bab ii kajian pustaka 2. landasan teori...

16
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. Landasan Teori 2.1 Model Pembelajaran CTL 2.1.1. Model Pembelajaran Joyce & Weil dalam Slameto (2011:4) mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang diguanakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Menurut Arends dalam Suprijono (2009:41) model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan- tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Merujuk pemikiran Joyce dalam Suprijono (2009:420, fungsi model adalah “each model guides us as we design instruction to help students achieve various objectives”. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengeskpresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan, model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar, yang berfungsi sebagai pedoman guru dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, mengelola lingkungan pembelajaran dan linkungan kelas. Istilah model pembelajaran dibedakan dari istilah, strategi, metode, atau prinsip pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu strategi, metode, atau prosedur. 2.1.2. Model Pembelajaran kontekstual (CTL) Menurut Slameto (2011:5) Hakekat pembelajaran kontekstual adalah sebuah sistem yang mendorong pembelajar untuk membangun keterkaitan,

Upload: truongnhan

Post on 05-Jun-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. Landasan Teori 2repository.uksw.edu/bitstream/123456789/858/3/T1_292008106_BAB II.pdfindependensi, relasi-relasi penuh makna antara apa yang dipelajari dengan

5

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2. Landasan Teori 2.1 Model Pembelajaran CTL 2.1.1. Model Pembelajaran Joyce & Weil dalam Slameto (2011:4) mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang diguanakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Menurut Arends dalam Suprijono (2009:41) model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Merujuk pemikiran Joyce dalam Suprijono (2009:420, fungsi model adalah “each model guides us as we design instruction to help students achieve various

objectives”. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengeskpresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan, model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar, yang berfungsi sebagai pedoman guru dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, mengelola lingkungan pembelajaran dan linkungan kelas. Istilah model pembelajaran dibedakan dari istilah, strategi, metode, atau prinsip pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu strategi, metode, atau prosedur.

2.1.2. Model Pembelajaran kontekstual (CTL) Menurut Slameto (2011:5) Hakekat pembelajaran kontekstual adalah sebuah sistem yang mendorong pembelajar untuk membangun keterkaitan,

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. Landasan Teori 2repository.uksw.edu/bitstream/123456789/858/3/T1_292008106_BAB II.pdfindependensi, relasi-relasi penuh makna antara apa yang dipelajari dengan

6

independensi, relasi-relasi penuh makna antara apa yang dipelajari dengan realitas, lingkungan personal, sosial dan kultural yang terjadi sekarang ini. Model/Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Menurut Suprijono (2009:67) Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang memusatkan pada proses dan hasil, sehingga assesmen dan evaluasi memegang peran penting untuk mengetahui pencapaian standard akademik dan standard performance (kinerja). Berbagai strategi penilaian dipergunakan untuk merefleksi proses dan hasil pembelajaran. Menurut Supinah dalam Muslich (2007:39) Landasan filosofis CTL adalah Kontruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, tetapi mengkonstruksikan atau membangun pengetahuan dan keterampilan baru lewat fakta-fakta atau proposisi yang mereka alami dalam kehidupanya. Karena itu, siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan mengembangkan ide-ide yang ada pada dirinya. Johnson (2007:64) mengemukakan CTL adalah sebuah sistem yang menyeluruh. CTL terdiri dari bagian bagian yang saling terhubung. Jika bagian ini terjalin satu sama lain, maka akan dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan bagian-bagiannya secara terpisah. Prinsip dasar kontruktivisme yang dalam praktik pembelajaran harus dipegang guru adalah sebagai berikut: a. Proses pembelajaran lebih utama daripada hasil pembelajaran. b. Informasi bermakna dan relevan dengan kehidupan nyata siswa lebih penting

daripada informasi verbalitas. c. Siswa mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk menemukan dan

menerapkan idenyasendiri.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. Landasan Teori 2repository.uksw.edu/bitstream/123456789/858/3/T1_292008106_BAB II.pdfindependensi, relasi-relasi penuh makna antara apa yang dipelajari dengan

7

d. Siswa diberikan kebebasan untuk menerapkan strateginya sendiri dalam belajar.

e. Pengetahuan siswa tumbuh dan berkembang melalui pengalaman sendiri. f. Pemahaman siswa akan berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila

diuji dengan pengalam baru. g. Pengalaman siswa dibangun secara asimilasi (yaitu pengetahuan baru

dibangun dari struktur pengetahuan yang sudah ada) maupun akomodasi (yaitu struktur pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi untuk menyesuaikan hadirnya pengalaman baru).

Pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang penting, yaitu mengaitkan (relating), mengalami (experiencing), menerapkan (applying),

bekerjasama (cooperating) dan mentransfer (transferring), Slameto (2011:5). 1) Mengaitkan (relating) adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti

konstruktivisme. Guru menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru.

2) Mengalami (experiencing) merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti menghubungkan informasi baru dengan pengelaman maupun pengetahui sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.

3) Menerapkan (applying.) Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan pemecahan masalah. Guru dapet memotivasi siswa dengan memberikam latihan yang realistic dan relevan.

4) Kerjasama (cooperating). Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman kerjasama tidak hanya membanti siswa mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten dengan dunia nyata.

5) Mentransfer (transferring). Peran guru membuat bermacam-macam pengelaman belajar dengan focus pada pemahaman bukan hapalan.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. Landasan Teori 2repository.uksw.edu/bitstream/123456789/858/3/T1_292008106_BAB II.pdfindependensi, relasi-relasi penuh makna antara apa yang dipelajari dengan

8

2.1.3. Ciri-ciri Pembelajaran Kontekstual Menurut Hersey & Blanchard dalam Slameto (2011:5), ciri-ciri pembelajaran kontekstual adalah seperti berikut ini: 1) Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah. 2) Kegiatan belajar dilakukan dalam berbagai konteks. 3) Kegiatan belajar dipantau dan diarahkan agar siswa dapat belajar mandiri. 4) Mendorong siswa untuk belajar dengan temannya dalam kelompok atau secara

mandiri. 5) Pelajaran menekankan pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda. 6) Menggunakan penilaian otentik.

2.1.4. Komponen-komponen model pembelajaran CTL menurut Suprijono

(2009:71) yaitu: a) Kontruktivisme Kontruktivisme adalah proses membangun dan menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Pembelajaran ini harus dikemas menjadi proses ”mengkontruksi” bukan menerima pengetahuan. b) Inquiry Inquiry adalah proses pembelajaran yang didasrkan pada proses pencarian penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. Merupakan proses pemindahan dari pengamatan menjadi pemahaman sehingga siswa belajar mengunakan ketrampilan berfikir kritis. Langkah-langkah dalam proses inquiry antara lain : 1) Merumuskan masalah 2) Mengajukan hipotesis 3) Mengumpilkan data 4) Menuji hipotesis 5) Membuat kesimpulan

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. Landasan Teori 2repository.uksw.edu/bitstream/123456789/858/3/T1_292008106_BAB II.pdfindependensi, relasi-relasi penuh makna antara apa yang dipelajari dengan

9

c) Bertanya Bertanya dalah bagian inti belajar dan menemukan pengetahuan. Belajar dalam pembelajaran ctl dipandang sebagai upaya guru yang bisa mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi, sekaligus mengetahui perkembangan kemempuan berfikir siswa. d) Masyarakat belajar Menurut Vygotsky dalam masyarakat belajar ini pengetahuan dan pengalaman anak banyak dibentuk oleh komunikasi dengan orang lain. e) Pemodelan Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sebagai suatu contoh yang dapat ditiru oleh siswa. Cara pembelajaran seperti ini akan lebih cepat dipahami oleh siswa daripada hanya bercerita atau memberikan penjelasan kepada siswa tanpa ditunjukkan modelnya atau contohnya. f) Refleksi Refleksi adalah proses pengengalaman yang telah dipelajari dengan cara mengerutkan dan mengevalusi kembali kejadian atau peristiwa pembelajaran telah dilaluinya untuk mendapatkan pemahaman yang dicapai baik yang bersifat positif maupun bernilai negative. g) Penilaian autentik Penilaianautentik adalah proses yang dilukan oleh guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan oleh siswa.

2.1.5. Langkah-langkah model pembelajaran Kontekstual (CTL) dalam

pembelajaran IPS Menurut Irianti Mitri (dalamhttp://almasdi.unri.ac.id) langkah-langkah penerapan Contextual Teaching and Learning dalam kelas sebagai berikut. a) Berikan lembar kerja kepada siswa, sehingga siswa menemukan sendiri dan

mengkontruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya. b) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik c) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. d) Belajar dalam kelompok/ buat kelas menjadi beberapa kelompok.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. Landasan Teori 2repository.uksw.edu/bitstream/123456789/858/3/T1_292008106_BAB II.pdfindependensi, relasi-relasi penuh makna antara apa yang dipelajari dengan

10

e) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. f) Lakukan refleksi di akhir pertemuan. g) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

2.2 Media Pembelajaran Surat Kabar 2.2.1 Media Pembelajaran Menurut Gagne’ dan Briggs dalam Arsyad (2007:11) secara implisit

mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan computer. Menurut Aqib dalam mustafida (2009:11), ”media pembelajaran adalah media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan merangsang terjadinya proses belajar pada siswa”. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa, sehingga dapat terjadi proses belajar pada dirinya. Penggunaan media secara efektif memungkinkan siswa dapat belajar lebih baik dan dapat meningkatkan performan mereka sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

2.2.2 Manfaat Media Pembelajaran Dikutip dari mustafida (2009:20) tentang manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa yaitu:

a) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

b) Bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga akan lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkanya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.

c) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran. Siswa dapat lebih banyak kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. Landasan Teori 2repository.uksw.edu/bitstream/123456789/858/3/T1_292008106_BAB II.pdfindependensi, relasi-relasi penuh makna antara apa yang dipelajari dengan

11

uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, dan lain-lain.

2.2.3 Jenis Media Pembelajaran Menurut Al-Fauzan dalam Arsyad (2007:20), secara umum media pengajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu: Media perangkat/peralatan, meliputi: a) Perangkat dengar seperti radio, tape recorder, dan labolatorium sederhana b) Perangkat pandang seperti alat untuk menampilkan gambar, alat peraga, dan

lain-lain. c) Perangkat dengar-pandang seperti televisi, video, LCD dan lain-lain. Media materi pembelajaran, meliputi: a) Media materi cetak seperti buku-buku, koran, gambar, peta, kartu dan symbol. b) Media materi pandang-dengar tidak bergerak, seperti film yang tidak bergerak. c) Media materi pandang-dengar bergerak, seperti film-film, kaset-kasetvideo, dan

VCD.

2.2.4 Media Surat Kabar Surat kabar merupakan salah satu jenis media cetak yang berfungsi untuk menyampaikan informasi, baik berupa berita, wacana, opini, fakta, konflik, gossip dan sebagainya, yang disajikan dalam bentuk tulisan/cetakan. Menurut Setyosari dan Sihkabudin dalam mustafida (2009:20) surat kabar adalah media komunikasi massa dalam bentuk cetakan yang tidak perlu diragukan lagi peranan dan pengaruhnya terhadap masyarakat pada umumnya. Sedangkan menurut Kossach & Sulivan dalam mustafida (2009:24) surat kabar merupakan sumber bahan bacaan kelas. Surat kabar disini berfungsi sebagai media pembelajaran, karena dijadikan sebagai alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan dan merangsang terjadinya proses belajar pada siswa. Media surat kabar sengaja digunakan dalam pembelajaran IPS, guna memberikan pemahaman terhadap materi yang dipelajari dalam peristiwa atau kejadian sehari-hari dalam lingkungannya.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. Landasan Teori 2repository.uksw.edu/bitstream/123456789/858/3/T1_292008106_BAB II.pdfindependensi, relasi-relasi penuh makna antara apa yang dipelajari dengan

12

Berdasarkan pengertian di atas maka surat kabar juga dapat digunakan sebagai media pembelajaran. Dari majalah atau koran, kita bisa memperoleh gambar-gambar atau artikel yang bisa dipakai untuk belajar. Misalnya siswa disuruh untuk mencari sebuah bacaan dalam Koran dengan tema bebas kemudian siswa dituntut untuk memberi tangapan terhadap peristiwa faktual dalam koran, misalnya bencana alam, lingkungan, kesehatan, dan sebagainya. Selain itu guru juga dapat menggunakannya sebagai pancingan terhadap siswa untuk menemukan berbagai perkembangan teknologi terkini.

2.2.5 Tujuan Penggunaan Media Surat kabar Adapun tujuan penggunaan media surat kabar dalam pembelajaran menurut Yusufhadi Miarso dalam Mustafida (2009:26) adalah: a) Dapat digunakan untuk menyampaikan informasi yang bersifat fakta. b) Mengajarkan pengenalan kembali dan perbedaan stimulasi yang relevan. c) Memberikan gambaran tentang lokasi, posisi, dan situasi pekerjaan yang akan

dihadapi siswa nantinya.

2.2.6 Penerapan media surat kabar dalam pembelajaran Dikarenakan penggunaan media pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan prinsip-prinsip penggunaannya, maka dalam penerapannya media surat kabar akan cocok/relevan jika digunakan dalam pembelajaran atas beberapa prinsip yaitu: a) Dapat menyesuaikan tingkat kebutuhan peserta didik, b) Sangat mudah mendapatkannya, c) Tidak memerlukan biaya yang mahal d) Sesuai dengan taraf berpikir siswa. Menurut Arsyad dalam Mustafida (2009:59), perpaduan teks dan gambar pada halaman media cetak dapat menambah daya tarik, serta dapat memperlancar pemahaman informasi yang disajikan dalam dua format, verbal dan visual.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. Landasan Teori 2repository.uksw.edu/bitstream/123456789/858/3/T1_292008106_BAB II.pdfindependensi, relasi-relasi penuh makna antara apa yang dipelajari dengan

13

Berbagai jenis surat kabar yang umum biasanya diterbitkan setiap hari. Selain itu, juga terdapat surat kabar mingguan yang biasanya lebih kecil dibandingkan dengan surat kabar harian dan isinya bersifat hiburan. Surat kabar yang akan digunakan untuk penelitian adalah dengan menggunakan surat kabar harian kompas. Surat kabar kompas berisi tentang informasi-informasi yang aktual. Bacaan artikel serta gambar-gambar baik dalam artikel maupun gambar dari iklan surat kabar kompas tentang berbagai macam teknologi akan digunakan sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran tentang perkembangan teknologi. 2.3 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial diajarkan mulai dari sekolah dasar sampai tingkat lanjutan. Pembelajaran IPS yang dilaksanakan di Sekolah Dasar tidak menekankan pada aspek teoritis melainkan ditekankan pada segi praktis mempelajari, menelaah, mengkaji gejala-gejala dan masalah sosial. Menurut Hasan dalam Supriatna (2009:5), tujuan pendidikan IPS dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu 1) Pengembangan kemampuan intelektual siswa.

2) Pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawabsebagai anggota masyarakat.

3) Bangsa serta pengembangan diri siswa sebagai pribadi.

Menurut Mariana (2010:2) Hakikat pembelajaran IPS adalah perkembangan hidup seseorang mulai dari saat ia lahir sampai menjadi dewasa, tidak dapat terlepas dari masyarakat. Oleh karena itu pengetahuan sosial dapat dikatakan tidak asing bagi tiap orang. Mengingat luasnya cakupan dalam IPS maka guru wajib melakukan seleksi materi serta Wajib mengenali sumber dan pendekatan yang sesuai dengan peserta didik. Proses Pembelajaran IPS meliputi :

a) Penguasaan materi sebagai landasan kepercayaan. b) Anak didik kita tidak kosong sama sekali oleh pengetahuan sosial.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. Landasan Teori 2repository.uksw.edu/bitstream/123456789/858/3/T1_292008106_BAB II.pdfindependensi, relasi-relasi penuh makna antara apa yang dipelajari dengan

14

c) Proses pembelajaran mengkaitkan fenomena yang ada di sekitar anak, dapat memperkaya pengetahuan, mempertajam penalaran.

d) Anak mempunyai pengetahuan sesuai dengan penghayatan dan pegalamannya.

e) Kejadian sosial yang nyata dialami dan diamati dapat ditarik ke dalam kelas sebagai bahasan yang menarik.

f) Makna yang wajib dihayati dalam proses pembelajaran IPS yaitu nilai-nilai kehidupan yang menjadi landasan kebahagiaan hidup di masyarakat sebagai makluk sosial.

g) Pendidikan yang tidak dilandasi oleh nilai-nilai yang bermakna, akan menjadikan siswa yang berkemampuan intelektual tinggi namun emosinya tumpul.

2.3.1 Pembelajaran IPS Menggunakan Model Pembelajaran CTL dengan

Surat Kabar Salah satu tujuan pendidikan IPS Permen Diknas No. 22, 23 dan 24/2006 dalam Supriatna (2009:6) adalah “Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial”. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka digunakan model pembelajaran CTL yang merupakan konsep belajar untuk membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat, Slameto (2011:5). Untuk mengoptimalkan pembelajaran IPS dengan model Contextual

Teaching And Learning yang menekankan hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan nyata digunakan media surat kabar. Dikarenakan pembelajaran dengan media surat kabar menurut Yusufhadi Miarso dalam Mustafida (2009:26) mempunyai tujuan sebagai berikut: a) Dapat digunakan untuk menyampaikan informasi yang bersifat fakta. b) Mengajarkan pengenalan kembali dan perbedaan stimulasi yang relevan.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. Landasan Teori 2repository.uksw.edu/bitstream/123456789/858/3/T1_292008106_BAB II.pdfindependensi, relasi-relasi penuh makna antara apa yang dipelajari dengan

15

c) Memberikan gambaran tentang lokasi, posisi, dan situasi pekerjaan yang akan dihadapi siswa nantinya.

2.4 Belajar Menurut Slameto (2010:2) Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sehingga pengalamannya sendiri dalam interaksi (dalam http://www.inforppsilabus.com/2012/02/pengertian-dan-definisi-belajar-menurut.html). Menurut teori belajar behavioristik Anni (2007:19), belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Skinnerdalam Budiningsih (2005:24) mengemukakan juga bahwa hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dalam lingkungannya, yang kemudian akan menimbulkan perubahan tingkah laku. Menurut teori kognitif dalam Anni (2007:35), belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamnya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Jadi belajar merupakan proses penting bagi perubahan tingkah laku manusia dan mencangkup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan.

2.5 Hasil Belajar Menurut Anni (2007:5) hasil belajar merupakan peruahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Oleh karena itu apabila pembelajar mempelajari pengetahuan tetntang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. Gagne dalam Uno (2007:137) menyebutkan bahwa “hasil belajar merupakan kapasitas terukur dari perubahan individu yang diinginkan berdasarkan ciri-ciri atau variabel bawaannya melalui perlakuan pengajaran tertentu”.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. Landasan Teori 2repository.uksw.edu/bitstream/123456789/858/3/T1_292008106_BAB II.pdfindependensi, relasi-relasi penuh makna antara apa yang dipelajari dengan

16

Reigeluth dalam Uno (2007: 137) “hasil belajar adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi yang berbeda”. Pemerolehan hasil belajar yang baik akan memberikan kebanggaan pada diri sendiri, dan orang lain. Untuk itu guna memperoleh hasil belajar yang baik siswa dihadapkan dengan beberapa faktor yang bisa membuat siswa mendapatkan hasil belajar yang baik. Menurut Benjamin S. Bloom dalam Chatarina (2007:7) ada tiga ranah (domain) hasil belajar, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut: a) Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian.

b) Ranah Afektif c) Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang

kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

d) Ranah Psikomotor Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan dan mengamati).

Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif jugaharus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah keluaran yang dapat ditunjukkan siswa setelah melakukan kegiatan memproses masukan yang diterima dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.

3. Kajian penelitian yang relevan Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh Eka Deny Wahyu Saputra. 2011. Upaya meningkatkan Hasil Belajar Siswa melalui pendekatan contextual teaching learning (menemukan

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. Landasan Teori 2repository.uksw.edu/bitstream/123456789/858/3/T1_292008106_BAB II.pdfindependensi, relasi-relasi penuh makna antara apa yang dipelajari dengan

17

sendiri) tentang cahaya pada pelajaran IPA kelas V semester II SDN I Karanggeneng Tahun ajaran 2010/ 2011. Penelitian dilakukan selama dua siklus, pada siklus pertama menunjukkan siswa yang tuntas sebanyak 14 (70%) dan siswa yang belum tuntas sebanyak 6 siswa (30%) sedangkan pada siklus dua hasil penelitian menunjukkansiswa yang tuntas sebanyak 18 siswa (90%) dan siswa yang belum tuntas sebanyak 2 siswa (10%). Ini berarti dari skor rata-rata kelas pada pra siklus tidak terjadi ketuntasan belajar, sedangkan pada siklus 1 dan siklus 2 terjadi ketuntasan belajar. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Khusnul khotimah (2011). Peningkatan hasil belajar IPS melalui pendekatan CTL materi sumber daya alam siswa kelas IV SDN Wonorejo I Lumbang Pasuruan. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa penerapan pendekatan CTL pada mata pelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Wonorejo I Lumbang Pasuruan. Hal ini terbukti pada pra tindakan rata-rata hasil belajar siswa 55,3 (cukup), siklus I rata-rata hasil belajar siswa 66,8 (baik) sedangkan pada siklus II rata-rata hasil belajar meningkat menjadi 73,4 (baik). Dapat dinyatakan bahwa terdapat 15 dari 17 siswa yang telah mencapai KKM atau sebesar 80% siswa telah mencapai ketuntasan klasikal. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fita Mustafida (2009). Penggunaan Media Surat Kabar Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas V MI Mambaul Ulum Kasri Bululawang. Dengan penelitaian ini suasana kelas menjadi hidup, keberanian dalam mengemukakan pendapat, dan dapat menemukan pengetahuan yang baru. Secara kuantitatif hasil tes juga menunjukkan tingkat keberhasilan yang tinggi. Yaitu 90.32% siswa dinyatakan lulus, sedangkan sebelum adanya tindakan terdapat 54.83%. Yang berarti mengalami peningkatan sebesar 35.49%. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Agus Irawan (2011) Pemanfaatan surat kabar sebagai media media pembelajaran IPS untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV di SDN Pandanwangi 4 Malang. Penelitian ini dilaksanakan dengan 2 siklus. Dalam penelitian ini, peneliti mengacu pada model siklus PTK yang dikembangkan oleh Kemmis dan MC" Taggart".

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. Landasan Teori 2repository.uksw.edu/bitstream/123456789/858/3/T1_292008106_BAB II.pdfindependensi, relasi-relasi penuh makna antara apa yang dipelajari dengan

18

Berdasarkan hasil tes diperoleh hasil belajar siswa hasil belajar siswa kelas IV mata pelajaran IPS pada siklus I (40,91%) mengalami peningkatan pada siklus II (84,79%)". Penelitian-penelitian terdahulu yang relevan tersebut menggunakan model penelitian PTK dengan 2 siklus. Penelitian dengan penggunaan model/pendekatan CTL oleh Eka Deny Wahyu saputra lebih memfokuskan pada salah satu komponen CTL yaitu “menemukan sendiri”. Berbeda dengan penelitian oleh Khusnul Khotimah yang menggunakan model/pendekatan CTL dengan memfokuskan seluruh komponen dari CTL. Kedua penelitian tersebut terjadi peningkatan hasil belajar yang signifikan saat dilakukan tindakan oleh peneliti pada tiap siklusnya. Penelitian yang dilakukan oleh Fita Mostafida menggunakan media surat kabar. Dalam penelitian ini menggunakan bacaan-bacaan dalam surat kabar untuk mencari ide pokoknya kemudian menceritakan kembali. Berbeda dengan penelitian oleh Agus Irawan yang menggunakan media surat kabar dengan mengambil gambar-gambar sesuai dengan materi untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam kelas. Kedua penelitian tersebut menunjukkan peningkatan hasil belajar saat dilakukan tindakan pada tiap siklusnya. Sedangkan penelitian yang akan saya lakukan memfokuskan dengan menggabungkan antara model pembelajaran CTL dengan media surat kabar sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Bahwa dengan membawa dunia nyata kedalam kelas siswa dapat menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka. Siswa diminta untuk mengidentifikasi informasi-informasi dalam surat kabar yang berisi berita-berita nyata dan aktual sesuai dengan materi.

4. Kerangka berfikir Keberhasilan proses pembelajaran juga didukung oleh penggunaan model atau media pembelajaran yang tepat, sesuai mata pelajaran, materi dan kondisi siswa secara keseluruhan, selain oleh kemampuan siswa itu sendiri. Salah satu wujud pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa adalah dengan pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL).

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. Landasan Teori 2repository.uksw.edu/bitstream/123456789/858/3/T1_292008106_BAB II.pdfindependensi, relasi-relasi penuh makna antara apa yang dipelajari dengan

19

Alur kerangka berfikir yang ditujukan untuk mengarahkan jalannya penelitian agar tidak menyimpang dari pokok-pokok permasalahan, dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1. Skema kerangka berpikir

KONDISI AKHIR

System yang Diteliti Hasil Belajar rata-rata

siswa yang Kurang Dari KKM

Guru/Peneliti Belum menggunakan model pembelajaran CTL dengan Media Surat Kabar

KONDISI AWAL

SIKLUS I

SIKLUS II

Penggunaan model pembelajaran CTL dengan media surat kabar

Penggunaan model pembelajaran CTL dengan media surat kabar

Peningkatan hasil belajar siswa sudah mencapai KKM ≥ 65

TINDAKAN

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. Landasan Teori 2repository.uksw.edu/bitstream/123456789/858/3/T1_292008106_BAB II.pdfindependensi, relasi-relasi penuh makna antara apa yang dipelajari dengan

20

5. Hipotesis Tindakan Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian. Berdasarkan kajian teori, maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah: Penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching And

Learningd engan Media Surat Kabar dapat meningkatkan hasil belajar IPS Pokok bahasan perkembangan teknologi Siswa kelas IV SD Negeri Kertosari 02 Kec.Jumo Kab. Temanggung Tahun Pelajaran 2011/2012.