolio

Di samping pengelompokan teknik penilaian diatas teknik penilaian juga dapat

dibedakan menjadi:

1. Tes tertulis

Tes tertulis adalah teknik penilaian yang menuntut jawaban secara tertulis, baik

berupa tes objektif maupun subyektif dan uraian pada peserta didik di lembaga

penyelenggara pendidikan keterampilan. Tes tertulis untuk memperoleh informasi

tentang pengetahuan peserta didik dengan cara merespon secara tertulis tentang

aspek-aspek yang diujikan.

2. Tes kinerja/tindakan

Tes kinerja adalah teknik penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan

kemahirannya dalam melakukan kegiatan atau pekerjaan tertentu. Tes kinerja dapat

dilakukan untuk menilai proses, produk, serta proses dan produk. Tes kinerja, untuk

11

memperoleh data tentang kinerja atas bidang keterampilan tertentu yang

dipertunjukkan oleh seseorang peserta didik. Penilai mengajukan sejumlah tugas atau

pekerjaan untuk dilakukan oleh peserta didik dengan cara memperagakan secara

psikomotor. Misal seorang peserta didik disuruh memperagakan cara perambatan

panas melalui zat padat.

3. Observasi

Observasi adalah teknik penilaian yang dilakukan dengan cara mencatat hasil

pengamatan terhadap objek tertentu. Pelaksanaan observasi dilakukan dengan cara

menggunakan instrumen yang sudah dirancang sebelumnya sesuai dengan jenis

perilaku yang akan diamati dan situasi yang akan diobservasi, misalnya dalam kelas,

waktu bekerja dalam bengkel/laboratorium. Metode pencatatan, berapa lama dan

berapa kali observasi dilakukan disesuaikan dengan tujuan observasi.

Kisi-kisi (test blue-print atau table of specification) adalah format atau matriks

pemetaan soal yang menggambarkan distribusi item untuk berbagai topik atau pokok

bahasan berdasarkan kompetensi dasar, indikator dan jenjang kemampuan tertentu.

Penyusunan kisi-kisi ini dimaksudkan sebagai pedoman merakit atau menulis soal

menjadi perangkat tes.

Hasil dari pengukuran tersebut dipergunakan sebagai dasar penilaian atau

evaluasi. Evaluasi berasal dari kata evaluation (bahasa Inggris). Stuffle beam

(Fernandes 1984) mengatakan bahwa evaluasi merupakan proses penggambaran,

pencarian, dan pemberian informasi yang sangat bermanfaat bagi pengambil

keputusan dalam menentukan alternatif keputusan (judgement alternative). Sedangkan

Tyler seperti dikutip oleh Mardapi, D. (2004) menyatakan bahwa evaluasi merupakan

proses penentuan sejauhmana tujuan pendidikan telah tercapai. Wardani Naniek

Sulistya dkk, (2010, 2.8) mengartikannya, bahwa evaluasi itu merupakan proses untuk

memberi makna atau menetapkan kualitas hasil pengukuran, dengan cara

membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu. Kriteria

sebagai pembanding dari proses dan hasil pembelajaran tersebut dapat ditentukan

sebelum proses pengukuran atau ditetapkan setelah pelaksanaan pengukuran. Kriteria

ini dapat berupa proses atau kemampuan minimal yang dipersyaratkan seperti KKM,

atau batas keberhasilan, dapat pula berupa kemampuan rata-rata unjuk kerja

12

kelompok, atau berbagai patokan yang lain. Kriteria yang berupa batas kriteria minimal

yang telah ditetapkan sebelum pengukuran dan bersifat mutlak disebut dengan

Penilaian Acuan Patokan atau Penilaian Acuan Kriteria (PAP/PAK), sedang kriteria

yang ditentukan setelah kegiatan pengukuran dilakukan dan didasarkan pada keadaan

kelompok dan bersifat relatif disebut dengan Penilaian Acuan Norma/ Penilaian Acuan

Relatif (PAN/PAR).

Dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007

tentang Standar Penilaian Pendidikan menyatakan bahwa Kriteria ketuntasan minimal

(KKM) adalah kriteria ketuntasan belajar (KKB) yang ditentukan oleh satuan

pendidikan. KKM pada akhir jenjang satuan pendidikan untuk kelompok matapelajaran

selain ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan nilai batas ambang kompetensi.

2.1.3. Metode eksperimen

Metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik

perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau eksperimen.

Menurut Fatruhman (dalam Abdillah, 2011) Langkah-langkah dalam

pembelajaran dengan metode eksperimen adalah :

a) Perencanaan: yaitu meliputi kegiatan menerangkan metode eksperimen,

membicarakan terlebih dahulu permasalahan yang dapat diangkat, menetapkan

alat-alat yang diperlukan, menentukan langkah-langkah apa saja yang perlu dicatat

dan variabel-variabel yang harus dikontrol.

b) Pelaksanaan: melaksanakan pembelajaran dengan metode eksperimen,

mengumpulkan laporan, memproses kegiatan dan mengadakan tes untuk menguji

pemahaman siswa.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan metode eksperimen

menurut Fatruhman (dalam Abdillah, 2011) adalah sebagai berikut:

a) Persiapkan terlebih dahulu bahan-bahan yang dibutuhkan.

b) Usahakan siswa terlibat langsung sewaktu mengadakan eksperimen.

c) Sebelum dilaksanakan eksperimen siswa terlebih dahulu diberikan pengarahan

tentang petunjuk dan langkah-langkah kegiatan eksperimen yang akan dilakukan.

13

d) Lakukan pengelompokan atau masing-masing individu melakukan eksperimen

yang telah direncanakan, bila hasilnya belum memuaskan dapat diulangi lagi untuk

membuktikan kebenarannya.

e) Setiap individu atau kelas dapat melaporkan hasil pekerjaannya secara tertulis.

Menurut Roestiyah (2001:81). Langkah-langkah dalam pembelajaran dengan

metode eksperimen adalah :

a) Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksprimen,mereka harus memahami

masalah yang akan dibuktikan melalui eksprimen.

b) memberi penjelasan kepada siswa tentang alat-alat serta bahan-bahan yang akan

dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus dikontrol dengan ketat, urutan

eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat.

c) Selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan siswa. Bila

perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalannya

eksperimen.

d) Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian siswa,

mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya jawab.

Sebaiknya metode eksperimen ini diterapkan pada pelajaran atau materi-materi

yang belum diterangkan oleh metode lain, sehingga metode eksperimen ini terasa

benar fungsinya bagi siswa.

Dalam proses belajar mengajar dengan metode eksperimen ini siswa diberi

kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses,

mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan. Dengan

demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba

mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan atau proses yang dialaminya.

Menurut Ramyulis (2005: 250) menyatakan langkah-langkah menggunakan

metode eksperimen sebagai berikut : (a) memberi penjelasan secukupnya tentang apa

yang harus dilakukan dalam eksperimen; (b) menentukan langkah-langkah pokok

dalam membantu siswa dalam eksperimen; (c) sebelum eksperimen dilaksanakan

terlebih dahulu guru harus menetapkan: alat apa yang diperlukan, langkah-langkah apa

yang harus ditempuh, hal-hal apa yang harus dicatat, variable-variabel mana yang

14

harus dikontrol; (d) setelah eksperimen guru harus menentukan apakah follow up atau

tindak lanjut ekperimen tersebut contohnya : mengumpulkan laporan mengenai

eksperimen tersebut, mengadakan Tanya jawab tentang proses, melaksanakan tes

untuk menguji pengertian peserta didik.

Adapun langkah-langkah pembelajaran yang dapat disimpulkan dari beberapa

pendapat di atas adalah sebagai berikut :

1. Guru menjelaskan tujuan dari pelaksanaan kegiatan proses pembelajaran dengan

menggunakan metode eksperimen.

2. Selanjutnya dibentuk kelompok sesuai dengan jumlah siswa dalam satu kelas.

Misalnya : tiap kelompok terdiri dari 5 - 6 anak.

3. Tiap kelompok dengan mempersiapkan alat dan bahan eksperimen yang telah

dipersiapkan sebelumnya, melakukan kegatan eksperimen sesuai dengan lembar

tugas dari guru.

4. Tiap kelompok mendiskusikan lembar tugas, sementara guru melakukan penilaian

proses belajar dengan format penilaian yang telah dipersiapkan.

5. Untuk pemantapan dari pengalaman melakukan eksperimen setelah tiap kelompok

mempresentasikan hasil diskusi, maka guru memberikan bimbingan untuk menarik

kesimpulan dari kegiatan eksperimen tersebut. Tentusaja dalam hal ini kesimpulan

hasil eksperimen tersebut harus terarah dan didiskusikan secara klasikal.

Dengan langkah-langkah pembelajaran tersebut diatas yang akan dituangkan

dalam pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) maka sekenario

pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru sudah melibatkan keaktifan dan

partisipasi siswa secara menyeluruh.

2.2 Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang yang dilakukan oleh samsul Arif yang berjudul penerapan

metode eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar IPA pokok bahasan tumbuhan

hijau siwa kelas V SDN Dandanggendis Kecamatan Nguling Kabupaten Pasuruan oleh

Samsul Arif. Dalam penelitian itu disimpulkan bahwa pembelajaran dengan

menerapkan metode eksperimen telah berhasil meningkatkan aktivitas dan kreatifitas

15

belajar siswa. Hal ini terbukti semua siswa ( 100% ) telah mencapai kreteria yang

diharapkan yaitu aktif, kreatif dan hasil belajar yang baik, dan juga terbukti sebagian

besar siswa ( 82, 05% ) telah mencapai ketuntasan individu yang ditetapkan yaitu 70,

walaupun beberapa siswa yang belum mencapai ketuntasan, namun ketuntasan belajar

siswa sudah tercapai di atas 80%.

Penelitian yang dilakukan oleh Saiful Kumain dengan judul penggunaan metode

eksperimen berbasis verifikasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada

mata pelajaran IPA konsep gaya di SDN Gejugjati I Kecamatan Lekok Kabupaten

Pasuruan. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa siswa mengalami

peningkatan, siklus I sebesar 68%, siklus II 89% berarti telah mengalami peningkatan.

Kelebihan penelitian ini adalah peningkatan ketuntasan pada siklus I, kelemahannya

metode eksperimen baru dilakukan oleh guru setelah ada penelitian yang membuktikan

metode eksperimen meningkatkan hasil belajar siswa.

Penelitian yang dilakukan Liling Nuryefi Rinjanna dengan judul Penerapan

metode eksperimen untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang energi panas

bidang studi sains kelas IV SDN Klenong Lor I Banyuanyar, hasil penelitian

menunjukkan bahwa hasil belajar siswa sebelum diberikan tindakan ketuntasan

belajarnya hanya mencapai 16% dan setelah diberi tindakan pada siklus II meningkat

menjadi 84%.

Dengan demikian dalam penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan

pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.

Kelebihan penelitian ini adalah peningkatan ketuntasan pada siklus II, kelemahannya

metode eksperimen baru dilakukan oleh guru setelah ada penelitian yang membuktikan

metode eksperimen meningkatkan hasil belajar siswa.

2.3 Kerangka Berfikir

Keberhasilan proses pembelajaran ditentukan oleh guru sebagai salah satu

sumber belajar. Guru harus lebih banyak memiliki bahan referensi, hal ini untuk

menjaga agar guru memiliki pemahaman yang jauh lebih baik tentang materi yang akan

diajarkan.

16

Salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa

pada mata pelajaran IPA adalah melalui metode eksperimen, dimana metode ini

didefinisikan sebagai rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses

berpikir secara kritis dan analitis. Diharapkan dengan memanfaatkan metode

eksperimen dalam pembelajaran dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Dengan

metode ini siswa dilatih untuk selalu berpikir kritis karena membiasakan siswa

memecahkan masalah sendiri sampai siswa dapat menemukan jawaban dari masalah

itu. Melalui pemanfaatan metode eksperimen ini siswa akan lebih mudah memahami

dan menguasai materi pada mata pelajaran IPA, siswa lebih antusias dalam mengikuti

proses pembelajaran, motivasi belajar siswa meningkat, siswa terlibat aktif dalam

kegiatan pembelajaran sehingga suasana kelas menjadi lebih menarik dan tidak

membosankan. Dengan diterapkanya pembelajaran yang menggunakan metode

eksperimen ini, suasana kelas yang tidak membosankan, siswa dapat aktif dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Dan

sebagian besar siswa nilainya mencapai KKM. Berdasarkan uraian tersebut, maka

penulis menggambarkan kerangka pikir dengan skema dibawah ini:

17

Guru menyampaikan materi ceramah

Gambar 2.1. Kerangka Berfikir Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Dengan

Menggunakan Metode Eksperimen

Siswa pasif Tidak kreatif

Pembelajaran IPA

n

Guru fasilitator pendamping

PembelajaranKonvensional

Pembelajaran dengan metode eksperimen

Hasil belajar < KKM

Langkah-langkah metode eksperimen : 1. Menyiapkan alat dan bahan

percobaan 2. Membentuk kelompok eksperimen 3. Melakukan eksperimen 4. Mendiskusikan lembar eksperimen 5. Melaporkan hasil eksperimen

Tes Formatif Hasil Belajar Meningkat

Penilaian Proses

Diskusi kelompok, observasi

18

2.4 Hipotesis tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang diuraikan, dapat diajukan

hipotesis tindakan, bahwa peningkatan hasil belajar IPA dapat dicapai melalui metode

eksperimen siswa kelas IV SD Negeri Bandar 01 kecamatan Bandar kabupaten

Batang pada semester 2 tahun ajaran 2011/2012