bab ii kajian pustaka 2.1 2.1.1 gender 1. · 2018. 4. 11. · bem sex r. ole inventory (bsri) bem...

14
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Orientasi Gender 2.1.1 Pengertian Orientasi Gender Menurut Bem (1974) Orientasi gender merupakan karakteristik kepribadian laki-laki dan perempuan yang dklasifikansikan kedalam 4 peran, yaitu : 1. Maskulin Maskulin yaitu individu yang memiliki sifat kelaki-lakian diatas rata-rata dan sifat kewanitaannya kurang dari rata-rata. Ciri-ciri yang berkaitan dengan gender maskulin yang lebih umum ditemukan pada laki-laki atau suatu gender maskulin yang dibentuk oleh budayanya. Dengan demikian gender maskulin adalah sifat dipercaya dan dibentuk oleh budaya sebagai ciri-ciri yang ideal bagi laki-laki. 2. Feminin Feminine yaitu individu yang memiliki sifat keperempuanan diatas rata-rata dan sifat kelaki-lakiannya kurang dari rata-rata. Ciri-ciri yang berkaitan dengan gender feminine yang lebih umum ditemukan pada perempuan atau suatu gender feminine yang dibentuk oleh budayanya. 3. Androgin Androgin yaitu individu yang memiliki sifat kelaki-lakian dan keperempuanan yang seimbang. Individu akan berperilaku fleksibel yang memiliki mental yang sehat dibandingkan feminin dan maskulin.

Upload: others

Post on 22-Jan-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Gender 1. · 2018. 4. 11. · Bem Sex R. ole Inventory (BSRI) Bem Sex Role Inventory (Bem, 1974, 1977,1979, 1985) ... asertif seperti sekolah dan tempat

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Orientasi Gender

2.1.1 Pengertian Orientasi Gender

Menurut Bem (1974) Orientasi gender merupakan karakteristik kepribadian laki-laki

dan perempuan yang dklasifikansikan kedalam 4 peran, yaitu :

1. Maskulin

Maskulin yaitu individu yang memiliki sifat kelaki-lakian diatas rata-rata

dan sifat kewanitaannya kurang dari rata-rata. Ciri-ciri yang berkaitan dengan

gender maskulin yang lebih umum ditemukan pada laki-laki atau suatu gender

maskulin yang dibentuk oleh budayanya. Dengan demikian gender maskulin

adalah sifat dipercaya dan dibentuk oleh budaya sebagai ciri-ciri yang ideal bagi

laki-laki.

2. Feminin

Feminine yaitu individu yang memiliki sifat keperempuanan diatas rata-rata

dan sifat kelaki-lakiannya kurang dari rata-rata. Ciri-ciri yang berkaitan dengan

gender feminine yang lebih umum ditemukan pada perempuan atau suatu gender

feminine yang dibentuk oleh budayanya.

3. Androgin

Androgin yaitu individu yang memiliki sifat kelaki-lakian dan

keperempuanan yang seimbang. Individu akan berperilaku fleksibel yang

memiliki mental yang sehat dibandingkan feminin dan maskulin.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Gender 1. · 2018. 4. 11. · Bem Sex R. ole Inventory (BSRI) Bem Sex Role Inventory (Bem, 1974, 1977,1979, 1985) ... asertif seperti sekolah dan tempat

8

4. Undifferentiated

Undifferentiated merupakan individu yang tidak terbedakan/ tidak

teridentifikasikan karena memiliki sifat kelaki-lakian dan keperempuanan

dibawah rata-rata.

2.1.2 Pengukuran Gender

Pengukuran gender dapat dilakukan dengan menggunakan alat ukur sebagai berikut :

1. The Personal Attributes Questionnaire (PAQ)

PAQ umumnya digunakan untuk membantu menggolongkan gender

seseorang dalam maskulinitas atau feminitas (Spence, Helmreich & Stapp, 1973).

Kuisioner ini berisi 24 pernyataan bertentangan yang dinilai dalam 5 skala poin.

Skala ini adalah nilai feminine, nilai maskulin dan sex specific. Total skor dari 3

skala (maskulin, feminine dan maskulin-feminin) ditentukan oleh penjumlahan

dari setiap item(Smith, 1983).

2. The Cecco-shively Social Sexrole Inventory (CSI)

The Cecco-shively Social Sexrole Inventory adalah inventori yang memiliki

empat kategori, yaitu : 1) personality/ kepribadian, 2) appearance/ penampilan, 3)

speech/ ucapan dan 4) mannerisms/ tingkah laku. Ciri-ciri dari setiap kategori

tersebut membantu menggolongkan gender femininitas dan maskulinitas

seseorang. Setiap karakteristik yang ada dalam skala maskulin dan skala feminine

disediakan 4 alternatif jawaban (1 sampai 4) yang dapat dipilih responden untuk

memilih satu jawaban yang sesuai dengan keadaan sebenarnya(Smith, 1983).

3. PRF-Andro Scale

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Gender 1. · 2018. 4. 11. · Bem Sex R. ole Inventory (BSRI) Bem Sex Role Inventory (Bem, 1974, 1977,1979, 1985) ... asertif seperti sekolah dan tempat

9

PRF-Andro Scale adalah usaha untuk mengukur maskulinitas, feminitas,

dan androgini, memanfaatkan 63 item dari Jackson Personality Research Form

(PRF). Skala ini memiliki 29 item subskala maskulinitas dan 27 item subskala

feminitas. Skala ini menurunkan skor maskulinitas dan feminitas setiap individu

dan membandingkan skor tersebut dengan nilai median maskulinitas dan

feminitas dari skor total kelompok. Subyek yang memiliki skor diatas median

feminitas dan median maskulinitas dikategorikan sebagai "androgin", subjek

yang memiliki skor diatas median maskulinitas dan di bawah median feminitas

dikategorikan sebagai”maskulin”, subjek yang memiliki skor diatas median

femininitas dan di bawah median maskulinitas dikategorikan “feminine”, dan

subjek yang memiliki skor di bawah median maskulinitas dan median feminitas

dikategorikan sebagai ”undifferentiated” (Smith, 1983).

4. Bem Sex Role Inventory (BSRI)

Bem Sex Role Inventory (Bem, 1974, 1977,1979, 1985) adalah sebuah

instrument pengukuran yang akan mengidentifikasi individu dalam kelompok sex

typed (maskulin atau feminin). Bem Sex Role Inventory dalam pendistribusiannya

kepada responden tidak akan terlihat jelas tetapi sebenarnya dalam butir-butir ciri

kepribadian mengandung 20 ciri yang merefleksikan definisi budaya tentang

maskulinitas, 20 ciri yang merefleksikan definisi budaya tentang femininitas, dan

20 ciri yang merefleksikan sifat pribadi yang netral artinya ciri tersebut dimiliki

oleh keduanya sehingga total butir keseluruhan adalah 60 butir ciri kepribadian.

Konstruksi rancangan Bem Sex Role Inventory oleh Bem didasarkan pada

dua asumsi teoritis khusus yang sesuai dengan teori skema gender:

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Gender 1. · 2018. 4. 11. · Bem Sex R. ole Inventory (BSRI) Bem Sex Role Inventory (Bem, 1974, 1977,1979, 1985) ... asertif seperti sekolah dan tempat

10

a) Sebagian besar sebagai hasil dari kecelakaan sejarah, budaya telah

mengelompokkan koleksi sifat-sifat kepribadian yang heterogen menjadi dua

kategori yang eksklusif satu sama lain, tiap kategori dianggap oleh budaya

lebih khas dan lebih diinginkan untuk satu atau yang lain dari dua jenis

kelamin. Harapan-harapan budaya ini sebenarnya telah dikenal baik oleh

semua anggota budaya tersebut.

b) Banyak individu akan berbeda satu sama lainnya dalam menggunakan

definisi-definisi budaya mengenai kepantasan gender sebagai standar yang

ideal dari maskulinitas dan femininitas untuk mengevaluasi kepribadian dan

perilaku mereka sendiri. Khususnya individu-individu sex typed, mereka akan

sangat sesuai dengan definisi budaya itu dan termotivasi untuk

mempertahankan perilaku, supaya tetap sesuai dengan standar peran jenis

kelamin yang berlaku. Dengan demikian Bem Sex Role Inventory dibuat untuk

memberikan individu koleksi sifat yang heterogen kemudian individu akan

menilai dan mengelompokkan sifat-sifat tersebut ke dalam kategori maskulin

atau feminin(Bem, 1974).

Dari 4 instrument yang mengukur gender, peneliti menggunakan Bem Sex Role

Inventory (BSRI) karena item karakteristik kepribadian dalam BSRI lebih banyak

dibandingkan The Personal Attributes Questionnaire (PAQ) dan PRF-Andro Scale sehingga

semakin lengkap karakteristik yang mendukung pengkategorian individu ke dalam orientasi

gender.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Gender 1. · 2018. 4. 11. · Bem Sex R. ole Inventory (BSRI) Bem Sex Role Inventory (Bem, 1974, 1977,1979, 1985) ... asertif seperti sekolah dan tempat

11

2.2 Perilaku Asertif

2.2.1 Pengertian Perilaku Asertif Menurut Para Ahli.

Rathus dan Nevid (1983) perilaku asertif adalah perilaku yang menampilkan

keberanian untuk secara jujur dan terbuka menyatakan kebutuhan, perasaan, dan

pikiran-pikiran apa adanya, mempertahankan hak-hak pribadi, serta menolak

permintaan-permintaan yang tidak masuk akal dari figur otoritas dan standar-standar

yang berlaku pada suatu kelompok.

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Asertif

Menurut Rathus dan Nevid (1983), terdapat enam hal yang mempengaruhi

perkembangan perilaku asertif, yaitu:

1) Jenis kelamin.

Jenis kelamin mempengaruhi perkembangan perilaku asertif. Wanita pada

umumnya lebih sulit bersikap asertif seperti mengungkapkan perasaan dan pikiran

dibandingkan dengan laki-laki. Rakos (1991: 13), jenis kelamin lebih dipengaruhi

oleh stereotype masyarakat dimana anak perempuan memiliki sifat yang

femininim, pasif, manis dan pasrah. Sedangkan laki-laki lebih bersifat maskulin,

aktif, dominan dan rasional. Oleh karena itu, laki-laki dianggap lebih asertif dari

pada perempuan. Albert & Emmons (2002: 16) laki-laki yang asertif dipandang

tinggi dalam kehidupannya. Keluarga dan teman-temanpun mendekat dan

memiliki rasa hormat lebih besar kepada laki-laki yang cukup nyaman dengan

dirinya dan tidak perlu merendahkan orang lain untuk menaikkan dirinya.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Gender 1. · 2018. 4. 11. · Bem Sex R. ole Inventory (BSRI) Bem Sex Role Inventory (Bem, 1974, 1977,1979, 1985) ... asertif seperti sekolah dan tempat

12

2) Self esteem.

Individu yang berhasil untuk berperilaku asertif adalah individu yang harus

memiliki keyakinan. Orang yang memiliki keyakinan diri yang tinggi memiliki

kekuatiran sosial yang rendah sehingga mampu mengungkapkan pendapat dan

perasaan tanpa merugikan orang lain dan diri sendiri.

3) Kebudayaan.

Kebudayaan juga mempengaruhi perilaku yang muncul. Kebudayaan dibuat

sebagai pedoman batas-batas perilaku setiap individu. Biasanya kebudayaan

berhubungan dengan norma-norma, di mana setiap kebudaayaan mempunyai

aturan atau norma yang berbeda dan perbedaan ini mempengaruhi perbedaan

pribadi individu. Senada dengan Townend, Alberti & Emmons (2002:17),

mengatakan bahwa perubahan-perubahan pribadi menuntun kesadaran yang lebih

dari latar belakang budaya yang berbeda.

4) Tingkat pendidikan.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin luas wawasan

berpikir sehingga memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri dengan lebih

terbuka.

5) Tipe kepribadian.

Seseorang akan bertingkah laku berbeda dengan individu kepribadian lain.

6) Situasi tertentu di lingkungan sekitarnya.

Rathus & Nevid (1983), dalam berperilaku seseorang akan melihat kondisi

dan situasi dalam artian luas. Lingkungan sekitar yang mempengaruhi perilaku

asertif seperti sekolah dan tempat kerja.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Gender 1. · 2018. 4. 11. · Bem Sex R. ole Inventory (BSRI) Bem Sex Role Inventory (Bem, 1974, 1977,1979, 1985) ... asertif seperti sekolah dan tempat

13

7) Kemampuan komunikasi.

Rakos (1991: 18), komunikasi akan membuat kita dapat memahami apa

yang dimaksud orang lain melalui kata-kata, dengan begitu kita dapat

mengekspresikan perilaku asertif dengan bebas dan langsung.

8) RAS mempengaruhi perilaku asertif, di mana menurut Garrison dan Jenkins

(Rakos, 1991: 78) ras kulit putih lebih asertif dibandingkan dengan ras kulit

hitam.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang

menunjukkan perilaku asertif dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu

kebudayaan, gender, tipe kepribadian, kemampuan komunikasi, lingkungan sekitar,

dan ras.

2.2.3 Aspek-aspek Perilaku Asertif

Menurut Rathus dan Nevid (1983) ada 10 aspek perilaku asertif, yaitu :

1) Bicara Asertif.

2) Mampu mengungkapkan perasaan.

3) Memberikan salam kepada orang lain.

4) Mampu menampilkan cara yang efektif dan jujur dalam menyatakan rasa tidak

setuju.

5) Mampu menanyakan alasan bila diminta untuk melakukan sesuatu.

6) Membicarakan diri sendiri mengenai pengalaman-pengalaman dengan cara yang

menarik.

7) Menghargai pujian orang lain dengan cara yang sesuai.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Gender 1. · 2018. 4. 11. · Bem Sex R. ole Inventory (BSRI) Bem Sex Role Inventory (Bem, 1974, 1977,1979, 1985) ... asertif seperti sekolah dan tempat

14

8) Menolak untuk menerima begitu saja yaitu mengakhiri percakapan yang bertele-

tele dengan orang yang memaksakan pendapatnya.

9) Mampu menatap lawan bicara.

10) Respon melawan takut.

2.3 Penelitian Relevan Hubungan Antara Gender dengan Perilaku Asertif Mahasiswa

Penelitian Tolor, Kelly dan Stebbins (1976) tentang Assertiveness, Sex-role

Stereotyping, and Self-Concept. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

gender, konsep diri dengan sikap asertif. Hasil tanggapan dari 61 mahasiswa laki-laki dan 73

mahasiswa perempuan berdasarkan instrumen Rathus Assertivenees Schedule, College Self

Expression Scale, List of Stereotypic Items dan Tennessee Self Concept Scale menemukan

adanya hubungan yang positif antara gender maskulin dan feminine dengan perilaku asertif

dan konsep diri. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa perempuan yang feminimnya

rendah secara signifikan lebih asertif daripada pria yang maskulinnya rendah dan perempuan

yang femininnya rendah memiliki konsep diri yang lebih tinggi daripada laki-laki yang

maskulinnya rendah.

Penelitian Currant, Dickson, Anderson, dan Faulkender (1978) tentang Sex Role

Stereotyping and Assertive Behavior. Penelitian ini menggunakan instrumen Bem Sex-Role

Inventory untuk mengklasifikasikan gender mahasiswa sebagai maskulin, feminin, atau

androgini dan menggunakan instrumen Rathus Assertiveness Schedule untuk mengetahui

perilaku asertif mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan. Subjek yang terlibat

sebanyak 80 mahasiswa laki-laki dan 80 mahasiswa perempuan. Berdasarkan hasil

penelitian, dapat diketahui bahwa stereotipe gender perempuan (feminin) dan laki-laki

(maskulin) memiliki hubungan yang signifikan untuk pernyataan ekspresif dan asertif

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Gender 1. · 2018. 4. 11. · Bem Sex R. ole Inventory (BSRI) Bem Sex Role Inventory (Bem, 1974, 1977,1979, 1985) ... asertif seperti sekolah dan tempat

15

sedangkan androgini tidak memiliki hubungan yang signifikan. Stereotipe feminine secara

signifikan memiliki kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan asertif, sedangkan untuk

androginus tidak ada hubungan yang signifikan.

Hal yang berlawanan adalah stereotype maskulin memiliki kecamasan yang lebih

tinggi dengan asertif. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa tidak ada perbedaan

yang signifikan untuk respon ukuran probabilitas dari perempuan atau laki-laki androgini

(ts=<1). Ditemukan juga tidak ada perbedaan yang signifikan kecemasan antara ekspresif

dan oposisi asertif perempuan androgini (t=1,03, p<0.1) atau laki-laki (p<1). Stereotype

gender perempuan menunjukan signifikan kecemasan yang rendah (t=2,84, p<0.005) dan

lebih seperti hubungan dengan ketegasan ekspresive daripada ketegasan oposisional.

Stereotype gender laki-laki menunjukkan lebih memiliki hubungan dengan ketegasan

ekspresive daripada ketegasan oposisional(t=1,95, p<0.05). tidak ada perbedaan yang

signifikan dalam pengukuran kecemasan(t<1).

Penelitian Rodriguez, Nietzel, and Juris. (1979) tentang Sex role orientation and

assertiveness among female college students dengan subjek sebanyak 80 mahasiswa

perempuan diklasifikasikan ke dalam empat orientasi gender (feminin, maskulin, androgini,

dan undifferentiated) oleh skala PRF-Andro, berpartisipasi dalam tugas perilaku role-

playing yang membutuhkan tanggapan “kebiasaan” mereka terhadap situasi dimana

tanggapan assertif yang tepat. Pada fase kedua dari percobaan, 1/2 perempuan dalam setiap

orientasi dituntut untuk meresponi lebih asertif. Wanita tidak menerima instruksi permintaan

tinggi tersebut, perempuan di semua empat kelompok bisa meningkatkan nilai asertif secara

signifikan, hal ini menunjukkan bahwa perbedaan dalam asertif yang ditunjukan pada fase

pertama dari penelitian dikolaborasikan oleh laporan data perseorangan ataupun kelompok

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Gender 1. · 2018. 4. 11. · Bem Sex R. ole Inventory (BSRI) Bem Sex Role Inventory (Bem, 1974, 1977,1979, 1985) ... asertif seperti sekolah dan tempat

16

secara tepat dapat dimengerti pada bagian hasil dari pada bagian kompetensi. Pada hasil

penelitian ini juga ditemukan konstruk maskulinitas, skor skala maskulinitas secara

signifikan memiliki hubungan dengan ketegasan. Skor maskulin memiliki hubungan yang

signifikan dengan (p<0.5) jumlah respon asertif yang diberikan pada 35 CRI Assertion,

r(78)=0.04.

Penelitian Lohr, Nix dan Stauffer (1980) tentang Relationship Of Sex, Sex-Role

Orientation and A Lef-Report Measure Of Assertiveness In College Students. Penelitian ini

menggunakan instrument The College Self-Ekspression Scale untuk mengukur perilaku

asertif mahasiswa di Universitas Arkansas dan menggunakan Bem Sex-Role Inventory untuk

mengklasifikasikan mahasiswa Universitas Arkansas dalam gender maskulin, feminine dan

androgin. Mahasiswa yang menjadi subjek penelitian sebanyak 56 mahasiswa perempuan

dan 46 mahasiswa laki-laki. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa ada

hubungan yang signifikan antara gender dengan perilaku asertif, gender maskulin memiliki

hubungan yang signifikan dengan perilaku asertif sedangkan gender feminine tidak memiliki

hubungan yang signifikan dengan perilaku asertif. Artinya individu laki-laki maupun

perempuan yang memiliki gender maskulin lebih asertif dibandingkan dengan individu yang

memiliki gender feminine.

Penelitian yang dilakukan oleh Lohr dan Nix (1982) tentang Relationship Of

Assertiveness and The Short Form Of The Bem Sex-Role Inventory: A Replication.

Penelitian ini menggunakan instrument The College Self-Ekspression Scale untuk mengukur

perilaku asertif mahasiswa dan menggunakan Bem Sex-Role Inventory untuk

mengklasifikasikan mahasiswa dalam gender maskulin, feminine dan androgin. Mahasiswa

yang menjadi subjek penelitian sebanyak 278 mahasiswa yang terdiri dari 145 mahasiswa

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Gender 1. · 2018. 4. 11. · Bem Sex R. ole Inventory (BSRI) Bem Sex Role Inventory (Bem, 1974, 1977,1979, 1985) ... asertif seperti sekolah dan tempat

17

perempuan dan 133 mahasiswa laki-laki. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui

bahwa gender maskulin memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku asertif

sedangkan gender feminine tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku

asertif. Artinya individu laki-laki maupun perempuan yang memiliki gender maskulin lebih

asertif dibandingkan dengan individu yang memiliki gender feminine.

Penelitian yang dilakukan oleh Stevents K.R. (1983) tentang The Relation Of Locus

Control, Sex-Role Identity, and Assertiveness In Baccalaureate Nursing Student. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman tentang keterkaitan antara aspek

kontrol personal, identitas gender, dan ketegasan mahasiswa keperawatan. Data yang

dilaporkan 125 mahasiswa perempuan yang lulus dalam program sarjana muda keperawatan

yang didukung negara yang berafiliasi dengan pusat-pusat ilmu kesehatan utama di Texas.

The Levenson (1972) locus of control scale mengukur Internal Control, Powerful Others,

and Chance. The Personal Attributes Questionnaire (Spence, Helmreich, & Stapp, 1974)

mengukur skala gender maskulin dan feminin. The Rathus (1973) The Rathus Assertiveness

Schedule mengukur ketegasan. Data demografi mendukung kesimpulan bahwa sampel

mencerminkan tren yang ada dalam populasi penelitian. profil yang dihasilkan dari locus of

control, identitas peran jenis kelamin, dan ketegasan melayani nilai-nilai sebagai rujukan

dalam studi masa depan. Teknik korelasi berganda digunakan untuk menentukan hubungan

antara ketegasan dan locus of control sub-skala bersama-sama dengan sub-skala identitas

gender. Pengendalian Internal dan Maskulinitas secara signifikan terkait dengan Ketegasan.

Sebuah teknik korelasi kanonik mengungkapkan bahwa locus of control dan identitas peran

jenis kelamin yang minimal terkait. Keduanya diperlukan untuk penjelasan yang

komprehensif dari Ketegasan.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Gender 1. · 2018. 4. 11. · Bem Sex R. ole Inventory (BSRI) Bem Sex Role Inventory (Bem, 1974, 1977,1979, 1985) ... asertif seperti sekolah dan tempat

18

Penelitian yang dilakukan oleh Frisch, Michael and McCord (1987) tentang Sex

Role Orientation And Social Skill: A Naturalistic Assessment Of Assertion And

Conversational Skill. Penelitian ini mengevaluasi hubungan antara orientasi gender dan

keterampilan sosial, dengan subjek sebanyak 59 mahasiswa psikologi perempuan

digolongkan sebagai maskulin, feminin, androgini, atau undifferentiated berdasarkan skala

PRF-Andro. Subjek ini berinteraksi dengan konfederasi yang melibatkan mereka dalam

percakapan standar termasuk permintaan untuk meminjam catatan kuliah psikologi.

Kelompok maskulin, feminin, dan androgini ditampilkan tingkat asertif yang sama dan

keterampilan percakapan, meskipun subyek maskulin menilai diri lebih terampil dan

memiliki pengalaman sedikit negatif yang terkait dengan bersikap tegas dari subjek feminin.

Analisis korelasi antara gender terus menerus dan tindakan perilaku mengungkapkan bahwa

kedua skor maskulinitas dan feminitas berkorelasi positif dengan keterampilan percakapan

secara keseluruhan. Hasil penelitian ini ditafsirkan mengalami kesulitan metodologis dalam

penelitian sebelumnya, dan bukti terbaru bahwa kedua kemampuan maskulin dan feminin

berkontribusi dalam kompetensi sosial dalam domain perilaku tertentu.

Penelitian yang dilakukan oleh McCartan and Owen (2004) tentang The Effect Of

Nurses’ Sex-Role Orientation On Positive and Negative Assertion subjek dari penelitian ini

sebanyak 50 perawat. Diketahui bahwa hubungan antara positive assertion dan orientasi

gender sebesar 14,809 gagal mencapai tingkat signifikansi 0,05 sehingga hasilnya tidak ada

hubungan yang signifikan antara gender dengan positive assertion dan diketahui juga bahwa

hubungan antara orientasi gender dengan negative assertion sebesar 10, 437 gagal mencapai

tingkat signifikansi 0,05 sehingga hasilnya tidak ada hubungan yang signifikan antara

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Gender 1. · 2018. 4. 11. · Bem Sex R. ole Inventory (BSRI) Bem Sex Role Inventory (Bem, 1974, 1977,1979, 1985) ... asertif seperti sekolah dan tempat

19

orientasi gender dengan negative assertion. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa tidak

ada hubungan yang signifikan antara orientasi gender dengan perilaku asertif.

Hasil penelitian tersebut berbeda dengan hasil penelitian Swastinasari (2012) yang

bertujuan untuk mengetahui hubungan antara gender (feminin, maskulin, dan androgini) dan

self esteem dengan perilaku asertif istri korban KDRT. Subjek dalam penelitian ini sebanyak

108 istri korban KDRT yang dilakukan oleh suami. Pengumpulan data dalam penelitian ini

yaitu menggunakan RAS (Rathus Assertiveness Schedule) untuk mengukur perilaku asertif,

skala BSRI (Bem Sex Role Inventory) untuk mengukur gender, dan skala SEI (Self Esteem

Inventory) untuk mengukur self esteem. Data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis

regresi linier berganda dengan variabel dummy. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada

hubungan yang sangat siginifikan antara gender (feminin, maskulin, dan androgini) dan self

esteem secara bersama-sama dengan perilaku asertif pada istri korban KDRT (R= 0,781; R 2

= 0,609; F= 40,169; p= 0,000); gender feminin berhubungan negatif dengan perilaku asertif;

gender maskulin berhubungan positif dengan perilaku asertif; gender androgini berhubungan

positif dengan perilaku asertif; dan self esteem berhubungan positif dengan perilaku asertif.

Melalui hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa gender maskulin memiliki hubungan

positif terhadap perilaku asertif daripada gender feminin.

Penelitian yang dilakukan oleh Azmoude, Firoozi, Sahebzad, and Asgharipour (2016)

tentang Relationship Between Gender Roles and Sexual Assertiveness In Married Women.

Penelitian cross-sectional ini dilakukan pada 120 wanita yang disebut pusat kesehatan

Mashhad melalui pengambilan sampel nyaman di 2014-2015. Data dikumpulkan

menggunakan Bem Sex Role Inventory (BSRI) dan indeks Hulbert dari ketegasan seksual.

Data dianalisis dengan menggunakan SPSS 16 dengan uji korelasi Pearson dan Spearman

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Gender 1. · 2018. 4. 11. · Bem Sex R. ole Inventory (BSRI) Bem Sex Role Inventory (Bem, 1974, 1977,1979, 1985) ... asertif seperti sekolah dan tempat

20

dan linear Analisis Regresi. Nilai rata-rata dari ketegasan seksual adalah 54,93 ± 13,20.

Menurut temuan, ada hubungan yang tidak signifikan antara Feminitas dan skor

maskulinitas dengan ketegasan seksual (P = 0,069 dan P = 0,080 masing-masing). analisis

regresi linier menunjukkan bahwa di antara variabel prediktor, hanya fungsi kepuasan

seksual diidentifikasi sebagai variabel prediktor Ringkasan ketegasan seksual (P = 0,001).

Berdasarkan hasil, ketegasan seksual pada wanita yang sudah menikah tidak sesuai dengan

peran jenis kelamin, tetapi berhubungan dengan kepuasan fungsi seksual.

2.4 Hipotesis

Berdasarkan uraian dari latar belakang permasalahan dan penelitian relavan, tersebut

penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :

1) Tidak ada hubungan yang signifikan antara feminine dengan perilaku asertif Mahasiswa

Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana.

2) Ada hubungan yang signifikan antara maskulin dengan perilaku asertif Mahasiswa

Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana.