bab ii kajian pustaka 1.1. penelitian terdahulu penelitian terkait

61
BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait metode pendeteksian untuk mencegah tindakan kecurangan telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, baik di dalam maupun luar negeri. Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya digunakan sebagai penelitian pendukung dalam penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut dirangkum dalam tabel 2.1: Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Peneliti (Tahun) Judul Hasil Penelitian 1 Iprianto (2009) Persepsi Akademisi dan Praktisi Akuntansi terhadap Keahlian Akuntan Forensik Terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara akademisi dengan praktisi terhadap kemampuan pemikiran kritis, memecahkan masalah tidak terstruktur, fleksibilitas penyidikan, dan komunikasi lisan yang dimiliki oleh seorang akuntan forensik. 2 Ramazani (2010) Iranian Accountants Conception of The Prevention Methods of Fraud And Offering Some Recommendations to Reduce Fraud in Iran Metode firewalls, proteksi menggunakan password, review dan perbaikann pengendalian internal merupakan metode yang mampu untuk memerangi tindak kecurangan. 3 Rukmawati (2011) Persepsi Manajer dan Auditor Eksternal mengenai Efektivitas Metode pendeteksian dan Pencegahan Tindakan Kecurangan Keuangan Tidak terdapat perbedaan persepsi antara manajer dan auditor eksternal tentang efektivitas metode pendeteksian dan pencegahan tindakan kecurangan. 4 Sengur (2012) Auditor’s Perception of Adanya audit eksternal dan 9

Upload: vuongtruc

Post on 13-Feb-2017

224 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terkait metode pendeteksian untuk mencegah tindakan

kecurangan telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, baik di dalam

maupun luar negeri. Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya digunakan

sebagai penelitian pendukung dalam penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut

dirangkum dalam tabel 2.1:

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No Peneliti (Tahun) Judul Hasil Penelitian

1 Iprianto (2009)

Persepsi Akademisi dan

Praktisi Akuntansi

terhadap Keahlian

Akuntan Forensik

Terdapat perbedaan persepsi

yang signifikan antara

akademisi dengan praktisi

terhadap kemampuan

pemikiran kritis,

memecahkan masalah tidak

terstruktur, fleksibilitas

penyidikan, dan komunikasi

lisan yang dimiliki oleh

seorang akuntan forensik.

2 Ramazani (2010)

Iranian Accountants

Conception of The

Prevention Methods of

Fraud And Offering

Some

Recommendations to

Reduce Fraud in Iran

Metode firewalls, proteksi

menggunakan password,

review dan perbaikann

pengendalian internal

merupakan metode yang

mampu untuk memerangi

tindak kecurangan.

3 Rukmawati

(2011)

Persepsi Manajer dan

Auditor Eksternal

mengenai Efektivitas

Metode pendeteksian

dan Pencegahan

Tindakan Kecurangan

Keuangan

Tidak terdapat perbedaan

persepsi antara manajer dan

auditor eksternal tentang

efektivitas metode

pendeteksian dan pencegahan

tindakan kecurangan.

4 Sengur (2012) Auditor’s Perception of Adanya audit eksternal dan

9

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

10

Fraud Prevention

Measures: Evidence

From Turkey

meningkatkan pengawasan

lebih efektif untuk mencegah

kecurangan pelaporan

keuangan dibandingakan

dengan kecurangan berupa

penyalahgunaan aset dan

korupsi.

5 Ekaterina (2013)

Fraud Prevention and

Detective Methods in

Russian Small-Scale

Enterprises: Perception

of Managers and

Accountans Regarding

Their Effectiveness

Metode yang paling efektif

untuk mendeteksi kecurangan

berdasarkan persepsi auditor

dan manajer adalah

membandingkan order

pembelian dengan faktur dan

dokumen pengiriman serta

data konfirmasi dengan

vendor atau pelanggan.

2.2. Kajian Teoritis

2.2.1. Pengertian Persepsi

Menurut Lubis (2010 : 93), persepsi adalah bagaimana orang-orang

melihat atau menginterpretasikan peristiwa, objek, serta manusia. Orang-

orang bertindak atas dasar persepsi mereka dengan mengabaikan apakah

persepsi itu mencerminkan kenyataan sebenarnya. Pada kenyataannya,

setiap orang memiliki persepsinya sendiri atas suatu kejadian. Uraian

kenyataan seseorang mungkin jauh berbeda dengan uraian orang lain.

Persepsi juga merupakan pengalaman tentang objek atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkan pesan. Meskipun demikian, karena persepsi tentang objek

atau peristiwa tersebut bergantung pada suatu kerangka ruang dan waktu,

maka persepsi akan bersifat sangat subjektif dan situasional. Persepsi

ditentukan oleh faktor personal dan situasional. Faktor fungsional berasal

dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal-hal lain yang termasuk

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

11

dalam faktor fungsional. Oleh karena itu, yang menentukan persepsi

bukanlah jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang

memberikan respons terhadap stimuli tersebut. Sementara itu, faktor

struktural berasal dari sifat fisik dan dampak saraf yang ditimbulkan pada

sistem saraf individu.

Robbins et al, (2009 : 175) mendefinisikan persepsi (perception)

sebagai proses dimana individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-

kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka.

Namun, apa yang diterima seseorang pada dasarnya bisa berbeda dari

realitas objektif. Walaupun seharusnya tidak perlu ada, perbedaan tersebut

sering timbul.

Persepsi individu dalam membuat penilaian terhadap individu lain,

akan dikaitkan dengan teori atribusi (Lubis, 2010: 97). Teori atribusi

merupakan penjelasan dan cara-cara manusia menilai orang secara

berlainan, bergantung pada makna yang dihubungkan ke suatu perilaku

tertentu. Pada dasarnya, teori ini menyarankan bahwa jika seseorang

mengamati perilaku seorang individu, orang tersebut berusaha menentukan

apakah perilaku itu disebabkan oleh faktor internal atau eksternal. Namun,

penentuan tersebut sebagian besar bergantung pada tiga faktor berikut:

1. Kekhususan (ketersendirian), merujuk pada apakah seorang individu

memperlihatkan perilaku-perilaku yang berlainan dalam situasi yang

berlainan.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

12

2. Konsensus, yaitu jika semua orang yang menghadapi suatu situasi

serupa bereaksi dengan cara yang sama.

3. Konsistensi, yaitu individu memberikan reaksi dengan cara yang sama

dari waktu ke waktu.

Menurut pandangan Islam, setiap individu yang hendak

menyampaikan persepsinya terhadap suatu hal haruslah ada dasarnya.

Seseorang tidak diperbolehkan menyampaikan sebuah persepsi terhadap

suatu hal apabila individu tersebut tidak mengetahui secara pasti akan hal

tersebut. Hal ini dapat ditunjukkan pada surat Al-Isra‟ ayat 36.

Artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak

mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,

penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”

(QS. Al-Isra‟ : 36).

Surat Al-Isra‟ ayat 36 diatas menegaskan bahwa pendapat atau

persepsi yang diungkapkan oleh seseorang hendaknya harus memiliki

dasar atau dengan kata lain, tidak boleh mengungkapkan suatu pendapat

apabila seseorang tersebut tidak mengetahui yang sebenarnya atau tidak

memiliki pengetahuan terkait hal tersebut. Hal ini diarenakan apabila

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

13

seseorang menyampaikan suatu pendapat atau persepsi mengenai suatu

hal, akan tetapi seseorang tersebut sebenarnya tidak mengetahui tentang

hal tersebut atau tidak memiliki pengetahuan mengenai hal tersebut, maka

dikhawatirkan akan menimbulkan hal-hal yang tidak benar atau negatif.

Selain itu, surat tersebut juga menegaskan bahwa apa yang didengar

maupun dilihat oleh setiap manusia akan diminta pertanggung

jawabannya.

2.2.2. Akuntan Pendidik

Akuntan pendidik menurut Sugiri, Slamet dan Riyono (2001)

adalah profesi akuntan yang menghasilkan akuntan-akuntan baru yang

berprofesional, selain mengajar akuntan pendidik ini melakukan

pengabdian masyarakat dan penelitian di bidang Akuntansi.

Akuntan pendidik adalah akuntan yang pekerjaan utamanya

mengajar baik mengajar pada perguruan tinggi, Sekolah Menengah Atas

ataupun privat akuntansi. Namun yang penulis bahas dalam penelitian ini

adalah akuntan pendidik di Perguruan Tinggi (PT) yang biasa disebut

dosen. Dosen dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada Tri Darma

Perguruan Tinggi, yaitu pengajaran, penelitian dan pengabdian pada

masyarakat. Pengajaran merupakan tugas utama seorang pendidik,

pengajaran dilakukan dngan tatap muka di kelas. Proses pengajaran

diharapkan menjadi sarana untuk mentransfer ilmu pengetahuan dari

pendidik pada anak didiknya. Tugas penelitian juga merupakan tugas bagi

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

14

seorang akuntan pendidik, sehingga disamping melakukan pekerjaan

mengajar, seorang pendidik juga dituntut untuk mampu melakukan

penelitian sebagai sarana untuk menerapkan ilmu dalam praktek yang

sesungguhnya. Selain dua tugas itu seorang akuntan pendidik juga harus

mampu melaksanakan pengabdian pada masyarakat. Hal tersebut

dimaksudkan agar seorang pendidik tidak hanya berkomunikasi dengan

bidang ilmunya sendiri, namun juga harus mampu berkomunikasi dengan

masyarakat luas.

1.2.3. Kantor Akuntan Publik

Haryono (2001) mengindikasikan bahwa bentuk usaha Kantor

Akuntan Publik (KAP) yang dikenal menurut hukum Indonesia ada 2 jenis

yaitu:

1. KAP dalam bentuk Usaha Sendiri. KAP bentuk ini menggunakan

nama akuntan publik yang bersangkutan.

2. KAP dalam bentuk Usaha Kerjasama. KAP bentuk ini menggunakan

nama sebanyak-banyaknya tiga nama akuntan publik yang menjadi

rekan/partner dalam KAP yang bersangkutan.

KAP yang berafiliasi adalah bentuk usaha kerjasama antara KAP

lokal dengan KAP internasional (asing). KAP yang berafiliasi dengan

organisasi kantor akuntan publik international dalam kelompok 30 besar

untuk bertukar pandangan dan pengalaman mengenai hal-hal seperti teknis

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

15

informasi dan pendidikan lanjutan (Arens dan Loebbecke, 2003 dalam

Suboro, 2006).

Sekar (2002) menyatakan bahwa penelitian tentang KAP di

Indonesia sering menggunakan istilah afiliasi dan non afiliasi dengan

kantor akuntan asing dan dikatakan pula bahwa investor mempersepsikan

auditor yang berafiliasi dengan kantor akuntan asing memiliki kualitas

yang tinggi karena auditor tersebut memiliki karakteristik yang bisa

dikaitkan dengan kualitas, didukung oleh penelitian Goetz, Morrow, Paula

And McElroy (1991) bahwa kualitas auditor meningkat sejalan dengan

besarnya KAP tersebut.

KAP yang berafiliasi dengan organisasi kantor akuntan publik

international dalam kelompok 30 besar untuk bertukar pandangan dan

pengalaman mengenai hal-hal seperti teknis informasi dan pendidikan

lanjutan (Arens dan Loebbecke, 2003 dalam Suboro, 2006).

2.2.4. Auditor

Auditor adalah para profesional yang ditugaskan untuk melakukan

audit atas kegiatan dan peristiwa ekonomi bagi perorangan dan entitas

resmi, pada umumnya diklasifikasikan dalam tiga kelompok, yaitu (1)

Auditor independen, (2) auditor internal, (3) auditor pemerintah (Boynton,

Johnson dan Kell, 2002 : 8).

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

16

1. Auditor Independen

Auditor independen adalah auditor yang bekerja kepada kantor-

kantor akuntan publik. Sesuai dengan namanya, auditor independen harus

bersikap independen, tidak boleh dipengaruhi oleh pihak-pihak dari klien.

Pada umumnya lisensi diberikan kepada mereka yang telah lulus dalam

ujian persamaan CPA serta memiliki pengalaman praktik dalam bidang

auditing.

2. Auditor Internal

Auditor internal adalah auditor yang merupakan pegawai dari suatu

entitas (pegawai suatu perusahaan atau organisasi), mereka dipekerjakan

oleh sebuah entitas. Para auditor internal kebanyakan memegang Certified

Internal Auditors (CIA) yang diantaranya juga bersertifikat CPA.

3. Auditor Pemerintah

Auditor pemerintah adalah auditor yang bekerja untuk pemerintah,

mereka melaksanakan tugas-tugas auditnya untuk membantu lembaga-

lembaga atau organisasi-organisasi pemerintah dalam kegiatan operasinya

dan kegiatan lain yang diperlukan.

Kualifikasi auditor eksternal menurut pandangan Islam dapat

dijabarkan sebagai berikut:

1. Bersikap Adil

Menurut pandangan Islam, professi akuntan dianggap sebagai salah

satu fardhu kifayah atau kewajiban kolektif untuk menyediakannya

akuntansi berarti mencatat, dalam arti luas mengukur, dan mengalokasikan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

17

hak diantara berbagai pihak secara adil. Begitu pula dengan profesi auditor

eksternal yang memiliki kewajiban untuk memeriksa laporan keuangan

secara adil, tidak memihak diantara salah satu pihak. Konsep keadilan ini

dijelaskan dalam Al-Qur‟an surat An Nahl ayat 90:

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat

kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari

perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran

kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran” (QS. An-Nahl : 90).

Selain surat An-Nahl tersebut, dapat dijelaskan pula dalam surat

An-Nisa ayat 58:

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat

kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

18

menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan

adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya

kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha

melihat” (QS. An-Nisa : 58).

Berdasarkan penggalan surat diatas, telah ditegaskan bahwa kita

sebagai manusia diperintahkan untuk berbuat adil dan melakukan

pekerjaan yang baik. Adanya perintah berbuat adil, hendaknya diterapkan

oleh profesi auditor eksternal untuk menerapkan sikap adil tersebut dalam

menjalankan tugasnya. Proses audit yang dilakukan hendaknya tidak

memihak kepada salah satu pihak, baik itu pihak manajemen ataupun

pemakai laporan keuangan lainnya, seperti investor maupun pihak

eksternal lainnya. Konsep adil ini juga ada dalam sistem akuntansi yang

disebut dalam prinsip “freedom from bias”. untuk menciptakan keadilan

ini maka dirasa perlu untuk memiliki kode etik untuk akuntan dan auditor

sehingga diharapkan dapat melaksanakan fungsinya sebagaimana

mestinya.

2. Integritas

Islam menempatkan integritas sebagai nilai tertinggi yang

memandu seluruh perilakunya. Islam juga menilai perlunya kemampuan,

kompetensi dan kualifikasi tertentu untuk melaksanakan suatu kewajiban.

Dalam Al-Qur‟an surat Al-Qashash ayat 26:

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

19

Artinya: “Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: Ya bapakku

ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena Sesungguhnya

orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah

orang yang kuat lagi dapat dipercaya" (QS. Al-Qashash : 26).

Berdasarkan penggalan surat diatas dapat memberikan pengertian

bahwa seorang yang berprofesi sebagai auditor eksternal hendaknya dapat

bertanggung jawab dengan apa yang dilakukannya sehingga dapat

menunjukkan bahwa hasil dari setiap pekerjaannya dapat dipercaya bagi

pihak-pihak yang bersangkutan. Hal yang terpenting dari sikap integritas

adalah kepercayaan dan Islam selalu mensyaratkan perlunya jujur kepada

Allah SWT, kepada masyarakat dan diri sendiri.

3. Bertanggungjawab dihadapan Allah

Akuntan atau auditor eksternal muslim harus meyakini bahwa allah

selalu mengamati semua perilakunya dan dia akan

mempertanggungjawabkan semua tingkah lakunya kepada Allah nanti

dihari akhirat baik tingkah laku yang baik maupun yang besar. Karenanya

akuntan atau auditor eksternal harus berupaya untuk selalu menghindari

pekerjaan yang tidak disukai oleh Allah SWT karena dia takut akan

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

20

mendapat hukuman nantinya dihari akhirat. Sebagaimana firman Allah

dalam QS Ali Imran ayat 199.

Artinya: “Dan Sesungguhnya diantara ahli kitab ada orang yang beriman

kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang

diturunkan kepada mereka sedang mereka berendah hati kepada Allah dan

mereka tidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit.

mereka memperoleh pahala di sisi Tuhannya. Sesungguhnya Allah Amat

cepat perhitungan-Nya” (QS. Ali Imran : 199).

Oleh karenanya akuntan atau auditor eksternal/internal harus selalu

ingat bahwa dia akan mempertanggungjawabkan semua pekerjaannya

dihadapan Allah dan juga kepada publik, professi, atasan dan dirinya

sendiri.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

21

2.2.5. Kode Etik

Baidaie (2000) dalam Ludigdo (2007 : 54), menjelaskan bahwa

secara lebih luas kode etik profesi merupakan kaidah-kaidah yang menjadi

landasan bagi eksistensi profesi dan sebagai dasar terbentuknya

kepercayaan masyarakat karena dengan mematuhi kode etik, akuntan

diharapkan dapat menghasilkan kualitas kinerja yang paling baik bagi

masyarakat.

Mathews & Perrera (1991) dalam Ludigdo (2007 : 54-56), terdapat

beberapa keuntungan dari adanya kode etik ini.

1. Para profesional akan lebih sadar tentang aspek moral dari

pekerjaannya.

2. Kode etik berfungsi sebagai acuan yang dapat diakses secara lebih

mudah.

3. Ide-ide abstrak dari kode etik akan ditranslasikan ke dalam istilah yang

konkret dan dapat diaplikasikan ke segala situasi.

4. Anggota sebagai suatu keseluruhan akan bertindak dalam cara yang

lebih standar pada garis profesi.

5. Menjadi suatu standar pengetahuan untuk menilai perilaku anggota dan

kebijakan profesi.

6. Anggota akan menjadi dapat lebih baik menilai kinerja dirinya sendiri.

7. Profesi dapat membuat anggotanya dan juga publik sadar sepenuhnya

atas kebijakan-kebijakan etisnya.

8. Anggota dapat menjustifikasi perilakunya jika dikritik.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

22

Keberadaan kode etik profesi memberikan batasan-batasan

terhadap seseorang yang menyandang sebuah profesi dalam memberikan

sebuah persepsi mengenai suatu hal, khususnya profesi dalam hal ini

adalah seorang akuntan baik itu akuntan pendidik maupun auditor

eksternal. Penyampaian persepsi oleh seorang akuntan bisa saja berbeda-

beda. Perbedaan persepsi yang disampaikan tersebut masih dapat diterima

dengan ketentuan harus memperhatikan kode etik profesi yang disandang,

khususnya memperhatikan integritas, objektivitas, keadilan, dan

profesionalisme seorang akuntan. Apabila pada saat menyampaikan

sebuah persepsi, sesorang akuntan tidak memperhatikan kode etik

profesinya, maka kepercayaan masyarakat terhadap mutu jasa yang

diserahkan akan semakin rendah.

Etika di dalam Islam dikenal sebagai akhlaq, Dalam beberapa ayat

al-Qur‟an, Allah banyak menyinggung masalah akhlaq atau etika. Salah

satu kode etik auditing dan akuntansi yang banyak disinggung adalah

konsep Fairness atau keadilan. Disebutkan dalam al-Qur‟an surat An

Nahl, ayat 90

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

23

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat

kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari

perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran

kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran” (QS. An-Nahl : 90).

Surat An-Nissa ayat 58

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat

kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila

menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan

adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya

kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha

melihat” (QS. An-Nisa : 58).

Seorang auditor muslim dituntut untuk menjalani profesinya dengan

akhlaq atau etika yang baik untuk membantu mengembangkan kesadaran

etika profesi dengan membawa perhatian mereka pada isu-isu etika yang

terdapat dalam praktek profesi dan apakah setiap tindakan dapat

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

24

dipertimbangkan sebagai perilaku yang beretika sesuai dengan sudut

pandang syariah sebagai tambahan dari sekedar komitmen etika profesi

yang normal. Dan meyakinkan keakuratan dan keandalan laporan

keuangan, sehingga dapat meningkatkan kredibilitas dan kepercayaan

kepada jasa yang diberikan akuntan. Selain itu dapat meningkatkan

perlindungan kepentingan baik inttitusi maupun pihak-pihak yang terkait

dengan institusi tersebut.

2.2.6. Tanggung Jawab Auditor untuk Mendeteksi Kecurangan

Standar Audit Seksi 110 (PSA No.01) menyatakan bahwa

Tanggung Jawab dan Fungsi Auditor Independen, sebagai berikut

“Auditor bertanggung jawab dalam merencanakan dan melaksanakan audit

untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan

bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan dan

kecurangan” (IAI, 2001). Pernyataan ini memberikan arahan dan standar

yang jelas kepada auditor mengenai kewajibannya mendeteksi

kecurangan, serta audit laporan keuangan yang dilakukan harus sesuai

dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).

Auditor harus secara khusus manaksir risiko salah saji material

dalam laporan keuangan sebagai akibat dari kecurangan dan harus

mempertimbangkan taksiran risiko ini dalam mendesain prosedur audit

yang akan dilaksanakan (IAI, 2001). Dalam melakukan penaksiran ini,

auditor harus mempertimbangkan faktor risiko kecurangan yang berkaitan

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

25

dengan baik (a) salah saji yang timbul sebagai akibat kecurangan dalam

pelaporan keuangan maupun (b) salah saji yang timbul dari perlakuan

tidak semestinya terhadap aktiva untuk setiap golongan yang

bersangkutan.

Faktor-faktor risiko kecurangan tidak dapat dengan mudah disusun

peringkatnya menurut pentingnya atau digabungkan menjadi model

prediksi yang efektif. Signifikan atau tidaknya faktor risiko adalah sangat

bervariasi. Beberapa faktor tersebut akan ada di perusahaan yang di

dalamya kondisi khusus tidak menunjukkan adanya risiko salah saji

material. Oleh karena itu, auditor harus menggunakan pertimbangan

profesional pada waktu mempertimbangkan faktor risiko secara individual

atau secara gabungan dan apakah terdapat pengendalian khusus untuk

mengurangi risiko.

Standar Audit seksi 319 (PSA No. 69) menyatakan bahwa

pertimbangan pemahaman atas pengendalian intern yang diperlukan untuk

merancang audit, auditor mempertimbangkan pengetahuan yang diperoleh

dari sumber lain tentang tipe salah saji yang dapat terjadi, resiko bawaan

salah saji tersebut dapat terjadi, dan faktor yang mempengaruhi desain

pengujian substantif. Sumber lain pengetahuan seperti itu mencakup audit

sebelumnya dan pemahaman tentang industri yang menjadi tempat

beroperasinya entitas. Auditor juga mempertimbangkan taksirannya

tentang risiko bawaan, pertimbangan tentang materialitas, dan

kompleksitas dan kecanggihan operasi dan sistem entitas, termasuk apakah

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

26

metode pengendalian pengolahan informasi didasarkan pada prosedur

manual yang terlepas dari komputer atau sangat tergantung pada

pengendalian berbasis komputer. Semakin kompleks dan canggih operasi

dan sistem entitas, mungkin perlu mencurahkan perhatian ke komponen

pengendalian intern untuk memperoleh pemahaman terhadap komponen

tersebut yang diperlukan untuk mendesain pengujian substantif yang

efektif

Penaksiran risiko entitas adalah untuk mengidentifikasi,

menganalisis, dan mengelola risiko yang berdampak terhadap tujuan

entitas. Dalam audit atas laporan keuangan, audit melakukan penaksiran

atas risiko bawaan dan risiko pengendalian untuk mengevaluasi

kemungkinan bahwa salah saji material dapat terjadi dalam laporan

keuangan (Standar Audit seksi 319). Dalam hal ini termasuk metode-

metode pendeteksian untuk mencegah kecurangan.

Pertimbangan tentang risiko salah saji material sebagai akibat dari

kecurangan dapat berdampak terhadap audit melalui cara berikut ini (IAI,

2001):

a. Skeptisme profesional (profesional scepticism). Penerapan kemahiran

profesional mensyaratkan auditor untuk menggunakan skeptisme

profesional-yaitu, suatu sikap yang mencakup pikiran bertanya dan

penentuan secara kritis bukti audit.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

27

b. Penugasan Personal. Pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan

personal yang dibebani tanggung jawab perikatan signifikan harus

sesuai dengan penaksiran auditor atas tingkat perikatan.

c. Prinsip dan kebijakan akuntansi. Auditor mungkin lebih

berkepentingan terhadap apakah prinsip akuntansi yang dipilih dan

kebijakan akuntansi yang dipakai telah diterapkan dengan cara tidak

semestinya untuk menghasilkan salah saji material dalam laporan

keuangan.

d. Pengendalian. Bila risiko salah saji material sebagai akibat dari

kecurangan berkaitan dengan faktor risiko yang memiliki implikasi

dalam pengendalian, kemampuan auditor untuk menaksir risiko

pengendalian di bawah maksimum dapat berkurang.

Dalam melaksanakan audit untuk sampai pada suatu

pernyataan pendapat, auditor harus senantiasa bertindak sebagai

seorang ahli dalam bidang akuntansi dan bidang auditing. Pencapaian

keahlian tersebut dimulai dengan pendidikan formalnya, yang

diperluas melalui pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam praktik

audit (IAI, 2001). Untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang

profesional, auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup.

Pelatihan ini harus secara memadai mencakup aspek teknis maupun

aspek umum.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

28

2.2.7. Pemeriksaan

Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan menyatakan bahwa

Pemeriksaan memberlakukan setiap standar pekerjaan lapangan audit

keuangan dan Pernyataan Standar Audit (PSA) yang ditetapkan oleh IAI,

kecuali ditentukan lain.

Pemeriksa harus memperoleh informasi dari entitas yang diperiksa

untuk mengidentifikasi pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja,

pemeriksaan dengan tujuan tertentu atau studi lain yang sebelumnya telah

dilaksanakan dan berkaitan dengan tujuan pemeriksaan yang sedang

dilaksanakan. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi langkah koreksi yang

berkaitan dengan temuan dan rekomendasi signifikan. Pemeriksa harus

mempergunakan pertimbangan profesionalnya untuk menentukan (1) periode

yang harus diperhitungkan, (2) lingkup pekerjaan pemeriksaan yang

diperlukan untuk memahami tindak lanjut temuan signifikan yang

mempengaruhi pemeriksaan, dan (3) pengaruhnya terhadap penilaian risiko

dan prosedur pemeriksaan dalam perencanaan pemeriksaan.

Standar Pemeriksaan pada dasarnya mensyaratkan bahwa pemeriksa

harus menilai risiko salah saji material yang mungkin timbul karena

kecurangan dari informasi dalam laporan keuangan atau data keuangan lain

yang secara signifikan terkait dengan tujuan pemeriksaan. Pemeriksa harus

mempertimbangkan prosedur pemeriksaan yang harus dirancang untuk

menilai salah saji material yang mungkin timbul karena kecurangan tersebut.

Standar Pemeriksaan juga mensyaratkan agar pemeriksa mempertimbangkan

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

29

prosedur pemeriksaan yang harus dirancang untuk menilai salah saji material

yang mungkin timbul karena ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan

perundang-undangan (Peraturan BPK RI No. 01 tahun 2007).

2.2.8. Risiko Audit

Resiko audit adalah risiko auditor tanpa sadar tidak melakukan

modifikasi pendapat sebagaimana mestinya atas laporan keuangan yang

mengandung salah saji material (Agoes, 2012 : 148).

Dalam praktik, seorang auditor tidak hanya harus mempertimbangkan

risiko audit untuk setiap saldo akun dan golongan transaksi saja, tetapi juga

setiap asersi yang relevan dengan saldo akun dan golongan transaksi yang

material. Faktor risiko yang relevan dengan suatu asersi biasana berbeda

dengan faktor reiko yang relevan dengan asersi lainnya. Para auditor

menguraikan risiko audit sebagai suatu fungsi dari tiga komponen, tiga

komponen tersebut adalah (1) Risiko Bawaan, (2) Risiko Pengendalian dan (3)

Risiko Deteksi (Boynton et al, 2002 : 202).

1. Risiko Bawaan

Kerentanan suatu asersi terhadap kemungkinan salah saji yang

material, dengan asumsi tidak terdapat pengendalian internal yang terkait.

Penilaian terhadap risiko bawaan meliputi evaluasi faktor-faktor yang dapat

menyebabkan salah saji pada suatu asersi. Sebagai contoh faktor ekonomi dan

persaingan, serta perlunya mencapai target laba yang dilaporkan dapat

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

30

mendorong manajemen untuk menggunakan teknik-teknik akuntansi untuk

meningkatkan labayang dilaporkan.

2. Risiko Pengendalian

Risiko terjadinya salah saji yang material dalam suatu asersi yang tidak

akan dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur

pengendalian intern entitas. Manajemen seringkali mengakui adanya risiko

salah saji yang melekat pada sistem akuntansi, sehingga manajemen berusaha

merancang struktur pengendalian intern untuk mencegah, mendeteksi, dan

mengoreksi salah saji tersebut secara tepat waktu. Sebagai contoh, risiko salah

saji yang material untuk suatu asersi dapat dikurangi apabila auditor memiliki

bukti bahwa pengendalian intern atas asersi tersebut telah secara efektif

dirancang dan diterapkan dalam operasi.

3. Risiko Deteksi

Risiko yang timbul karena auditor tidak dapat mendeteksi salah saji

material yang terdapat dalam suatu asersi. Setelah auditor membuat keputusan

tentang risiko audit, risiko bawaan, dan risiko pemgendalian secara

keseluruhan, maka ia dapat menggunakan model risiko audit untuk membuat

keputusan tentang bukti audit yang diperlukan guna membatasi risiko sampai

tingkat serendah mungkin. Para auditor dapat mengendalikan risiko deteksi

dengan menggunakan pertimbangan profesional dalam mengambil keputusan

tentang prosedur audit mana yang akan digunakan, kapan melaksanakan

prosedur audit, luasnya prosedur audit, dan siapa yang harus

melaksanakannya. Prosedur audit banyak yang melibatkan penggunaan teknik

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

31

audit dengan bantuan komputer sehingga auditor dapat menggunakan

teknologi untuk membuat audit lebih efesien.

2.2.9. Program Audit

Standar Auditing yang berlaku umum menyatakan bahwa dalam

merencanakan audit, auditor harus mempertimbangkan sifat, luas, dan saat

pekerjaan yang harus dilaksanakan serta harus mempersiapkan suatu program

audit tertulis untuk setiap audit.

Maksud suatu program audit adalah mengatur secara sistematis

prosedur audit yang akan dilaksanakan selama audit berlangsung. Program

audit tersebut menyatakan bahwa prosedur audit yang diyakini oleh auditor

merupakan hal yang penting untuk mencapai tujuan audit. Program audit juga

mendokumentasikan strategi audit (Boynton et al, 2002 : 245-247). Biasanya

auditor berusaha menyeimbangkan prosedur audit top-down dan bottom-up

ketika mengembangkan suatu program audit. Jenis pengujian yang termasuk

dalam program audit meliputi:

1. Prosedur Analitis

Prosedur ini meneliti hubungan yang dapat diterima antara data keuangan

dan data non-keuangan untuk mengembangkan harapan atas saldo laporan

keuangan.

2. Prosedur awal

Yakni prosedur untuk memperoleh pemahaman atas (1) faktor persaingan

bisnis dan industri klien, (2) struktur pengendalian internnya. Auditor juga

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

32

melaksanakan prosedur awal untuk memastikan bahwa catatan-catatan

dalam buku pembantu sesuai dengan akun pengendali dalam buku besar.

3. Pengujian Estimasi Akuntansi

Pengujian ini meliputi pengujian subtantif atas saldo.

4. Pengujian pengendalian

Adalah pengujian pengendalain intern yang ditetapkan oleh strategi audit

dari auditor.

5. Pengujian transaksi

Adalah pengujian substantif yang terutama meliputi tracing atau vouching

transaksi berdasarkan bukti dokumenter yang mendasari.

6. Pengujian Saldo

Berfokus pada perolehan bukti secara langsung tentang saldo akun serta

item-item yang membentuk saldo tersebut.

7. Pengujian penyajian dan pengungkapan

Mengevaluasi penyajian secara wajar semua pengungkapan yang

dipersyaratkan oleh GAAP.

Elemen Kunci Program Audit menurut Boynton et al,(2002 : 246) dapat

digambarkan seperti tabel 2.2:

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

33

Tabel 2.2

Elemen Kunci Program Audit

Bottom-Up : Mengevaluasi bukti transaksi pendukung dan akumulasinya

dalam laporan keuangan

Prosedur Analitis

Prosedur Awal

Pengujian Estimasi Akuntansi

Pengujian Penyajian dan Pengungkapan

Penguian Pengendalian

Pengujian Transaksi

Pengujian Saldo

Bottom-Up : Mengevaluasi bukti transaksi pendukung dan akumulasinya

dalam laporan keuangan

Seperti yang telah dijelaskan pada uraian sebelumnya bahwa yang

dimaksud dengan program audit adalah suatu proses yang mengatur mengatur

secara sistematis prosedur audit yang akan dilaksanakan selama audit

berlangsung. Tujuan audit itu sendiri adalah melakukan verifikasi bahwa

subjek dari audit telah diselesaikan atau berjalan sesuai dengan standar,

regulasi, dan praktek yang telah disetujui dan diterima. Apabila subjek audit

tersebut tidak berjalan sesuai dengan standar yang ada dan hal tersebut

dilakukan secara sengaja, maka hal tersebut akan tergolong dalam tindak

kecurangan. Oleh karena pelaksanaan program audit ini memungkinkan untuk

menemukan adanya tindak kecurangan, maka program audit dijadikan

sebagai salah satu metode pendeteksian untuk mencegah tindakan kecurangan

keuangan.

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

34

2.2.10. Fraud

Fraud adalah sebuah tindakan yang melawan hukum. Para akuntan

merujuk pada Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) tentang

beberapa tindak pidana yang dikenal sebagai Fraud (Tuanakotta, 2012 : 194-

195).

1. Pasal 362 tentang Pencurian (definisi KUHP: ”mengambil barang

sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan

maksud untuk dimiliki secara melawan hukum”);

2. Pasal 368 tentang Pemerasan dan Pengancaman (definisi KUHP:

“dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain

secara melawan hukum, memaksa seseorang dengan kekerasan atau

ancaman kekerasan untuk memberikan barang sesuatu, yang seluruhnya

atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau orang lain, atau upaya

membuat hutang ataupun menghapuskan piutang”);

3. Pasal 372 tentang Penggelapan (definisi KUH: “dengan sengaja dan

melawan hukum memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau

sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam

kekuasaannya bukan karena kejahatan”).

4. Pasal yang berkaitan juga dengan tindakan Fraud adalah pasal 378

tentang Perbuatan Curang, pasal 396 tentang Merugian Pemberi Piutang

dalam Keadaan Pailit, dan pasal 406 tentang Menghancurkan atau

Merusakkan Barang.

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

35

5. Pasal 209, 210, 387, 388, 415, 417, 418, 419, 420, 423, 425, dan 435

yang secara khusus dalam Undang-Undang Pemberantas Tindakan

Pidana Korupsi (Lembaga Pemerintah, 1999)

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa fraud merupakan

tindakan seseorang dengan berbuat curang. Menurut ACFE ini, kecurangan

merupakan segala sesuatu yang secara lihai dapat digunakan untuk mendapat

keuntungan dengan cara menutupi kebenaran, tipu daya, kelicikan atau

mengelabuhi dan cara tidak jujur yang lain. AICPA dan IAI tidak

membedakan secara jelas apakah kecurangan tersebut merupakan kesalahan

yang berakibat salah saji material atau tidak, yang perlu diperhatikan adalah

faktor yang mendasari alasan kecurangan, yaitu tindakan yang mendasari

salah saji material (misstatement) apabila disengaja. Oleh karenanya, ketidak

mampuan dan buruknya manajemen tidak termasuk penipuan. Keinginan

menipu untuk keuntungan pribadi dan kerugian untuk pihak yang

mengandalkan kebenaran bukti nyata transaksi merupakan elemen terpenting

penipuan.

Tindakan Fraud atau kecurangan merupakan suatu tindakan yang

tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Menurut pandangan islam,

perbuatan curang sangatlah dilarang oleh Allah SWT, sebagaimana yang

telah dijelaskan dalam surat An-Nahl ayat 105 sebagai berikut:

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

36

Artinya: “Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-

orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka Itulah orang-

orang pendusta” (QS. An-Nahl : 105).

Selain itu, larangan mengenai perbuatan yang dilakakukan dengan

cara curang juga dapat dijelaskan dalam surat Al-Anfal ayat 27 sebagai

berikut:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati

Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati

amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui”

(QS. Al-Anfal : 27).

Berdasarkan kedua penggalan surat diatas, dapat diketahui bahwa

adanya penegasan Allah SWT dalam hal pelarangan terhadap perbuatan yang

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

37

mengandung unsur kebohongan atau curang. Hal ini hendaknya dipahami

bahwa kita haruslah selalu berbuat jujur dalam setiap perbuatan yang kita

lakukan dan menjadi orang-orang yang benar, yaitu tidak melakukan

perbuatan curang, sebagaimana yang telah disampaikan pada surat At-Taubah

ayat 119 sebagai berikut:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan

hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar” (QS. At-Taubah : 119).

Perintah agar kita bersama orang-orang yang benar dalam surat

tersebut mengandung arti bahwa kita diciptakan di bumi ini untuk menjadi

orang-orang yang benar, yaitu orang-orang yang tidak melakukan perbuatan

curang. Hal ini dikarenakan perbuatan curang adalah perbuatan yang tidak

menggambarkan keadaan yang sebenarnya, sehingga dapat dikatan sebagai

perbuatan yang tidak benar.

2.2.11. Macam-macam Fraud

Seperti disebutkan oleh Halim (2003), SAS no. 82, Consideration of

Fraud in a Financial Statement Audit, mengungkapkan setidaknya terdapat

dua macam fraud, yaitu fraudulent financial reporting dan misappropriation

of assets. (IAI, 2001) menjelaskan dalam standar profesional akuntan publik

(SPAP) seksi 316 menyatakan hal serupa, yaitu:

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

38

1. Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam laporan keuangan, yaitu

salah saji atau penghilangan dengan sengaja jumlah atau pengungkapan

dalam laporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan keuangan.

2. Salah saji yang timbul dari perlakuan yang tidak semestinya. Hal ini

seringkali disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan berkaitan

dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak

disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum di

Indonesia.

Karpoff dan Lott (1993), sebagaimana terdapat dalam Uzun, Hatice,

Szewczyk dan Varma (2004), memperkenalkan empat jenis fraud, yaitu:

1. Fraud of stakeholder: terjadi jika perusahaan bertindak curang terhadap

kontrak yang bersifat eksplisit maupun implicit dengan supplier,

karyawan, franchisees, atau customer selain pemerintah.

2. Fraud of government: terjadi jika perusahaan melakukan kecurangan

dalam kontrak implisif maupun eksplisit dengan sebuah badan

pemerintahan.

3. Fraud of financial reporting: terjadi jika agen dalam perusahaan salah

dalam menyajikan kondisi keuangan perusahaan.

4. Regulatory violations: meliputi pelanggaran terhadap peraturan yang

ditetapkan badan pemerintah.

Adapun menurut Viton (2003), ada tiga macam penipuan di tempat

kerja, antara lain: (1) kecurangan manajemen; (2) kecurangan dalam

pekerjaan; dan (3) korupsi.

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

39

1. Kecurangan Manajemen (Management Fraud)

Kecurangan manajemen yang terjadi pada jajaran atas

perusahaan merupakan kecurangan yang menghasilkan kerugian

terbesar. Kecurangan ini melibatkan salah saji laporan keuangan yang

disengaja untuk melaporkan kinerja keuangan yang lebih baik dari

yang sebenarnya.

Dalam Kaplan (2004), sebuah penelitian menyimpulkan bahwa

pengauditan modern terlalu berfokus pada sistem informasi yang

digunakan klien untuk menghasilkan informasi keuangan dan justru

kurang memperhatikan pengujian langsung terhadap transaksi yang

terjadi. Salah saji yang terdapat dalam laporan keuangan yang curang

merupakan salah saji yang disengaja untuk menipu pengguna laporan

keuangan. Sumber dari salah saji ini meliputi manipulasi atau

pemalsuan catatan akuntansi, salah saji atau penghilangan yang

disengaja dari laporan keuangan, dan/atau kesalahan penerapan prinsip

akuntansi. Kecurangan semacam ini nampaknya di luar lingkup (atau

motivasi) karyawan tingkat bawah, namun justru ada pada manajemen

tingkat atas dan berada di luar sistem pengendalian internal. Oleh

karenanya diharapkan standar audit dapat melihat dengan jelas di area

mana kecurangan akuntansi sering terjadi.

Kesalahan dalam laporan keuangan dapat terjadi pada neraca,

laporan rugi laba, maupun keduanya. Area yang paling sering menjadi

subjek penyimpangan adalah: pengukuran dan pengakuan pendapatan,

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

40

cadangan/perkiraan untuk biaya masa datang yang belum jelas,

penilaian aset dan transaksi dengan pihak yang memiliki hubungan

khusus.

Di dalam al-qur‟an di terangkan bahwa seluruh pegawai harus

mentaati peraturan yang sudah ditetapkan oleh perusahaan dan dapat

memegang janjinya saat dilantik. Sesuai dengan surat At-Taubah 12

sebagai berikut:

Artinya: “Jika mereka merusak sumpah (janji)nya sesudah mereka

berjanji, dan mereka mencerca agamamu, Maka perangilah pemimpin-

pemimpin orang-orang kafir itu, karena Sesungguhnya mereka itu

adalah orang-orang (yang tidak dapat dipegang) janjinya, agar supaya

mereka berhenti” (QS. At-Taubah : 12).

2. Kecurangan dalam Pekerjaan (Occupational Fraud)

Meskipun kecurangan dalam pekerjaan dapat dilakukan oleh

manajemen, namun kecurangan jenis ini lebih sering dilakukan oleh

karyawan. Ada dua macam pendekatan teoretis terkait dengan hal ini,

yaitu:

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

41

Opportunity

Rationalization Pressure

a. Hollinger dan Clark dalam Aisyah (2006) menghubungkan

kecenderungan terlibat dalam kecurangan dengan ketidakpuasan

kerja. Diteorikan bahwa karyawan yang tidak puas (khususnya

mereka yang merasa bahwa mereka tidak digaji sesuai dengan apa

yang diharapkan) akan mencari “gaji dalam berbagai bentuk” dan

akan mencuri untuk “menyeimbangkan neraca”.

b. Adanya Fraud Triangle yang ditemukan dalam penelitian Cressey

(1940). Kecurangan dipengaruhi oleh 3 faktor, yakni tekanan

keuangan, kesempatan untuk melakukan kecurangan dan mereka

dapat melakukan pembelaan (rasionalisasi) bahwa pelanggaran

yang dilakukan bukan suatu perbuatan kriminal (Tuanakota, 2012:

208).

Gambar 2.1

Fraud Triangle

Berikut ini adalah Cressey menemukan non-shereable

problem yang dihadapi orang-orang saat diwawancarai:

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

42

- Violation of ascribed obligation

Suatu kedudukan atau jabatan dengan tanggung jawab

keuangan, membawa konsekuensi tertentu bagi yang

bersangkutan dan juga menjadi harapan atasan atau majikanya.

- Problem resulting from personal failure

Kegagalan pribadi juga merupakan situasi yang dipersepsikan

oleh orang yang mempunyai kedudukan serta dipercaya dalam

bidang keuangan, sebagai kesalahannya menggunakan akal

sehatnya, dan karena itu menjadi tanggung jawab pribadinya.

- Bussines revelsals

Kegagalan bisnis merupakan kelompok situasi yang juga

mengarah kepada non-shareable problem. Karena pelakunya

merasa bahwa kegagalan itu berada diluar dirinya atau diluar

kendalinya.

- Physical isolation

Situasi ini dapat diterjemahkan sebagai keterpurukan dalam

kesendirian. Situasi ini orang bukan tidak mau berbagai keluh

dengan orang lain. Ia tidak mempuyai orang lain tempat ia

berkeluh dan memngungkapkan masalahnya.

- Status gaining

Menjadi non-shareable problem ketika orang itu menyadari

bahwa ia tidak mampu secara finnalcial untuk naik ke status

itu, untuk menikmati simbol-simbol keistimewaan yang

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

43

dijanjikan status itu secara wajar dan sah, dan pada saat yang

sama ia tidak bisa menerima kenyataan untuk tetap berada

dalam status itu, apalagy kalau harus turun status.

- Employer-employer relations

Situasi ini mencerminkan kekesalan seorang pegawai yang

menduduki jabatan yang dipegangnya sekarang, tetapi pada

saat yang bersamaan ia tidak ada pilihan baginya, yakni ia tetap

harus menjalankan apa yang dikerjakannya sekarang.

Keenam kelompok situasi yang disebutkan Cressey pada

dasarnya berkaitan dengan upaya memperoleh status lebih tinggi atau

mempertahankan status yang dipunyainya sekarang. Dengan

perkataan lain non-shereable problem mengancam status orang itu,

atau merupakan ancaman baginya untuk meningkat kestatus yang

lebih tinggi dari statusnyapada saat terjadi pelanggaran.

3. Korupsi (Corruption)

Meskipun frekuensi terjadinya korupsi di perusahaan ini relatif

lebih kecil, namun total kerugian yang ditimbulkan cukup besar.

Aktivitas yang termasuk korupsi meliputi penyuapan, kickbacks,

kecurangan kontrak, pemerasan, serta pembayaran dan penerimaan

persenan illegal.

Secara khusus, kecurangan terhadap kontrak dapat dilakukan

dalam dua tahap, yaitu pada saat memperoleh kontrak dan kemudian

menipu korban. Selama proses penawaran, kontraktor yang memiliki

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

44

kaki tangan dalam perusahaan dapat membuat proses lebih mudah.

Jikapun tidak, kontraktor dapat menyiapkan penawaran yang

diperkirakan lebih rendah dari pesaingnya meskipun mungkin tidak

sesuai dengan biaya yang seharusnya. Kontraktor yang tidak jujur telah

menyiapkan banyak cara untuk mendapatkan keuntungan nantinya.

Kecurangan terjadi akibat perubahan kontrak dengan

pelaksanaannya, antara lain melalui:

a. Menawarkan nilai kontrak yang rendah untuk item yang diyakini

akan dihilangkan dalam operasional kontrak dan menawarkan nilai

yang tinggi untuk item yang akan dipertahankan dalam operasional

kontrak.

b. Menunda pekerjaan dalam kontrak yang mereka tahu akan diubah,

kemudian mengaku telah menghabiskan banyak waktu dan tenaga

sehingga harus tetap dibayar.

c. Mengganti material yang tercantum dalam kontrak dengan material

yang lebih murah

Alqur‟an sebagai Kitab Suci Umat Islam sangat menentang,

mengutuk bahkan mengharamkan tindak korupsi, karena Islam sangat

menentang bentuk-bentuk perbuatan dalam bentuk pengkhianatan,

penyelewengan, mengambil harta orang lain dengan cara tidak benar

serta segala sesuatu yang merugikan orang banyak. Salah satu ayat

yang menentang adanya korupsi.

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

45

- Surat Al-Baqarah ayat 188

Artinya: “Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian

yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah)

kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat

memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan

berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui” (QS. AL-Baqarah : 188).

- Surat An-Nisa‟ ayat 29

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

46

jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.

dan janganlah kamu membunuh dirimu[287]; Sesungguhnya Allah

adalah Maha Penyayang kepadamu” (QS. An-Nisa : 29).

[287] Larangan membunuh diri sendiri mencakup juga larangan

membunuh orang lain, sebab membunuh orang lain berarti membunuh

diri sendiri, karena umat merupakan suatu kesatuan.

2.2.12. Red Flags

Analisis mengenai red flags tidak akan terlepas dari pemahaman

tentang fraud. Seperti yang dinyatakan oleh Montgomery dkk. (Suartana dan

Kartana, 2008) bahwa ada fenomena segitiga kecurangan (the fraud triangle).

Konsep fraud triangle pertama kali diperkenalkan dalam SAS No. 99 yaitu

standar audit di Amerika Serikat yang terdiri dari tekanan, kesempatan dan

rasionalisasi.

Pertama, Tekanan yaitu insentif yang mendorong orang melakukan

kecurangan karena tuntutan gaya hidup, ketidakberdayaan dalam soal

keuangan, perilaku gambling, mencoba-coba untuk mengalahkan sistem dan

ketidakpuasan kerja (Salman, 2005). Tekanan ini sesungguhnya mempunyai

dua bentuk yaitu nyata (direct) dan persepsi (indirect). Tekanan nyata

disebabkan oleh kondisi faktual yang dimiliki oleh pelaku seperti orang

sering gambling atau menghadapi persoalan-persoalan pribadi, sedangkan

tekanan karena persepsi merupakan opini yang dibangun oleh pelaku yang

mendorong untuk melakukan kecurangan seperti misalnya executive need.

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

47

Kedua, Kesempatan yaitu peluang yang menyebabkan pelaku secara leluasa

dapat menjalankan aksinya yang disebabkan oleh kontrol yang lemah,

ketidakdisplinan, kelemahan dalam mengakses informasi, tidak ada

mekanisme audit, dan sikap apatis. Hal yang paling menonjol di sini adalah

dalam hal kontrol. Kontrol yang tidak baik akan memberi peluang orang

untuk melakukan kecurangan.

Ketiga, Rasionalisasi yaitu sikap yang ditunjukkan oleh pelaku dengan

melakukan justifikasi atas perbuatan yang dilakukan. Hal ini merujuk pada

sikap, karakter atau sistem nilai yang dianut oleh pelakunya. Rasionalisasi

mengacu pada fraud yang bersifat situasional. Sikap dan perilaku

rasionalisasi bisa juga akan melahirkan perilaku serakah.

Menurut Sofjan (2005) pencegahan kecurangan dapat dilakukan dari

aspek kebijakan, prosedur, organisasi, teknik pengendalian dan peran serta

pegawai. Kelima aspek ini mempunyai keterkaitan karena berada pada sistem

yang sama.

Kebijakan merupakan pernyataan niat (maksud) manajemen dalam

rangka menjalankan kendali organisasi, termasuk penentuan arah, tujuan serta

cara-cara yang perlu ditempuh untuk mencapainya. Kebijakan memuat antara

lain hal-hal yang bersifat mengharuskan, membatasi, mengarahkan,

membimbing, mendorong dan lain-lain. Seluruh kebijakan tersebut harus

tertulis dan dikomunikasikan secara reguler (Sofjan, 2005).

Prosedur adalah tata cara yang dipakai untuk melaksanakan

kebijakan/niat tersebut. Ada dua hal yang perlu diperhatikan untuk proses

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

48

penyusunan prosedur yaitu kecepatan dan keamanan dalam melakukan

kegiatan. Prosedur disusun sejalan dengan pemberian wewenang di dalam

organisasi dan secara berkala harus direview, oleh karena itu harus

dikoordinasikan dengan internal auditor yang akan selalu menilai keefektifan

prosedur tersebut (Sofjan, 2005).

Organisasi harus dilengkapi dengan uraian tugas yang jelas dan

terperinci agar dapat dihindarkan timbulnya perebutan wewenang atau saling

lempar tanggung jawab. Tiap kegiatan di dalam organisasi harus diciptakan

pemisahan fungsi antara fungsi pencatatan, penyimpanan, pengurusan dan

pemeriksaan intern. Unsur pimpinan hendaknya menyadari bahwa yang dapat

dilimpahkan adalah wewenang dan bukan tanggung jawab (Sofjan, 2005).

Ada tiga unsur penting dalam aspek teknik pengendalian yaitu

perencanaan, pencatatan dan pelaporan, serta pemeriksaan intern. Unsur

perencanaan digambarkan secara jelas mengenai macam kegiatan, tahap

pelaksanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan dan dana yang digunakan,

sehingga perencanaan juga sekaligus merupakan sarana koordinasi di dalam

pelaksanaan kegiatan. Pencatatan harus menggambarkan keadaan yang

sebenarnya. Pada proses pencatatan, orang yang melakukan pencatatan harus

terpisah dari orang yang melakukan kegiatan untuk mencegah adanya

penyimpangan di dalam pencatatan. Pelaporan adalah upaya

menginformasikan kegiatan dan perkembangannya di dalam organisasi

kepada pimpinan secara benar dan dipercaya (Sofjan, 2005).

Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

49

2.2.13. Sinyal Adanya Fraud

Dibawah ini adalah suatu daftar yang disusun oleh American Institute

of Certified Public Accountants (AICPA) (dalam Tunggal, 2003) mengenai

kondisi-kondisi atau kejadian-kejadian yang dapat menandai adanya

kecurangan:

1. Manajemen senior yang sangat menguasai/mendominasi dan terdapat satu

atau lebih kondisi berikut atau yang sama:

a. Dewan direksi dan/atau panitia audit yang tidak efektif.

b. Indikasi dari penolakan manajemen atas pengendalian akuntansi

internal yang penting.

c. Kompensasi atau opsi saham yang signifikan yang berkaitan dengan

kinerja yang dilaporkan atau terhadap transaksi khusus, yaitu

manajemen senior mempunyai pengendalian nyata atau penuh.

d. Indikasi kesulitan keuangan pribadi dari manajemen senior.

e. Perebutan perwalian yang melibatkan pengendalian perusahaan atau

status dari manajemen senior.

2. Kemerosotan atau kemunduran dari mutu pendapatan yang dibuktikan

oleh:

a. Penurunan dalam volume atau mutu penjualan (misalnya, risiko

kredit yang meningkat atau penjualan sama dengan atau dibawah

harga pokok).

b. Perubahan yang signifikan dalam praktik usaha.

Page 42: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

50

c. Kepentingan yang berlebihan oleh manajemen senior dalam laba per

saham (EPS/Earnings per Share) yang dipengaruhi oleh pilihan

akuntansi.

3. Kondisi usaha yang dapat menciptakan tekanan yang tidak biasa:

a. Modal kerja yang tidak memadai.

b. Kelenturan/fleksibilitas yang kecil dalam pembatasan hutang, seperti

rasio modal kerja dan keterbatasan dalam pinjaman tambahan.

c. Perluasan atau ekspansi yang cepat dari suatu produk atau lini usaha

yang menyolok sekali dengan melebihi rata-rata industri.

d. Investasi yang besar dari sumber daya pemisahan dalam suatu

industri yang mengalami perubahan cepat, seperti suatu industri yang

berteknologi tinggi.

4. Struktur korporat yang rumit, yaitu kompleksitas yang terjadi tidak

tampak diperlukan oleh operasi atau ukuran perusahaan.

5. Lokasi usaha yang menyebar secara luas disertai oleh manajemen

yang didesentralisasi secara ketat dengan sistem pelaporan tanggung

jawab yang tidak memadai.

6. Kekurangan staf yang tampak memerlukan karyawan tertentu bekerja

pada jam yang tidak biasa, tidak memerlukan cuti dan/atau melakukan

kerja lembur yang substansial.

7. Tingkat perputaran yang tinggi dalam posisi keuangan penting,

seperti bendaharawan atau kontroler.

8. Sering terjadi perubahan auditor atau penasihat hukum.

Page 43: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

51

9. Kelemahan material yang diketahui dalam pengendalian intern yang

dapat secara praktis dikoreksi akan tetapi tidak diperbaiki, seperti:

a. Akses terhadap peralatan komputer atau alat pemasukan data

elektronik tidak cukup dikendalikan.

b. Kewajiban yang tidak sesuai/bertentangan tetapi tidak

digabungkan.

10. Terdapat transaksi yang material dengan pihak yang mempunyai

hubungan istimewa atau terdapat transaksi yang mencakup benturan

kepentingan.

11. Pengumuman yang terlalu cepat atau premature atas hasil operasi atau

pengharapan masa depan yang positif.

12. Prosedur penelaahan analitis mengungkapkan fluktuasi yang

signifikan yang tidak dapat secara wajar dijelaskan, seperti:

a. Saldo akun yang material.

b. Antar hubungan keuangan dan operasional.

c. Selisih perhitungan persediaan.

d. Tingkat perputaran persediaan.

13. Transaksi besar yang tidak biasa, khususnya pada akhir tahun, dengan

pengaruh yang material atas pendapatan.

14. Pembayaran besar yang tidak biasa berhubungan dengan jasa yang

diberikan dalam usaha normal kepada pengacara, agen, atau pihak lain

(termasuk karyawan).

Page 44: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

52

15. Kesulitan dalam memperoleh bukti audit yang berhubungan dengan:

a. Ayat jurnal yang tidak biasa atau tidak dapat dijelaskan.

b. Dokumentasi dan/atau otorisasi yang tidak lengkap atau hilang

c. Pengubahan dalam dokumentasi atau akun.

16. Dalam pelaksanaan pengujian laporan keuangan masalah yang tidak

dapat diramalkan ditemukan, seperti:

a. Tekanan klien untuk menyelesaikan audit dalam waktu singkat

yang tidak biasa atau dalam kondisi yang sulit.

b. Situasi pemindahan yang mendadak.

c. Tanggapan yang bersifat mengelakkan dari manajemen terhadap

penyelidikan audit.

2.2.14. Metode Pendeteksian dan Pencegahan Fraud

Banyak metode pendeteksian dan pencegahan tindakan kecurangan

yang sekarang digunakan untuk mengurangi biaya langsung dan tidak

langsung berkaitan dengan segala bentuk penipuan. Bierstaker (2006)

mengungkapkan beberapa metode pendeteksian dan pencegahan tindakan

kecurangan tersebut berdasarkan tingkat keefektifannya yaitu:

1. Penerapan akuntansi forensik oleh perusahaan

Akuntansi forensik adalah aplikasi ilmu keuangan dan mental investigatif

dalam upaya pemecahan masalah dalam konteks „rule of evidence‟.

Akuntansi forensik mencakup keahlian tentang keuangan, pengetahuan

tentang kecurangan serta pemahaman terhadap realitas bisnis dan cara

Page 45: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

53

kerja dari sistem hukum. Penerapan akuntansi forensik di dalam sebuah

perusahaan diharapkan dapat meminimalkan serta mencegah adanya

tindakan kecurangan keuangan.

2. Perlindungan terhadap virus

Pada zaman canggih seperti sekarang penggunaan alat-alat untuk

membuat laporan keuangan dengan cepat dan tepat adalah tuntutan setiap

perusahaan, salah satu alat yang digunakan adalah komputer, namun

bukan tanpa kelemahan, komputer sangat rentan terhadap virus yang siap

merusak file-file yang telah kita buat. Salah satu cara untuk untuk

mencegah terjadinya virus masuk adalah menggunakan software

antivirus, tidak sembarang flasdisk masuk dalam komputer.

3. Perlindungan dengan metode firewall

Metode firewall adalah Sistem keamanan jaringan komputer yang

digunakan untuk melindungi dan mengontrol akses terhadap siapapun

yang memiliki akses terhadap jaringan privat dari luar. Hal ini

dimaksudkan agar ada perlindungan terhadap aset digital perusahaan dari

serangan para hacker atau pencuri data yang merugikan perusahaan.

4. Seleksi pemakaian software dengan ketat

Pemilihan software setiap perusahaan berbeda-beda dikarenakan

kepentingan yang berbeda, software yang baik adalah software yang

mampu merekam segala aktivasnya, sehingga ketika ada kecurangan

auditor mudah untuk melacak riwayat aktivitas software tersebut. Seleksi

Page 46: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

54

juga berfungsi untuk menghindari terjadinya galat di tengah jalan,

sehingga data akan hilang.

5. Penggalian data (data mining)

Penggalian data (data mining) adalah suatu proses yang menggunakan

teknik statistik, matematika, kecerdasan buatan, dan machine elerning

untuk mengekstraksi dan mengidentifikasi informasi yang bermanfaat dan

pengetahuan yang terkait dari berbagai database. Penggalaian data ini

diharapkan mampu membantu seorang auditor untuk mendeteksi adanya

tindakan kecurangan yang dilakukan oleh pegawai perusahaan.

6. Perlindungan password

Pertumbuhan internet dan pelayanan jasa via elektronik menyebabkan

peningkatan pada sejumlah jaringan komputer yang akhirnya dapat

meningkatkan risiko tindakan kecurangan, banyak metode kecurangan

yang tidak disadarai. Penggunaan password pada komputer perusahaan

dianggap efektif dan efisien walaupun sistem keamanan menggunakan

password sudah lama kita kenal, namun masih dianggap salah satu metode

keamanan yang efektif dan efisien.

7. Audit berkelanjutan

Audit berkelanjutan merupakan suatu proses audit yang berlangsung

secara terus-menerus. Adanya teknik audit berkelanjutan diharapkan

auditor dapat mengkaji berbagai transaksi pada interval yang berdekatan

atau ketika transaksi tersebut terjadi, sehingga akan memudahkan seorang

auditor dalam pendeteksian kecurangan.

Page 47: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

55

8. Fraud auditing

Fraud auditing merupakan salah satu bentuk upaya untuk mendeteksi dan

mencegah kecurangan dalam transaksi-transaksi komersial. Audit

kecurangan yang dilakukan terhadap pembukuan dan transaksi komersial

memerlukan gabungan dua keterampilan, yaitu sebagai auditor yang

terlatih dan kriminal investigator.

9. Rekonsiliasi bank

Tujuan dari dilakukan rekonsiliasi bank adalah untuk mengecek ketelitian

pencatatan yang terdapat dalam rekening kas dan catatan bank,serta

mengetahui penerimaan dan pengeluaran yang sudah terjadi di bank akan

tetapi belum dicatat oleh perusahaan. Adanya rekonsiliasi bank diharapkan

dapat membantu auditor untuk mendeteksi kecurangan.

10. Analisis digital

Analisis digital adalah Salah satu alternatif yang bisa dipakai dalam

melakukan manajemen resiko dalam perencanaan audit, terutama dalam

pemilihan obyek audit, adalah dengan mengimplementasikan analisis

digital terhadap pola distribusi kemunculan angka sehingga auditor dapat

memfokuskan perhatiannya kepada sampel yang dianggap memiliki

indikasi kecurangan

11. Aturan pemberian sanksi kepada suppliers

Pengaduan pelanggaran yang didukung bukti awal yang memadai akan

ditindaklanjuti untuk dilakukan investigasi lebih lanjut untuk menetapkan

apakah suatu laporan terbukti atau tidak. Hasil investigasi menjadi dasar

Page 48: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

56

bagi manajemen untuk memberikan sanksi terhadap terlapor. Sistem

Pelaporan Pelanggaran menjamin setiap pelapor dapat mengetahui status

perkembangan dan tindaklanjut atas laporannya.

12. Meningkatkan peranan komite audit

Konite audit memiliki fungsi sebagai mediator antara auditor eksternal,

manajemen, auditor internal, dan dewan komisaris/pengawas guna

membahas temuan hasil audit dan hasil lainnya yang dapat ditindak lanjuti

dengan cepat. Ditinjau dari kacamata perusahaan, bukti empiris

menunjukkan bahwa banyak dari mereka yang merasakan manfaat dari

komite audit dalam meningkatkan independensi auditor eksternal,

sehingga komite audit dapat mempertinggi nilai ekonomis dari penugasan

auditor eksternal karena independensinya lebih terjamin dan juga kualitas

kerjanya lebih baik. Hal tersebut akan semakin meningkatkan pengawasan

terhadap tindakan kecurangan.

13. Review terhadap pengendalian internal dan perbaikannya

Pengendalian internal seringkali diperkirakan sebagai salah satu bentuk

pertahanan utama dalam menghadapi bentuk kecurangan. Sistem

pengendalian internal didesain untuk mencegah dan mendeteksi

kecurangan bila hal ini terjadi. Sebuah sistem pengendalian internal yang

efektif adalah sistem yang meliputi pengendalian yang bersifat untuk

pencegahan, pendeteksian, dan koreksi. Tujuan dari sistem pengendalian

internal bukan untuk mengekang pegawai tetapi lebih ditujukan untuk

memberikan sebuah lingkungan kerja dimana para pegawai yang baik

Page 49: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

57

akan tertantang untuk melakukan sesuatu yang tidak umum atau sesuatu

yang luar biasa.

14. Penggunaan sampel untuk menemukan kecurangan keuangan

Penetapan sampel untuk pendeteksian adalah sebuah bentuk penetapan

sampel atribut, ini merupakan bentuk statistik dari etsimasi persentase

besarnya populasi yang memiliki karakteristik tertentu dari atribut.

Penetapan sampel untuk deteksi berdasarkan pada tingkat ekspektasi

dengan kesalahan nol. Hal ini dilakukan saat akuntan ingin mengetahui

apakah populasi sampel mengandung kesalahan indikatif adanya

kecurangan. Jika satu kasus tunggal dengan kesalahan yang signifikan

akan kecurangan ini dimasukkan dalam sampel, maka penetapan sampel

dalam proses ini sebaiknya dihentikan dan kesalahan kecurangan ditelaah.

15. Pelatihan pencegahan dan pendeteksian tindakan kecurangan

Pelatihan pencegahan dan pendeteksian tindakan keurangan ini ditujukan

kepada karyawan khususnya pada bagian keuangan. Hal ini dilakukan agar

dapat meningkatkan pengetahuan dan skill terkait pencegahan dan

pendeteksian kecurangan.

16. Meningkatkan perhatian pada manajer senior

Perilaku dari seorang manajer sering kali dipengaruhi dengan pola bonus

atas laba yang dihasilkan. Tindakan yang memacu para manajer untuk

melakukan creative accounting, seringkali dipengaruhi oleh pembagian

besaran bonus yang tergantung dengan laba yang akan dihasilkan. Pemilik

perusahaan umumnya menetapkan batas bawah, sebagai batas terendah

Page 50: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

58

untuk mendapatkan bonus. Dengan melakukan crative accounting

terkadang manajer akan berlaku berlebihan yang akan mengakibatkan

munculnya nominal yang tidak sesuai dengan kenyataan sehingga

mengakibatkan kerugian yang dilakukan oleh manajer.

17. Audit kinerja

Audit kinerja adalah suatu proses yang sistematik untuk memperoleh dan

mengevaluasi bukti secara objektif agar dapat melakukan penilaian secara

independen atas ekonomi, efisiensi dan efektivitas operasional dalam

pencapaian hasil yang inginkan dalam kepatuhan terhadap kebijakan

peraturan dan hukum yang berlaku, menentukan kesesuaian antara kinerja

yang telah dicapai dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta

mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-ihak pengguna laporan

tersebut. Pelaksanaan program audit kinerja ini juga dilakukan guna dapat

mendeteksi dan mencegah tindakan kecurangan keuangan.

18. Kode etik perusahaan atau kebijakan etika

Kedisiplinan merupakan suatu kunci penting keberasilan dalam

menerapkan dan memelihara kode etik dalam suatu organisasi. Investigasi

terhadap suatu insiden dilakukan selalu dalam kerangka menegakan

kode etik atau terhadap yang melanggar kode etik secara kosekuen.

Dengan adanya investigasi terhadap kode etik dan kebijakan etika dari

perusahaan maka diharapkan akan mengurangi tindakan kecurangan.

Page 51: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

59

19. Review keberadaan dan jumlah uang tunai

Melaksanakan kegiatan review terhadap keberadaan uang tunai ditujukan

untuk mengetahui apakah jumlah uang tunai yang ada telah sesuai dengan

jumlah yang tercatat. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

apakah ada tindak kecurangan yang dilakukan oleh pegawai terjadap

sejumlah uang tunai.

20. Rasio keuangan

Rasio Keuangan merupakan hubungan yang dihitung dan informasi

keuangan suatu perusahaan dan digunakan untuk tujuan perbandingan,

sedangkan analisis rasio keuangan merupakan analisis dengan

membandingkan satu pos laporan dengan dengan pos laporan keuangan

lainnya, baik secara individu maupun bersama-sama guna mengetahui

hubungan diantara pos tertentu, baik dalam neraca maupun dalam laporan

laba rugi. Melakukan perbandingan terhadap rasio keuangan ini

merupakan salah satu langkah yang dilakukan guna mengetahui apakah

sudah saling terkait dan sesuai antar pos-pos dalam laporan keuangan. Hal

ini juga dapat dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya kecurangan

di dalam perusahaan tersebut.

21. Pemasangan peralatan pengawas (CCTV)

Pemasangan peralatan pengawas (CCTV) adalah sebuah alat yang berguna

sebagai pengawas yang di ditempatkan di setiap sudut ruangan sehingga

akan terekam apa saja yang dilakukan oleh karyawan, hal ini diharapkan

Page 52: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

60

akan mengurangi tindakan kecurangan yang dilakukan oleh para karyawan

perusahaan tersebut.

22. Pelatihan etika

Pelatihan etika untuk para pegawai sebaiknya dilakukan secara periodik.

Pelatihan sebaiknya dibuat spesifik bagi pegawai sesuai dengan dengan

masing-masing tingkatan dalam organisasi, lokasi geografi, dan tanggung

jawab penugasan serta perusahaan dapat mempertimbangkan pelatihan

berkelanjutan untuk posisi tertentu, misalnya bagian keuangan, pembelian

dan penjualan karena di posisi tersebut sangat rawan terjadi kecurangan.

23. Mengecek latar belakang pegawai

Mengecek latar belakang pegawai dirasa penting untuk mendapatkan

orang yang tepat bagi suatu jabatan tertentu, sehingga orang tersebut

mampu bekerja secara optimal dan dapat bertahan di perusahaan untuk

waktu yang lama. Kesalahan dalam memilih orang yang tepat sangat besar

dampaknya bagi perusahaan atau organisasi.

24. Kebijakan untuk melaporkan tindakan kecurangan

Tanggung jawab auditor adalah menyatakan pendapat tentang atas

kewajaran penyajian suatu laporan keuangan. Apa bila suatu tindakan

melanggar hukum, auditor harus mendesak manejemen melakukan revisi

atas laporan keuangan. Apabila revisi atas laporan keuangan tersebut

ternyata kurang tepat, auditor bertanggung jawab untuk

menginformasikannya kepada para pengguna laporan keuangan melalui

suatu pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar

Page 53: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

61

bahwa laporan keungan tidak sesuai dengan standar akuntansi yang

berlaku umum.

25. Observasi persediaan

Observasi persedian adalah penghitungan fisik untuk meyakinkan diri

bahwa prosedur penghitungan yang dimiliki telah dilaksanakan secara

sungguh-sungguh oleh klien sehingga hal ini merupakan jaminan yang

sangat beralasan atas jumlah akhir penghitungan persediaan. Pengujian

terhadap pencatatan jumlah persediaan telah menyediakan bukti-bukti

yang aktual namun hal ini tetap saja tidak dapat mencegah adanya

tambahan jumlah yang dicantumkan atau adanya kartu persediaan yang

berisi unit-unit fiktif.

26. Hot line service untuk melaporkan tindakan kecurangan

Hot live service adalah saluran informasi resmi atau kotak saran serta

surat pengaduan tanpa nama terutama telah terjadinya suatu kecurangan

yang dilakukan oleh karyawan. Dewasa ini banyak organisasi

menggunakan hotline atau menggunakan petugas untuk mencegah

terjadinya kecurangan, internal auditor dan bentuk lainnya yang

memungkinkan manajemen dapat mengetahui terjadinya tindakan

kecurangan secara dini.

27. Review terhadap bagian yang rawan tindakan kecurangan keuangan

Review terhadap kerawanan perusahaan dapat membantu mengarahkan

rencana audit internal dan secara khusus menekankan pada aset yang

paling rentan. Review ini dianggap sebagai langkah proaktif dalam

Page 54: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

62

pencegahan, penipuan dan deteksi. Pertimbangan dan penilaian terhadap

kerawanan aset perusahaan tersebut akan membantu auditor atau akuntan

untuk melihat apa yang diinginkan oleh penipu atau pencuri.

28. Kebijakan yang berkaitan dengan adanya whistle-blowing

Kebijakan whistle-blowing bertujuan untuk mendorong karyawan agar

melaporkan pelanggaran hukum dan etika yang mereka sadari kepada

otoritas internal baik secara langsung maupun tidak langsung melalui

pihak ketiga yang ditunjuk sehingga tindakan dapat segera diambil guna

menyelesaikan masalah. Kebijakan yang berkaitan dengan adanya whistle-

blowing ini dapat menjadi salah satu bentuk tindakan pendeteksian dan

pencegahan terhadap tindakan kecurangan.

29. Pengamatan terhadap korespondensi elektronik

Korespondensi elektronik merupakan aplikasi administrasi perkantoran,

surat-menyurat bagi setiap karyawan suatu perusahaan/institusi secara

elektronis (office automation). Penomoran surat dalam penggunaan

korespondensi elektronik dilakukan secara system, sehingga dapat

menghindari adanya penyalahgunaan ataupun kecurangan. Oleh karena itu,

pengamatan terhadap korespondensi elektronik diharapkan mampu untuk

meminimalisir terjadinya kecurangan keuangan yang akan muncul.

30. Satuan pengamanan (departemen keamanan)

Kerangka keamanan yang dimiliki oleh sebuah perusahaan bertujuan

untuk meminimalkan konfrontasi sambil membuka kemungkinan untuk

membina hubungan komunikasi yang profesional untuk mengatasi

Page 55: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

63

konflik-konflik yang muncul. Adanya depertemen keamanan dalam

perusahaan merupakan salah satu bentuk upaya yang dilakukan

perusahaan untuk mencegah adanya tindakan kecurangan.

31. Kontrak kerja pegawai

Review terhadap kontrak perusahaan terhadap perjanjian yang mereka buat

dapat memberikan indikasi kemungkinan adanya tindakan kecurangan

kontrak, termasuk tindakan penyuapan atau konflik kepentingan lainnya

dari pihak pegawai perusahaan. Kecurangan kontrak dapat terjadi jika

rekan kerja melakukan tindakan kecurangan dengan mengambil

keuntungan dari kontrak yang mereka buat dengan perusahaan untuk

memperoleh keuntungan yang tidak sah. Kecurangan kontrak mungkin

melibatkan konspirasi antara personil perusahaan dan rekan kerja atau

konspirasi antara dua pihak atau lebih.

32. Program konseling pegawai

Program konseling yang ditujukan kepada karyawan diharapkan mampu

menyelesaikan atau memberikan solusi-solusi terhadap karyawan tersebut

dalam pemecahan masalahnya, khususnya dalam konteks ini adalah

masalah yang berkaitan dengan perusahaan, misalnya ada tekanan target

perusahaan ataupun tekanan dari pihak ketiga terkait masalah pendanaan.

Menurut Teori Fraud Triangle tekanan tersebut akan mendorong

seseorang untuk melakukan kecurangan. Oleh karena itu, program

konseling pegawai ini juga merupakan salah satu metode untuk mencegah

adanya tindakan kecurangan.

Page 56: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

64

33. Petugas atau bagian khusus yang menangani etika (pejabat)

Etika pegawai merupakan suatu hal yang sangat penting di dalam sebuah

perusahaan. Apabila pegawai perusahaan tidak memiliki etika yang baik

dalam menjalankan pekerjaannya, maka tujuan perusahaan tidak akan

tercapai dan adanya kemungkinan akan munculnya tindakan kecurangan.

Oleh karena itu, dibutuhkan petugas atau bagian khusus yang menangani

etika guna dapat meminimalisir adanya tindakan kecurangan.

34. Rotasi pegawai

Rotasi diperlukan guna mencegah terjadinya kecurangan, dikarenakan jika

satu posisi di pegang oleh satu orang dan dalam waktu lama maka di

curigai akan terjadi keurangan, untuk menghindari kecurangan tersebut

maka diadakan rotasi peawai secara rutin.

Berdasarkan jenis-jenis metode pendeteksian dan pencegahan yang telah

dikemukakan oleh Bierstaker, et al (2006), maka dari sejumlah 34 metode

tersebut akan diambil sebanyak 14 metode yang akan digunakan untuk pembuatan

kuaesioner, yaitu hanya metode yang berkaitan dengan pendeteksian tindakan

kecurangan keuangan saja. Namun selain itu, kuesioner dalam penelitian ini juga

merujuk kuesioner pada penelitian Ekaterina (2013).

2.3. Kerangka Berfikir

Berdasarkan kajian teoritis mengenai teori persepsi, dapat diketahui

bahwa setiap individu tentu akan memiliki persepsi yang berbeda mengenai suatu

hal. Hal ini juga didukung oleh adanya beberapa hasil penelitian yang

Page 57: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

65

menunjukkan adanya perbedaan persepsi setiap individu, begitu pula antara

seorang akuntan pendidik dan auditor eksternal. Hal ini didasarkan pada

perbedaan profesi yang disandangnya, yaitu akuntan pendidik sebagai akademisi

yang berpraktek di dunia pendidikan, sedangkan auditor eksternal sebagai praktisi

yang berpraktek di perindutrian. Hal tersebut akan menimbulkan perbedaan

persepsi mengenai metode mana yang lebih efektif untuk mendeteksi adanya

tindakan keurangan keuangan. Pemilihan metode yang efektif ini diharapkan

dapat dijadikan sebagai upaya untuk mencegah munculnya tindakan kecurangan.

Beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa adanya perbedaan persepsi

antar individu mengenai efektivitas metode pendeteksian tindakan kecurangan,

diantaranya adalah Rukmawati (2011) yang meneliti persepsi antara manajer dan

auditor eksternal. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Ekaterina (2013). Kedua

penelitian tersebut memberikan hasil bahwa terdapat perbedaan persepsi antara

manajer dan auditor eksternal mengenai efektivitas metode pendeteksian

kecurangan, namun perbedaan tersebut tidak signifikan. Berdasarkan hal tersebut,

maka dapat disajikan kerangka berpikir sebagai berikut:

Page 58: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

66

Gambar 2.2

Kerangka Berfikir

2.4. Hipotesis

Banyaknya kasus terkait kecurangan keuangan menjadi salah satu alasan

yang kuat untuk dilakukan tindakan pencegahan dan pendeteksian akan hal

tersebut. Pencegahan dan pendeteksian kecurangan yang dilakukan ditujukan

untuk meminimalkan kecurangan yang akan terjadi. Tindakan tersebut dapat

dilakukan dengan berbagai metode, misalkan (Penerapan akuntansi forensik oleh

perusahaan, Menganalisis persentase-persentase perubahan item laporan keuangan

Metode Yang Diyakini Efektif untuk

mencegah kecurangan keuangan

Persepsi Akuntan

Pendidik

Persepsi Auditor

Eksternal

Uji Beda

Analisis

Pembahasan dan

Kesimpulan

Page 59: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

67

selama beberapa periode laporan, Perhitungan fisik dan jumlah uang tunai, dan

pengadaan hot line service untuk melaporkan tindakan kecurangan). Metode-

metode tersebut diharapkan dapat dilaksanakan dengan baik sehingga efektif

untuk mengurangi kecurangan yang timbul.

Metode-metode yang beragam terkait pencegahan dan pendeteksian

kecurangan menimbulkan persepsi yang berbeda antar individu mengenai metode

mana yang dianggap lebih efektif dalam pencegahan dan pendeteksian

kecurangan. Hal tersebut di dasarkan pada teori persepsi, dimana setiap individu

kemungkinan memiliki persepsi akan hal tertentu. Menurut Robin (2008), faktor-

faktor yang mempengaruhi persepsi antara lain individu yang bersangutan atau

pemersepsi, sasaran dari persepsi, dan faktor situasi.

Perbedaan persepsi mengenai keefektivitasan metode pencegahan dan

pendeteksian kecurangan dapat dibuktikan dengan membandingkan hasil

penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Salah satu penelitian

terkait hal tersebut adalah penelitian yang dilakukan oleh Ramzani & Atani

(2010). Hasil penelitian tersebut memberikan bukti bahwa firewalls, proteksi

menggunakan password, review dan perbaikann pengendalian internal merupakan

metode yang mampu untuk memerangi tindak kecurangan. Sedangkan penelitian

Ekaterina (2013) di Rusia memberikan hasil bahwa metode yang paling efektif

untuk mendeteksi kecurangan berdasarkan persepsi auditor dan manajer adalah

membandingkan order pembelian dengan faktur dan dokumen pengiriman serta

data konfirmasi dengan vendor atau pelanggan.

Page 60: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

68

Penelitian serupa juga dilakukan oleh beberapa peneliti di Indonesia, salah

satunya adalah penelitian Rukmawati (2011). Namun, penelitian tersebut

memberikan hasil bahwa tidak ada perbedaan persepsi antara auditor dan manajer

terkait pendeteksian dan pencegahan kecurangan. Hanya terdapat 9 variabel dari

total 34 variabel saja yang memiliki persepsi berbeda, diantaranya review terhadap

pengendalian internal dan perbaikannya, mengecek latar belakang pegawai,

kontrak kerja, review terhadap bagian yang rawan tindakan kecurangan keuangan,

pelatihan etika, rotasi pegawai, review keberadaan dan jumlah uang tunai,

observasi persediaan, dan audit berkelanjutan.

Perbedaan persepsi mengenai efektivitas metode pencegahan dan

pendeteksian tindakan kecurangan tentunya juga akan dialami oleh auditor

eksternal sebagai praktisi dan akuntan pendidik sebagai akademisi. Hal tersebut

dikarenakan seorang praktisi akan memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam

kasus kecurangan dibandingkan dengan seorang akademisi. Selain itu, seorang

auditor melakukan pekerjaan yang mengharuskan terjun ke perusahaan langsung

sehingga dapat melakukan tindakan pendeteksian secara langsung, sedangkan

akuntan pendidik menyampaikan informasi-informasi terkait kecurangan yang di

dasarkan dengan teori yang ada kepada anak didiknya sehingga belum tentu

mengetahui keadaan yang sebenarnya di lapang.

Banyak peneliti yang melakukan penelitian mengenai perbedaan persepsi

antara akademisi dan praktisi akuntansi tersebut, salah satunya adalah penelitian

yang dilakukan oleh Iprianto (2009), yaitu perbedaan persepsi akademisi dan

praktisi akuntansi terhadap keahlian akuntan forensik. Penelitian tersebut

Page 61: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait

69

memberikan hasil bahwa terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara

akademisi dengan praktisi terhadap kemampuan pemikiran kritis, memecahkan

masalah tidak terstruktur, fleksibilitas penyidikan, dan komunikasi lisan yang

dimiliki oleh akuntan forensik.

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat perbedaan persepsi antara auditor eksternal dan

akuntan pendidik mengenai efektivitas metode pendeteksian dan pencegahan

tindakan kecurangan

Ha : Terdapat perbedaan persepsi antara auditor eksternal dan akuntan

pendidik mengenai efektivitas metode pendeteksian dan pencegahan tindakan

kecurangan.