bab ii kajian literatur a. kajian teori museum 1. · dilihat dari status kepemilikannya, museum...

29
BAB II KAJIAN LITERATUR A. KAJIAN TEORI MUSEUM 1. Pengertian Museum Menurut International Council of Museums ( ICOM ), museum adalah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, memperoleh, merawat, menghubungkan, dan memamerkan artefak-artefak perihal jati diri manusia dan lingkungannya untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan dan rekreasi. (Sutaarga, Moh. Amir. 1997/1998) Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1995 Pasal 1 ayat (1), museum adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa. Menurut KBBI edisi IV, museum adalah gedung yang digunakan sebagai tempat pameran benda-benda yang patut mendapatkan perhatian umum, seperti peninggalan sejarah, seni, dan ilmu, dan juga tempat menyimpan barang kuno. 2. Sejarah Singkat Museum Secara etimologis, museum berasal dari kata Yunani, Μουσεῖον atau mouseion, yang sebenarnya merujuk kepada nama kuil untuk sembilan Dewi Muses, anak-anak Dewa Zeus yang melambangkan ilmu dan kesenian. Bangunan lain yang diketahui berhubungan dengan sejarah museum adalah bagian kompleks perpustakaan yang dibangun khusus untuk seni dan sains, terutama filsafat dan riset di Alexandria oleh Ptolemy I Soter pada tahun 280 SM. Museum berkembang seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan manusia semakin membutuhkan bukti-bukti otentik mengenai catatan sejarah kebudayaan.

Upload: hoangkhanh

Post on 14-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

KAJIAN LITERATUR

A. KAJIAN TEORI MUSEUM

1. Pengertian Museum

Menurut International Council of Museums ( ICOM ), museum

adalah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani

masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, memperoleh,

merawat, menghubungkan, dan memamerkan artefak-artefak perihal jati

diri manusia dan lingkungannya untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan dan

rekreasi. (Sutaarga, Moh. Amir. 1997/1998)

Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1995 Pasal 1 ayat (1),

museum adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan,

dan pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaya manusia serta

alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan

pelestarian kekayaan budaya bangsa.

Menurut KBBI edisi IV, museum adalah gedung yang digunakan

sebagai tempat pameran benda-benda yang patut mendapatkan perhatian

umum, seperti peninggalan sejarah, seni, dan ilmu, dan juga tempat

menyimpan barang kuno.

2. Sejarah Singkat Museum

Secara etimologis, museum berasal dari kata Yunani, Μουσεῖον

atau mouseion, yang sebenarnya merujuk kepada nama kuil untuk

sembilan Dewi Muses, anak-anak Dewa Zeus yang melambangkan ilmu

dan kesenian. Bangunan lain yang diketahui berhubungan dengan sejarah

museum adalah bagian kompleks perpustakaan yang dibangun khusus

untuk seni dan sains, terutama filsafat dan riset di Alexandria oleh Ptolemy

I Soter pada tahun 280 SM.

Museum berkembang seiring berkembangnya ilmu pengetahuan

dan manusia semakin membutuhkan bukti-bukti otentik mengenai catatan

sejarah kebudayaan.

Di Indonesia, museum yang pertama kali dibangun adalah Museum

Radya Pustaka. Selain itu dikenal pula Museum Gajah yang dikenal

sebagai yang terlengkap koleksinya di Indonesia, Museum Wayang,

Persada Soekarno, Museum Tekstil serta Galeri Nasional Indonesia yang

khusus menyajikan koleksi seni rupa modern Indonesia.

Pada awalnya, museum bermula sebagai tempat untuk menyimpan

koleksi milik individu, keluarga atau institusi kaya. Benda-benda yang

disimpan biasanya merupakan karya seni dan benda-benda yang langka,

atau kumpulan benda alam dan artefak arkeologi.

3. Jenis-Jenis Museum

Museum di Indonesia dapat dibedakan melalui beberapa jenis,

yaitu :

a. Jenis museum berdasarkan kepemilikan, yaitu terdapat dua jenis :

Museum Pemerintah, adalah museum yang dibiayai oleh

pemerintah dan semua keperluan disediakan dari anggaran tahinan

pemerintah lokal.

Museum Swasta, adalah museum yang didirikan oleh pihak swasta,

dikelola langsung oleh pihak swasta itu sendiri. Biasanya pihal

swasta berupa yayasan atau perseorangan namun tetap dalam

pengawasan direktorat permuseuman atas nama pemerintah.

Dilihat dari status kepemilikannya, Museum Gula Gondang

Winangoen merupakan Museum Pemerintah, karena berada dibawah

pengelolaan Pabrik Gula Gondang Winangoen.

b. Jenis museum berdasarkan koleksi yang dimiliki, yaitu terdapat dua

jenis :

Museum Umum, merupakan museum yang koleksinya terdiri dari

kumpulan bukti materiil manusia dan atau lingkungannya yang

berkaitan dengan berbagai cabang seni, disiplin ilmu, dan

teknologi.

Museum Khusus, merupakan museum yang koleksinya terdiri dari

kumpulan bkti materiil manusia atau lingkunganny dengan satu

cabang seni, satu cabang ilmu atau satu cabang teknologi.

Di lihat berdasarkan koleksi yang dimiliki, Museum Gula

Gondang Winangoen merupakan Museum Khusus dengan benda

koleksi terdiri dari satu cabang keilmuan yaitu mengenai gula.

c. Jenis museum berdasarkan ruang lingkup wilayah, terdapat empat

jenis:

Museum Nasional, merupakan museum yang koleksinya terdiri

dari benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti

material manusia dan atau lingkungannya dari seluruh wilayah

Indonesia yang bernilai nasional.

Museum Propinsi, merupakan museum yang koleksinya terdiri dari

kumpulan benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan

bukti material manusia dan atau lingkungannya dari wlayah

propinsi dimana museum berada.

Museum Lokal, merupakan museum yang koleksinya terdiri dari

kumpulan benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan

bukti material manusia dan atau lingkungannya dari wilayah

kabupaten atau kotamadya dimana museum tersebut berada.

Museum Lapangan Terbuka, merupakan museum yang merupakan

satu komplek luas yang terdiri atas model-model bangunan rumah

adat, baik yang asli dan telah dipindahkan dari asal daerah semula,

maupun tiruan sebagai koleksi pelengkap dengan tujuan

memelihara dan melestarikan keaslian, seni bangunan dan

teknologinya.

Dilihat berdasarkan ruang lingkup wilayah, Museum Gula

Gondang Winangoen merupakan Museum Lokal, karena berada di

wilayah Kabupaten Klaten serta benda koleksinya berasal dari daerah

tersebut.

d. Jenis museum berdasarkan bentuk bangunan, terdapat tiga jenis :

Museum Terbuka, merupakan museum yang benda-benda

koleksinya diletakan pada ruang terbuka atau diluar bangunan

museum namun masih dalam lingkup kawasan museum, seperti

taman.

Museum Tertutup, merupakan museum yang benda-benda

koleksinya diletakan di dalam ruang atau bangunan museum.

Museum Kombinasi, merupakan museum yang benda-benda

koleksinya diletakan pada di dalam maupun diluar bangunan

museum.

Dilihat berdasarkan bentuk bangunan, Museum Gula Gondang

Winangoen merupakan Museum Kombinasi, karena terdapat beberapa

benda koleksi yang tidak memungkinkan dimasukan di dalam

bangunan museum, sehingga peletakannya di letakan disekitaran diluar

bangunan museum.

4. Fungsi Dan Tugas Museum

a. Fungsi Museum

Museum mempunyai fungsi yang positif bagi masyarakat Indonesia,

terutama mengenai pengetahuan sejarah. Adapun dilihat dari fungsinya

museum bisa dibagi menjadi beberapa bagian.

1) Tempat Menyimpan Warisan Budaya Leluhur

Museum merupakan salah satu tempat yang tepat untuk

menyimpan sekaligus mengamankan warisan budaya yang ada di

Indonesia. Warisan budaya semisal keris, baju adat kerajaan masa

lalu, dll. Dengan adanya warisan budaya leluhur, maka museum

pun harus menjadi bahan yang representatif buat para

pengunjungnya.

2) Pusat Dokumentasi dan Penelitian Ilmiah

Masa lalu tidak akan bisa kita selami tanpa adanya

dokumentasi yang didapat pada zamannya. Adanya naskah-naskah

kuno menjadi salah satu dokumentasi yang bisa dijadikan

penelitian untuk diaplikasikan pada zaman sekarang.

3) Pusat Penyaluran ilmu untuk umum

Tidak saja kalangan peneliti yang harus mengetahui semua

kebudayaan masa lalu, tetapi hasil penelitian tersebut di sebarkan

kepada masyarakat. Salah satu fungsi museum adalah sebagai alat

untuk penyebaran ilmu tersebut.

4) Pusat perkenalan kebudayaan antar daerah dan antar bangsa

Di museum kita akan bisa melihat warisan budaya masa

lampau dari berbagai kawasan, khususnya di Indonesia. Bila kita

datang ke museum nasional, maka warisan dari tiap daerah hampir

semuanya ada di tempat tersebut.

5) Visualisasi Budaya dan Warisan Masa Lalu

Ini fungsi yang paling penting dari museum. Kita tidak

akan bisa kembali ke tahun di mana warisan dan budaya itu

terbentuk. Museum sebagai salah satu alat untuk mnggambarkan

masa-masa tersebut.

6) Cermin untuk Masa Datang

Kita bisa melihat bagaimana adanya peradaban sekarang.

Bentuk yang ada sekarang sebenarnya terbentuk dari masa lalu.

Karena bisa dikatakan sejarah adalah sebagai salah satu cermin

untuk kehidupan yang akan datang.

7) Menambah Keimanan pada Tuhan Yang Maha Esa

Museum juga akan menjadikan kita merasa kagum akan

kekayaan budaya masa lampau. Bagaimana kebudyaan tersebut

merupakan sebuah daya cipta Tuhan Yang Maha Esa.

8) Obyek wisata

Museum juga dapat berfungsi sebagai objek wisata yang

edukatif.

b. Tujuan Museum

Tujuan museum dilihat dari sudut pandang nasional adalah

demi terwujudnya dan terbinanya nila-nilai budaya nasional untuk

memperkuat kepribadian bangsa, mempertebal rasa harga diri dan

kebangsaan serta memperkuat jiwa kesatuan nasional. Tujuan museum

juga sebagai sarana pendidikan dan rekreasi, masyarakat disadarkan

akan tingginya nilai yang dikandung dalam koleksi museum dan

memberi mereka kesempatan untuk memperluas wawasan.

5. Acuan Hukum Pendirian Museum

Pendirian sebuah museum memiliki acuan hukum, yaitu:

a. Undang-undang RI Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya

b. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1993 tentang Pelaksanaan

Undang - undang RI Nomor 5 Tahun 1992

c. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1995 tentang Pemeliharaandan

Pemanfaatan Benda Cagar Budaya di Museum

d. Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor

KM.33/PL.303/MKP/2004tentang Museum

6. Persyaratan Museum

Pendirian dan penyelanggaraan museum tidak hanya berdiri begitu

saja tanpa adanya acuan-acuan khusus. Adapun pendirian dan

penyelenggaraan museum memiliki persyaratan khusus dan umum. Antara

lain :

1. Persyaratan Umum

Secara garis besar terdapat beberapa acuan atau syarat dalam

pendirian dan penyelenggaraan museum, antara lain :

Letak museum di bagian kota yang tepat

Gedung museum dapat menjamin keamanan koleksi, penataan

koleksi, sirkulasi koleksi, personil dan pengunjung.

Pembagian ruang yang sesuai dengan fungsi-fungsi museum.

Perencanaan pengadaan koleksi.

Perencanaan dan pengadaan sarana dan fasilitas untuk koleksi,

perkantoran, dan personil serta pengunjung museum.

Perencanaan pengadaaan dan latihan jabatan personil yang sesuai

dengan fungsi-fungsi museum. (Sutarga, Moh Amir, 1997/1998)

Selain itu, adapun beberapa persyaratan perencanaan dan

perancangan bangunan museum, antara lain :

Bangunan museum dipisahkan berdasarkan fungsi dan

aktivitasnya, ketenangan dan keramaian, serta keamanannya.

Pintu masuk utama (Main Entrance) adalah untuk pengunjung

museum.

Pintu masuk khusus (Service Entrance) untuk lalu lintas koleksi,

bagian pelayanan, perkantoran, rumah jaga, serta ruang-ruang

pada bangunan khusus.

Area publik terdiri dari, antara lain : bangunan utama ( Ruang

Pamer Tetap dan Pamer Temporer ), Auditorium, pos jaga/

kemanan, Lobby dan Ruang Istirahat, Ticketing dan Penitipan

Barang, Toilet, Taman dan tempat parker.

Area Semi Publik terdiri dari Bangunan Administrasi ( termasuk

perpustakaan dan ruang rapat ).

Area Private terdiri dari Laboratorium Konservasi, Studio

Reparasi, Storage dan Ruang Studi Koleksi.

2. Persyaratan Khusus

Bangunan Utama ( Ruang pamer tetap dan temporer ) haruslah :

a. Memuat benda-benda koleksi yang akan dipamerkan.

b. Mudah dicapai baik dari luar maupun dalam.

c. Merupakan bangunan penerima yang memiliki daya tarik

sebagai bangunan pertama yang dikunjungi oleh pengunjung

museum.

d. Sistem keamanan yang baik, baik dari segi konstruksi,

spesifikasi, ruang untuk mencegah rusaknya benda-benda

secara alami (cuaca, dll) maupun kriminalitas.

Bangunan Auditorium haruslah :

a. Mudah di capai oleh umum

b. Dapat dipakai untuk ruang pertemuan, diskusi, dan ceramah.

Bangunan Khusus terdiri dari : Laboratorium konservasi, Studio

reparasi, Storage, dan studio koleksi haruslah :

a. Terletak pada daerah tenang

b. Mempunyai pintu masuk khusus

c. Memiliki sistem keamanan yang baik ( baik terhadap

kerusakan, kebakaran, dan kriminalitas ) yang menyangkut

segi-segi konstruksi maupun spesifikasi ruang.

Bangunan Administrasi haruslah :

a. Terletak strategis baik terhadap pencapaian umum maupun

bangunan-bangunan lain.

b. Mempunyai pintu masuk khusus.

(Buku Pedoman Pendirian Museum, 1992/1993)

7. Standarisasi Museum

Sebuah perancangan yang baik memiliki standarisasi khusus yang

menjadi pedoman dalam perancangan tersebut. Dalam perancangan

museum gula ini beberapa ketentuan standarisasi ditentukan agar

bangunan museum nyaman untuk dikunjungi. Hal tersebut antara lain

mengenai ruangan-ruangan dalam museum, ruang pameran untuk

karya seni dan ilmu pengetahuan umum, ruang tersebut haruslah

memenuhi syarat sebagai berikut :

a. terlindung dari gangguan, pencurian, kelembaban, kering, dan

debu.

b. Mendapatkan cahaya yang terang, merupakan bagian dari pameran

yang baik.

1) Di dalam kuliah lukisan (tembaga,gambar tangan, dan lain-

lain). Map didimpan dalam lemari yang dalamnya 80cm dan

tingginya 60cm.

2) Sesuatu yang khusus untuk publik (lukisan-lukisan minyak,

lukisan dinding pameran yang berubah-ubah)

Suatu pameran yang baik harus dapat dilihat publik tanpa rasa

lelah. Penyusunan ruangan dibatasi dan perubahan dan kecocokan

dengan bentuk ruang. Penyusunan setiap kelompok lukisan yang

berada dalam satu dinding menyebabkan ruang menjadi lebih kecil.

Bagian dinding dinding dalam perbandingan bidang dasar sebagai

ukuran besar merupakan hal penting terutama untuk lukisan-lukisan

karena besar ruang tergantung pada besarnya lukisan. Sudut pandang

normal adalah 54° atau 27° terdapat pada sisi bagian dinding lukisan

yang diberikan cahaya yang cukup dari 10m = 4.9m (gambar no.6) di

atas mata kira-kira 70cm. Lukisan kecil tergantung di titik beban

(gambar no.9). Kebutuhan tempat lukisan 3-5m² tempat hiasan

gantung. Kebutuhan tempat material lukisan 6-10m² bidang dasar

lukisan. Kebutuhan tempat 400 uang logam 1m² luas lemari pakaian.

Pencahayaan museum haruslah baik (gambar no.5)

Tempat untuk menggantung lukisan yang menguntungkan

adalah antara 30° dan 60° pada ketinggian ruangan 6,70m² dan 2,13m

untuk lukisan yang panjangnya 3,04 samapai 3,65m (gambar no.10).

Pada instalasi gabungan tidak ada lorong memutar melainkan jalan

masuk dari bagian samping. Ada bagian untuk pengepakan,

pengiriman barang administrasi, bagian pencahayaan lukisan, bengkel

untuk pembuatan lukisan, dan ruang ceramah (untuk sekolah tinggi).

Terutama untuk obyek-obyek historis untuk gedung-gedung dan

bingkai-bingkai yang cocok untuk itu disebut museum modern. (

Neufert,Ernst. 2002)

Gambar 2.1 Standarisasi Museum

(Sumber : Neufert,Ernst. 2002)

Program Kegiatan Museum

Program kegiatan dalam sebuah tata pelaksanaan pada museum

sangatlah penting. Hal ini ditujukan selain untuk mempromosikan kepada

masyarakat tentang museum itu sendiri, juga untuk membagikan wawasan

kepada masyarakat melalui kegiatan-kegiatan yang diadakan.

Penyajian koleksi merupakan pokok dari program-program yang

diadakan oleh museum. Koleksi museum merupakan salah satu bentuk

komunikasi yang penting dalam upaya menarik minat masyarakat untuk

berkunjung ke museum. Dalam penyajian koleksi museum harus

memperhatikan nilai estetika, artistik, edukatif dan informatif. Berkaitan

dengan pengunjung museum, dalam penyajian koleksi harus

memperhatikan kebebasan bergerak bagi pengunjung, sirkulasi

pengunjung museum, kenyamanan pengunjung museum, dan keamanan

koleksi museum. Informasi yang disampaikan kepada pengunjung juga

harus bersifat komunikatif dan edukatif, yaitu sekurang-kurangnya

memuat nama benda, asal temuan, periode dan umur, serta fungsi

koleksi.Penyajian koleksi dapat dilakukan dalam tiga jenis pameran, yaitu:

a. Pameran tetap, yaitu pameran yang diselenggarakan dalam jangka

waktu 3 – 5 tahun. Tema pameran sesuai dengan jenis, visi dan misi

museum. Idealnya koleksi yang disajikan 25 – 40 % merupakan

koleksi museum

b. Pameran khusus atau temporer, merupakan pameran koleksi museum

yang diselenggarakan selama 1 minggu hingga 3 bulan

c. Pameran keliling, merupakan pameran koleksi yang diselenggarakan di

luar lingkungan museum. Sebaiknya pameran keliling menggunakan

replika koleksi, untuk menghindari kerusakan dan kehilangan koleksi.

Adapun beberapa program yang dapat dilakukan di antaranya

adalah publikasi dengan membagi-bagikan brosur atau booklet mengenai

isi dan manfaat museum kesekolah-sekolah atau kelompok-kelompok

masyarakat. Dapat juga pengelola museum melakukan aksi jemput bola

dengan bekerjasama dengan pihak sekolah untuk menjadikan kunjungan

ke museum sebagai bagian dari proses belajar di luar kelas yang bisa juga

di masukkan dalam kurikulum muatan lokal.

Bentuk-bentuk aktivitas yang dapat dilakukan di museum

bermacam-macam. Bagi siswa sekolah dapat berupa paket edukasi

(teaching kit), koleksi keliling (traveling study collections), kelas budaya

(cultural class), bercerita (story telling), slide berseri (slides series), taman

bermain yang berhubungan dengan koleksi (collections playground), atau

aktivitas khusus untuk para guru (educators program). Sedangkan untuk

masyarakat umum dapat berupa aktivitas yang diperuntukkan bagi

keluarga (family workshop atau family day), bagi perorangan maupun

kelompok (community workshop atau open house)

Setiap museum dapat membuat aktivitas-aktivitas yang mendidik

seperti contoh di atas.Tetapi, materi perlu dirancang sebaik mungkin,

desain materi harus berupa aktivitas yang menumbuhkan rasa ingin tahu,

dengan kata lain, materi yang diberikan dapat mengarahkan siswa untuk

bertanya, mencari jawaban atas pertanyaannya, dan menciptakan

pertanyaan baru serta memperoleh pengetahuan baru.Aktivitas tersebut

selayaknya dilakukan tanpa meninggalkan unsur bermain.

Jika hal ini dilakukan secara konsekuen serta ada komitmen dari

pihak sekolah untuk turut memajukan museum, tentunya museum-museum

kita akan ramai dikunjungi siswa-siswa sekolah. Dengan ramainya

pengunjung museum, tentunya hal ini akan meningkatkan pendapatan

museum yang nantinya dapat digunakan untuk merawat dan menambah

kolesi museum.

Cara lain yang perlu dicoba adalah pengelola museum dapat

merekrut pelajar atau mahasiswa untuk menjadi guide di museum. Dengan

keberadaan guide, tentunya pengunjung akan merasakan suasana yang

lebih dinamis dan hidup, pengunjung merasa ditemani dan di-orang-kan,

serta akan menjadikan pengunjung lebih aktif berdialog mengenai koleksi

museum, sehingga pengunjung akan lebih kerasan dan kembali lagi di lain

hari. Selain itu, untuk pelajar dan mahasiswa yang dilibatkan sebagai

pemandu akan mengetahui seluk beluk museum sehingga mereka akan

mengetahui bagaimana museum itu sebenarnya.

Untuk lebih mendekatkan museum dengan masyarakat, pengelola

dapat melakukan kombinasi kemasan seperti cafe museum yang menyatu

dengan gedung museum. Meskipun oleh beberapa orang konsep ini

dianggap agak berlebihan tetapi dengan cara ini para pengunjung cafe

dapat sekaligus mendapatkan informasi tentang museum serta dapat

meningkatkan nilai jual museum.

8. Sistem Pelayanan Museum

Pelayanan museum merupakan salah satu aspek penting dalam

kegiatan museum. Pelayanan museum diharapkan mampu memenuhi

keinginan dan kebutuhan pengguna museum, seperti halnya pengunjung

yang datang untuk mendapatkan informasi, menambah pengetahuan dan

wawasan mengenai benda-benda koleksi dalam museum. Dengan

pelayanan museum seperti pemandu museum dapat sangat membantu

pengunjung dalam memudahkan mendapatakan informasi.

9. Ruang Lingkup Perancangan Museum

Bangunan museum harus memiliki kelengkapan bangunan yang

dapat menunjang aktivitas penggunanya, antara lain :

1. Area / Ruang Lobby

2. Area / Ruang Pameran Tetap

3. Area / Ruang Kantor

4. Area / Ruang Karyawan

5. Area / Ruang Meeting

6. Area / Ruang Perawatan koleksi

7. Area / Ruang Pemeliharan Koleksi

8. Area / Ruang Perpustakaan

9. Area / Ruang Cafe

10. Area / Ruang Candyland / Tempat bermain anak

11. Area / Ruang Toilet

12. Area Gudang

B. KAJIAN TEORI GULA

1. Sejarah Gula Indonesia Dan Perkembangan Industri Gula Indonesia

Pada awalnya gula tebu dikenal oleh orang-orang Polinesia,

kemudian menyebar ke India. Pada tahun 510 Sebelum Masehi, ketika

menguasai India, Raja Darius dari Persia menemukan ”batang rerumputan

yang menghasilkan madu tanpa lebah”. Seperti halnya pada berbagai

penemuan manusia lainnya, keberadaan tebu sangat dirahasiakan dan

dijaga ketat, sedangkan produk olahannya diekspor dan untuk

menghasilkan keuntungan yang sangat besar.

Rahasia tanaman tebu akhirnya terbongkar setelah terjadi ekspansi

besar-besaran oleh orang-orang Arab pada abad ketujuh sebelum sesudah

masehi. Ketika mereka menguasai Persia pada tahun 642 mereka

menemukan tanaman tebu yang sedang tumbuh dan kemudian

mempelajari cara pembuatan gula. Selama ekspansi berlanjut mereka

mendirikan pengolahan-pengolahan gula di berbagai daratan lain yang

mereka kuasai, termasuk di Afrika Utara dan Spanyol.

Gula dikenal oleh orang-orang barat Eropa sebagai hasil dari

Perang Salib pada abad ke-11. Para prajurit yang pulang menceritakan

keberadaan “rempah baru” yang enak ini. Gula pertama diketahui tercatat

di Inggris pada tahun 1099. Abad-abad berikutnya merupakan periode

ekspansi besar-besaran perdagangan barat Eropa dengan dunia timur,

termasuk di dalamnya adalah impor gula. Sebagai contoh, dalam sebuah

catatan pada tahun 1319 harga gula di London sebesar “dua shilling tiap

pound”. Nilai ini setara dengan beberapa bulan upah buruh rata-rata,

sehingga dapat dikatakan gula sangatlah mewah pada waktu itu.

Orang-orang kaya menyukai pembuatan patung-patung dari gula

sebagai penghias meja-meja mereka. Ketika Henry III dari Perancis

mengunjungi Venice, sebuah pesta diadakan untuk menghormatinya

dengan menampilkan piring-piring, barang-barang perak, dan kain linen

yang semuanya terbuat dari gula.

Karena merupakan barang mahal, gula seringkali dianggap sebagai

obat. Banyak petunjuk kesehatan dari abad ke-13 hingga 15 yang

merekomendasikan pemberian gula kepada orang-orang cacat untuk

memperkokoh kekuatan mereka.

Pada abad ke-15, pemurnian gula Eropa umumnya dilakukan di

Venice. Venice tidak bisa lagi melakukan monopoli ketika Vasco da Gama

berlayar ke India pada tahun 1498 dan mendirikan perdagangan di sana.

Meskipun demikian, penemuan orang-orang Amerika lah yang telah

mengubah konsumsi gula di dunia.

Dalam salah satu perjalanan pertamanya, Columbus membawa

tanaman tebu untuk ditanam di kawasan Karibia. Iklim yang sangat

menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman tebu menyebabkan

berdirinya sebuah industri dengan cepat. Kebutuhan terhadap gula yang

besar bagi Eropa menyebabkan banyak kawasan hutan di kepulauan

Karibia menjadi hampir seluruhnya hilang digantikan perkebunan tebu,

seperti misalnya di Barbados, Antigua dan separuh dari Tobago. Tanaman

tebu dibudidayakan secara massal. Jutaan orang dikirim dari Afrika dan

India untuk bekerja di penggilingan tebu. Oleh karenanya, produksi gula

sangat erat kaitannya dengan perdagangan budak di dunia barat.

Secara ekonomi gula sangatlah penting sehingga seluruh kekuatan

Eropa membangun atau berusaha membangun jajahan di pulau-pulau kecil

Karibia dan berbagai pertempuran terjadi untuk menguasai pulau-pulau

tersebut. Selanjutnya tanaman tebu dibudidayakan di berbagai perkebunan

besar di kawasan-kawasan lain di dunia (India, Indonesia, Filipina dan

kawasan Pasifik) untuk memenuhi kebutuhan pasar Eropa dan local.

Pada tahun 1750 terdapat 120 pabrik pemurnian gula yang

beroperasi di Britania dengan hanya menghasilkan 30.000 ton per tahun.

Pada tahap ini gula masih merupakan sesuatu yang mewah dan memberi

keuntungan yang sangat besar sehingga gula dijuluki “emas putih”.

Keadaan ini juga berlaku di negara-negara Eropa Barat lainnya.

Para pemerintah menyadari keuntungan besar yang didapat dari

gula dan oleh karenanya mengenakan pajak yang tinggi. Akibatnya gula

tetap merupakan sebuah barang mewah. Keadaan ini terus bertahan sampai

dengan akhir abad ke-19 ketika kebanyakan pemerintahan mengurangi

atau menghapus pajak dan menjadikan harga gula terjangkau untuk warga

biasa

2. Fungsi Gula

Fungsi gula dalam teknologi pangan tidak hanya berfungsi sebagai

pemanis alami saja, berikut adalah manfaat gula dalam pengolahan

pangan, antara lain :

a. Gula Pasir juga berfungsi sebagai pengawet.

Sama hal nya dengan garam, sifat gula pasir adalah higroskopis atau

menyerap air sehingga sel-sel bakteri akan dehidrasi dan akhirnya

mati. Jika larutan gula atau garam mempunyai kepekatan yang tinggi

atau sekitar 25%. Kebanyakan bakteri atau jamur tidak dapat mampu

bertahan hidup pada larutan gula atau garam yang pekat.

b. Membantu meningkatkan fermentasi

Dengan menambah sedikit gula pada ragi maka akan dapat

mempercepat peragian adonan. Namun demikian setelah melewati

batas tertentu, penambah gula justru dapat memperlambat peragian.

Gula berfungsi seperti pupuk pada tanaman. Ragi dapat berfermentasi

dengan adanya gula namun apabila gula berlebihan maka ragi justru

akan mati. Pada tanaman pun, apabila pemberian pupuk berlebihan,

hasilnya justru akan mati. Saat mana gula justru mulai menghambat

kegiatan ragi tergantung pada tepung yang digunakan dan prosedur

pengolahannya, baik pada pembuatan secara langsung (straight dough)

atau secara sponge (sponge dough). Gula juga berhubungan erat

dengan mikroba yang berperan dalam fermentasi.

c. Membantu dalam pembentukan warna

Gula yang dilumeri bila dipanaskan bersama protein akan bereaksi

membentuk gumpalan-gumpalan berwarna gelap yang disebut

melanoidin menyerupai caramel dalam hal warna, bau, dan rasa. Bila

terus dipanaskan maka gumpalan-gumpalan menjadi hitam dan tidak

dapat larut. Sukrosa tidak akan bereaksi dengan protein. Pada

umumnya fructose dan dekstrose paling aktif dalam reaksi browning.

Pada semua jenis gula, kecuali sukrosa, reaksi browning dapat

dipercepat dengan meningkatkan pH. Pengulalian dan browning

memiliki peranan penting dalam penentuan warna hasil produksi,

terutama pada kulitnya.

d. Menambah mutu produk

Pemberian gula akan mengempukan hasil produksi karena gula akan

mengubah susunan, volume, dan simetri pada produk yang dihasilkan.

3. Jenis Gula

Jenis-jenis gula antara lain :

• Brix (derajat): suatu pengukuran yang digunakan untuk menentukan

jumlah gula dalam sebuah larutan, berdasarkan pada pembiasan cahaya.

Terutama digunakan dalam industri minuman ringan dan minuman

buah.

• Dekstrosa : Istilah bahasa Inggris untuk glukosa.

• Fruktosa (padanan kata levulosa, gula buah): gula yang agak manis (1,7

kali lebih manis dari gula biasa) umumnya didapat dari buah-buahan

dan madu.

• Galaktosa: suatu gula yang tidak umum dijumpai dalam makanan,

kecuali sebagai bagian dari jenis gula yang lain, seperti laktosa (gula

susu) dan raffinosa (gula dalam kacang-kacangan). Seringkali

merupakan bagian dari komponen dinding sel tanaman.

• Glukosa (padanan kata dekstrosa): gula yang terdapat pada berbagai

tanaman, juga dalam darah. Sumber energi yang utama bagi tubuh.

Kurang manis dibandingkan sakarosa.

• Gula: umumnya digunakan sebagai padanan kata untuk sakarosa.

Secara kimiawi gula identik dengan karbohidrat.

• Gula anggur : padanan kata dari glukosa.

• Gula Barbados : gula tebu yang berwarna coklat.

• Gula Barley : bukan termasuk gula, melainkan permen Amerika yang

keras dan memiliki citarasa jeruk lemon, terbuat dari cairan barley

dengan penambahan gula.

• Gula batu : tidak semanis gula granulasi biasa, gula batu diperoleh dari

kristal bening berukuran besar berwarna putih atau kuning kecoklatan.

Kristal bening dan putih dibuat dari larutan gula jenuh yang mengalami

kristalisasi secara lambat. Gula batu putih memiliki rekahan-rekahan

kecil yang memantulkan cahaya. Kristal berwarna kuning kecoklatan

mengandung berbagai karamel. Gula ini kurang manis karena adanya

air dalam kristal.

• Gula Bit : gula kristal putih (sakarosa) yang diperoleh dari tanaman bit.

• Gula bubuk : Gula granulasi (gula pasir) bubuk, juga dikenal sebagai

gula „confectionary'. Gula ini didapat dari penghancuran secara mekanis

sehingga tidak ada cristal-kristal yang tertinggal. Terkadang gula ini

dicampur dengan sedikit pati atau bahan anti kempal untuk mencegah

penggumpalan.

• Gula Castor : Gula castor atau caster adalah nama dari gula pasir yang

sangat halus, terdapat di Britania. Dinamai demikian karena ukuran

butirannya sangat kecil sehingga dapat ditaburkan dari wadah

berlubang-lubang kecil. Karena kehalusannya, gula ini lebih cepat larut

dibandingkan gula putih pada umumnya, dan oleh karenanya gula ini

secara khusus bermanfaat dalam pembuatan „meringues' dan cairan

dingin. Gula ini tidaklah sehalus gula bubuk yang dihaluskan secara

mekanis (dan biasanya dicampur dengan sedikit pati untuk menghindari

penggumpalan).

• Gula Coklat : gula yang ditambah dengan sedikit molase (tetes) untuk

memberikan citarasa dan warna.

• Gula Dekorasi : lihat gula sdaning.

• Gula Gelatin (padanan kata gula gel, gula selai/ jam): campuran dari

gula granulasi dan pektin. Digunakan dalam pembuatan selai dan

„marmelade'.

• Gula Granulasi (Gula pasir) : Kristal-kristal gula berukuran kecil yang

pada umumnya dijumpai dan digunakan di rumah (gula pasir).

4. Cara Pembuatan Gula Tebu

Tanaman tebu dapat tumbuh hingga 3 meter di kawasan yang

mendukung dan ketika dewasa hampir seluruh daun-daunnya mengering,

namun masih mempunyai beberapa daun hijau. Sebelum panen, jika

memungkinkan, seluruh tanaman tebu dibakar untuk menghilangkan daun-

daun yang telah kering dan lapisan lilin. Api membakar pada suhu yang

cukup tinggi dan berlangsung sangat cepat sehingga tebu dan kandungan

gulanya tidak ikut rusak.

Di beberapa wilayah, pembakaran areal tanaman tebu tidak

diijinkan karena asap dan senyawa-senyawa karbon yang dilepaskan dapat

membahayakan penduduk setempat. Meskipun demikian, tidak ada

dampak lingkungan, karena CO2 yang dilepaskan sebenarnya memiliki

proporsi yang sangat kecil dibandingkan dengan CO2 yang terikat melalui

fotosintesis selama pertumbuhan. Besarnya areal tanam dan jumlah

tanaman tebu dapat dikurangi jika ekstraksi gula dapat dilakukan semakin

baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan gula dunia.

Pemanenan dapat dilakukan baik secara manual dengan tangan

ataupun dengan mesin. Pemotongan tebu secara manual dengan tangan

merupakan pekerjaan kasar yang sangat berat tetapi dapat mempekerjakan

banyak orang di area di mana banyak terjadi pengangguran.Tebu dipotong

di bagian atas permukaan tanah, dedauan hijau di bagian atas dihilangkan

dan batang-batang tersebut diikat menjadi satu. Potongan-potongan batang

tebu yang telah diikat tersebut kemudian dibawa dari areal perkebunan

dengan menggunakan pengangkut-pengangkut kecil dan kemudian dapat

diangkut lebih lanjut dengan kendaraan yang lebih besar ataupun lori tebu

menuju ke penggilingan.

Pemotongan dengan mesin umumnya mampu memotong tebu

menjadi potongan pendek-pendek. Mesin-mesin hanya dapat digunakan

ketika kondisi lahan memungkinkan dengan topografi yang relatif datar.

Sebagai tambahan, solusi ini tidak tepat untuk kebanyakan pabrik gula

karena modal yang dikeluarkan untuk pengadaan mesin dan hilangnya

banyak tenaga kerja kerja.

Ekstraksi

Tahap pertama pengolahan adalah ekstraksi jus atau sari tebu. Di

kebanyakan pabrik, tebu dihancurkan dalam sebuah serial penggiling putar

yang berukuran besar. Cairan tebu manis dikeluarkan dan serat tebu

dipisahkan, untuk selanjutnya digunakan di mesin pemanas (boiler). Di

lain pabrik, sebuah diffuser digunakan seperti yang digambarkan pada

pengolahan gula bit. Jus yang dihasilkan masih berupa cairan yang kotor:

sisa-sisa tanah dari lahan, serat-serat berukuran kecil dan ekstrak dari daun

dan kulit tanaman, semuanya bercampur di dalam gula.

Gambar 2.2 Proses Ekstrasi Gula

(Sumber : http://www.food-info.net/id/products/sugar/prodcane.htm)

Ekstraksi gula

Jus dari hasil ekstraksi mengandung sekitar 15% gula dan serat

residu, dinamakan bagasse, yang mengandung 1 hingga 2% gula, sekitar

50% air serta pasir dan batu-batu kecil dari lahan yang terhitung sebagai

“abu”. Sebuah tebu bisa mengandung 12 hingga 14% serat dimana untuk

setiap 50% air mengandung sekitar 25 hingga 30 ton bagasse untuk tiap

100 ton tebu atau 10 ton gula.

Pengendapan kotoran dengan kapur (Liming)

Pabrik dapat membersihkan jus dengan mudah dengan

menggunakan semacam kapur (slaked lime) yang akan mengendapkan

sebanyak mungkin kotoran untuk kemudian kotoran ini dapat dikirim

kembali ke lahan. Proses ini dinamakan liming.

Jus hasil ekstraksi dipanaskan sebelum dilakukan liming untuk

mengoptimalkan proses penjernihan. Kapur berupa kalsium hidroksida

atau Ca(OH)2 dicampurkan ke dalam jus dengan perbandingan yang

diinginkan dan jus yang sudah diberi kapur ini kemudian dimasukkan ke

dalam tangki pengendap gravitasi: sebuah tangki penjernih (clarifier). Jus

mengalir melalui clarifier dengan kelajuan yang rendah sehingga padatan

dapat mengendap dan jus yang keluar merupakan jus yang jernih.

Kotoran berupa lumpur dari clarifier masih mengandung sejumlah

gula sehingga biasanya dilakukan penyaringan dalam penyaring vakum

putar (rotasi) dimana jus residu diekstraksi dan lumpur tersebut dapat

dibersihkan sebelum dikeluarkan, dan hasilnya berupa cairan yang manis.

Jus dan cairan manis ini kemudian dikembalikan ke proses.

Penguapan (Evaporasi)

Setelah mengalami proses liming, jus dikentalkan menjadi sirup

dengan cara menguapkan air menggunakan uap panas dalam suatu proses

yang dinamakan evaporasi. Terkadang sirup dibersihkan lagi tetapi lebih

sering langsung menuju ke tahap pembuatan kristal tanpa adanya

pembersihan lagi.

Jus yang sudah jernih mungkin hanya mengandung 15% gula tetapi

cairan (liquor) gula jenuh (yaitu cairan yang diperlukan dalam proses

kristalisasi) memiliki kandungan gula hingga 80%. Evaporasi dalam

„evaporator majemuk' (multiple effect evaporator) yang dipanaskan

dengan steam merupakan cara yang terbaik untuk bisa mendapatkan

kondisi mendekati kejenuhan (saturasi).

Pendidihan/ Kristalisasi

Pada tahap akhir pengolahan, sirup ditempatkan ke dalam panci

yang sangat besar untuk dididihkan. Di dalam panci ini sejumlah air

diuapkan sehingga kondisi untuk pertumbuhan kristal gula tercapai.

Pembentukan kristal diawali dengan mencampurkan sejumlah kristal ke

dalam sirup. Sekali kristal terbentuk, kristal campur yang dihasilkan dan

larutan induk (mother liquor) diputar di dalam alat sentrifugasi untuk

memisahkan keduanya, bisa diumpamakan seperti pada proses mencuci

dengan menggunakan pengering berputar. Kristal-kristal tersebut

kemudian dikeringkan dengan udara panas sebelum disimpan.

Gambar 2.3 Sentrifugasi Gula

(Sumber : http://www.food-info.net/id/products/sugar/prodcane.htm)

Larutan induk hasil pemisahan dengan sentrifugasi masih

mengandung sejumlah gula sehingga biasanya kristalisasi diulang

beberapa kali. Sayangnya, materi-materi non gula yang ada di dalamnya

dapat menghambat kristalisasi. Hal ini terutama terjadi karena keberadaan

gula-gula lain seperti glukosa dan fruktosa yang merupakan hasil pecahan

sukrosa. Olah karena itu, tahapan-tahapan berikutnya menjadi semakin

sulit, sampai kemudian sampai pada suatu tahap di mana kristalisasi tidak

mungkin lagi dilanjutkan.

Dalam sebuah pabrik pengolahan gula kasar (raw sugar) umumnya

dilakukan tiga proses pendidihan. Pertama atau pendidihan “A” akan

menghasilkan gula terbaik yang siap disimpan. Pendidihan “B”

membutuhkan waktu yang lebih lama dan waktu tinggal di dalam panci

pengkristal juga lebih lama hingga ukuran kristal yang dinginkan

terbentuk. Beberapa pabrik melakukan pencairan ulang untuk gula B yang

selanjutnya digunakan sebagai umpan untuk pendidihan A, pabrik yang

lain menggunakan kristal sebagai umpan untuk pendidihan A dan pabrik

yang lainnya menggunakan cara mencampur gula A dan B untuk dijual.

Pendidihan “C” membutuhkan waktu secara proporsional lebih lama

daripada pendidihan B dan juga membutuhkan waktu yang lebih lama

untuk terbentuk kristal. Gula yang dihasilkan biasanya digunakan sebagai

umpan untuk pendidhan B dan sisanya dicairkan lagi.

Sebagai tambahan, karena gula dalam jus tidak dapat diekstrak

semuanya, maka terbuatlah produk samping (byproduct) yang manis:

molasses. Produk ini biasanya diolah lebih lanjut menjadi pakan ternak

atau ke industri penyulingan untuk dibuat alkohol. Inilah yang

menyebabkan lokasi pabrik rum di Karibia selalu dekat dengan pabrik gula

tebu.

Penyimpanan

Gula kasar yang dihasilkan akan membentuk gunungan coklat

lengket selama penyimpanan dan terlihat lebih menyerupai gula coklat

lunak yang sering dijumpai di dapur-dapur rumah tangga. Gula ini

sebenarnya sudah dapat digunakan, tetapi karena kotor dalam

penyimpanan dan memiliki rasa yang berbeda maka gula ini biasanya

tidak diinginkan orang. Oleh karena itu gula kasar biasanya dimurnikan

lebih lanjut ketika sampai di negara pengguna.

Afinasi (Affination)

Tahap pertama pemurnian gula yang masih kasar adalah pelunakan

dan pembersihan lapisan cairan induk yang melapisi permukaan kristal

dengan proses yang dinamakan dengan “afinasi”. Gula kasar dicampur

dengan sirup kental (konsentrat) hangat dengan kemurnian sedikit lebih

tinggi dibandingkan lapisan sirup sehingga tidak akan melarutkan kristal,

tetapi hanya sekeliling cairan (coklat). Campuran hasil („magma') di-

sentrifugasi untuk memisahkan kristal dari sirup sehingga pengotor dapat

dipisahkan dari gula dan dihasilkan kristal yang siap untuk dilarutkan

sebelum perlakuan berikutnya (karbonatasi).

Cairan yang dihasilkan dari pelarutan kristal yang telah dicuci

mengandung berbagai zat warna, partikel-partikel halus, gum dan resin

dan substansi bukan gula lainnya. Bahan-bahan ini semua dikeluarkan dari

proses.

Karbonatasi

Tahap pertama pengolahan cairan (liquor) gula berikutnya

bertujuan untuk membersihkan cairan dari berbagai padatan yang

menyebabkan cairan gula keruh. Pada tahap ini beberapa komponen warna

juga akan ikut hilang. Salah satu dari dua teknik pengolahan umum

dinamakan dengan karbonatasi. Karbonatasi dapat diperoleh dengan

menambahkan kapur/ lime [kalsium hidroksida, Ca(OH)2] ke dalam cairan

dan mengalirkan gelembung gas karbondioksida ke dalam campuran

tersebut. Gas karbondioksida ini akan bereaksi dengan lime membentuk

partikel-partikel kristal halus berupa kalsium karbonat yang

menggabungkan berbagai padatan supaya mudah untuk dipisahkan.

Supaya gabungan-gabungan padatan tersebut stabil, perlu dilakukan

pengawasan yang ketat terhadap kondisi-kondisi reaksi. Gumpalan-

gumpalan yang terbentuk tersebut akan mengumpulkan sebanyak mungkin

materi-materi non gula, sehingga dengan menyaring kapur keluar maka

substansi-substansi non gula ini dapat juga ikut dikeluarkan. Setelah

proses ini dilakukan, cairan gula siap untuk proses selanjutnya berupa

penghilangan warna. Selain karbonatasi, t eknik yang lain berupa fosfatasi.

Secara kimiawi teknik ini sama dengan karbonatasi tetapi yang terjadi

adalah pembentukan fosfat dan bukan karbonat. Fosfatasi merupakan

proses yang sedikit lebih kompleks, dan dapat dicapai dengan

menambahkan asam fosfat ke cairan setelah liming seperti yang sudah

dijelaskan di atas.

Penghilangan warna

Ada dua metoda umum untuk menghilangkan warna dari sirup

gula, keduanya mengandalkan pada teknik penyerapan melalui

pemompaan cairan melalui kolom-kolom medium. Salah satunya dengan

menggunakan karbon teraktivasi granular [granular activated carbon,

GAC] yang mampu menghilangkan hampir seluruh zat warna. GAC

merupakan cara modern setingkat “bone char”, sebuah granula karbon

yang terbuat dari tulang-tulang hewan. Karbon pada saat ini terbuat dari

pengolahan karbon mineral yang diolah secara khusus untuk menghasilkan

granula yang tidak hanya sangat aktif tetapi juga sangat kuat. Karbon

dibuat dalam sebuah oven panas dimana warna akan terbakar keluar dari

karbon. Cara yang lain adalah dengan menggunakan resin penukar ion

yang menghilangkan lebih sedikit warna daripada GAC tetapi juga

menghilangkan beberapa garam yang ada. Resin dibuat secara kimiawi

yang meningkatkan jumlah cairan yang tidak diharapkan.

Cairan jernih dan hampir tak berwarna ini selanjutnya siap untuk

dikristalisasi kecuali jika jumlahnya sangat sedikit dibandingkan dengan

konsumsi energi optimum di dalam pemurnian. Oleh karenanya cairan

tersebut diuapkan sebelum diolah di panci kristalisasi.

Pendidihan

Sejumlah air diuapkan di dalam panci sampai pada keadaan yang

tepat untuk tumbuhnya kristal gula. Sejumlah bubuk gula ditambahkan ke

dalam cairan untuk mengawali/memicu pembentukan kristal. Ketika

kristal sudah tumbuh campuran dari kristal-kristal dan cairan induk yang

dihasilkan diputar dalam sentrifugasi untuk memisahkan keduanya. Proses

ini dapat diumpamakan dengan tahap pengeringan pakaian dalam mesin

cuci yang berputar. Kristal-kristal tersebut kemudian dikeringkan dengan

udara panas sebelum dikemas dan/ atau disimpan siap untuk

didistribusikan.

Pengolahan sisa (Recovery)

Cairan sisa baik dari tahap penyiapan gula putih maupun dari

pembersihan pada tahap afinasi masih mengandung sejumlah gula yang

dapat diolah ulang. Cairan-cairan ini diolah di ruang pengolahan ulang

(recovery) yang beroperasi seperti pengolahan gula kasar, bertujuan untuk

membuat gula dengan mutu yang setara dengan gula kasar hasil

pembersihan setelah afinasi. Seperti pada pengolahan gula lainnya, gula

yang ada tidak dapat seluruhnya diekstrak dari cairan sehingga diolah

menjadi produk samping: molase murni. Produk ini biasanya diolah lebih

lanjut menjadi pakan ternak atau dikirim ke pabrik fermentasi seperti

misalnya pabrik penyulingan alkohol.

5. Pengembangan Produk Berbahan Dasar Gula

Gula merupakan salah satu bahan pengolahan pangan yang

sering digunakan. Tidak hanya sebagai bahan olahan utama, gula juga

seringkali digunakan sebagai bahan tambahan dalam berbagai jenis resep

pangan. Memberi rasa manis dalam sebuah masakan menambah cita rasa

bagi penikmatnya. Itulah sebabnya gula menjadi salah satu komoditi yang

dikembangkan di berbagai Negara.

Berbagai macam jenis gula mempunyai keunikan masing-masing

dan pengolahan yang berbeda-beda pula. Misalnya saja, antara gula pasir

dan gula aren. Gula Pasir merupakan gula yang sering digunakan dalam

keseharian, tidak jauh beda memang dengan gula aren yang juga

digunakan dalam keseharian. Namun yang membedakan adalah

pembuatan gula aren dan gula pasir, gula aren merupakan gula yang

berasal dari pohon aren, dimana setiap bagian dari pohon aren tersebut

dapat di manfaatkan. Gula aren terbentuk dari nira pohon aren yang

diendapkan, dimasak, hingga mengental lalu di cetak. Selain itu, cairan

dari buah pohon aren juga menghasilkan gula, yaitu gula semut. Tidak

jauh berbeda dengan gula aren, gula semut juga berwarna coklat kemerah-

merahan, namun bedanya gula semut terbentuk dari pemisahan air buah

pohon aren, yang akhirnya terbentuk butiran-butiran gula. Sedangkan gula

pasir terbuat dari tebu, dengan kualitas rasa yang sedikit berbeda dari gula

aren, proses mula-mula gula pasir adalah dari pohon tebu yang diperas dan

diambil cairan dari batang pohon tebu tersebut. Melalui proses yang

berbeda juga yaitu dengan beberapa tahapan proses cairan tebu diolah

menjadi gula pasir berbentuk seperti butiran pasir berwarna putih.

Macam-macam jenis gula menghasilkan macam-macam

pengembangan produk pangan berbahan dasar gula. Produk yang sering

dijumpai adalah gula-gula atau permen. Permen adalah sejenis gula-

gula (confectionary) adalah makanan berkalori tinggi yang pada umumnya

berbahan dasar gula, air, dan sirup fruktosa. Selain itu ada pula caramel,

cairan kental berwarna coklat ini adalah salah satu produk pengembangan

dari gula pasir. Sedangkan produk pengembangan lainnya yang

menggunakan dominasi gula adalah roti. Berbagai jenis roti dalam proses

pembuatannya pasti menggunakan campuran gula yang hampir sama

takarannya dengan tepung yang merupakan bahan dasar pembuatan roti.

Contohnya saja roti tart, cupcakes, dsb.

6. Penyakit Yang Disebabkan Oleh Gula

Gula selalu hadir dalam berbagai makanan dan minuman sehari-

hari. Tapi terlalu banyak gula dapat meningkatkan risiko sejumlah

penyakit yang mempengaruhi kesehatan. Mengonsumsi banyak gula

ternyata bisa memberikan efek yang cukup mengerikan.

Menurut American Heart Association (AHA), rata-rata orang

dewasa di Amerika Serikat mengonsumsi 22 sendok teh gula tambahan

sehari, sementara remaja mengonsumsi 34 sendok teh sehari. Berikut

penyakit akibat makan gula berlebihan antara lain:

a. Meningkatkan risiko diabetes

b. Diet tinggi glikemik dapat menyebabkan jerawat

c. Meningkatkan risiko penyakit jantung

d. Meningkatkan kemungkinan depresi

e. Meningkatkan risiko Infeksi jamur

C. PENDEKATAN DESAIN

Pada umumnya museum merupakan lembaga tempat penyimpanan,

perawatan, pengamatan, dan pemanfaatan benda-benda bukti material hasil

budaya serta alam dan lingkunganya, guna menunjang upaya perlindungan

dan pelestarian kekayaan budaya bangsa. Di Indonesia dewasa ini, keberadaan

museum sudah mulai tidak terlihat. Banyak masyarakat, anak-anak bangsa

yang tidak tertarik dengan benda-benda bersejarah, bahkan kebudayaanpun.

Sehingga kebudayaan yang harusnya masih dapat dilestarikan

terkesampingkan. Hal ini lah yang menjadi pengamatan dan akar masalah bagi

bangsa Indonesia. Masuknya tehknologi dan kebudayaan lain sangat

mempengaruhi kebudayaan bangsa ini. Masyarakat terkhusus anak muda lebih

memilih melestarikan kebudayaan luar daripada budaya bangsa sendiri. Oleh

Karena itu, perencanaan dan perancangan museum ini harus mampu

memecahkan masalah mengenai ketidaktertarikan masyarakat terhadap benda-

benda bersejarah maupun kebudayaan menjadi sebuah bangunan yang

digemari dan sering dikunjungi oleh masyarakat. Bangunan museum, selain

difungsikan sebagai tempat penyimpanan benda bersejarah, museum juga

digunakan sebagai tempat edukasi atau pendidikan,serta tempat wisata atau

rekreasi. Seharusnya mampu menarik minat masyarakat untuk berkunjung ke

museum.

Dari permasalahan diatas maka Perencanaan dan perancangan desain

interior museum gula jawa tengah gondang winangoen ini menggunakan

pendekatan desain konseptual. Pendekatan konseptual yaitu teori pendekatan

yang mencoba untuk menghubungkan ke semua aspek yang ditemui ( definisi

masalah, tujuan, sorotan kajian, metodologi, pengumpulan dan penganalisisan

data). Kerangka Konseptual berperanan sebagai peta yang berkaitan dengan

penemuan secara impirikal (pemerhatian atau ujian). Ini karena, kerangka

konseptual berpontensi sangat berhubungan penemuan impirikal mereka

menggunakan bentuk-bentuk yang berbeda tergantung kepada persoalan atau

masalah kajian. Pendekatan konseptual dalam perencanaan dan perancangan

desain interior museum ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan yang

terjadi secara faktual. Sehinga dapat menyelesaikan permasalahan yang ada

dengan tepat melalui berbagai aspek dalam perencanaan dan perancangan ini.